Anda di halaman 1dari 27

Biografi Imam Syahid.

Imam Syahid Hasan Al-Banna dilahirkan di kota Mahmudiyah, Distrik Bahirah Mesir pada bulan Oktober 1906 M. Orangtua beliau seorang ulama besar pada masanya, yaitu Ahmad Abdur Rahman Al-Banna, ulama yang banyak karyanya di bidang ulumul hadits. Diantaranya yang terkenal Al Fath Ar Rabbany li Tartib Musnad Al-Imam Ahmad. Disamping menulis kitab-kitab hadits, orang tua Hasan Al-Banna bekerja memperbaiki jam. Sejak dini Al Imam sudah ditempa oleh keluarganya yang taat beragama untuk meraih dan memperdalam ilmu di berbagai tempat dan majelis ilmu. Pertama kali beliau menggali ilmu di Madrasah Ar Rasyad, kemudian melanjutkan di Madrasah Idadiyah di kota Mahmudiyah tempat beliau dilahirkan. Pada usia beliau yang masih muda sudah memiliki perhatian yang besar terhadap persoalan dakwah. Beliaupun mampu berbuat lebih banyak untuk menegakkan amar maruf nahi mungkar. Bersama teman-temannya di sekolah beliaupun membentuk perkumpulan Akhlaq Adabiyah dan perkumpulan menentang hal-hal yang diharamkan Imam Syahid sejak muda menginginkan dakwah Islamiyah tegak dan kokoh. Pada tahun 1920 Imam Syahid melanjutkan pendidikannya di Darul Muallimin Damanhur, hingga menyelesaikan hafalan Quran diusianya yang belum genap 14 tahun. Beliaupun aktif dalam pergerakan melawan penjajah. Pada tahun 1923 Imam Syahid melanjutkan pendidikannya di Darul Ulum Kairo. Disini Imam Syahid banyak mendapatkan wawasan yang luas dan mendalam. Beliau menyelesaikan pendidikan di Darul Ulum pada tahun 1927 M, dengan hasil yang memuaskan, menduduki rangking pertama di Darul Ulum dan rangking kelima di seluruh Mesir dalam usianya yang baru menginjak 21 tahun. Semenjak di Darul Ulum Kairo, beliau mendapatkan cakrawala berfikir lebih luas dan wawasan yang mendalam. Beliau semakin giat dalam amal islami. Bersama kawan-kawannya Imam Syahid giat melaksanakan dakwah di berbagai tempat, baik di perkumpulan-perkumpulan, kedai kopi ataupun di klab-klab. Setelah menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum Kairo, beliau bekerja sebagai guru Ibtidaiyah (setingkat SD) di Ismailiyah meskipun mendapatkan penawaran untuk melanjutkan pendidikan, namun beliau lebih menyenangi menjadi guru di Ismailiyah hingga 19 tahun beliau berkhidmat mengajar disana. Di tempat yang sama, yaitu kota Ismailiyah beliau menikah dengan putri salah seorang tokoh Ismailiyah Al Haj Husain As Shuly pada malam 27 Ramadhan 1351 H. Dengan dikaruniai 5 ornag anak, 4 orang anak perempuan yaitu Wala, Sinai, Raja dan Hajar. Adapun anak lelaki beliau adalah Ahmad Syaiful Islam. Imam Syahid sangat memberikan perhatian yang besar pada pendidikan keluarganya dengan adab dan akhlaq Islam. Hasil perhatiannya terhadap keluarga dapat kita lihat pada anak beliau yang sangat dihormati Ahmad Syaiful Islam. B. Permulaan Dakwah 1. Hal-hal yang mendasari berdirinya dakwah. Perpindahan Al Banna dari tempat kelahirannya Mahmudiyah ke Damanhur kemudian ke Kairo

membuatnya banyak mengetahui permasalahan situasi dan kondisi umat Islam. Dimasa beliau tinggal di Mahmudiyah, daerah yang tenang dan menjaga tradisi Islam dan ajarannya, belum terlintas di benaknya bahwa di ibukota Kairo, banyak penyimpangan dan kerusakan yang sudah sangat parah. Belum pernah tergambarkan olehnya bahwa para penulis terkemuka, ulama dan para pakar bekerja demi kepentingan musuh Islam. Tetapi ketika beliau berada di Kairo semua itu dilihatnya, kemudian beliau banyak berfikir untuk menghadapinya segala sesuatu sudah berubah seakan-akan manusia sudah jalan dengan kepala dan berfikir dengan dengkul. Ulama sibuk dengan urusan pribadi, masyarakat umum dalam keadaan bodoh, peristiwa demi peristiwa datang bertubi-tubi seakan-akan hujan yang deras, atau badai yang kencang, segala sesuatunya sudah berubah. Surat kabar, majalah dan sarana informasi lainnya memuat dan menyebarkan pemikiran sesat, pornografi dan macam-macam kemungkaran di mimbar politik, masing-masing partai hanya mementingkan golongannya dan cenderung menjadi ajang permusuhan, perpecahan ummat. Masyarakat sudah meninggalkan dan menjauhi nilai-nilai luhur, sudah asing dengan nilai-nilai Islam. Begitupun di Perguruan Tinggi sudah banyak berubah, yang tadinya disiapkan untuk menjadi lampu penerang, pusat kebangkitan dan mimbar peradaban dan kebudayaan menjadi sumber malapetaka, pusat kerusakan dan alat penghancur sehingga banyak orang memahami bahwa Perguruan Tinggi dan Universitas adalah tempat revolusi terhadap akhlaq, menentang agama dan memusuhi tradisi yang baik. Turki yang tadinya menjadi pusat Khilafah Islamiyah pada tahun 1924 M sudah berubah menjadi negara sekuler, negeri Mesir dan negeri-negeri Islam lain dalam keadaan terjajah dan perekonomian ummat Islam dikuasai oleh orang-orang asing kaum penjajah. Semua itu disaksikan oleh Al-Banna, bahwa kondisi dan situasi semakin memburuk sehingga menyusahkannya dan ia menjadi gelisah. Sampai beliau tidak dapat tidur selama 15 hari di bulan Ramadhan, akan tetapi ia tidak putus asa, tidak menyerah bahkan menambahnya semangat dan bertekad untuk berbuat sesuatu yang positip bahwa yang bisa mengembalikan Khilafah Islamiyah, mengusir penjajah dan mengangkat martabat hanyalah kesungguhan, cita-cita yang tinggi, kerja yang tak mengenal lelah dan harokah yang berkesinambungan. Banna mulai melakukan aktifitasnya dengan menghubungi para pemimpin, tokoh masyarakat dan para ulama mengajak mereka untuk membendung arus kerusakan itu. Beliau menghubungi Syeik Ad Dajawi salah seorang ulama Mesir terkemuka dan beliau menjelaskan permasalahan kepada Syeikh tersebut, tapi Syeikh hanya memperlihatkan keprihatinannya saja, tidak ada sesuatu yang diharapkan oleh Al Banna darinya, dengan alasan bahwa Mesir sedang dijajah Inggris yang memiliki kekuatan dan persenjataan yang dapat menghadapi gerakan apapun yang menentang dan merugikannya. Al Banna tidak ridho dan tidak puas dengan jawaban Ad Dajawi itu dan membuatnya lemah semangat. Kemudian Syeikh Ad Dajawi mengajaknya berziarah ke rumah Syeikh Muhammad Saad yang merupakan juga salah satu ulama terkemuka, disana banyak yang hadir selain Syeikh Ad Dajawi, Syeikh Muhammad Saad dan Al Banna. Al Banna menjelaskan lagi permasalahan ummat namun Syeikh Ad Dajawi memintanya untuk berfikir, tapi Al Banna seorang pemuda yang memiliki semangat yang tinggi berpendapat waktu itu bukan saatnya untuk berfikir tapi untuk berbuat.

Syeikh Muhammad Saad pada waktu itu menjamu para tamunya kue-kue khas dibuat untuk bulan Ramadhan (halawiyat). Para tamu asyik menikmati makan dan minuman yang disuguhkan, pemandangan ini membuat Al Banna semakin bersedih dan prihatin. Beliau memahami bahwa mereka dalam keadaan lalai dari kondisi Islam, maka ia berusaha menyadarkan mereka seraya berkata : Wahai tuan Syeikh ! Islam sedang diperangi dengan dahsyat, sementara para tokoh, pelindung dan para pemimpin ummat sedang menghabiskan waktunya dengan kenimatan seperti ini, apakah kalian mengira bahwa Allah tidak akan menghisab apa yang kalian sedang lakukan ? Jika kalian tahu disana ada pemimpin Islam dan pelindungnya selain kalian, tunjukilah saya kepada mereka agar saya mendatangi mereka, mudah-mudahan saya dapati apa yang tidak ada pada kalian. Perkataan Al Banna menyentuh hati Syeikh Muhammad Saad, sehingga ia menangis membuat yang lainpun menangis. Lalu Syeikh bertanya : Apa yang mesti saya lakukan wahai Hasan ? Al Banna mengusulkan agar Syeikh mengumpulkan nama-nama para ulama dan zuama serta para pemuka, lalu mereka diundang untuk suatu pertemuan dalam rangka memikirkan dan memusyawarahkan apa-apa saja yang harus mereka lakukan. Sekalipun hanya menerbitkan majalah mingguan untuk mengimbangi majalah-majalah yang ada atau membentuk perkumpulan yang dapat menampung para pemuda. Syeikh setuju atas pemikiran Al Banna itu dan ia mencatat sebagian nama ulama terkemuka seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Syeikh Yusuf Ad Dajawi Syeikh Muhammad Khudlori Husain Syeikh Abdul Aziz Jawis Syeikh Abdul Wahab Najjar Syeikh Muhammad Khudlori Syeikh Muhammad Ahmad Ibrahim Syeikh Abdul Aziz Khuli Syeikh Muhammad Rasyid Ridho

Dan mencatat sebagian nama-nama tokoh terkemuka, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Ahmad Taimur Pasya Nasim Pasya Abu Bakar Yahya Pasya Abdul Aziz Muhammad Pasya Mutawalli Ghonim Bik Abdul Hamid Said Bik

Mereka semua diundang untuk suatu pertemuan dan terlaksanalah pertemuan demi pertemuan, sehingga dapat menerbitkan majalah AL FATH. Dipimpin oleh As Sayid Muhibuddin Khattib dengan pimpinan redaksinya Syeikh Abdul Baki Surur, perkumpulan dan kegiatan ini terus berlangsung sampai Hasan Al Banna lulus kuliah dari Darul Ulum dan terus menggerakkan beberapa

orang pemuda sehingga terbentuklah Jamiyyah Syubanul Muslimin. Hasan Al Banna berhasil mengumpulkan beberapa ulama dan tokoh masyarakat terkemuka, dan terbentuklah Jamaah Islamiyah yang menyeru untuk menghadapi arus gelombang kehidupan materialis, membatasi kegiatan maksiat dan kekufuran. Akan tetapi Hasan Al Banna melihat aktifitas jamaah itu tidak cukup, dimana kegiatannya terbatas pada menyampaikan ceramah atau nasehat di masjid-masjid dan menulis artikel di majalah-majalah, akan tetapi siapa yang menyampaikan dakwah kepada orangorang yang tidak ke masjid yang sebenarnya mereka lebih berhak dari pada orang-orang yang aktif ke masjid. Siapa yang menyampaikan dakwah kepada orang-orang yang tidak membaca koran dan majalah. Dengan demikian harus adanya kader yang siap berdakwah ke berbagai lapisan masyarakat. Al Banna melihat bahwa yang dapat melaksanakan tugas berat itu adalah para mahasiswa Al Azhar dan Darul Ulum. Al Banna berhasil mengumpulkan beberapa orang rekannya untuk berlatih berpidato, khotbah di masjid, berdakwah di warung-warung kopi dan tempat-tempat umum, kemudian pergi ke kampung-kampung. Diantara mereka yg terlibat dalam aktivitas ini : 1. 2. 3. Syeikh Muhammad Madkur Syeikh Hamid Askari Syeikh Ahmad Abdul Hamid

Setelah mereka berlatih dan siap terjun ke lapangan, Al Banna mengajak rekan-rekannya untuk berdakwah ke warung-warung kopi dengan memperhatikan 3 hal : 1. 2. 3. Memilih tema yang sesuai Sistem penyajian yang menarik Memperhatikan waktu, jangan sampai membosankan

Pergilah mereka ke warung-warung kopi dan cukup berhasil. 2. Peristiwa berdirinya Jamaah Ikhwanul Muslimin. Pada bulan September tahun 1927 M, Hasan Al Banna diangkat menjadi guru SD di Kota Ismailiyah, disanalah beliau memulai dakwahnya, di warung-warung kopi kemudian pindah ke masjid. Dakwah yang dilakukannya di warung-warung kopi ini bukan pengalaman yang pertama baginya, tapi beliau sudah terbiasa dakwah di tempat-tempat seperti ini, ketika beliau masih mahasiswa di Darul Ulum, Kairo. Dakwah Hasan Al Banna mendapat sambutan dari para pengunjung warung-warung kopi, sehingga sebagian diantara mereka bertanya kepadanya tentang apa yang harus dilakukan demi agama dan tanah air. Setelah beberapa lama berdakwah di warung-warung kopi kemudian Hasan Al Banna pindah dari warung kopi ke mushalla (Zawiyah). Di Zawiyah inilah beliau berbicara dan mengajarkan praktek ibadah, dan meminta kepada mereka agar meninggalkan kebiasaan hidup mewah. Para pendengarnya menyambutnya dengan baik. Dengan kecerdasannya, Hasan Al Banna menetapkan unsur-unsur yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat, yaitu pada 4 unsur :

1. 2. 3. 4.

Ulama Masyaikh furuq sufiah Para tokoh masyarakat (wujaha) Klub-klub (nadi-nadi)

Maka Imam Syahid Hasan Al Banna membuat perencanaan dan berinteraksi dengan 4 unsur diatas :

Kepada Ulama
Hasan Al Banna mampu mengambil simpati ulama dengan menjalin hubungan persahabatan, menghormati dan menghargai mereka dan kadang-kadang memberikan hadiah kepada mereka, maka dengan cara ini mereka (pada ulama) menghormatinya tidak menghalanginya berdakwah di Ismailiyah, inilah sebenarnya tujuan beliau untuk para ulama, agar mereka membiarkannya berdakwah Illallah dan tidak menyerangnya, karena Hasan Al Banna bukan ulama Al Azhar.

Masyaikh Turuq Sufiah


Al Banna berbicara kepada mereka dengan bahasa mereka, berinteraksi dengan mereka dengan etika yang berlaku di kalangan mereka, dengan demikian mereka tidak menghalanginya berdakwah dan tidak menyerangnya. Bahkan mereka membiarkan Al Banna berdakwah, kendatipun mereka tidak bergabung dengannya atau tidak mendukungnya.

Para Tokoh Masyarakat


Al Banna menghormati mereka sesuai dengan posisi mereka di masyarakat dan mengadakan pendekatan dengan mereka dengan bahasa yang baik dan amal-amal kebaikan, dengan cara ini mereka mencintai dan menghargainya, diantara yang dilakukan oleh Al Banna menghilangkan sebab-sebab perselisihan dan permusuhan diantara mereka, dalam hal ini Al Banna berhasil dan mendapat penghargaan dari mereka.

Klub-Klub Pertemuan
Al Banna sering mendatangi klub-klub (tempat-tempat pertemuan) dan disana beliau menyampaikan pengajian, muhadhoroh nadwah (menjalin hubungan persaudaraan dengan orang banyak) dan berhasil merekrut jumlah yang tidak sedikit untuk mengikuti pengajian beliau di Zawiyah. Demikian Al Banna pada permulaan dakwahnya di Ismailiyah berhasil menarik simpati dan mengambil hati masyarakat. Kemudian dikumpulkan lalu diarahkan sehingga mereka memiliki ghiroh terhadap agama mereka dan cinta akan amal islami. Cara-cara diatas dilakukan oleh Al Banna kurang lebih selama 1 tahun. Pada bulan Dzul Qodah tahun 1347 H atau bulan Maret 1928 M, datang 6 orang diantara yang tertarik dengan dakwah Al Banna mereka adalah :

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Hafiz Abdul Hamid, bekerja sebagai tukang bangunan Ahmad Al Hushor, bekerja sebagai tukang cukur Fuad Ibrahim, bekerja sebagai tukang gosok pakaian Ismail Izz, bekerja sebagai penjaga kebun Zaki Al Maghribi, bekerja sebagai tukang menyewakan sepeda dan bengkel sepeda Abdurrahman Hasbullah, bekerja sebagai supir

Mereka berbicara kepada Imam Syahid tentang apa yang harus mereka lakukan demi agama dan mereka menawarkan sebagian harta milik mereka yang sedikit. Lalu mereka meminta kepada Al Banna untuk menjadi pimpinan mereka, kemudian permintaan ini diterimanya. Lalu mereka berbaiat kepadanya untuk bekerja demi Islam dan mereka bermusyawarah tentang nama perkumpulan mereka. Imam Al Banna berkata : Kita ikhwah dalam berkhidmat untuk Islam, dengan demikian kita Al Ikhwanul Muslimin. Kemudian mereka menjadikan kamar di suatu rumah sewaan yang sangat sederhana sebagai Kantor Jamaah dengan mengambil nama Madrosah At Tahzab. Disanalah Imam Syahid mulai meletakkan/ mengambil manhaj tarbawi bersama pengikut-pengikutnya, manhaj tarbawi pada waktu itu adalah : 1. 2. 3. 4. Al-Quranul Karim (tilawah dan hafalan). As Sunnah An Nabawiyah (menghafal sejumlah hadits). Pelatihan khutbah. Pelatihan mengajar untuk umum.

Setelah beberapa bulan jumlah pengikut jamaah menjadi 76 orang, kemudian terus bertambah. Dan mereka mendermakan harta mereka untuk dakwah sampai dapat membeli sebidang tanah untuk dibangun diatasnya markas jamaah (Darul Ikhwanul Muslimin) terdiri dari masjid, 1 sekolah untuk putra, 1 sekolah untuk putri, nadi (tempat pertemuan) ikhwan. 3. Pertumbuhan pesat dakwah ikhwan sejak awal. Pada bulan Oktober tahun 1932 M, Imam Hasan Al-Banna dimutasi kerjanya ke Kairo sebagai guru di Madrasah Abbas I, Distrik Sabtiah, perpindahan kerja ini menjadi peluang bagi Imam Syahid untuk membawa dakwah ke Kairo ibukota Mesir, mengingat Kairo pusat kebijakan politik, dan mendapatkan kesempatan berdakwah di depan jutaan penduduk Kairo. Di Kairo Imam Al Banna dan ikhwan memilih rumah di jalan Nafi No.24 sebagai Markaz Amm, dan Imam Syahid bertempat di lantai atas selama 7 tahun dakwah di Kairo dari tahun 1932 sampai 1939 M. Markaz Amm mengalami beberapa kali pindah : 1. 2. 3. 4. Di jalan Nafi No.24 Di rumah di Suqus Silah Di jalan Syamasyiji No.5 Di jalan Nashiriyah No.13

5. 6.

Di jalan Medan Atobah No.5 di perumahan wakaf Di jalan Ahmad Bik Umar di Hilmiyah

Di Kairo disamping banyaknya partai politik yang bersaing untuk menjadi partai yang berkuasa, didapati pula banyak organisasi Islam dan non Islam. Di tengah-tengah kehidupan Kairo, dakwah ikhwan terus meluncur membuktikan keberadaannya, efektifitasnya dan menarik banyak pengikut dan pendukungnya serta membuka syubah-syubah baru. Dakwah di Kairo belum sampai satu tahun Imam Syahid telah mampu menyebarkan dakwah di seluruh kota Kairo dan telah membuka syubah-syubah baru lebih dari 50 kabupaten, dimana Imam Syahid mendatangi perkampungan negeri Mesir untuk berdakwah tidak mengenal letih, apalagi malas, hal itu dilakukannya disaat-saat musim liburan sekolah.

Sekilas pintas pribadi Mursyid


1. Profesi dan pekerjaannya. Beliau sebagai guru SD (Ibtidaiyah), beliau seorang guru yang disiplin melaksanakan tugasnya dengan optimal dan maksimal, beliau belum pernah terlambat datang ke sekolah (tempat kerja), beliau merasakan nimat dan kebahagiaan dalam bekerja karena beliau meyakini bahwa Allah telah menciptakannya menjadi pendidik. Beliau disenangi dan dihormati oleh murid-murid, para guru, kepala sekolah dan karyawan. Dan mereka mencintai dakwah Al Banna, karena mereka mencintai pribadinya. Mereka berkeinginan membantunya, agar mempunyai banyak waktu untuk mengemban tugas dakwah, akan tetapi beliau bersikeras melaksanakan tugasnya dengan sempurna tanpa membebani orang lain. Bila ada ikhwan yang menelponnya ketika dia sedang mengajar di kelas, kemudian petugas memberitahukannya ada orang yang menelponnya, lalu ia berpesan kepada petugas tersebut : Katakan kepadanya/mereka, dia sedang mengajar tidak dapat meninggalkan kelas sebelum selesai jam pelajarannya. 2. Tugas Rumah. Hasan Al Banna melaksanakan tugasnya di rumah sebagai kepala keluarga, suami, ayah dengan sempurna, tidak pernah terjadi kles dalam rumahnya, memberikan perhatian yang penuh kepada anakanaknya. Beliau membantu pekerjaan istrinya di rumah sekalipun dengan kesibukan dakwahnya. Beliau mengetahui kebutuhan rumah, beliau tiap hari mencatat kebutuhan rumah tangga, sehingga beliau mengetahui kapan disimpan barang seperti bawang, minyak dan lain-lain. 3. Aktifitas Dakwah. Dakwah bagi Hasan Al Banna menjadi alasan hidupnya, dan semua kehidupannya dakwah, siang dan malam kesibukannya adalah dakwah, dakwah memenuhi hati pikirannya, sehingga dakwah terlihat jelas pada pribadinya, bila berbicara, berbicara dengan dakwah dan untuk dakwah. Dan bila diam, diamnya dakwah, bila bergerak demi dakwah, cinta dan bencinya karena dakwah dan bila tertawa atau menangis karena dakwah.

Hasan Al Banna tidak hidup untuk dirinya sendiri, tidak menyimpan uang, tenaga waktu dan kesehatannya kecuali untuk dakwah, semua gajinya dijadikan untuk dakwah, tidak dikurangi kecuali untuk kepentingan keluarga yang pokok, beliau mengambil standar minimal/terendah untuk hidupnya. Hasan Al Banna menjadikan hidupnya untuk dakwah, ucapan, diam, gerak, bangun, tidur, suka, benci, tulisan, bacaan, pikirannya semua untuk Islam. C. Ranjau-Ranjau Sepanjang Perjalanan Dakwah Imam Hasan Al-Banna. Ketika kedua aktifis thontho Muhammad Abdussalam dan Jamaluddin Fakih dituduh oleh rezim sebagai pelopor gerakan subversib dan ini adalah awal mihnah yang menimpa jamaah maka Imam Asyahid segera mengadakan lobi dengan lembaga bantuan hukum untuk mengadakan pembelaan secara maksimal dan mengerahkan seluruh ikhwan agar memiliki perhatian serta mengikuti persidangan-persidangan yang berlangsung bahkan beliau sendiripun selalu mengikuti persidanganpersidangan yang berlangsung dan sekaligus membantah tuduhan yang ditujukan kepada dua aktifis maupun kepada jamaah dengan lewat mass media internal maupun external. Dengan upaya yang maksimal dan dukungan seluruh fihak akhirnya kedua aktifis dinyatakan bersih dari tuduhan. Keprihatinan Hasan Al Banna terhadap peristiwa itu terungkap Sesungguhnya masalah ini membikin aku gelisah untuk tidur, karena aku tahu bahwa hal ini benar-benar telah dipersiapkan secara matang, mereka memiliki dan menguasai seluruh perangkatnya, mulai dari birokrasi, hakim, hingga saksi-saksi palsu dan apabila mereka berhasil meringkus kedua aktifis kita kedalam penjara dengan tuduhan subversif, maka dakwah al ikhwan akan punah dimata masyarakat. Memang Hasan Al Banna mengajarkan kepada al ikhwan untuk menjadi generasi yang pemberani dalam kebenaran, menganggap para penjajah adalah musuh dan bentuk perbudakan yang paling buruk sepanjang sejarah manusia, mereka begitu semangat dan berebut untuk mendapatkan izin menuju Palestina untuk meraih syahadah ketika DK PBB pada tahun 1948 secara resmi memutuskan tanah Palestina menjadi dua, Imam sendiri dalam pidatonya dimuka khalayak ramai di hotel intercontinental mengatakan : Pembagian Palestina menjadi dua adalah tanda bahwa dunia telah tidak waras. Hal serupa juga pernah disampaikan kepada pemerintah Inggris lewat perwakilannya di Kairo tahun 1939 M, bahwa ummat Islam akan mempertahankan Palestina hingga titik darah terakhir. Beliau juga seorang yang lembut hati, hidupnya hanya untuk perhatian dakwah dan para ikhwannya, ketika seorang akhwat menderita sakit , beliau sendiri menghubungi dokter dan ketika sang dokter sedang menulis resep obat lalu beliau mencolek kepada Mahmud Abdul Halim untuk meminjam uang untuk menebus obat karena tak sepeser junaihpun ada ditangannya. Perlawanan para ikhwan menghadapi penjajah Inggris atas intervensinya terhadap kota Ismailiyah awal perang dunia kedua 1939 M merupakan sampel keberanian mereka. Melihat keberhasilan Hasan Al Banna dengan jamaahnya yang cukup gemilang, dimana pada waktu yang relatif singkat fikroh ikhwan telah mampu mempengaruhi dan mewarnai di berbagai bidang ekonomi, sosial politik dan keagamaan, khususnya sikap masyarakat luas terhadap Palestina dan penjajah, maka Inggrispun sangat gerah terhadap Hasan Al Banna dan sangat berkepentingan untuk membunuhnya dan membubarkan jamaahnya. Untuk merealisasikan mimpin Inggris itu pada tanggal 10 Nopember 1948 M tiga segitiga setan mengadakan pertemuan secara rahasia, mereka adalah Inggris, Amerika dan Perancis di Paid,

memutuskan agar ikhwanul muslimin segera dibubarkan. Sebulan kemudian tepat pada tanggal 8 Desember 1948 datang SK militer yang berisikan pembubaran terhadap jamaah. Rupanya pembubaran jamaah tidak berdampak terhadap aktifitas dan keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, justru pembelaan dari masyarakat luas semakin kentara dari hari ke hari, kewibawaan dan kemampuan Hasan Al Banna merekrut masyarakat luas sangat diakui lawannya, kemampuan membangkitkan semangat ummat, membuka hati yang tertutup, menghimpun kekuatan arus bawah sangat ditakuti lawan. Maka tidak ada lagi pilihan lain, kecuali harus merencanakan sebuah makar yang lebih besar yang belum pernah terpikir di benak mereka yaitu dengan membunuh pendirinya. Sejak itu rezim Faruq benar-benar memperhitungkan langkah untuk menguasai Hasan Al Banna : 1. Dengan memenjarakan seluruh anggota al ikhwan dan membiarkan Hasan Al Banna seorang diri agar masyarakat luas menganggap bahwa rezim masih memiliki rasa tolerir terhadap beliau, padahal itu sebuah siksaan batin, setiap harinya hanya tangisan ribuan anak kecil dan rintihan ibu-ibu fororo yang didengarnya, menengok kanan dan kiri tidak ada yang peduli seakan-akan seluruh rakyat telah diintimidasi oleh rezim, takut untuk melakukan sebuah kebaikan, siapa sedekah mati, siapa menolong orang yang kelaparan dia anggap pemberontak, beliau hanya mampu mengumpulkan sebesar 150 junaih Mesir (+ $.140) setelah upaya sana sini dan itupun hasil hutang dari salah seorang teman. Sungguhpun perasaan-perasaan buruk dan mencekam yang melanda masyarakat lebih dari yang terungkapkan. 2. Setelah perasaan yang mencekam benar-benar menyelimuti seluruh rakyat Mesir, polisi intel segera memenjarakan adik kandung Hasan Al Banna, Abdul Basith yang dia adalah seorang polisi padahal yang satu ini bukan seorang al ikhwan, hal itu untuk mempermudah penangkapan terhadap beliau kapan mereka menginginkannya, sebenarnya perasaan ini juga ada dalam sanubari kecil beliau, namun justru keberanian dan perasaan tidak takut mati semakin lebih nampak apalagi setelah di suatu malam beliau bertemu dengan Sayyidina Umar di dalam sebuah mimpinya mengatakan wahai Hasan, kau akan dibunuh kemudian terbangun lalu tidur kembali sehingga terulang mimpi itu lalu bangun sholat hingga subuh, sungguhpun mati adalah batas uang tidak dapat ditawar. Dan ketika Imam Asyahid mengajukan untuk tinggal di luar kota Kairo bersama saudaranyapun tidak diizinkan, hal itu semakin memperjelas makar yang dirancang oleh rezim untuk meringkusnya secara perlahan. 3. Setelah seluruh persenjataan ikhwan, dan kekayaannya termasuk pistol dan mobil pribadi beliau yang statusnya pinjaman itu disita oleh penguasa yang serakah, maka tinggal episode yang terakhir. Maka berhasillah mereka merekayasa sebuah pertemuan antara Asyahid dengan Mohammad An Naqhi (salah satu pengurus Dar Asy-Syubban) pada hari Jumat tanggal 11 Desember 1949 M pukul 17.00. Namun hingga pukul 20.00 masalah yang diagendakan belum ada kejelasan yaitu salah seorang menteri yang diharapkan dapat membantu menyelesaikan masalah ikhwan, lalu pulanglah beliau dengan mertuanya ustadz Mansur SH dengan komitmen akan datang kembali esok harinya, namun tiba-tiba beliau dapati suasana yang sungguh lain, di jalan protokol Quin Ramses yang biasanya ramai dengan hiruk pikuk lalu lintas lalu lalang manusia saat itu tak sebuah mobil dan seorangpun yang lewat kecuali sebuah taxi yang menongkrong di depan gerbang pintu Dar Asy Syubban, toko-toko dan rumah-rumah makan yang berdekatan juga sudah tutup, kecurigaan semakin tinggi ketika baru akan melangkahkan kaki menuju jalan raya tiba-tiba seluruh lampu penerang jalan mati, saat itulah peluru api meluncur sebagian mengenai Asy Syahid dan peluru yang lain mengenai

ustadz Mansur, namun beliau masih kuat untuk naik sendiri menuju gedung Dar Asy Syubban memutar telepon untuk meminta pertolongan kepada ambulance, sungguhpun demikian Asy Syahid terdampar dalam rumah sakit Qosr Aini tak seorangpun dari perawat atau dokter yang berani menolongnya sekalipun banyak dokter muslim yang ingin merawatnya, namun kepala RS tidak mengizinkan atas perintah kerajaan. Dering telepon tak henti-hentinya untuk meyakinkan kematian Asy Syahid hingga Asy Syahid menemui robbul izzah dengan kepahlawanannya. Tepat hari Sabtu malam Minggu tanggal 12 Desember 1949 beliau pulang ke Rahmatullah. Terselimutilah di hari itu langit dunia dengan kesedihan yang mendalam karena kematiannya berarti hilangnya seorang pembela kebenaran penegak keadilan di tengah-tengah kelaliman dan ummat Islam tertidur nyenyak. Ditengah-tengah puncak kebahagiaan Raja Faruq dalam merayakan hari ulang tahunnya kepala polisi intel memberikan hadiah berupa kepala Imam Asy Syahid untuk menambahkan kecongkakannya diatas muka bumi dan kemurkaan Allah terhadapnya. Pagi harinya hari Minggu tanggal 12 Desember 1949 sampailah berita kematian kepada orang tuanya Ahmad Al Banna. Kehidupan beliau tergambar dalam syairnya : Yang lebih menyedihkan rezimpun tidak mengizinkan ummat Islam untuk merawat jenazahnya dan bertaziyah ke rumah shohibul musibah. Untuk menunjukkan keangkuhan serta kedengkiannya terhadap Asy Syahid dan dakwah mereka susun penjagaan militer secara ketat yang siap untuk bertempur dan tank-tank yang seakan-akan menghadapi sebuah pertempuran yang dahsyat, padahal sebuah upacara kematian yang terdiri dari beberapa gelintir insan yang tak berdaya. Tidak seorangpun diizinkan membawa jenazahnya menuju makam Imam Syahid kecuali orang tua Imam Asy Syahid beserta seorang dan kedua saudari perempuannya. Jamaah yang telah didirikan diatas darah Asy Syahid dan di ukir dengan darah para syuhada akankah menjadi sesuatu yang sangat ditunggu oleh ummat seluruh dunia sebagai pahlawan penegak kebenaran pendobrak kebatilan dan pembawa bendera khilafah ? Jawabannya tentu tergantung kepada kualitas nilai dan pengorbanan para penerusnya 2222222222222222222

Biografi Hasan Al Banna


Imam Syahid Hasan Al-Banna Ia dilahirkan di desa Mahmudiyah kawasan Buhairah, Mesir tahun 1906 M. Ayahnya, Syaikh Ahmad al-Banna adalah seorang ulama fiqh dan hadits. Sejak masa kecilnya, Hasan al Banna sudah menunjukkan tanda-tanda kecemerlangan otaknya. Pada usia 12 tahun, atas anugerah Allah, Hasan kecil telah menghafal separuh isi Al-Qur'an. Sang ayah terus menerus memotivasi Hasan agar melengkapi hafalannya. Semenjak itu Hasan kecil mendisiplinkan kegiatannya menjadi empat. Siang hari dipergunakannya untuk belajar di sekolah. Kemudian belajar membuat dan memperbaiki jam dengan orang tuanya hingga sore. Waktu sore hingga menjelang tidur digunakannya untuk mengulang pelajaran sekolah. Sementara membaca dan mengulang-ulang hafalan Al-Qur'an ia lakukan selesai shalat Shubuh. Maka tak mengherankan apabila Hasan al Banna mencetak berbagai prestasi gemilang di kemudian hari. Pada usia 14 tahun Hasan al

Banna telah menghafal seluruh Al-Quran. Hasan Al Banna lulus dari sekolahnya dengan predikat terbaik di sekolahnya dan nomor lima terbaik di seluruh Mesir. Pada usia 16 tahun, ia telah menjadi mahasiswa di perguruan tinggi Darul Ulum. Demikianlah sederet prestasi Hasan kecil. Selain prestasinya di bidang akademik, Ia juga memiliki bakat leadership yang cemerlang. Semenjak masa mudanya Hasan Al-Banna selalu terpilih untuk menjadi ketua organisasi siswa di sekolahnya. Bahkan pada waktu masih berada di jenjang pendidikan i'dadiyah (semacam SMP), beliau telah mampu menyelesaikan masalah secara dewasa, kisahnya begini: Suatu siang, usai belajar di sekolah, sejumlah besar siswa berjalan melewati mushalla kampung. Hasan berada di antara mereka. Tatkala mereka berada di samping mushalla, maka adzan pun berkumandang. Saat itu, murid-murid segera menyerbu kolam air tempat berwudhu. Namun tiba-tiba saja datang sang imam dan mengusir murid-murid madrasah yang dianggap masih kanak-kanak itu. Rupanya, ia khawatir kalau-kalau mereka menghabiskan jatah air wudhu. Sebagian besar murid-murid itu berlarian menyingkir karena bentakan sang imam, sementara sebagian kecil bertahan di tempatnya. Mengalami peristiwa tersebut, al Banna lalu mengambil secarik kertas dan menulis uraian kalimat yang ditutup dengan satu ayat Al Qur'an, "Dan janganlah kamu mengusir orang yang menyeru Tuhannya di pagi hari dan di petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya."(Q. S. Al-An'aam: 52). Kertas itu dengan penuh hormat ia berikan kepada Syaikh Muhammad Sa'id, imam mushalla yang menghardik kawan-kawannya. Membaca surat Hasan al Banna hati sang imam tersentuh, hingga pada hari selanjutnya sikapnya berubah terhadap "rombongan anak-anak kecil" tersebut. Sementara para murid pun sepakat untuk mengisi kembali kolam tempat wudhu setiap mereka selesai shalat di mushalla. Bahkan para murid itu berinisiatif untuk mengumpulkan dana untuk membeli tikar mushalla! Pada usia 21 tahun, beliau menamatkan studinya di Darul 'Ulum dan ditunjuk menjadi guru di Isma'iliyah. Hasan Al Banna sangat prihatin dengan kelakuan Inggris yang memperbudak bangsanya. Masa itu adalah sebuah masa di mana umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekhalifahan Utsmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan. Umat Islam mengalami kebingungan. Sementara kaum penjajah mempermainkan dunia Islam dengan seenaknya. Bahkan di Turki sendiri, Kemal Attaturk memberangus ajaran Islam di negaranya. Puluhan ulama Turki dijebloskan ke penjara. Demikianlah keadaan dunia Islam ketika al Banna berusia muda. Satu di antara penyebab kemunduran umat Islam adalah bahwa umat ini jahil (bodoh) terhadap ajaran Islam. Maka mulailah Hasan al Banna dengan dakwahnya. Dakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia untuk memberantas kejahiliyahan (kebodohan). Dakwah beliau dimulai dengan menggalang beberapa muridnya. Kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi. Hal ini beliau lakukan teratur dua minggu sekali. Beliau dengan perkumpulan yang didirikannya "Al-Ikhwanul Muslimun," bekerja keras siang malam menulis pidato, mengadakan pembinaan, memimpin rapat pertemuan, dll. Dakwahnya mendapat sambutan luas di kalangan umat Islam Mesir. Tercatat kaum muslimin mulai dari golongan buruh/petani, usahawan, ilmuwan, ulama, dokter mendukung dakwah beliau. Pada masa peperangan antara Arab dan Yahudi (sekitar tahun 45-an), beliau memobilisasi mujahidmujahid binaannya. Dari seluruh Pasukan Gabungan Arab, hanya ada satu kelompok yang sangat ditakuti Yahudi, yaitu pasukan sukarela Ikhwan. Mujahidin sukarela itu terus merangsek maju, sampai akhirnya terjadilah aib besar yang mencoreng pemerintah Mesir. Amerika Serikat, sobat kental Yahudi

mengancam akan mengebom Mesir jika tidak menarik mujahidin Ikhwanul Muslimin. Maka terjadilah sebuah tragedi yang membuktikan betapa pengecutnya manusia. Ribuan mujahid Mesir ditarik ke belakang, kemudian dilucuti. Oleh siapa? Oleh pasukan pemerintah Mesir! Bahkan tidak itu saja, para mujahidin yang ikhlas ini lalu dijebloskan ke penjara-penjara militer. Bahkan beberapa waktu setelah itu Hasan al Banna, selaku pimpinan Ikhwanul Muslimin menemui syahidnya dalam sebuah peristiwa yang dirancang oleh musuh-musuh Allah. Dakwah beliau bersifat internasional. Bahkan segera setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, Hasan al Banna segera menyatakan dukungannya. Kontak dengan tokoh ulama Indonesia pun dijalin. Tercatat M. Natsir pernah berpidato didepan rapat Ikhwanul Muslimin. (catatan : M. Natsir di kemudian hari menjadi PM Indonesia ketika RIS berubah kembali menjadi negara kesatuan). Syahidnya Hasan Al-Banna tidak berarti surutnya dakwah beliau. Sudah menjadi kehendak Allah, bahwa kapan pun dan di mana pun dakwah Islam tidak akan pernah berhenti, meskipun musuh-musuh Islam sekuat tenaga berusaha memadamkannya. Mereka ingin memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir benci. (Q. S. Ash-Shaff: 8) Masa-masa sepeninggal Hasan Al-Banna, adalah masa-masa penuh cobaan untuk umat Islam di Mesir. Banyak murid-murid beliau yang disiksa, dijebloskan ke penjara, bahkan dihukum mati, terutama ketika Mesir di perintah oleh Jamal Abdul Naseer, seorang diktator yang condong ke Sovyet. Banyak pula murid beliau yang terpaksa mengungsi ke luar negeri, bahkan ke Eropa. Pengungsian bagi mereka bukanlah suatu yang disesali. Bagi mereka di mana pun adalah bumi Allah, di mana pun adalah lahan dakwah. Para pengamat mensinyalir, dakwah Islam di Barat tidaklah terlepas dari jerih payah mereka. Demikianlah, siksaan, tekanan, pembunuhan tidak akan memadamkan cahaya Allah. Bahkan semuanya seakan-akan menjadi penyubur dakwah itu sendiri, sehingga dakwah Islam makin tersebar luas. Di antara karya penerus perjuangan beliau yang terkenal adalah Fi Dzilaalil Qur'an (di bawah lindungan Al-Qur'an) karya Sayyid Quthb. Sebuah kitab tafsir Al-Qur'an yang sangat berbobot di jaman kontemporer ini. Ulama-ulama kita pun menjadikannya sebagai rujukan terjemahan Al-Qur'an dalam Bahasa Indonesia. Di antaranya adalah Al-Qu'an dan Terjemahannya keluaran Depag RI, kemudian Tafsir Al-Azhar karya seorang ulama Indonesia Buya Hamka. Mengenal sosok beliau akanlah terasa komplit apabila kita mengetahui prinsip dan keyakinan beliau. Berikut ini adalah prinsip-prinsip yang senantiasa beliau pegang teguh dalam dakwahnya: Saya meyakini: "Sesungguhnya segala urusan bagi Allah. Nabi Muhammad SAW junjungan kita, penutup para Rasul yang diutus untuk seluruh umat manusia. Sesungguhnya hari pembalasan itu haq (akan datang). Al-Quran itu Kitabullah. Islam itu perundang-undangan yang lengkap untuk mengatur kehidupan dunia akhirat." Saya berjanji: "Akan mengarahkan diri saya sesuai dengan Al-Quran dan berpegang teguh dengan sunah suci. Saya akan mempelajari Sirah Nabi dan para sahabat yang mulia." Saya meyakini: "Sesungguhnya istiqomah, kemuliaan dan ilmu bagian dari sendi Islam." Saya berjanji: "Akan menjadi orang yang istiqomah yang menunaikan ibadah serta menjauhi segala kemunkaran. Menghiasi diri dengan akhlak-akhlak mulia dan meninggalkan akhlak-akhlak yang buruk. Memilih dan membiasakan diri dengan kebiasaan-kebiasaan islami semampu saya. Mengutamakan kekeluargaan dan kasih sayang dalam berhukum dan di pengadilan. Tidak akan pergi ke pengadilan

kecuali jika terpaksa, akan selalu mengumandangkan syiar-syiar islam dan bahasanya. Berusaha menyebarkan ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk seluruh lapisan umat ini." Saya meyakini: "Seorang muslim dituntut untuk bekerja dan mencari nafkah, di dalam hartanya yang diusahakan itu ada haq dan wajib dikeluarkan untuk orang yang membutuhkan dan orang yang tidak punya. Saya berjanji: "Akan berusaha untuk penghidupan saya dan berhemat untuk masa depan saya. Akan menunaikan zakat harta dan menyisihkan sebagian dari usaha itu untuk kegiatan-kegiatan kebajikan. Akan menyokong semua proyek ekonomi yang islami, dan bermanfaat serta mengutamakan hasil-hasil produksi dalam negeri dan negara Islam lainnya. Tidak akan melakukan transaksi riba dalam semua urusan dan tidak melibatkan diri dalam kemewahan yang diatas kemampuan saya." Saya meyakini: "Seorang muslim bertanggung jawab terhadap keluarganya, diantara kewajibannya menjaga kesehatan, aqidah dan akhlak mereka." Saya berjanji: "Akan bekerja untuk itu dengan segala upaya. Akan menyiarkan ajaran-ajaran islam pada seluruh keluarga saya, dengan pelajaran-pelajaran islami. Tidak akan memasukkan anak-anak saya ke sekolah yang tidak dapat menjaga aqidah dan akhlak mereka. Akan menolak seluruh media massa, buletin-buletin dan buku-buku serta tidak berhubungan dengan perkumpulan-perkumpulan yang tidak berorientasi pada ajaran Islam." Saya meyakini: "Di antara kewajiban seorang muslim menghidupkan kembali kejayaan Islam dengan membangkitkan bangsanya dan mengembalikan syariatnya, panji-panji islam harus menjadi panutan umat manusia. Tugas seorang muslim mendidik masyarakat dunia menurut prinsip-prinsip Islam." Saya berjanji: "Akan bersungguh-sungguh dalam menjalankan risalah ini selama hidupku dan mengorbankan segala yang saya miliki demi terlaksananya misi (risalah) tersebut." Saya meyakini: "Bahwa kaum muslim adalah umat yang satu, yang diikat dalam satu aqidah islam, bahwa islam yang memerintahkan pemelukya untuk berbuat baik (ihsan) kepada seluruh manusia." Saya berjanji: "Akan mengerahkan segenap upaya untuk menguatkan ikatan persaudaraan antara kaum muslimin dan mengikis perpecahan dan sengketa di antara golongan-golongan mereka." Saya meyakini: "Sesungguhnya rahasia kemunduran umat Islam, karena jauhnya mereka dari "dien" (agama) mereka, dan hal yang mendasar dari perbaikan itu adalah kembali kepada pengajaran Islam dan hukum-hukumnya, itu semua mungkin apabila setiap kaum muslimin bekerja untuk itu." posted by Deddy Ardianto,S.SiT @ 12:34 AM 3333333333333333

Imam Syahid Hasan Al-Banna, Sosok Pemuda Yang Taat Kepada Allah
Tokoh Ikhwan 16/10/2008 | 15 Shawwal 1429 H | 10.567 views Oleh: Abu ANaS

Mengenal Sosok Muda Imam Hasan AlBanna Nama Hasan Al-Banna selalu lekat dengan jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun, karena beliau adalah pendiri dan menjadi Mursyid Am pertama jamaah tersebut. Sekalipun sang imam Al-Banna -semoga Allah merahmatinya-, tidak mengenyam kehidupan lebih dari 42 tahun, namun pada masa hidupnya banyak memberikan kontribusi dan prestasi yang besar sehingga banyak terjadi lompatan sejarah terutama dalam melakukan perubahan kehidupan umat menuju Islam dan dakwah Islam yang lebih cerah, banyak perubahan-perubahan yang dicapai olehnya, apalagi saat beliau hidup kondisi umat dalam keadaan yang begitu parah dan mengenaskan, keterbelakangan, ketidakberdayaan, kebodohan umat, dan ditambah dengan penjajahan barat. 42 tahun kalau diukur dari perjalanan sejarah merupakan waktu yang singkat, merupakan usia yang belum bisa memberikan apa-apa, walaupun umur sejarah tidak bisa diukur berdasarkan tahun dan hari, namun dapat juga diukur dari banyaknya peristiwa yang berdampak pada perubahan kondisi, situasi dan keadaan, dan inilah yang selalu melekat pada sosok Hasan Al-Banna, beliau banyak memberikan pengaruh dalam perubahan sejarah, dan beliau juga merupakan salah satu dari orang yang memberikan kontribusi melakukan perbaikan dan perubahan dalam tubuh umat. Sekalipun umur beliau relatif pendek namun beliau termasuk orang yang mampu membuat sejarah gemilang. Setiap orang pasti memiliki faktor yang dapat dinilai mampu memberikan kontribusi dan saham dalam pembentukan karakter dan jati dirinya dan menentukan berbagai hakikat yang dipilihnya. Dan bagi pemerhati lingkungan yang di dalamnya hidup sang imam Al-Banna akan dapat menemukan awal yang baik, dan karena itu berakhir dengan baik. Seperti dalam ungkapan: Akhir yang baik mesti diawali dengan permulaan yang baik. Dan imam Al-Banna kecil (muda) hidup dibawah naungan dan lingkungan yang bersih dan suci. Dan rumah yang di dalamnya hidup sang imam juga merupakan rumah yang tershibghah dengan shibghah islam yang hanif. Orang tuanya bernama syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Bann. Beliau adalah seorang imam masjid di desanya, dan seorang tukang reparasi dan penjual jam. Namun disisi lain orang tuan Hasan Al-Banna adalah sosok pecinta ilmu dan buku, sehingga senang menuntut ilmu dan membaca buku, dan sebagian waktunya banyak dihabiskan untuk membaca dan menulis, dan beliau juga banyak menulis kitab, diantaranya adalah Badaiul Musnad fi JamI wa Tartiibi Musnad

As-SyafiI, Al-Fathu Ar-Robbani fi Tartiibi Musnad Ahmad As-Syaibani, Bulughul Amani min Asrori Al-fathu Ar-Robbani Bahwa komitmen dengan Islam dan manhaj robbani sangat membutuhkan pondasi utama pada lingkungan yang menggerakkannya, agar dapat tumbuh dan besar seperti pondasi tersebut, dan jika tidak ada lingkungan yang mendukung maka akan menjadi sirna dan mati sejak awal kehidupannya. Dan Allah telah memberikan karunia besar terhadap imam Al-Banna dengan lingkungan yang baik ini. Orang tuanya memberikan tarbiyah sejak awal dengan baik; meumbuhkan kecintaan terhadap Islam kepada anaknya sejak dini, selalu memelihara bacaan dan hafalan Al-Quran, sehingga memberikan kepada pemuda tersebut waktu dan tenaga yang cerah dalam berfikir dan berdakwah, dan pada saat itu pula yang mana pada saat itu- Islam telah tertutupi oleh kehidupan yang bebas dan politik yang rusak, tampak menjadi asing bahkan aneh dan tidak wajar- melihat seorang pemuda yang begitu besar komitmennya terhadap ajaran Islam sampai pada masalah waktu, atau dalam menunaikan ibadah shalat dengan penuh kedisiplinan. Sejak awal dapat kita lihat bahwa imam Al-Banna telah menentukan jalannya dan karakter hidupnya; yaitu jalan hidup yang beliau lakoninya dalam kehidupannya secara pribadi yang unik; komitmen terhadap Islam dan manhaj robbani dan interaksinya dengan orang lain dengan baik dan sesuai dengan ajaran Islam. Baliau begitu terkesan dengan hadits Nabi dan begitu kuat berpegang teguh dengannya; yaitu hadits Nabi saw: Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara.. diantaranya adalah masa mudamu sebelum datang masa tuamu, begitupun dengan hadits Nabi saw lainnya: ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada saat tidak ada naungan kecuali naungannya.. diantaranya adalah seorang pemuda yang taat beribadah kepada Allah. Maka dari itu imam Al-Banna kehidupannya adalah islam dan tidak ada yang lain dalam diri dan hidupnya kecuali Islam. Hal itu tampak juga dengan jelas pada beberapa lembaga atau yayasan yang sejak kecil beliau loyal kepadanya, yang kesemuanya merupakan lembaga atau yayasan Islam, seperti Jamiyyah As-Suluk wal Akhlak dan Jamaah An-Nahyu Al-Munkar, dan beliau juga memiliki hubungan yang erat dengan harakah sufiyah yang pada saat itu marak tersebar di berbagai pelosok daerah dan kota di Mesir. Adapun diantara faktor lain yang membantunya komitmen di jalan kebenaran adalah karena beliau begitu banyak beribadah dan taat kepada Allah, sejak mudanya beliau sering melakukan puasa sunnah, khususnya puasa sunnah yang berhubungan dengan hari-hari besar Islam, dan lebih banyak lagi beliau melakukan puasa hari sunnah senin dan hari kamis pada setiap minggunya, karena mentauladani sunnah nabi saw, sebagaimana beliau juga sangat bersemangat melakukan puasa sunnah rajab dan syaban. Kebanyakan dari kita mungkin merasa asing dalam melakukan ketaatan seperti itu, atau merasa berat melakukannya terutama di saat kondisi zaman seperti ini. Sebagaiman usaha yang dilakukan imam Al-Banna dalam ketaatan juga menadapatkan kesulitan, terutama disaat kondisi yang saat itu dialami; adanya gerakan missionaries, globalisasi dan penjajahan yang telah meluas dan merambah dengan cepat di tengah kehidupan masyarakat Mesir saat itu; sehingga memberikan kontribusi yang besar dalam menjauhkan umat dari Islam apalagi untuk komitmen dengan ibadah dan ketaatan. Namun imam Al-banna, hidup melawan arus, beliau berada dalam semangat Islam yang tinggi, berpegang dengan ketaatan dan ibadah kepada Allah, sekalipun umat saat itu sedang diliputi arus

globalisasi dan pencampakkan jati diri Islam; sehingga mengakibatkan acuhnya umat terhadap Islam dan jauhnya umat terutama para pemudanya- dari kehidupan beragama, apalagi juga banyaknya bermunculan seruan dan propaganda asing terhadap dunia Islam seperti liberalisme dan komunisme serta gerakan missionaris yang mengajak untuk jauh dari Islam dan berlaku hidup modernis seperti mereka. Sekalipun demikian imam Al-Banna tetap berpegang teguh dan yakin dengan keislamannya bahkan merasa bangga dengannya. Dan pada saat berdiri Universitas Cairo, dan Dar El-Ulum merupakan salah satu bagian dari kuliah yang ada di dalamnya; yang di dalamnya menghadirkan ilmu-ilmu kontemporer, ditambah juga dengan ilmu-ilmu syariah dan pengetahuan tradisional yang telah masyhur di Universitas Al-Azhar sebelumnya. Dan -pada saat itu pula- Imam Al-Banna mendaftarkan diri untuk kuliah di Dar El-Ulum, walaupun beliau tidak merasa cukup dengan ilmu yang di dapat di kuliah sehingga beliau mencarinya ditempat yang lain sebagai tambahan; seperti beliau selalu hadir mengikuti majlis ilmu pimpinan syaikh Rasyid Ridha, dan beliau sangat terkesan dengan tafsirnya yang terkenal yaitu Al-Manar. Namun hal tersebut tidak menghalangi dirinya mendapatkan nilai yang begitu baik dan cemerlang, sehingga beliau berhasil menamatkan kuliahnya dengan hasil yang gemilang, dan beliau merupakan angkatan pertama kuliah tersebut. Lalu -setelah itu- beliau diangkat sebagai guru pada madrasah ibtidaiyah disalah satu sekolah yang terletak di propinsi Ismailiyah, yaitu pada tahun 1927, dan di kota tersebut Imam Al-Banna muda tidak hanya terpaku pada jati dirinya sebagai guru madrasah ibtidaiyah, namun beliau juga menjadi dai kepada Allah, yang pada saat itu masjid-masjid disana kosong dari pemuda. Sehigga tidak ada anak-anak muda yang sholat di masjid namun asyik dengan minuman alkohol yang memambukkan. Maka tampaklah beliau sebagai seorang pemuda yang ahli ibadah, taat kepada Allah dan sebagai dai kepada Allah yang mengajak umat untuk kembali pada Islam yang hanif. Dan di kota Ismailiyah pula Imam Al-Banna banyak melakukan interaksi dengan lembaga-lembaga Islam dan beliau tampil sebagai dai dengan berbagai sarana yang dimiliki dan berkeliling ke berbagai tempat dan desa. Beliau pergi sebagai dai dan membawa kabar gembira tentang agama Islam. Beliau menyeru dan mengajak manusia yang berada tempat-tempat perkumpulan mereka, dan diatara tempat perkumpulan yang sering belaiu datangi adalah caf. Disana beliau memberikan kajian keagamaan, terutama pada sore hari ini, sehingga dengan kajian yang beliau sampaikan banyak menarik perhatian sebagian besar masyarakat pengunjung cafe; sehingga menjadikan pemilik caf tersebut berlombalomba mengundang Imam Al-Banna untuk memberikan kajian sore di caf-cefe milik mereka. Dan akhirnya di kota Ismailiyah dengan taufik dari Allah- dan dengan keberkahan akan juhud dan keikhlasannya, Imam Al-Banna mampu mengeluarkan cahaya dakwah terbesar dan memberikan pengaruh yang sangat besar hingga saat ini. Yaitu berdirinya Gerakan Al-Ikhwan Al-Muslimun yang dipimpin langsung oleh Imam Al-Banna. Padahal saat itu umur beliau masih muda sekali, baru mencapai antara tidak terlalu muda, tidak baya dan juga tidak terlalu tua. Pemuda yang ahli ibadah itulah yang telah mampu mendirikan gerakan dakwah Islam terbesar di dunia saat ini. Sosok Imam Al-Banna memiliki banyak keistimewaan, sosok yang universal dan seimbang, pemuda aktivis, seorang khatib yang antagonis, memiliki perasaan yang lembut, dan komunikatif dengan semua orang; baik dengan orang awam, petani dan buruh. Beliau juga seorang cendekiawan yang memiliki ilmu, yang mampu berinteraksi dengan para cendekiawan lainnya. Saat berada ditengah umat manusia,

banyak yang takjub kepadanya baik dari kalangan cendekiawan, hartawan, awam, petani dan buruh serta yang lainnya. Ini semua sejalan dengan dakwahnya yang didasarkan pada pembentukan umat, dakwah dan individu yang seimbang dalam berbagai sisinya. Dan Imam Al-Banna juga sangat memiliki karakter yang mampu memberikan pengaruh pada orang yang ada disekitarnya, hal ini kembali pada pondasi yang beliau miliki yaitu kedekatan diri kepada Allah -Kita berharap demikian dan kita tidak merasa paling suci kecuali hanya Allah-. Dan kita temukan bahwa dakwah Al-Ikhwan dan Al-Ikhwan itu sendiri- telah terpengaruh dengan sosok imam Al-Banna; karakternya yang baik, ikhlas dan taat kepada Allah, yang kesemuanya bersumber pada cahaya kenabian. Sebagaimana beliau juga memiliki sosok yang mumpuni dan lemah lembut, selalu perhatian dan menolong orang-orang yang mazhlum, dan dalam sejarahnya telah banyak disaksikan bahwa usaha dan kerja al-ikhwan di berbagai tempat, daerah dan negara selalu membela hak-hak umat Islam yang terampas. Oleh karena itulah bagi kita dapat mengambil ibrah dari perjalanan sosok pemuda yang berhimpun di dalamnya jiwa yang memiliki nilai-nilai mulia dan agung, bagaimana jiwa tersebut dapat mampu membangun generasi yang islami, tidak menyimpang dari jalan Allah dan menepati dan menunaikan amanah yang diembannya dengan optimal dan baik, sekalipun kondisi, ujian dan cobaan yang dihadapi selalu datang silih berganti dalam rangka berpegang teguh pada jalan Allah dan agama Islam serta dalam usaha meninggikan kalimat (agama) Allah dan mentauladani sirah nabi saw. Sumber: www.ikhwanonline.com

4444444444444

Hassan Al Banna : Semarak Perjuangannya Masih Terasa


www.iLuvislam.com Ditulis semula oleh: Shahnom*

Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama dan jasa yang ditaburkan. Inilah yang dapat diperkatakan mengenai keperibadian tokoh pada kali ini iaitu As Syahid Imam hassan Al Banna. Walaupun telah 54 tahun Almarhum meninggalkan kita semua, namun perjuangan dan kegigihannya dalam menegakkan kembali Islam di bumi Mesir tetap kukuh bersemadi dalarn hati sanubari masyarakat Islam hingga ke hari ini.

Tanggal 12 Februari 1949 meninggalkan sejarah hitam dan pilu bagi masyarakat Islam khususnya pejuang-pejuang agama. Pada tarikh itu dunia Islam kehilangan seorang ulama dan mujahid yang menjadi pelopor dalam mengembalikan kegemilangan Islam ke kemuncaknya. Pemergiannya yang tidak diduga merupakan suatu pembunuhan kejam hasil konspirasi musuh-musuh Islam yang berselindung di sebalik Raja Farok, pemerintah Mesir pada ketika itu. Imam Hassan Al Banna telah dilahirkan pada Oktober 1906 di desa al Mahmudiya yang terletak di daerah al Bahriyyah, Iskandariah, Mesir. Beliau berasal dari sebuah keluarga Ulama yang dihormati dan terkenal kerana begitu kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam. Mujahid Islam ini dibesarkan dalam suasana keluarga yang merendah diri dan hidup dalam keadaan yaug serba sederhana. Hassan al Banna merupakani anak sulung daripada lima beradik. Ayahnya, Syeikh Ahmad ibn Abd al Rahman al-Banna. adalah seorang ulama, imam, guru dan pengarang beberapa buah kitab hadis dan fikah perundangan Islam, yang berkelulusan dari Universiti Al Azhar Mesir. Beliau dikenali sebagai seorang yang bersopan santun, pemurah, merendah diri dan tingkah laku yang menarik. Namun beliau hanya bekerja sebagai pembaik jam di desa al Mahmudiya untuk menyara keluarganya. Masa yang selebihnya digunakann untuk mengkaji, menyelidik dan mengajar ilmu-ilmu agama seperti tafsir al Quran dan hadis kepada penduduk tempatan.

Ayah Hassan Al Banna

Sebagai seorang ulama, Sheikh Ahmed Abd Rahman al Banna mempunyai perpustakaan yang agak besar di rumahnya. Beliau menghabiskan sebahagian masanya mempelajari Sunnah Rasulullah dan membincangkannya dengan rakan-rakan di kedai dan di rumah. Hassan al-Banna juga sering menghadiri dan mengambil bahagian dalarn perbincangan tersebut. Pertemuan ini memberi kesan yang mendalam kepada pemikiran, wawasan dan yang penting perwatakannya. Ketokohan, keilmuan dan keperibadian Syeikh Ahmad al Banna diwarisi oleh Hassan al Banna. Sifat kepimpinan Hassan al Banna terserlah sejak beliau masih di sekolah rendah. Beliau menjadi pernimpin Badan Latihan Akhlak dan Jemaah al-Suluka al-akhlaqi yang dikelolakan oleh gurunya di sekolah. Pada peringkat ini beliau telah menghadiri majlis-majlis zikir yang diadakan oleh sebuah pertubuhan sufi, al-lkhwan al- Hasafiyah. Melalui pertubuhan ini beliau berkenalan dengan Ahmad al-Sakri yang kemudiannya memainkan peranan penting dalarn penubuhan Ikhwam Muslimin Keluarga Hassan Al- Banna begitu tegas dalam mendidik anak-anak berdasarkan ajaran Islam. Hal ini menyebabkan beliau telah menghafaz Quran dalam usia yang begitu muda dan telah memasuki Pusat Latihan Perguruan. Selepas tiga tahun di sana beliau mendapat tempat pertama dalam peperiksaan akhir. Beliau telah memasuki Darul Ulum di Kaherah pada awal usia 16 tahun kerana kebijaksanaan dan ilmu pengetahuannya yang luas. Semasa di Kaherah, Hassan al Banna terdedah dengan pergolakan parti politik dan aliran-aliran menentang Islam yang dicetuskan oleh gerakan Kamal Ataturk. Parti-parti politik, kumpulan-kumpulan sasterawan dan pertubuhan-pertubuhan sosial sekular kebanyakannya bertujuan melemahkan pengaruh Islam. Beliau kemudian menganggotai pertubuhan Jamaitul Makram a;-Akhlaq yang giat mengadakan ceramah-ceramah Islam. Melalui pertubuhan ini, Hassan al-Banna dan rakanrakannya menjalankan dakwah ke serata pelosok tempat, di kedai-kedai kopi dan tempat perhimpunan orang ramai. Pada peringkat inilah beliau bertemu dan mengadakan hubungan dengan tokoh-tokoh Islam terkenal seperti Muhibbuddin al-Khatib, Muhammad Rashid Reda, Farid Wajdi dan lain-lain..

Menubuhkan lkhwan Muslim Pada Mac 1928, dalam usia 23 tahun, Hassan al-Banna beserta adik dan lima orang sahabatnya berkumpul di rumahnya dan bersumpah untuk hidup dan mati kerana Islam. Di rumah itu jemaah Ikhwan Muslimin telah ditubuhkan. Pada ketika itu beliau baru mendapat ijazah dari Darul Ulum serta berkhidmat sebagai guru bahasa Arab di salah sebuah sekolah di bandar Ismailiyah. Ketika ditanya mengapa beliau melibatkan diri dalam kerja kerja dakwah, Hassan al Banna dengan tegas menjawab, ia hanya Allah yang tahu berapa malam kita menghabiskan masa untuk memikirkan masalah Ummah, pada peringkat mana mereka telah melaluinya dan kesakitan dan keperitan yang telah mereka lalui. Dan kita merenung sumpahan yang dikenakan atas kesakitan yang dilalui oleh Ummah. Kesukaran dan kepahitan yang dilalui oleh mereka mungkin berakhir dengan munajat dari kita sernua. Setelah berkhidmat selarna 19 (tahun dalam bidang perguruan, beliau meletakkan jawatan pada tahun 1946 untuk menyusun kegiatan dakwah yang berkesan dalam masyarakat di bandar. Pengalaman ahli jemaah yang dikumpulkan sekian lama menjadikan Ikhwan Muslimin sebuah gerakan yang berpengaruh. Di dalam buku "Letter To A Muslim Student" (FOSIS,1995) kedinamikan Ikhwan Muslimin dijelaskan: Pencapaian Hassan al Banna yang paling membanggakan ialah kernampuannya membangunkan organisasi yang canggih dan berjaya menterjemahkan wawasannya dalam kehidupan sebenar. Ikhwan bukan sekadar pertubuhan yang berasaskan sosial, politik atau kumpulan agarria tetapi lebih dari itu. Menurut Dr. Muhammad Karnal khalifah, Pensyarah di Universiti Cairo melalui mukadimah buku Ikhwan Muslimin dan Masyarakat Mesir, kemunculan Hassan Al Banna yang mendapat inspirasi dari Jamaluddin Al Afghani dan Muhammad Abduh, serta menjalani aliran rakyat melahirkan golongan mukmin yang sebenar-benarnya melalui pengajian dan pembelajaran untuk menyebarkan akidah yang sahih, kefahaman yang betul dan menyeluruh tentang Islam dan sistemnya. Beliau berjuang bersungguh-sungguh untuk mencapai cita-cita tersebut. Usaha beliau ini amat dikagumi masyarakat Mesir sehingga Islam kembali kepada kedudukan yang sewajarnya dalam masyarakat.

Dalam usia yang muda, Hassan al-Banna dikagumi kerana penyampaiannya yang jelas dan terang apabila menyampaikan khutbah di masjid. Beliau dapat meyakinkan para pendengar dengan kebenaran yang dibawa, matlamat dan keikhlasannya. Beliau mampu meyakinkan golongan intelektual dan orang biasa. Berdasarkan kepimpinannya, Hassan al Banna adalah pemimpin yang bijak mengatur organisasi. Ikhwan Muslimin disusun dalam tiga peringkat iaitu memperkenalkan Ikhwan dan menyebarkan dakwah asas melalui ceramah serta kegiatan kebajikan. Kemudian membentuk keperibadian anggota agar bersedia menjalani jihad, seterusnya melaksanakan cita cita perjuangan dengan tegas.

lkhwan Muslimin berjaya menjadi sebuah gerakan yang menggegarkan Mesir terutama selepas Perang Dunia Kedua apabila pertubuhan ini turut bertanding dalam perebutan kuasa politik. Para penentangnya menyifatkan Ikhwan Muslimin sebagai negara di dalam negara. Sehingga tahun 1934, Ikhwan telah menubuhkan lebih 50 cawangannya di Mesir. Pertubuhan ini telah menubuhkan beberapa buah sekolah, masjid dan kilang. Pada penghujung Perang Dunia Kedua, lkhwan mempunyai lebih setengah juta pekerja yang aktif dan setengah juta penyokong (sesetengah sumber menyebut sekitar 3 juta). Lebih 3000 cawangan kesernuanya telah wujud di Mesir dan 50 di Sudan dihasil-kerja Ikhwan yang melangkaui batas negara. Dalam satu jawapan yang diberikan oleh wartawan barat terhadap dirinya yang bertanyakan siapakah dia, Hassan Al Banna menjawab, saya adalah pelancong yang mencari kebenaran, dan insan yang mencari erti kemanusiaan di kalangan manusia, dan warganegara yang inginkan kemuliaan, kebebasan, kestabilan, hidup yang baik untuk negara dan berjuang untuk menaikkan Islam. Malah, kerajaan British telah menjemput Hassan al Banna ke kedutaan mereka untuk minum teh. Beliau dipuji kerana perwatakannya yang baik, kerja-kerja kebajikannya untuk membantu anak-anak yatim dan janda. Malah pegawai atasan British menjelaskan bahawa dunia sangat fragile dan Mesir perlu dibangunkan sebagai negara yang moden dan makmur. Pengharaman Ikhwan Muslimin dan Pembunuhan Hassan AI-Banna Pengaruh Ikhwan Muslimin yang kuat amat dikhuatiri oleh Kerajaan Mesir di bawah Noqrashi Pasha dari Parti al-Safdi. Pada 8 November 1948 Beliau telah mengharamkan Ikhwan Muslimin atas tuduhan merancang satu pemberontakan untuk menjatuhkan kerajaan. Sumbangan Ikhwan Muslimin menghantar beribu ribu orang pejuang dalam perang menghadapi Israel seolah olah dinafikan. Kesemua cawangannya yang berjumlah lebih 3000 diarahkan supaya dibubarkan. Sekiranya masih beroperasi, mereka akan dikira sebagai pertubuhan haram, pelampau dan pengganas. Unit-unit tentera Mesir dan tentera Ikhwan Muslimin yang berjuang di Palestine dipanggil balik. Berbagai-bagai tuduhan dan fitnah dilemparkan terhadap Ikhwan Muslimin. Anggota-anggotanya ditangkap, dimasukkan ke dalam penjara, di seksa dengan teruk, malah ada yang dibunuh. Apabila seorang wartawan bertanyakan Hassan al-Banna tentang pengharaman itu, beliau menjawab, apabila kata-kata diharamkan, maka tanganlah yang akan menggerakkannya. Begitu mendalam kata katanya.

Tidak lama kemudian Perdana Menteri Mesir telah dibunuh dan Gerakan Ikhwan telah dipersalahkan atas kejadian itu. Pada bulan yang berikutnya harta benda pergerakan itu telah dirampas dan beribu ribu orang beliau telah disumbatkan ke dalam penjara. Dengan alasan untuk mengendurkan (mengurangkan) ketegangan (konflik) antara Ikhwan Muslimin dan kerajaan, pihak kerajaan menjemput Hassan al-Banna untuk berunding bertempat di Pejabat Jam'iyyah al-Syubban al Muslimin. Sebenarnya jernputan itu hanyalah sebagai helah untuk membunuh beliau. Pada 12 Februari 1949 jam 5 petang, Hasan al Banna bersama iparnya Abdul Karim Mansur, seorang peguam, suami kepada adik perempuannya berada di pejabat tersebut. Mereka menunggu Menteri Zaki Ali Basya yang dikatakan mewakili kerajaan untuk berunding, tetapi malangnya Zaki Ali Basya tidak kunjung tiba. Akhirnya setelah selesai menunaikan solat Isyak mereka memanggil teksi untuk pulang. Ketika baru sahaja menaiki teksi yang dipanggil, dua orang yang tidak dikenali menerpa ke arah teksi dan salah seorang daripada mereka terus melepaskan tembakan pistol. Mereka berdua terkena ternbakan itu. Iparnya itu tidak dapat bergerak akibat terkena tembakan tersebut. Walaupun terkena tujuh tembakan, Hasan al-Banna masih mampu berjalan masuk semula ke pejabat Jam'iyyah al Syubban al-Muslimin memanggil ambulans untuk membawa mereka ke hospital. Setibanya di hospital Qasral 'Aini, mereka dikawal rapi oleh Jeneral Muhammad al-Jazzar dan tidak membenarkan sebarang rawatan diberikan kepada Hasan al Banna. Pada pukul 12.50 tengah malam, Hasan al-Banna menghembuskan nafas yang terakhir akibat tumpahan darah yang banyak.

Pengurusan Jenazah Pada pukul satu pagi pihak polis menyampaikan berita kematian kepada ayah Hasan al-Banna dengan dua pilihan: Pihak polis akan menghantarkan jenazah ke rumahnya untuk beliau menjalankan urusan pengebumian pada jam sembilan pagi tanpa sebarang perhimpunan, jika tidak menerima tawaran pertama itu, pihak polis sendiri terpaksa membawa jenazah dari hospital ke kubur tanpa beliau melihat jenazah anaknya itu. Ayah Hasan al Banna menerima pilihan yang pertama. Sebelum fajar menyingsing, jenazah as-Syahid dibawa ke rumahnya di Hilmiah al-Jadid dengan sebuah kereta yang dikawal rapi oleh polis yang lengkap bersenjata. Di sekitar rumahnya juga terdapat polis dan tentera berkawal dengan rapi. Mereka tidak membenarkan sesiapa pun menghampiri kawasan tersebut. Jenazah Almarhum dibawa masuk ke rumahnya secara tidak ada orang yang melihatnya dan tidak ada yang mengetahui masa ketibaannya. Sheikh Ahmad Abdur Rahman, ayah Hasan al-Banna yang sudah berusia lebih 90 tahun itu dengan penuh kesabaran memandikan dan mengapankan jenazah anaknya yang baru berusia 43 tahun itu seorang diri. Setelah diletakkan ke atas pengusung, beliau memohon pihak polis mencari beberapa orang untuk mengusungnya. Tetapi pihak polis ruenjawab, biarkanlah orang-orang perempuan tolong mengusungnya. Polis tidak membenarkan sesiapa datang ke rumah tersebut untuk mengucapkan takziah dan tidak dibenarkan membaca alQuran. Ayah Hasan al-Banna tidak dapat berbuat apa apa lagi. Beliau dengan tiga orang perempuan terpaksa mengusung anaknya itu menuju ke Masjid al-Qaisun untuk disembahyangkan. Pihak polis lebih dahulu telah pergi ke masjid memerintah orang-orang yang ada di situ supaya meninggalkan masjid. Sheikh Abdur Rahman seorang diri menunaikan solat jenazah ke atas anaknya itu. Kemudian mereka meneruskan pengusungannya menuju ke perkuburan untuk disemadikan jenazah Almarhum. Pada waktu itu usia Hassan Al-Banna baru mencecah 43 tahun. Anak bongsunya telah dilahirkan pada hari yang sama isteri Hassan Al-Barma menamakannya "Esteshhaad" yang bermaksud syahid. Pembunuhan Hassan al-Banna adalah satu perancangan pihak istana dengan arahan Raja Farouk dan Perdana Menterinya Ibrahim Abdul Hadi. Sebab itulah tidak ada sebarang tindakan ke atas penjenayah dan orang yang terlibat. Kes pembunuhan ini walaupun telah dibawa ke mahkamah beberapa kali, tetapi telah ditangguhkan. Pertama kali dibawa pada masa pernerintahan Perdana Menteri Ibrahim Abdul Hadi. Kedua, pada masa pernerintahan Perdana Menteri Husin Sari. Ketiga, pada zaman pernerintahan Perdana Menteri Mustafa al Nahhas Basya.

Pada 23 Julai 1952 satu revolusi telah tercetus. Raja Farouk terpaksa turun dari singgahsananya. Berikutan itu, kes ini dibuka semula. Penjenayah ditangkap dan pada 2 Ogos 1954, Koperal Ahmad Husin Jad dikenakan hukuman penjara seumur hidup dengan kerja berat. Pemandu kereta, Sarjan Major Muhammad Mahfuz Muhammad dikenakan hukuman penjara 15 tahun dengan kerja berat. Major Muhammad al Jazzar dikenakan hukuman satu tahun penjara dengan kerja berat. Sejak pembunuhan terhadap Hassan al Banna, ramai pendukung Ikhwan Muslimin yang telah ditindas dan dizalimi. Namun tindakan tindakan tersebut menyebabkan pertubuhan itu bukan sahaja semakin bertambah kuat di Mesir, malah telah mengembangkan sayapnya di negara-negara Arab. Kebangkitan Islam yang berlaku di negara Arab pada hari ini sebenarnya secara tidak langsung bertitik tolak dari Gerakan Ikhwan Muslimin, Tegasnya, Hasan al-Banna merupakan seorang pejuang yang gigih dan berani, berjaya menyedarkan masyarakat dengan fikrah dan pendekatan barunya dalam gerakan dakwah dan manhaj tarbiahnya yang syumul. Walaupun beliau telah pergi menemui Ilahi, namun fikiran dan gerak kerjanya masih menjadi rujukan dan pegangan pejuang pejuang dan harakah Islamiah pada hari ini. Sumber: Majalah I, April 2003

55555555555555
Ahmad Penerjemah: Abu Ahmad Allah SWT berfirman: Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur. dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya). (Al-Ahzab:23) Sejarah telah mencatat para generasi dakwah Islam di era modern Iakan banyak pahlawan, dan hal tersebut telah terjadi, dan akan terus terjadi dari mereka yang memiliki sikap dan prinsip dengan tetap berpegang teguh pada manhaj Islam yang benar dan lurus, jika boleh dikatakan: bahwa mereka mam pu mencapi puncak hingga peringkat sebagai pengemban dan pembawa manhaj ilahi dari generasi pertama umat Islam, dan tugas dari gerakan Islam adalah mengenang para pahlawannya dan mengapresiasi para syuhada di jalannya; sehingga kelak mereka menjadi panutan yang dapat memberikan pencerahan dan petunjuk bagi generasi dakwah setelahnya, dan setiap orang yang mengambil jalan ini. Siapakah Hasan Al-Banna? Beliau adalah Hassan Ahmad Abdul Rahman al-Banna, lahir di kota Al-Mahmudiya, di bagian Delta Nil Provinsi Buhaira, Mesir, pada hari Ahad, tanggal 25 Syaban tahun 1324, bertepatan dengan tanggal 14 Oktober tahun 1906. Beliau termasuk dalam keluarga pedesaan yang sederhana dari kebanaykan bangsa Mesir lainnya sebagai petani di sebuah desa Delta yang disebut dengan desa Syamsyirah [dekat dengan pantai kota Rasyid berhadapan dengan kota Idvina, bagian dari kota Fawah, Propinsi AlBuhaira]. Kakeknya bernama Abdul Rahman, beliau adalah seorang petani dari keluagra sederhana, namun orang tua Hasan Al-Banna, Syeikh Ahmad tumbuh sebagai anak bungsu- jauh dari aktivitas bertani; karena keinginan dari ibunya, sehingga beliau ikut dalam belajar dan menghafal Al-Quran dan mempelajari hukum-hukum tajwid AlQuran, dan kemudian belajar hukum syariah di Masjid Ibrahim Pasha di Alexandria, dan disaat menempuh pendidikan, beliau ikut bekerja di sebuah toko terbesar bagian refarasi jam di Alexandria, sehingga setelah itu beliau memiliki keahlian dalam memperbaiki jam dan berdagang, dan dari sinilah beliau terkenal dengan panggilan Assaati Selain itu, Orang tua Al-Banna juga memiliki keahlian dan menjadi bagian dari ulama hadits karena beliau pandai di bidang tersebut, sebagaimana beliau banyak melakukan aktivitas dalam mempelajari dan mengajar sunnah nabawiyah terutama kitab yang terkenal al-fathu Robbani fi tartiibi musnad imam Ahmad bin Hambal As-Syaibani, dan dalam kehidupan seperti itulah tumbuh Hassan al-Banna mencetak banyak karakter darinya. Awal Perjalanan Hassan al-Banna memulai pendidikannya di sekolah tahfizhul Quran di Al-Mahmudiyah, dan mampu mentransfer ilmu dari banyak penulis sehingaa orang tuanya mengirim beliau kepada para penulis di dekat kota Al-Mahmudiyah. Namun waktu yang beliau tempuh di tempat para penulis sangat padat sehingga tidak mampu menyempurnakan hafalan Al-Quran; oleh karena terikat dengan peraturan para penulis, dan pada akhirnya beliau tidak mampu meneruskannya, lalu melanjutkan pendidikannya di sekolah tingkat SMP, meskipun ada pertentangan dari ayahnya, karena beliau sangat antusias terhadap dirinya untuk bisa menjadi penghafal Al-Quran, dan tidak setuju anaknya masuk sekolah SMP kecuali setelah bisa mengkhatamkan Al-Quran di rumahnya.

Setelah menyelesaikan sekolah SMP beliau masuk ke sekolah Al-Muallimin Al-Awwaliyah di Damanhour, dan pada tahun 1923 masuk kuliah di Fakultas Dar El-Ulum di Kairo dan lulus pada tahun 1927, dan selain itu, beliau juga mampu meraih lebih ilmu-lainnya dari ilmu-ilmu yang diterima pada saat kuliah, terutama pada kurikulum pendidikan yang diberikan saat itu; seperti pelajaran ilmu al-hayah, sistem pemerintahan, ekonomi politik, sebagaimana beliau menerima pelajaran tentang bahasa, sastra, hukum, geografi dan sejarah, sehingga dengan itu semua, membuat beliua matang dalam berbagai ilmu pengetahuan. Beliau memiliki perpustakaan yang besar dan luas dirumahnya, di dalamnya terdapat ribuan buku, yang berisi tentang buku-buku yang terkait dengan tema yang tersebut diatas, dan ditambah dengan adanya empat belas jenis majalah dari majalah mingguan yang diterbitkan di Mesir seperti majalah al-muqtatof, majalah al-fath, majalah AlManar dan lain-lainnya, dan hingga saat ini perpustakaan beliau masih ada di bawah pengawasan anaknya ustadz Saif al-Islam. Al-Banna menjalankan hidupnya selama 19 tahun sebagai guru sekolah dasar di Ismailia, dan kemudian di Kairo, dan ketika beliau mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai guru pada tahun 1946 beliau telah mendapat level kelima untuk menjadi PNS, setelah itu beliau bekerja di surat kabar harian Ikhwanul Muslimin, dan kemudian beliau menerbitkan majalah bulanan sendiri yang bernama As-Syihab yang di mulai pada tahun 1947; hal tersebut dilakukan agar dirinya dapat mandiri dan sebagai sumber mata pencaharian, namun akhirnya majalah tersebut dibredel oleh karena dibubarkannya jamaah ikhwanul muslimin pada tanggal 8 Desember 1948. Pengaruh dan dampak Syeikh Hassan al-Banna, menerima banyak pengaruh dari beberapa ulama besar dan para guru, termasuk ayahnya sendiri, Syeikh Ahmed dan Syeikh Mo hammed Zahran pemilik majalah Al-Isad dan pemilik sekolah Ar-Rasyad, yang mana Hasan Al-Banna terdaftar di sekolah saat beliau menetap beberapa tahun di Mahmudiyah begitupun Syeikh Tantawi Jauhari, penyusun kitab tafsir Al-Quran Al-Jawahir, dan beliau juga menjadi pemimpin redaksi koran yang diterbitkan pertama kali oleh Ikhwanul Muslimin pada tahun 1933, setelah lulus dari Dar el-ulum tahun 1927, Hasan Al-Banna menjadi guru pada salah satu sekolah dasar di kota Ismailiyah, dan berikutnya tahun 1928 mendirikan jamaah Ikhwanul Muslimin, tapi sebelum pendiriannya beliau telah banyak terlibat dalam sejumlah asosiasi dan kelompok agama, seperti Jamiyah Al-Adab Al-Akhlaqiyah, dan Jamiyah Manu Al-Muharramat di Mahmudiya, dan At-Tariqah Al-Hashofiyah sebuah aliran tasawuf di Damanhour, sebagaimana beliau juga ikut berpartisipasi dalam pendirian jamaah Syubbanul Muslimin pada tahun 1927 dan beliau merupakan salah satu anggotanya. Yaitu, Setelah jamaah Ikhwanul Muslimin yang didirikannya telah tumbuh, berkembang dan tersebar di berbagai segmen masyarakat dan kota, bahkan pada akhir tahun empatpuluhan ikhwanul Muslimin telah menjadi kekuatan organisasi sosial-politik yang terstruktur di Mesir, juga telah memiliki cabang yang banyak yang tersebar di berbagai negara-negara Arab dan Islam. Imam Al-Banna selalu menegaskna bahwa jamaah yang diririkannya bukan merupakan partai politik, tetapi merupakan kesatuan ide dari berbagai nilai-nilai perbaikan, dan berusaha untuk kembali kepada Islam yang benar dan bersih dan menjadikannya sebagai manhaj yang komprehensif untuk kehidupan. Adapun manhaj perbaikan yang beliau lakukan adalah dengan cara Tarbiyah dan progresif dalam melakukan perubahan yang diinginkan, dan inti dari manhaj yang diinginkan itu adalah membentuk individu Muslim lalu Keluarga Islam, komunitas Muslim, lalu Pemerintahan Islam, Negara, dan khilafah Islam dan akhirnya mencapai pada ustadziyatul alam . Imam Al-Banna memimpin jamaah Ikhwanul Muslimin selama dua periode [1928-1949], dan dalam kepemimpinannya banyak berhadapan dengan peperangan politik dengan pihak lain, khususnya partai Al-Wafd dan partai Al-Saadi. Adapun sebagian besar aktivitas dari Al-Ikhwan terfokus pada permasalahan di lapangan nasional Mesir yang terpuruk setelah pecah Perang Dunia II, dan pada saat itu beliau mengajak Mesir untuk keluar dari sterling blok sehingga dapat memberi tekanan pada Inggris untuk menanggapi permintaan nasional Mesir. Dalam konteks ini, Ikhwanul Muslimin mengadakan konferensi-konferensi, dan melakukan demonstrasi untuk menuntut hak-hak negara, juga memiliki serangkaian politik assassinations terhadap tentara dan pasukan Inggris, terutama di Terusan Suez. Dan Al-Banna juga mengutamakan perhatiannya secara khusus terhadap isu Palestina, dan menganggapnya sebagai Persoalan seluruh dunia Islam dan beliau selalu menegaskan bahwa Inggris dan orang-orang Yahudi tidak akan memahami kecuali hanya satu bahasa, yaitu bahasa revolusi, kekuatan dan darah, beliau mengakui fakta adanya aliansi Barat Zionis terhadap Islam. Beliau juga mengajak untuk melakukan penolakan terhadap konsensus pemisahan dan pembagian negeri Palestina yang dikeluarkan oleh PBB tahun 1947, dan mengajak kepada seluruh umat Islam secara umum dan Ikhwanul Muslimin secara khusus untuk melakukan jihad di tanah Palestina demi mempertahankan tanah Arab dan Muslim, beliau berkata: Sesungguhnya Ikhwanul Muslimin akan mengorbankan jiwa dan harta mereka untuk mempertahankan setiap jengkal dari bumi Palestina Islam dan Arab sehingga Allah mewarisi bumi ini dan orang-orang yang bersamanya . Dan akhirnya pada tanggal 6 Mei 1948 Lembaga Pendiri Ikhwanul Muslimin mengeluarkan keputusan yang menegaskan jihad suci melawan Yahudi sang agresor, untuk itu Al-Banna mengirim brigade Mujahidin dari Ikhwanul Muslimin ke Palestina dalam perang tahun 1948. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah Mesir melikuidasi jamaah Ikhwanul Muslimin pada bulan Desember tahun 1948; sehingga, menyebabkan terjadinya bentrokan antara Ikhwanul Muslimin dan Pemerintah An-Nakrasyi. Al-Banna memiliki pendapat yang tepat dan wawasan yang luas terhadap qadhiyah an-nahdhah (masalah kebangkitan) yang mampu membuat sibuk umat Islam sejak dua abad sebelumnya dan hingga sekarang masih didengungkan. Beliau menghubungkannya dengan masalah kemerdekaan dari kolonialisme dan ketergantungan pada Eropa dari satu sisi, dan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan yang harus dicapai oleh umat Muslim pada sisi yang lain, dan beliau mengatakan: Kita tidak akan mampu melakukan perbaikan dan kita tidak bisa menerapkan konsep perbaikan secara internal selama kita belum merdeka dari intervensi dan campur tangan asing Beliau juga mengatakan: Tidak ada kebangkitan tanpa ilmu pengetahuan dan apa yang diraih oleh orang kafir -dalam menjajah- adalah karena dengan ilmu , beliau melihat bahwa ketergantungan umat Islam pada Eropa terhadap tradisi dan kebiasaan-kebiasaannya dapat menghalangi kemerdekaan dan kebangkitan mereka, beliau berkata: Bukankah sebuah paradoks yang aneh, kita meninggikan suara menuntut untuk merdeka dari Eropa dan melakukan protes keras terhadap segala tindak tanduknya, sementara di pihak lain kita meng agungkan tradisi-tradisinya dan terbiasa dengan adat-adatnya, dan bahkan kita lebih memilih produk-produknya? Sebagaimana beliau juga melihat bahwa persoalan perempuan merupakan salah satu permasalahan sosial paling penting; karena itu, karena itu -sejak awal didirikannya Ikhwanul Muslimin- beliau banyak memberikan perhatian terhadap permasalahan kaum perempuan, beliau membuat bagian khusus yang disebut dengan Akhwat Muslimat. Dan beliau selalu menekankan bahwa Islam telah memberikan kepada perempuan hak-hak pribadi, sipil dan politik, dan pada saat yang bersamaan, Islam juga meletakkan kaidah-kaidah yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam penerapan hak-hak tersebut Namun Imam Al-Banna tidak hanya menyeru untuk mendirikan sebuah sistem pemerintahan keagamaan teokratis dengan pengertian yang dikenal oleh Eropa pada abad

pertengahan, namun beliau menyeru untuk menerapkan hukum Islam berdasarkan aturan dari syura, kebebasan, keadilan dan kesetar aan. Dan beliau menerima dengan lapang bentuk konstitusional undang-undang parlemen, dan menganggap lebih dekat sistem pemerintahan di seluruh dunia terhadap Islam, dan beliau melihat bahwa jika formula tersebut diterapkan, maka dipastikan akan mampu mewujudkan tiga prinsip yang melandasi aturan Islam; yaitu tanggungjawab pemimpin, kesatuan umat dan penghargaan terhadap kehendaknya. Terbunuhnya Sang Imam lokasi: Kairo, di distrik Al-Himliyah. Waktu: Pertengahan malam tanggal 12 Februari 1949. Kronologi: terdapat beberapa kendaraan polisi melaju di tengah keheningan malam, hingga mencapai pada salah satu jalan di distrik Al-Hilmiyah, Kairo, mereka bertugas menghentikan kendaraan yang melaju di jalan tersebut, beberapa tentara memblokade jalan dengan senjata lengkap,dan penjagaan diperketat terutama di sebuah rumah sederhana di yang ada di jalan tersebut, lalu sebuah mobil polisi melaju menuju rumah tersebut, satu barisan tentara memindahkan mayat dari mobil ke rumah tersebut dengan cepat, lalu mengetuk pintu yang ada di atasnya, seorang Syeikh berumur sembilan puluhan tahun membuka, lalu beberapa tentara masuk ke rumah tersebut sebelum mereka memasukkan tubuh yang sudah mati tersebut untuk mengkonfirmasi tidak ada orang lain di rumah tersebut, ultimatum yang keras disampaikan kepda syekh tersebut; tidak boleh ada suara, tidak boleh ada kegaduhan, dan bahkan tidak boleh ada seorangpun yang boleh mengurus mayat tersebut, cukup anda dan keluarta yang ada di rumah, dan tepat jam sembilan esok pagi beliau harus dimakamkan. Adapun Syeikh tersebut adalah orang tua almarhum, meskipun ia terketut, sekalipun ia sudah tua, dirinya mampu memakamkan anaknya sendirian, beliau membersihk an darah anaknya yang terkena peluru dan mendarat di sekujur tubuhnya. Pada pagi harinya, petugas datang tepat waktu, mereka berkata: bawa sini anakmu untuk segera dikubur. Maka syeikh yang sudah berumur 90 tahun tersebut berseloroh: bagaimana saya membawanya? Seharusnya sebagian prajurit ikut membawanya! Namun para prajurit menolak, dan responnya adalah hendaknya orang-orang rumah yang membawanya. Saat itu almarhum meninggalkan beberapa anak perempuan dan seorang anak laki-laki yang masih bayi. Akhirnya tubuh yang sudah menjadi mayat dibawa oleh istrinya dan anak perempuannya dan dibantu oleh ayahnya, dan bagi siapa yang berani ikut membantunya maka akan ditangkap dan di penjara, akhirnya jenazah sampai ke masjid untuk di shalatkan, tidak ada yang ikut menyolatkannya kecuali ayahnya dan dibelakangnya anaknya (istri sang imam) dan anak-anak perempuan dari keturunannya, dan mereka juga yang turun ke kubur, lalu kembali ke rumah dengan penjagaan yang super ketat, demikian kronologi pembunuhan dan prosesi pemakaman As-Syahid Imam Hassan al-Banna, setelah itu banyak tetangganya yang ditangkap, tidak ada alasan lain kecuali hanya karena mengungkapkan takziah (belasungkawa) kepada keluarga yang ditinggal, dan blokade terus berlanjut tidak hanya di rumah karena khawatir banyak yang berdatangan untuk takziya, namun juga di sekitar kuburan sang imam, karena takut ada yang berani mengeluarkan mayatnya dan mengekspos kejahatan yang telah terjadi, bahkan banyak dari pihak kepolisian disebar di beberapa masjid; untuk segera ditutup kembali setelah ibadah shalat ditunaikan, karena takut ada seseorang yang berani menshalatkannya. Di sisi lain seorang raja negara tersebut menunda dalam merayakan ulang tahun ke 11 Februari dari 12 Februari; untuk ikut merayakan bersama oran g merayakan kematian sang imam, dan salah seorang intelektual menceritakan bahwa dirinya menyaksikan salah satu perayaan di sebuah hotel di Amerika Serikat, dan ketika diceritakan alasan perayaan ini, ia dapat mengetahui bahwa perayaan tersebut dilakukan untuk mengungkapkan kegembiraan karena kematian Imam As-Syahid Hasan Al-Banna. Jika kebenaran ada pada musuh, maka sesungguhnya pusat penelitian di Prancis dan Amerika ikut berpartisipasi dalam peletakan seratus orang yang paling terpengaruh di dunia pada abad kedua puluh, dua dari dunia Arab adalah: Imam As-Syahid Hassan al-Banna, dan yang lainnya adalah Gamal Abdul Nasser. Buku-buku karangan imam Hasan Al-Banna Tidak ada yang dimiliki oleh Hassan al-Banna dari literatur buku atau karangan-karangannya kecuali berupa risalah, baik kumpulan dan cetakan dengan judul buku Majmuah Rasail imam Hasan Al-Banna sebagai referensi utama dalam memahami pemikiran dan manhaj Ikhwanul Muslimin secara umum. Beliau juga memiliki buku mudzakarah yang dicetak beberapa kali dengan judul Mudzakirah dawah wa daiyah, selain itu beliau juga memiliki majalah dan riset-riset kecil dalam jumlah yang besar, seluruhnya tersebar dalam koran-koran dan majalah Ikhwanul Muslimin yang dimuat pada tahun tiga puluh dan empatpuluhan tahun yang lalu. Rahimahullah Imam As-Syahid Hasan Al-Banna

66666666666666666 ArtikelSelintas Tentang Imam Syahid Hasan Al Banna Written by Tomy Ismail Kamis, 20 April 2006 Selintas Tentang Imam Syahid Hasan Al Banna Kelahiran Imam Al-Banna Imam Asy-Syahid Hasan Ahmad Abdurrahman Al-Banna lahir pada Ahad, 25 Syaban 1324 Hijriah, yang bertepatan dengan 14 Oktober 1906 di daerah Dhuha di Mahmudiyah, sebuah kawasan dekat Iskandariyah, tepatnya di kota Buhairah, Mesir. Beliau adalah anak sulung dari kedua orang tua yang berkebangsaan Mesir, tepatnya dari daerah Syamsirah Bindarfuh di wilayah Mudiriah Barat dahulu,

atau yang sekarang dikenal dengan Kota Kafr Asy-Syaikh. Beliau adalah anak sulung dari Syaikh Ahmad Abdurrahman Al-Banna yang terkenal dengan gelar AsSaatiy, lantaran profesinya sebagai tukang reparasi jam. Syaikh Ahmad adalah seorang ulama hadits, beliau menyusun sanad-sanad Imam Empat (dalam bidang hadits) menurut urutan bab-bab Fiqh. Beliau memiliki sejumlah karya dalam bidang hadits, diantaranya adalah Badai Al-Minan fi JamI wa Tartib Musnad Asy-SyafiI wa As-Sunan dan beliau juga memberi komentar atas Musnad Imam Ahmad bin Hambal yang diberi nama Syarh Bulugh Al-Amani min Asrar Al-Fath Ar-Rabani. Beliau mengakui dirinya termasuk murid dari Imam Muhammad Abduh. Ibunda Imam Al-Banna adalah seorang perempuan terhormat bernama Ummu Saad Ibrahim Shaqar. Ayahandanya adalah seorang pedagang binatang ternak di Desa Syamsirah, termasuk wilayah Mahmudiyah, di tepi kedua sungai Nil, desa yang sama dengan tempat tinggal ayah Imam Al-Banna.

Ibunya adalah seorang wanita yang cerdas, pemimpin, punya wawasan tentang masa depan. Di sisi lain, ibunya juga mempunyai sifat yang sangat dominan, yaitu keras kepala. Jika ia mengambil suatu keputusan, maka susah baginya untuk menarik kembali keputusan itu. Sifat inilah yang menurun kepada Imam Al-Banna anak sulungnya, begitu pula dengan kerupawanan wajahnya. Namun, sifat keras kepala ini kemudian menjelma menjadi sifat keras lainnya, yaitu keras kemauan dan bertekad baja, dan sifat ini hanya menurun kepadanya dan saudara kandungnya, Abdul Basith rahimahullah.

Sedangkan saudara-saudara Hasan Al-Banna, yang pertama adalah Abdurrahman, pendiri kelompok Al-Hadharah Al-Islamiyah di Kairo, yang bergabung dengan Al-Ikhwan ketika Imam Hasan Al-Banna pindah ke Kairo dan ia menjadi salah seorang anggota Ikhwan yang menonjol. Kedua, Fatimah (istri Al-Ustadz Abdul Hakim Abidin). Ketiga, Muhammad yang wafat di bulan Maret 1990 M atau bulan Syaban 1410 Hijriah. Keempat, Abdul Basith, ia adalah seorang polisi yang setia menemani Imam Hasan Al-Banna sebelum terjadinya pembunuhan. Kelima, Zainab yang sampai wafatnya masih dalam keadaan perawan. Keenam, Al-Ustadz Ahmad Jamaluddin (ia adalah seorang penulis dan pengarang buku yang terkenal dengan nama Jamal Al-Banna). Ketujuh, Fauziah (istri Al-Ustadz Abdul Karim Manshur, seorang pengacara yang menemani Imam Hasan Al-Banna di malam syahidnya hingga peluru-peluru yang mematikan menembusnya).

Pembentukan wawasan keilmuan Imam Hasan Al-Banna melalui pendidikan formalnya di Madrasah Ar-Rasyad lalu Madrasah Idadiyah, Madrasah Muallimin Awwaliyah dan di Universitas Daul Ulum. Imam Hasan Al-Banna menyelesaikan kuliahnya di Darul Ulum, Kairo. Beliau menggeluti profesi sebagai guru di sekolah dasar. Dalam pada itu beliau sempat berpindah dari satu kota ke kota lain.

Namun profesi yang sesungguhnya adalah menyeru umat agar mengamalkan Al Quran dan berpegang teguh kepada Sunnah Nabi yang agung, Muhammad SAW. Lewat tangan beliau Allah SWT telah berkenan memberi petunjuk kepada puluhan ribu mahasiswa, buruh, petani, pedagang dan berbagai golongan masyarakat yang lain.

Untuk beberapa waktu lamanya beliau menetap di Ismailiyah, kota di mana beliau mendirikan kantor pertama Ikhwanul Muslimin bersama beberapa pengikutnya. Beliau kemudian menyebarkan dakwahnya secara luas melalui serangkaian ceramah dan penerbitan. Tuntutan dakwah selanjutnya mendorong beliau mengunjungi semua kota dan desa yang bisa didatangi untuk menyampaikan dakwahnya. Kerja keras itu akhirnya memang membuahkan hasil yang gemilang. Dalam waktu yang relatif singkat, gerakan dakwah beliau telah memiliki cabang di hampir seluruh penjuru Mesir. Dakwah beliau tidak terbatas pada kaum pria saja, tetapi juga menyentuh kalangan wanita. Bahkan di Ismailiyah beliau mendirikan Mahad Ummahatul Muslimin sebagai tempat pendidikan Islam khusus bagi para muslimah.

Beberapa waktu kemudian beliau dipindahkan ke Kairo, maka kantor pusat dan kediaman pemimpin Ikwhanul Muslimin pun berpindah. Di tengah ibu kota Mesir ini, dakwah beliau cepat tersebar secara luas. Dakwahnya tampak begitu terang, seterang mentari yang terbit di pagi hari. Dalam tempo yang relatif singkat, jumlah anggota Ikhwanul Muslimin telah mencapai angka setengah juta orang.

Para penguasa kala itu yang nota bene merupakan boneka-boneka Inggris segara merasakan perkembangan seperti ini sebagai ancaman besar. Mereka berusaha keras menjauhkan Imam Syahid Hasan Al-Banna dari kancah politik. Namun, upaya itu tak pernah bisa menghentikan tekad dan langkah beliau. Lihatlah, bagaimana beliau dengan gagah memperkenalkan Islam sebagai akidah dan ibadah, tanah air dan kebangsaan, kelembutan dan kekuatan, moral dan budaya, serta hukum.

Di kota Kairo ini pula beliau mendirikan harian Ikwhanul Muslimin sebagai mimbar bagi tulisantulisan beliau, di samping mimbar-mimbar ceramahnya.

Ketika terjadi tragedi Palestina, beliau segera mengirimkan pasukan Ikhwanul Muslimin ke sana. Sungguh, sejarah telah menjadi saksi betapa tegar dan bersemangatnya pasukan sukarelawan itu. Mereka bahkan telah berhasil menyerang jantung pertahanan Israel saampai ke ambang pintu Tel Aviv.

Akan tetapi, sebuah tragedi yang lebih besar dan memilikukan terjadi saat itu : Raja Farouq menandatangani perjanjian damai dengan Israel serta menangkapi seluruh pemimpin dan pasukan Ikhwanul Muslimin.

Cerita belum selesai sampai disini. Kaum imperialis beserta bonkea-boneka mereka selanjutnya menyusun sebuah konspirasi besar untuk membunuh Hasan Al-Banna.

Di tengah hiruk pikuk kota Kairo, tepatnya di depan kantor pusat organisasi Asy-Syubbanul Muslimun, sekelompok orang yang tidak dikenal memuntahkan peluru-peluru makar mereka, setelah itu mereka berlari menghilang. Dengan tenaga yang masih tersisa beliau membopong tubuhnya ke rumah sakit, namun tak seorang dokter pun yang bersedia menangani luka parah beliau. Mereka sengaja membiarkannya tersungkur di tengah lumuran darah yang mengucur tiada henti. Tak satu pun nurani yang tersentuh, tak satu pun mata yang menangis. Mereka bahkan menghalangi para pengikut beliau yang ingin menjenguknya.

Pada waktu itu tahun 1949, dua jam setelah penembakan, beliau menghembuskan nafas yang terakhir dan gugur syahid di jalan Allah SWT.

Beliau telah mewariskan sejumlah karya yang amat cemerlang, dua diantaranya adalah : Mudzakiraat Ad-Dakwah wa Daiyah (Catatan Harian Dakwah dan Sang Dai) dan Majmuatur Rasail (Kumpulan surat-surat). Source: al-azzam.com

7777777777777777

Anda mungkin juga menyukai