Anda di halaman 1dari 26

BAGIAN ILMU KESEHATAN KOMUNITAS Kedokteran Keluarga

DAN ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN 05 Agustus 2022


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT

KESEHATAN KELUARGA
PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

Disusun Oleh :
Wisnu Sinar Pratama
16 20 777 14 406

Pembimbing :
Andi Fatma, S.Tr.Keb
dr. Maria Florence Putong
dr. Nilam Sari Lahinta

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN


ILMU KEDOKTERAN PENCEGAHAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ALKHAIRAAT
PALU
2022

i
BAB I
PENDAHULUAN

Ilmu kedokteran keluarga adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat


pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor - faktor lingkungan, ekonomi
dan sosial budaya. 3
Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan meningkatnya status kesehatan
keluarga dengan peningkatan kesehatan fisik, mental dan sosial seluruh anggota
keluarga, meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya
penanggung jawab keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya,
sosial maupun lingkungan keluarganya, adanya kemampuan keluarga untuk
mengatasi permasalahannya3
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan
gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh
saluran napas dan kelainan alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan
signifikan terhadap partikel atau gas yang berbahaya.1
PPOK merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian ke-4 di
seluruh dunia, prevalensi global 11,7 % saat ini, Prevalensi PPOK di Indonesia
menurut Riskesdas 2013 adalah 3,7% atau sekitar 9,2 juta penduduk, Sulteng pada
posisi kedua (8,0%), PKM Mabelopura tahun 2022 posisi 4 (12%).1,2
Berdasarkan hal tersebut maka saya mengambil PPOK sebagai tugas saya di
IKP-IKK pada bagian kedokteran keluarga.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Kedokteran Keluarga
Ilmu kedokteran keluarga adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu,
keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor - faktor lingkungan,
ekonomi dan sosial budaya. 3
Prinsip-prinsip pelayanan/pendekatan keluarga adalah mewujudkan: holistik
dan komprehensif , pelayanan yang kontinu, pelayanan mengutamakan pencegahan,
pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif, penanganan personal bagi setiap pasien
sebagai bagian integral dari keluarganya, mempertimbangkan keluarga, lingkungan
kerja dan lingkungan tempat tinggalnya, menjunjung tinggi etika dan hukum, dapat
diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan, sadar biaya dan mutu. 3
Tujuan pelayanan kedokteran keluarga adalah terselesaikannya masalah kesehatan
keluarga dan terciptanya keluarga yang partisipatif, sehat sejahtera badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap anggota keluarga hidup produktif secara
sosial dan ekonomi. 3
Indikator keberhasilan pelayanan kesehatan : 3
a. Meningkatnya status kesehatan keluarga dengan peningkatan kesehatan
fisik, mental dan sosial seluruh anggota keluarga
b. Meningkatnya peran serta setiap anggota keluarga khususnya penanggung
jawab keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan dirinya, sosial
maupun lingkungan keluarganya
c. Adanya kemampuan keluarga untuk mengatasi permasalahannya.

Semua tujuan ini selalu dimanfaatkan dalam pembahasan kasus yaitu


evaluasi keberhasilan tindakan untuk pencapaian tujuan pelayanan3

2
Gambar 1. Indicator PIS-PK

Satu keluarga adalah satu kesatuan keluarga inti (ayah, ibu, dan anak)
sebagaimana dinyatakan dalam kartu keluarga. Keluarga yang terdapat kakek dan
atau nenek atau individu laindalam satu rumah tangga, maka rumah tangga tersebut
dianggap terdiri lebih dari satu keluarga.Suatu keluarga dinyatakan sehat atau tidak
digunakan beberapa penanda atau indikator. Dalam rangka pelaksanaaan Program
Indonesia Sehat telah disepakati adanya dua belas indikator utama untuk penanda
status kesehatan sebuah keluarga. Kedua belas indikator utama tersebut adalah
sebagai berikut.4

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat


(IKS) dari setiap keluarga, sedangkan keadaan masingmasing indikator
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan. Pelaksanaan
pendekatan keluarga ini memiliki tiga hal yang harus diadakan atau dikembangkan,
yaitu: 1. Instrumen yang digunakan di tingkat keluarga. 2. Forum komunikasi yang
dikembangkan untuk kontak dengan keluarga. 3. Keterlibatan tenaga dari masyarakat
sebagai mitra Puskesmas.4

3
Gambar 2. Syarat Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang
layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya,
serta aset bagi pemiliknya, penyehatan adalah upaya untuk meningkatkan kualitas
udara dalam ruang rumah dan pencegahan terhadap penurunan kualitas udara dalam
ruang rumah, kualitas Fisik Udara dalam Ruang Rumah adalah nilai parameter yang
mengindikasikan kondisi fisik udara dalam rumah seperti kelembaban, pencahayaan,
suhu, dan partikulat.5
Laju Ventilasi
Pertukaran udara yang tidak memenuhi syarat dapat menyebabkan suburnya
pertumbuhan mikroorganisme, yang mengakibatkan gangguan terhadap kesehatan
manusia. 5
Upaya penyehatan dapat dilakukan dengan mengatur pertukaran udara, antara lain
yaitu : 1) Rumah harus dilengkapi dengan ventilasi, minimal 10% luas lantai dengan
sistem ventilasi silang 2) Rumah ber-AC (Air Condition) pemeliharaan AC dilakukan
secara berkala sesuai dengan buku petunjuk, serta harus melakukan pergantian udara

4
dengan membuka jendela minimal pada pagi hari secara rutin 3) Menggunakan
exhaust fan 4) Mengatur tata letak ruang5
Sumber pencemaran salah satunya yaitu Asap rokok (Environmental Tobacco
Smoke/ETS) 5
Dampak 1) ETS dapat memperparah gejala anak-anak penderita asma 2) Senyawa
dalam asap rokok menyebabkan kanker paru pada manusia, impotensi, serangan
jantung, gangguan kehamilan dan janin, bersifat iritan yang kuat. 3) Bayi dan anak-
anak yang orang tuanya perokok mempunyai risiko lebih besar terkena gangguan
saluran pernapasan dengan gejala sesak napas, batuk dan lendir berlebihan. 5
Upaya Penyehatan 1) Merokok di luar rumah yang asapnya dipastikan tidak masuk
kembali ke dalam rumah. 2) Merokok di tempat yang telah disediakan apabila berada
di fasilitas/tempat-tempat umum. 3) Penyuluhan kepada para perokok. 4) Penyuluhan
kepada masyarakat tentang bahaya menghirup asap rokok. 5

II. PPOK
a. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang ditandai dengan
gejala pernapasan persisten dan keterbatasan aliran udara yang disebabkan oleh
saluran napas dan kelainan alveolar yang biasanya disebabkan oleh paparan
signifikan terhadap partikel atau gas yang berbahaya.1
Penyakit paru obstruktif kronik bersifat progresif lambat dan irreversible atau
partial irreversible. Faktor risiko pada PPOK adalah paparan asap rokok, polusi
udara, dan paparan debu dan asap pada lingkungan pekerjaan.6
b. Epidemiologi
Berdasarkan laporan dari The Global Burden of Disease Study PPOK merupakan
penyebab utama kesakitan dan kematian ke-4 di seluruh dunia, prevalensi global 11,7
% saat ini, Prevalensi PPOK di Indonesia menurut Riskesdas 2013 adalah 3,7% atau
sekitar 9,2 juta penduduk, Sulteng pada posisi kedua (8,0%), PKM Mabelopura tahun

5
2022 posisi 4 (12%), Penelitian di Vietnam dan Indonesia tahun 2015 menemukan
prevalensi PPOK pada bukan perokok adalah 6,9%.1

c. Faktor Resiko
- Genetik

Faktor risiko genetik akibat defisiensi herediter dari alpha-1 antitrypsin (AATD),
eskipun defisiensi AATD hanya relevan untuk sebagian kecil populasi dunia, hal ini
menggambarkan interaksi antara gen dan paparan lingkungan yang mempengaruhi
individu untuk PPOK. Namun demikian, masih belum pasti apakah gen ini secara
langsung bertanggung jawab untuk PPOK atau hanya penanda gen penyebab.1

- Umur dan jenis kelamin


Usia sering dikaitkan sebagai faktor risiko PPOK. Tidak jelas apakah penuaan
menyebabkan PPOK atau apakah usia mencerminkan jumlah pajanan kumulatif
sepanjang hidup. Penuaan saluran udara dan parenkim mirirp dengan beberapa
perubahan struktural yang terkait dengan PPOK. Di masa lalu, sebagian besar
penelitian telah melaporkan bahwa prevalensi dan kematian PPOK lebih besar pada
pria daripada wanita, tetapi data yang lebih baru dari negara maju telah melaporkan
bahwa prevalensi PPOK sekarang hampir sama pada pria dan wanita, ini mungkin
mencerminkan perubahan pola merokok tembakau. Meskipun kontroversial, beberapa
penelitian bahkan menyatakan bahwa wanita lebih rentan terhadap efek asap
tembakau daripada pria yang menyebabkan penyakit yang lebih parah.1

- Paparan terhadap partikel


Di seluruh dunia, merokok adalah faktor risiko yang paling sering ditemui untuk
PPOK. Perokok memiliki prevalensi gejala pernapasan dan kelainan fungsi paru
yang lebih tinggi, Paparan pasif asap rokok, juga dikenal sebagai asap tembakau
lingkungan (ETS), juga dapat menyebabkan gejala pernapasan dan PPOK dengan
meningkatkan beban total partikel dan gas yang dihirup paru-paru. Merokok selama

6
kehamilan dapat menimbulkan risiko bagi janin, dengan mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan paru-paru di dalam rahim, dan mungkin
merangsang sistem kekebalan tubuh, Paparan di tempat kerja, termasuk debu
organik dan anorganik, bahan kimia dan asap, merupakan faktor risiko yang kurang
untuk PPOK.1
- Status sosio-ekonom
Status sosial ekonomi yang lebih rendah dikaitkan dengan peningkatan risiko
mengembangkan PPOK tetapi komponen kemiskinan yang berkontribusi tidak jelas.
Ada bukti kuat bahwa risiko berkembangnya PPOK berbanding terbalik dengan
status sosial ekonomi.-- Namun, tidak jelas apakah pola ini mencerminkan paparan
polutan udara dalam dan luar ruangan, keramaian, gizi buruk, infeksi, atau faktor
lain yang terkait dengan status sosial ekonomi rendah. .1
- Asma
Asma dapat menjadi faktor risiko untuk pengembangan keterbatasan aliran udara
kronis dan PPOK. Dalam sebuah laporan dari kohort longitudinal Tucson
Epidemiological Study of Airway Obstructive Disease, orang dewasa dengan asma
ditemukan memiliki risiko 12 kali lipat lebih tinggi terkena COPD dari waktu ke
waktu dibandingkan dengan mereka yang tidak asma.1
- Bronkitis kronis dan Infeksi
Terdapat hubungan antara hipersekresi mukus dengan penurunan FEV1, Riwayat
infeksi saluran pernafasan, TB, dan HIV.1

d. Gejala Klinis

Pada anamnesis ditemukan adanya riwayat pajanan faktor risiko, batuk kronik
hilang timbul selama tiga bulan dan tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan,
berdahak, serta sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas. Pemeriksaan
fisik secara umum didapatkan barrel chest, purse lip breathing, hipertrofi otot bantu
napas, pelebaran sela iga, perkusi hipersonor, fremitus melemah, suara napas

7
vesikuler dapat melemah dengan ekspirasi memanjang, mengi dan ronki. Penegakan
diagnosis PPOK secara klinis, didapat sekurang-kurangnya pada anamnesis
ditemukan riwayat pajanan faktor risiko disertai batuk kronik dan berdahak dengan
sesak nafas terutama pada saat melakukan aktivitas pada seseorang yang berusia
pertengahan atau yang lebih tua.1,6

e. klasifikasi derajat PPOK

PPOK Ringan
Gejala klinis:
-Dengan atau tanpa batuk
-Dengan atau tanpa produksi sputum.
-Sesak napas derajat sesak O sampai derajat sesak 1 Spirometri:
-VEP1 280% prediksi ( normal spirometri ) atau
-VEP1/KVP<70%

8
PPOK Sedang
Gejala klinis:
-Dengan atau tanpa batuk
-Dengan atau tanpa produksi sputum.
-Sesak napas : derajat sesak 2 ( sesak timbul pada saat aktivitas ).
Spirometri:
-VEP1/KVP <70% atau
-50%< VEP1 <80% prediksi
PPOK Berat
Gejala klinis:
Sesak napas derajat sesak 3 dan 4 dengan gagal napas kronik.
Eksaserbasi lebih sering terjadi
Disertai komplikasi kor pulmonale atau gagal jantung kanan.
Spirometri:
VEP1/KVP <70%,
EP1 <30% prediksi atau
VEP1 > 30 % dengan gagal napas kronik
f. Tatalaksana
Penatalaksanaan PPOK secara umum bertujuan untuk mengurangi gejala, mencegah
eksaserbasi berulang, memperbaiki dan mencegah penurunan faal paru, serta
meningkatkan kualitas hidup penderita. Penatalaksanaan PPOK terdiri dari
medikamentosa dan non-medikamentosa. Tatalaksana medikamentosa dengan
pemberian bronkodilator, antiinflamasi, antibiotik, antioksidan, mukolitik dan
antitusif. Sedangkan terapi pada non-medikamentosa yaitu berupa edukasi tentang
penyakit tersebut kepada pasien dan keluarganya, berhenti merokok dan
menghindari faktor yang dapat memperberat terjadinya PPOK seperti debu, asap

9
rokok, dan polusi udara lainnya, penilaian dini eksaserbasi akut yang ditandai
dengan batuk atau sesak bertambah, sputum bertambah, sputum berubah warna dan
pengelolaannya, serta menjaga nutrisi. Edukasi juga diperlukan supaya penderita
dan keluarga mengetahui komplikasi yang dapat terjadi seperti gagal napas, infeksi
berulang dan kor pulmonal yang dapat disertai gagal jantung kanan

10
BAB III
LAPORAN KASUS

Identitas Pasien
Nama : Tn. A
TTL : 6 Juni 1973 (49 Tahun)
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Alamat : Jl. Darussalam tatura utara
Riwayat Pekerjaan : Pengumpul sampah dan RT

Gambar3. Genogram keluarga Tn.A

11
No Nama J Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
K Terakhir

1 Tn. A L Suami 49 SMA Pengumpul PPOK


sampah/RT

2 Ny. S P Istri 44 SMA IRT -

3 An. A L Anak 1 16 SMA Siswa -

4 An. H P Anak 2 10 SD Siswa -

Tabel 1. Karakteristik Demografi Keluarga Tn. A

ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien laki-laki usia 49 tahun dengan keluhan batuk berdahak sejak lebih dari 1
tahun yang lalu, batuk berdahak memberat 3 bulan terakhir disertai sesak ketika
beraktivitas, pasien mengeluhkan keluhan muncul ketika pasien kelelahan atau saat
terpapar asap asap di lingkungan, keluhan tidak dipengaruhi oleh udara dingin,
keluhan setahun lalu batuk berdahak namun tidak disertai sesak, pasien juga
mengatakan adanya nyeri dada yang timbul saat batuk, pasien menyangkal adanya
demam, keringat malam berlebihan, atau penurunan berat badan. Pasien sering
terpapar asap rokok dari lingkungan sekitar, pasien mengalu tidak memiliki kebiasaan
meminum alkohol dan tidak pernah merokok dan narkoba.

12
Pasien memiliki keinginan untuk sembuh. Pasien juga memiliki kekhwatiran bahwa
penyakit yang dideritanya dapat menganggu aktivitas pasien dan menular ke anggota
keluarga lainnya, menurut pasien keluhan yang diderita akibat meminum kopi.

o Riwayat Penyakit Dahulu : -

o Riwayat Penyakit dalam Keluaga :

Ayah pasien yang sudah meninggal juga sering mengalami batuk berdahak disertai
sesak

o Riwayat Kebiasaan Sosial :

 Aktivitas : Petugas kebersihan dan sebagai ketua RT, pasien mengatakan tidak
memiliki kebiasaan merokok namun sering terpapar asap rokok dari teman
dan debu ketika bekerja secara langsung karena tidak menggunakan masker
atau APD, pasien tidak memiliki kebiasaan olahraga.

 Pola makan : Pasien makan 3 kali sehari, jarang mengkonsumsi sayur dan
buah buahan

 Pola rekreasi : Jarang, karena biaya dan sedang dalam situasi pandemi.

o Riwayat Keluarga :
• Keadaan kesehatan sekarang : Kurang baik
• Kebersihan perorangan : Kurang baik
• Penyakit yang sedang diderita : PPOK
• Penyakit keturunan : PPOK
• Penyakit kronis/menular : tidak ada
• Kecacatan anggota keluarga : tidak ada
• Pola makan : Pasien makan 3 kali sehari
• Jumlah Anggota Dalam Rumah : 4 Orang

13
o Hubungan psikologis dengan keluarga :

Hubungan pasien dengan anggota keluarga terjalin baik, waktu kosong setelah tidak
ada pekerjaan dihabiskan dengan keluarga, upaya menjaga kesehatan pasien dan
keluarganya adalah kuratif yaitu apabila mengalami keluhan pasien baru datang untuk
berobat dan mencari peayanan kesehatan.

o Status Ekonomi:

Keluarga pasien termasuk keluarga dengan status ekonomi menengah kebawah, untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari dari hasil bekerja dan penghasilan sebulan rata-rata
+/- Rp.1.5000.000

o Tingkat Pendidikan :

Tingkat pendidikan pasien berada dalam tingkat pendidikan yang baik, pendidikan
terakhir pasien SMA

Pemeriksaan Fisik

BB : 65 kg
TB : 165 cm
IMT : 24 (Normal)
Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tanda-tanda vital : TD: 120/80 mmHg. HR: 71 x/menit, R: 22 x/menit, S: 36,8ᵒC
Kulit : sianosis (-), ikterus (-), eritema (-)
Kepala : normocephal
Hidung : Rhinorrhea (-)
Mulut : Tampak hiperemis, Tonsil T1/T1
Telinga : Otorrhea (-)

14
Leher : peningkatan JVP (-), Pembesaran KGB (-)
Thorax : simetris, vesikuler +/+ menurun Rh -/-, Wh -/-. BJ I/II murni
reguler, bising (-)
Abdomen : peristaltiK (+) kesan normal, timpani (+) hepar dan lien tidak
teraba
Ektremitas : akral hangat +/+, udema -/-
APGAR KELUARGA
(5 fungsi pokok keluarga atau tingkat kesehatan keluarga)

Kriteria Pernyataan Hampir Kadang- Hampir tidak


selalu (2) kadang pernah (0)
(1)

Adaptasi Dalam keluarga saling membantu baik moral Ya

(Adaptation) maupun material

Kemitraan Semua masalah keluarga diselesaikan dengan Ya


musyawarah antara pasien, kedua orang tua
(Partnership) dan saudaranya.

Dalam hal ini pasien dapat mengambil Ya


Pertumbuhan keputusan dengan tanggung jawab, dimana
(Growth) pasien memiliki tingkat kebebasan untuk
pendewasaan yg baik.

Kasih sayang Penumbuhan rasa kasih sayang sudah cukup Ya


baik karena adanya keakraban di antara
(Affection) anggota keluarga.

Kebersamaan Pembagian waktu, kekayaan dan ruang antar Ya


anggota keluarga sudah baik karena adanya
(Resolve) waktu untuk memecahkan suatu masalah.

15
Skoring

2 : Hampir selalu 8-10 = Fungsi keluarga sehat (9)

1 : Kadang-kadang 4-7 : Fungsi keluarga kurang sehat

0: Hampir tdk pernah 0-3 : Fungsi keluarga tidak sehat

Tabel 2. Skor Apgar keluarga Tn.A didapatkan skor 9 yang mengartikan hubungan
antar keluarga/fungsi keluarga baik.

IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH TINGGAL

o Ukuran rumah 7 x 10 meter²


o Lingkungan: pemukiman warga, tidak padat penduduk.
o Halaman : tertutup oleh pagar, Ada banyak bungan didepan rumah.
o Atap : terbuat dari seng
o Dinding : terbuat dari batu batako
o Lantai : tegel
o Ventilasi : Kurang
o Tingkat kelembapan rumah : cukup
o Sumber air dengan air dap
o Pencahayaan : Cukup
o Jamban dan septic tank : ada

Yang masih menjadi kekurangan dari keluarga tn. A ialah ventilasi yang
masih kurang menurut PMK no 1077 2011 tentan pedoman penyehatan udara
dalam ruang rumah, rumah harus dilengkapi dengan ventilasi, minimal 10%
luas lantai sedangkan rumah keluarga Tn. A <10% luas lantai keadaan ini bias

16
menjadi penyebab Tn. A mengidap PPOK dikarenakan sirkulasi udara
dirumah yang kurang baik akibatnya Polusi tidak dapat bertukar dengan
maksimal.

Gambar 4. Tampak Depan Dan Teras Rumah

17
Gambar 5. Ruang Keluarga/Tamu

Gambar 6. Kamar

18
19
Gambar 7. Ruang belakang (Dapur, WC)

Berdasarkan indikator tersebut, dilakukan penghitungan Indeks Keluarga Sehat


(IKS) dari setiap keluarga Tn.A, sedangkan keadaan masingmasing indikator

20
mencerminkan kondisi PHBS dari keluarga yang bersangkutan didapatkan Skor 0,7
masuk dalam kelurga Pra sehat.

Mandala kesehatan merupakan sebuah model yang mengambarkan ekosistem


manusia sebagai keterkaitan jaringan yg kompleks dimana setiap komponenenya
memiliki potensi yang dpat mempengaruhi keehatan manusia, dimana pada Tn A
yang memeiliki potensi untuk mempengaruhi kesehatan iyalah Lingkungan Fisik
yang dipenuhi oleh perokok sehingga tn.A menjadi perokok Pasif, Ventilasi
rumah yag kurang dari standart, perilaku personal yang tidak menggunakan APD
agar terhindar dari fakrot resiko PPOK dan cultural yang dapat kelayanan
kesehatan jika penyakit sudah parah.

21
IDENTIFIKASI MASALAH TN.A

Dari metode Analisis Urgency, Seriousness, Growth didapatkan prioritas masalah


yang harus diselesaikan terlebih dahulu ialah Sering terpapar asap rokok orang lain
(perokok pasif).

22
Dari prioritas masalah dilakukan intervensi berupa terapi perilaku (TRAP) dan
rehabilitasi pernafasan (BAPER)

23
Kesimpulan

Berdasarkan hasil APGAR (9 fungsi pokok keluarga atau tingkat kesehatan


keluarga) dapat disimpulkan bahwa fungsi keluarga pasien SEHAT

Berdasarkan 12 indikator keluarga sehat atau PIS-PK pasien tergolong pra-sehat

Berdasarkan pemecahan masalah menggunakan metode USG didapatkan prioritas


masalah yaitu Sering terpapar asap rokok orang lain (perokok pasif)

Dari prioritas masalah dilakukan intervensi berupa terapi perilaku (TRAP) dan
rehabilitasi pernafasan (BAPER)

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Management, and Prevention of Chronic Obstructive Pulmonary Disease.


USA: Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease; 2018;
2. Kementrian kesehatan Republik Indonesia Riskesdas 2013
3. Wahyuni AS. Pelayanan Dokter Keluarga. Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatra Utara. 2003.
4. Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 39 tahun 2016 tentang
pedoman penyelenggaraan program indonesia sehat dengan pendekatan
keluargaManagement, and prevention of chronic obstructive pulmonary
disease. USA: global initiative for chronic obstructive lung disease; 2018
5. PMK no 1077 2011 tentan pedoman penyehatan udara dalam ruang rumah
6. Renti K. Penatalaksanaan Holistik pada Pasien Laki-Laki Dewasa dengan
Penyakit Paru Obstruktif Kronik melalui Pendekatan Kedokteran Keluarga.
2020

25

Anda mungkin juga menyukai