Anda di halaman 1dari 8

Biografi Buya Hamka

a. Biografi Singkat
Nama lengkap : Haji Abdul Malik bin Haji Abdul Karim Amrullah.

TTL: Tanah Sirah, Nagari Sungai Batang, 16 Februari 1908 M/13 Muharram 1326

Orang Tua : Ayah = Syekh Abdul Karim Amrullah , Ibu = Siti Shafiyah.

Saudara : Anak pertama, dari 4 bersaudara: Abdul Malik (Buya Hamka), Abdul Kudus
Karim, Abdul Mukti Karim, dan Asma Karim.) 1

b. Kehidupan Kecil Buya Hamka

Ayahnya adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau sering disebut Haji Rasul bin Syekh
Muhammad Amarullah bin Tuanku Abdullah Saleh merupakan salah seorang ulama yang
pernah mendalami agama di Mekkah, pelopor kebangkitan kaum muda dan tokoh
Muhammadiyah di Minangkabau. Sedangkan ibunya bernama Siti Shafiyah Tanjung binti
Haji Zakaria (w. 1934). Sejak kecil, Hamka menerima dasar-dasar agama dan membaca
Alquran langsung dari ayahnya. Ketika usia 6 tahun, ia dibawa ayahnya ke Padang panjang.
Pada usia 7 tahun, ia kemudian dimasukkan ke sekolah desa yang hanya dienyamnya selama
3 tahun, karena kenakalannya ia dikeluarkan dari sekolah. Pengetahuan agama, banyak ia
peroleh dengan autodidak. Tidak hanya ilmu agama, Hamka juga seorang otodidak dalam
berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik
Islam maupun Barat.2
Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya mendirikan dan mengembangkan
Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Ditempat itulah Hamka mempelajari ilmu agama dan
mendalami ilmu bahasa arab. Sumatera Thawalib adalah sebuah sekolah dan perguruan tinggi
yang mengusahakan dan memajukan macam-macam pengetahuan berkaitan dengan Islam.
Awalnya Sumatera Thawalib adalah sebuah organisasi atau perkumpulan murid-murid atau
pelajar mengaji di Surau Jembatan Besi Padang Panjang dan surau Parabek Bukittinggi,
Sumatera Barat. Namun dalam perkembangannya, Sumatera Thawalib langsung bergerak
dalam bidang pendidikan dengan mendirikan sekolah dan perguruan yang mengubah
pengajian surau menjadi sekolah berkelas. 3

1
Zuhudi di Abad Modern, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997)
2
Hamka, Kenang-kenangan Hidup (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), jilid I,
3
Badiatul Roziqin, 101 Jejak Tokoh Islam Indonesia (Yogyakarta: eNusantara, 2009), 53.
c. Latar Belakang Pendidikan

Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau sehingga kelas dua.
Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di
Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka
juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal
seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan
Ki Bagus Hadikusumo.

Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat,
sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran bahasa
Arabnya yang tinggi, beliau dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur
Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan
Hussain Haikal. Melalui bahasa Arab juga, beliau meneliti karya sarjana Perancis, Inggris
dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold Toynbee, Jean
Paul Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti. Hamka juga rajin membaca dan bertukar-tukar
pikiran dengan tokoh-tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas
Surjopranoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil mengasah
bakatnya sehingga menjadi seorang ahli pidato yang handal.

Pada usia 8-15 tahun, ia mulai belajar agama di sekolah Diniyyah School dan Sumatera
Thawalib di Padang Panjang dan Parabek. Diantara gurunya adalah Syekh Ibrahim Musa
Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid, Sutan Marajo dan Zainuddin Labay elYunusy. Keadaan
Padang Panjang pada saat itu ramai dengan penuntut ilmu agama Islam, di bawah pimpinan
ayahnya sendiri. Pelaksanaan pendidikan waktu itu masih bersifat tradisional dengan
menggunakan system halaqah.4

Pada tahun 1916, sistem klasikal baru diperkenalkan di Sumatera Thawalib Jembatan
Besi. Hanya saja, pada saat itu sistem klasikal yang diperkenalkan belum memiliki bangku,
meja, kapur dan papan tulis. Materi pendidikan masih berorientasi pada pengajian kitab-kitab
klasik, seperti nahwu, sharaf, manthiq, bayan, fiqh, dan yang sejenisnya. Pendekatan
pendidikan dilakukan dengan menekankan pada aspek hafalan. Pada waktu itu, system
hafalan merupakan cara yang paling efektif bagi pelaksanaan pendidikan.

4
Nizar, Memperbincangkan Dinamika Intelektual
Meskipun kepadanya diajarkan membaca dan menulis huruf arab dan latin, akan tetapi
yang lebih diutamakan adalah mempelajari dengan membaca kitab-kitab arab klasik dengan
standar buku-buku pelajaran sekolah agama rendah di Mesir. Pendekatan pelaksanaan
pendidikan tersebut tidak diiringi dengan belajar menulis secara maksimal. Akibatnya banyak
diantara teman-teman Hamka yang fasih membaca kitab, akan tetapi tidak bisa menulis
dengan baik. Meskipun tidak puas dengan sistem pendidikan waktu itu, namun ia tetap
mengikutinya dengan seksama. Di antara metode yang digunakan guru-gurunya, hanya
metode pendidikan yang digunakan Engku Zainuddin Labay elYunusy yang menarik hatinya.
Pendekatan yang dilakukan Engku Zainuddin, bukan hanya mengajar (transfer of
knowledge), akan tetapi juga melakukan proses mendidik (transformation of value).
Melalui Diniyyah School Padang Panjang yang didirikannya, ia telah memperkenalkan
bentuk lembaga pendidikan Islam modern dengan menyusun kurikulum pendidikan yang
lebih sistematis, memperkenalkan sistem pendidikan klasikal dengan menyediakan kursi dan
bangku tempat duduk siswa, menggunakan buku-buku di luar kitab standar, serta
memberikan ilmu-ilmu umum seperti, bahasa, matematika, sejarah dan ilmu bumi.
d. Jasa - Jasa Buya Hamka
Hamka merupakan salah seorang tokoh pembaharu Minangkabau ysng berupaya
menggugah dinamika umat dan mujaddid yang unik. Meskipun hanya sebagai produk
pendidikan tradisional, namun ia merupakan seorang intelektual yang memiliki wawasan
generalistik dan modern. Hal ini nampak pada pembaharuan pendidikan Islam yang ia
perkenalkan melalui Masjid Al-Azhar yang ia kelola atas permintaan pihak yayasan melalui
Ghazali Syahlan dan Abdullah Salim.

Hamka menjadikan Masjid Al-Azhar bukan hanya sebagai institusi keagamaan, tetapi
juga sebagai lembaga sosial, yaitu (1) Lembaga Pendidikan (Mulai TK Islam sampai
Perguruan Tinggi Islam). (2) Badan Pemuda. Secara berkala, badan ini menyelenggarakan
kegiatan pesantren kilat, seminar, diskusi, olah raga, dan kesenian. (3). Badan Kesehatan.
Badan ini menyelenggarakan dua kegiatan, yaitu; poliklinik gigi dan poliklinik umum yang
melayani pengobatan untuk para siswa, jemaah masjid, maupun masyarakat umum. (4).
Akademi, Kursus, dan Bimbingan Masyarakat. Di antara kegiatan badan ini adalah
mendirikan Akademi Bahasa Arab, Kursus Agama Islam, membaca Alquran, manasik haji,
dan pendidikan kader muballigh.

Di masjid tersebut pula, atas permintaan Hamka, dibangun perkantoran, aula, dan ruang-
ruang belajar untuk difungsikan sebagai media pendidikan dan sosial. Ia telah mengubah
wajah Islam yang sering kali dianggap ‟marginal‟ menjadi suatu agama yang sangat
‟berharga‟. Ia hendak menggeser persepsi ‟kumal‟ terhadap kiyai dalam wacana yang
eksklusif, menjadi pandangan yang insklusif, respek dan bersahaja. Bahkan, beberapa elit
pemikir dewasa ini merupakan orangorang yang pernah dibesarkan oleh Masjid Al-Azhar.
Beberapa diantaranya adalah Nurcholis Madjid, Habib Abdullah, Jimly Assidiqy, Syafii
Anwar, Wahid Zaini, dan lain-lain. 5

Dalam dunia politik, Dalam bidang politik Hamka menjabat sebagai anggota
Konstituante hasil pemilu 1955. Ia dicalonkan oleh Muhhammadiyah untuk mewakili daerah
pemilihan Masyumi Jawa Tengah. Muhammadiyah pada waktu itu adalah anggota istimewa
Masyumi. Dalam sidang konstituante di Bandung ia berpidato menolak gagasan presiden
Soekarno untuk menerapkan Demokrasi Terpimpin. Setelah Konstituante dibubarkan pada
Juli 1959 dan Masyumi juga dibubarkan pada tahun 1960, ia memusatkan kegiatannya
dalam dakwah islamiyah dan menjadi Imam Masjid Agung Al-Azhar Kebayoran Jakarta.
Bersama K.H. Faqih Usman (Menteri Agama Dalam Kabinet Wilopo 1952), wafat 1968
ketika menjabat Ketua Muhammadiyah).

Meskipun pernah ditangkap oleh aparat Presiden Soekarno pada 27 Januari 1964,
karena tuduhan telah mengadakan pertemuan – pertemuan rahasia untuk membunuh
Soekarno dan menerima uang dari Tuankuu Abdul Rahman (Perdana Menteri Malaysia saat
itu). Meskipun dipenjara Hamka menyelesaikan Tafsir Al-Azhar 30 Juz, keluar dari tahanan
setelah Orde lama tumbang. Pada tahun 1975 ketika Majelis Ulama Indonesia (MUI) berdiri
Hamka terpilih menjadi ketua umum pertama dan terpilih kembali untuk periode kedua pada
tahun 1980. Hamka meninggalkan banyak karya antara lain 118 buku belum termasuk
karangan panjang dan pendek yang dimuat diberbagai media massa dan disampaikan dalam
beberapa kesempatan kuliah atau ceramah ilmiah.

Akan tetapi, jabatan itu hanya berlangsung selama lima tahun saja, sebabnya terjadi
pada tahun 1978, ketika hamka mengkritik keras tentang keputusan pengahapusan libur
Ramdhan. Pemicunya adalah keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoef
untuk mencabut ketentuan libur selama puasa Ramadan, yang sebelumnya sudah menjadi
kebiasaan.

5
Herry Mohammad, Tokoh-Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20, (Jakarta: Gema Islami, 2006), 64.
Puncaknya, di Tahun 1980, lagi-lagi konflik dengan pemerintah. Kali ini Hamka tidak
tahan dan memilih mengundurkan diri setelah mengadakan kajian mendalam dan
mengeluarkan fatwa haramnya Natal Bersama. Fatwa itu keluar karena saat itu MUI banyak
menerima laporanlaporan dari daerah adanya anjuran atau setengah paksaan pada tokoh-
tokoh Islam untuk mengadakan perayaan hari-hari besar bersama. Pemerintah terkejut saat
itu. Menteri Agama Alamsyah Ratu Prawiranegara, memanggil Hamka dan pimpinan MUI
agar menarik fatwa itu. Hamka menolak dan kemudian ia mengajukan surat pengunduran diri
kepada Alamsyah.

e. Wafatnya Buya Hamka

Beberapa bulan setelah pengundurannya dari kursi kepemimpinan MUI, Hamka


menderita berbagai penyakit seperti diabetes dan penyakit jantung. Kemudian dunia tepat
pada pukul 10. 41 Menit hari jumat, tanggal 24 Juli 1981 (22 Ramadhan 1401 H) Hamka
meninggal dalam usia 73 tahun 5 bulan, wafat dengan tenang di Rumah Sakit Pertamina
Jakarta. Dan sampai akhir hayatnya beliau masih dalam kedudukannya sebagai Penasihat
Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Atas usulan Buya Hamka sendiri, beliau menolak
dimakamkan di TMP Kalibata dan memilih dimakamkan di Taman Pemakaman Umum
Tanah Kusir Jakarta, alasannya hanya karena ingin tetap dekat dengan rakyat Indonesia.
Sungguh, Ulama besar yang punya tempat tersendiri di hati para masyarakat. Meski ulama
hebat telah meninggal, kata-katanya tetap berkesan dan karyanya Demikianlah Hamka
sampai akhir hayatnya tetap kokoh sebagai ulama sekaligus sastrawan yang memiliki andil
yang besar dalam dunia ilmu pengetahuan dan agama di bumi Indonesia khususnya dan
dunia Intemasional pada umumnya.. 6

f. Karya – Karya dan Pemikiran Buya Hamka

Hamka terkenal sebagai ulama besar Nusantara, kepribadiannya kuat dan hidupnya
bersahaja, tidak suka menumpuk kekayaan harta benda, meski kesempatan terbentang luas
baginya. Sebagai seorang yang berpikiran maju, Hamka tidak hanya merefleksikan
kemerdekaan berpikirnya melalui berbagai mimbar dalam cerama agama, tetapi ia juga
menuangkannya dalam berbagai macam karyanya berbentuk tulisan. Orientasi pemikirannya

6
Dalam bukunya, Dari Hati ke Hati, Hamka berpesan:“Menurut keyakinan kita, suatu kemajuan,
pembangunan, ketinggian dan martabat yang mulia diantara bangsa-bangsa, bagi kita umat Islam, tidaklah dapat
dicapai kalau tidak berdasar kepada akidah dan akhlak Islam! Orang Barat bisa saja berjuang mempertahankan
tanah airnya, tampil ke medan perang, bertempur melawan musuh sambil minum vodka dan whisky, sambil
menyanyi, dan berdansa dan sambil istirahat pergi ke tempat perempuan lacur yang sudah disediakan untuk
pelepaskan dahaga mereka.”
meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti teologi, tasawuf, filsafat, pendidikan Islam, sejarah
Islam, fiqh, sastra dan tafsir. Sebagai penulis yang sangat produktif, Hamka menulis puluhan
buku yang tidak kurang dari 103 buku. Beberapa di antara karya-karyanya adalah sebagai
berikut:

1. Khatibul Ummah (1935), Buku ini berisi tentang hasil dari khutbah teman – temannya
yang kemudian dibukukan.
2. Tasawuf modern (1983), pada awalnya, karyanya ini merupakan kumpulan artikel yang
dimuat dalam majalah Pedoman Masyarakat antara tahun 1937-1937.
3. Lembaga Budi (1983). Buku ini ditulis pada tahun 1939 berisi tentang pemikiran Hamka
terhadap pendidikan Islam, termasuk pendidik.
4. Falsafah Hidup (1950), Buku ini pun merupakan salah satu alat yang Hamka
gunakan untuk mengekspresikan pemikirannya tentang pendidikan Islam.
5. Lembaga Hidup (1962), Buku ini berisi tentang berbagai kewajiban manusia kepada Allah,
kewajiban manusia secara sosial, hak atas harta benda, kewajiban dalam pandangan
seorang muslim, kewajiban dalam keluarga, menuntut ilmu, bertanah air, Islam dan politik.

Hamka adalah seorang penulis produktif, selain itu ia juga seorang wartawan, editor,
dan penerbit. Pada tahun 1920-an Hamka pernah menjadi wartawan dalam beberapa surat
kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan Seruan Muhammadiyah. Pada
tahun 1928 ia juga pernah menjadi editor sekaligus menerbitkan majalah al-Mahdi di
Makasssar, juga menjadi editor majalah Pedoman Masayarakat, Panji Masayarakat, dan
Gema Islam. 7 Dalam dunia sastra Indonesia, Hamka terkenal sebagai pujangga baru dan
satrawan religius. Karya sastra Hamka cukup banyak diantaranya:

1. Si Sabariyah (buku romannya yang pertama dalam bahasa Minangkabau terbit tahun
1928). 8

2. Di Bawah Lindungan Ka‟bah (diterbitkan Balai Pustaka 1939);

Merantau Ke Deli (sebuah otobiografi);

3. Ayahku (biografi ayahnya, Dr. Abdul Malik Karim Amrullah, 1976);

7
Hannun Rusdianto, Makna Riya’ dalam al-Qur’an: studi Komparatif Atas Tafsir alAzhar Karya Buya
Hamka dan Tafsir al-Qur’an al-Adzim Karya Ibnu Katsir,
8
Abdul Malik Karim Amrullah, Tasawuf Modern: Bahagia Itu Dekat dengan Kita Ada Dalam Diri Kita,
(Jakarta: Repuplika, 2015), h. iv.
4. Kenang-Kenangan Hidup 13. Laila Majnun (novel terjemahan dari bahasa
(otobiografi, 4 jilid 1951); Arab);
5. Tuanku Direktur (novel 1939); 14. Di Dalam Lembah Kehidupan (kumpulan
cerpen).1
6. Karena Fitnah (novel, 1949);
15. Di Tepi Sungai Nyil (ditulis berdasarkan
7. Keadilan Ilahi (novel, 1941); riwayat perjalanan ke negeri-negeri Islam);

8. Dijemput Mamaknya (novel, 16. Di Tepi Sungai Dajlah;


1949);
17. Mandi Cahaya di Tanah Suci;
9. Menunggu Bedug Berbunyi
18. Empat Bulan di Amerika.40
(novel, 1950); 9

10. Cemburu (1961);

11. Lembah Nikmat (1959);

12. Cermin Penghidupan (kumpulan cerpen, 1962)

Dan karya monumental Buya Hamka adalah Tafsir Al Azhar, Buku ini mulai ditulis
pada tahun 1962. Sebagian besar isi tafsir ini diselesaikan di dalam penjara, yaitu ketika ia
menjadi tahanan antara tahun 1964-1967. Ia memulai penulisan Tafsir Al-Azhar dengan
terlebih dahulu menjelaskan tentang i’jaz Al-quran. Kemudian secara berturutturut dijelaskan
tentang i’jaz Alquran, isi mukjizat Alquran, haluan tafsir, alasan penamaan tafsir Al-Azhar,
dan nikmat Illahi. Setelah memperkenalkan dasar-dasar untuk memahami tafsir, ia baru
mengupas tafsirnya secara panjang lebar.
Tafsir al-Azhar merupakan mahakarya Buya Hamka, ditulis oleh ulama Melayu
dengan gaya bahasa khas dan mudah dicerna. Diantara ratusan judul buku mengenai agama,
sastra, filsafat, tasawuf, politik, sejarah dan kebudayaan yang melegenda hari ini, bisa
dibilang tafsir al-Azhar adalah karya Hamka paling fenomenal. Disamping sebagai ulama
dan politisi berpengaruh, sejarah juga mencatat Hamka sebagai sastrawan cerdas. 10

Serta karangannya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck tentang
percintaan antara Zainuddin dan Hayati yang terhalang adat dan berakhir dengan kematian.
Sewaktu dimuat sebagai cerita bersambung, Hamka menuturkan ia mendapat banyak surat dari
pembaca, sebagian meminta agar Hayati hati "jangan sampai dimatikan", sebagian

9
M. Bibit Suprapto, Ensiklopedia Ulama’ Nusantara:Riwayat Hidup, Karya, dan Sejarah Perjuangan
157 Ulama Nusantara, hlm. 336.
10
Hamka, Dari Lembah Cita-Cita, (Jakarta: Gema Insani, 2016), Cet. Pertama, hlm. 101.
mengungkapkan kesan mereka "seakan-akan Tuan menceritakan nasibku sendiri". Namun,
sejumlah pembaca Muslim menolak Van Der Wijck karena menurut mereka seorang ulama tak
pantas menulis roman percintaan. Ia pernah dijuluki kiai cabul. Hamka membela diri lewat
tulisan di Pedoman Masyarakat pada 1938. Ia menyatakan, tak sedikit roman yang
berpengaruh positif terhadap pembacanya. Ia merujuk pada roman 1920-an dan 1930-an yang
mengupas adat kolot, pergaulan bebas, kawin paksa, poligami, dan bahaya pembedaan kelas.
Karangan ini pernah diangkat di layar lebar beberapa tahun yang lalu.

Itulah beberapa perjalanan singkat tentang Seorang Ulama Besar, Tokoh yang sangat
berpengaruh dari Minagkabau, Buya Hamka. Perjalanan kehidupan beliau sangat
menginspirasi banyak orang. Buktinya perjalanan hidup beliau sudah diangkat dilayar lebar
serta akan tayang beberapa hari kedepan.

Jangan takut jatuh, kerana yang tidak pernah memanjatlah yang tidak pernah jatuh. Yang
takut gagal, kerana yang tidak pernah gagal hanyalah orang-orang yang tidak pernah
melangkah. Jangan takut salah, kerana dengan kesalahan yang pertama kita dapat
menambah pengetahuan untuk mencari jalan yang benar pada langkah yang kedua.
Buya Hamka

Anda mungkin juga menyukai