Scribd Logo
Unggah

Selamat datang di Scribd!

  • Komunikasi Dokter-Pasien

    Diunggah oleh

    Astri Kartika Sari
    18 tayangan18 halaman
    FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI KALANGAN WARIA DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 Vidia Amrina Rasyada (2011730167) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV / AIDS 1. Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebar melalui cairan tubuh yang menyerang sistem imunitas spesifik yaitu sel CD4 / sel T. Dalam jangka waktu yang lama virus HIV ini dapat berlanjut menjadi AIDS. HIV tidak sama seperti virus lainnya karena virus ini tidak dapat dihilangkan oleh kekebalan tubuh manusia. Hal itu menyebabkan jika seseorang sudah terinfeksi HIV, maka virus ini akan tetap berada di dalam tubuh penderita HIV seumur hidupnya (CDC, 2014). Sedangkan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) mendefinisikan HIV sebagai virus yang menyerang limfosit dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan kekebalah tubuh manusia. AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (KPAN, 2012). 2. Karakteristik HIV HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetic. Virus HIV pertama kali ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati. Oleh karena itu kemudian dinamakan LAV (Lymph Adenopathy Virus). Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru HIV yang sampai saat ini secara resmi digunakan (KEMENKES, 2003). Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintergrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV (KEMENKES, 2003). Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi system imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi-fungsi komponen sistem lainnya. Pada AIDS komponen yang diserang adalah limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Terdapat banyak fungsi penting limfosit T helper antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi. Oleh karena itu pada pasien AIDS terdapat kelainan pada fungsi limfosit T, limfosit B, monosit, makrofag dan sebagainya (KEMENKES, 2003). 3. Perjalanan Penyakit HIV/AIDS Setelah seseorang terinfeksi HIV, 2-3 minggu kemudian akan timbul sindrom retroviral akut atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini akan diikuti oleh penurunan CD4 dan peningkatan RNA-HIV dalam plasma. Sindrom ini berlangsung selama 2-3 minggu hingga kemudian gejala sindrom retroviral akut tersebut menghilang diiringi dengan serokonversi. Selama rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek) akan terjadi infeksi kronis HIV yang tidak menampakkan gejala (asimtomatik) atau berada pada periode laten. Selama periode ini CD4 akan mengalami penurunan dan viral load juga akan meningkat secara perlahan. Laju penurunan CD4 akan lebih cepat pada 1,5-2,5 tahun sebelum penderita memasuki stadium AIDS. Setelah periode laten tersebut, hitung sel CD4 akan ditemukan <200 / mm3 diikutin timbulnya infeksi oportunistik, munculnya kanker tertentu, berat badan menurun secara cepat dan munculnya komplikasi neurologis yang menunjukkan bahwa penderita telah memasuki stadium AIDS (KEMENKES, 2003). Pada pasien tanpa pengobatan ARV rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun <200 / mm3 adalah 3,7 tahun. Sedangkan butuh waktu kira-kira 1,3 tahun setelah

    Judul Asli

    KOMUNIKASI DOKTER-PASIEN

    Hak Cipta

    © © All Rights Reserved

    Format Tersedia

    PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd

    Apakah menurut Anda dokumen ini bermanfaat?

    Apakah konten ini tidak pantas?

    Laporkan Dokumen Ini
    FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI KALANGAN WARIA DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 Vidia Amrina Rasyada (2011730167) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV / AIDS 1. Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebar melalui cairan tubuh yang menyerang sistem imunitas spesifik yaitu sel CD4 / sel T. Dalam jangka waktu yang lama virus HIV ini dapat berlanjut menjadi AIDS. HIV tidak sama seperti virus lainnya karena virus ini tidak dapat dihilangkan oleh kekebalan tubuh manusia. Hal itu menyebabkan jika seseorang sudah terinfeksi HIV, maka virus ini akan tetap berada di dalam tubuh penderita HIV seumur hidupnya (CDC, 2014). Sedangkan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) mendefinisikan HIV sebagai virus yang menyerang limfosit dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan kekebalah tubuh manusia. AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (KPAN, 2012). 2. Karakteristik HIV HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetic. Virus HIV pertama kali ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati. Oleh karena itu kemudian dinamakan LAV (Lymph Adenopathy Virus). Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru HIV yang sampai saat ini secara resmi digunakan (KEMENKES, 2003). Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintergrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV (KEMENKES, 2003). Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi system imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi-fungsi komponen sistem lainnya. Pada AIDS komponen yang diserang adalah limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Terdapat banyak fungsi penting limfosit T helper antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi. Oleh karena itu pada pasien AIDS terdapat kelainan pada fungsi limfosit T, limfosit B, monosit, makrofag dan sebagainya (KEMENKES, 2003). 3. Perjalanan Penyakit HIV/AIDS Setelah seseorang terinfeksi HIV, 2-3 minggu kemudian akan timbul sindrom retroviral akut atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini akan diikuti oleh penurunan CD4 dan peningkatan RNA-HIV dalam plasma. Sindrom ini berlangsung selama 2-3 minggu hingga kemudian gejala sindrom retroviral akut tersebut menghilang diiringi dengan serokonversi. Selama rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek) akan terjadi infeksi kronis HIV yang tidak menampakkan gejala (asimtomatik) atau berada pada periode laten. Selama periode ini CD4 akan mengalami penurunan dan viral load juga akan meningkat secara perlahan. Laju penurunan CD4 akan lebih cepat pada 1,5-2,5 tahun sebelum penderita memasuki stadium AIDS. Setelah periode laten tersebut, hitung sel CD4 akan ditemukan <200 / mm3 diikutin timbulnya infeksi oportunistik, munculnya kanker tertentu, berat badan menurun secara cepat dan munculnya komplikasi neurologis yang menunjukkan bahwa penderita telah memasuki stadium AIDS (KEMENKES, 2003). Pada pasien tanpa pengobatan ARV rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun <200 / mm3 adalah 3,7 tahun. Sedangkan butuh waktu kira-kira 1,3 tahun setelah

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    18 tayangan18 halaman

    Komunikasi Dokter-Pasien

    Diunggah oleh

    Astri Kartika Sari
    FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DI KALANGAN WARIA DI KOTA PONTIANAK TAHUN 2014 Vidia Amrina Rasyada (2011730167) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIV / AIDS 1. Definisi HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyebar melalui cairan tubuh yang menyerang sistem imunitas spesifik yaitu sel CD4 / sel T. Dalam jangka waktu yang lama virus HIV ini dapat berlanjut menjadi AIDS. HIV tidak sama seperti virus lainnya karena virus ini tidak dapat dihilangkan oleh kekebalan tubuh manusia. Hal itu menyebabkan jika seseorang sudah terinfeksi HIV, maka virus ini akan tetap berada di dalam tubuh penderita HIV seumur hidupnya (CDC, 2014). Sedangkan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) mendefinisikan HIV sebagai virus yang menyerang limfosit dalam tubuh yang mengakibatkan penurunan kekebalah tubuh manusia. AIDS merupakan sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (KPAN, 2012). 2. Karakteristik HIV HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang menggunakan RNA sebagai molekul pembawa informasi genetic. Virus HIV pertama kali ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien limfadenopati. Oleh karena itu kemudian dinamakan LAV (Lymph Adenopathy Virus). Kemudian pada bulan Maret 1984, Robert Gallo di Amerika Serikat menemukan virus serupa pada penderita AIDS yang kemudian disebut HTLV-III. Pada bulan Mei 1986 Komisi Taksonomi Internasional memberi nama baru HIV yang sampai saat ini secara resmi digunakan (KEMENKES, 2003). Sebagai retrovirus, HIV memiliki sifat khas karena memiliki enzim reverse transcriptase, yaitu enzim yang memungkinkan virus mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam bentuk DNA yang kemudian diintergrasikan ke dalam informasi genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat memanfaatkan mekanisme sel limfosit untuk mengkopi dirinya menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV (KEMENKES, 2003). Sistem imun manusia adalah sangat kompleks dan memiliki kaitan yang rumit antara berbagai jaringan dan sel dalam tubuh. Kerusakan pada salah satu komponen sistem imun akan mempengaruhi system imun secara keseluruhan terutama apabila komponen tersebut adalah komponen yang menentukan fungsi-fungsi komponen sistem lainnya. Pada AIDS komponen yang diserang adalah limfosit T helper yang memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Terdapat banyak fungsi penting limfosit T helper antara lain menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem imun dan pembentukan antibodi. Oleh karena itu pada pasien AIDS terdapat kelainan pada fungsi limfosit T, limfosit B, monosit, makrofag dan sebagainya (KEMENKES, 2003). 3. Perjalanan Penyakit HIV/AIDS Setelah seseorang terinfeksi HIV, 2-3 minggu kemudian akan timbul sindrom retroviral akut atau Acute Retroviral Syndrome. Sindrom ini akan diikuti oleh penurunan CD4 dan peningkatan RNA-HIV dalam plasma. Sindrom ini berlangsung selama 2-3 minggu hingga kemudian gejala sindrom retroviral akut tersebut menghilang diiringi dengan serokonversi. Selama rata-rata 8 tahun (di negara berkembang lebih pendek) akan terjadi infeksi kronis HIV yang tidak menampakkan gejala (asimtomatik) atau berada pada periode laten. Selama periode ini CD4 akan mengalami penurunan dan viral load juga akan meningkat secara perlahan. Laju penurunan CD4 akan lebih cepat pada 1,5-2,5 tahun sebelum penderita memasuki stadium AIDS. Setelah periode laten tersebut, hitung sel CD4 akan ditemukan <200 / mm3 diikutin timbulnya infeksi oportunistik, munculnya kanker tertentu, berat badan menurun secara cepat dan munculnya komplikasi neurologis yang menunjukkan bahwa penderita telah memasuki stadium AIDS (KEMENKES, 2003). Pada pasien tanpa pengobatan ARV rata-rata kemampuan bertahan setelah CD4 turun <200 / mm3 adalah 3,7 tahun. Sedangkan butuh waktu kira-kira 1,3 tahun setelah

    Hak Cipta:

    © All Rights Reserved
    Unduh sebagai PPT, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
    Tandai sebagai konten tidak pantas
    dari 18

    KOMUNIKASI EFEEKTIF

    DOKTER-PASIEN
    dr Rusdi Effendi Sp KJ

    DOKTER

    SEORANG DOKTER HARUS MEMPUNYAI


    BEBERAPA ALAT UNTUK MENDIAGNOSIS,
    MEMENEJ DAN MENTERAPI PASIEN
    MULAI DARI PEMERIKSAAN LABORATORIUM
    HINGGA PEMERIKSAAN RADIOGRAPHI YANG
    CANGGIH
    KEMAMPUAN UNTUK MEMBUAT ANAMNESIS
    YANG LENGKAP MEMERLUKAN WAKTU LAMA
    DENGAN KEMAJUAN TEHNOLOGI KEDOKTERAN
    MAKA KEPENTINGAN RIWAYAT PENYAKIT DALAM
    PRAKTEK KLINIK UMUMNYA BERKURANG

    BERHASILNYA
    PENANGANAN MEDIS

    DOKTER MENGERTI DATA-DATA MANA YANG


    DIPERLUKAN UNTUK MEMAHAMI KASUS YANG
    DIHADAPI
    SANGGUP MELAKUKAN PEMERIKSAAN SECARA
    BERKESINAMBUNGAN DAN BERARAH TUJUAN
    MENGHADAPI PASIEN DENGAN KEIKHLASAN
    DAN MINAT UNTUK MENOLONG
    KESEDIAAN UNTUK MENCURAHKAN WAKTU
    DAN TENAGA BERAPA PUN YANG DIPERLUKAN
    UNTUK MELAKUKAN HUBUNGAN YANG BAIK
    DEMI PENANGGULANGAN PERSOALANNYA
    (DEMI KEBERHASILAN TERAPI)

    MODEL HUBUNGAN
    DOKTER-PASIEN

    ACTIVE-PASSIVE MODEL
    TEACHER-STUDENT MODEL OR PARENTCHILD,GUIDENCE-COOPERATION MODEL
    BIASANYA PADA PASIEN DIOBSERVASI SELAMA
    PEMULIHAN SETELAH OPERASI
    MUTUAL PARTICIPATION MODEL, KEDUANYA
    HARUS SAMA-SAMA BERPARTISIPASI,
    CONTOHNYA PADA PENYAKIT KRONIS SEPERTI
    GAGAL GINJAL, DIABETES
    FRIENDSHIP MODEL, MERUPAKAN HUBUNGAN
    DOKTER PASIEN YANG TIDAK ETIS

    WAWANCARA

    WAWANCARA MERUPAKAN
    PERCAKAPAN YANG DILAKUKAN
    DALAM RANGKA MENGUMPULKAN
    DATA DAN INFORMASI SELENGKAP
    MUNGKIN TENTANG PASIEN
    WAWANCARA DAPAT DILAKUKAN
    SECARA : a. AUTO ANAMNESIS
    b. ALLO ANAMNESIS

    TUJUAN WAWANCARA

    MENDAPATKAN DIAGNOSIS
    MEMPERKIRAKAN KEPARAHAN
    KONDISI PASIEN (PROGNOSIS)
    MEMUTUSKAN SUATU TINDAKAN
    AWAL
    MENGEMBANGKAN HUBUNGAN
    TERAPEUTIK DENGAN PASIEN
    MELIBATKAN PASIEN DALAM TERAPI

    CARA WAWANCARA

    BILA PENDERITA DATANG BERSAMA ORANG


    LAIN,SEBAIKNYA IA DIWAWANCARAI LEBIH
    DAHULU BARU KEMUDIAN PENGANTARNYA
    BIARKAN PENDERITA MENGEKSPRESIKAN HAL
    YANG DIMINATINYA DAN MEMBERIKAN ALASAN
    KEDATANGANNYA
    BERSIKAP SUPORTIF,PENUH PERHATIAN,TIDAK
    MENGHAKIMI,MENYEMANGATI PASIEN DAN
    COBA UNTUK MENDAPATKAN PEMAHAMAN
    EMPATI DARI PASIEN
    BERSIKAPLAH SABAR, BERSAHABAT DAN MAU
    MENERIMA SIKAP PASIEN

    TEKHNIK WAWANCARA

    DAPATKAN RAPPORT SEAWAL MUNGKIN


    TENTUKAN KELUHAN UTAMA
    GUNAKAN KELUHAN UTAMA UNTUK
    MENGEMBANGKAN DIAGNOSIS BANDING
    GUNAKAN PERTANYAAN YANG TERPUSAT DAN
    TERINCI
    IKUTI JAWABAN YANG SAMAR-SAMAR ATAU
    KURANG JELAS DENGAN CUKUP GIGIH UNTUK
    MENENTUKAN KEAKURATAN JAWABAN
    BIARKAN PASIEN BERBICARA
    GUNAKAN CAMPURAN PERTANYAAN TERBUKA
    DAN TERTUTUP

    JANGAN TAKUT MENANYAKAN TENTANG


    TOPIK YANG ANDA ATAU PASIEN RASAKAN
    SULIT ATAU MEMALUKAN
    TANYAKAN TENTANG PIKIRAN BUNUH DIRI
    BERIKAN PASIEN KESEMPATAN UNTUK
    MENANYAKAN PERTANYAAN PADA AKHIR
    WAWANCARA
    SIMPULKAN WAWANCARA AWAL DENGAN
    MENDAPATKAN RASA PERCAYA DARI
    PASIEN DAN JIKA MUNGKIN HARAPAN

    SYARAT WAWANCARA

    MENJADI PENDENGAR YANG BAIK DAN


    BERSIFAT FLEKSIBEL DALAM MENCARI
    DATA TENTANG PASIEN
    MAMPU EMPATI,TIDAK MENGHAKIMI
    MELAINKAN DAPAT MENEMPATKAN DIRI
    DITEMPAT PASIEN SESUAI USIA,JENIS
    KELAMIN,CARABERPIKIR,PERASAAN,PER
    SEPSI,TARAF PERKEMBANGAN DAN
    LATAR BELAKANG BUDAYA

    KELUHAN PASIEN

    GANGGUAN APA YANG SAUDARA ALAMI


    BIARKAN PASIEN MENCERITAKAN SEGALANYA
    DENGAN CARANYA DAN GAYANYA SENDIRI
    KELUHAN UTAMA DAPAT BERSIFAT KABUR
    MISALNYA : PERASAAN TEGANG, RAGU,FIRASAT
    YANG ANEH ATAU TEGAS DAN MENYOLOK MIS :
    PASIEN SEGERA MENGUTARAKAN SEJUMLAH
    GEJALA SOMATIK : SAKIT KEPALA, SAKIT
    PINGGANG, MUAL, MUNTAH SESAK NAPAS dsb

    RIWAYAT PENYAKIT
    SEKARANG

    PASIEN CUKUP KOOPERATIF


    HENDAKNYA DICERITERAKAN OLEH
    PASIEN MENURUT CARANYA SENDIRI
    YANG PENTING IALAH KETERANGAN
    MENGENAI SIFAT DAN SITUASI PADA
    AWAL (ONSET) TIMBULNYA PENYAKIT
    MEMBERI GAMBARAN PADA DOKTER
    TENTANG AWAL PENYAKIT DAN
    PERKEMBANGANNYA

    RIWAYAT PENYAKIT
    DAHULU

    KETERANGAN MENGENAI SEGALA


    KEJADIAN YANG PERNAH DIALAMI
    PASIEN
    TERMASUK RIWAYAT KESEHATAN
    KEJADIAN PENYAKIT SEPERTI INI
    SEBELUMNYA

    PEMERIKSAAN FISIK

    PEMERIKSAAN STATUS INTERNA


    NEUROLOGI
    BENTUK BADAN
    KELUHAN KELUHAN SOMATIK PERLU
    DITELITI SAMPAI DIMANA IA
    BERDASARKAN KENYATAAN ADANYA
    KELAINAN DILOKASI KELUHAN ITU

    KONSELING

    MEMBERI BIMBINGAN ATAU NASEHAT


    BIMBINGAN/NASEHAT UNTUK
    MENGATASI ADANYA KESULITANKESULITAN TERTENTU
    DITERAPKAN TERHADAP BERBAGAI
    PERMASALAHAN DAN PENDEKATAN
    MISALNYA KONSELING
    PERKAWINAN,PENDIDIKAN dsb

    TEHNIK PERTOLONGAN

    MEMBERIKAN PERTOLONGAN YANG EFEKTIF


    KEPADA PASIEN
    PASIEN ADALAH ORANG YANG MEMINTA
    PERTOLONGAN
    DALAM SETIAP LANGKAHNYA DIPERSIAPKAN
    BERDASARKAN AKAL
    TEHNIK DISEBUT EFEKTIF APABILA TUJUAN
    DAPAT DICAPAI DENGAN TEHNIK ITU
    TEHNIK DISEBUT EFISIEN APABILA TUJUAN
    DAPAT DICAPAI DENGAN PENGERAHAN TENAGA
    DAN PERALATAN DAN WAKTU YANG MINIMAL

    TERAPI

    TERTUJU PADA PENANGGULANGAN


    PENYKIT
    TERAPI UNTUK MELAWAN SEBAB-SEBAB
    PENYAKIT IALAH TERAPI KAUSAL
    BILA HANYA MENGURANGI
    PENDERITAAN ATAU HANYA
    MENGURANGI GEJALA DISEBUT TERAPI
    PALIATIF ATAU TERAPI SIMPTOMATIK

    TERIMA KASIH

    Anda mungkin juga menyukai