Anda di halaman 1dari 7

MUHAMMAD ABDUH DAN MUHAMMAD RASYID RIDHA

 Fajar Kurniawan

MUHAMMAD ‘ABDUH
Muhammad ‘Abduh di lahirkan didesa Mahallat Nashr kebupaten al-Buhairah,
Mesir pada 1849. berasal dari keluarga yang tidak tergolong kaya dan bukan keturunan
bangsawan. Namun demikian sukup dikenal sebagai keluarga yang berpegang teguh
kepada ilmu dan agama serta nilai-nilai kemanusiaan.
Ayahnya bernama ‘Abd Al-Hasan-I Khairillah, beasal dari Turki yang talah lama
tinggal di Mesir. Muhammad Abduh lahir dan tumbuh mrnjadi dewsa dalam satu
lngkungan desa di bawah asuhan ibu-bapak yang tak ada hubungannya dengan didikan
sekolah, tetapi mempunyai komitmen yang tinggi.

Pendidikan Abduh
Muhammad ‘Abduh belajar mambaca dan menulis di rumah. Pada usia 12 tahun
ia sudah dapat menghafal ak-Qur’an secara baik. Ketika usia 13 tahun, Muhammad
‘Abduh dikirim oleh ayahnya ke Masjid al-ahmadi Thantha. Karena sistem pengajaran di
Masjid itu tidak memuaskan, bahkan menjengkelkan, mala ‘Abduh berteket untuk
meninggalkannya dan berniat pulang kedesanya. Dan pada waktu kembali ke desa inilah
ia di kawinkan pada usia enam belas tahun.
Pada usia 16, ‘Abduh mencoba lagi memasuki dunia akademis. Ia meninggalkan
keluarga dan istrinya intuk belajar di al-Azhar Kairo. Tidak mengherankan jika
pembaruan sistem belajar mengajar ini menjadi target keinginan besar ‘Abduh selama
hidupnya.
Pada 1878 ‘Abduh di angkat sebagai pengajar sejarah, ilmu bahasa dan bahasa.
Pada tahun 1879, jama’l-u al-Din-I diusir pemerintahan mesir atas hasutan inggris. Ia di
usir karena sikap politiknya yang telalu keras di Mesir.
Setelah revolusi Urabi 1882 (yang berakhir dengan kegagalan), Abduh, ketika itu
masih memimpin surat kabar Al-waqa’i, dituduh terlibat dalam revolusi besar tersebut
sehingga pemerintah Mesir memutuskan untuk mengasingkannya selama tiga tahun
dengan memberikan hak kepadanya untuk memilih tempat pengasingannya, dan Abduh
memilih Suriah. Di Negeri ini, beliau menetap selama setahun. Kemudian beliau

1
menyusul gurunya Al-Afghani yang ketika itu berada di Paris. Di sana mereka
menerbitkan majalah al-Urwah al-Wusqa pada tahun 1884.
Dalam aktualisasinya , muhammad abduh selalu mewujudkan maksud penerbitan
tersebut, yakni
1. mengidentifikasi cara menuntaskan berbagai problem masa lalu yang telah
menyebabkan terjadinya kemunduran umat islam
2. menyuntikkan kepada kaum muslim harapan untuk menang dan menyingkirkan
kputus asaan.
3. menyerukan kesetiaan kepada prinsip-prinsip para leluhur.
4. meningkatkan hubungan antar bangsa dan meningkatkan kesejahteraan umat.
5. memberikan informasi mengenasi berbagai peristiwa penting.

Lingkungan ‘Abduh
Masyarakat pada saat itu yang kaku dan beku menutup rapat-rapat ijtihad.
Mengabaikan peranan akal dalam memahami syari’at Allah. Karena mereke merasa
berkecukupan dengan hasil karya para pendahulu yang juga hidup masa kebekuan akal.
Secara garis besar, pergumulan hidup ‘abduh dalam realitas masyarakat yang
sedang mengalami kejumudan akal dan hadirnya konialisme barat. Serta maraknya
mecaman para orientalis terhadap ajaran islam telah membuat dirinya benyak berbuat
dan berfikir kritis tentang islam dan umatnya.

Fokus Pemikiran ‘Abduh


1. membebaskan akal pikiran dari belenggu taqlid yang menghambat perkembangan
pengetahuan agama.
2. memperbaiki gaya bahasa arab, baik yang di gunakan dalam percakapan atau
penerjemahan.

Tujuan utama pemikirannya adalah


1. menjelaskan hakikat islam yang murni
2. menghungkan ajaran islam dengan kehidupan masa kini.

2
Aspek Pembaruan ‘Abduh
Realitas kemunduran umat islam, khususnya di mesir adalah di sebabkan oleh
beberapa factor. Secara internal berpihak pada “taqlid” sangat dominant dan akibatnya
dimana-mana terjadi stagnasi dalam pemikiran islam aaktual. Sedangkan secara
eksternal, seperti dituliskan orang eropa yang sedang mengalami ‘masa pencerahan”
menyatakan penyebab keterbelakangan itu adalah karena doktrin islam sendiri dan
ketidak mampuannya beradaptasi dengan dunia modern.
Akibat terus menerus menggunakan akal, ‘Abduh dituduh sebagia seorang neo-
mu’tazilah oleh faqil konsevatif. Kemudain ‘Abduh mengatakan bahwa ada hal-hal
tertentu yang hanya Allah sajala yang tau.
Beberapa aspek bidang garab ‘Abduh dalam upaya penceraha islam.
1. Tafsir Al-Qur’an
Semangat dalam pembaharuan islam adalah upaya revitalitas peran islam dalam
transformasi social. Muhammad Abduh yang merasa melaksanakan tugas besar dalam
memperbaharuhi pandangan dunia islam yang dominan pada zaman, maka kajian tentang
rencana dalam pembaharuan politik dan social dengan menyajikan reinterpretasi Al-
quran untuk duniamodern sangat penting dan menraik. Ia merasa bahwa islam harus
dapat memerankan peranan sentral dalam mengangkat masyarakat, memperbaharui
kondisi umat dan menyodorkan perananislam modern. Dengan demikian ia dapat
menafsirkan islamsebagai agama mendominasikemajuan dan pembangunan.
Prinsip bahwa islam Al-quran adalah risalah yang besifat universal dan meliputi
segala sesuatu yang berlaku sepanjang masa bagi seluruh umat manusia, maka gerakan
kembali pada Al-quran yang menjadi konsep Muhammad Abduh menjadi penting.
Sebagai aktualisasinya banyak menekankan hal-hal berikut
 Maksud utama Al-quran adalah menegaskan tauhid, yaitu Keesaan Allah dan
segenap doktrin dan mengakui tindakan Allah, menurunkan wahyu, dan mengutus
wahyu rehabilitas kebangkitan serta balasan bagi manusia.
 Al-quran merupakan wahyu yang lengkap kaum mukmin tak boleh memilih
bagian yangdisukai saja
 Al-quran merupakan sumber utama untuk membuat undang-undang bagi umat
manusia.

3
 Kaum muslim tidak boleh menerima begitu saja leluhur dalam mereka
menafsirkan al-quran namun harus otentik serta dengan pemahaman mereka
sendiri.
 Akal sehat harus digunakan dalam menafsirkan Alquran

2. Pendidikan
Dalam pembaruan pendidikan, ‘Abduh memperjuangkan sistem pendidikan
fungsional yang bukan impor, yang mencakup pendidikan universal, bagi semua anak
lakia-laki maupun perempuan. Semuanya harus memiliki kemampuan dasar dalam
membaca, menulis dan berhutung.
Konsep kurikulum pendidikan ‘Abduh untuk sekolah menengah meliputi bidang
syari’ah, militer, kedoteran atau bekerja pada pemerintah.

3. Politik
Kondisi perpolitikan secara umum didunia islam sangat memperhatikan.
MuhammadAbduh menilai bahwa kondisi pemerintah otoriter yang terjadi pada bangsa-
bangsa muslim, sesungguhnya diakibatkan oleh kebodohan para fiqih dan para
penguasa.Ia menganggap bersalah sehingga penguasa tak mempertanggung jawabkan
kebijakanya. Disatu pihak penguasabukan saja tak tahu bagaimana memerintah dan
menegakkan keadilan,mereka juga merusak faqih dan memanfaatkanya untuk
kepentingan sendiri dengan cara mendesaknya mengeluarkan fatwa yang
mempertahankan kebijakan pemerintah
Menurut Muhammad Abduh yang sangat penting bagi umat adalah persatuan
politik dan keadilan. Hal ini tidak terjadi sebagai akibat ketidak pedulian pemimpin.
Semua keturukan yang menimpa umat islam merupakan akibat adnya perpecahan.

4. Sosial
Merupakan Muhammad Abduh, pembaharuan social penting karena itu ia
menterupaisupaya syariat direvisi agar lebih sesuai dengan tuntunan dunia moderen.bagi
Muhammad Abdupembangunan bansa yang kuat harus dimulai dengan memperkuat
bangunan keluarga, sebagaiunit masyarakat terkecil. Agar bangsa kembali lebih
bersemangat,maka diperlukan pembaharuanatas adaptasi yang berkaitan dengan setatus

4
peranan wanita. Menangapi kritik barat bahwa dalamisalam ada persamaan gender. Peria
dan wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama
Abduh mengigatkan bahwa Al-quran (2:228) menjelaskan, kalau pria
punyaderajat diatas wanita. Muhammad Abduh juga percaya jika mereka memang punya
kualitas pemimpindan kualitas membuat keputusan maka keungulan pria tidak berlaku
lagi. Disamping itu, Muhammad Abduh juga berpendapatbahwa penyebab pemecahan
ataufitnah dalam masyarakat adalah karena peria mengumbar bahwa nafsu.

MUHAMMAD RASYID RIDHO

Muhammad Rastid Ridho dikenal sebagai ilmuan muslim yang memiliki


pengetahuan amat mendalam tentang sunnah nabi Saw. Selain itu juga ia di kenal sebagai
pemikir pembaru yang kritis dan ahli ibadah yang akrab dengan tata cara sufi.
Karena pemikiran pembaruan yang sangat berarti bagi perkembangan dunia islam,
Rasyid Rido memperoleh pengakuan dan penghargaan yang cukup besar dari para
pemikir pembaru lainnya.

Riwayat Hidup Rasyid Ridho


Nama lengkap Muhammad Rasyid Rida adalah al-Sayyid Muhammad Rasyid Rida ibn Ali
Rida ibn Muhammad Syamsuddin ibn al-Sayyid Baharuddin ibn al-Sayyid Munla Ali Khalifah al-
Baghdadi. Sayyidina Muhammad Rasyid Ridha dilahirkan di Qalamun, pada tanggal 27
jumadil Awwal 1283 H (1865 M). Ia juga mendapat gelar Sayyid karena menurut
keterangan ia mempunyai garis keturunan langsung dari sayyidina husain, putra Ali bin
Abi Tholib dan fatimah putrid rasulullah SAW.
Sejak kanak-kanak ia telah memiliki akal yang cerdas, memiliki semangat belajar
yang tinggi dan cinta terhadap ilmu pengetahuan. Ia lebih suka menghabiskan waktunya
untuk memaca buku dari pada bermain.
Pada usia 18 tahun, ia kembali melanjutkan stidinya di madrasah al-wathaniyah
al-islamiyah yang sebelumnya ia masuk ke madrasah al-Rasyidiyah di kota Tripoli.
Disekolah yang baru, ia di kenalkan dengan syeikh Husain al-Jasr, yang memiliki andil
besar terhadap perkembangan pemikiran Rasyid Ridha.

5
Selain itu jug, ia juga berguru kepada Syeikh ahli bidang hadist seperti Syekh
Muhammad Nasyabah, syeikh Muhammad al-Qawini dan Syeikh Abdul Gani al-Rafi
sehingga mampu menilai hadist dha’if dan maudhu’ Beliau juga berkesempatan untuk
bertemu dengan Muhammad Abduh bahkan dapat berguru dalam waktu yang relative
lama hingga terbitnya Al-Manar dan juga TAsir Al-Manar.

Pemikiran Pembaruan Muhammad Rasyid ridho

Secara garis besar, ide-ide pembaruan rasyid ridho dapat di klasifikasikan menjadi
3 bidang, yaitu : bidang agama, bidang pendidikan dan bidang politik.

1. Bidang Agama
Rasyid ridha berpendapat bahwa faktor utama yang menyebabkan umat islam
lemah, adalah karena tidak lagi mengamalkan ajaran islam yang sebenarnya.
Menurutnya, Islam telah banyak diselimuti oleh faktor bid’ah yang menghambat
perkembangan dan kemajuan umat
Ia berpendapat bahwa salah satu penyebab mundurnya umat Islam lainnya adalah
paham fatalisme, karena paham tersebut menyebabkan manusia tidak memiliki etos kerja
dan cenderung tidak mau berpacu atau pasrah dengan keadaan
Ide-Ide pembaruan penting rasyid ridho dalam bidang ini adalah: kembali kepada
al-Qur’an dan al-Hadist, menghidupakn kembali faham jihad dan toleransi bermadzhab.
Pemikiran rasyid Ridho dalam bidang agama tentang pentingnya kembali kepada Al-
Qur’an dan al-Hadist dilator belakangi oleh pemikiran keberagamaan umat islam yang
mengarah pada bentuk tahayyul, bid’ah dan khurafat.
Rasyid Ridha telah memulai kiprahnya di dunia politik semenjak masih berada di
tanah airnya, Upaya untuk menghidupkan kembali faham dinamika yang ia pelopori,
merupakan respon atas perkembangan faham fatalisme yang semakin marak di tubuh
umat islam.

6
2. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan, pemikirannya hanya dipengaruhi oleh pemikiran
gurunya, Muhammad abdu. Ia sangat menaruh perhatian terhadap bidang ini. Ia
berpandangan bahwa umat islam hanya maju apabila menguasai bidang pendidikan.
Muhammad Syaikh Ridha beratwa bahwa membangun lembaga-lembaga
pendidikan lebih berfanfaat dari pada membangun masjid. Apa artinya masjid apabila
pengunjungnya hanya terdiri dari orang-orang bodoh. Sebaliknya lembaga pendidikan
akan dapat menghapuskan kebodohan dan pada gilirannya membuat umat menjadi maju
dan makmur.
Pembaruan penting yang dilakukan radho dalam bidang ini adalah pembaruan
kurikulum. Mata pelajaran dalam kurikulu baru itu adalah : teologi, pendidikan moral,
sosiologi, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, ilmu hitung, ilmu kesehatan, bahasa asing dan
ilmu rumah tangga. Yaitu di samping ilmu-ilmu seperti Fiqh, Tafsir, Hadits, dan lain-
lainnya yang biasa diberikan di madrasah-madrasah tradisional . Secara nyata, ia juga
membangun lembaga pendidikan Madrasah al-Da’wah wa Al-Irsyad di kairo yang
berdiri pada tahun 1912.
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha, berpandangan bahwasanya untuk
mengarahkan dan membawa umat Islam pada kemajuan, kuncinya terletak pada upaya
memperbarui pendidikan dengan segenap komponen yang ada di dalamya. Serta,
diarahkan kepada upaya melahirkan manusia yang memiliki keunggulan dalam bidang
ilmu agama dan umum.

3. Bidang Politik.
Rasyid Ridho tampak lebih cenderung memikuti jejak Jama’ul ‘A-Din Al-Afghani
dari pada Muhammad Abduh. Ide-ide yang penting dalan bidang politik adalah ukuwah
Islamiyah. Ia melihat bahwa salah satu kemunduran islam adalah perpecahan yang
terjadi di kalangan mereka.
Adapun Negara yang dikehendaki Rasyid Ridha adalah Negara dalam bentuk
Khalifah, seperti pada masa Khulafa’ Ar-rasyidin. Dalam kaitannya pengan persoalan
politik, Rasyid Ridho berpandangan bahwa untuk maju tudak ada jalan lain bagi umat
islam kecuali menguasai bidang pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai