Anda di halaman 1dari 8

Hal Istighroq

HAL “ISTIGHROQ “
ISTIGHROQ maknanya tenggelam. Yang dimaksud di sini
tenggelam dalam lautan tauhid. Tenggelam di dalam Lautan Ke-
Esa-an Tuhan Di dalam Wahidiyah kita mengenal tiga macam
Istighroq : Istighroq Wahidiyah , Istighroq Bihaqiiqotil
Muhammadiyah dan Istighroq Ahadiyah.
“ISTIGHROQ WAHIDIYAH”
Yaitu menerapkan “Laa haula walaa quwwata illaa
Billaah“ seperti sudah dibahas pada bab BILLAH di muka. Harus
diterapkan di dalam rasa hati pada segala keadaan, segala
tingkah, segala gerak-gerik lahir batin. Mutlak dalam segala hal
tanpa ada kecualian. Sholawat kedua di dalam Lembaran
Wahidiyah (“ALLOHUMMA KAMAA ANTA AHLUH….dan
seterusnya” antara lain berisi do’a Istighroq Wahidiyah ini. Yaitu
pada kalimah “ANTUGHRIQONAA FII LUJJATI BAHRIL
WAHDAH, HATTAA LAA NAROO…”. dan seterusnya.
“ISTIGHROQ BIHAQIIQOTI MUHAMMADIYAH”
Sadar dan merasakan kejadian segala makhluq. Yaitu dari
“Nur Muhammad ”. Juga sudah kita bahas pada bab
“ATTA’ALLUQ BIJANAABIHI ” Ini juga harus dirasa
menyeluruh, mutlak seperti Billah dalam segala makhluq tanpa
adanya pengecualian.
“ISTIGHROQ AHADIYAH”
Yaitu seperti yang kita praktekkan pada tiap pengalaman
Sholawat Wahidiyah di bagian akhir sebelum membaca do’anya
Fafirruu Ilallooh. Jadi, tenggelam di dalam “Ahadiyyati
Dzaatillah”. Tenggelam di dalam ke esaan Tuhan.

Kuliah Wahidiyah 149


Hal Istighroq
Adapun cara prakteknya adalah berdiam lahir dan batin tidak
membaca atau mewiridkan apa-apa. Segala konsentrasi pikiran,
perhatian, perasaan, penglihatan, pendengaran dan sebagainya
diarahkan tertuju kepada ALLOH. Tidak ada acara kepada selain
ALLOH !. Hanya ALLOH ! Titik ! Bukan kepada lafadh
ALLOH ! Tetapi ALLOH – Tuhan !
Ada yang menggunakan istilah : “La Maujuuda Illallooh”
(tiada yang wujud selain ALLOH). Artinya, karena kuatnya
konsentrasi hanya kepada Satu yakni ALLOH, maka yang lain-
lain atau makhluk tidak keli-hatan. Tidak kelihatan oleh
pandangan mata hati. Bukan pandangan lahir. Yang kelihatan
hanyalah ALLOH. Diri-nya sendiri tidak kelihatan. Sehingga
mudahnya dikata-kan, selain ALLOH tidak wujud, yang wujud
hanya ALLOH. Hal tersebut adalah benar, sesuai dengan firman
ALLOH :


– 
Artinya kurang lebih :
“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) ALLOH,
Tuhan apapun yang lain. Tiada Tuhan (yang harus disembah)
melainkan Dia. Tiap-tiap (segala) sesuatu itu rusak selain Dia.
Bagi-NYA lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah
kamu semua dikembalikan”. (QS. Qoshosh : 88).
Itulah dasar hukum yang dialami dan harus diusaha-kan
ketika melaksanakan Istighroq Ahadiyah.
Dalam istilah bahasa Jawa ada yang menggambarkan
sebagai “kami tenggengen kepada ALLOH”. Ingat, gam-baran
pasti tidak persis seperti apa yang digambarkan. Foto tidak persis

150 Kuliah Wahidiyah


Hal Istighroq
seperti yang punya foto. Dalam bahasa Indonesia “kami
tenggengen” arti yang agak dekat adalah terpesona yang sangat
mendalam. Dalam bahasa Jakarta disebut “bengong”
Jadi bengong kepada ALLOH. Orang yang lagi ter-pesona
terhadap sesuatu dengan terpesona yang sangat mendalam, pada
saat seperti itu ia tidak melihat apa-apa selain sesuatu yang ia
terpesonani itu. Dirinya sendiripun sudah tidak terlintas dalam
jangkauan penglihatan batin atau perasaannya. Baginya pada saat
bengong seperti itu “LAA MAUJUUDA ILLA SESUATU YANG
DIBENGONGI ITU” Dapat dimengerti bahwa keadaan seperti itu
hanya dialami dalam beberapa saat, mungkin dalam beberapa
detik, tetapi juga tidak mustahil bisa terjadi dalam tempo lebih
lama. Begitulah gambaran kira-kira dari Istighroq Ahadiyyah.
Jadi hanya dialami oleh orang yang bersang-kutan. Orang lain
selain dia tidak merasakannya.
Ada lagi yang memakai istilah “manunggaling kawulo lan
Gusti” (menyatunya hamba dengan Tuhan). Dalam ilmiyah
Tasawwuf ada yang memakai istilah “ittihad”, “ittihad bilhulul”
(kemanunggalan dalam bentuk penjelmaan Tuhan ke dalam diri
manusia) dan “ittihad biwahdatil wujud” (kemanunggalan
manusia dalam diri Tuhan). Akan tetapi kami berpendapat
istilah-istilah tersebut sangat tidak tepat, terlalu jauh dari kenya-
taan yang hakiki. Sebab di dalam istilah “manunggal” atau istilah
“ittihad” masih ada dua unsur; yaitu kawulo dan Gusti atau
manusia / hamba dan Tuhan. Padahal pada hakikatnya hanya
SATU ! ALLOH ! TUHAN ! Titik !
Pengertian yang lebih tepat dan benar adalah harus
diterapkan, dipraktekkan, dirasakan ! Baru mengerti apa dan
bagaimana Istighroq Ahadiyyah itu ? Seperti halnya kita tidak
bisa mengemukakan manisnya gula yang persis seperti rasanya.

Kuliah Wahidiyah 151


Hal Istighroq
Jika di dalam mulut kita ada gula, itulah manisnya gula. Begitu
juga Istighroq Ahadiyyah, tidak dapat menguraikan dengan
susunan kata, tetapi dapat dimengerti dengan dzauqiyah / dengan
rasa. Maka perlu dicoba dipraktekkan. Mari kita prak-tekkan !
Sebelumnya mari membaca Surat Al Fatihah satu kali !
AL FAATIHAH !…….. I S T I G H R O O Q !
Adapun lamanya Istighroq Ahadiyyah ini tidak diten-tukan.
Ada yang dapat melakukan hanya beberapa detik, ada yang satu
menit, dua menit, lima, sepuluh menit dan seterusnya.
Insya ALLOH jika terus menerus mengadakan latihan, lama
kelamaan dikaruniai kemajuan dan pening-katan. Maka Beliau Al
Mukarrom Romo K. Haji Abdoel Madjid Ma’roef Muallif
Sholawat Wahidiyah  sering menganjurkan supaya banyak
melakukan latihan Istighroq Ahadiyah seperti itu di mana saja
ada kesempatan ! Jadi tidak hanya ketika Mujahadah Wahidiyah
saja. Sesudah sholat maktubah, waktu malam hari, dalam situasi
yang tenang, waktu sidem kayon, waktu-waktu istirahat di sawah,
di ladang, di atas kendaraan dan sebagainya. Kesan gunanya
besar sekali bagi bertambahnya kebagusan di dalam hati. Dan
selain itu banyak dikaruniai pengalaman-pengalaman sirri,
pengalaman batin di dalam Istighroq Ahadiy-yah ini.
Istighroq, baik istighroq Wahidiyah, istighroq Bi Haqiiqotil
Muhammadiyah maupun istighroq Ahadiyah termasuk ibadah
batin yang besar sekali nilainya.
Di dalam kitab Taqribul Ushuul Fil Auliya hal. 108
disebutkan :
( ١٠٨ ‫) ﺗﻘﺮب اﻻﺻﻮل‬ ٍ‫ﺟَ ﻠْﺴَـﺔٌ ﺧَـﻴـْ ﺮٌ ﻣِ ﻦْ أَﻟْـﻒِ ﺣَ ﺠﱠـﺔ‬
(Duduk sesaat (dalam istighroq) lebih baik dari pada
ibadah haji seribu kali).

152 Kuliah Wahidiyah


Hal Istighroq
Ini tidak berarti mengurangi nilai ibadah haji lalu kita hanya
istighroq tidak menjalankan haji, tidak melakukan sholat dan
sebagainya. Sama sekali tidak begitu. Segala bidang harus kita isi
sepenuh mungkin. Ibadah haji termasuk rukun Islam ke lima
wajib dijalankan oleh siapa yang ada kemampuan. Tidak boleh
diganti dengan jenis ibadah lainnya. Lebih-lebih ibadah lahir
diganti dengan ibadah batin. Sama sekali tidak dibenarkan.
Ibadah lahir harus dijalankan menurut semestinya, disamping
ibadah batin juga tidak boleh ditinggalkan.
Syiyaqul-Kalam pada kalimat di atas hanya sebagai kalam
khobar, memberitahukan kebaikannya istighroq. Di sini berbicara
soal nilai, bukan membahas soal hukum. Harus ada perbedaan
atau pembandingan dalam pen-dekatannya. Masalah nilai tidak
bisa didekati dengan kaca mata hukum, sekalipun mungkin bisa
saja terjadi interaksi (saling pengaruh mempengaruhi), bahkan
interdependensi (saling berkaitan) antara masalah nilai dan
masalah hukum. Banyak keterangan-keterangan agamis yang
serupa dengan kata-kata di atas. Dan memang, akal fikiran atau
rasio tidak mampu menjangkau dengan membuat analisa-analisa
dan ataupun membuat logika-logikanya. Di dalam Al Qur’an
sendiri banyak, antara lain :


Artinya kurang lebih :
“Lailatul-Qodar itu lebih baik dari seribu bulan”. (QS. Al Qodr :
3).
Di dalam kitab Taqribul Ushul dicantumkan pernya-taan
Syekh Ali al Haiti :

Kuliah Wahidiyah 153


Hal Istighroq

) ٍ‫ﱠﺖِ اْ اﻹﻟْﻌِِﻟﻬِ ﻴﱠـﺔُ ﻋَﺒْﺪًا ﺻَﺎرَتْ ذَرﱠةٌ ﻣِ ﻦْ ﻋُﻤْ ﺮِﻩِ ﺗـُﻘَﺎوِمُ أَﻟْﻒَ ﺳَـﻨَـﺔ‬
ُ‫إِذَا ﺣَ ﻔﻨَﺎﻳَﺔ‬
( ٩٣ ‫ﺗﻘﺮﻳﺐ اﻻ ﺻﻮل‬
Artinya kurang lebih :
“Ketika pertolongan Ilaahi datang kepada seorang hamba
maka jadilah sedetik dari umurnya memadai ibadah (lahir)
seribu tahun”.
“Dzarrotun min ‘Umrihi yakni sedetik dari umurnya orang yang
sadar Billah yang sedang melakukan istighroq atau tafakur.
Tafakur juga termasuk ibadah sirri / ibadah batin yang besar
sekali menghasilkan bermacam-macam manfaat dan faedah.
Yang dimaksud tafakur di sini tafakur ke dalam Kebesaran dan
Keagungan ALLOH , bukan dalam hal ibadah saja. Bahkan
dalam soal-soal lainnya ternyata karya fikiran jauh lebih besar
hasilnya dari pada hasil kerja badani.

“Tafakur sesaat lebih baik daripada ibadah lahir setahun”.



“Setitik dari amal ibadah hati, lebih baik daripada segunung
amal ibadah lahir”. Al Hikam I : 78 / Tafsir As-Showi I :
172).
Yang dimaksudkan ibadah lahir di sini adalah ibadah lahir yang
hanya memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun lahir saja.
Sedangkan adab-adab batin tidak dipenuhi / kurang sempurna.
Ibadah batin yang dimaksud di sini antara lain seperti istighroq
yang tepat. Akan tetapi logikanya bisa sebaliknya.

154 Kuliah Wahidiyah


Hal Istighroq



‘Setitik ma’siat batin jauh lebih jelek daripada segunung
ma’siat lahir”.
Diantara ma’siat batin adalah “Syirik Billah” memper-
sekutukan ALLOH . Sekalipun mempersekutukan yang samar-
samar, Syirik khofi . Istilah dalam Wahidiyah tidak sadar Billah
berarti Binnafsi/disetir atau digerakkan oleh nafsu dan pada
umumnya pasti timbul produk-produk nafsu seperti ‘ujub, riyak,
sum’ah, takabbur dan sebagai-nya. Itu semua ma’siat batin yang
lebih berat dan mem-bawa akibat amalnya menjadi rusak dan
ditolak oleh ALLOH . Termasuk ma’siat batin yaitu tidak
ikhlas, tidak sabar, tidak ridlo, tidak tawakkal, tidak syukur dan
sebagainya.
Mumpung masih ada kesempatan memperbaiki, marilah
kita berusaha memperbaiki dan bertaubat atas segala ma’siat
batin kita selama ini.
ِ ◌AL-FATIHAH !
   ◙ 
    ◙  
  ◙  

AL FATIHAH !




Kuliah Wahidiyah 155


Hal Istighroq




156 Kuliah Wahidiyah

Anda mungkin juga menyukai