Dosen pengampuh:
Dr. Maslim Halimin, MA
Disusun Oleh :
ASRIF
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana Biografi Muhammad Abduh?
2. Bagaimana Ide-ide pemikiran pembaharu Muhammad Abduh?
3. Apa pengaruh pemikiran Muhammad Abduh?
PEMBAHARUAN PRA MODERN PEMIKIRAN
Nama lengkapnya Muhammad bin Abduh bin Hasan bin Khairullah Ia lahir di
suatu desa di Mesir hilir, tidak dapat diketahui dengan pasti desanya karena ibu
bapaknya orang desa biasa yang tidak mementingkan tempat dan tanggal lahir anak-
anaknya. Orang tua Muhammad Abduh adalah pemeluk Islam yang taat, meskipun
bukan dari kalangan terdidik. Tahun kelahiran Muhammad Abduh yang umum
dikenal adalah 1849 M. Sumber lain menyebutkan bahwa ia lahir sebelum tahun itu.
Penduduk desa yang mayoritas petani sering hidup berpindah- pindah.
Hal ini disebabkan tindakan kekerasan yang diambil para penguasa zaman
Muhammad Ali dalam memungut pajak dari mereka. Orang tua Muhammad Abduh
sendiri senantiasa berpindah-pindah dari desa yang satu ke desa yang lain, sebelum
akhirnya menetap di desa Mallahat Nashr. Ilmu-ilmu dasar ke-Islam-an
didapatkannya pada tahun 1281 H/1865 M. Abduh pun meninggalkan tempat
belajarnya dan kembali ke kampungnya, karena kecewa dengan metode pengajaran
yang disampaikan oleh gurunya. Akhirnya pada tahun 1282 H/1866 M dia pun
menikah dengan gadis yang sekampung dengannya.
Upaya untuk melaksanakan ijtihad tersebut memerlukan adanya ide yang ketiga, yaitu
kekuatan akal. Sedangkan ide yang terakhir adalah pemikirannya tentang politik.
Dengan kata lain, ide- ide pembaruan Abduh saling berkaitan antara satu dengan yang
lain. Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan ide-ide pembaruan yang
dikedepankan Muhammad Abduh seperti tema makalah ini, yaitu berkaitan tentang
kejumudan, rasional dan pembaruan di bidang pendidikan.
Umat Islam harus dibebaskan dari kebekuan tersebut agar mau menerima perubahan
serta bisa mengkritisi tradisi yang ada. Ia juga memandang taqlid sebagai faktor yang
melemahkan jiwa kaum Muslimin. Olehnya itu, Muhammad Abduh menawarkan
perlunya upaya pembongkaran kejumudan yang telah sedemikian lama. Keyakinan
ini berlangsung dalam kurun waktu yang agak lama, hingga masa Muhammad
Abduh.
Keyakinan itu sebenarnya bertentangan dengan hukum masyarakat yang dari masa ke
masa selalu mengalami perkembangan sesuai dengan perkembangan zaman, dan
Abduh tentu saja tidak menerima kenyataan tersebut. Sesungguhnya, ide terbuka
kembalinya pintu ijtihad hanyalah kelanjutan dari ide yang telah dirintis
pendahulunya, seperti, Syeikh al-Tahtawi dan Jamaluddin al-Afghani. Menurutnya,
tidak semua orang boleh melakukan ijtihad dan hanya orang yang memenuhi
persyaratan yang boleh berijitihad. Sedang bagi mereka yang tidak memenuhi
persyaratan, maka mereka harus mengikuti pendapat mujtahid yang ia setujui
fahamnya.
Landasan yang dipergunakan dalam berijtihad haruslah Alquran dan hadis, dan bukan
pendapat ulama-ulama yang selama ini ditaqlidi. Dengan terbukanya pintu ijtihad,
diharapkan adanya perkembangan fiqih yang sesuai dengan tuntunan zaman, bukan
perkembangan fiqih yang mengalami stagnasi. Hal ini berkaitan dengan fungsi akal
yang diciptakan oleh Allah Swt pada diri manusia agar menerima petunjuk ilmu
pengetahuan dan bukti-bukti dari peristiwa yang terjadi dan yang pernah terjadi. Oleh
karena itu, Islam menurut Abduh adalah agama yang rasional dan mempergunakan
akal adalah salah satu dari dasar-dasar Islam.
Islamlah yang pertama kali memadukan agama dan akal secara erat dan saling
melengkapi. Wahyu dalam pandangan Abduh tidak mungkin membawa ajaran-ajaran
yang bertentangan dengan akal. Jika terdapat lahir ayat yang tidak sejalan dengan
akal, maka ayat itu harus diinterpretasikan sehingga sejalan dengan akal.
Konsekuensinya, Abduh tidak tertarik kepada teologi Asy’ariyah yang memberi
kedudukan rendah kepada akal.
Kedua ulama di atas termasuk ulama yang pernah berkenalan dengan ide-ide
pembaruan Muhammad Abd
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA