Anda di halaman 1dari 10

A.

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin
dicapai adalah pembangunan kesehatan masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai
dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan perilaku hidup sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang setinggi-
tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia, untuk mencapai hidup sehat dan
produktif, terutama ditujukan pada golongan masyarakat yang berpenghasilan
rendah, baik di pedesaan maupun di perkotaan (SKN, 2000).
Tujuan tersebut dapat diwujudkan berbagai upaya kesehatan di lakukan, salah
satu program kesehatan masyarakat yang dikembangkan oleh puskesmas untuk
mencapai derajat kesehatan yang optimal adalah perawatan keluarga, di keluarga
merupakan unit terkecil bagi masyarakat. Apabila salah satu anggota keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan mempengaruhi anggota keluarga yang
lain. Karena keluarga merupakan suatu sistem dimana ada ketergantungan antar
anggota keluarga (Djuhaeni, 2009).
Pelayanan/asuhan keperawatan merupakan bagian integral dari
pelayanan/asuhan kesehatan ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat
yang memiliki masalah fisik, mental maupun sosial diberbagai tatanan
pelayanan/asuhan keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan/asuhan
profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan/asuhan kesehatan,
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses
kehidupan manusia (PPNI, AIPNI, AIPDiKI, 2012).
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1978) mengatakan perawatan
kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang ditujukan
atau dipusatkan pada keluarga pada unit atau kesatuan yag dirawat, dengan sehat
sebagai tujuan melalui pegobatan sebagai saran atau penyalur. Keluarga adalah unit
terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling
ketergantungan (Departemen Kesehatan RI, 1998 dalam Hairunnisa, 2007).
Masalah yang kita hadapi saat ini masih banyaknya keluarga di Indonesia ini
yang berada dalam kondisi prasejahtera, adalah kewajiban kita semua untuk
meningkatkan mereka sehingga mencapai keluarga sejahtera.Untuk mewujudkan
tujuan pembangunan tersebut perlu dilakukan berbagai upaya pembinaan keluarga
dari berbagai aspek kehidupan termasuk segi kesehatannya. Perawat dengan
perannya sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai andil yang cukup
besar dan sangat diharapkan dalam mewujudkan upaya pembinaan keluarga tersebut
sehingga terciptalah suatu keluarga sejahtera yang pada akhirnya akan membentuk
masyarakat dan negara yang sejahtera pula (Djuhaeni,2009).

B. LATAR BELAKANG
Pembangunan masyarakat sangat tergantung kepada kehidupan keluarga yang
menjadi bagian inti dari masyarakat itu, sehingga keluarga memiliki nilai strategis
dalam pembanguanan nasional serta menjadi tumpuan dalam pembangunan manusia
seutuhnya. Sasaran upaya pembinaan kesehatan keluarga adalah keluarga itu sendiri
sebagai suatu kesatuan dari tiap individu atau anggota keluarga tersebut. Dipandang
dari segi kesehatan dan ancaman kematian; ibu semasa reproduksi, anak sejak dalam
kandungan hingga menjelang dewasa serta anggota keluarga berusia lanjut
merupakan kelompok yang rawan, sehingga ibu, anak dan usia lanjut menjadi
sasaran utama dalam pembinaan kesehatan keluarga (Djuhaeni,2009).
Sebagai perawat menjadi tujuan dan tanggung jawab kita semua khususnya
sebagai tenaga kesehatan untuk membantu keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
akan kesehatannya serta dapat menanamkan perilaku sehat dalam anggota keluarga.
Perawat sebagai tenaga kesehatan terdepan yang memberikan pelayanan di berbagai
sarana pelayanan kesehatan mempunyai nilai strategis dalam upaya pembinaan
keluarga sejahtera (Djuhaeni,2009).
Stase keperawatan keluarga adalah salah satu stase yang wajib dijalani oleh
peserta didik yang menempuh tahap Pendidikan Profesi Ners di PSIK FK ULM.
Pendidikan profesi ners merupakan lanjutan dari tahap pendidikan akademik, dimana
hal ini merupakan wahana bagi peserta didik untuk mengaplikasikan teori yang telah
didapatkan dibangku kuliah sehingga nantinya diharapkan dapat menjadi seorang
perawat yang profesional. Pendidikan profesi ners memerlukan strategi pendekatan
tersendiri khususnya dalam keperawatan keluarga untuk menerapkan teori yang
telah diperoleh selama pembelajaran diperkuliahan.
C. DEFINISI MASALAH
Peserta didik mencoba mengulas tentang strategi pendekatan pada keluarga
dalam penerapan teori pada praktik asuhan keperawatan keluarga.

D. TUJUAN
Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk memberikan pembelajaran
bagi peserta didik mengenai tentang strategi pendekatan pada keluarga dalam
penerapan teori pada praktik asuhan keperawatan keluarga pada saat menjalani
tahapan pendidikan profesi ners.

E. METODE
Metode yang digunakan untuk penulisan makalah ini adalah dengan cara
melakukan peninjauan ulang pengalaman dalam pemberian asuhan keperawatan dari
persiapan dan pendekatan dengan keluarga hingga evaluasi pemberian asuhan
keperawatan keluarga pada keluarga Ny. S dengan tahap perkembangan keluarga ke
8: keluarga dengan lanjut usia yang dilakukan pada 06 sampai 11 Maret 2016 dan
melakukan perbandingan dengan teori keperawatan keluarga yang didapatkan selama
perkuliahan.

F. HASIL
Saat menempuh pendidikan profesi ners mengharuskan peserta didik terjun
langsung ke lapangan termasuk masyarakat khususnya keluarga pada stase
keperawatan keluarga. Praktik ini dilakukan secara individu dengan mengelola kasus
kesehatan pada keluarga dalam waktu satu minggu. Peserta didik telah mencoba
menerapkan teori yang dipahami sewaktu perkuliahan. Bahkan sebelum melakukan
pengkajian ke keluarga sasaran telah dilakukan preconference laporan pendahuluan
terlebih dahulu. Meskipun demikian, tenyata dalam mengaplikasikan teori yang telah
diketahui tak semudah yang dibayangkan, memerlukan strategi pendekatan yang
harus benar-benar dipahami dan dipersiapkan untuk berhadapan dengan keluarga
yang ditemui dimasyarakat.
Perlunya pendekatan yang berbeda bila dibandingkan dengan melakukan asuhan
keperawatan di klinik atau rumah sakit. Klien sudah diketahui jenis penyakit dan
permasalahannya telah diketahui lebih dalam serta terinci. Kliennya pun selalu ada di
tempat perawatan, sehingga dalam hal kontrak pertemuan lebih mudah. Sementara
dalam asuhan keperawatan keluarga, peserta didik harus melakukan survei terlebih
dahulu untuk mengambil keluarga kelolaan yang berisiko kemudian melakukan
BHSP dengan melakukan pertemuan yang intensif dengan keluarga. Berbagai
pengalaman didapatkan dalam memilih keluarga kelolaan, seperti keluarga yang
masih belum dapat menerima petugas kesehatan, ada juga keluarga yang
memerlukan penjelasan lebih dalam dan berulang-ulang agar dapat menerima
petugas kesehatan.
Asuhan keperawatan keluarga menggunakan pendekatan dengan proses
keperawatan yang meliputi lima tahap, yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Teori pengkajian telah menjelaskan bahwa metode
pengkajian dapat diperoleh dari wawancara, observasi, kuesioner, dan pemeriksaan
fisik untuk melengkapi data pengkajian keluarga. Setelah didapatkan data pengkajian
yang lengkap maka dilakukan analisa masalah, sehingga didapatkanlah masalah
keperawatan yang kemudian disusun menjadi diagnosa keperawatan. Diagnosa yang
didapatkan kemudian dibuat skoring untuk menetapkan prioritas permasalahan yang
lebih dahulu diatasi. Skoring dilakukan bersama-sama dengan keluarga. Setelah itu,
dibuat rencana untuk mengatasi permasalahan tersebut, kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan tindak nyata dari rencana yang disebut implementasi keperawatan,
terakhir dilakukanlah evaluasi dari semua kegiatan yang telah dilakukan.
Keluarga yang menarik untuk dijadikan pasien kelolaan adalah keluarga Ny. S.
Alasan yang pertama karena memang di dalam keluarga tersebut ada anggota
keluarga yang lama mengalami hipertensi dan diabetes mellitus yang tidak terkontrol
yakni Ny. S sendiri. Ny. S sudah bertahun-tahun mengalami hipertensi an diabetes
mellitus dan Ny. S merasakan kaki dan punggung sering sakit serta kesulitan tidur.
Ny. S jarang kontrol ke pelayanan kesehatan karena malas antri dan hanya membeli
obat di apotek tanpa resep dokter. Selama sakit Ny. S tetap mengerjakan semua tugas
rumah tangga dan kdang dibantu oleh Tn. M (suami). Ny. S beranggapan bahwa
dengan mengerjakan tugas rumah tangga maka akan meningkatkan pergerakan tubuh
sehari-hari.
Pengkajian yang dilakukan memakan waktu selama 2 hari. Kesulitan yang
ditemukan saat pengkajian yaitu diantaranya menterjemahkan bahasa dari teori
pengkajian keluarga menjadi pertanyaan yang mudah dipahami keluarga, terlepas
dari keluarga bersikap terbuka atau tidak dengan peserta didik. Kendala yang
dirasakan yakni mengumpulkan anggota keluarga karena anak-anak Ny. S terlihat
kurang peduli dengan kondisi kesehatan Ny. S, anggota keluarga Ny. S mengatakan
kurang mengawasi pola makan Ny. S karena mereka juga tidak mengetahui diet yang
tepat untuk Ny. S yang sedang mengalami hipertensi dan diabetes mellitus. Namun
suami Ny. S yaitu Tn. M selalu meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan asuhan
keperawatan keluarga dan terlihat selalu memberikan motivasi untuk Ny. S agar mau
melakukan control ke pelayanan kesehatan. Saat melakukan pengkajian tidak ada
kesulitan yang berarti, karena Tn. M dan Ny. S sudah cukup mewakili.
Tidak ada kendala dalam pembuatan diagnosa keperawatan. Karena memang
masalah yang ada sudah sangat jelas dan juga sesuai dengan teori yang ada di dalam
buku Nanda NIC NOC. Proses pembuatan skoring keperawatan dapat berjalan
dengan baik, diagnosa disusun berdasarkan apa yang diperlukan oleh keluarga
terlebih dahulu berdasarkan hasil pengkajian. Intervensi keperawatan juga dapat
disusun dengan baik dan lancar. Kesulitan terdapat pada implementasi, karena Ny. S
mengatakan sangat sulit menghindari kebiasaan mengonsumsi makanan yang manis.
Namun setelah dilakukan pendekatan lebih mendalam dan dijelaskan risiko-risiko
yang membahayakan kesehatan jika diabetes mellitus tidak terkontrol dan selalu
mengonsumsi makanan dengan kadar gula tinggi, kemudian Ny. S sedikit-demi
sedikit mau mencoba untuk memperbaiki pola makannya dan kontrol ke pelayanan
kesehatan.

G. DISKUSI
Perlu strategi pendekatan tersendiri bagi seorang peserta didik untuk
mengaplikasikan teori yang didapatkan selama perkuliahan dengan praktek langsung
dilapangan termasuk untuk melakukan asuhan keperawatan kepada keluarga. Perlu
dilakukan pembinaan hubungan saling percaya dengan keluarga agar keluarga dapat
setidaknya sedikit terbuka dengan masalah kesehatan yang dimiliki. Teori telah
menjelaskan apa yang harus dilakukan dilapangan dengan situasi dan kondisi yang
ideal. Praktik ners dilapangan sendiri tidak selalu dalam kondisi ideal dimana
masing-masing keluarga memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga strategi
pendekatannya pun berbeda pula. Diperlukan kesigapan dan kesiapan fisik, mental,
emosial untuk tetap menjalankan teori yang diajarkan atau perlu sedikit modifikasi
dalam praktiknya. Tingkat pengetahuan seseorang apabila hanya mengenal teori
tanpa bisa melakukan aplikasinya hanya berada pada tingkatan pertama, yaitu tahu
(know).
Menurut Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa pengetahuan memiliki enam
tingkatan, yaitu:
1. Tahu (Know): tahu adalah suatu kemampuan untuk mengingat kembali suatu
materi yang sudah dipelajari sebelumnya, yang termasuk kedalam tingkatan
pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik
yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu “Tahu”
ini merupakan tingkatan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension): merupakan suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi terssebut secara benar. Orang yang telah paham
terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, Contoh
menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication): merupakan suatu kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang real (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-
hukum, rumus, metode, prinsif, dan sebagainya dalam konteks atau situasi
yang lain.
4. Analisis (Analysis): adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen,tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat di lihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan dan
sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis): sintesis menunjukan pada suatu kemampuan untuk
meletakan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk
keseluruhan yang baru. Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun,
merencanakan, meringkas, dan menyesuaikan rumusan yang ada.
6. Evaluasi (Evaluation): adalah suatu kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri., atau menggunakan
criteria yang telah ada.
Keterampilan dalam menerapkan teori dapat diperoleh dari pengalaman,
semakin banyak pengalaman semakin mudah menerapkan teori karena kemampuan
seseorang menjadi terasah. Pengalaman dapat meningkatkan kompetensi seseorang
seperti yang dikemukakan dari hasil penelitian Hartoyo bahwa terdapat hubungan
sangat nyata/signifikan arah positif dengan tingkat hubungan sedang antara
pengalaman dengan kompetensi dan pengaruh pengalaman terhadap kompetensi.
Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera
tahap I. Pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai beberapa peran
antara lain (Djuhaeni,2009):
1) Pemberi informasi
Perawat memberitahukan kepada keluarga tentang segala sesuatu, khususnya yang
berkaitan dengan kesehatan.
2) Penyuluh
Agar keluarga yang dibinanya mengetahui lebih mendalam tentang kesehatan dan
tertarik untuk melaksanakan maka perawat harus memberikan penyuluhan baik
kepada perorangan dalam keluarga ataupun kelompok dalam masyarakat.
3) Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu, keluarga dan
masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan
hidupnya secara mandiri. Agar mencapai tujuan tersebut perawat harus mendidik
keluarga agar berperilaku sehat dan selalu memberikan contoh yang positif tentang
kesehatan.
4) Motivator
Apabila keluarga telah mengetahui, dan mencoba melaksanakan perilaku positif
dalam kesehatan, harus terus didorong agar konsisten dan lebih berkembang, dalam
hal inilah perawat berperan sebagai motivator.
5) Penghubung keluarga dengan sarana pelayanan kesehatan adalah wajib bagi
setiap perawat untuk memperkenalkan sarana pelayanan kesehatan kepada keluarga
khususnya untuk yang belum pernah menggunakan sarana pelayanan kesehatan
danpada keadaan salah satu/lebih anggota keluarga perlu dirujuk ke sarana pelayanan
kesehatan.
6) Penghubung keluarga dengan sektor terkait
Adakalanya masalah kesehatan yang ditemukan bukanlah disebabkan oleh faktor
penyebab yang murni dari kesehatan tetapi disebabkan oleh faktor lain, dalam hal ini
perawat harus menghubungi sektor terkait.
7) Pemberi pelayanan kesehatan.
Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang profesional
kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang diberikan karena adanya
kelemahan fisik dan mental, keterbataan pengetahuan, serta kurangnya keamanan
menuju kemampuan melaksanakan kegiatan sehari-hari secara mandiri.
Kegiatanyang dilakukan bersifat promotif', preventif, kuratif' serta rehabilitatif
melalui proses keperawatan yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara
ilmiah dan terdiri dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut
dilaksanakan secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta
penampilan dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas
pekerjaan, jabatan,bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan " SENCE
OF ETHICS ".
8) Membantu keluarga dengan mengenal kekuatan mereka dan menggunakan
kekuatan mereka untuk memenuhi kebutuhan kesehatannya
9) Pengkajian data individu, keluarga dan masyarakat sehingga didapat data
yang akurat dan dapat dilakukan suatu intervensi yang tepat.Peran-peran tersebut
diatas dapat dilaksanakan secara terpisah atau bersama-sama tergantung situasi dan
kondisi yang dihadapi.
Berdasarkan beberapa peran di atas itulah, implementasi dilakukan, seperti
penyuluh, pendidik, motivator, pemberi informasi, penghubung dengan pelayanan
kesehatan, pemberi pelayanan kesehatan. Namun sayangnya, konsep proses
keperawatan yang dilakukan peserta didik masih banyak yang belum dipahami
keluarga. Seperti keluarga kelolaan yang telah disebutkan, anggota keluarga tersebut
menanyakan apakah peserta didik tidak bias memberikan obat-obatan gratis dan
apakah peserta didik hanya melakukan pemeriksaan-pemeriksaan saja tanpa ada
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000. Sistem Kesehatan Nasional (SKN). Jakarta.


Djuhaeni H. 2009. Peran Perawat dalam Pembinaan Keluarga Sejahtera. Bandung.
Hairunnisa. 2007. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga. Jakarta: Pusat Pendidikan
Tenaga Kesehatan Yayasan RS Islam.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
PPNI, AIPNI, AIPDiKI. 2012 Standar Pendidikan Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai