Kehadiran Habib Sayyid Idrus bin Salim al-Jufri atau juga biasa dipanggil Guru
Tua di Wani pada tahun 1929 merupakan awal mula sejarah pendidikan Alkhairaat di Kota
Palu. Kedatangan Guru Tua di Wani atas permintaan beberapa tokoh masyarakat di Wani
yang ingin belajar Islam lebih baik. Dengan dibantu oleh masyarakat setempat
dibangunlah Madrasah Al-Hidayah. Nama madrasah tersebut merujuk kepada nama
madrasah milik Sayyid Ali Alhabsyie dan Sayyid Abdollah Alhabsyie di Tojo Una-
Una, Ampana.
Kelahirannya hari Senin Sya'ban 1309 H di Taris Hadramaut, sebelah selatan Yaman.
Beliau berasal dari keluarga yang baik, berilmu, beramal, bertaqwa dan lemah lembut. Tiada
dari kalangan mereka, selain ulama yang muslih dan da'i.
Ayahnya Habib Salim seorang ilmuwan dan tokoh yang memiliki banyak karangan
dan tulisan dari berbagai bidang ilmu, ia memegang jabatan Qadhi dan mufti di negerinya.
Kakeknya Habib Alwi adalah pemimpin dan ilmuwan yang masyhur, termasuk lima ahli fiqh
Hadramaut yang fatwa mereka termuat dalam kitab Bughyatul Mustarsyidin karangan Sayyed
Abdurrahman Almasyhur. Kakeknya yang kedua Al-Habib Saqqaf diantara ulama yang
terkenal dari dua faqih dan memegang jabatan Qadhi di Hadramaut.
Habib Idrus belajar ilmu agama dan bahasa bermula dari ayahnya Al-Allamah Salim
bin Alwy Aljufri termasuk pula ulama-ulama lain yang berada di Hadramaut. Beliau hidup
dan besar dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan senantiasa melazimi para ulama serta
mengambil dan menimbah ilmu dari sumber yang murni, maka jadilah beliau pakar dalam
ilmu-ilmu agama dan bahasa, sehingga beliau dilantik menjadi Qadhi dan Mufti di Taris
negerinya menggantikan ayahnya.
Perjalanannya ke Indonesia yang pertama kali ketika beliau berumur kurang lebih 17
tahun. Dan perjalanannya yang kedua di tahun 1922 terjadi akibat perjuangan politiknya
untuk membebaskan negaranya dari penjajahan Inggris. Beliau bersama sahabatnya Habib
Abdurrahman bin Ubaidillah As-Saqqaf, keduanya merupakan tokoh agama dan wakil dari
para ulama lain yang memelopori perjuangan kemerdekaan, mereka membenci penjajah dan
konco-konconya serta suasana kacau yang berkembang di Hadramaut khususnya wilayah
Arab sebelah Utara secara keseluruhan. Keduanya bersepakat untuk menyalakan api
perlawanan terhadap penjajah dan konco-konconya dan mereka adalah orang yang pertama
kali menghidupkan api tersebut.
Setelah segala perlengkapan dan rancangan disiapkan dengan tepat dan matang serta
penuh kehati-hatian tersebut hampir membuahkan hasil, jika tidak disebabkan oleh
penghianat yang mengambil kesempatan untuk keuntungan pribadi membocorkan rahasianya.
Setelah beliau sampai di bandara Aden, tiba-tiba beliau di tangkap kemudian dokumen-
dokumen yang ada padanya dirampas serta mendapat larangan dari pemerintah Inggris untuk
tidak keluar dari bandara Aden dengan tujuan ke Negeri Arab akan tetapi diizinkan untuk
kembali ke Hadramaut atau pergi ke Asia Tenggara. Maka beliau memutuskan untuk pergi ke
Indonesia.
Setelah beliau masuk di negeri tersebut terlihat olehnya gerakan misionaris Kristen
yang mendapat tempat dan pengikut yang banyak dari penduduk muslim yang awam. Karena
kurang hidupnya dakwah islamiyah di negeri itu bahkan hampir tidak terdapat da'i Islam yang
mengimbangi gerakan misionaris yang menentang Islam. Beliau memikul tanggung jawab ini
dan masuk melaksanakan dakwah, menentang musuh-musuh, karena semangat Islam dan
tanggungjawabnya yang pertama sebagai seorang muslim dan kedua sebagai seorang yang
alim.
Bangunan sekolah yang pertama adalah di bangun atas biaya beliau sendiri di kota
Palu yang sekarang menjadi Ibukota Sulawesi Tengah, salah satu wilayah yang terletak di
Timur Indonesia, yang merupakan sekolah Islam pertama di Negeri Palu dan kemudian
berkembang menjadi cabang-cabang mencapai ratusan madrasah tersebar di kota-kota dan
kampung-kampung di bagian Timur Indonesia yang diberi nama "ALKHAIRAAT", dengan
harapan optimis dan keberkatan dari nama tersebut yang banyak kali di sebut dalam Al-
Qur'an dan secara resmi madrasah tersebut di buka pada tanggal 14 Muharram 1349 H
bertepatan dengan 11 Juni 1930. dan pada peresmian itu di hadiri oleh para pemuka-pemuka
Arab yang tinggal di Palu dan sebagian petinggi-petinggi negeri.
Akhir kata, semua perjuangan beliau terus dilakukannya hingga akhir hayat dengan
tetap mengajar dan berdakwah di jalan Allah, walaupun harus mengorbankan semua yang
berharga yang ada pada dirinya. Beliau berpulang pada 12 Syawal 1389 H bertepatan dengan
tahun 1969 M, setelah beliau berikan bagi umat Islam suatu pelayanan demi pembelaannya
terhadap Islam. Maka berhembuslah rohnya yang suci dan seolah-olah berkata :"79 tahun aku
berjuang semasa hidupku dengan memuji Allah aku telah beramal. Lihatlah madrasah-
madrasah yang ada di seluruh penjuru negeri menjadi saksi bahwasannya ucapan dan
perbuatanku tidaklah sia-sia.
Pengembangan Pendidikan di Alkhairaat
Selain itu, untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada Keluarga Besar Alkhairaat dan
masyarakat umum, dibukalah Rumah Sakit Islam S.I.S Aljufri yang diresmikan bersamaan
dengan Haul ke 35 Habib Idrus Bin Salim Aljufri pada tahun 2004.