Anda di halaman 1dari 6

Habib Umar Bin Hafidz

adalah seorang Ulama Internasional yang berasal dari Tarim, Yaman Selatan. Beliau dilahirkan pada hari Senin, 4
Muharram 1383 H bertepatan dengan 27 Mei 1963 M.
Habib Umar Bin Hafidz merupakan salah satu Ulama keturunan Rasulullah SAW dari jalur Sayyidina Hussein. Pada usia
yang sangat muda Habib Umar telah mampu menghafal Al-Quran dan berbagai matan (isi) dari kitab fiqih, hadis dan
lainnya.
Habib Umar Bin Hafidz digelar sebagai Al-Hafidz karena mampu menghafal 100.000 lebih hadist, dan juga digelar sebagai
Al-Musnid karena mampu menghafal sanad hadist (periwayat hadist) sampai kepada Rasulullah SAW.

Habib Umar Bin Hafidz adalah seorang ulama dunia era modern. al-Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di mana
beliau mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan berbagai sekolah lain yang telah dibangun di bawah
manajemennya. Beliau masih memegang peran aktif dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga beliau
meluangkan hampir sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan kegiatan-
kegiatan mulianya itu. Beliau terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi sangat terkenal
di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim-ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad.
Beliau dibesarkan di dalam keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya yang
adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin
Shaikh Abu Bakr bin Salim. Ayahnya adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi
penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia dalam Islam. Ia secara tragis diculik oleh
kelompok komunis dan diperkirakan telah meninggal. Demikian pula kedua kakek beliau, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-
Habib Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati kaum ulama dan intelektual
Muslim pada masanya.

Silsilah Nasab Habib Umar yaitu :

Habib 'Umar bin Muhammad

bin Salim
bin Hafidz
bin Abdullah
bin Abu Bakar
bin 'Aydrus
bin 'Umar
bin Abu Bakar
bin 'Aydrus
bin Husein
bin As-Syekh Al Kabir Al-Qutb As-Syahir Abu Bakar bin Salim
bin Abdullah
bin Abdurrahman
bin Abdullah
bin Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf
bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh
bin Syekh Ali Shohibud Dark
bin Al-Imam Alwi Al-Ghuyur
bin Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad
bin Ali
bin Al-Imam Muhammad Shohib Marbat
bin Al-Imam Kholi Qosam
bin Alwi
bin Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah
bin Al-Imam Alwi Shohib Saml
bin Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh
bin Al-Imam Muhajir Ahmad
bin Al-Imam Isa Ar-Rumi
bin Al- Imam Muhammad An-Naqib
bin Al-Imam Ali Al-Uraydhi
bin Al-Imam Ja’far As-Shodiq
bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir
bin Al-Imam Ali Zainal Abidin
bin Sayyidina Al-Husein
bin Fathimah Az-Zahra
binti Rasulullah SAW

Masa Kecil
Beliau telah mampu menghafal Al-Qur’an pada usia yang sangat muda dan juga menghafal berbagai teks inti dalam fikih,
hadits, Bahasa Arab dan berbagai ilmu-ilmu keagamaan yang membuatnya termasuk dalam lingkaran keilmuan yang
dipegang teguh oleh begitu banyak ulama-ulama tradisional seperti Muhammad bin ‘Alawi bin Shihab dan al-Shaikh Fadl
Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat, Tarim. Beliau pun mempelajari berbagai ilmu termasuk ilmu-ilmu
spiritual keagamaan dari ayahnya yang meninggal syahid, al-Habib Muhammad bin Salim, yang darinya didapatkan cinta
dan perhatiannya yang mendalam pada da’wah dan bimbingan atau tuntunan keagamaan dengan cara Allah SWT.
Ayahnya begitu memperhatikan sang ‘Umar kecil yang selalu berada di sisi ayahnya di dalam lingkaran ilmu dan zikir.
Namun secara tragis, ketika al-Habib ‘Umar sedang menemani ayahnya untuk sholat Jum‘ah, ayahnya diculik oleh
golongan komunis dan sang ‘Umar kecil sendirian pulang ke rumahnya dengan masih membawa syal milik ayahnya, dan
sejak saat itu ayahnya tidak pernah terlihat lagi. Ini menyebabkan ‘Umar muda menganggap bahwa tanggung-jawab
untuk meneruskan pekerjaan yang dilakukan ayahnya dalam bidang Da‘wah sama seperti seakan-akan syal sang ayah
menjadi bendera yang diberikan padanya di masa kecil sebelum ia mati syahid. Sejak itu, dengan sang bendera
dikibarkannya tinggi-tinggi, ia memulai, secara bersemangat, perjalanan penuh perjuangan, mengumpulkan orang-
orang, membentuk Majelis-majelis dan da’wah. Perjuangan dan usahanya yang keras demi melanjutkan pekerjaan
ayahnya mulai membuahkan hasil. Kelas-kelas mulai dibuka bagi anak muda maupun orang tua di mesjid-mesjid
setempat di mana ditawarkan berbagai kesempatan untuk menghafal Al-Qur’an dan untuk belajar ilmu-ilmu tradisional.

Riwayat Pendidikan Habib Umar


Sejak kecil telah terlihat kelebihan yang dimiliki oleh Habib Umar. Habib Umar dengan cepat bisa menguasai berbagai
disiplin ilmu yang dipelajarinya.
Ketika di Tarim, Habib Umar belajar kepada Ayah beliau yaitu Habib Muhammad bin Salim bin Hafidz, Syekh Muhammad
bin ‘Alawi bin Shihab, Syekh Fadl Baa Fadl serta para ulama lain yang mengajar di Ribat.
Ayah Habib Umar, Habib Muhammad bin Salim diculik oleh Komunis ketika Habib Umar masih kecil dan menemani
ayahnya untuk shlalat Jum'at. Habib Umar pulang ke rumah sendirian dengan membawa syal milik ayahnya, sejak itu
ayah Habib Umar tidak pernah terlihat lagi.
Habib Umar meneruskan dakwah ayah beliau dengan membuka kelas-kelas bagi anak muda dan juga orang tua untuk
menghafal Al-Quran dan ilmu lainnya.
Habib Umar yang sudah terlihat kelebihannya dari kecil menjadi incaran oleh kelompok yang tidak menyukainya,
kemudian Habib Umar dikirim ke kota Al-Bayda Yaman Utara untuk belajar disana dan menjauhkan dari kelompok yang
ingin mencelakainya.
Di Ribat Al-Bayda, Habib Umar belajar di bawah bimbingan Guru yang sangat 'Alim yaitu Al-Habib Muhammad bin
‘Abdullah Al-Haddar, serta Al-Habib Zain bin Sumaith. Tidak lama setelah itu Habib Umar ditunjuk sebagai guru di Al-
Bayda.
DI Ta'iz Habib Umar belajar kepada Mufti Ta'iz yaitu Al-Habib Ibrahim bin Aqil bin Yahya. Mufti Ta'iz menyaksikan bahwa
di dalam diri Habib Umar terdapat sifat-sifat kejujuran dan kepintaran yang agung, kemudian Mufti Ta'iz menikahkan
putrinya dengan Habib Umar.
Di Hijaz Mekkah, Habib Umar belajar kepada Al-Habib 'Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf, Al-Habib Ahmed Mashur al-
Haddad dan Al-Habib 'Attas al-Habashi. Di Mekkah Habib Umar melakukan ibadah haji dan juga ziarah makam Rasulullah
SAW di Madinah.
Dikirim ke kota Al Bayda
Beliau sesungguhnya telah benar-benar memahami Kitab Suci sehingga beliau telah diberikan sesuatu yang khusus dari
Allah meskipun usianya masih muda. Namun hal ini mulai mengakibatkan kekhawatiran akan keselamatannya dan
akhirnya diputuskan untuk mengirimnya ke kota Al-Bayda’ yang terletak di tempat yang disebut Yaman Utara yang
menjadikannya jauh dari jangkauan mereka yang ingin mencelakai sang sayyid muda.
Di sana dimulai babak penting baru dalam perkembangannya. Masuk sekolah Ribat di al-Bayda’ beliau mulai belajar
ilmu-ilmu tradisional di bawah bimbingan ahli dari yang Mulia al-Habib Muhammad bin ‘Abd-Allah al-Haddar, semoga
Allah mengampuninya, dan juga di bawah bimbingan ulama mazhab Syafi‘i al-Habib Zain bin Sumait, semoga Allah
melindunginya. Janjinya terpenuhi ketika akhirnya beliau ditunjuk sebagai seorang guru tak lama sesudahnya. Beliau
juga terus melanjutkan perjuangannya yang melelahkan dalam bidang Da‘wah.
Kali ini tempatnya adalah al-Bayda’ dan kota-kota serta desa-desa di sekitarnya. Tiada satu pun yang terlewat dalam
usahanya untuk mengenalkan kembali cinta kasih Allah dan Rasul-Nya (shallahu ‘alaihi wasallam) ke dalam hati-sanubari
mereka semua. Kelas-kelas dan majelis didirikan, pengajaran dimulai dan orang-orang dibimbing. Usahanya yang
demikian gigih menyebabkannya kekurangan tidur dan istirahat mulai menunjukkan hasil yang besar bagi mereka yang
tersentuh dengan ajarannya, terutama para pemuda yang sebelumnya telah terjerumus dalam kehidupan yang kosong
dan dangkal, namun kini telah mengalami perubahan mendalam hingga mereka sadar bahwa hidup memiliki tujuan.
Mereka bangga dengan indentitas baru mereka sebagai orang Islam, mengenakan sorban/selendang Islam dan mulai
memusatkan perhatian mereka untuk meraih sifat-sifat luhur dan mulia dari Sang Rasul Pesuruh Allah SWT

Perjalanan dan Perjuangan Dakwah Habib Umar bin Hafidz


Al-Bayda dan kota-kota disekitarnya serta desa-desa di daerah itu menjadi tempat dakwah Habib Umar setelah Tarim.
Kelas-kelas dan majlis didirikan oleh Habib Umar serta berbagai usaha dilakukan oleh Habib Umar untuk mengenalkan
kembali cinta kasih Allah dan Rasulnya ke dalam sanubari mereka.
Perjuangan dakwah yang sangat gigih membuat Habib Umar kekurangan tidur dan istirahat. Banyak yang tersentuh
dengan cara dakwah Habib Umar, sehingga banyak pemuda yang sebelumnya terjerumus dalam kehidupan yang kosong
dan dangkal mengalami perubahan yang mendalam, sadar bahwa kehidupan ini punya tujuan dan mereka sekarang
bangga dengan pakian yang islami, bersorban dan sebagainya.
Habib Umar mulai dikenal di berbagai belahan dunia setelah perjalanan beliau ke Hijaz. Perhatiannya yang mendalam
dalam membangun keimananan merupakan perilakunya yang terlihat jelas sehingga membuat namanya tersebar luas.
Tiada waktu yang terbuang sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi.
Habib Umar juga melakukan dakwah di Negara Oman dalam beberapa tahun kemudian berdakwah ke kota Shihr, Yaman
Timur sebelum pulang ke Tarim, Hadramaut.
Ketika pulang ke Tarim, Habib Umar mendirikan Pesantren yang bernama Darul Musthafa.Dalam waktu yang singkat,
masyarakat Tarim melihat berkumpulnya murid dari berbagai penjuru dunia ke Darul Musthafa.
Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Pakistan, Amerika Serikat,
Kanada, dan negara-negara arab bagian lain datang belajar ke Darul Musthafa.

Ibadah haji
Tak lama setelah itu, beliau melakukan perjalanan melelahkan demi melakukan ibadah Haji di Mekkah dan untuk
mengunjungi makam Rasulullah s.a.w di Madinah. Dalam perjalanannya ke Hijaz, beliau diberkahi kesempatan untuk
mempelajari beberapa kitab dari para ulama terkenal di sana, terutama dari al-Habib ‘Abdul Qadir bin Ahmad al-Saqqaf
yang menyaksikan bahwa di dalam diri ‘Umar muda, terdapat semangat pemuda yang penuh cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya s.a.w dan sungguh-sungguh tenggelam dalam penyebaran ilmu dan keadilan terhadap sesama umat manusia
sehingga ia dicintai al-Habib Abdul Qadir salah seorang guru besarnya. Begitu pula beliau diberkahi untuk menerima ilmu
dan bimbingan dari kedua pilar keadilan di Hijaz, yakni al-Habib Ahmed Mashur al-Haddad dan al-Habib ‘Attas al-
Habashi.

Awal dikenal dunia


Setelah Perjalanan ke Hijaz, nama al-Habib Umar bin Hafiz mulai tersebar luas terutama dikarenakan kegigihan usahanya
dalam menyerukan agama Islam dan memperbaharui ajaran-ajaran awal yang tradisional. Namun kepopuleran dan
ketenaran yang besar ini tidak sedikit pun mengurangi usaha pengajarannya. Bahkan sebaliknya, ini menjadikannya
mendapatkan sumber tambahan di mana tujuan-tujuan mulia lainnya dapat dipertahankan. Tiada waktu yang terbuang
sia-sia, setiap saat dipenuhi dengan mengingat Allah dalam berbagai manifestasinya, dan dalam berbagai situasi dan
lokasi yang berbeda. Perhatiannya yang mendalam terhadap membangun keimanan terutama pada mereka yang berada
didekatnya, telah menjadi salah satu dari perilakunya yang paling terlihat jelas sehingga membuat namanya tersebar
luas bahkan hingga sampai ke Dunia Baru.
Negara Oman akan menjadi fase berikutnya dalam pergerakan menuju pembaharuan abad ke-15. Setelah menyambut
baik undangan dari sekelompok Muslim yang memiliki hasrat dan keinginan menggebu untuk menerima manfaat dari
ajarannya, beliau meninggalkan tanah kelahirannya dan tidak kembali hingga beberapa tahun kemudian. Bibit-bibit
pengajaran dan kemuliaan juga ditanamkan di kota Shihr di Yaman timur, kota pertama yang disinggahinya ketika
kembali ke Hadramaut, Yaman. Di sana ajaran-ajaran beliau mulai tertanam dan diabadikan dengan pembangunan Ribat
al-Mustafa. Ini merupakan titik balik utama dan dapat memberi tanda lebih dari satu jalan, dalam hal melengkapi aspek
teoritis dari usaha ini dan menciptakan bukti-bukti konkrit yang dapat mewakili pengajaran-pengajaran pada masa
depan.

Pulang ke Tarim
Kepulangannya ke Tarim menjadi tanda sebuah perubahan mendasar dari tahun-tahun yang beliau habiskan untuk
belajar, mengajar, membangun mental agamis orang-orang di sekelilingnya, menyebarkan seruan dan menyerukan yang
benar serta melarang yang salah. Pada tahun 1993 M atau sekitar 1414 H, al-Habib Umar mengabadikan ajaran-
ajarannya dengan membangun Dar-al Musthafa atau Pondok Pesantren Darul Musthafa. Pesantren ini didirikan dengan
tiga tujuan :
1. Mengajarkan berbagai disiplin ilmu keislaman secara bertatap muka(talaqqi) dan para pengajarnya adalah para ahli
yang memiliki sanad keilmuan yang dapat dipertanggungjawabkan.
2. Menyucikan diri dan memperbaiki akhlaq
3. Menyebarkan ilmu yang bermanfaat serta berdakwah menyeru kepada jalan yang dirihai Allah swt dan sesuai dengan
apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah SAW serta para salafunassahlihin.
Dar-al Musthafa menjadi hadiah beliau bagi dunia, dan di pesantren itu pulalah ajaran para salafusshalihin diserukan,
hingga menyebar ke seluruh penjuru dunia. Dalam waktu yang dapat dikatakan demikian singkat, penduduk Tarim akan
menyaksikan berkumpulnya pada murid dari berbagai daerah yang jauh bersatu di satu kota yang hampir terlupakan
ketika masih dikuasai para pembangkang komunis. Murid-murid dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Kepulauan
Comoro, Tanzania, Kenya, Mesir, Inggris, Pakistan, Amerika Serikat dan Kanada, juga negara-negara Arab lain dan negara
bagian di Arab akan diawasi secara langsung oleh al-Habib Umar. Mereka ini akan menjadi perwakilan dan penerus dari
apa yang kini telah menjadi perjuangan asli demi memperbaharui ajaran Islam tradisional di abad ke-15 setelah hari
kebangkitan[2]. Berdirinya berbagai institusi Islami serupa di Yaman dan di negara-negara lain dibawah manajemen al-
Habib Umar akan menjadi sebuah tonggak utama dalam penyebaran Ilmu dan perilaku mulia serta menyediakan
kesempatan bagi orang-orang awam yang kesempatan tersebut dahulunya telah dirampas dari mereka.

Habib Umar bin Hafidz ke Indonesia


Habib Umar pertama kali ke Indonesia pada tahun 1994, diutus oleh Al-Habib Abdul Qadir Assegah dari Jeddah untuk
menguatkan kembali semangat berdakwah para Alawiyyin di Indonesia.
Di Indonesia Habib Umar telah beberapa kali membuat kerjasama dengan berbagai pihak bahkan dengan Lembaga
Pemerintahan Indonesia yaitu Kementrian Agama dalam hal pengiriman sumber daya manusia yang berkualitas,
khususnya para Kiyai Pimpinan Pondok Pesantren dengan mengikuti program Pesantren Kilat selama tiga bulan di bawah
bimbingan langsung Habib Umar.
Sampai saat ini sudah banyak santri dari Indonesia yang belajar di Darul Musthafa. Pesantrennya Habib Umar bin Hafidz.
Yang melahirkan da'i-dai' yang membawa ummat kepada cinta Allah dan Rasul-NYA.

Penghargaan dan Kiprah Internasional


Pada tanggal 22 Februari - 02 Maret 2003, Habib Umar merintis Persatuan dalam aktivitas dakwah, multaqa Ulama. Yang
dihadiri oleh Ulama dari berbagai penjuru dunia di Darul Musthafa, Tarim.
Pada tahun 2005 dan 2007, Habib Umar bin Hafidz termasuk salah seorang penanda tangan dari dua dokumen
Internasional yang berpengaruh yaitu Risalah Amman dan A Common Word.
Pada tahun 2007 di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya forum silaturahmi antar Ulama yaitu Majlis Al-
Muwashala baina Ulama Al-Muslimin.
Pada Tahun 2009, New York Times menampilkan Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu pemberitaanya.
Al-Habib Umar bin Hafidz termasuk salah satu dari 50 urutan teratas dari The Muslim 500, The Wordl's 500 Most.
Influential Muslims yang diterbitkan oleh Center for Muslim-Christian Understanding.

Penghargaan & Kiprah Internasional


1. Pada tanggal 22 Februari sampai dengan 2 Maret 2003 (26-29 Dzul Hijjah 1423 H) di Dar-al Musthafa, Tarim dia
merintis upaya persatuan dalam aktivitas dakwah, dengan mengadakan multaqa ulama atau simposium yang
dalam pertemuan itu dihadiri oleh berbagai ulama dari belahan dunia, dan kemudian berlanjut pada pertemuan
berikutnya di berbagai penjuru dunia dalam skala lokal maupun internasional
2. Habib Umar termasuk sebagai salah seorang penandatangan dari dua dokumen internasional yang berpengaruh,
yaitu Risalah Amman pada tahun 2005, pada urutan tandatangan nomor 549, dan A Common Word (bahasa
Inggris: A Common Word Between Us and You) pada tahun 2007 dalam urutan tandatangan nomor 42, yang
keduanya ditandatangani oleh tokoh-tokoh Muslim dunia, termasuk di antaranya beberapa pemimpin Muslim
Indonesia
3. Di Indonesia, Habib Umar mendeklarasi berdirinya Majelis Almuwasholah Bayna Ulama Al Muslimin atau Forum
Silaturrahmi Antar Ulama pada tahun 1327 H / 2007 M.
4. Tahun 2009, New York Times menampilkan al-Habib Umar dan Darul Musthafa dalam salah satu
pemberitaannya
5. Al-Habib Umar bin Hafizh termasuk salah satu dari 50 Urutan teratas dari The Muslim 500: The Wordl's 500 Most
Influential Muslims (bahasa Inggris: The 500 Most Influental Muslims), yang diterbitkan oleh Center for Muslim-
Christian Understanding, Georgetown University (bahasa Inggris: Georgetown University), Amerika Serikat, yang
dipimpin oleh sarjana studi Islam ternama John Esposito (bahasa Inggris: John Esposito).

Kitab Karangan Habib Umar bin Hafidz


1. Is'af at Thalibi
2. Ridha al-Khalaq bi bayan Makarimal Akhlaq
3. Taujihat at-Thullab
4. Syarah Mandzumah Sanad al-'Ulwi
5. adz-Dzakirah al-Musyarrafah (Fiqih)
6. Dhiyaullami'bidzikri Maulid an-Nabi asy-Syafi' (Maulid Nabi Muhammad SAW)
7. Khuluquna
8. Khulasoh madad an-nabawiy (Dzikir)
9. Syarobu althohurfi dhikri siratu badril budur
10. Taujihat nabawiyah
11. Nur aliman (Aqidah)
12. Almukhtar syifa alsaqim
13. Al washatiah
14. Mamlakatul qa’ab wa al ‘adha’
15. Muhtar Alhadits (Hadits)
16. Durul Asas (Nahu)
17. Tsaqafatul Khatib (Panduan Khutbah)
Kitab Maulid adh-Dhiya' al-Lami' merupakan karya al-Habib Umar paling monumental yang berisi syair pujian terhadap
Rasulullah SAW, ummat islam Indonesia telah banyak mengenal dan membaca karya ini, yang juga mengenalnya dengan
Maulid al-Habib Umar[10].

Sejarah Maulid Adh Dhiya Ulami


Maulid Adh-Dhiya Ullami (Cahaya Yang Terang Benderang). Kitab yang disusun oleh al-Musnid al-Habib Umar bin
Muhammad Al-Hafizh ini merupakan Kitab Maulid mutakhir.
Di suatu malam Al Musnid Habib Umar bin Hafidh memanggil salah seorang muridnya, lalu diperintahnya membawa
pena dan kertas, seraya berkata : "Tulis..”, lalu ia mengucapkan maulid Dhiya’ullami' itu mulai sepertiga malam, dan
sebelum waktu subuh telah selesai.
Maulid ini mulia, karena angka-angkanya disebutkan menuliskan sejarah Nabi SAW, bait-bait shalawat pembukanya
berjumlah 12 yang melambangkan kelahiran Nabi SAW yg tanggal 12 rabiul awal.
Alinea pertamanya dipadu dari 3 surat, yaitu surat Al-fath, surat At-taubah dan Surat Al-Ahzab. 3 surat ini
melambangkan kelahiran Nabi Saw adalah pada bulan tiga, yaitu rabiul awal, alinea pertama hingga Qiyam jumlahnya 63
yaitu melambangkan usia Nabi SAW 63 tahun, maulid ini angka-angkanya memperhitungkan sejarah Nabi SAW, tahun
Hijrah Nabi SAW, jumlah sahabat dll.
al-Habib Umar yang ahli dalam bahasa, syairnya bukan hanya Maulid Dhiya’ullami’, namun lebih dari seribu alinea syair
telah diterbitkan dari ucapannya dengan jumlah yang mencapai ratusan ribu bait.
Dia digelari Al Musnid, didasarkan karena setiap menyebut hadits, dia mampu ataupun hafal menyebut sanadnya hingga
Nabi SAW atau kutubusshahih.

Wasiat dan Nasihat dari Habib Umar bin Hafidz


“Penuhilah hatimu dengan kecintaan terhadap saudaramu, niscaya akan menyempurnakan kekuranganmu dan
mengangkat derajatmu di sisi Allah
“Barang siapa semakin mengenal kepada Allah niscaya akan semakin takut kepada-Nya.
“Barang siapa yang tidak mau duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana mungkin ia akan menjadi orang
yang beruntung. Dan barangsiapa yang duduk dengan orang-orang yang beruntung, bagaimana mungkin ia tidak akan
menjadi orang yang beruntung.
“Barang siapa menjadikan kematiaannya sebagai pertemuan dengan Sang Kekasih (Yaitu Allah swt dan Rasul-Nya),
maka kematian itu merupakan hari raya baginya.
“Barang siapa percaya dan yakin pada risalah diutusnya Nabi Muhammad saw, maka ia akan mengabdi dan
menanggung sabar karenanya. Dan barang siapa percaya yang membenarkan risalah kerasulan Muhammad saw, maka
ia akan mengorbankan harta dan jiwa untuknya.
“Kedekatan seseorang dengan para nabi di hari kiamat menurut kadar perhatiannya terhadap dakwah saat orang
tersebut berada di alam dunia.
“Betapa anehnya penduduk bumi ini, semua yang berada di bumi ini adalah pelajaran, namun mengapa mereka tidak
mau belajar darinya. Kukira tidak ada sejengkal tanahpun di muka bumi, kecuali di situ ada ibrah (pelajaran) bagi orang
yang berakal apabila mau mempelajarinya.
“Sebaik-baik nafsu adalah yang dilawan dan seburuk-buruk nafsu adalah yang diikuti.
“Tanpa menahan hawa nafsu maka manusia sama sekali tidak akan sampai pada Tuhannya. Ketahuilah bahwa
kedekatan manusia terhadap Allah swt menurut kadar kebersihan jiwanya.
“Jikalau sebuah hati telah terbuka, maka ia akan mendapatkan apa yang diinginkannya.
“Barang siapa yang mempunyai samudra ilmu, kemudian kejatuhan setetes hawa nafsu, maka hawa nafsu itu akan
merusak samudra tersebut.
“Sesaat dari saat-saat khidmat (pengabdian), lebih baik daripada melihat Arsy(singgasana Allah swt) dan seisinya seribu
kali.
“Menyatunya seorang murid dengan gurunya, merupakan permulaan di dalam menyatunya dengan Rasulullah SAW.
Sedangkan menyatunya dengan Rasulullah SAW, merupakan permulaan untuk lupa kepada yang selain Allah swt
“Manusia di setiap waktu senantiasa terdiri dari dua golongan. Golongan pertama adalah, golongan yang diwajahnya
terdapat tanda-tanda dari bekas sujud. Sedangkan golongan kedua adalah, golongan yang di wajahnya terdapat tanda-
tanda dari bekas keingkaran.
“Barang siapa yang menuntut keluhuran, maka tidak akan peduli terhadap pengorbanan.
“Sesungguhnya di dalam sujud terdapat hakikat, yang mana apabila cahanya turun pada hati seorang hamba, maka
hati tersebut akan sujud selama-lamanya dan tidak akan mengangkat kepala dari sujudnya.
“Yang wajib bagi kita yaitu harus menjadi da’i(menyampaikan apa yang kita ketahui) dan tidak harus menjadi
qodli(hakim/orang yang memutuskan suatu perkara dalam agama) ataupun mufti (orang yang memberikan fatwa)
“Arti dakwah adalah memindahkan manusia dari kejelekan menuju kebaikan, dari kelalaian menuju ingat kepada Allah
swt dan dari keberpalingan kembali menuju Allah swt, serta dari sifat yang buruk menuju sifat yang baik
“Syetan itu mencari sahabat-sahabatnya dan Allah pula yang menjaga kekasih-kekasih-Nya.
“Apabila semakin agung nilai ibadah dalam hati seseorang maka ringanlah semua kebiasaan baginya dan akan keluar
keagungan kebiasaan dari dirinya.
“Apabila benar keluarnya seseorang di dalam berdakwah, maka ia akan naik ke derajat yang tinggi.
“Keluarkanlah rasa takut kepada makhluk dari dalam hatimu, niscaya engkau akan tenang dengan rasa takut kepada
Sang Khaliq (Allah swt yang Maha Pencipta). Dan keluarkanlah rasa berharap pada makhluk dari dalam hatimu maka
engkau akan merasakan kenikmatan dengan hanya berharap pada Sang Khaliq.
“Banyak bergurau dan bercanda merupakan pertanda sepinya hati dari mengagungkan Allah swt dan merupakan
tanda-tanda dari lemahnya keimanan seseorang.
“Hakikat tauhid adalah membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya(Tadabbur) dan bangun diwaktu malam(untuk
mengisi kemuliaan diwaktu malam dengan berbagai ibadah yang mendatangkan keridhaan Allah swt).
“Tidak akan naik pada derajat yang tinggi kecuali dengan himmah (cita-cita yang kuat).
“Barang siapa memperhatikan waktu, maka ia akan selamat dari murka Allah.
“Salah satu dari penyebab turunnya bencana dan musibah adalah sedikitnya orang yang menangis dalam keheningan
malam.
“Orang yang selalu mempunyai hubungan dengan Allah swt, maka Allah swt akan memenuhi hatinya dengan rahmat-
Nya di setiap waktu.
“Janganlah urusan dunia kita mengalahkan urusan akhirat kita.
“Carilah dunia sebanyak mungkin, namun janganlah urusan duniamu mengalahkan urusan akhiratmu.
“Selalulah bersyukur kepada segala pemberian Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Contoh yang telah diajarkan
Rasulullah SAW. Seperti menjilati tangan sehabis makan adalah salah satu bentuk perwujudan syukur kita kepada Allah
swt.
“Tidak menyisakan nasi dalam piring bidangan kita juga merupakan bentuk rasa syukur kita, mengambil sebutir nasi
yang terjatuh dari piring kita untuk dimakan adalah juga suatu bentuk perwujudan syukur kita kepada Allah swt.
“Kita harus bersyukur walau hanya dapat makan dengan nasi putih saja. Karena Allah swt telah berfirman:
"Barangsiapa bersyukur atas nikmat-Ku, maka Aku akan tambahkan nikmat kepadanya"(QS.Ibrahim-14:7). Wahai para
hadirin, kata"Aku" disini adalah Allah, jadi Allah sendiri yang akan menambahkan dan memberi tambahan nikmat-Nya
atas orang yang mau bersyukur.
“Sungguh agung dan suci anugrah-Nya. Dikatakan bahwa barangsiapa yang taat dan patuh kepada Allah, maka
memerintahkan dunia untuk tunduk dan mendatanginya serta melayani hamba-Nya itu.

Anda mungkin juga menyukai