Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PBL SISTEM ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

MODUL 1 Kedokteran Keluarga

TUTOR PEMBIMBING
dr. Pitut Aprilia Savitri, MKK
1.Annisa Tri Handayani

2011730010

2.Bunga Wana Aminah Nasumi

2011730018

3. Deni Kurniawan

2011730032

4.Dewi Imaniar

2011730021

5. Hilmy Syarifah

2011730037

6.Jardinia Dian Fatimah

2011730047

7.M.Gassan Saman

2007730083

9.Radian Adi Kusuma

2011730083

9. Sarah Amani

2011730096

10.Tri widya Astuti

2011730110

11.Wahyu Setywati

2011730113

Disusun oleh : Kelompok 1


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang Mahakuasa yang telah membantu kelompok kami
dalam menyelesaikan tugas PBL Modul 1 Kedokteran Keluarga .
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas PBL Modul 1, dengan makalah ini
diharapkan para pembaca dan khususnya kami sekelompok dapat mengetahui mengenai
penatalaksaan terhadap penderita penyakit dengan pendekatan dokter keluarga.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan masih terdapat
kekurangan, baik dari segi penulisan maupun dari segi pembahasan. Karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Penulis juga berterima kasih kepada Tutor kelompok 1, yaitu dr.
Pitut Aprilia Savitri, MKK yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca khususnya bagi kami selaku
penulis.

Jakarta, 30 April 2014

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Tujuan.............................................................................................................1
C. Kegiatan yang Dilakukan dan Keluarannya...................................................2
D. Laporan Seven Jumps.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................6
A. Skenario..........................................................................................................6
B. Klarifikasi Kata Sulit......................................................................................6
C. Kata Kunci......................................................................................................6
D. Pertanyaan......................................................................................................7
E. Jawaban Pertanyaan.......................................................................................7
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN .........................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA

ii

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya Health
for All in 2000, pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam
pengembangan perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan pelayanan
kesehatan yang komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter
Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and
Academic Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah
merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan
kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan Making Medical
Practice and Education More Relevant to Peoples Needs: The Role of Family Doctor.
Dalam acara pembukaan Temu Ilmiah Akbar Kursus Penyegar dan Penambah Ilmu
Kedokteran (TIA-KPPIK) 2002 di Jakarta, Menteri Kesehatan, Achmad Sujudi,
menyatakan bahwa visi dan misi kurikulum pendidikan dokter di Indonesia sepatutnya
diarahkan untuk menghasilkan dokter keluarga, tidak lagi dokter komunitas atau dokter
Puskesmas seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
916/Menkes/Per/VIII/1997 tentang Pelayanan Dokter Umum yang diarahkan menjadi
pelayanan dokter keluarga.
Ilmu Kedokteran Keluarga kemudian masuk dalam Kurikulum Inti Pendidikan Dokter
di Indonesia (KIPDI II) pada tahun 1993, yang merupakan bagian dari Ilmu Kedokteran
Komunitas/Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU) yang dicanangkan oleh
WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan
komprehensif bagi semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur
pelayanan oleh provider lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang
menerima semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang mengasuh individu
sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa
membedakan ras, budaya dan tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk
menyediakan pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar
budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter ini bertanggung

jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif dan berkesinambungan bagi


pasiennya (Danakusuma, 1996).
Dokter keluarga ini memiliki fungsi sebagai five stars doctor dan memiliki organisasi
yang telah dibentuk yaitu PDKI dan KIKKI yang telah diketahui oleh IDI.
1.2 Tujuan Pembelajaran
Mahasiswa akan dapat melakukan penatalaksanaan terhadap penderita penyakit
dengan pendekatan dokter keluarga.
1.3 Kegiatan yang Dilakukan dan Keluarannya
Pada saat melakukan PBL, kelompok kami berdiskusi bersama untuk mempelajari
kasus-kasus yang ada di skenario. Kami melakukan pembelajaran dengan mengikuti tujuh
langkah (seven jumps) utuk dapat menyelesaikan masalah yang kami dapatkan.
1.4 Laporan Seven Jumps
Kelompok kami telah melakukan diskusi pada hari Selasa, 22 April 2014 dan kami
telah menyelesaikan 5 langkah dari 7 langkah yang ada. Berikut laporan dari hasil yang telah
kami dapatkan :

LANGKAH 1 (Clarify Unfamiliar)

SKENARIO 1
Seorang laki-laki 53 th di diagnosis menderita TB Paru oleh dokter puskesmas dari hasil
pemeriksaan fisik, dan dari hasil pemeriksaan sputum yang menunjukkan BTA yang positif.
Saat ini ia menjalani pengobatan TBC gratis di puskesmas yang merupakan program
pemerintah. Petugas puskesmas memberikan obat sekali dalam seminggu, namun ia selalu
terlambat mengambil obat dengan alasan rumah yang jauh dari puskesmas (jarak rumah ke
puskesmas kira-kira 5 km dg jalan kerikil dan transportasi umum hanya 2 kali dalam
seminggu pada hari pasar).
Laki-laki ini bekerja sebagai petani penggarap, tinggal disebuah gubuk kecil berlantai
tanah berukuran 5x7 m2 dg 3 ruangan didalamnya yaitu ruang tamu, ruang tidur dan dapur
yang disekat oleh tripleks dan kain. Ia tinggal bersama 1 orang istri (49 th), 2 org anak
perempuan masing-masing 25 th & 13 th, 1 orang menantu laki-laki umur 27 tahun, dan 1 org
cucu perempuan berumur 4 th. Istri, anak dan menantunya juga bekerja sebagai petani
penggarap.

Cucu dari laki-laki tersebut sudah 2 bln tidak mengalami kenaikan BB saat ditimbang di
posyandu dan berada di bawah garis merah (BGM) pada KMSnya.
.
KATA/ KALIMAT SULIT
KATA/ KALIMAT KUNCI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

53 tahun menderita TB Paru


Pemeriksaan Sputum BTA (+)
Menjalani pengobatan TB gratis di puskesmas
Selalu terlambat menagambil obat
Jarak Rumah Puskesmas 5 km , kendala aksesibilitas
Pekerjaan : Petani Penggarap
Tinggal di gubuk kecil berlantai tanah, ukuran 5 x 7 m2
Cucu mengalami gangguan tumbuh kembang

LANGKAH 2 ( Define Problem )


PERTANYAAN
1. Bagaimana genogram pada kasus diatas dan edukasi ?
2. Jelaskan syarat PMO, Siapa saja, tugas?
3. Bagaimana mengatasi ketidakteraturan minum obat?
4. Jelaskan dasar diagnostik dan terapi pada TB ?
5. Bagaimana pencegahan pada TB ?
6. Jelaskan sistem rujukan pada TB paru?
7. Bagaimana pencatatan dan pelaporan TB paru?
8. Bagaimana pengaruh gizi pada skenario dan perbaikan gizi ?
9. Apakah yang dimaksud dengan rumah sehat, dan syarat rumah sehat?
10. Jelaskan perilaku sehat dengan penularan dan penjalaran TB?
11. Jelaskan aspek hubungan klinis, psikososial, status gizi dengan penularan penyakit
antar keluarga ?

LANGKAH 3 ( Brainstorme Possible)


Pada saat diskusi kami telah melakukan brain storming dengan cara menjawab
pertanyan-pertanyaan yang diajukan sebelumnya. Dalam langkah ke-3 ini beberapa
pertanyaan yang telah didapat dari langkah ke-2 telah ditemukan inti jawabannya.

LANGKAH 4 ( Hypothesis)

LANGKAH 5 ( Sasaran pembelajaran / Learning Objectif)


1. Menjelaskan tentang penyakit dalam keluarga
1.1 Menjelaskan tentang hubungan anatara struktur dan fumgsi keluarag dengan
penularan penyakit TB Paru , morbili, diare , dan scabies dalam keluarga.
1.2 Menjelaskan tentang hubungan antara tahap perkembangan kehidupan setiap
anggota keluarga dengan penularan penyakit TB Paru , morbili , diarea dan
scabies dalam keluarga.
1.3 Menjelaskan tentang hubungan antara aspek psikososial dalam hubungan
anatar angggota keluarga dengan perjalanan penyakit TB Paru , morbili ,
diarea dan scabies dalam keluarga.
1.4 Menjelaskan tentang hubungan antara aspek perumahan dengan penularan
dan perjalanan penyakit TB Paru , morbili , diarea dan scabies dalam
keluarga.
1.5 Menjelaskan tentang hubungan antara perilaku sehat dengan penularan dan
perjalanan penyakit TB Paru , morbili , diarea dan scabies dalam keluarga.
2. Menjelaskan dasar-dasar diagnostik & terapi penyakit TB Paru , morbili , diarea
dan scabies dengan pendekatan dokter keluarga.
3. Menjelaskan aspek- aspek hubungan dokter-pasien dalam penanganan penderita
TB Paru , morbili , diarea dan scabies dan untuk pemecahan masalah kesehatan
pada umumnya dnegan pendekatan dokter keluarga.
4. Menjelaskan aspek-aspek gizi keluarga dalam hubungannya dnegan pemgendalian
penyakit TB Paru , morbili , diarea dan scabies dalam keluarga.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan penyakit TB Paru , morbili , diarea dan
scabies dalam keluraga. Dengan baik dan benar.

6. Menjelaskan sistem rujukan pasien TB Paru , morbili , diarea dan scabies.

LANGKAH 6 ( Belajar Mandiri )


Kelompok kami melakukan belajar mandiri terlebih dahulu untuk mencari dasar

ilmiah, mengumpulkan data-data atau informasi yang dapat membantu meningkatkan


pemahaman dan penerapan konsep dasar yang telah ada yang pada tahap selanjutnya akan
dipersentasikan dan disajikan untuk dibahas bersama

LANGKAH 7 ( Pembahasan )
Kelompok kami telah melakukan diskusi kembali pada hari Senin, 28 April 2014 dan

kami telah menyelesaikan langkah yang belum tercapai pada pertemuan sebelumnya.
Semua anggota kelompok kami memaparkan semua hasil yang telah didapatkan pada saat
belajar mandiri. Pemaparan dari langkah teakhir ini akan kami bahas pada bab II.

BAB II
PEMBAHASAN

A.SKENARIO 2
Seorang laki-laki 53 th di diagnosis menderita TB Paru oleh dokter puskesmas dari
hasil pemeriksaan fisik, dan dari hasil pemeriksaan sputum yang menunjukkan BTA yang
positif. Saat ini ia menjalani pengobatan TBC gratis di puskesmas yang merupakan
program pemerintah. Petugas puskesmas memberikan obat sekali dalam seminggu,
namun ia selalu terlambat mengambil obat dengan alasan rumah yang jauh dari
puskesmas (jarak rumah ke puskesmas kira-kira 5 km dg jalan kerikil dan transportasi
umum hanya 2 kali dalam seminggu pada hari pasar).
Laki-laki ini bekerja sebagai petani penggarap, tinggal disebuah gubuk kecil berlantai
tanah berukuran 5x7 m2 dg 3 ruangan didalamnya yaitu ruang tamu, ruang tidur dan
dapur yang disekat oleh tripleks dan kain. Ia tinggal bersama 1 orang istri (49 th), 2 org

anak perempuan masing-masing 25 th & 13 th, 1 orang menantu laki-laki umur 27 tahun,
dan 1 org cucu perempuan berumur 4 th. Istri, anak dan menantunya juga bekerja sebagai
petani penggarap.
Cucu dari laki-laki tersebut sudah 2 bln tidak mengalami kenaikan BB saat ditimbang
di posyandu dan berada di bawah garis merah (BGM) pada KMSnya.

B. KLARIFIKASI KATA/KALIMAT SULIT


(-)
C. KATA KUNCI
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

53 tahun menderita TB Paru


Pemeriksaan Sputum BTA (+)
Menjalani pengobatan TB gratis di puskesmas
Selalu terlambat menagambil obat
Jarak Rumah Puskesmas 5 km , kendala aksesibilitas
Pekerjaan : Petani Penggarap
Tinggal di gubuk kecil berlantai tanah, ukuran 5 x 7 m2
Cucu mengalami gangguan tumbuh kembang

D. PERTANYAAN
1. Bagaimana genogram pada kasus diatas dan edukasi ?
2. Jelaskan syarat PMO, Siapa saja, tugas?
3. Bagaimana mengatasi ketidakteraturan minum obat?
4. Jelaskan dasar diagnostik dan terapi pada TB ?
5. Bagaimana pencegahan pada TB ?
6. Jelaskan sistem rujukan pada TB paru?
7. Bagaimana pencatatan dan pelaporan TB paru?
8. Bagaimana pengaruh gizi pada skenario dan perbaikan gizi ?
9. Apakah yang dimaksud dengan rumah sehat, dan syarat rumah sehat?
10. Jelaskan perilaku sehat dengan penularan dan penjalaran TB?
11. Jelaskan aspek hubungan klinis, psikososial, status gizi dengan penularan penyakit
antar keluarga ?
E. JAWABAN PERTANYAAN
1) Genogram pada skenario

KETERANGAN :
POSITIF TBC

GIZI BURUK / TERTULAR

Edukasi dokter pada pasien tentang penyakit tersebut ?


1. Diusahakan jangan tidur bersama orang lain ataupun anggota keluarga dalam
beberapa minggu pertama pengobatan tbc paru
2. Dianjurkan kepada pasien untuk rutin minum obat sesuain anjuran resep dari dokter
dan keluarga turut serta memantau kepatuhan minum obat pasien
3. Harus adanya ventilas ruangan. Karena kuman tbc menyebar lebih mudah dalam
ruangan kecil dan tertutup dimana udara tidak bergerak, jika ventilasi ruang masih
kurang, buka jendela dan nyalakan kipas untuk meniup udara dalam luar ruangan
4. Tutup mulut menggunakan masker. Menutup mulut menggunakan masker kapan saja
ketika didiagnosa tb merupakan langkah pencegahan tbc secara efektif
5. Meludah hendaknya pada tempat yang sudah diberi desinfektan (air sabun)
6. Mengusahakan sinar matahari dan udara segar masuk secukupnya kedalam tempat
tidur
7. Menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama pagi hari
8. Semua barang yang digunakan penderita harus terpisah begitu juga mencucinya tidak
boleh digunakan orang lain.
2) Pengawas Menelan Obat (PMO)
Penderita TB paru yang tidak berobat atau minum obat tapi tidak sesuai pedoman akan
berisiko penyakitnya makin parah dan menulari orang di sekitarnya saat yang bersangkutan
batuk atau bersin. Akibatnya jumlah penderita TB makin banyak dan program pemberantasan
TB jadi semakin berat. Salah satu usaha untuk menjamin pasien tetap semangat menelan obat
sampai sembuh adalah menyiapkan seseorang untuk mendampingi pasien TB, disebut PMO
(Pengawas Menelan Obat).
Yang Menjadi PMO

PMO sebaiknya sudah ditetapkan sebelum pengobatan TB dimulai. Bila pasien mampu
datang berobat teratur maka paramedic atau petugas sosial dapat berfungsi sebagai PMO,
namun bila sulit datang berobat rutin maka PMO sebaiknya seseorang yang tinggal serumah
atau dekat rumah pasien. Beberapa pilihan yang dapat menjadi PMO adalah

Petugas kesehatan
Orang lain (kader, tokoh masyarakat, dll)
Suami, istri, keluarga, orang serumah
Selama di rumah sakit rawat yang bertindak sebagai PMO adalh petugas rumah sakit

Syarat PMO

Bersedia dengan sukarela membantu pasien TB sampai sembuh selama pengobatan

dengan obat anti TB (OAT) dan menjaga kerahasiaan bila penderita juga HIV/AIDS
Diutamakan petugas kesehatan, pilihan lain adalah kader kesehatan, kader dasawisma,
kader PPTI , kader PKK atau anggota keluarga yang disegani pasien

Tugas PMO

Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik

Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat

Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah
ditentukan

Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratus sampai selesai

Mengenali efek samping ringan obat dan menasehati pasien agar tetap mau menelan
obat

Merujuk pasien bila efek samping semakin berat

Melalkukan kunjungan rumah

Menganjurkan anggota keluarga untuk memeriksa dahak bila ditemui gejala TB.

3) Cara Mengatasi ketidakteraturan Minum obat:


Memberikan pengetahuan tentang TB pasien dan keluarga dengan cara edukasi, yaitu
tentang TB, penyebabTB, cara penularan, pengobatannya dan dampak jika gagal dalam
pengobatan

Meminta kepada keluarga untuk menjadi alarm dalam masa pengobatan.


Petugas puskesmas memberikan obat sekali dalam minggu, namun ia selalu terlambat
mengambil obat dengan alasan rumah yang jauh dari puskesmas (jarak rumah ke
puskesmas kira-kira 5 km dengan jalan kerikil dan transportasi umum hanya 2 kali dalam
seminggu pada hari pasar)
Pasien diusahakan mengikuti jadwal transportasi untuk kontrol ke puskesmas
guna untuk persediaan obat pasien agar tidak terputus dan gagal dalam pengobatan TB

4) Gejala klinis TB pada orang dewasa


Gejala umum batuk 3 minggu
Gejala lain yang sering dijumpai
Dahak bercampur darah
Batuk darah
Sesak napas, nyeri dada
Badan lemah, nafsu makan , BB malaise, keringat malam.
Demam
-

Gejala klinis TB pada anak

Berat badan turun selama 3 bulan berturut-turun tanpa sebab yang jelas
Nafsu makan tdk ada dengan gagal tumbuh dan berat
Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas
Pembesaran kelenjar limfe di bawah kulit yang tidak sakit
Gejala-gejala dari saluran nafas
Gejala-gejala saluran cerna

5) PENCEGAHAN PRIMER
PROMOSI KESEHATAN
SPESIFIC PROTECTION

Imunisasi aktif

Chemoprophylaxis

Pengontrol faktor predisposisi

PENCEGAHAN SEKUNDER
EARLY DIAGNOSIS & PROMPT TREATMENT

Penemuan kasus

Intervensi dini

Kontrol faktor risiko, gaya hidup dan pengobatan

Perubahan perilaku
DISABILITY LIMITATION

Pelayanan & pengobatan kasus akut

Penanganan komplikasi

Penanggulangan gawat darurat


Rujukan
PENCEGAHAN TERSIER
REHABILITASI

Usaha penyesuaian diri secara psikis

6) Pada Skenario Perlukah pasien dirujuk ?


Tidak perlu di rujuk , karena kompetensi
Dokter umum salah satunya adalah
Menangani kasus TB hingga selesai

Apakah karena kekurangan Alat/ Laboratorium,


Sehingga Harus Dirujuk ?
Jawabannya tidak dipuskesmas telah
Tersedia pemeriksaan penunjang (laboratorium)

Di puskesmas terdapat Mikroskop , dll


Sehingga bisa dilakukan pemeriksaan BTA

Bisa ditegakkan penderita TB/ Suspek TB

7) Pencatatan dan pelaporan pada masing-masing tingkat pelaksana:


PENCATATAN DI UNIT PELAYANAN KESEHATAN
UPK misalnya Puskesmas, Rumah Sakit,. BP4, klinik dan dokter
praktek

swasta

dalam melaksanakan pencatatan, dapat menggunakan

formulir sebagai berikut:


1.1. Kartu pengobatan TB (TB.01),
1.2. Kartu identitas penderita (TB.02),
1.3. Formulir permohonan laboratorium TB untuk pemeriksaan dahak (TB.05),
1.4. Daftar tersangka penderita (suspek) yangdiperiksa dahak SPS (TB.06),
1.5. Formulir rujukan/pindah penderita (TB 09)
1.6. Formulir hasil akhir pengobatan dari penderita TB pindahan (TB.10)
UPK diharuskan melakukan pencatatan semua kegiatan yang
dilaksanakan dan tidak diwajibkan membuat
laporan. Petugas kabupaten / kota akan mengambil data yang dibutuhkan
dan mengisi dalam buku Register TB
Kabupaten (Form TB.03) sebagai bahan laporan yang pelaksanaannya
dilakukan secara rutin. UPK yang
banyak penderitanya, misalnya Rumah sakit, dapat menggunakan buku
pencatatan seperti Buku Register TB
kabupaten (TB.03), tetapi untuk nomor register diisi sesuai dengan
nomor register yang diberikan oleh
kabupaten/kota.

8) Salah satu factor yang mempengaruhi terjadinya penyakit TB adalah status gizi.
Status gizi yang buruk akan meningkatkan resiko terhdap penyakit TB paru,
sebalikan penyakit TB paru dapat mempengaruhi status gizi penderita karena proses
perjalanan penyakit yang mempengaruhi daya tahan tubuh. Masalah gizi penting
karena perbaikan gizi merupaka salah satu upaya untuk memutuskan lingkaran setan
penularan dan pemberatasan TB di Indonesia.

Perbaikan gizi
o
o
o
o

Rekomendasi WHO terhadap perbaikan status gizi penderita TB:


Melakukan evaluasi terhadap status gizi semua penderita TB
Memberikan konseling terhadap status gizi penderita TB selama pengobatan
Fokus manajemen pada penderita TB aktif dengan malnutrisi akut dan parah,

baik pada balita, anak-anak, dewasa maupun wanita hamil dan menyusui
o Manajemen pada penderita TB aktif dengan malnutrisi sedang, baik pada
balita
o Pemberian suplemantasi zat gizi mikro terutama pada ibu hamil dan menyusui
Makanan yang boleh diberikan

1. sumber KH : Beras dibubur/ditim, kentang direbus, macaroni direbus, roti


dipanggang,cracker.

2. sumber protein hewani : daging, ayam, ikan

3. sumber protein nabati : tempe, tahu

4. lemak : mentega

5. sayuran : sayuran rendah serat dan sedang seperti kacang panjang, buncis muda,
bayam, labu siam, tomat, wortel

6. buah-buahan

7. bumbu : garam, salam, laos, kunyit

9) Pengertian rumah sehat

Menurut WHO
Rumah sehat dapat diartikan sebagai tempat berlindung / bernaung dan tempat untuk
beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, rohani
maupun sosial
Persyaratan nya

Secara umum persyaratan rumah sehat sebagai berikut (Candra, 2005, Depkes RI,
2005):

Memenuhi kebutuhan fisiologis, antara lain pencahayaan, penghawaan, ruang gerak


yang cukup dan terhindar dari gangguan kebisingan.

Memenuhi kebutuhan psikologis, antara lain privacy yang cukup, komunikasi yang
sehat antara anggota keluarga dalam rumah.

Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit, antara lain penyediaan air


bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga, bebas vektor penyakit,
terlindungnya makanan dan minuman dari pencemaran.

Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan, antara lain persyaratan


garis sepadan jalan, konstruksi yang kuat, tidak mudah terbakar, dan tidak cenderung
menimbulkan kecelakaan bagi penghuninya.
Adapun Persyaratan Rumah Tinggal Menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999
1. Bahan bangunan
Tidak terbuat dari bahan yang dapat melepapaskan bahan yang dapat membahayakan
kes, antara lain: debu total kurang dari 150 ug/m2, asbestos kurang dari 0,5 serat/m3 per
24 jam, plumbum (Pb) kurang dari 300 mg/kg
Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan bekembangnya
mikroorganisme patogen
2. Komponen dan Penataan Ruang
Komponen dan penataan ruang rumah
Komponen rumah harus memenuhi persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut:
a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan
b. Dinding
Di ruang tidur, ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan
sirkulasi udara
Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan
c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan
d. Bumbung rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan
penangkal petir
e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang
keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, ruang mandi dan ruang bermain anak.

f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.


3. Pencahayaan
Pencahayaan alam atau buatan langsung atau tidak langsung dapat menerangi seluruh
bagian ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan.
4. Kualitas Udara
Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut :
a. Suhu udara nyaman berkisar antara l8C sampai 30C
b. Kelembaban udara berkisar antara 40% sampai 70%
c. Konsentrasi gas SO2 tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam
d. Pertukaran udara
e. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8jam
f. Konsentrasi gas formaldehide tidak melebihi 120 mg/m3
5. Ventilasi
Luas penghawaan atau ventilasi a1amiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai.
6. Binatang penular penyakit
Tidak ada tikus bersarang di rumah.
7. Air
a. Tersedia air bersih dengan kapasitas minmal 60 lt/hari/orang
b. Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan air minum sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
8. Tersediannya sarana penyimpanan makanan yang aman dan hygiene.
9. Limbah
a. Limbah cair berasal dari rumah, tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau
dan tidak mencemari permukaan tanah.
b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, tidak menyebabkan
pencemaran terhadap permukaan tanah dan air tanah.
10. Kepadatan hunian ruang tidur
Luas ruang tidur minimal 8m2 dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari dua orang
tidur dalam satu ruang tidur, kecuali anak dibawah umur 5 tahun.
Masalah perumahan telah diatur dalam Undang-Undang pemerintahan tentang
perumahan dan pemukiman No.4/l992 bab III pasal 5 ayat l yang berbunyi Setiap
warga negara mempunyai hak untuk menempati dan atau menikmati dan atau memiliki
rumah yang layak dan lingkungan yang sehat, aman , serasi, dan teratur
Bila dikaji lebih lanjut maka sudah sewajarnya seluruh lapisan masyarakat menempati
rumah yang sehat dan layak huni. Rumah tidak cukup hanya sebagai tempat tinggal dan
berlindung dari panas cuaca dan hujan, Rumah harus mempunyai fungsi sebagai :
1. Mencegah terjadinya penyakit
2. Mencegah terjadinya kecelakaan
3. Aman dan nyaman bagi penghuninya
4. Penurunan ketegangan jiwa dan sosial
Penetapan Rumah Sehat
American Public Health Association (APHA)

Sistem penyediaan air harus baik;

Tersedia fasilitas untuk mandi;

Punya fasilitas pembuangan air bekas;

Punya fasilitas pembuangan tinja;

Penghuni tidak padat (1 orang/11 m2);

Ventilasi dan Penerangan yang cukup;

Kondisi bangunan rumah yg kuat :


Fondasi yg kokoh, dinding kuat dan kayu tidak lapuk.
Pada kasus di skenario, ada dengan environment/ lingkungan. Status Ekonomi terbatas
dan kondisi rumah yang luasnya belum memenuhi kriteria Tidak bisa di rubah lagi
yang dapat dilakukan sebagai langkah Holistik adalah bagaimana merubah
Sistem Ventilasi (sirkulasi udara menjadi baik) dan Pencahayaan sehingga kuman
TB tidak dapat berkembang biak

10) Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS).


Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas
kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
PHBS itu jumlahnya banyak sekali, bisa ratusan. Misalnya tentang Gizi: makan beraneka
ragam makanan, minum Tablet Tambah Darah, mengkonsumsi garam beryodium, memberi
bayi dan balita Kapsul Vitamin A. Tentang kesehatan lingkungan seperti membuang sampah
pada tempatnya, membersihkan lingkungan.
Setiap rumah tangga dianjurkan untuk melaksanakan semua perilaku kesehatan.
Manfaat PHBS

Setiap anggota keluarga menjadi sehat dan tidak mudah sakit.


Anak tumbuh sehat dan cerdas.

Anggota keluarga giat bekerja.

Pengeluaran biaya rumah tangga dapat ditujukan untuk memenuhi gizi keluarga,
pendidikan dan modal usaha untuk menambah pendapatan keluarga.

PHBS di Rumah Tangga


PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar
tahu, mau dan mampu melaksanakan perilaku hdup bersih dan sehat serta berperan aktif

dalam gerakan kesehatan di masyarakat.PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk mencapai


Rumah Tangga Sehat.
Rumah Tangga Sehat adalah rumah tangga yang melakukan 10 PHBS di Rumah Tangga yaitu
:
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
2. Memberi bayi ASI eksklusif
3. Menimbang bayi dan balita
4. Menggunakan air bersih
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
6. Menggunakan jamban sehat
7. Memberantas jentik di rumah
8. Makan buah dan sayur setiap hari.
9. Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10. Tidak merokok di dalam rumah

sarana kesehatan dan tindakan nyata, yang meliputi :


Kebersihan diri, yaitu kebiasaan mandi sehari hari untuk kebersihan tubuhnya
Kebiasaan makan, pemenuhan kebutuhan gizi untuk anggota keluarganya
Pembuangan air limbah, yaitu kepemilikan dan kondisi pembuangan air limbah serta
kebiasaan membersihkan pembuangan air limbah
Pembersihan sarang vektor, yaitu kebiasaan ibu dalam mencegah dan menjaga kebersihan
rumah serta perabot rumah dari vektor
Sedangkan pada penularan TB terjadi melalui udara yang mengandung percikan dahak
penderitaTB.
Karena itu, jagalah kekebalan tubuh dengan menjaga kesehatan dan menerapkan 6 Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Enam PHBS, yaitu makan teratur, dengan menu seimbang, serta cukup sayur dan buah.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan hidup. Berolahraga dengan benar, cukup, dan teratur.
Tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak menyalahgunakan Napza. Beristirahat
cukup dan teratur. Segera berobat jika sakit.

11) Tiga aspek penting dalam penyebaran penyakit TB pada keluarga di kasus yaitu
Psikososial, status gizi, dan aspek klinis.

Aspek klinis dalam kasus ini yang memungkinkan terjadinya penularan bisa disebabkan oleh
droplet yg tersebar di lingkungan rumah dan OAT yang tidak teratur bisa jadi pemicu
timbulnya MDR pada kasus. Aspek psikososial yg menjadi masalah utama yaitu akses ke
fasilitas kesehatan dari rumah sangat sulit dijangkau karena jarak dan transportasi yg tersedia
di daerah tersebut lalu kondisi lingkungan sekitar rumah dan rumah itu sendiri tidak layak
dikatakan rumah sehat. Status gizi menjadi faktor pendukung karena gizi yg diperoleh dari
masing-masing anggota keluarga tidak seimbang dan yg sangat menjadi perhatian adalah
cucu yg berumur 4 tahun pada KMS berada di bawah garis merah, ini menunjukkan bahwa
anak tersebut mengalami malnutrisi.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Diagnosis holistic pada skenario adalah :

Aspek personal : Pasien khawatir penyakitnya tidak sembuh karena selalu terlambat
mengambil obat kepuskesmas

Aspek klinis : TB paru

Aspek Internal : Pasien seorang laki-laki berusia 53 tahun dengan keseharian


menggarap sawah

Aspek Psikososial : Rumah pasien tidak sesuai dengan criteria rumah sehat, cucu
pasien mengalami gangguan tumbuh kembang

Aspek Fungsional : Skala 1 (Pasien masih bisa melakukan aktivitas sehari-hari)

DAFTAR PUSTAKA

Azrul Azwar,1996, Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan

Djasio Sanropie, 1992, Pedoman Bidang Studi Perencanaan Penyehatan


Lingkungan Pemukiman

P. Walton Purdom, 1982, Environtmental Health : Housing and the residential


environmet

DPU RI Ditjen Cipta Karya, 1997, Rumah dan Lingkungan Pemukiman Sehat

UU RI no 4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman

Anda mungkin juga menyukai