Anda di halaman 1dari 4

1.

Muhammad Abduh
Muhammad Abduh lahir di Mahallat Nashr, al Buhairah (Mesir) pada tahun 1849
M. Ia tidak berasal dari keluarga yang kaya raya dan bukan pula keturunan
bangsawan. Namun demikian, ayahnya dikenal sebagai orang terhormat yang suka
memberi pertolongan. Ia lahir ditengah kondisi perpolitikan yang tidak kondusif dan
penuh kecemasan. Inilah yang nantinya memengaruhi psikis, sosiologis Muhammad
Abduh dalam melakukan perubahan dan pembaharuan.1
Basis utama pemikiran Muhammad Abduh adalah kepercayaan dan
penghargaannya yang sangat tinggi kepada akal. Menurutnya, agama dan akal saling
melengkapi. Demikian juga sains yang didasarkan kepada akal, sama sekali tidak
bertentangan dengan agama.2
Al-Quran tidak hanya bicara kepada hati manusia, tetapi juga kepada akal. Islam
memandang akal mempunyai kedudukan yang tinggi. Allah menunjukkan perintah
dan larangan-larangan-Nya kepada akal. Oleh sebab itu, agama Islam adalah agama
yang rasional. Mempergunakan akal adalah salah satu dari dasar-dasar Islam. Iman
seseorang tidak sempurna kalau tidak didasarkan kepada akal. "Di dalam Islam lah
agama dan akal buat pertama kali mengikat tali persaudaraan," katanya Betapa
tingginya kedudukan akal, di dalam pandangan Syekh Muhammad Abduh, sehingga
ia berpendapat bahwa wahyu tidak dapat membawa kepada hal-hal yang bertentangan
dengan akal. Jika zahir suatu ayat bertentangan dengan akal, maka harus dicari
interpretasi yang membuat ayat itu sesuai dengan pendapat akal.
Sikap Syekh Muhammad Abduh yang sangat mengagungkan akal ini
menyebabkan ia sering disebut sebagai tokoh yang lebih Muktazilah dari orang
Muktazilah, sekalipun ia tidak bisa dikategorikan sebagai orang Muktazilah karena
persyaratan untuk menjadi Muktazili tidak terpenuhi. Syarat dimaksud adalah
penerimaan terhadap ushul al-khamsah (pancasilanya muktazilah), yaitu tauhid,
al-'adl, al-wa'd wa al-wa'id, al-manzilah bain al-manzilatain, dan al-amr bi al-ma'ruf
wa al-nahyu an al-munkar. Dan Muhammad Abduh tidak menerima sebagian isi ushul
al-khamsah tersebut. Karena itulah, nampaknya, C.C. Adams berkesimpulan, ajaran
teologi Muhammad Abduh termasuk ke dalam teologi Ahlussun nah. Sementara
Horten menganggap Muhammad Abduh mengikuti Ahlussunnah secara ekstrem.3
Ide-ide Pendidikan Muhammad Abduh yang gemilang ternyata ternyata banyak
disebabkan oleh faktor situasi sosial dan keagamaan serta kondisi Pendidikan yang
ada pada saat itu. Terdapat dua faktor (internal dan eksternal) yang menjadi landasan
bagi lahirnya ide pembaharuan Abduh dalam bidang Pendidikan. Faktor internal
adalah sebab atau masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat Islam itu sendiri, yakni
cenderung memilih sikap apatis, jumud atau statis dalam menyikapi hidup, sehingga
tidak memiliki gairah untuk memperbaiki, memperjuangkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan serta peradaban Islam. Ini menyebabkan umat Islam lemah dan
terbelakang.
Faktor eksternalnya adalah kedigdayaan bangsa Barat yang semakin menjadi
akibat mereka mendalami ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi, yang membawanya
1
M. Basyrul Muvid. Studi Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020).
Hal 1.
2
A. Hafiz Anshary dan Noorwahidah Haisy. Pembaharuan Islam Di Mesir. (Yogyakarta: Bildung, 2023). Hal
42.
3
Ibid. Hal 44.
kepada kemajuan, kekuatan dan terdepan. Akibatnya mereka merampas eksistensi
bangsa-bangsa (Islam), khususnya menjadikannya sebagai bangsa jajahan dan Hasrat
untuk menguasai dunia demi mempertahankan eksistensinya. Ini juga enambah parah
kondisi umat Islam dan negara-negara Islam kala itu.4
Langkah pembaharuan dalam bidang Pendidikan yang dibangun oleh Abduh, antara
lain sebagai berikut.
1. Melakukan pembaharuan ranah Pendidikan Islam di al-Azhar. Pilar yang ia
kedepankan adalah Gerakan kultur lewat media Pendidikan. Hal ini sangat
tepat karena di dalam proses Pendidikan dan pembelajaran terjadi yang
namanya transmisi tentang nilai, tradisi maupun kebudayaan, sekaligus juga
terjadi proses komunikasi antar suku ide dengan ide-ide yang baru. Reformasi
Pendidikan ini difokuskan (awalnya) pada Universitas almamaternya (al-
Azhar). Ia berpendapat bahwa kewajiban belajar itu tidak hanya mempelajari
buku-buku atau kitab-kitab Bahasa Arab yang berisi dogma ilmu kalam untuk
membela Islam. Akan tetapi, kewajiban belajar itu juga terletak pada
mempelajari sains modern, Sejarah, dan agama Eropa. Hal tersebut agar
mengetahui sebab musabab bangsa Barat (Eropa) bisa maju dan meraih
kesuksesan yang gemilang.5 Usaha awal Abduh ini dengan memperjuangkan
mata kuliah filsafat agar diajarkan di al-Azhar.
2. Selain Filsafat, Abduh juga menghendaki untuk memasukan ilmu-ilmu
modern (umum) ke dalam kurikulum di al-Azhar. Ia juga berpendapat sekolah-
sekolah yang didirikan oleh pemerintah itu dididik oleh tenaga-tenaga yang
perlu bagi Mesir dalam bidang administrasi, militer, Kesehatan, perindustrian
dan sebagainya, serta dimasukan Pendidikan agama yang lebih kuat termasuk
di dalamnya Sejarah Islam dan Sejarah kebudayaan Islam. 6 Hal ini
dimaksudkan agar jurang pemisah antara golongan ulama dengan golongan
ahli ilmu modern dapat diantisipasi sedemikian rupa, juga antara ilmu agama
dan umum dapat berintegrasi, sehingga rasa persatuan dan persaudaraan di
kalangan umat dan keilmuan terasa kian maju dan lebih baik.
3. Selain kurikulum, ia juga mengadakan pembaharuan terhadap administrasi
Pendidikan demi kesejahteraan ulama al-Azhar dan mahasiswanya. Misalnya
dengan menentukan honorarium yang layak bagi ulama al-Azhar,
memperbaiki administrasi tersendiri, mengangkat pegawai-pegawai yang
sebelumnya memang tidak ada, juga mengatur perpustakaan dengan baik.
4. Terkait metode pembelajaran, Abduh menekankan untuk tidak hanya
menggunakan metode hafalan, melainkan juga metode jadal atau debat, karena
metode debat dapat membuka wawasan, cakrawala berfikir menjadi luas bagi
peserta didik. Bukan debat kusir yang diinginkan Abduh, tetapi debat yang
menghasilkan ide-ide baru, solusi baru dan temuan-temuan berlian, yang dapat
menjadi sumbangsih terhadap kemajuan peradaban Islam khususnya
Pendidikan danpembelajaran.

4
M. Basyrul Muvid. Studi Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020).
Hal 3.
5
A. Mukti Ali. Alam Pikiran Islam Modern di Timur Tengah (Jakarta: Djambatan, 1995), 365.
6
Harun Nasution. Pembaharuan Pendidikan (Jakarta: Bulan Bintang, 1987). 67.
1. Rasyid Ridha
Sayyid Muhammad Rasyid Ridha bin Ali Ridha bin Syamsuddin bin Bahauddin al
Qalmuny al Husaini lebih dikenal dengan Muhammad Rasyid Ridha. Ia masih
memiliki pertalian darah ah lu al bait dari Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ridha lahir
di qalamun (Kota Tripoli, Libanon) pada 22 Jumadil awwal 1282 H. (1865 M) dan
wafat pada Agustus 1935. Ia hidup dalam lingkungan keluarga yang mengutamakan
ilmu pengetahuan serta ketaatan dalam beragama, sehingga mendapatkan Pendidikan
membaca dari orang tuanya dan mengkhatamkan hafalan Al-qur’an pada usia 17
tahun. Pada tahun 1882 M, ia belajar di Madrasah Rusydiyyah di Tripoli, kemudian
pindah ke Madrasah al Wathaniiyah al Islamiyyah, milik pemerintah kota Tripoli yang
dipimpin oleh Syaikh al Jsr, seorang alim ulama tergolong modernis. Namun
kemudian mendapat tantangan dari pemerintah akibat konstelasi politik Kerajaan
Utsmani, hingga melanjutkan pendidikannya ke Madrasah Diniyyah di kota yang
sama, namun tetap melakukan komunikasi ilmiah dengan guru-gurunya (utamanya
Syaikh al Jsr) saat di Madrasah sebelumnya, sehingga tetap memperoleh ijazah.
Selanjtnya ia belajar hadis dan memperoleh ijazah dari Syeikh Mahmud Kamil al
Rafi’u. selain itu, guru-gurunya yang lain adalah Syeikh Abd. Ghani al Rafi, Syeikh
Muhammad al Husain, dan Syeikh Muhammad Abduh yang banyak menginspirasi
pikirannya untuk bertemu dan berguru kepada syeikh ini.7
Sebagaimana Sayyid jamaluddin Al-Afghani dan Syekh Muhammad Abduh,
Sayyid Rasyid Ridha sangat prihatin dengan keadaan umat Islam yang mundur di
segala bidang. Ia melihat, kemunduran itu terjadi bukan karena ajaran Islam yang
salah, tetapi karena umat Islam yang keliru memahami ajaran agamanya. Kekeliruan
itu antara lain karena banyaknya bid'ah yang masuk ke dalam ajaran Islam. Ia
mencontohkan, bid'ah yang merugikan antara lain adalah pendapat bahwa di dalam
Islam terdapat ajaran kekuatan batin yang membuat pemiliknya dapat memperoleh
segala apa yang dikehendakinya. Padahal, menurut Ridha, kebahagiaan di akhirat dan
di dunia diperoleh melalui hukum alam yang diciptakan Tuhan. Artinya, untuk
mendapatkan sesuatu harus ada kerja keras.8
Contoh lain yang dianggap bid'ah dan sangat ditentang oleh Rasyid Ridha adalah
ajaran para syekh tarekat mengenai tidak pentingnya hidup duniawi, tentang tawakkal,
dan tentang pujaan dan kepatuhan berlebih-lebihan kepada para syekh dan para wali.
Ia berpendapat, jika umat Islam ingin maju, mereka harus dibawa kepada ajaran Islam
yang murni, ajaran yang bebas dari segala macam bid'ah.9
Ajaran Islam yang sebenarnya itu sangat mudah dan sederhana, baik ibadat
maupun muamalat. Jika ibadat tampak berat dan ruwet, itu disebabkan oleh
banyaknya hal-hal yang tidak wajib ditambahkan kepada yang wajib. Pada sisi yang
lain, hal-hal yang sunnat menimbulkan perbedaan pendapat yang pada gilirannya
melahirkan kekacauan.
Menurutnya, Islam melarang umat manusia berlebih-lebihan di dalam agama. Islam
juga memberantas ajaran-ajaran penyiksaan diri demi agama. Ini dibuktikan dengan

7
M. Basyrul Muvid. Studi Pemikiran Pendidikan Islam Kontemporer (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2020).
Hal 18.
8
A. Hafiz Anshary dan Noorwahidah Haisy. Pembaharuan Islam Di Mesir. (Yogyakarta: Bildung, 2023). Hal
56-57.
9
Ibid
dibolehkannya manusia memakan makanan yang lezat dan memakai perhiasan yang
indah asal tidak berlebihan dan tidak bersikap sombong.
Dalam soal muamalat, menurutnya, Islam hanya memberikan dasar-dasarnya
seperti dasar tentang keadilan, persamaan, dan pemerintahan syura. Perincian dan
pelaksanaan dari dasar-dasar tersebut diserahkan kepada manusia menentukannya. Ia
juga berpendapat bahwa hukum-hukum fikih mengenai hidup kemasyarakatan,
sekalipun didasarkan kepada Al-Quran dan hadis, tidak boleh dianggap absolut dan
tidak bisa diubah. Hukum-hukum itu timbul sesuai dengan suasana tempat dan
zamannya. Karena itu, perbedaan tempat dan zaman memungkinkan terjadinya
perubahan.
Sebagai seorang guru/pendidik dan penanggung jawab Pendidikan, Rasyid Ridha
selalu berupaya mengubah pola pikir masyarakat untuk lebih maju dan dinamis. Salah
satu pemikiran Pendidikan Islamnya adalah bahwa ia berpendapat bahwa umat Islam
akan maju jika menguasai Pendidikan. Oleh karena itu, ia banyak mengimbau dan
mendorong umat Islam untuk menggunakan kekayaan, potensi dan wewenangnya
bagi Pembangunan Lembaga-lembaga Pendidikan.10 Ia berpendapat, umat Islam wajib
mempelajari ilmu pengetahuan dan teknologi modern dan harus mau menerima
peradaban Barat. Di zaman klasik (650-1250) kaum muslimin memperoleh kemajuan
dan mampu menguasai dunia karena mereka menguasai ilmu pengetahuan.
Masyarakat Barat maju karena mereka mau mengambil ilmu pengetahuan dari umat
Islam. Karena itu, kaum muslimin yang mengambil ilmu pengetahuan modern dari
Barat berarti mengambil kembali ilmu pengetahuan yang pernah dimiliki mereka. 11
Menurut Rasyid Ridha, umat Islam harus berani berkorban untuk membangun
sarana-sarana pendidikan, bahkan ia berpendapat, membangun sarana pendidikan
lebih baik daripada membangun mesjid. Mesjid tidaklah besar nilainya jika orang-
orang yang salat di dalamnya hanyalah orang-orang bodoh. Dengan membangun
sarana pendidikan kebodohan dapat dihapuskan sehingga pekerjaan duniawi dan
ukhrawi akan menjadi baik. Satu-satunya cara menuju kemakmuran adalah perluasan
dan pemerataan pendidikan secara umum.
Rasyid Ridha berupaya memajukan ide pengembangan kurikulum dengan
memadukan muatan ilmu agama dan umum. Kepeduliannya ini dibuktikan dengan
mendirkan Lembaga Pendidikan pada tahun 1912 di Kairo, yang diberi nama
Madrasah Ad-Dakwah wal Irsyad. Madrasah ini juga dimaksudkan sebagai sebuah
sekolah misi Islam untuk menandingi aktivitas misi Kristen. Sayangnya, sekolah
tersebut terpaksa ditutup sewaktu perang dunia I pecah.12

10
Op.Cit. M. Basyrul Muvid. Hal 19.
11
A. Hafiz Anshary dan Noorwahidah Haisy. Hal 59.
12
Ibid.

Anda mungkin juga menyukai