ABSTRAK PENDAHULUAN
karena kemauannya yang keras untuk pada tahun 1876 M. Setelah menamatkan
melaksanakan pembaruan dalam Islam pelajaran di Al Azhar, dengan mendapat
dan menempatkan Islam secara harmonis ijazah “Alimiyyah” ia diangkat menjadi
dengan tuntutan zaman modern dengan guru di Darul ‘Ulum. Akan tetapi karena
cara kembali kepada kemurnian Islam. sebab yang tidak diketahuinya, ia
dibebaskan dari jabatannya itu dan dikirim
RIWAYAT HIDUP MUHAMMAD ABDUH ke kampung halamannya, sedangkan
Jalaluddin sendiri di usir dari Mesir. Pada
Syekh Muhammad Abduh termasuk tahun 1880 M, Syekh Muhammad Abduh
keluarga petani sedang. Ayahnya dipanggil oleh kabinet partai Liberal
bernama Abduh Chairullah, penduduk (bebas-Ahrar) untuk diserahi kepala
kampung Nasr, daerah Subrakhit, dari jabatan surat kabar “al- Waqai’ ul-
propinsi Buhairah (Mesir bawah). Karena Misriyah” dan karena pimpinannya yang
tindakan-tindakan penguasa negerinya, ia baik dalam surat kabar tersebut ia
(ayahnya meninggalkan kampung menjadi perbincangan banyak orang.
halamannya, untuk menuju propinsi Meskipun tujuan Jamaluddin al-
Gharbiah, dan disana ia menikah dengan Afghani dan Syekh Muhammad Abduh
Junainah, seorang wanita terpandang adalah sama, yaitu pembaharuan
dikalangan familinya, sebagaimana masyrakat Islam, namun cara untuk
dengan Abduh Chairullah sendiri seorang menjcapai tujuannya itu berbeda. Kalau
yang terpandang. Dari Junainah tersebut yang pertama menghendaki revolusi,
lahirlah seorang anak laki-laki pada tahun maka yang kedua memandang bahwa
1849 M, dan diberi nama Muhammad revolusi dalam bidang politik tidak akan
Abduh (Hanafi, 2003). ada artinya, sebelum ada perubahan
Setelah tinggal di propinsi Gharbiah, mental secara berangsur-angsur.
Abduh Chairullah dengan keluarganya Pemberontakan Irabi Pasya di Mesir
pulang ke kampung halamannya yang telah mengakhiri kegiatan Syekh
semula, dimana Ia kemudian kawin lagi Muahmmad Abduh, karena pada akhir
dengan seorang wanita lain, dan dari istri tahun 1882 M, Ia diusir dari Mesir. Karena
ini pun lahir anak-anaknya. itu ia pergi pertama-tama ke Bairut
Dengan demikian, maka Syekh kemudian pada awal tahun 1884 M, ia
Muhammad Abduh hidup dalam suatu pergi ke Perancis dan disana ia bertemu
rumah yang didiami oleh banyak istri dan lagi dengan Jamaluddin al-Afghani.
anak-anak yang berlainan ibunya. Kemudian di Perancis Syekh
Keadaan rumah tangga yang semacam Muhammad Abduh dan Jamaluddin al-
ini besar pengaruhnya terhadap pikiran- Afghani mendirikan organisasi yang
pikiran Syekh Muhammad Abduh tentang kemudian juga mereka menerbitkan
perbaikan masyarakat Mesir. majalah Al-urabi Wusqa, yang
Kemudian Pada tahun 1862, Syekh anggotanya adalah orang-orang militan
Muhammad Abduh belajar agama di dari India, mesir Syiria dan Afrika Utara,
masjid Syekh Ahmad di Thanta. Semula dan mendorong umat islam mencapai
ia sangat enggan belajar, tetapi karena kemajuan. Perkumpulan urwatul wusqa
dorongan dari paman ayahnya Syekh menerbitkan Al-Urwatul Wusqa yang
Darwis Khadar, Muhammad Abduh berhaluan keras terhadap pemerintah
Akhirnya dapat menyelesaikan penjajah barat. Akhirnya majalah itu tidak
pelajarannya di Thanta. boleh beredar di Prancis (Munir, 1994).
Pada tahun berikutnya, Ia pergi ke Pada tahun 1885, ia pergi ke Bairut
Kairo dan terus menuju ke masjid Al dan mengajar di sana. Di Bairut
Azhar, untuk hidup menjadi sebagai kegiatannya dialihkan kepada bidang
seorang sufi, akan tetapi kemudian pendidikan dan ia mulai mengajar serta
kehidupan ini ditinggalkan, karena anjuran mendalami ilmu-ilmu keislaman dan Arab-
pamannya itu pula. an. Diantara hasilnya ialah buku ar-Raddu
Pada tahun 1872 M, Syekh ‘alad Dahriyyin (bantahan terhadap orang-
Muhammad Abduh berhubungan dengan orang materialistis) pada tahun 1886 M,
Jamaluddin al-Afghani, untuk kemudian terjemahan dari buku berbahasa Persi
menjadi muridnya yang setia. Karena karangan Jalaluddin al-Afghani, dan buku
pengaruh gurunya tersebut, ia terjun ke Syahrul Balaghah pada tahun 1885 M,
dalam bidang kewartawanan (surat kabar)
85
Indra Satia Pohan : Konsep Pemikiran Pendidikan Islam ………………………………………....
A. Hanafi, Pengantar Teologi Islam, (Cet. Husayn, Ahmad Amin, Seratus Tokoh
VIII; Jakarta: PT. Pustaka Al Husna Dalam Sejarah Islam, (Cet. VIII;
Baru, 2003), h. 199-200 Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2003), h. 301