KESEHATAN KELUARGA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK
Disusun Oleh :
Wisnu Sinar Pratama
16 20 777 14 406
Pembimbing :
Andi Fatma, S.Tr.Keb
dr. Maria Florence Putong
dr. Nilam Sari Lahinta
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Kedokteran Keluarga
Ilmu kedokteran keluarga adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor - faktor lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya. 3
Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan keluarga adalah mewujudkan: holistik
dan komprehensif , pelayanan yang kontinu, pelayanan mengutamakan pencegahan,
pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien
sebagai bagian integral dari keluarganya, mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja dan lingkungan tempat tinggalnya, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat
diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan, sadar biaya dan mutu. 3
Tujuan pelayanan kedokteran keluarga adalah terselesaikannya masalah kesehatan
keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. 3
Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan : 3
a. Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan
fisik, mental dan sosial seluruh anggota keluarga
b. Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya penanggung
jawab keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya, sosial
maupun lingkungan keluarganya
c. Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya.
2
Gambar 1. Indicator PIS-PK
Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam kartu keluarga. Keluarga yang terdapat kakek dan
atau nenek atau individu laindalam satu rumah tangga, maka rumah tangga tersebut
dianggap terdiri lebih dari satu keluarga.Suatu keluarga dinyatakan sehat atau tidak
digunakan beberapa penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program
Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua belas indikator utama untuk penanda
status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah
sebagai berikut.4
3
Gambar 2. Syarat Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,
serta aset bagi pemiliknya, penyehatan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas
udara dalam ruang rumah dan pencegahan terhadap penurunan kualitas udara dalam
ruang rumah, kualitas Fisik Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban, pencahayaan,
suhu, dan partikulat.5
Laju Ventilasi
Pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan suburnya
pertumbuhan mikroorganisme, yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
manusia. 5
Upaya penyehatan dapat dilakukan dengan mengatur pertukaran udara, antara lain
yaitu : 1) Rumah harus dilengkapi dengan ventilasi, minimal 10% luas lantai dengan
sistem ventilasi silang 2) Rumah ber-AC (Air Condition) pemeliharaan AC dilakukan
secara berkala sesuai dengan buku petunjuk, serta harus melakukan pergantian udara
4
dengan membuka jendela minimal pada pagi hari secara rutin 3) Menggunakan
exhaust fan 4) Mengatur tata letak ruang5
Sumber pencemaran salah satunya yaitu Asap rokok (Environmental Tobacco
Smoke/ETS) 5
Dampak 1) ETS dapat memperparah gejala anak-anak penderita asma 2) Senyawa
dalam asap rokok menyebabkan kanker paru pada manusia, impotensi, serangan
jantung, gangguan kehamilan dan janin, bersifat iritan yang kuat. 3) Bayi dan anak-
anak yang orang tuanya perokok mempunyai risiko lebih besar terkena gangguan
saluran pernapasan dengan gejala sesak napas, batuk dan lendir berlebihan. 5
Upaya Penyehatan 1) Merokok di luar rumah yang asapnya dipastikan tidak masuk
kembali ke dalam rumah. 2) Merokok di tempat yang telah disediakan apabila berada
di fasilitas/tempat-tempat umum. 3) Penyuluhan kepada para perokok. 4) Penyuluhan
kepada masyarakat tentang bahaya menghirup asap rokok. 5
II. PPOK
a. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan
gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh
saluran napas dan kelainan alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan
signifikan terhadap partikel atau gas yang berbahaya.1
Penyakit paru obstruktif kronik bersifat progresif lambat dan irreversible atau
partial irreversible. Faktor risiko pada PPOK adalah paparan asap rokok, polusi
udara, dan paparan debu dan asap pada lingkungan pekerjaan.6
b. Epidemiologi
Berdasarkan laporan dari The Global Burden of Disease Study PPOK merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian ke-4 di seluruh dunia, prevalensi global 11,7
% saat ini, Prevalensi PPOK di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 3,7% atau
sekitar 9,2 juta penduduk, Sulteng pada posisi kedua (8,0%), PKM Mabelopura tahun
5
2022 posisi 4 (12%), Penelitian di Vietnam dan Indonesia tahun 2015 menemukan
prevalensi PPOK pada bukan perokok adalah 6,9%.1
c. Faktor Resiko
- Genetik
Faktor risiko genetik akibat defisiensi herediter dari alpha-1 antitrypsin (AATD),
eskipun defisiensi AATD hanya relevan untuk sebagian kecil populasi dunia, hal ini
menggambarkan interaksi antara gen dan paparan lingkungan yang mempengaruhi
individu untuk PPOK. Namun demikian, masih belum pasti apakah gen ini secara
langsung bertanggung jawab untuk PPOK atau hanya penanda gen penyebab.1
6
kehamilan dapat menimbulkan risiko bagi janin, dengan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan paru-paru di dalam rahim, dan mungkin
merangsang sistem kekebalan tubuh, Paparan di tempat kerja, termasuk debu
organik dan anorganik, bahan kimia dan asap, merupakan faktor risiko yang kurang
untuk PPOK.1
- Status sosio-ekonom
Status sosial ekonomi yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko
mengembangkan PPOK tetapi komponen kemiskinan yang berkontribusi tidak jelas.
Ada bukti kuat bahwa risiko berkembangnya PPOK berbanding terbalik dengan
status sosial ekonomi.-- Namun, tidak jelas apakah pola ini mencerminkan paparan
polutan udara dalam dan luar ruangan, keramaian, gizi buruk, infeksi, atau faktor
lain yang terkait dengan status sosial ekonomi rendah. .1
- Asma
Asma dapat menjadi faktor risiko untuk pengembangan keterbatasan aliran udara
kronis dan PPOK. Dalam sebuah laporan dari kohort longitudinal Tucson
Epidemiological Study of Airway Obstructive Disease, orang dewasa dengan asma
ditemukan memiliki risiko 12 kali lipat lebih tinggi terkena COPD dari waktu ke
waktu dibandingkan dengan mereka yang tidak asma.1
- Bronkitis kronis dan Infeksi
Terdapat hubungan antara hipersekresi mukus dengan penurunan FEV1, Riwayat
infeksi saluran pernafasan, TB, dan HIV.1
d. Gejala Klinis
Pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko, batuk kronik
hilang timbul selama tiga bulan dan tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan,
berdahak, serta sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas. Pemeriksaan
fisik secara umum didapatkan barrel chest, purse lip breathing, hipertrofi otot bantu
napas, pelebaran sela iga, perkusi hipersonor, fremitus melemah, suara napas
7
vesikuler dapat melemah dengan ekspirasi memanjang, mengi dan ronki. Penegakan
diagnosis PPOK secara klinis, didapat sekurang-kurangnya pada anamnesis
ditemukan riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan
sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia
pertengahan atau yang lebih tua.1,6
PPOK Ringan
Gejala klinis:
-Dengan atau tanpa batuk
-Dengan atau tanpa produksi sputum.
-Sesak napas derajat sesak O sampai derajat sesak 1 Spirometri:
-VEP1 280% prediksi ( normal spirometri ) atau
-VEP1/KVP<70%
8
PPOK Sedang
Gejala klinis:
-Dengan atau tanpa batuk
-Dengan atau tanpa produksi sputum.
-Sesak napas : derajat sesak 2 ( sesak timbul pada saat aktivitas ).
Spirometri:
-VEP1/KVP <70% atau
-50%< VEP1 <80% prediksi
PPOK Berat
Gejala klinis:
Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
Eksaserbasi lebih sering terjadi
Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
VEP1/KVP <70%,
EP1 <30% prediksi atau
VEP1 > 30 % dengan gagal napas kronik
f. Tatalaksana
Penatalaksanaan PPOK secara umum bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, serta
meningkatkan kualitas hidup penderita. Penatalaksanaan PPOK terdiri dari
medikamentosa dan non-medikamentosa. Tatalaksana medikamentosa dengan
pemberian bronkodilator, antiinflamasi, antibiotik, antioksidan, mukolitik dan
antitusif. Sedangkan terapi pada non-medikamentosa yaitu berupa edukasi tentang
penyakit tersebut kepada pasien dan keluarganya, berhenti merokok dan
menghindari faktor yang dapat memperberat terjadinya PPOK seperti debu, asap
9
rokok, dan polusi udara lainnya, penilaian dini eksaserbasi akut yang ditandai
dengan batuk atau sesak bertambah, sputum bertambah, sputum berubah warna dan
pengelolaannya, serta menjaga nutrisi. Edukasi juga diperlukan supaya penderita
dan keluarga mengetahui komplikasi yang dapat terjadi seperti gagal napas, infeksi
berulang dan kor pulmonal yang dapat disertai gagal jantung kanan
10
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
Nama : Tn. A
TTL : 6 Juni 1973 (49 Tahun)
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Darussalam tatura utara
Riwayat Pekerjaan : Pengumpul sampah dan RT
11
No Nama J Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
K Terakhir
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki usia 49 tahun dengan keluhan batuk berdahak sejak lebih dari 1
tahun yang lalu, batuk berdahak memberat 3 bulan terakhir disertai sesak ketika
beraktivitas, pasien mengeluhkan keluhan muncul ketika pasien kelelahan atau saat
terpapar asap asap di lingkungan, keluhan tidak dipengaruhi oleh udara dingin,
keluhan setahun lalu batuk berdahak namun tidak disertai sesak, pasien juga
mengatakan adanya nyeri dada yang timbul saat batuk, pasien menyangkal adanya
demam, keringat malam berlebihan, atau penurunan berat badan. Pasien sering
terpapar asap rokok dari lingkungan sekitar, pasien mengalu tidak memiliki kebiasaan
meminum alkohol dan tidak pernah merokok dan narkoba.
12
Pasien memiliki keinginan untuk sembuh. Pasien juga memiliki kekhwatiran bahwa
penyakit yang dideritanya dapat menganggu aktivitas pasien dan menular ke anggota
keluarga lainnya, menurut pasien keluhan yang diderita akibat meminum kopi.
Ayah pasien yang sudah meninggal juga sering mengalami batuk berdahak disertai
sesak
Aktivitas : Petugas kebersihan dan sebagai ketua RT, pasien mengatakan tidak
memiliki kebiasaan merokok namun sering terpapar asap rokok dari teman
dan debu ketika bekerja secara langsung karena tidak menggunakan masker
atau APD, pasien tidak memiliki kebiasaan olahraga.
Pola makan : Pasien makan 3 kali sehari, jarang mengkonsumsi sayur dan
buah buahan
Pola rekreasi : Jarang, karena biaya dan sedang dalam situasi pandemi.
o Riwayat Keluarga :
• Keadaan kesehatan sekarang : Kurang baik
• Kebersihan perorangan : Kurang baik
• Penyakit yang sedang diderita : PPOK
• Penyakit keturunan : PPOK
• Penyakit kronis/menular : tidak ada
• Kecacatan anggota keluarga : tidak ada
• Pola makan : Pasien makan 3 kali sehari
• Jumlah Anggota Dalam Rumah : 4 Orang
13
o Hubungan psikologis dengan keluarga :
Hubungan pasien dengan anggota keluarga terjalin baik, waktu kosong setelah tidak
ada pekerjaan dihabiskan dengan keluarga, upaya menjaga kesehatan pasien dan
keluarganya adalah kuratif yaitu apabila mengalami keluhan pasien baru datang untuk
berobat dan mencari peayanan kesehatan.
o Status Ekonomi:
Keluarga pasien termasuk keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil bekerja dan penghasilan sebulan rata-rata
+/- Rp.1.5000.000
o Tingkat Pendidikan :
Tingkat pendidikan pasien berada dalam tingkat pendidikan yang baik, pendidikan
terakhir pasien SMA
Pemeriksaan Fisik
BB : 65 kg
TB : 165 cm
IMT : 24 (Normal)
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : TD: 120/80 mmHg. HR: 71 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,8ᵒC
Kulit : sianosis (-), ikterus (-), eritema (-)
Kepala : normocephal
Hidung : Rhinorrhea (-)
Mulut : Tampak hiperemis, Tonsil T1/T1
Telinga : Otorrhea (-)
14
Leher : peningkatan JVP (-), Pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, vesikuler +/+ menurun Rh -/-, Wh -/-. BJ I/II murni
reguler, bising (-)
Abdomen : peristaltiK (+) kesan normal, timpani (+) hepar dan lien tidak
teraba
Ektremitas : akral hangat +/+, udema -/-
APGAR KELUARGA
(5 fungsi pokok keluarga atau tingkat kesehatan keluarga)
15
Skoring
Tabel 2. Skor Apgar keluarga Tn.A didapatkan skor 9 yang mengartikan hubungan
antar keluarga/fungsi keluarga baik.
Yang masih menjadi kekurangan dari keluarga tn. A ialah ventilasi yang
masih kurang menurut PMK no 1077 2011 tentan pedoman penyehatan udara
dalam ruang rumah, rumah harus dilengkapi dengan ventilasi, minimal 10%
luas lantai sedangkan rumah keluarga Tn. A <10% luas lantai keadaan ini bias
16
menjadi penyebab Tn. A mengidap PPOK dikarenakan sirkulasi udara
dirumah yang kurang baik akibatnya Polusi tidak dapat bertukar dengan
maksimal.
17
Gambar 5. Ruang Keluarga/Tamu
Gambar 6. Kamar
18
19
Gambar 7. Ruang belakang (Dapur, WC)
20
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan didapatkan Skor 0,7
masuk dalam kelurga Pra sehat.
21
IDENTIFIKASI MASALAH TN.A
22
Dari prioritas masalah dilakukan intervensi berupa terapi perilaku (TRAP) dan
rehabilitasi pernafasan (BAPER)
23
Kesimpulan
Dari prioritas masalah dilakukan intervensi berupa terapi perilaku (TRAP) dan
rehabilitasi pernafasan (BAPER)
24
DAFTAR PUSTAKA
25