HAL “ISTIGHROQ “
ISTIGHROQ maknanya tenggelam. Yang dimaksud di sini
tenggelam dalam lautan tauhid. Tenggelam di dalam Lautan Ke-
Esa-an Tuhan Di dalam Wahidiyah kita mengenal tiga macam
Istighroq : Istighroq Wahidiyah , Istighroq Bihaqiiqotil
Muhammadiyah dan Istighroq Ahadiyah.
“ISTIGHROQ WAHIDIYAH”
Yaitu menerapkan “Laa haula walaa quwwata illaa
Billaah“ seperti sudah dibahas pada bab BILLAH di muka. Harus
diterapkan di dalam rasa hati pada segala keadaan, segala
tingkah, segala gerak-gerik lahir batin. Mutlak dalam segala hal
tanpa ada kecualian. Sholawat kedua di dalam Lembaran
Wahidiyah (“ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH….dan
seterusnya” antara lain berisi do’a Istighroq Wahidiyah ini. Yaitu
pada kalimah “ANTUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL
WAHDAH, HATTAA LAA NAROO…”. dan seterusnya.
“ISTIGHROQ BIHAQIIQOTI MUHAMMADIYAH”
Sadar dan merasakan kejadian segala makhluq. Yaitu dari
“Nur Muhammad ”. Juga sudah kita bahas pada bab
“ATTA’ALLUQ BIJANAABIHI ” Ini juga harus dirasa
menyeluruh, mutlak seperti Billah dalam segala makhluq tanpa
adanya pengecualian.
“ISTIGHROQ AHADIYAH”
Yaitu seperti yang kita praktekkan pada tiap pengalaman
Sholawat Wahidiyah di bagian akhir sebelum membaca do’anya
Fafirruu Ilallooh. Jadi, tenggelam di dalam “Ahadiyyati
Dzaatillah”. Tenggelam di dalam ke esaan Tuhan.
–
Artinya kurang lebih :
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) ALLOH,
Tuhan apapun yang lain. Tiada Tuhan (yang harus disembah)
melainkan Dia. Tiap-tiap (segala) sesuatu itu rusak selain Dia.
Bagi-NYA lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah
kamu semua dikembalikan”. (QS. Qoshosh : 88).
Itulah dasar hukum yang dialami dan harus diusaha-kan
ketika melaksanakan Istighroq Ahadiyah.
Dalam istilah bahasa Jawa ada yang menggambarkan
sebagai “kami tenggengen kepada ALLOH”. Ingat, gam-baran
pasti tidak persis seperti apa yang digambarkan. Foto tidak persis
Artinya kurang lebih :
“Lailatul-Qodar itu lebih baik dari seribu bulan”. (QS. Al Qodr :
3).
Di dalam kitab Taqribul Ushul dicantumkan pernya-taan
Syekh Ali al Haiti :
) ٍﱠﺖِ اْ اﻹﻟْﻌِِﻟﻬِ ﻴﱠـﺔُ ﻋَﺒْﺪًا ﺻَﺎرَتْ ذَرﱠةٌ ﻣِ ﻦْ ﻋُﻤْ ﺮِﻩِ ﺗـُﻘَﺎوِمُ أَﻟْﻒَ ﺳَـﻨَـﺔ
ُإِذَا ﺣَ ﻔﻨَﺎﻳَﺔ
( ٩٣ ﺗﻘﺮﻳﺐ اﻻ ﺻﻮل
Artinya kurang lebih :
“Ketika pertolongan Ilaahi datang kepada seorang hamba
maka jadilah sedetik dari umurnya memadai ibadah (lahir)
seribu tahun”.
“Dzarrotun min ‘Umrihi yakni sedetik dari umurnya orang yang
sadar Billah yang sedang melakukan istighroq atau tafakur.
Tafakur juga termasuk ibadah sirri / ibadah batin yang besar
sekali menghasilkan bermacam-macam manfaat dan faedah.
Yang dimaksud tafakur di sini tafakur ke dalam Kebesaran dan
Keagungan ALLOH , bukan dalam hal ibadah saja. Bahkan
dalam soal-soal lainnya ternyata karya fikiran jauh lebih besar
hasilnya dari pada hasil kerja badani.
“Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah lahir setahun”.
“Setitik dari amal ibadah hati, lebih baik daripada segunung
amal ibadah lahir”. Al Hikam I : 78 / Tafsir As-Showi I :
172).
Yang dimaksudkan ibadah lahir di sini adalah ibadah lahir yang
hanya memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun lahir saja.
Sedangkan adab-adab batin tidak dipenuhi / kurang sempurna.
Ibadah batin yang dimaksud di sini antara lain seperti istighroq
yang tepat. Akan tetapi logikanya bisa sebaliknya.
‘Setitik ma’siat batin jauh lebih jelek daripada segunung
ma’siat lahir”.
Diantara ma’siat batin adalah “Syirik Billah” memper-
sekutukan ALLOH . Sekalipun mempersekutukan yang samar-
samar, Syirik khofi . Istilah dalam Wahidiyah tidak sadar Billah
berarti Binnafsi/disetir atau digerakkan oleh nafsu dan pada
umumnya pasti timbul produk-produk nafsu seperti ‘ujub, riyak,
sum’ah, takabbur dan sebagai-nya. Itu semua ma’siat batin yang
lebih berat dan mem-bawa akibat amalnya menjadi rusak dan
ditolak oleh ALLOH . Termasuk ma’siat batin yaitu tidak
ikhlas, tidak sabar, tidak ridlo, tidak tawakkal, tidak syukur dan
sebagainya.
Mumpung masih ada kesempatan memperbaiki, marilah
kita berusaha memperbaiki dan bertaubat atas segala ma’siat
batin kita selama ini.
ِ ◌AL-FATIHAH !
◙
◙
◙
AL FATIHAH !