Sumber buku Wedaran Wirid III, Ki R.S. Yoedi Parto Yoewono. Surabaja :
Djojobojo, 1962-64.
Selain dari itu mengutip pendapat para sarjana (cendikiawan) Jawa di tanah
Jawa dan negara lain, terutama surat/buku karangan Alm. Pujangga R. Ng.
Ronggo Warsito.
Dan selanjutnya mengingat kata-kata Bapak Ki. MO. Hatmoyuwono dengan
saudara tertua Ki Broto Kesowo, dan artinya penulis dan pembaca harus
menggunakan akal pikir yang sehat. Wedaran Wirid ini umpama makanan
hanya mengambil dan memasak, maka sebelumnya harus dipikir terlebih
dahulu benar salahnya keterangan ini. Bacaan ini bisa jadi ada yang tidak
setuju, tetapi penulis mempunyai keyakinan; siapa saja tidak mengenal
agama atau kepercayaan kebatinan, umpama mau berpikir tentang isinya
dengan teliti, hasilnya akan menjadi saudara sependapat. Sebelumnya saya
mengucapkan terima kasih.
Surabaya, 30 Mei 1957
Penulis,
Ki. R.S. Yudi Partojuwono
Bab 1
DAT ALLAH SWT WAJIB ADANYA.
Al-Quran surat Al-Israa : 15 ;
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul
Keterangan tadi jika diteliti menunjukan kita, artinya seseorang harus
mengetahui tentang hidup kita, walaupun hidup kita kearah jalan yang benar
atau belum (salah).
Keterangan semua petunjuk dari satu-satunya orang lain belum tentu benar,
karena orang itu berhak menolak dan mengolok, Karena tidak mau mengakui
yang dikerjakan itu salah, walaupun orang itu banyak ilmunya.
Firman Allah SWT. Surat Al-Isra : 15, memberi peringatan siapa saya, artinya
ilmu yang kita kerjakan benar atau salah yang harus merasakan adalah diri
sendiri.
Untuk pekerjaan sehari-hari untuk semua pekerjaan orang itu seharusnya
berhak memilih antara yang benar dan yang salah.
Jadi kalau mau menggunakan kekuasaan itu tentu akan merasakan tenang.
Umpama ada kegelisahan karena kurang waspada, umpamanya kita sudah
menuju menuju yang benar ternyata masih salah, tetapi kita mau
memperbaiki, pasti kita berbalik jalan kearah lurus (benar). Itu adalah contoh
perjalanan hidup berkeluarga sehari-hari yang benar, dan salah dapat di
perbaiki munurut keterangan (ramalan).
Tetapi menurut ilmu sebenarnya tidak begitu, salah di dunia juga salah
diakhirat.
Jadi menurut Firman Allah SWT. Surat Al-Isra : 15 tadi, walaupun Allah sudah
memberi petunjuk jalan yang benar melalui kitab-kitab yang disampaikan
para Rasul-Rasul yaitu Agama. Walaupun begitu kita harus waspada, dan
kitab-kitab suci itu semua isinya adalah petunjuk menuju kebenaran, maka
kita harus berfikir yang benar. Jika orang yang membatah atau menyalahkan
kebenaran, orang itu salah atau tidak benar.
Menurut masyarakat umum, orang yang tidak mau mengikuti (memeluk)
salah satu agama, mempunyai keyakinan sendiri, menurutnya makan tidak
makan aku mencari sendiri, orang lain mau apa, yang penting tidak
merugikan orang lain, ya sudah!!!.
Untuk ukuran dunia, kemauan yang seperti itu memang benar, tetapi
umpama dirasakan dengan isi hati kita mestinya menimbulkan pertanyaan,
Tanggung jawab terhadap hidup bagaimana?, Nanti bila sudah ajal / Sekaratil
maut, apa pasti bisa sempurna.
Apa percaya adanya Allah dan Gaib, apa hanya mengakui hidupnya didunia
dilahirkan dengan manusia. Umpamanya mengakui jika lahir itu dari
kandungan ibu, mestinya kita bisa teliti lebih jauh lagi selanjutnya. Karena
percaya bila lahir dari manusia lantas mempunyai ikhtikat/kepercayaan yang
menyebut sebenarnya manusia itu berdiri sendiri sebelum ada Allah dan
malaikat dan lain-lain yang ada didunia. Selanjutnya diceritakan manusia itu
asalnya dari adam / kosong. Walaupun orang biasa (awam) jika mau
memikirkan yang lebih dalam, tentunya dalam hati timbul pertanyaan
sebenarnya yang menciptakan itu siapa?, kenapa bisa melahirkan manusia
lagi?, pertanyaan seperti tadi sudah tidak ada gunanya, malah menjadi
perdebatan/persoalan.
Sampai sekarang belum ada yang menerangkan bahwa manusia bisa
membuat jangkrik atau lalat. Karena itu terpaksa mempunyai pendapat
bahwa Allah itu ada tetapi hanya cerita orang terdahulu.
Pikiran orang itu tambah bodoh dan juga tambah maju, terbukti adanya
pendapat Allah (sang Pencipta) menyatu dengan yang diciptakan (Alam).
Karena hidup dizaman modern ternyata sampai sekarang belum ada yang
melihat / menyatakan Tuhan / Allah SWT. Karena sudah habis pikir /
kehabisan pendapat, lantas mengatakan zat-zat atom alam seluruhnya itu
adalah Allah, tetapi itu hanya pendapat segelintir orang, karena itu
mempunyai pendapat dan akal yang cerdas, itupun para sarjana tidak
mengetahui rahasia hidup. Artinya tidak bisa menjawab dengan tepat dari
mana asalnya hidup itu. Karena habis pikir langsung timbul pendapat lagi
bahwa hidup dari Allah. Itu sebenarnya hanya pendapat yang tidak ada
ujungnya (buntu).
Bukan karena bodoh tetapi hanya tidak bisa menjawab, buktinya menurut
ilmu alam benda-benda itu terjadi dari perpaduan atom negative dan atom
positif. Karena dari mana asalnya atom itu dan siapa yang membuat lalu
bingung dan buntu cara berpikir langsung heran dan tegas mengatakan
Allah itu sumber dari semua kekuatan / daya kekuatan gaib. Pendapat itu
ibarat timbul dari keyakinan meneliti dengan keadaan daya tarik menarik
dan dapat berubah-uabh menjadikan berputar, panas dan dingin, dan terjadi
perputaran dunia dan bintang itu terjadi sebelum ada agama dan sangat
teratur, dan manusia lahir didunia semua sudah terjadi sedemikian rupa.
Sarjana yunani yaitu Heraclitus dan Thales yang hidup antara 2500 tahun
yang lalu, bertanya pada diri sendiri dari mana asalnya benda-benda dan
zat-zat kimia tadi?.
Untuk dasar tentang zat yang maha suci wajib adanya, pertanyaan tersebut
perlu dijawab berdasarkan hukum-hukum (proses) atom stelsel (kata atom)
atau ilmu alam (Physica) modern, perlunya supaya tidak menimbulkan
kepanatikan dan seharusnya menjadi kayakinan tentang zat yang Maha Suci
wajib adanya. Karena seluruh keterangan disertai keterangan yang masuk
akal, petunjuk yang mudah untuk menerangkan asal manusia itu dari Adam
yaitu Kosong tetapi ada, dan berdiri sendiri sebelum adanya Allah.
Pelajaran itu umpama untuk orang awam (tidak tau apa-apa) sudah sangat
tinggi, jadi seumpama ada orang yang Tanya manusia asalnya kosong
(suwung dalam bahasa jawa) kenapa bisa jadi manusia?
Lalu mereka diam (tidak ada jawaban). Hal demikian itu jika berdasarkan
pengalaman untuk menjawab pertanyaan diatas samapai sekarang masih
membingungkan.
Jadi ada pendapat dari beberapa ilmuwan dari barat yaitu Heraclitus dan
Thales belajar membuktikan adanya Allah (Tuhan Gop Theo) untuk mencari
asalnya benda-benda sampai buntu otaknya, tetapi tidak bisa membuktikan,
akhirnya memutuskan bahwa asal benda-benda itu dari air. Di abad ke 19
pendapat tadi diteliti lagi oleh seorang ilmuwan Charles Darwin Faouback
Karl marx, supaya bisa terbuka berdasarkan ilmu alam (kimia), air itu terjadi
dari dua paduan (warna / Hidrogenium = Waterstof) dan zat baker
(Oxygenium = Brandstof). Perbandingan Hydrogenium (H) dicampur dengan
2 Oxygenium (O) bentuknya menjadi atom 2, jadi atom 2 H dan 2 atom (O)
disingkat H2O bentuknya menjadi air.
Ilmuwan Dimocritus yang hidup 460 tahun sebelum Muhammad SAW lahir
mempunyai pendapat bila zat cair, gas, padat dll itu terjadi dari paduan
zat/benda yang halus sekali, sehingga tidak bisa dihancurkan lagi. Pendapat
seperti itu dibenarkan oleh ilmuwan Aris Thoteles dan juga dibenarkan oleh
ilmuwan Darwin dan mengatakan benda terjadi dari dua paduan yang sangat
kecil yang tidak bisa dilihat oleh mata kepala kita, zat/benda tersebut tidak
bisa dipisah-pisahkan tetapi bisa menyatu sendiri antara 2 paduan (Nitrogen
dan Hydrogen) dan menjadi bentuk zat/benda yang disebut Molekul/Sel-sel.
Umpamanya Alkohol terjadi dari campuran atom zat pembakar 2 atom zat
arang (Koolzuur) 6 atom dan air. Selanjutnya para ilmuwan langsung menguji
lagi, kenapa atom itu tidak bisa dipisah-pisahkan lagi. Percobaan tadi
langsung diuji menggunakan cahaya (sinar X), kalau menurut ilmu
kedokteran disebut Rontgen. Sedangkan pendapat ilmuwan Thomson tahun
1895 caranya cahaya sinar X itu disinarkan keatom tersebut dan atom
tersebut hancur menjadi benda-benda yang sangat kecil-kecil sekali yang
asalnya dari pusatnya sendiri (pusat atom) yang disebut uratom. Setelah
di teliti ternyata mempunyai daya listrik negatif dan dinamakan Elektron,
begitupun uratom itu sampai sekarang belum bisa diketahui besar kecilnya,
walaupun dilihat memakai alat Mikroskop. Sampai sekarang Elektron tidak
bisa diketahui daya alam atau daya mekanis, walaupun memakai berbagai
bentuk alat. Menurut penelitian para ilmuwan tadi, pecahnya zat-zat tadi
menyebabkan daya radio aktif, Radio aktif tersebut tidak bisa dibatasi
dengan alat apapun. Radio aktif masih mempunyai daya tiga macam yaitu;
1. Daya Penetrasi yang bisa menimbulkan apa saja.
2. Daya Elektromagnetik
3. Lebih berat dari daya Elektron.
Mengandung daya menurut kodratnya, berjalan dengan sifatnya, maka
semua yang tercipta (Gumelar bahasa jawa) itu bergerak tarik menarik satu
sama lain, contohnya Bumi, Bulan dan Matahari.
Penelitian para ilmuwan barat membuktikan seluruh benda yang terlihat oleh
mata itu mempunyai daya magnit (listrik) negatif dan positif, atom dan
intinya (uratom) itu bergerak tanpa sebab dan mengherankan para ilmuwan.
Ditahun 1932 ilmuwan Rutherford dan Chadwich menemukan zat yang
dinamakan Neutron yang tidak mengandung daya listrik, dan Rutherford
sendiri menemukan Proton, waktunya lebih dari 1836 dari pada waktunya
Elektron.
Tahun 1931 ilmuwan Pauli dan Fermi bisa mengalihkan daya Neutron, dan
pendapat tadi disempurnakan lagi tahun 1955 karena daya Neutrino itu
bukan zat ternyata sampai sekarang belum terlihat bentuknya kata Prof. Ac
Lamok. Menurut keterangan Neutrino itu yang bisa menembus segala
keadaan dialam ini dan bisa dihentikan/dibatasi oleh Timah, tebalnya bisa 30
juta km. Keterangan itu membuktikan daya Neutrino tidak ada
bendingannya, umpamanya diukur dengan bulatnya dunia kira-kira 40.000
km, jadi jika Neutron-neutron tadi benturan/lawanan dengan anti Neutrino
dibumi bisa hancur dan menimbulkan cahaya (daya gaib) yang
menyebabkan seluruh makhluk dibumi tidak terguncang, walaupun bumi itu
bulat dan berputar. Jadi daya tadi seumpama Lem yang melengket dibumi.
Sesungguhnya daya yang timbul dari Neutrino adalah daya yang rendah,
selama-lamanya tetap ada. Jika umpama daya tadi berhenti pasti akan
terjadi kejadian yang luar biasa, semua benda-benda berantakan tidak tentu
arahnya, semua terguncang oleh perputaran bumi. Sebab karena itu kita
yakin bahwa Allah yang maha megetahui, sedang memikirkan keadaan
Neutrino saja kita sudah pusing tujuh keliling/bingung apalagi untuk
megetahui zat Allah. Apa yang dibicarakan tadi yang telah diketahui belum
lagi yang tersimpan (belum diketahui) Gaibnya dunia itu tanpa pengetahuan.
Maka timbullah pertanyaan siapa yang membuat atom-atom dan yang
menimbulkan daya (kekuatan gaib)?. Jelas
Bab 2
KETERANGAN SIFAT 20
Manusia ditakdirkan/diciptakan sempurna karena mempunyai pikiran/akal
dan alat perasa serta jasmani, Maka Ulama di zaman dahulu mempunyai
pendapat bahwa Allah sebenarnya yang menciptakan, dan sebahagian besar
menyebutkan sifat-sifat manusia sendiri adalah panca indra seperti Mata,
Hidung, Mulut, Telinga dan Lidah. Beda dengan makhluk lain seperti
binatang, walaupun mempunyai alat seperti manusia tetapi tidak lengkap,
oleh karena itu hidupnya makhluk-makhluk tadi ikut kodrat masing-masing,
bisa melihat, berjalan dan makan tapi tidak punya akal untuk berusaha dan
sudah pasti hidupnya kurang lengkap. Berdasarkan keadaan, maka para
orang bijak mempunyai pendapat ; bila manusia itu sifatnya lengkap dan
tidak bisa berubah artinya Allah itu tidak kekurangan sifat seperti yang
diciptakan. Walaupun semua Ulama sudah sampai disatu pendapat, tetap
tidak bisa menemukan Allah SWT.
Maka dalam Wirid/pelajaran, Allah itu tidak bisa dijangkau oleh alat apapun
bahkan oleh pikiran/perasaan. Jadi para ulama menyebut Dat yang maha
agung yang bisa menciptakan Jagad raya.
Selanjutnnya keterangan sifat 20 (dua puluh) begini; Atas nama Allah yang
maha pengasih lagi maha penyayang, terlebih dahulu dikutip dari buku Wirid
Hidayat Jati tinggalan Ronggo Warsito;
Sebelum ada apa-apa yang ada hanya Allah yang berada dalam NUKAT GAIB
yang diberi nama Qun, yaitu DAT sejati, Nukat artinya bibit, dan Gaib adalah
samar/tidak nampak oleh mata yang disebut Nur Muhammad, yaitu Cahaya
yang terang sekali tanpa bayangan, yang disebut sifat sejati QUN lalu
FAYAQUN. Qun artinya Allah Bersabda (berkata) dan Fayaqun artinya Terjadi
semua Afhngal (selamanya). Semua itu menjadi asalnya yang terjadi disebut
Anasir Sejati. Jadi Allah memiliki 4 Anasir yaitu Dat, Sifat, Asma dan Afhngal.
Umpama penerimaan salah, pelajaran yang diatas tadi ada kata tempat di
Nukat Gaib (benih yang tidak nampak) itu pasti dapat menimbulkan
pendapat bahwa Allah itu berada disuatu tempat, karena disebut Layu
Kayafu, itu semua salah, Allah tidak bisa disentuh atau dijangkau oleh apa
saja, tidak ada yang menyerupai, karena semua itu sifat Baru (yang sudah
ada).
Almarhum Kyai Agus Salim pernah berbicara; bahwa dasar agama Islam itu
lebih dulu mengetahui nama Allah dan selanjutnya seluruh yang ada (Jagad
Raya). Mustahil kalau tidak ada yang menciptakan, karena yang
menciptakan wajib adanya (mokal dan wajib). Itu sebabnya manusia hanya
menjumpai yang sudah ada dan tetap tidak bisa berubah. Kata mempunyai
atau yang terjadi itu dalam bahasa Wirid/Pelajaran yaitu menyatu dan
berpisah artinya sama, karena pusatnya itu Allah.
Wirid Hidayat Jati tersebut diatas akan diterangkan hanya soal 4 Anasir saja,
oleh sebab itu akan dijumpai dibacaan ke-2. penelitian tentang 4 Anasir
menurut catatan pelajaran agama yang tersebut dibawah ini:
1. Dat Allah yang tidak bisa dilihat tetapi mencakup/meliputi seluruh yang
diciptakan semua yang dijumpai makhluk. Terbukti Layu Kayafu (tidak bisa
diganggu oleh apapun), semua keterangan ada dibelakang. Umpama ada
ikhtikat kepercayaan menceritakan manusia dapat / jumpa atau menghadap
maju mundur dengan Allah, karena lupa dengan yang disebut Layu Kayafu.
2. Sifat itu sebetulnya perkataan sesudah ada Dat, artinya kekuasaan Dat
Allah yang sebenarnya bisa menciptakan apa saja dan mempunyai sifat
seluruh yang diciptakan.
Dengan kehendak Allah sifat itu apa yang telah diciptakan, sifat itu berjutajuta (milyaran) warnanya, seperti yang tertulis dikitab Al-Quran, yang
menyebutkan kekuasaan, keagungan dan Daya keperkasaan, umpanya bisa
menidurkan, membangunkan, menangiskan, menghidupkan benih. Oleh
karenanya sifat-sifat yang begitu terdapat pada manusia. Para Ulama zaman
dahulu kala sama-sama membicarakan satu keputusan bahwa sifat DAT yang
wajib adanya itu menguasai manusia yang banyaknya 20+20+1,
maksudnya itu mempunyai sifat 20 yang wajib (tidak berubah-ubah), 20 lagi
sifat Mokal (bisa rusak/berubah) dan yang 1 adalah kuasa (wenang dalam
bahasa jawa). Jika difikir dengan benar bahwa sifat 20 itu menyatu dengan
manusia, maka itulah disebut cukup alatnya. Oleh sebab itu manusia
diwibawai dengan sifat 20 tadi, umpamanya melihat, mendengar, hidup,
bicara dan lain-lain. Semua sifat-sifat Allah tersebut disebutkan dibawah ini;
SIFAT 20 ARTINYA
1. WUJUD = ADA
2. QIDAM = TIDAK ADA YG MENDAHULUI
3. BAQA = KEKAL
4. MUHALAFALIL HAWADIS = BEDA DENGAN YG BARU
5.QIYAMUH BINAFSIHI = BERDIRI SENDIRI
6. WAHDA NIYAT = MENYATU
7. QODRAT = KUASA
8. IRODAT = KEHENDAK
9. ILMU = PENGETAHUAN
10. HAYAT = HIDUP
11. SAMAK = MENDENGAR
12. BASHAR = MELIHAT
13. QALAM = BERKATA
14. QADIRAN = YANG MEMPUNYAI KUASA
15. MURIDAN = YANG MEMPUNYAI KEHENDAK
16. ALIMAN = YANG MEMPUNYAI ILMU
17. HAYAN = YANG MEMPUNYAI HIDUP
d. Adilnya Yang Maha Kuasa; supaya kupu-kupu tadi selamat dari serbuan
lebah dan manusia, sayapnya diciptakan satu warna dengan bunga-bunga
tadi agar manusia dan lebah tidak bisa membedakan mana yang bunga dan
mana yang kupu-kupu dikarenakan sayap kupu-kupu seperti bunga-bunga
yang ada dihutan. Lama-lama manusia berusaha supaya lebah tadi semua
berkumpul kerumahnya, lalu dibuatkan rumah-rumahan dari kayu yang
dibuat seperti sarangnya, oleh karena itu manusia juga mempunyai
kekuasaan mengatur lebah.
Jadi terjadinya manusia sebab dari yang satu (Allah), kalau difikir betul
bentuk tentran ya DAT Allah SWT dan menuju yang satu menyebabkan
terjadinya benar dan selamat. Apa buktinya bila manusia mempunyai
kekuatan dari Allah, kata-kata mempunyai kekuatan bisa ditafsirkan manusia
itu sama dengan Allah bagi orang yang salah tafsir (salah pendapat). Yang
diatas menyatakan bila Allah itu mempunyai sifat 20 wajib, 20 mokal
(sebaliknya) dan sifat berkuasa (Yang Maha Kuasa / Wenang dalam bahasa
jawa), kuasa artinya yang menciptakan semua yang ada didunia ini.
1. WUJUD (Ujud) artinya ada (Allah), yang telah menciptakan Jagad Raya
atau sebagai tanda saksi Bumi, Langit, Bintang, Matahari, Makhluk-makhluk
semua dan Manusia Makhluk sempurna dan DAT yang tidak nampak itu wajib
adanya. Keterangan itu orang bisa mengatakan ada (Ujud) karena diciptakan
yaitu merupakan jasmani, hanya Cuma pinjam. Karena itu kitab Usuludin
mengatakan sifat Ke-1 WUJUD untuk jasmani, itu sebabnya manusia bisa
bergerak-gerak, kalau tidak ada berarti mati, sebab mati itu tidak bisa
mengatakan (bicara) apa-apa.
2. QIDAM / Dulu tidak ada yang mendahului, maksudnya Allah itu Allah itu
tidak ada yang lebih dulu dari padanya. Jadi jika ada sifat yang mendahului
itu berarti bukan Allah. Jikalau ada yang mendahului itu pasti bukan Allah
(Allah lebih dari satu), Allah 1 dan Allah 2 berebut kekuasaan, jadi manusia
mengatakan Allah itu tidak ada.
sawo itu bila dimakan (dirasakan). Jadi sawo manis dan kelat bisa dirasakan,
tetapi manis dan kelat itu sifatnya (langeng dalam bahasa jawa) kekal
walaupun tidak dimakan orang. Kekalnya manusia karena bergerak, kekalnya
sawo karena manis. Abadi itu batasnya masih hidup (sebelum mati). Jadi
adanya senang, susah, dingin, panas yang memiliki (merasakan) orang
hidup. Walaupun orang sudah mati siabadi tetap disebut abadi oleh orang
yang masih hidup.
6. WAHDA NIYAT (satu), artinya tunggal, sifat itu mudah diterima karena
bukan dua atau tiga, artinya satu itu meyakinkan bahwa adanya Allah. Untuk
manusia adalah DAT, karena manusia asal dari DAT (zat) yang satu itu.
Semua tujuannya benar, karena Dat Allah itu satu (Wahda niyat) yang
memiliki sifat 20.
7. QODRAT (kuasa), keterangan itu begini; orang duduk dikursi akan berdiri
dan langsung berdiri karena mempunyai sifat Qudrat /kuasa, sanggup
memerintah dirinya. Qudrat air (kuasa air) tidak bisa memerintah, hanya
mengalir ketempat yang lebih rendah dan merata (waterpass), bisa dilihat
dari daya alam surya, panas, udara dingin menghembus, air (hydrogen)
atom plus/minus bisa jadi elektrik. Yang Kuasa langsung membuat hukumhukum alam yang teratur tidak bisa mengalami benturan. Qudrat itu
diberikan kepada manusia tinggal pakai. Perkataan Qudrat jauh sekali, maka
alat-alat manusia; Panca indra, pikiran dan nafsu itu dikodratkan oleh Allah
karena manusia tadi mempunyai sifat Qudrat. Jadi semua tadi tinggal
menggunakan Qudrat tadi. Qudrat Allah yang diciptakan semua sempurna
dan mempunyai daya sendiri.
Begitupun orang yang tidak tau apa itu, bukan karena bodoh, tetapi karena
memang masih belum terbuka hatinya (terbuka kijabnya). Terbukanya hati
terhadap orang-orang jaman dahulu terjadinya para wali Allah.
Ilmuwan/sarjana, Pujangga, yang terbuka hatinya menuju kepada ilmunya
Allah yang sejati. Dan ilmu lainnya hanya untuk bermasyarakat, itu setiap
orang bisa belajar (mempelajari).
10. HAYAT (hidup), yang dibilang hidup ialah makhluk yang bergerak karena
memiliki sifat ke-10 (HAYAT) dan sifat mokal (sebaliknya, Mati), manusia
hidup lebih sempurna sifat hidupnya dari pada makhluk lain. Manusia sifat
Hayat lebih sempurna dari zat-zat hewan dan tumbuh-tumbuhan, sebab
manusia apa saja yang dikehendaki mesti tercapai walaupun perlahan (tidak
merasakan) walaupun sifatnya gaib, sperma, basil, molekul-molekul yang
tidak nampak, tetapi bisa dilihat dengan alat mikroskop maka terlihat
bergerak-gerak. Itulah tanda bahwa DAT wajib adanya, sebab sifat Hayat
meliputi Jagad Raya, dimana saja sifat Hayat tadi memberi daya. Intisarinya
hidup itu bukan Allah, tetapi sifatnya mendayai (memberi daya) apa saja
yang nampak dan tidak nampak (gaib). Gundik (jawa) Raja rayap itu
dibungkus rapat dengan tanah liat sehingga tidak ada udara tetapi Raja
Rayap tadi bisa hidup dan bertelur. Itu membuktikan sifat 20 meliputi seluruh
keadaan, jadi hidup itu dimiliki semua makhluk, beda dengan manusia sifat
hayat itu sempurna karena memilki sifat 20 yang lengkap sehingga bisa
meneliti sifat-sifat Allah;
a. Tumbuh-tumbuhan hidup tetapi mempunyai sifat 20
b. Hewan hidup tetapi hanya memiliki sebahagian sifat 20.
13. QALAM (berbicara), bicaranya Allah itu menurut sifatnya manusia bicara,
burung berkicau dan lain-lain. Sifat-sifat yang baru dan semua isi Jagad Raya
yang baru kehendaknya (Allah) atau sifat Allah yang dimiliki para Nabi, Wali
dan Rasul-rasul Allah, yang maknanya menuju kebenaran, seperti kitab AlQuran yang mengatakan Allah itu Rasullullah (Nabi Muhammad). Ukuran
manusia sifat mokalnya / sebaliknya yaitu bisu, Sabda Allah menuju
kebenaran. Orang yang bisa menunjukkan kesalahan menuju kebenaran
adalah orang yang sudah memiliki sifat Qalam, umpama para Rasul, contoh
manusia bergaul selalu salah menyalakan, Rasul lalu meluruskan (para
Nabi), karena Rasul membawa Firman Allah, contohnya sifat ke-2 Qidam;
dulu tidak ada yang mendahului, sifat ke-4 Muhalafah Lil Hawadis (sifat
baharu/barang baru). Kata-kata yang benar itu tidak ada yang mendahului,
artinya tidak ada ulur tarik dan tidak ada sifat mokal (saleh). Al-Quran itu
semua tujuannya tdak ada yang berlawanan, terhadap perkataan yang
dimiliki manusia, Wali, Mukmin yang telah sempurna, yang dibicarakan
hanya perihal tentang Allah, perkataannya pasti benar, karena itu satu orang
tidak sama oleh karena membuktikan, mereka mendapat Wahyu allah (sifat
Qidam). Dan perkataan Allah beda dengan yang baru hanya terdapat pada
manusia sendiri, artinya manusia berbicara berbeda dengan makhluk lain.
Makhluk-makhluk yang memiliki sifat Qalam tidak hanya yang bisa bicara,
tetapi semua bisaa bersuara karena dialiri oleh sifat Qalam.
14. QADIRAN (Yang Berkuasa), yang kuasa itu menurut ukuran manusia,
umpama sudah mempunyai sifat Qudrat, karena memiliki sifat tadi, manusia
bisa mengerjakan perintahnya, contoh mata; kalau tidur terpejam lalu
bangun terbelalak-belalak, karena manusia mempunyai sifat Qadiran; bisa
mejamkan mata dan membuka mata. Kuasanya manusia semua alat badan
sebenarnya tidak tetap konsisten (tetap), tetapi berubah-ubah sebab
manusia tidak bisa memerintah kodratnya mata, sewaktu mata tidak
mengantuk; manusia tidak bisa membuka mata sampai lama dan pasti
terasa pedih, memejamkan mata terus-menerus (lama) pasti tidak tahan
karena tidak merasa mengantukl, jelas sifat Qadiran itu manusia bisa
menundukkan alat tubuh jika tidak berlawanan demgan sipat kuasanya
(kodratnya).
Keterangannya sipat Qadiran itu menyebabkan manusia bisa memerintah
alat-alatnya karena alat sudah tercetak ucap kerja sama (constant) tidak
pernah diperintah jadi yang bisa di perintah itu hanya alat-alat yang bekerja
menurut kodratnya, karena manusia bisa merintahnya, itu karena memiliki
sifat Qadiran. Yang lebih tinggi tingkatannya yaitu sifat Qodrat, sebab sifat
Qodrat itu yang memiliki dan sifat Qadiran yang diberi.
15. MURIDAN (yang berkehendak), sifat itu terdapat (dimiliki) oleh manusia,
artinya sesudah manusia memiliki sifat Irodat, Karena diberi sifat tadi (Irodat)
manusia lalu disebut memilki sifat Irodat, contoh anak menulis itu
mempunyai (mengerjakan), menulis itu pekerjaan (sifat). Untuk ukuran
manusia sifat Muridan tadi terbukti rasa kemauan gerak, sebab dari gerak
kemauan sebenarnya mannusia mempunyai sifat Irodat (kehendak), jadi bisa
bicara karena mempunyai sifat Irodat, sifat Irodat bentuknya menjadi sifat
sebagai yang memiliki (manusia).
Keterangan: diatas itu termasuk sifat-sifat ke-16, 17, 18, 19 dan 20, dan
keterangan yang terakhir; sifat-sifat ke-1 sampai ke-20 sebenarnya hanya
salah satu sifatnya Allah sendiri dan manusia seharusnya berterima kasih
kepada Yang Maha Suci Allah, karena diciptakan memiliki sifat-sifat-Nya yang
lengkap, begitu juga sifat Allah sendiri sifat 20+20+1; 20 Wajib + 20 Mokal
(sebaliknya) + 1 Adil. Menurut para ahli, sifat-sifat yang dimiliki manusia itu
disebut INGSUN (jawa), Purusha (Sansekerta), IKHEID (Belanda), Rabbi/Illahi
(Arab), Pangeran/Gusti (jawa), Tuhanku (Indonesia).
Bab 3
manusia itu asal Hakikatnya Tuhan. Menurut trilogy Kristen; Tuhan sifatnya
Rama sang Putra dan Rohulkudus/Rohsuji (perkataan sang Rama lebih
kurang adalah DAT yang wajib adanya) Tuhan yang disembah yang paling
tinggi sekali. Sang Putra sinarnya Rama (Hakikatnya cahaya tuhan) atau
yang dinamakan Citra yang sifatnya makhluk yang memiliki sifat 20, Rohul
kudus itu roh suci yang menempati sifatnya manusia. Karena manusia
sifatnya sempurna, lalu manusia memiliki Rohul Kudus, Rohul kudus itu bisa
disebut sejatinya aku, lebih-lebih tentang kemajuan rasionalnya (akal pikir)
orang saja.
Surat Injil diatas tadi lalu ada perkataan; orang yang bisa melihat aku, jadi
sudah melihat sang Rama. Keteranngannya; orang yang sudah
mengetahui / melihat aku sama seperti sudah mengetahui / melihat Allah.
Jadi kata melihat artinya bukan dengan mata, tetapi melihat melalui hati,
yakin dengan diri sendiri, aku itu meliputi Hakikatnya Allah.
Wihdatul Wujud asal dari bahasa Allah, Pembagiannya begini :
Wihda dari kata Wahdat, artinya Satu.
Wujud artinya Ada.
Jadi Wihdatul Wujud itu adalah Satu dan Ada (Kahanan Tunggal = Bahasa
Jawa), yang menciptakan dan yang diciptakan, bahasa Ilmu (Wirid) Chaliq
dan Makhluk, artinya lebih kurang Chaliq tidak ada dan Makhluk tidak ada.
Sebaliknya kalau Manusia tidak ada, maka Manusia dan Chaliq tidak ada
yang menyebut. Dibagian keterangan kepercayaan Wihdatul Wujud banyak
para Ulama yang tidak sepakat pendapatnya atau sama tidak percaya
pendapat tadi karena keadaan tunggal itu pecahan para Pertapa, Sufi, Filsuf.
Ada pendapat yang simpang siur, yang satu mengatakan Chaliq dan Makhluk
itu Dua, artinya Allah disamakan berada disuatu tempat dan makhluk ada
tempatnya masing-masing. Di Jawa menurut surat Wirid dan sejarah-sejarah
ada seorang Wali mempunyai pendapat bahwa Wihdatul Wujud itu namanya
Syeh Siti Jenar, ditanah Jawa dulu ada Wali 9 (Songo=Jawa) didemak, para
Wali menurut sejarah mereka tidak suka kepada Syeh Siti Jenar, karena tidak
sepaham dengan para Wali, lalu dimusuhi dan ilmunya sampai sekarang
diketahui.
Ditahun 858 Masehi di Persia ada pujangga namanya Al Hallaj, dia terkenal
didunia barat dan timur dengan bukunya dan buku-buku tersebut ditulis
dengan bahasa masing-masing negara/daerah, pendapatnya mengakui
Wihdatul Wujud (Yang Kuasa) adalah Tuhan Esa, dan Al Hallaj tadi dihukum
Oleh karena itu lalu ada pendapat bila Allah dan Umat itu dua (Allah,Umat),
ada yang mengatakan Allah dan Umat itu satu (Esa); Datnya sama, geraknya
sama, Hakikatnya sama, karena semua sama-sama yang menguasai dan
yang dikuasai, lalu diartiikan satu Dat Allah. umpama Siti itu bisa merubah
diri apa saja, Dat Siti sama geraknya dengan Siti, tetapi Siti sulit untuk
menyebut badannya sendiri, seolah-olah bertanya kepada diri sendiri dari
mana asalnya ini?. Jadi keterangan kepercayaan Wihdatul Wujud asal dari
satu DAT bisa menjelma apa saja.
Mempelajari Pelajaran (Wedaran Wirid Jawanya) Bab Sifat 20 itu memang
sulit, karena yang diterangkan tentang mengenai Allah (Tuhan), jadi memang
sebenarnya para leluhur dizaman dahulu memikirkan tentang yang sangat
sulit, karena memikirkan kalau salah menerima bisa membahayakan
hidupnya sendiri dan masyarakat umum.
Almarhum Mahatma Gandhi (India) sangat memuji kepada kepribadian Nabi
Muhammad SAW, karena satu tujuan yaitu menyembah kepada Satu Allah,
kalau dilihat kepercayaannya, Mahatma Gandhi itu pujangga Budha, dan
Nabi Muhammad penyebar Agama Islam. Kalau difikir tujuan Mahatma
Gandhi tentang Tuhan (Allah) adalah satu, hanya beda nama tetapi tujuan
sama.
Pujangga Islam Syeh M. Abdul pernah berteman dengan pujangga Kristen
Graaf leo Tolstoy, dan berpendapat Nabi Muhammad SAW tidak beda dengan
Mahatma Gandhi. Menurut surat-surat M. Abdul dan Tolstoy sama-sama
mempercayai agamanya masing-masing. Adanya hubungan tadi hanya
menyatukan tekat yang dikatakan MONOTHISME, artinya menentukan Allah
itu Satu utuh (Esa). dari contoh-contoh itu lalu jelas Kitab Allah itu bahwa
walaupun beda namanya tetapi sama tujuannya, yaitu menetapkan Allah itu
satu (Monothisme). Beda keterangan yang terdapat pada kitab-kitab tadi
yaitu :
Agama Islam; Allah Sifat 20;
Agama Kristen; Trimurti Tuhan Rama;
Agama Budha; Tuhan Trimurti sang Budha.
Semua itu hanya sebagai pedoman, artinya untuk contoh jalannya ilmu
pengetahuan, lalu ada pendapat yang berbeda-beda, itu dapat dari turun
temurun, Allah mengutus para Nabi, penganutnya sama-sama meyakini
ajaran Nabi Musa pada zaman itu, dan sampai sekarang tetap tidak setuju
dengan pendapat lain, karena dihati yakin terhadap ajaran Nabi Musa yang
dianggap benar;
Ajaran Nabi musa yang utuh terdapat 10 (sepuluh) ajaran, dan pada
zaman dahulu masyarakat belum seperti sekarang kemajuannya, turun
temurun penganutnya sama-sama membenarkan ajaran Nabi Musa, dan
sampai sekarang tidak setuju pada agama lain, karena ajaran Nabi Musa
dinggap paling benar.
Ajaran Nabi Isa itu menjadi ukuran masyarakat zaman dahulu sampai
sekarang, turun temurun tetap menjadi kepercayaan (dianut).
Ajaran Nabi Muhammad SAW, begitu juga membenarkan pada ajaranajaran Nabi-nabi, walaupun beda-beda tempat dan kemajuan cara berfikir,
ajaran-ajaran tetap bertekad membenarkan Allah itu satu (Esa).
Bila demikian adanya keterangan 3 macam bisa disimpullkan dengan
menurunkan kitab-kitab perantaraan Nabi-nabi Allah, menilai keadaan
masyarakat bahwa Al-Quran itu kitab yang diturunkan untuk menutup
segala kitab-kitab yang diturunkan, dengan isinya yang lengkap dan meliputi
politik, ekonomi, bermasyarakat, pernikahan, hukum tata negara dan lainlain, dan semua yang terpenting Al-Quran itu sifatnya Allah.
Seketika ada pertanyaan begini; jika semua agama-agama itu kemauan
Allah, kenapa baru sekarang menyatunya agama. Jawaban dari pertanyaan
itu benar atau salah dinyatakan di Surat Al-hajj : 67 ;
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan Syariat tertentu yang mereka
lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan
(syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu
benar-benar berada pada jalan yang lurus.
Keterangan dari ayat diatas begini; Agama contoh peraturan yang
dikehendaki oleh Tuhan (Allah), intisarinya menuju yang benar, walupum
agama tadi harus ditaati, walaupun lebih tua (lebih dahulu mencul) atau
lebih tebal kitabnya, semua perintah menurut orang zaman dahulu tetap
benar (lurus), yang membenarkan adalah orang yang sudah maju, menurut
pendapat pasti benar untuk orang dizaman dahulu, walupun dikotak-katik
(diubah-ubah) tetap benar (lurus), walupun yang membenarkan itu orang
dizaman sekarang, Allah mengatakan hati-hati, segala urusan agama itu
jangan dibuat perdebatan, sebab yang penting agama-agama itu
merupakan perkataan-perkataan Allah (Firman Allah). Allah itu pujaanmu
(Sembahanmu), Allah itu ada. Bila diteliti dari agama Budha, Kristen, Islam,
Majusi, Sinta, Hindu, Tao, Zorowaster; semua itu seperti sungai yang
mengalir deras, panjang, lebar dan mengalir pelan; semua mengalir kearah
laut (samudra). Ada pertanyaan begini; apakah agama tadi bisa bersatu
dengan upacara !!, ada yang mempunyai tekad menyatukan agama-agama
itu, ia seorang Cendikiawan Sufi dari Persia yang terkenal, namanya Al-Hallaj,
sebelum Cendikiawan tadi wafat, ia mempunyai tekad satu, yaitu peraturan
Allah untuk Allah, umpamanya tercapai dan bisa menyatukan bangsa
berjuta-juta.
Tekadnya Anaxagoras tentang Hakikatnya Roh, itu umpama diteliti belok dari
tujuannya yang berwujud benda, barang dll, itu sampai sekarang belum ada
satu manusiapun yang membuktikannya, umpama ada orang yang cerita
bisa melihat Roh, sebenarnya hanya bisa menjerumuskan, dan firman Allah
surat Al-Isra : 85 ;
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.
Kata sedikit itu tidak berarti barangnya, hanya sepengetahuan, buktinya
orang bisa memilih hidup itu apa.. walaupun nanti pikiran manusia sudah
maju, mengenai Esa itu belum ada Nabi, Wali, Mukmin, Sarjana, Profesor,
Doktor dan lain-lain yang bisa memegang Roh, walaupun Roh semut, yaitu
yang dinamakan Gaibnya Allah.
Didunia modern sangat membingungkan tentang Allah, lalu ada paham
Atheisme yang membantah ada Allah.
Menurut Paham tadi Allah tidak ada, hanya ciptaan manusia. Penafsiran
ketuhanan itu tidak bisa untuk landasan mencari hukum kejadian dan
sebabnya. Francis Bacon mengatakan dizaman kemajuan ilmu, zaman
makmur semakin banyak orang yang tidak percaya kepada Allah, kenapa
waktu miskin, gembel, perut lapar, sakit lalu manusia mencari pegangan
(kepercayaan) kepada Allah.
Bacovan Ferulame berkata demikian; sorang Athist itu orang-orang yang
hatinya palsu, tidak jujur. Untuk penutup tentang Ikhtikat macam-macam
untuk ketuhanan, disini perlu tambahan pendapat tentang ajaran Sidarta
Gaotama, yaitu Sri Budha Gaotama, begini; menurut berabad-abad
kebudhaan itu bukan agama, tetapi suatu pendapat bahwa sebenarnya
kebudhaan agama Tuhan, sebab yang menyiarkan adalah seorang ahli tapa,
dan kata dari Tuhan melalui sang petapa Sri Budha Gaotama, bedanya apa?,
Nabi Muhammad bertapa di Gua Hira di tanah Arab, sang Gaotama bertapa
di pohon Budhi dan dua-duanya mendapat kitab.
Ajaran kebudhaan menghilangkan (melepaskan diri) dari kesengsaraan
(kesusahan) menggunakan kekuatan diri sendiri, dan Maha Budha hanya
memberi hidayah, taufik dan berkah, maksudnya pusat azas abadi atau
pusatnya sumber yang ada (Jagat Raya).
Pelajaran itu ternyata merupakan kebutuhannya manusia dan membenarkan
bahwa kesengsaraan (penderitaan) itu sumbernya adalah Nafsu, maka nafsu
itu harus dikendalikan, jalannya harus konsentrasi, meditasi, yaitu Dhiyana
atau Semedi (Attauhid bahasa arabnya) menurut keyakinan menuju kebudi
(Qalbu bahasa arabnya) dan bersama melalui tata tertib susila, sesudah bisa
mengendalikan Nafsu, baru bisa menerima pelajaran bila Budi (kesadaran
diri) pribadi itu tiak ada, jadi hidup merasa sendiri (individu) itu salah,
sebenarnya harus merasa hidup menyatu, berdiri tidak sendiri-sendiri
(universalisme) dicocokan dengan sifat Afhngalnya Allah.
Selanjutnya bila sudah bisa menyatu dengan keabadian tidak terikat dengan
suatu sebab dan akibatnya (Karma) yang berubah-ubah, karena dengan
perbuatan sendiri menyebabkan penderitaan, dengan tujuan yang baku
(utama) menuju ke alam Nirwana, alam yang tidak terjamah oleh apapun.
Budisme (agama Budha) itu tidak mengakui adanya roh (jiwa) pribadi,
manusia itu hanya membuktikan paduan dari kumpulan zat yang hanya
selalu bergerak berubah-ubah tidak kekal, karena perbuatan sendiri, dan
perbuatan orang lain, keterangannya lebih kurang sebagai berikut :
Masuk Agama Budha;
Mengerjakan perintah yang Suji;
Menjalankan Puja (menyembah).
Artinya ;
a. Darma itu undang-undang Tarikat yang untuk ke Budhaan (agama Budha)
b. Jalannya untuk menuju kebebasan kecuali semedi harus memenuhi
syarat-syarat; berbicara harus yang benar, tekad yang benar, pikiran yang
benar, pekerjaan, hidupnya sederhana, watak yang benar, jujur dan Suji
(Ikhlas).
Bab 4
tujuan semula, menyembah selain Allah, lalu harus bersujud kepada Allah
serta memohon petunjuk Allah supaya diberi petunjuk (dibukakan hatinya).
Allah berfirman, Al-Quran surat Al-Israa : 72
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti)
ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)
Mengingat Firman Allah itu lalu timbul pertanyaan; Apa sudah benar
pelajaran guru itu lihat surat Al-Israa diatas, siapa yang tanggung jawab
didunia dan akhirat, kalau ilmu gurunya itu salah. Terbukanya ilmu itu mesti
bergaul, bertanya, membaca buku-buku tentang ketuhanan.
Kita sendiri yang teliti, yaitu akal / pikiran harus digunakan, yang penting
mau menjalankan, keterangan disini dan seterusnya, baru bisa jadi
mendapatkan ilham dari sifat-sifat Allah. Hasilnya menjalankan dan
membersihkan diri, lalu mendapat keterangan yang sejujur-jujurnya (seluruslurusnya).
Sekarang mengenai belajar ilmu, yang penting si Guru harus waspada
memilih, karena banyak orang yang mengaku-ngaku karena peringatan
(wulangreh jawa). Kalau berguru ilmu harus :
1. memililah manusia benar.
2. yang baik kelakuannya (terpandang).
3. Serta mengetahui hukum.
4. Yang beribadah dan mengetahui.
5. Kalau bisa orang yang sudah bertapa (menjalankan shalat Hakikat).
6. Yang sudah tekun.
7. Tidak mau mengharapkan orang lain.
8. Itu pantas kita jadikan Guru.
9. Sama-sama kita ketahui.
bicara saja, sebab itu harus diteliti (koreksi) berdasarkan akal/pikiran, bisa
diterima atau tidak (umpama bisa) pokok utama iman, umpama tidak berarti
masih sangsi-sangsi kalau sangsi-sangsi itu tidak mengenakan pikiran berarti
haram atau batil. Siapa saja bisa mempelajari kenyataan sifat Allah,
menjalani (melaksanakan) pasti tidak susah, memang sudah dikerjakan,
umpama kurang semangatnya, tujuan hati untuk mencari ilmu Allah pasti
tidak tercapai.
Untuk menjadi guru itu; tua, muda bukan pekerjaan yang main-main, karena
murid zaman sekarang pikirannya sudah maju, akalnya banyak dan tidak
bisa menerima begitu saja tetapi hanya mendengarkan saja, apa yang
kuranng dipahami (susah) atau kurang diterima oleh akal pasti akan
ditanyakan, umpama mengenai wejangan (nasihat) seperti dibawah ini :
Sebenarnya tidak ada apa-apa yang dulu selain Adam, artinya Adam itu
kosong (suwung jawa), manusia asal dari Adam tadi, itu sebabnya manusia
berdiri sendiri (hidup sendiri) sebelum Allah dan Malaikat ada, adanya Allah
itu dari manusia, artinya adanya Allah dari manusia karena manusia yang
mengatakan, jadi wajib disimpan seperti menyimpan nyawa sendiri.
Sebenarnya umat dan Allah artinya satu tidak pisah (bersatu), jadi dimana
saja manusia berada pasti Allah tetap menyertainya, tidak ada manusia tidak
ada Allah. Pelajaran yang disebut diatas tadi sebenarnya kurang dapat
dicerna (diterima oleh murid), jadi timbul banyak pertanyaan. Menjadi guru
selalu marah sebab gurunya sendiri tidak bisa menerangkan, karena siguru
dapatnya hanya menerima begitu saja, jadi siguru belum pintar (mempunyai
ilmu) hanya menunjukan kepanatikannya. Jadi bila ada guru yang begitu tadi
bisa menjadi salah arah pada muridnya (masyarakat umum).
Disebutkan dalam kitab Al-Quran bahwa Adam itu satu-satunya Nabi, orang
yang sudah dikehendaki Allah mempunyai sifat-sifat 4 perkara :
1. Sidik, yaitu jujur atau tidak dusta;
2. Amanah, yaitu bisa dipercaya atau tidak khianat.
3. Tablik, yaitu menyampaikan perintah Allah, sifat mokalnya Kitam.
4. Pathanah, yaitu bijaksana atau tidak bertindak bodoh.
Sifat wenang (kuasa) hanya Cuma satu yaitu yang disebut Aral Bashri,
artinya yang tidak cacat (membuat cacat kerasulannya).
Seperti itu sifatnya Nabi yang dikehendaki oleh Allah. Beda dengan orang
bisaa, orang bisaa kebanyakan hanya memakai sifat mokalnya (sebaliknya),
maka dengan itu Nabi itu salah satu penuntun yang bisa menerangkan
bahwa Adam itu yang disebut kosong (Suwung jawa).
Dikitab Al-Quran surat Al-Anaam : 98 ;
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada
tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan
tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui
Kata-kata Seorang diri yang diatas mengandung arti jasmani, tubuh orang.
Jadi kesimpulan dari arti itu bahwa asal dari Rahim ibu, lalu ada Quran yang
menyebutkan Adam Nabi yang terdahulu umat yang mulia di Surga.
Umpama dibalikan kepelajaran guru yang disebut diatas, Adam diartikan
Suwung (kosong), menjadi asal usul manusia, apa tidak salah umpama
diartikan orang, karena seorang diri (jasmani) masih memasang dasar
asalnya dari orang. Jadi jika ada yang mengartikan (Qiyasan) asalnya dari
yang kosong (suwung-jawa) itu tidak masuk akal, karena semua asalnya
orang dari rahim sang ibu, oleh karena itu Adam itu asalnya dari orang.
Jadi Qiyasan (pendapat) kata kosong (suwung) tadi terhadap Wedaran Wirid
(buku ini) keterangannya begini; semua isi Jagad raya (alam dan makhluk)
asal dari Hakikatnya DAT yang wajib adanya Allah SWT dan mereka yang
menciptakan yang disebut Allah, artinya yang kita sembah tetapi tidak
nampak. Karena tidak nampak jadi disebut kosong (suwung). Selanjutnya
mengartikan kata ADAM, walaupun dikatakan kosong, kenyataan bisa
menciptakan Jagad raya seisinya, jadi yang berasal dari Dat dikatakan
kosong tidak hanya manusia saja tetapi seluruh isi alam ini; malaikat, setan
dan jin, semua berasal dari Dat Allah (kosong/suwung-jawa), maka terhadap
manusia dari tidak ada (kosong), bayi lahir dari ibunya tidak tahu apa-apa.
Kata lahir tidak tahu apa-apa itu alamnya bayi sewaktu keluar dari rahim ibu
tidak tahu apa-apa, lahir dirumah, di rumah sakit atau di hutan, toh tidak
tahu apa-apa (kosong), kenapa kalau memang kosong manusia bisa lahir
sendiri, kenapa tidak mau mengakui kalau asalnya dari tidak ada (kosong)?,
kenapa hanya ikut saja yang dikatakan Qodrat dan Irodat. Salahnya
penngetahuan (pengertian) tentang kosong tadi disebabkan kurangnya
penerangan atau memang tidak tahu sama sekali (bodoh).
Menerangkan bahwa ADAM itu namanya Nabi/Rasul menurut agama Islam
dalam Al-Quran ADAm itu nabi yang diusir dari Surga ke dunia bersama
istrinya Siti Hawa, kata ADAM itu berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya
orang laki-laki. Di Al-Quran tidak menerangkan bahwa Hawa itu asal dari
tulang rusuk Adam. Pendapat itu sebenarnya Adam itu orang yang bergerak
dari orang.
ADAM itu kosong (suwung-jawa), artinya manusia berdiri sendiri sebelum
Allah dan Malaikat ada itu tidak benar, yang benar kosong itu sebenarnya
adanya DAT yang satu adanya, tidak nampak tetapi ada, artinya ada tetapi
tidak bisa diraba atau tidak bisa dijangkau oleh manusia, sebab sifatnya layu
kayafu, sama dengan tidak ada tetapi bisa menciptakan seluruh Jagad Raya
dengan kekuasaannya (Qodrat).
Kata ADAM (kosong) itu sendiri sewaktu diutus hidup didunia sebenarnya
memberi pengertian terhadap keterangan itu mudah jika sudah mempunyai
pegangan (keyakinan). Dan bagi yang tahu sedikit-sedikit ilmu dalam
menerima pelajaran dan dihati harus bisa membandingkan dengan apa
sudah kita dengar dan menjadi tekadnya. Bisa menambah terang, umpama
dibandingkan dengan ilmu lain (gebengan-jawa). Oleh karena ilmu itu bukan
dapat dari sendiri tetapi dari tanah jawa, maka perguruan lebih baik para
muridnya diberi kemudahan untuk bertanya, jangan terikat dengan
peraturan yang melarang para murid menyamakan ilmu/pendapat orang
lain. Maka dari itu ilmunya, Allah itu bisa diketahui hanya melalui manusia
yang tujuannya hanya satu (benar). Ditanah jawa ilmu itu yang seperti
bertingkat. Kata ilmu itu bahasa Arab, dalam bahasa jawa yaitu kaweruh.
Menurut Prof. Dr. Hazairin, ilmu itui tingkatnya hanya nampak (melihat); Si A
pernah melihat Radio tetapi belum pernah menghidupkan apalagi
memperbaiki, berarti si A belum mempunyai ilmu hanya melihat (buta ilmu).
si B pernah melihat Radio, bisa menghidupkan dan bisa memperbaiki
kerusakannya, berarti si B mempunyai ilmu dan mengetahui rahasia-rahasia
Radio tersebut.
Bab 5
TINGKATAN-TINGKATAN ILMU
(KAWERUH JAWA)
Kata Tingkatan itu artinya dari jenjang bawah sampai atas untuk
menyembah (shalat) kepada Allah (Hyang Widi Jawa), tingkatannya adalah:
1. Syariat, artinya artinya pedoman yang sudah ditentukan harus patuh
(wajibul yakin), jadi ahli Syariat itu harus patuh keyakinannya (apa katanya)
amalannya menurut hukum halal haram, yang diyakini betul-betul dan
hukum membedakan halal dan haram, peraturannya, sembahyang, zakat,
fitrah, puasa dan naik haji kalau mampu. Semua dijalankan berdasarkan ikutikutan menurut kemauan orang banyak, lalu ikut-ikutan menyembah kepada
Allah, menurut peraturan agamanya masing-masing, jadi begitupun wajib
harus begitu disebut imannya Wajibul yakin. Bung Karno presiden Indonesia
asal dari Ngebang (blitar) sekarang menjadi Presiden Indonesia, dia
mengetahui hanya cerita orang banyak, jadi kalau cerita itu salah,
kepercayaan itu tetap salah. Umpama diteliti (telaah) pendapat tadi dengan
jernih, tingkatan Syariat setiap hari menunjukkan kedisiplinan bertindak
menurut hukum yang ditentukan. Mengenai tentang pendapat Prof. Dr
Usman dekan markas Angkatan Darat berbicara begini; ngerjakan rukun
Islam itu pertama menanam rasa disiplin, jiwa atau jasmani, membersihkan
diri , mempunyai semangat yang tinggi, watak kasih sayang, selalu sedekah
(memberi pertolongan bagi yang membutuhkan), budi pekerti yang tinggi,
yang saya lihat; saya bangun pagi lalu belum sembahyang (shalat) merasa
malu kalau disebut bukan orang muslim, jadi berbuat karena malu.
2. Tarikat, meningkat mencapai kebathinan (Qalbu Arab), melaksanakan
puasa mengendalikan pikiran. Jadi tarikat itu melaksanakan berdasar
pengetahuan mengendalikan pikiran (mengasah pikiran), membaca bukubuku agama, wirid, berguru, bertanya, dan musyawarah tentang ilmu Allah.
Tarikat mempergunakan pikiran untuk mengupas (mencari) tanda-tanda
saksi Allah. Jadi tahu kalau basil-basil itu hidup memiliki apa, membuat
keyakinan menguat. Zaman dahulu para ahli kitab masih termasuk tingkatan
Tarikat, artinya hanya tahu saja (mengerti), karena pengetahuan sudah
mantap lalu imannya disebut Ainul Yakin, contohnya begini; pengetahuan
(mengetahui) kalau Bung Karno itu Presiden, memang sudah melewati Istana
Presiden dan mendengarkan pidatonya, jadinya kira-kira rumah Bung Karno
sudah Tahu tetapi belum pernah jumpa dengan Bung Karno sendiri. Tataran
(tingkat Tarikat) itu walaupun sudah mengetahui tidak pernah meninggalkan
Syariat agamanya, jadi Tarikat itu hanya naik kelas (tingkat). Pada tingkatan
itu para pengikut menerima ajaran guru seperti berpuasa, tekadnya hanya
meniru sifatnya Allah saja, sucinya dan adilnya, disitulah terbukanya ilmu itu
supaya keterima ilmunya harus praktek (shalat Tarikat) mengendalikan
pikiran. Ahli Tarikat itu bisa membedakan yang benar dan yang salah dari
orang lain ataupun diri sendiri, lalu bisa mempunyai sifat kasih sayang dan
sayang kepada seluruh umat-Nya (Allah), besar wibawanya, mengetahui
kemauan dirinya sendiri. Semua itu membuat terbuka hatinya. Apa sebabnya
kita harus kasih sayang kepada umat-Nya (Allah), yang mengendalikan hawa
nafsu (mengupas hawa nafsu). Menurut Wedaran Wirid Tarikat itu jalannya
hati (Qalbu), karena hati mempunyai kemauan yang sangat cepat seperti
kilat, lalu Tarikat memerangi pengaruh yang berupa keinginan yang timbul
dari hati.
3. Hakikat, yang disebut Hidayat Jati, Hakikat itu Shalat sejati yang tidak
merasa geraknya aku (jasmani, pikiran, perasaan sudah disingkirkan /
dikendalikan), jadi gerak (makarti-jawa) aku tidak merasakan aku. Hakikat itu
imannya para Mukmin (Aulia), imannya disebut Haqkul Yakin, artinya Nyata
(benar). Percaya kalo Bung Karno menjadi Presiden karena sudah masuk
rumahnya tetapi belum jumpa langsung/berhadapan dengan Presiden
Sukarno (Qalamullah Arab). Ditingkat itu terbukanya Kijab atau batas
antara manusia dengan Allah (kawulo jawa), cocok dengan Hadist Nabi :
siapa yang betul-betul mengetahui dirinya benar mengetahui Allahnya,
karena Hakikat itu Sembahnya (Shalat) Roh (jiwa), keadaannya diliputi tidak
merasa apa-apa, lalu para ahli suluk, Sufi, tapa dan mempunyai pendapat
atau keterangan begini : aku ini tidak ada, yang ada yang mengadakan
(yang menciptakan), keterangan atau ketentuan tadi membuktikan
sempurnanya Hakikat dan bisa menguasai jasmaninya melalui Rohaninya,
kata lain sifat dan Hakikatnya DAT sudah menyatu (manunggal-jawa). Di
tingkat yang begitu sebutan sakit, pening/pusing, panas, dingin dan mati itu
tidak ada, yang benar yang disebut menyatu (Widhatul Wujud Arab). Di
kitab Suluk disebut begini : hatinya yang beriman berdirinya Roh kita,
Hakkikat itu menuju sejatinya kemauan, yaitu tingkatan jiwa yanng
menyerahkan diri pada Allah (Hyang Widi jawa), karena sudah tidak
mempunyai perasaan tidak ikut-ikut memilki, Iktikat itu serupa dengan
menyebut serupa yang disebut satu, perjalanan sehari-hari orang yang
sudah begitu menurut aku pada kemauan DAT (sifatnya Dat).
4. Marifat, tingkatan itu imannya para Arifin yang disebut Isbatul Yakin,
artinya sudah sempurna, sempurna keterangannya begini : sudah kerumah
Bung Karno, sudah salaman dan berbicara langsung/berhadapan dengan
Bung Karno. Keterangannya sudah Marifat semua ilmu, pengetahuan, amal
ibadah, filsafat dan lain-lainnya sudah menjadi satu, sudah mengetahui
sebab dan akibat, disebut diwirid Hidayat Jati : Zikir azalalah, artinya zikirnya
rasa didalam alam cahaya disebut zikir Marifat, sempurnanya tidak merasa
apa-apa. Keterangan tersebut diatas tadi disebut tingkatan Islam. Kata Islam
nanti kalau Sekaratil maut (menjelang ajal) Insya Allah langsung menghadap
kepada-Nya (Allah) yang disebut Inalillahi Wa inalillahi Rojiun, kalau Budha
melewati alam Nirwana. Orang yang sudah Marifat itu disebut Arifin, artinya
Muslim, siapa yang ingin mencapai tingkatan Marifat, contohnya seperti dalil
dibawah ini, pesan Nabi Ibrahim As dan Nabi Yakub kepada anak cucu; AlQuran surat Al-Baqarah : 132 ;
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Yaqub. (Ibrahim berkata): Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati sebelum jadi Islam
(Marifat)
Jadi jelas sekali yang ditakuti sewaktu Sekaratul Maut (menjelang ajal).
Keterangannya begini : siapa yang hidup mencapai Islam, maka seperti
sudah bisa menghadap dihadapan Allah (lihat tentang Bab pengetahuan
mati), karena Islam itu bagi orang Marifat menjalaninya melalui jalan yang
tidak bisa dijangkau (Layu Kayafu), hanya sekali itu sudah menjadi Islam,
ada yang selalu mengalami, ada yang seumur hidup hanya sekali,
tergantung dengan yang menjalani. Menurut Dalil tadi para leluhur agama
Islam pasti tujuannya suci. Jadi Islam suci sesungguhnya sudah diuji pada
zaman sebelum Nabi Muhammad, jadi Nabi Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Musa,
Nabi Isa as dan Nabi Muhammad SAW itu satu tujuan, yaitu Islam (mencapai
Marifat).
Menurut Kyai Agus Salim, Islam berasal dari bahasa Arab, asalnya kata
Salama, artinya Selamat, sentosa tidak kurang dan tidak rusak. Kata tadi
menjadi kata Aslama, kata tadi berusaha menyelamatkan (menyucikan) dari
yang tidak baik, pertama pada diri pribadi, kedua pada manusia dan
makhluk-makhluk-Nya. Selain itu kata Aslama itu sama dengan pasrah
menghadap kepada Allah, jadi kata Islam itu sudah mengandung arti
keseluruhan.
Dari keterangan diatas agama Islam itu Azazan, perintah untuk
menyelamatkan manusia dan alam raya seisinya, selain dari itu kata Aslama
artinya menyerahkan diri sepenuhnya, jadi kata Aslama itu pokoknya kata
Islam. Kata Islam berarti sumber dari segala kata (pokoknya). Dari
keterangan di atas, kata Islam itu bukan sekedar nama, umpama Hindu,
Budha, Kristen, kata-kata tadi artinya supaya dipahami menurut buktinya
(artinya).
Agama Islam itu ajaran, perintah dan petunjuk manusia dan alam seisinya
tunduk kepada Allah, jadi harus dinyatakan dengan gerak, kata-kata, budi
pekerti untuk menjaga keselamatan dunia dan akhirat.
Kata Kyai Agus Salim seperti diatas itu umpama diteliti dengan benar,
menunjukan perbedaan antara satu agama dengan agama lain, singkatnya
agama-agama tadi tidak satu tujuan dengan agama Islam, jadi Islam, Budha,
Kristen itu hanya nama agama.
Menurut dasar surat A-Israa : 15 terdahulu (Bab I ), semua itu hanya sebutan
sekedar nama, tidak beda sebutan (nama-nama), ada yang mengatakan
Allah, Got Theo, Gusti Allah, Hyang Widi dan lain-lain, itu semua yang
memberi nama hanya manusia sendiri. Menurut Wirid (ajaran) kata Islam itu
sebutan salah satu agama, bukan kata sebutan, tetapi kata Saik yang artinya
seluruh manusia tidak membedakan agamanya yang penting bisa menyatu
dengan Allah (At-tauhid). Sebenarnya kata Islam itu Marifat, akan tetapi ada
kata Budha, Islam sejati. Islam sejati itu hanya untuk orang jika dicubit
merasa sakit.
Arti Rahasia hanya tanda yang digunakan oleh orang yang membutuhkan
tetapi semangat saja yang sama, yaitu mencari kebenaran Allah.
Kata Marifat itu asal dari bahasa Arab yaitu Arafah, artinya melihat, tetapi
bukan memakai mata atau pikiran (pengetahuan). Kata-kata melihat itu
bukan pakai mata tetapi mengarah ke ilmu, dan Marifat itu tahap
mengetahui Wirid (pelajaran); melihat Allah tidak memakai alat mata dan
tidak memakai pikiran. Melihat Allah terhadap Wirid artinya siapa saja bisa
mencapai Marifat, tetapi apa yang akan di Marifati jika tidak tahu tentang
hal ketuhanan (Allah), dan Marifat itu bertekad, sudah pandai melakukan
Zikir, Sholat Tauhid, Semadhi (Yoga) saja tetapi disertai taat, patuh dan
yakin kepada agamanya. Umpama taatnya para ahli Syariat hanya karena
takut kepada peraturan; sholat, puasa, zakat, fitrah, naik haji merasa sudah
menjadi Islam. Tetapi terhadap Marifat selain menurut perintah agama lalu
disertai tekun (kuat) terhadap sesuatu tujuan sehingga patuh (taat)
terhadap tujuan untuk membuktikan Allah itu ada. Orang olah (melatih) batin
terhadap orang Marifat itu membuktikan bukam gampang, sebab orangorang itu batinnya sudah memiliki sifat Allah, umpama sifat kasihnya yang
biasanya lalu menjadi watak kasih sayang terhadap sesama. Kata Kasih
Sayang menurut Allah (Rahman dan Rahim- Arab), tidak beda-beda, buktinya
para Nabi, Wali, Mukmin semua mempunyai sifat kasih sayang, sudah
ditujukan untuk diri sendiri menjadi untuk semua (universal), walau
begitupun masih ada ingin perang dan membunuh musuh, begitulah orang
yang sudah mengerti bahwa perang atau membunuh musuh itu mestinya
pasti merusak rumah tangga. Tetapi terhadap orang yang sudah mengetahui
rahasia alam, itu tidak mengherankan hanya menjadi kewajiban (tugas).
Perang dan membunuh terdorong oleh kasih sayang dan suci, daripada
menjadi hancurnya dunia (merusak ketentraman), maka harus dibunuh
(dimusnahkan). Jadi para bijaksana melaksanakan tadi sama menuju
keselamatan dunia, tujuannya menyelamatkan dunia dari semua
penghalang, begitulah eloknya / sempurnanya Marifat.
Bab 6
Sebenarnya Marifat itu terdapat pada kata kehendak, itu kehendaknya Allah,
gerak, sabda, semua itu kemauan Allah (Makarti Jawa), menurut kenyataan
yang dikehendaki sebelum dikerjakan sudah siap, sebelum ditunggu sudah
datang; umpama orang akan pergi ke Yogyakarta, baru berfikir mencari
angkot, angkot datang mencari sewa dan tanya dimana Yogyakarta ya mas?,
lalu orang tadi naik angkot ke Yogya, perjalanan itu berarti kehendak Allah,
orang itu menyatu dengan Dat tadi (Allah), sehingga satu sama lain tidak
merasakan hanya menurut kehendaknya. Jadi Dat yang ada pada orang tadi
tidak susah-susah. Yang tadi sudah diterangkan bila Hakikatnya Dat itu ya
Afhngal dan Asmanya, artinya ya aku ya kamu adalah satu, maka tidak
mengherankan bila orang itu dikuasai oleh Dat Allah, kuasa mempercepat,
kuasa membelokan tujuan, maka dari orang sebenarnya utusan Dat (sifat
Dat), maka dari itu merasa menjadi utusan, lalu memiliki sifat kuasa-Nya,
jadi harus menyembah dan memuliakan terhadap Dat Allah.
Bisa melaksanakan apa saja dasar kekuasaan, jika makhluk itu utusan Dat
yang wajib adanya. Dibawah ini adanya Wiridan itu artinya kalimat Sahadat
yang sudah cocok dengan kebudayaan Jawa akan diterangkan untuk rumah
tangga (tingkatan).
Sampai sekarang masih menjadi bahan pertanyaan para sejarah dan belum
mendapat yang tepat, contohnya tentang Aji Saka itu siapa dan apa? Apa
maknanya Carakan itu?, walaupun jumlah huruf hanya 20 (dua puluh) tetapi
kenyataan bisa mencakup semua makna huruf bahasa sendiri dan bahasa
asing,, karena kata-kata itu berhubungan dengan kalimat Sahadat maka
jumlahnya 20, bisa dijelaskan dengan sifat 20, maka artinya kalimat Carakan
seperti dibawah ini :
a. Wiridan (Pelajaran)
Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi Muhammad
utusan Allah.
b. Carakan, ada 2 utusan; laki dan wanita asik perang tanding sampai mati:
Keterangannya begini: ada 2 utusan laki dan perempuan (hidup laki dan
perempuan) sama menjadi utusan Allah supaya berkembang anak beranak.
Laki dan perempuan (wanita), bukan manusia saja tetapi seluruh makhluk
didunia ini semua berpasang-pasang menjadi saksi Dat (Allah), maka dari itu
tidak ada barang yang tidak ada, artinya keadaan DAT itu kekal adanya.
Sebenarnya utusan dua jumlahnya, sama jaya, artinya lebih sempurna dari
pada makhluk lain, tidak lain adalah manusia yang diluhurkan dari sifat
kekurangan, lengkap terhadap sifat 20 sama-sama memiliki, disebut juga
sama kuatnya, artinya walaupun laki atau perempuan sama-sama umat
luhur dan sempurna.
Carakan tadi mengatakan sama-sama tidak berdaya (kehabisan tenaga) atau
mati, apa sebabnya sama-sama menjadi bangkai (tidak berdaya), sehabis
perang tanding atau bersetubuh, tusuk menusuk hingga mati tanpa ada
yang melerai, jadi sama mati seperti bangkai, terpuruk kehabisan tenaga
tidak bergerak dan lemas. Laki dan perempuan jadi sumbernya manusia
berkembang. Mengembangakan manusia itu tidak ada putusnya,
berdasarkan Qodrat dan Irodat (sifat 20), lalu menghasilkan kenikmatan
(merasakan enak). Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, jadi mati
seperti bangkai itu sebentar kalau terus mati itu bukan utusan untuk
mengembangkan manusia (umat-Nya). Orang Jawa setiap saat menyebut
kata-kata (Kalimat-kalimat jawa) yang terdapat pada Carakan, terbukti setiap
berkata pasti memakai kata HA. NA. KA. PA. RA. WA. Jadi orang Jawa setiap
hari tidak ketinggalan mengatakan Carakan, setiap kata pasti memakai salah
satu dari Carakan tentang berfikir, bertengkar tetap memakai huruf yang
20 / Carakan seperti ini : HA-NA-CA-RA-KA DA-TA-SA-WA-LA PA-DA-JA-YA-NYA
MA-GA-BA-THA-NGA.
Rahasia yang tersimpan dicarakan itu tidak akan hilang tetapi tetap laki
perempuan semua menyebutkan kata-kata yang ada pada Carakan 20
(jumlah 20 itu sifat Allah).
Keadaan nama Muhammad itu Hakikatnya DAT itu yang mencari orang yang
sudah mempunyai ilmu atau orang yang sudah mengetahui rahasia hidup,
artinya begini : apa saja yang yang tertulis dikitab-kitab suci (Al-Quran, Injil,
Jabur dll) pasti bisa dicari, dipelajari, diteliti karena kitab itu untuk orangorang yang hidup. Jadi artinya pendapat itu sangat sulit, susah sekali.
Rahasia isi kitab Quran dan kitab-kitab lainnya bisa diketahui oleh orang
yang berilmu. kita ulang lagi tentang kalimat Carakan, semua itu kalau
bukan orang kaya ilmu tidak bisa mencari (meneliti). Kalimat Sahadat untuk
agama Islam itu sebenarnya kalimat yang tidak abadi, oleh karena menurut
umum orang-orang kalau menyebut kalimat Sahadat itu hanya bertepatan
pesta perkawinan, mengkhitankan (sunat) anaknya, kalau tidak, tidak pernah
diucapkan. Kalau kata Carakan tiap menit tiap detik diucapkan selama hidup,
maka untuk menjadi utusan lalu memiliki sifat Muhammmad atau menjadi
penanam, penangkar, mengadakan, membuktikan adanya utusan-utusan itu
abadi, dan kalau perlu harus di ingatkan;
1. Kalimat Sahadat, rukun Islam itu saksi adanya Dat Allah, walaupun tidak
dipanggil, di bicarakan, dipikir-pikir dan lain-lain. Dat tetap adanya dan
berubah-ubah dan sifat Muhammad itu tetap ada dan pasti ujud (bentuk
nyata), tetapi jika masih hidup bergerak-gerak. Jadi yang memngucap dan
menyaksikan itu orang hidup.
2. Carakan itu rahasia, sulit, artinya rahasianya yang mengatakan; ada
Muhammad, ada ujud sifat 20. adanya abadinya Dat (Allah) tetap tarik
menarik dan setiap hari kita merasakan, kita buktikan tetap bergerak
(makarti Jawa), tidak mati, masih bisa berberbicara dan melanjutkan duaduanya yang tersebut diatas tadi saling bantu membantu, satu diantara dua
bersatu (Widhatul Wujud), Esa, artinya tidak ada, dua tetapi satu (menyatuAttauhid).
Rahasia yang terdapat di Carakan, sebuah buku karangan seorang Mangku
negaran, diterangkan begini :
1. Hananira Sejatine Wahananing Hyang,
2. Nadyan ora kasat-kasat pasti ana,
3. Careming Hyang yekti tan ceta wineca,
Bab 7
Tujuan dan pendapat diatas tadi umpama diteliti dengan jernih hasilnya tidak
baik, karena Nur Muhammad itu tempatnya di mata, itu tidak sesuai dengan
kenyataan, maka dari itu mata tidak bisa melihat jika tidak memiliki sifat
Allah (Bashar), oleh karena sifat Bashar itu sifat-Nya Allah (Pangeran-jawa).
Menurut keterangan dimuka tadi sifat Muhammad itu memiliki sifat lengkap
(sifat 20). Jadi tidak benar kalau sifat 20 itu menyatu dimata. Menurut
Hidayat Jati (Rangga Warsita) Muhammad itu selengkap begini; Nukat Gaib
itu menjadi 2 bagian :
1. Nukat, artinya Benih (benih yang terjadi).
2. Gaib, artinya samar (tidak bisa dilihat oleh mata), tidak bisa diraba,
sifatnya mutlak (abadi).
Nukat Gaib disebut Nur Muhammad, jika diteliti selanjutnya Wirid Hidayat Jati
mengatakan bila Nur Muhammad itu cahaya yang terang benderang tidak
ada bayangan cahaya (ingkang padang tanpa wayangan-jawa).
Kata terang artinya menerangai siapa yang kena sinarnya pasti merasakan
sinarnya. Nyata kalau Nur Muhammad terang menyinari seluruh yang nyata
atau wujud alam raya.
Karena tanpa bayangan jadi bukan cahaya lampu, memang tidak ada didunia
ini. Apa sebab kata tanpa bayangan karena siapa saja, apa saja jika terkena
cahaya pasti tembus, tembus artinya tidak putus karena terhalang benda
apa saja, karena cahaya itu tanpa batas (meliputi). Jalan itu bisa menunjukan
kepada jalan-Nya Dat yang wajib yang menyinari seluruh yang diciptakan.
Pendek kata Ikhtikat (tujuan) Nur Muhammad atau cahaya yang suci, itu
sama dengan Hakikatnya yang Maha Kuasa, sama dengan aku tidak melihat
tetapi daya tarik menarik. Kata Nur Muhammad itu menurut ajaran agama
yang mendapatkan adalah pujangga Al-Hallaj, mereka membenarkan bila
kejadian semua yang diciptakan itu dari Hakekat-Muhammadiah. Wirid
bahasa Jawa Nur Muhammad (cahaya yang terpuji), pujangga itupun
berpendapat Nabi Muhammad terjadi dari 2 bagian, yaitu :
1. Muhammad, bentuk sifat Muhammad sendiri.
2. Muhammad, bentuk seluruh ilmu, agama, filsafat dan lain-lain, artinya
pusat atau sumber segala ilmu.
Dari itu sifat Muhammad sama berdirinya Rasul, utusan Dat yang menyebar
ilmu agama murni, tidak dicampuri agama apapun (ilmu-ilmu lain), an
keterangannya dibawah ini :
Bab 8
Di dunia ke Islaman ada kata zakat, artinya sifat memberi, pekerjaan itu
melatih keikhlasan dangan memebri zakat tidak bisa dikatakan Alim, belum
cukup semuanya, harus melatih bahwa orang tidak merasakan mencari harta
dan memiliki karena semua itu pemberian Allah.
Walaupun sedekah atau zakat itu perbuatan baik yang utama walapun tidak
dipaksa tidak ingin menanti mendapat balasan ataupun tidak takut
ketinggalan kepercayaan Islam. Dengan pekerjaan tadi harus disesuaikan
keadaan kita, kalau keadaan kita memang tidak punya, pemberian tadi
mengakibatkan tidak Ikhlas, karena hanya mencari pujian, pekerjaan itu
sama dengan bunuh diri.
Kemudian pekerjaan untuk memberi (sedekah) yang benar harus
mengetahui keadaan diri sendiri, cukup atau belum, lebih baik lebih
kebutuhan baru zakat (infak), jadi Infak/zakat tadi baru bisa Ikhlas sempurna
benar atau halal dalam agama Islam. Jadi memberi pertolongan itu bukan
harta saja tetapi tenaga, pikiran dan harta benda dan harus dihitung kemana
harus diberikan. Yang punya ilmu batinnya harus jujur, tidak menipu diri
sendiri (dusta), contoh; kita bertamu, lalu ditanyai sudah makan atau
belum, menjawab belum kok malu, menjawab sudah perut merasa
lapar, itu namanya membohongi diri sendiri, hasilnya menyiksa diri sendiri,
pekerjaan seperti itu lahir dan batin pasti tidak bersatu, jadi watak itu harus
disingkirkan bagi penuntut ilmu Hakikat, jadi harus jujur, bagitupun kalau
lapar sekali tidak boleh minta, itu menandakan kekurangan kekuatan kita
(orang yang lemah), tidak tahu malu, jadi kita bisa berusaha mencari nafkah
untuk kebutuhan kita. Kita haris bertindak jujur luar dalam (lahir batin)
mengendalikan nafsu dan menghargai orang lain (umat Allah) dan jangan
meremahkan orang lain, harus mengoreksi diri, pekerjaan tadi disebut
Mudjahadah dan Rijadlah (bahasa arab), para Syariat Islam hakum agama
yang menganut tanpa pamrih. Penghalang hidup ada 2 yang dibutuhkan,
satu batin dan yang kedua modal lahir (jasmani), penghalang batin ada 5
macam, yaitu :
Karena semua tadi membuktikan perbuatan setiap hari, para siswa harus
pandai berusaha supaya bisa berhasi tadi penghalang-penghalang atau
watak yang tidak baik sedikit demi sedikit, dan yang lurus dari penghalangpenghalang tadi orang bisa bahagia (tentram hidupnya) lebih baik lagi kalau
bisa menjalani puasanya hidup dan zakatnya.
2. Budi atau pikiran, tapa atau kuasanya menerima apa adanya dan
zakatnya sepi dari sangkaan yang menyelakakan orang lain itu tidak baik.
Kata pikiran atau Budi sumbernya pekerjaan lahir yang tidak baik, jadi
walaupun kita memngucapkan kata-kata harus kita teliti terlebih dahulu,
karena Budi dan pikiran adalah gurunya lahir (jasmani). Jika Budi atau pikiran
itu kita biarkan saja akibatnya tidak baik. Para penempuh Marifat
nyawa (roh) tandanya hidup, karena hamba Allah semua memiliki nyawa.
Kata jujur itu mengenai kejiwaan, artinya lepas dari rasa tidak enak, kalau
perbuatan batin jujur, tidqak mau menipu diri sendiri, contoh; dibatin ingin
melihat komedi, tiba-tiba datang tamu, lalu kita menyambutnya, bagi orang
jujur tidak mau menipu diri sendiri tetapi berangkat menonton komedi. Untuk
sopan santun kita menghormati tamu dulu, lalu berangkat menonton
komedi, itu namanya tidak menipu diri sendiri. Pekerjaan jujur disiplin itu
berat sekali karena sesuatu pekerjaan itu harus sesuai dengan batinnya,
maka kita mengetahui bahwa batin kita kuat tidak bisa terpengaruh, contoh;
sewaktu kita berjalan berduaan dengan sahabat, batin kita mengatakan
orang ini mau meminta uang, tidak salah lagi kawan itu minta ongkos
pulang, itu namanya pekerjaan batin seolah-olah kita bisa membaca pikiran
orang.
Perjalanan-perjalanan itu tadi yang dimiliki para Hakikat, maka Hakikat itu
Semadhinya (tapa) Jiwa. Kalau selalu mengawasi batin kita (pikiran) sampai
hafal, lama-lama bisa mendapat ilham (waskita-Jawa) kehendak batin
(krentek-Jawa) pasti cocok jiwa dan jasmani menjadi satu, hasilnya jiwa bisa
mengendalikan jasmani, jasmani itu adalah lengkap pikiran dan nafsu,
contohnya begini : pada hari sore waktunya minum kopi, kebetulan kopi dan
gula habis, uangpun tidak punya, batinnya mengatakan yang perlu minum
kopikan perut dan mulut, kalau mau diperintah pasti datang sendiri, lalu
datanglah tamu yang tidak diundang membawa gula dan kopi. Pekerjaan
yang jujur dan disiplin lahir batin membuahkan hasil jasmani dan rohani,
sama merasakan kebutuhannya, pokoknya apa yang dibutuhkan barangnya
ada, itu sebabnya karena apa?, tidak lain kehendak batin tumbuh suci, jujur
dan patuh menjalaninya, itupun kehendak Allah, lihat Quran surat At-Takwir :
29 ;
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam
Begitu jalannya zakat , amal, nyawa, amal perbuatan dan pekerjaan, tidak
ingin tahu, iri hati, itu jikasalah menerimanya menjdai murka, membunuh,
membuat kekerasan dan lain-lain.
Karena itu tapanya orang Hakikat, lalu belajar menyepi atau tidak ada apaapa hanya Ikhlas, Insya Allah akan mendapat kekkuatan dari Allah yang tidak
pernah dimiliki.
Rahsa (rasa) tapanya baik hati, zakatnya berhenti mengeluh (analansaJawa), itu sebenarnya tapanya ahli Marifat dan tercapai kalau sudah
mengamalkan tingkatan 1 (Syariat) sampai 4 (Marifat) seperti diatas, itu
hanya sebutan (kata-kata saja), kenyataannya yan merasakan mencapai
(Marifat).
Keterangan orang yang berbudi serta benar, dapat dipercaya dan ditiru apa
yang dikatakan (ucapannya), dan sering menasehati dan memberi
penerangan kapada masyarakat. Jadi Budi baik karena orang yang sudah
mencapai Marifat; apa yang dikatakan adalah kata-kata Allah, apa yang
dikehendaki adalah kehendak Allah, sebab yang paling utama sifatnya Allah
yang tidak mengenal tempat, siapa saja diberi watak luhur, bijaksana, yang
terpenting mau menjalani tapa dan zakat seperti tercatat diatas, yaitu
Syariat samapai Marifat tadi.
Apa sebab mendapat sifat luhur, agung, bimbingan, kasih sayang-Nya dan
lain-lain; karena sudah keluar dari Kijab, pemeberantas nafsu keinginan yang
terdapat pada tingkatan 1 sampai 4 diatas.
Umpama ;
Bab 9
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala
Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku
orang yang pertama-tama beriman.
Kerangan dari Hadist Buhari Muslim yang kurang lebih artinya : Orang-orang
yang puasa itu perutnya baik (luhur), pikirannya baik dan budinya suci.
1. Kenapa orang yang berpuasa itu merasa tidak enak, malas dan ngantuk ?
2. Kenapa Firman di Quran ditujukan kepada orang-orang yang beriman ?
3. Dan apa sebabnya puasa yang sudah dikerjakan sejak ber abat-abar itu
bisa mensucikan diri ?
Menurut ilmu kesehatan (Prof. Dr. A. Ramli) mengatakan bahwa hewanhewan dan mahluk yang hidupnya memamah biak melalui mulut dan ditekan
keperut langsung kenyang. Makanan itu sarinya menjadi pokok kebutuhan
kita. Contohnya: zat lemak, hidrat arang, air, garam, putih telur dan vitaminvitan yang terdapat pada daging, Sayur-sayuran, Kacang-kacangan dan
segala makanan yang belum busuk , Kalau makanan itu sudah busuk
pitaminnya sudah hilang. Makanan yang dikunyah tersebut dialiri dengan air
ludah yang keluar dari kelenjar ludah yang mengakibatkan maknan tersebut
menjadi sari pati dan berubah menjadi zat hidrat arang, kemudian menjadi
zat gula atau mallose (Menurut ilmu kedokteran).
Makanan yang sudah halus masuk ke usus halus dan dipintu usus ada
saluran kelenjar yang terbagi dua yaitu: saluran empedu dan saluran
pangkreas (ludah yang asalanya dari ginjal). Dua-duanya mengaliri usus.
Empedu asalnya dari bagian hati gunanya untuk melebur zat lemak yang
dibantu oleh pangkreas hingga halus sekali. Pangkreas menghancurkan zat
telur sampai berubah sipatnya menjadi hamud amino. Zat hidrat arang dan
lemak yang hancur mudah diisap oleh usus halus, kemudian makanan
trersebut menjadi sari-sari dan sari-sari tersebut menjadi bibit asal darah dan
daging. Diatas lapisan usus-usus menghisap makanan yang sudah menjadi
sari-sari aslinya yang terdapat di limpa (getah bening) kemudian seluru zatzat meresap ke pipa-pipa darah dan terus mengalir ke pipa-pipa darah yang
besar dan mengalir ke hati dan merata keseluruh badan. Yang tertinggal
hanya lendir-lendir pencernaan.
Otak itu mebutuhkan darah untuk membasahi yang diterima dari urat-urat
sarap dan otot-otot yang ada pada kerangka manusia. Selama perut dan
pembuluh-pembuluh menghancurkan makanan, otak otak kita kekurangan
darah penyiram yang menyebabnya kurangnya daya berpikir.Itulah
sebabnya para leluhur kita dulu berkata bahwa kalau perut lapar pikiran
buntu, dan kalau kenyang pikiran terang. Karena puasa dilakukan disiang
hari dan pikiranpun bekerjanya disiang hari. Untuk itu apa yang dikatakan
para ahli adalah benar. Maksudnya apabila perut lapar maka perut itu diam
(tidak bekerja). Karena tidak bekerja maka tidak membutuhkan darah lebih
dari ukurannya. Darah yang tidak dibutuhkan itu lansing naik membasahi
otak dan itu terjadi setiap hari dan otak terus basah sehingga otak itu lancar,
tidak mudah lupa (pikiran sehat).
bisa menjadi wali, pendeta adalah orang yang memiliki badan sehat. Kalau
tubuh sakit pembawa ilmupun sakit. Untuk itu:
Peraturan itu sudah menjadi darah daging sejak zaman dulu sampai
sekarang secara turun temurun. Penyebabnya adalah menurut penelitian
ilmu jiwa bahwa banyak guru-guru kebatinan dan murid-muridnya yang
1. Kalau waktu berpikir berat, dikepala pening harus berhenti sejenak, jangan
menuruti kemauan.
2. Selalu bangun subuh, lalu jalan-jalan karena bisa menyegarkan badan
menghilangkan lemah dan lesu.
Kata Semadhi berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya shallat makripat
(Khusuk) atau Tauhid. Kata Yoga itu juga berasal dari bahasa Sangsekerta
sama dengan Shalat makripat yang mengerjakannya disebur para Yoghi.
Yogha dibagi menjadi 2 bagian :
1. Hatta Yogha : Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang umum (awam)
bisa juga dikatakan tingkat syariat terhadap agama islam. Penjelasannya
seperti ini : hatta Yogha harus mengurangi makan, berpuasa melarang apa
yang tidak baik. Tapa atau nyepi sampai berbulan-bulan. Yang utama
memaksa jasmani dan tidak mau kawin. Hal itu perbuatan yang menghukum
nafsu.
Apa aslinya mengerjakan Raja Yogha?. Bab pekerjaannya perut dan otak
sudah dibahas, begitu juga zakat hidung, mata, mulut dan parji. Sebelumnya
menerangkan aslinya Semadhi. Sebenarnya pencegahan parji diterangkan
dahulu. Inti sarinya menjawab pertanyaan apa sebabnya kita perlu menahan
nafsu parji ?.
Terhadap manusia parji itu merupakan salah satu alat menurunkan benih
manusia agar dapat berkembang biak di dunia, tetapi kalau nafsu dibiarkan
menjadi tidak baik untuk kesehatan diataranya :
2. Bahaya lain adalah daya pikir menjadi lemah, terbukti menjadi penakut,
kurang percaya diri dan malu-malu. Tapi jika dilakukan hanya sekali-kali
untuk menurunkan bibit manusia, menurut kesehatan air mani yang tidak
keluar naik keotak melalui tulang punggung dan tengkuk, bisa membantu
aliran darah untuk membasahi saraf-saraf otak sehingga mudah berpikir dan
lancar. Dan kaburnya mata itu disebabkan banyaknya mengeluarkan air
mani tadi.
Manusia memliki alat kasar dan halus, yang halus tidak bisa dilihat oleh
mata, tetapi lengket ketubuh kita menyebabkan panca indra bisa bekerja
masing-masing yang disebut rasa (saraf). Tali rasa (saraf) bisa bekerja
menyalurkan kepada panca indra, karena bekerjanya rasa jati bekerjanya
selalu memberi peringatan kepada roh jasmani yang bisa mengingat segala
kejadian yang dikerjakan oleh pikiran dan jasmani. Bila berdirinya manusia
itu karena dialiri rasa jati tadi maka bisa berdiri sendiri tanpa dialiri dari
syaraf atau darah ke otak, pikiran terang tanpa hambatan.
Berdiri sendiri terhadap rasa jati (roh jasmani) ukurannya tanpa batas, bisa
melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata bisaa melainkan dengan mata
batin (roso jati). Mengerjakan Semadhi (Shalat Maripat) secara paksa
menyebabkan putusnya tali rasa (syarap) Astendriyo seperti diletakan keluar
dari lingkaran tadi. Karena rasa jati tadi kerjanya menyimpan dan
mengetahui semua keadaan diluar dan didalam, maka kalau terputus dari
tali rasa secara terpaksa maka bisa menyebabkan seperti orang mimpi atau
ngelindur. Shalat tauhid seperti diatas itu kurang baik. Menurut pengkias
jawa nampak mimpi tadi mengetahui apa-apa yang ada dialam mimpi.
Sebenarnya semuanya tadi mengetahuinya karena rekaman-rekaman pikiran
atau Astendriya waktu terbuka mata karena banyaknya angan-angan atau
khayalan. Contohnya Tustel, pilim yang berada didalam tustel itu masih
kosong, lalu tustel tersebut diarahkan kesuatu benda yang ingin dituju dan
dipetik kemudian gambar langsung tertinggal difilm tersebut. Itulah anganangan yang tertinggal dipikiran (tali rasa) karena tujuan secara paksa tadi
maka semua tadi mempunyai kurang kekuatan (jaminan) seperti contoh
dibawah ini;
Tidur terlentang dengan kaki lurus saling bertimpahan lalu mengatus nafas
sambil berzikir, karena dipaksa atau kaki yang saling tumpang tindih
badanpun merasa kurang enak, bahkan kakinya terasa kebas atau
kesemutan lantas hal ini dianggap mulai mendapat wahyu dan Shalatnya
diterima.
Sebenarnya darah yang mengalir keseluruh badan bisa saja agak tersumbat
yang mengakibatkan kaki dingin seperti disiram air sewindu. Kemudian
dibatin sambil memikirkan pengalaman dari cerit-cerita, kata guru atau kata
buku yang menjadi pedoman.
Zikir (Mengingat Allah) itu semakin jelas , pikiran harus tentram tidak
diperintahkan mengingat-ingat artinya pikiran terus diperintah terus bekerja,
menggerakkan bibir untuk berbisik-bisik. Pekerjaan ini sama saja dengan
mendiamkan tali rasa untuk mengaliri daya piker. Dalam islam pekerjaan ini
disebut syirik dan harus dijauhi karena membahayakan diri.
Semadhi (Shalat tauhid) iti dikerjakan oleh para ahli Marifat (Arifin dan
aulia). Semadhi (shalat daim) pekerjaan sebelum tidur untuk menentramkan
pikiran (mengendalikan pikiran) dari semangat kemauan, itu bukan
pekerjaan yang mudah, sebab shalat tadi untuk menegakan Rohani dengan
Roh Jasmani (Rasajati-jawa). Kalau dipewayangan seperti Khrisna Gugah
(membangunkan Khrisna), itu sebenarnya menghidupkan Rohani dengan Roh
jasmani (Rasajati). Bagi orang yang shalat Syariat ataupun Marifat puasa itu
berguna sekali, karena nafas itu tergantung kebisaaan yang sudah terlatih
dan diatus, lama-lama teratur sendiri lebih baik, karena batin tidak ikut-ikut,
nafas itu sudah Kodrat.
Semadhi (Attauhid) itu hanya dikerjakan oleh orang ahli Marifat (Arifin dan
Aulia), dan semua pelajaran itu hanya tentang peraturan. Keterangan
selanjutnya hanya bisa menerangkan yang tidak bisa dipaksakan. Shalat
Marifat atau Semadhi bagi yang ada 2; Mengheningkan cipta dan
Mengosongkan cipta;
Pekerjaan seterusnya tentang zikir itu umpamanya begini; zikir itu harus
mengucapkan lafal bermacam-macam menurut keyakinan sendiri-sendiri,
ada yang mengatakan hidup.. hidup, ada yang mengatakan ham.. ham,
zikir itu Napi isbat, yaitu mengucapkan Laillah haillalah dan dimengerti
benar-baner, artinya tidak ada Tuhan, melainkan Allah (ilallah), maksudnya
menetapkan adanya ilallah (isbat). Zikir itu lama-lama tidak tergantung
dengan yang mengerjakan, apa perlu dihitung atau tidak, itu sama saja.
sesudah mengucapkan lafal tadi berulang kali atau tidak, lalu diteruskan
mengucap ilallah .. ilallah.., atau mengucapkan musbitnya saja,
umpamanya; Allahu.. Allahu.., atau hu.. hu.. hu.. , seterusnya sampai
lelah, lalu tidur. Sarana itu akan mendapat yang diinginkan.
Kerjanya tidak perlu dipaksa, jika dipaksa menjadi bosan, sebab mengejar
supaya cepat mengetahui terkabulnya menjalani, dan kekuatan Rohani dan
Jasmani. Seperti tersebut mengharap-harap sampai sebulan atau setahun
atau sekali seumur hidup, tergantung rahmatnya.
Bab 10
Semua itu salah terima, menjadikan tidak benar (kesasar), salah arah.
Gambaran-gambaran tadi hanya rekaman pikiran (tabet/warono-jawa) dari
kerjanya perasaan (astendriyo-jawa) yang tiga banyaknya;
1. Keinginan;
2. Angan-angan (krentek-jawa);
3. Pikiran.
Keterima (diterimanya) shalat tadi lama, dan pengalaman tadipun lama, dan
akan mencapai kepada pengalaman-pengalaman yang sangat berbeda
dengan pengalaman-pengalaman yang diatas, pengalamannya rasanya
sendiri yang menakut-nakuti (jumpa katak membawa senjata, kelabang, ular
sebesar bantal dan lain-lain).
menelan kepala kita, semua itu seperti benar-benar ada, karena jiwanya
lemah langsung batal dan bangun.
Semua yang menakut-nakuti para yang mengerjakan shalat Marifat, jika
sendirian lalu bangun, lari dan pingsan, jika kurang waspada bisa mati. Jika
bisa lulus bisa disebut bisa membuka tirainya (Warono-jawa), dan tidak tidur,
tidak terjaga, tidak lupa dan tidak ingat, itu baru disebut Marifatnya Hakikat
(belum Marifatnya Marifat / Attauhid). Biasanya melihat cahaya terang
tanpa batas, hanya sekejap mata seperti kilat, bahasa Wirid disebut Samudra
Luas (Alam laut). Jadi disitu pengalaman Hakikat meninggalkan dalam
keadaan tidak merasakan apa-apa; karena itu pengalaman sebenarnya
belum bisa apa-apa, terkabulnya harus menghilangkan perasaan, dan harus
merasakan aku sudah Attauhid (nunggal sawiji-jawa) tingkatan Marifat.
2. Dalil dan Hadist menceritakan perjumpaannya Nabi Musa as. dengan Nabi
Khaidir, Nabi Musa menerima wejangan-wejangan dari Nabi Khaidir, tetapi
sebelum tamat, Nabi Musa sangat ingin bertanya ingin menegetahui
semuanya rahasia itu. Sebelumnya Nabi Musa sudah dijanji tidak boleh
bertanya apa-apa selama diwejang, contoh itu nyata disebut 1 dan 2,
keterangannya selanjutnya berdasarkan Al-Quran Nul Qarim, Al-hadist,
buku-buku pedalangan suluk Dewa Ruci. Firman Allah Quran surat Al-Kahfi :
65 ;
Di surat Wirid atau Suluk pasti ada cerita tentang Sunan Kali Jaga yang
bertapa ditepi samudra (Syeh Malaya), Syeh Malaya juga ditepi samudra, itu
hampir sama. Kata samudra adalah alam yang bebas yang tidak bisa dilihat
(tanpa batas).
Pengarang buku-buku Suluk dan Wirid, semua menceritakan pengalamanpengalaman tentang shalatnya sendiri (shalat Marifat), pasti semua
ditengah-tengah samudra, karena sudah ada yang mengaturnya (Allah SWT),
seperti disebut di kitab Al-Quran surat Al-Kahfi : 65; artinya shalat Tauhid
(Marifat) yang seperti apa saja pasti melalui alam terang benderang (alam
tanpa batas). Kutipan dari buku Suluk Syeh Malaya dan sama jumpanya
Sunan Kali Jaga sewaktu diwejang oleh bayangan putih; sang pandita cepat
jalannya, ditempat Bonang padepokan, ternyata cepat-cepat, sudah sampai
dipesisir samudra, jalannya Syeh Malaya (Sunan Kali Jaga) tujuannya naik
haji ke Mekah, jalannya salah arah, terkadang samudra sangat jauh, jauh
sekali tanpa batas, tercengang seketika, ditepi samudra, ternyata tadi yang
datang, yang menguasai Jagad raya (tidak tahu arahnya); itu jalannya yang
ditunjukkan (digambarkan dipedalangan) sewaktu Brata Sena menempuh
hutan belantara banyak perampok (diantara banyak perampok), Brata Sena
bukan ibarat Jasmani, tetapi ibarat batin (hati), tekad (semangat).
Setelah naik setingkat dengan cara Tauhid (Semadhi), langsung jumpa dan
terbuka apa yang menghalangai godaan sendiri, seperti hawa nafsu yang
berbekas di indra (pikiran), karena semua sudah terbuka dengan cara shalat
Marifat (semadhi) lalu melihat cahaya yang sangat terang yang tidak pernah
dilihat didunia ini, luas seperti samudra yang tidak ada batasnya (tetapi tidak
merasakan apa-apa).
Selanjutnya begini, Quran surat seperti yang diatas yang ingin mengetahui;
Syeh Malaya sedih, ingin tahu Hidayat (petunjuk, taufik, anugerah), tanpa
tempat tanpa nama, jiwa menjiwai, tersimpan, kapan jumpanya, kalau tidak
dapat anugerah baik, kecuali dapat ijin Yang Maha Kuasa, ternyata Sunan
Kali Jaga ditengah samudra jumpa, masih tenang saja, ucapan Nabi Kilir,
ayat Quran dan Hadist mengatakan nama tadi, datang tanpa tujuan, berkata
pelan-pelan, syair tadi tembang jawa, asalnya dari para sarjana yang sudah
mencapai Hakikat (Marifatnya Hakikat).
Selanjutnya Wiridan tadi; Syeh Malaya (Sunan Kali Jaga); ada apa
pekerjaanmu, datang kemari, apa tujuanmu, kemari ditempat sepi, tidak ada
yang indah, dan tidak ada yang dimakan, tidak ada pakaian, meliputi Jagad
raya pelan-pelan berbicara, batas disini ini, banyak bahayanya, kalau tidak
mengadu nyawa, pasti tidak sampai disini, disini sepi semuanya (sunyi
senyap), jadi dikatakan panca baya (lima bahaya), itu tujuan bagi
kasunyatan (kenyataan), bahwa sudah dapat dari guru, supaya dapat
membuktikan shalat tauhidnya (semadhi), tetapi jika tidak waspada dan
sentosa jasmaninya mengakibatkan kematian.
(Dewa Ruci dan Brata Sena), kami tinggi besar, tubuh kuat perkasa, dari
mana jalannya saya masuk, jari kelingking apa muat, Nabi Kilir berkata
pelan-pelan; besar mana dunia seisinya dengan gunung, samudra dan
dasarnya, tidak sempit untuk masuk, didalam gambaranku, Syeh Malaya
mendengar, lebih takut mengatakan, kepada yang menguasai Jagad Raya,
intisarinya perjumpaan bayangan dengan yang shalat Marifat (semadhi) dan
yang membuktikan itu si Hati, karena pengalaman tadi masih pengalaman
Hakikat, sebenarnya para ahli Yogi, Nabi, Wali, Mukmin, dan siapa saja masih
memakai bayangan-bayangan, pasti mempunyai perasaan, artinya belum
menyatu (nyuwiji-jawa/Attauhid-Arab).
Jadi arti keterangan diatas, artinya pada waktu itu, walaupun Wali masih
sangsi-sangsi, buktinya bertanya, bagi yang diwejang dan yang memberi
wejang itu dalam diri sendiri; ketika ada anak kambing (lontang-jawa)
terengah-engah mencari Roh yang mulia menyatu orang Hakikat
(diibaratkan/pasemon-jawa).
Jadi pengalaman yang gawat dan rumit itu pada hakikatnya karena mencari
Datnya Allah melalui bayangan putih (penghalang/simpang empat);
A. Pengalaman Nabi Musa as. jumpa dengan Nabi Khadir di samudra, Nabi
Khaidir menjadi pembicaraan sekitar tahun 1378 H, Al-Hadist Bukhari no.6
Bab. Pembicaraan para sahabat-sahabat sewaktu membicarakan
perjumpaannya Nabi Musa dengan Nabi Khaidir, Hadist membicarakan para
sahabat-sahabat tadi hanya mendengarkan pembicaraan Nabi Muhammad
SAW saja. Ternyata kejadian sewaktu Nabi Musa as. masih hidup, beberapa
ribu tahun sampai sekarang, kalau tahun Hijriah di tambah zaman Nabi Musa
as., maka menjadi pembicaraan Nabi Khaidir jumpa dengan Nabi Musa as.
yang dibicarakan dalam Hadist oleh Nabi Muhammad lebih kurang
dikatakan :
Ibnu Abas menceritakan tentang tafsiran Hurr Bin Qais, siapa kawan Nabi
Musa as. sewaktu jumpanya, Ubay cerita dengan Ibnu Abas dikatakan :
kawan Nabu Musa itu memang ada dan saya mendapat keterangan dari
Rasullullah. Pada suatu hari Nabi Musa as. berkumpul dengan orang-orang
Israel, lalu ada orang laki-laki bertanya kepada Nabi Musa as., Nabi Musa apa
mengetahui orang yang lebih pintar dari padaku, Nabi Musa menjawab ;
tidak, seketika Allah memberi wahyu terhadap Nabi Musa as., orang lebih
pintar yaitu hamba Khaidir, Dalil Al-Quran surat Al-Kahfi : 65 ; seperti diatas,
cerita itu cocok sama dengan perjalanan Sunan Kali Jaga sewaktu jumpa
disamudra (alam tanpa batas). Apa yang terpenting wejangan Nabi Khaidir
terhadap Nabi Musa as.?, wejangan-wejangan yang diterima Nabi Musa
terhadap Nabi Khaidir?, kalau dicocokan perjalanan Syah Malaya (sunan Kalli
Jaga) dan Nabi Kilir, dan Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril, tidak beda
sama orang yang kebetulan jumpa dengan saudara sendiri.
Diceritakan Dalil dan Hadist; bila Nabu Musa tidak kuat menerima wejanganwejangan Nabi Khaidir terbukti selalu bertanya walaupun tidak di ijinkan
bertanya sewaktu menerima wejangan, sewaktu jumpa tadi tidak seperti
biasanya, tidak bisa diterima akal pikiran, Nabi Musa selalu bertanya, itu
menjadi tanda bahwa Nabi Musa masih tingkat Hakikatullah (belum Marifat),
bisa disebut masih merasakan (pangrasa-jawa), karena perasaan sama
dengan hati, walaupun sebenarnya Hakikat itu tidak merasakan apa-apa,
tetapi merasakan itu yang menerima adalah hati.
Di suruh membunuh anak kecil, sama dengan cerita Ramayana; Prabu Rama
membunuh Subali (raksasa), umpama jika Subali tidak dibunuh, di masa
depan menjadi perusak dunia. Sama dengan bayangan sendiri (bayangan
putih), jadi keterangan diatas kalau dikerjakan pasti mengherankan, karena
tidak umum bagi yang mempunyai keluarga (mempunyai anak).
Karena yang nyata tujuannya dan ilmu Attauhid (nyuwiji-jawa), jadi ilmu itu
amalannya menyatu dengan Dat Allah sampai kenyataan adanya Layu
Kayafu (tidak bisa dijangkau, menyaksikan, mengetahui dan melihat).
1. Sembahlah Allah; sembah itu menuju hamba dan Allah melalui Marifat
dan yang bisa membuktikan hanya yang menjalani sendiri. Jadi umpama
dihitung menyembah berdasarkan tingkatan tadi hanya Attauhid (Marifat)
dan menyatunya hamba dan Allah, terang-terangan saja tidak bisa ditulis
atau dijelaskan, dan penyembah tingkat Sariat, Tarikat, Hakikat itu hanya
jalan menuju Marifat (Islam).
dia menampakan sifat Kasih melalui orang, dan orang bersedekah kepada
sesamanya. Jadi Ikhlasnya menyembah yang benar itu tidak mempunyai
tujuan iri hati, keinginan-keinginan yang melalui tujuan itu sudah hilang,
karena Ikhlas bagi agama apa saja bisa tercapai.
Dan ada pertanyaan; jadi yang disembah tidak ada apa-apa, tidak nampak,
tidak bisa dilihat, salah jawaban bisa salah arah, kalau memberi keterangan
hanya berdasarkan pendapat orang tua-tua dahulu, sebenarnya akal dan
pikiran harus meneliti kata-kata (saya tidak mengetahui atau tidak bisa
membayangkan), karena sudah ada Dalilnya kalau kamu ingin menghadap
Allah harus seperti bayi lahir yang tidak tahu apa-apa, tetapi bayi itu tetap
hidup. Yang hidup nanti, jika sesudah dewasa yang menyabut-Nya, tetapi
kalau menyembah kosong (suwung) diatas sudah diterangkan. Dat yang
tidak nampak (Layu Kayafu) tidak bisa dijangkau oleh apapun walau tidak
nampak, tetapi bisa menciptakan Jagad raya (alam semesta) dan seisinya,
jika berkata Qun Fayakun; terjadi semuanya.
Menurut surat tersebut diatas; umat-umat itu kalau mengetahui lahir didunia
itu tidak tahu apa-apa, yang bisa membuktikan hanya para Marifatullah,
kira-kira zaman dahulu Syeh Siti Jenar, walaupun menjadi Wali, ternyata
masih mempunyai sifat lupa, kata lupa itu tidak salah sangka, hanya waktu
tidak ingat. Syeh Siti Jenar mengatakan; Dat yang tidak nampak tetapi
kuasa (wenang-jawa). Sebahagian orang mengatakan Allah itu aku,
karena rambut sampai putih semua, badan sudah bungkuk, mencari Dat
pasti tidak jumpa, karena tidak bisa dijangkau (layu kayafu).
a. Shalat lima waktu puji zikir, pasta tyas karsanya pribadia, bener luput
tanpa dewa, sadar panggung tertamtu, badan alus munakarti, ngendi ana
yang sukma, kejaba mung ingsun, ngider daya cakrawala, luhur langit sapto
bumi durung manggih, wujud Dat kang mulya.
b. Syeh Siti bang menganggep Hyang Widi, wujud kang kasat mata, sarupa
kadia dewa, ing sipat wujud, lir wewujud baleger tan kala, warnanya tanpa
ceda, mulus alus lurus kang nyata tan wujud dora, lirnya kidam dihin
jumeneng tan keri, sangking pribadi nira.
Pengarang surat (buku) Syeh Siti Jenar tadi pasti orang yang masih tingkat
Hakikat, atau masih belajar, bukan ahli Marifat, karena berani mengatakan
benar salah tidak sendiri, itu orang yakin benar bila kekuasaan Dat itu
berada padaku, dan kalian semua, yang menyatakan dan membenarkan diri
sendiri, pengarangnya sudah bisa mengoreksi diri sendiri.
Keterangan sifat 20; orang itu yang memiliki Dat, jadi jiwa kalau disamakan
aku (ingsun-jawa), itu benar. Karena orang mempunyai bayangan Dat, sifat
20, jadi aku itu bukan Allah, tetapi hanya bayangan saja. Walaupun sama
tetapi tidak mempunyai sifat kuasa (wenang-jawa), tidak bisa menciptakan
apa-apa.
Keterangan tembang dendang Gula tadi; kesalahan terletak pada kata aku
sama dengan Allah, maka ada kata; sapta bumi belum jumpa bentuknya
Dat yang mulia, pengarang buku Syeh siti Jenar mengakui; wujudnya ingsun
(aku) tidak pernah jumpa (dilihat), tetapi batinnya mengakui ada, yaitu Dat
yang mulia.
Selanjutnya wujud yang tidak terlihat oleh mata kepala, itu benar, sama
dengan dia. Kalau salah tafsir lalu mengakui pengalaman Mayangga Seta
(bayangan putih) Allah. sebenarnya sama dengan dia itu Dat sifat, Widhatul
Wujud (menyatu dengan sifat-Nya) atau Kata-kata satu tidak dua, itu benar,
tujuan pengarang; widhatul wujud, mengartikan hamba dan Allah itu satu.
Pendek kata secara singkat Bak atau kolam yang berisi air, lalu ada
bayangan matahari didalam air (lihat Bab 3). Dan yang dikatakan wujud
(ada) tetapi tidak bisa dilihat, tetapi ada (wujud).
Jadi pengarang buku Syeh Siti Jenar itu tidak mau mengakui kata Siti Jenar,
lalu tidak sependapat. Jadi Syeh Siti Jenar benar, karena kita lahir tidak tahu
B. Cerita Nabi Musa as. jumpa dengan Dat Allah, nyata atau tidak ?. Nabi
Musa as itu tidak pernah menduakan Allah, walaupun Nabi-Nabi; Daud,
Yusuf, Ibrahim, Isa dan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya sama-sama
mencapai Islam, akan tetapi cara lahirnya; ajaran-ajaran yang disebarkan
(agama) yang berbeda-beda:
Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala
Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku
orang yang pertama-tama beriman.
Selanjutnya Nabi Musa as. bisa melihat Dat Allah, sulit dan membingungkan,
kata ayat; Cahaya Tuhan nampak, Gunung langsung pecah, Musa jatuh
kebumi dan pingsan, keterangannya begini;
Gaibnya alam semesta; Nabi Musa as. percaya betul atau yakin benar bahwa
yang disembah tidak nampak, tetapi bisa menciptakan semua yang ada
dialam raya dengan perkataan Qun Fayakun : terjadi semuanya.
Shalat Marifat (Shalat Khusyuk) bisa dialami siapa saja, pertama harus
mengalami pingsan dahulu (tidak sadar), dan selanjutnya umpama sudah
bisa mengalami marifat tetapi sampai Innalillahi wa Innaillaihi rajiun (pulang
keasalnya menghadap Allah) pasti mengalami, rasanya seperti mengalami
bayi lahir didunia (tidak tahu apa-apa).
Gaibnya bisa dialami sewaktu masih hidup (lihat Bab 1, 5 dan 6). Pada waktu
itu Nabi Musa as. tidak disertai Nabi Khadir, karena Nabi Khaidir pada waktu
itu Nabi Musa masih mengalami tingkat Hakikat (cahaya terang), Sedang
Nabi Musa as. meningkat ke tingkat Marifat, melewati tingkat Hakikat, telah
meningkat.
dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendakiNya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam
kubur dapat mendengar
Buku Azhari Khudi, karangan pujangga bangsa Persia, nama Dr. Muhammad
Iqbal (tahun 1876 1938), yang dilahirkan di Lahore (india), Tahun 1915
disalin kedalam bahasa inggris dengan Renold A Necholson. Isinya sudah
digenari para sarjana Islam didunia barat, sebab mempunyai bentuk syair,
yang isinya menuju tidak mengatakan diri sendiri dan dihimpun dengan
bahasa yang mudah dimengerti, dan pengarangnya bangsa Arab, dan isinya
mengarah ke Islami, walau bahasanya bukan bahasa Arab, itu menjadi
pedoman, lain bahasa tetapi artinya sama. Umpama bahasa Jerman, tetapi
hatinya (pikiran) kalau mengkhusyukan pikiran tetap sama.
Jadi menurut Dalil itu, bahwa Allah tidak pernah membeda-bedakan bahasa,
yang penting tujuannya, karena semua ciptaannya atau bahasa itu untuk
mengutarakan angan-angan (maksud). Sewaktu bahasa Arab belum ada, apa
Allah bersabda melalui bahasa Arab ?, pasti menurut bahasa orang yang
diberi wahyu, karena yang penting terhadap mereka bukan bahasanya tetapi
hatinya.
2. Hatimu dan hatiku, untuk berpikir apa saja pasti pakai bahasa sendiri,
kalau berpikir memakai bahasa orang lain pasti banyak salahnya. Oleh
karena Allah bersama kita, manusia pasti tahu batinnya, walaupun memakai
bahasa apa saja. Walaupun bayangan putih diterima oleh saudara sendiri
(mayangga seta-jawa) itu pasti memakai bahasa yang mengalami. Melihat
bayangan putih; karena wahyu itu yang memberi saudara sendiri (dulure
dewe-jawa). Karena Nabi Muhammad mendapat wahyu melalui Malaikat
Jibril, melalui bahasa Arab, dan Nabi Muhammad pun bangsa Arab. Begitu
halnya kata-kata Allah terhadap para Nabi-nabi zaman dahulu melalui
bahasa Nabi masing-masing. Yang begitu tadi walaupun ucapan melalui
bahasa Arab, tetapi jika makasudnya tidak dimengerti (dari Hatinya) pasti
tanpa guna. Sebaliknya memakai bahasa Cina tembus dihati (batin) orang
Cina, pasti tercapai tujuannya. Umpama pujangga Mhd. Iqbal yang tersebut
diatas memohon sampai tulus dihati, karena tidak pandai bahasa Arab, itu
hanya tertarik pada pusat Dalil-dalilnya Allah di Al-Quran, lebih dari itu tidak
ada. Menjawab sebabnya bahasa itu sebenarnya tidak bisa dinamakan
ucapan, umpama menyampaikan tidak memakai bahasa yang dimengerti
oleh orang yang menerima, umpama orang jawa yang mendapat bisikan
(wahyu) itu melalui bahasa jawa, itu yang benar. Dan ada pertanyaan lagi,
apa doa-doa mantra-mantra bisa tembus (sampai) terhadap mayat, apa bisa
mendoakan orang yang sudah mati?.
Adat masyarakat jawa mudah panatik disegala golongan, apa itu agama
ataupun budayanya dan lain-lain. Panatik terhadap agama dan tujuannya itu
terkadang bertindak tanpa pikir. Mengoreksi jalan atau ilmu pengetahuan,
jangan tergesa-gesa, diterima dahulu harus dikoreksi, dipikir, bisa jumpa
(selaras) dengan pikiran yang jernih, betul atau salah pikiran-pikiran bebas
untuk memikir segala-galanya, dan bisa menjadi semangat jiwa. Bisa
memilih yang benar dan yang salah, yang penting pikiran sehat (normal),
jadi tidak mudah terpengaruh.
Contoh-contoh itu siapa saja bisa memiliki sifat Allah, tidak membedabedakan dengan cara apapun, berdasarkan mengetahui dan mengamalkan
kitab suci. Ayat suci Quran surat Fathir : 22;
dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendakiNya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam
kubur dapat mendengar
Jadi bukan tempat, tapi sebagai tanda (kuburan), maka disebut alam
peralihan (alam antara), alam antara roh yang keluar dari jasmani. Jadi Roh
manusia, hewan, dan lain umat, kalau meninggal gentayangan dialam
Barzah (alam kubur), dan disebut siksa kubur dan nikmat kubur.
Apa-apa doa-doa tadi bisa diterima oleh mayatnya?; Roh yang keluar
meninggalkan mayat, menuju kealam baka (Allah), yang sebelumnya tidak
pernah dilewati (dialami sewaktu hidup), sewaktu hidup didunia berkumpul
dengan anak istri, dan masih bisa mendengarkan azan dan musik, karena
masih memiliki Tri indra dan panca indra. Lalu sesudahnya hanya Rohnya
saja, telinga, mata, hidung, mulut tidak dibawa olehnya, artinya jasmaninya
mati dan busuk. Karena mati, alat tadi tidak berfungsi, jadi si Roh tidak bisa
mendengar, hanya merasakan bebannya Roh (lihat bab mati). Sangat
disayangkan ada suatu golongan yang menyatakan Roh itu harus disediakan
kesukaannya sewaktu didunia atau sewaktu masih hidup diletakkan dibawah
tempat tidur, ada macam-macam kesukaannya, dan pasang lampu disebut
sajian, semua itu tidak berguna sama sekali, tetapi semua itu sudah menjadi
kebisaan (adat). Desa bermacam-macam cara, dikota bermacam-macam
peraturan.
pendapat itu tidak mau menggunakan akal pikiran yang sempurna, karena
kepanatikannya, karena sudah menjadi mendarah daging menurut kata-kata
tahayul. Bisa juga memang kurang memahami batinnya, pengalamannya
dan ilmunya. Sebenarnya ilmu Allah itu diterangkan tanpa batas.
BAB 11
QIYAMAT PUNIKA WONTEN PUNAPA MBOTEN
Hadist Buchori 42) : dawuhipun Kanjeng Nabi Muhammad saw, bab Qiyamat.
Tanda-tandane kiyamat iya iku yen mengkono ana Buruh Wadon nglairaken
Bendarane, lan yen mengko ana bocah Angon Unta wus bisa nglungguhi
kapraboning kedaton kang peni-peni.
Punapa wonten titah ingkang gesang ing laladan benter sanget utawi asrep
sanget? Wonten kados pratelan ing ngandap punika, ugi kacuplikan saking
Minggon Djaja-Baja.
***
SAPUNIKA kados pundi hakekating gesang wonten ing laladan kubur alam
ghaib lan alam ingkang mboten kenging kaukur mawi paningal (pancadriya).
Ing Hudyana Djaja Baja nate kapacak minangka tulada, kadadosankadadosan makaten :
Turu punika pakaryaning badan jalaran saking arip lan kesel, lan
ubarampening pancadriya lajeng dados lerem. Wondene Tanda utawi
sasmitanipun punika kinodrat dening raos NGANTUK lan mboten
ngemungaken manungsa kemawon, dalah kewan-kewan ugi makaten
sipatipun. Dene mangsulake utawi angulihake punika, terangipun sanes
pakaryaning badan piyambak, nanging kodrating Pangeran, kasamaranipun :
makarti pribadi (otomatis). Tanda ingkang damel gawok, kroas arip mboten
mawi ngenyang lan semadosan, (mriksanana sipat 20 : qiyqmuhu binafsihi).
Samanten ugi TANGI-nipun, ing jagad pundi kemawon mboten prelu dadak
semadosan rumiyin.
Ing ayat suci nginggil wonten tembungipun kang wus namtokake punika,
makartinipun mboten sarana kajarag. Terangipun : sipat jumeneng kalawan
pribadi punika ugi amisesa badan sakojur, tilemipun, tanginipun, krembyahkrembayahipun lsp.
Rehning mripat, kuping, irung, ilat, kulit, sedaya sami lerem (kendel), mila
kahanan turu punika mbebayani. Bebayanipun dununung ing anggenipun
mboten ngretos lan mboten saged nanggulangi punapa-punapa, bilih
kataman reribet. Nanging sarehning tilem punika jejer gesang, mila mboten
prelu kuwatos punapa-punapa, jer sedaya wau wonten ing astaning Pangeran
piyambak.
Mila senajan tiyangipun TURU, pun rasajati tetep makarti saha weruh
punapa-punapa ingkang sok kasebat ngimpi. Nanging rasa jati punika
mboten bade saged makarti piyambak tanpa sipat jumeneng kelawan
piyambak (qiyamuhu binafsihi). Dados sedaya titah gesang punika mesti
asipat jumeneng kelawan pribadi, jer inggih punika tanda yekti, bilih :
gesang.
Pejah, rochipun kineker terus, mboten wangsul, dene tilem, rochipun kineker
sawatawis lajeng wangsul malih; pramila kenging kasebat : TURU iku
turutane PATI. Yen kalaras : TILEM lan PRJAH punika wonten ing kahanan
sami, (mriksanana, Quran Az-Zumar 42). Ing ayat ngandap piyambak
kasebat : tumrap wong kang gelem mikir. Wosipun : ngajangi omber dateng
manungsa. Wredining ayat Quran XXXIX, 42 punika mboten kangge tiyang
ingkang lumuhan pambudi, nanging kangge titiyang ingkang purun
nandukaken akalipun (fikir), tegesipun : unbgel-ungelan MATI lan TURU
punika namung benten kahananipun (alamipun).
Sejatosipun Kitab-kitab Suci punika kangge tiyang gesang ing Donya, sanes
kangge tiyang pejah. Pramila sedaya maksuipun ungelan-ungelan mesti
saged kabuktekaken nalika gesang ing Donya, kadosta : tembung-tembung
ACHERAT, KUBUR, SUWARGA, NARAKA, LUHMAHZFUDS, GHAIB lan
sapanunggalipun malih. Punika sagedipun kalampahan manawi gadah
kawruh (berilmu).
Mrid suraosipun ayat 143 Ali-Imran lan Az-Zumar 42 punika terang lan
gamblang sanget, bilih kahanan mati lan turu punika sajatosipun sami lan
saben dinten dipun lampahi, dipun ecaki KAHANANIPUN. Pratelanipun
makaten :
II. TURU : punika pakaryan saben dinten, ingkang katindakaken ing alamipun
roh, inggih punika ingkang kasebat alam-alihan (kubur). Sarehning tilem
punika ora mati awit roh bade kawangsulaken malih ing wekdal kang
tinamtokake ing Allah, pramila tetep taksih gesang, tegesipun : ingkang
ewah namung KAHANANIPUN.
Quran lan Kitab-kitab Suci punika sami kasediyakaken kangge tiyang gesang
wonten ing donya, mila bukti lan nyatanipun ugi pinanggih wonten ing
donya, ingkang saged dipun buktekaken nalika URIP.
Dados terang sanget, bilih pakartinipun rasajati utawi rasa eling punika keren
sanget. Kateranganipun makaten : rasajati punika saged NABETI rasapangrasa, makartinipun nyimpen sedaya pengalaman-pengalaman ingkang
terang (lair katawis) lan mboten terang (batin angen-angen), kasebat :
tabeting tri indriya (pengin, nafsu, krenteg), pirantos ingkang njalari raos
bingah, salah, getun, miris, ajrih gila lsp.
Gesang bebrayan punika mboten uwal saking pangraos warni-warni (nafsufarjie, nafsu ilat, pengin enak lsp). Dene ingkang wigatos pikiripun, inggih
punika TRI INDRIYA WAU. Punika saestunipun sampun dados sandanganing
gesang. Sedaya ingkang nabeti wau, bilih astendriya lerem (tilem) lajeng
ngatawis (nyupena).
Pengraos ing dalem nyupena kados nyata estu, marem, bingah, gembira lsp,
kados kraos kadidine melek, nanging yektosipun mboten keraos punapapunapa, jalaran pancadriya / astendriya / talirasa sami lerem, mboten
makarti. Semanten ugi kawontenanipun tiyang ingkang dipun suntik
morphine (patirasa). Wondene dangu lan sekedapipun gumantung dateng
5.1.2 : Ing dalem pangimpen sering ketaman : sjrih, sisah, miris agetir-getir
lan sapanunggalipun ; punika sedaya sanget nabeti pangraos senajan ta
sampun nglilir (melek lenggah). Gambaran ingkang mahanani raos ajrih
upaminipun makaten : Nyupena kagodag ing sima galak, rumaosipun
mlajeng banter sanget , bade bengok-bengok neda tulung mboten wonten
tiyang, utawi wontena inggih namung nyawang kemawon utawi malah
tumut mlajeng pisan. Tulada-tulada sanes ingkang mirib taksih katah.
Mestinipun meh sedaya sami nate supena kados makaten wau, lan raos-raos
punika sedaya estunipun ingkang supena piyambak ingkang ngraosaken,
tiyang sanes (senajan anak, bojo, embah, bapak lsp) mboten bade saget
tumut ngraosaken, awit sampun benten kurunganipun.
Icalipun raos-raos makaten wau sedaya wau yen ingkang nyupena sampun
nglilir, namung kantun kemutan sakedik-sakedik, sebab mila pancen nabeti.
Wungu jalaran supena awon / sae punika, sababipun wonten kalih warni :
1. Wus wancine nglilir kang tinamtokake,
2. Nalika supena rasajati saged sesambetan kaliyan astendriya, kados-kados
nggugah supados tangi.
Yen kaleres ngalami supena wau, mangka rasajati, roh lsp, mboten saged
sesambetan kaliyan pancadriya (wadag), kadospundi kedadosanipun.
Wangsulanipun : tetep ngalami lelampahan pasupenan-pasupenan ingkang
ngajrih-ajrihi wau, ingkang kasandang dening si rasajati piyambak-piyambak
ajegan, awit mboten nglilir malih. Dados tiyang mboten bade saged
ngicalaken raos giris punika wau.
Punala ing alam kubur mbenjing saged kempal malih kaliyan semah ingkang
ugi nututi pejah? Punapa ing alam kubur saged sarasehan bab ngelmu?
Punapa saged nyuwun tulung dateng kanca? Punika sedaya bade kagelar ing
ngandap, adadasar Dalil, Ijmak lan Qiyas. Menawi wonten ingkang kirang
anocogi, punika saged pinanggih nalar, awit punika namung kawruh, nyata
lan mbotenipun kedah kadumuk piyambak.
Rupi jene utawi abrit ingkang wonten ing sekar punika, bade ical samangsa
sekaripun sampun bosok (alum, aking). Dateng pundi rupi-rupi wau?
Sejatosipun sekar-sekar punika namung nampeni rupi minangka wadahipun
rupi ingkang asli, ingkang sipatipun mboetn saged dipun ngretosi.
Wangsulanipun saged damel kodeng. Miturut akal pikiran punika sadaya asal
saking sunar soroting lintang-lintang lsp, utawi saged ugi either (gelombang
ingkang ngebaki jagad). Pitakenan saking pundi asalipun rupi ingkang dipun
darbeni lintang, yen ta asal saking lintang? Pepuntoning nalar : jibeg.
Sedaya punika namung tulada sawatawis lan tetela sanget bilih jagad punika
namung sadermi nampi hakekating Dat. Ugi ing hakekating gesang
manungsa namung sadermi nampi, kadosdene sekar sadremi nampi rupi
abrit lsp, samanten ugi ing kubur, ing lagit, ing pundi kemawon gesang (sipat
gesang) punika tetep wonten.
Sapunika mangsuli bab pengalaman pejah ing alam kuburipun piyambakpiyambak, makaten suraosing dalil : Quran 102 surat Al-Hadji;
Deweke pada ora krungu unine sedeng deweke tetep ngrasakake apa-apa
kang ditresnani dening nafsunu
Sareng gumletak arupi bangke, roh ingkang oncad tetep gesang, awit taksih
kaserenan sipat gesang (angka 10 saking sipat 20), kanti taksih kakantilan
rasa eling (rasajati). Sarehning sipat gesang saha sipat-sipat sanesipun
taksih njumenengi, pramila lelampahanipun roch ugi manut ingkang
njenengi.
Tilem punika nglangkung LALI, nanging yen pejah nglangkungi ELING (byar
kadya nonton gambar hidup), jalaran sipat uninganipun makarti, inggih
punika ingkang temempel ing rasajatinipun.
Yen supena, senajan giris lsp, saged tambar amargi melek, dene yen pejah
pengalamanipun, panandangipun roh tetep ajeg makarti ngraosaken
pengalaman-pengalaman ing kubur lan mboten bade saged nglilir utik-utik
raganipun, Cetanipun makaten :
Oncading roh, nunten ngraosaken tabeting tri indriya nalika makarti ing
donya (rikala gesang). Yen nalika gesang ngangsa-angsa ngumbar hardaning
nafsu lsp. (mrisanana bab mati Quran 102 Al-Haji), pengalamanipun roh ugi
tetep bade ngraosaken tabeting nafsunipun. Wondene bab rumaos, upami
wonten gamelan ngrangin, tetep mboten saged mireng (ora duwe kuping),
dipun sembeleha, tetep mboten saged ngraosaken awit rasa panggepok
mboten gadah, rumaos ketabrak motor, tetep namung ajrih saha ketir-ketir
ingkang ajegan. Kadospundi penandanging roh salajengipun.
2. Saking hardaning pepinginan saha napsu nalika ing Donya, sareng pun roh
ngoncadi, lajeng ugi bade sumerep ceta punapa ingkang dados
pepinginanipun nalika gesang, jalaran nalika roh ngancik alam kuburipun,
nunten tabet pakartining indriya ingkang sigih napsu lan pengin wau
makarti.
Inggih ing alam kubur punika, saged nyawang nanging mboten saged njaluk,
lan sering kataman rumaosing pengalaman nalika ing donya, nanging
piyambakipun mboten saged punapa-punapa, sagedipun namung
ngraosaken kepengin, ngangsa-ngangsa, getun lsp. . ajegan.
Ing Serat Wirid Hidayat Jati wonten tetembungan makaten : aburing eroh
punika baboning dumadi. Wonten leresipun, awit Hidayat Jati punika arupi
babon wirid.
Kula nembe wonten ing latar ngajeng. Inggih pelataran punika, alam kula
sekawit. Manawi kula bade dateng wingking (bale mburi), kula mesti kedah
nglangkungi griya tengah. Inggih griya tengah punika sejatosipun ingkang
kasebat alam alihan kula. Sasampunipun makaten, kula nunten dateng latar
wingking, ingkang kawontenanipun meh sami kaliyang ing ngajeng wau.
Dados ingkang kasebat ngambah alam alihan punika inggih nalika ngliwati
KAMAR TENGAH PETENGAN, punika ingkang kapindakaken KUBUR. Conto ing
nginggil punika lelampahaning wadag, gantos sapunika lelampahaning raos
(kajiwan) saben dinten.
Saben tau Bapak tani mesti nanem pantun. Sareng panen, asilipun dipun
teda salebeting 3 wulan telas. Ing wulan kaping sekawanipun nanem pantun
malih sinambi nyambut damel sanesipun, ngantos dumugi panen malih.
Isining lumbungipun kebak, nanging kateda saben dinten telas ngantos 6
wulan.
Salebeting 6 wulan wau Bapak tani kapeksa kedah ngalami sisah (ngrekaos),
awit kedah merangi ama, banjir lsp. Sadangunipun 6 wulan punika tansah
ketir-ketir manahipun (bab raos), panen lan mbotenipun`mujudaken tanda
pitakenan. Inggih salebeting 6 wulan (pangrantosipun Bapat tani) wau
ingkang kapindakaken alam alihan, ingkang saestu ndadosaken geter.
Manawi kaleresan, tamtu bade nguduh pantun malih ing tau salajengipun.
Dados ing salebeting gesang bebrayan, Bapak tani ngalami : a. 3 wulan
seneng, margi panen, b. 6 wulan kedah nengga kanti manah tida-tida, c.
Bingah margi panen malih.
Kateranganipun :
Ing ngajeng sampun kababar, bilih ing pundi-pundi papan lan padunungan
manungsa tetep kalimpudan ing sipat GESANGIPUN ALLAH.
Sedya punika sanes ngelmu, nanging nafsu. Miturut ungelipun Dalil Quran
surat Assajdah (serat Hamim) ayat 31 makaten :
Ingsun mimpin sira urip ana ing donya lan akherat ; ing kana sira bakal
antuk apa-apa kang sira pingini lan apa-apa kang sira suwun.
Punapa sedaya sedya punika mesti lajeng katurutan? Mila makaten, jalaran
ingkang katah-katah namung kendeg ing sedya, kasengguh menawi punika
bade katurutan kelawan piyambak.
Sedya ing donya punika katurutan, menawi kasaranani lampah. Roh punika
mboetn teka lajeng otomatis saged nggerbani wadag malih. Ing ayat-ayat
wau sampun ceta, kapratelakake bilih ingkang saged nuntun lan nguripi
punika namung Pangeran, keteranganipun : Penandanging roh wonten ing
alam kubur wau, sagedipun wangsul marak ing ngarsaning Pangeran ugi
saking kersaning Pangeran, lan sagedipun wangsul awadag malih gesang ing
donya ugi saking kersaning Pangeran.
Keterangan sakedik bab getun, sisah, angles, raos mboten sekeca. Punika
penandanging roh (jiwa) ingkang kanti-kantilan rasajati saha ingkang
katebetan nafsu-nafsu wau. Sarehning punika TABET ; pramila lelampahanlelampahan punapa kemawon ingkang sampun katindakaken nalika ing
Donya, ing alam kubur bade tansah ngengataken. Raos GETUN punika bade
ngicalaken penandang wau, nanging tetela mboten saged. Cekakipun
ngoncati raos sisah, maras, miris, ajrih lsp., tetep mboten bade saged,
lelampahan-lelampahan ingkang nalika ing Donya mboten patos dipun paelu,
ing kubur prasasat sami ngetawis lan crita. Pramila dalil surat Yasin ayat 65
nyebataken : lan anggotane badane pada matur dewe-dewe. Ayat punika ugi
wonten pangiyatipun, pirsanana serat Yasin 12, ingkang wosipun : rasajati
ingkang kalepetan ing tabeting nafsu-nafsu wau sami criyos piyambakpiyambak, liripun ngatawis lan karaosaken (kacocogna kaliyan pengalamanpengalaman ing turu).
Ing serat yasin ayat 12 nginggil wonten tembung : lan anulisake apa-apa
kang dadi tabete Keteranganipun makaten :
Gesang dateng donya malih kanti mbekta tabeting pamrih. Ingkang makaten
wau pramila lajeng wonten kadadosan bayi lair, sareng diwasa dados
bajingan,pandita, presiden, dokter, pahlawan, pengacau, dagang, tukang lan
sanes-sanesipun awit sedaya tabeting pamrih / nafsu / pepinginan, sampun
katulis ing jiwanipun, maksudipun nabeti. Tulada sawatawis :
6.1.2 : Beja lare pidak-pedarakan, rupinipun awon, tur ciri pisan. Nanging
punapa sababipun dene kelakuwanipun sae, sumanak, lsp. ; saha kancakancanipun sami trisna, purun kurban kangge kabetahanipun Beja.
6.1.3 : Ing Blitar wonten tiyang motel lotre no. 1, kamangka piyambakipun
punika sayektos namung cobi-cobi tumbas lot kemawon, wusana lajeng
sugih dadakan. Engeta punika namung sak jajal-jajal, kok temenan.
6.1.4 : Lare anakipun kaum berah, kalairaken ing alam paceklik. Gesangipun
tansah ngenger-ngenger tiyang, ingkang manut pangancasipun sageda
ngragadi sekolahipun. Dados menawi mboten kasekolahaken dening
6.1.5 : Bung Karno, punika putra Mantri Guru Sekolah Rakyat ingkang sakedik
pamedalipun. Nalika timuripun Bung Karno sekolahipun pinter ngantos saged
pikantuk titel Insinyur. Punapa dene mboten makarya ing babagan
bangunan, nanging malah dados satunggaling ahli politik? Tulada-tulada
kados makaten pinanggih ing Indonesia kemawon, nanging ing pundi-pundi.
Ingkang wigatos bab punika : ora pilih-pilih wong ! sayektosipun : Jiwa
ingkang taksih kalepetan ing pamrih (nafsu, idam-idamanipun suwau lsp.)
namung sadermi nerusaken tabeting pakartining pamrih lan nafsu duk
rumiyinipun.
Allah nguripake wong mati punika kados tulada ing nginggil, ingkang
kagesangaken rohipun. Saking conto-conto wau saged kapilah, pundi
ingkang idam-idamanipun luhur lan pundi ingkang asor lan kaprahipun
mboetn karumaosi dening ingkang ngawaki.
2. Ksatrya : punika kapanggih ing WATAK, yen maton, kepanggih ing para
ulah kridaning ayuda remenipun leladi dateng bangsa masyarakat kanti sepi
ing pamrih, wedi ing wirang wani ing gawe, tekadipun namung memayu ing
tanah wutah erah. Punika, tumrap tata lair. Dene tumrap tata batin, tityang
ingkang nggadahi TEKAT sinatrya wau mboten ngemungaken prajurit
kemawon, nadyan anakipun Jebrak utawi sentena kemawon ing donya
mesti bade kepanggih tiyang-tiyang ingkang remen laladi.
4. Sudra : punika tataran asoring jiwa. Wonten ing bebrayan dipun awaki
dening bajingan, pelanyah, kere, kecu, pengacau lsp., senajan manggen ing
laladan punapa kemawon. Dados kasta punika sami kaliyan tataran utawi
PEPRINCENING LELAMPAHAN-ing manunga ing salebeting gesang, ingkang
namung saknurut kemawon dateng dasaring TABET ingkang kabekta suwausuwaunipun. Dene ingkang ngresakaken wontening pepricen-peprincen wau
namung Pangeran piyambak, cocok kaliyan ayat suci Quran ingkang
suraosipun makaten : Suwiji-suwijine iku wus Ingsun tulisake ing ndalem
KITAB KANG TERANG.! Ing basa pesantren, saged ugi kitab kang terang
punika kasebut LUHZMAHFUDS (basa Indonesia Garis Hidup), garis ing
lelampahan ingkang kasebabaken dening manungsa piyambak.
Wewadosipun :
As-Sajdah 31 ingkang mungel : Ing kana bakal antuk apa-apa kang sira
pengini lan apa-apa kang sira suwun.
SATUNGGAL lan ESA, pramila Nabi Ibrahim, Musa, Isa lan Muhammad saw,
punika ugi namung SATUNGGAL. Dados sokmakatena Nabi Muhammad saw
punika namung nerusaken Kenabianipun Nabi-nabi sakderengipun.
Mila leres, para Theosoof kagungan tekad, yen meester utawi Panuntun
Agung punika abdan wadag, kempal bebrayan ngenggeni darmaning gesang.
Dene panjalmanipun meester punika milih titiyang ingkang saged
kapanggenan, upamanipun : tiyang remen paring obor datenf bebrayan
ingkang sasar. Punika pepindanipun Sang Hyang Wisnu manjanma
angedaton ing salah satunggaling tiyang. Inggih jalaran wontening roh-roh
luhur ingkang sok manjanma punika, mila lajeng wonten kasta Brahmana.
Sapunika bab tulada angka 6.1.5. ing abad kaping 14-san wonten
satunggaling Nindya Mantri asmanipun Mapatih Kino Gajahmada, ingkang
damel panjang pungjungipun nagari Majapahit. Ing ngriki ingkang wigatos
sanes riwayatipun Gajahmada, nanging idam-idamanipun, inggih punika
NYUWIJEKAKEN (Ind. Mempersatukan) Bangsa Indonesia ingkang umadeg
saking suku-suku katah saget. Pratikelipun Gajahmada nalika semanten
sarana ngawontenaken pepayung, minangka gagaran panata praja,
(Indonesia-nipun mukadimmah) inggih punika Sila-sila ingkang kadadosaken
dasar. Nanging saderengipun sila-sila ingkang kakersakaken wau dados,
kasaru wontening daredah antawisipun para manggalaning praja.
Bung Karno kawiyosaken ing Blitar ing tahun 1901M. Tuwuhing pangraos :
Apa Bung Karno wis semayan karo Patih gajahmada? punapa sebabipun
sene idam-idamanipun Bung Karno sami kaliyan idam-idamanipun
Gajahmada. Mangka miturut tatalair, sasurudipun Gajahmada ngantos
sapriki punika sampun 6 atus taun.
Ing donya pundi kemawon, saderengipun wonten agama Islam, Kristen lsp.,
sampun wonten (isen-isenipun) Pandita, Filsuf, Sufi lsp. Saben tiyang mboten
perduli beragami utawi mboten, bangsa punapa kemawon, MESTI MALEBET
ING SALAH SATUNGGILING kasta punika (Al-Buruj, 19).
Satru ing ngriku, ateges panjanmaning jiwa ingkang kalepetan sipat asor.
Kados pundi lika-likuning gesang nuju dateng satunggal-tunggaling kasta
(garis gesang) sampun ceta. Samangke saking pundi asalipun luhzmahfud
wau !???. wangsulanipun bade kapanggih andaran salajengipun.
Wedaranipun makaten :
Ing saupami Suta ngretos, mesti mboten bade ngalami lelapahanlelampahan makaten punika, mboten bade wangsul sudra malih (saged
uwal), sarana kodratipun mestinipun saged ngoncati korupsi. Dados
keteranganipun : Suta tetep dados isen-isening luhzmahfud asor.
Ringkesan :
cc. Luhzmahfud (kitab terang), garis hidup. Inggih punika sugih, miskin,
bodo, pinter, kepenak, ora kepenak, gendeng, waras, pangkat, kere, negja,
cilaka lsp., tetep wonten. Liripun luhzmahfud punika agem-agemanipun
tiyang satunggal-satunggal ingkang piyambakipun mboten tumut-tumut
ndamel. Ingkang mahanani inggih punika : jiwa ingkang manjanma wonten
ing angganipun mbekta TABET.
Bab 12
AJARAN HARI KIAMAT (QIYAMAT)
MACAM-MACAM KEJADIAANNYA, MEMBUKTIKAN.
untuk orang hidup, lalu jalan membuktikan kata-kata akhirat, Kiamat, mati,
Luhilmahfudz, padang Maqhsar, itu harus jumpa (terdapat) dibawah ini.
Umumnya kata Kiamat itu hancur dunia seisinya, karena hancur lebur satu
hari bersamaan, Kiamat asal dari kata Qiyaman, menjadi Qiyamah; bangun
seketika, contoh Yaumil Qiyamah menjadi Yaumil Qiyamat. Yaumil Qiyamat;
berdiri sendiri.
Cerita tentang hari Kiamat sebenarnya hari para Roh-roh yang dibangkitkan
dari kubur, lalu diperintahkan ke Padang Maqhsar (lapangan yang sangat
panas). Di Hadist Bukhari ayat : 42 Bab : 9; Nabi Muhammad tidak pernah
mengatakan Kiamat itu rusak, kata bahasa Arab jelas sekali mengatakan
tidak rusak, tetapi bangkit (berdiri sendiri).
Menjawab keterangan Kiamat rusak, diantara dua itu tidak ada, lalu
sebaliknya, Kiamat itu berdiri, kalau rusak akan tetap hancur, ada
pertanyaan; apa dunia itu tidak rusak?, jawabnya; kekuasaan Allah itu bukan
untuk merusak dunia, kalau hanya merusak dunia itu mudah, lebih mudah
dari memijit buah ranti, karena Allah itu yang Maha Kuasa, yang diciptakan
itu semua milik-Nya.
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya bijibijian, maka daripadanya mereka makan.
Ayat no.4 tersebut diatas tidak terdapat kata-kata rusak, apalagi rusaknya
dunia; sebenarnya isi Al-Quran penuh dengan teka teki yang sangat unik,
yang harus dibuka jikalau mengambil arti yang sebenarnya.
Arti ayat-ayat yang diatas, ayat No.1 diterangkan; datangnya Kiamat tibatiba (tersentak), dan manusia tidak sadar (tidak merasakan), umpama
Kiamat itu rusak pasti manusia bisa merasakan karena semua menyaksikan.
Mengetahui itu berarti manusia merasakan (ingat). Dan ayat No.2
menerangkan; bahwa manusia dibangunkan (di Kiamatkan) dengan Allah
atau dihidupkan. Sesudah menjalani hidup didunia, lalau di matikan kembali,
seperti dilahirkan (menjelam). Ayat No.3 membuktikan yang sangat jelas;
Allah membangkitkan dari kubur (menghidupkan lagi) ke dunia memakai
jasmani, dilahirkan menjadi bayi dari rahim manusia. ayat No.4
menerangkan tentang Kiamat; Allah memberi peringatan, Kiamat itu seperti
benih (biji-bijian) yang tumbuh sendiri ditanah; artinya benih itu tumbuh
menjadi buah, buah ditanam menjadi benih, itu terus menerus, anak
beranak. Sulitnya tentang tumbuh, yang pasti melalui proses, keluar dari
dalam buah (Qiyamuh Binafsihi), jelasnya Kiamat.
dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan
padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur
Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar;
dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya (menyiksa) hambahamba-Nya
132. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara
133. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia,
dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah
Maha Kuasa berbuat demikian
terus menerus didunia pasti padat isi manusia dan hewan, kalau banyak
yang mati lama-lama dunia kosong, sebenarnya dunia sudah diukur, tetap
tidak bertambah dan berkurang, umpama air menurut ukuran para ahli 280
miliar ton x 1 kubik (1000 liter), ukuran tadi setiap hari berkurang dilaut,
menjadi uap terbang keatas menjadi air, air jatuh kebawah, begitu
selamanya, hanya pindah tempat.
Kalau ada orang mengatakan besok dunia hancur, itu sebenarnya tidak
dikehendaki Allah, umpama dikehendaki sekejab mata pasti musnah, itu
namanya sia-sia, oleh karena Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang
(Rahman Rahim).
Karena Dat itu meliputi seluruh yang ada (Q.s Hamim As-Sajdah : 54), lalu
Hakikat Aku dan Kamu satu (Attauhid), sama-sama memiliki Dat (Dat, Sifat,
Asma, Afhngal), itu satu. Karena meliputi semua ciptaannya, kalau Kiamat itu
hancur lalu kemana perginya Dat (Allah) yang mempunyai sifat 20. yang
menjaga alam lalu sembunyi dimana?, sangat membingungkan. Sebenarnya
Hakikatnya Dat melestarikan ciptaannya. Kalau Kiamat itu rusak tidak akan
terjadi, karena Allah tetap adanya, Dat itu melestarikan umatnya dan alam
raya ini. Itu Allah mengatakan di Al-Quran surat Al-Jaatsiyah : 3 ;
Jadi Allah menciptakan langit dan bumi dan alam raya tetap tidak diganggu,
tetap dijaga, dilestarikan, tidak akan dirusak, karena itu menjadi saksi bahwa
Allah itu ada.
Seketika ada orang bertanya agak maju sedikit, apa pekerjaan Allah sesudah
menciptakan alam raya dan seisinya?. Pertanyaan itu membuktikan bahwa
Kiamat hancur itu tidak ada, Allah Maha Mengetahui (wikan-jawa).
Nama suci artinya Allah itu ada, adanya Allah memiliki sifat 20. sifat 20
diciptakan beserta sifat-sifatnya, jadi yang mendapat kata-kata itu orang
yang mempunyai sifat 20 tadi, artinya kata-kata Allah kekuasaan Allah
sendiri, jadi kekuasaan itu dimiliki sendiri, jadi Dat suci itu memiliki sifat 20 +
1 kekuasaan (wenang-jawa) menciptakan.
Karena kuasa menciptakan, maka apa saja yang tidak disertai kekuasaan
(wenang-jawa) tidak terjadi (ujud), sebab tidak memiliki kekuatan Dat
(pakarti-jawa) sifat 20.
Jadi Kiasan Ronggo Warsito tentang Qun Fayaqun itu adanya ciptaan yang
nyata (ujud) Jagad raya tetap tidak akan rusak dan hancur, dan tujuan ayat
suci Al-Quran surat Yaasiin : 82 diatas, hanya bagi yang dikehendaki
langsung ada.
Siapa saja yang tidak mengerjakan sewaktu didunia, pasti di Kiamatkan lagi,
dan tujuan-tujuan itu yang dimaksud Islam. Jiwa yang suci bisa mengalami
seperti diwaktu lahir.
Ukuran setiap hari kalau tidak berbuat salah, walaupun terdakwa (didakwa)
pikiran pasti tidak was-was, tidak gentar, tenang dan tidak berdebar-debar.
Roh yang yang bisa menyatu: Innalillahi itu kalau sudah datangnya hari
Kiamat (lahir lagi) tidak ikut dikiamatkan lagi seperti ayat Quran surat AzZumar : 68 ;
Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi maka tiba-tiba mereka berdiri (bangkit) menunggu (putusannya masingmasing)
Ayat diatas maksudnya Roh-roh (jiwa) yang sudah menjadi ijin Allah
menghadap kepada-Nya dan menyatu dengan Dat (Allah) atau Islam, mereka
tidak ikut pingsan atau ikut bangkit dari Kiamat, yaitu jalannya menuju
asalnya ((Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun). Jadi jelas perkataan Allah
tujuannya Ketuhanan (ke Allah-an / Kasunyatan-jawa). Sudah tercatat pada
Quran surat Al-Kahfi : 48 , seperti tersebut diatas, catatan lewat seperti
keadaan Roh yang mengahadap Allah?, jawabnya; Quran surat Al-Anaam :
94 ;
Jadi keterangan tentang Kiamat itu menurut ucapan Nabi Muhammad SAW
dan dalil Al-Quran Nul Qarim yang terdapat pada Hadist Bukhari : 12 diatas;
sama-sama meneruskan perjalanan Roh yang belum tercapai tujuannya. Dan
100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan
Menurut dalil Al-Quran, Kiamat itu sama tumbuhnya benih, dan menurut
perkataan Nabi Muhammad SAW; orang perempuan melahirkan majikannya
(pangkat, luhur, budi), atau ada anak gembala (orang rendah) bisa menaiki
Tahta kerajaan, artinya si perempuan menumbuhkan benih yang luhur
(wanita yang melahirkan anak yang mempunyai jiwa yang mulia), gaibnya
ayat suci dan Hadist terdapat pada perempuan (wanita). Jadi adanya wanita,
menyebabkan bergilirnya cerita (perjalanan). Benih yang luhur (mulia) tidak
memiliki bangsa, pangkat, rendahan, baik dan buruk hanya terdapat pada
wanita. Siapa saja yang menjadi wanita, bisa menjadi manusia. jadi ada
kiasan lahir berkali-kali itu maksudnya; lahir meneruskan bekas-bekas
dahulu (tabet-jawa) bisa menempati tempat yang baru.
Bab 13
KETERANGAN TENTANG
TANDA-TANDANYA HARI QIAMAT
Roh yang menempati alam kubur itu tidak akan terjadi lagi seperti tubuh
yang kita pakai lagi, seperti halnya pakaian yang tidak koyak dibuang, harus
ganti yang baru lagi dan seterusnya. Dan umpama Roh tadi bisa lahir lagi
memakai jasmani, diterangkan di sifat 20 :
1. Roh (jiwa manusia) memakai sifat 20 yang ke 5, yaitu sifat Allah Qiyamuh
Binafsihi; berdiri sendiri, bangun sendiri tanpa ada sebab apa-apa (Qiamat),
umpama Roh tidak memakai jasmani geraknya berdiri sendiri, bisa melewati
alam kosong (suwung-jawa), tidak ada yang menghalang-halangi, Roh pergi
tanpa keinginan yang kotor, umpama air kotoran itu bercampur apa, kotoran
Roh tadi sudah membekas (tabet-jawa) dari keinginan nafsu serakah (tamak)
dan sebagainya yang keinginannya tidak seberapa (pasif), ada yang hanya
getaran (aktif). Yang aktif itu bebannya berat, mudah tenggelam dalam air,
dan yang pasif tadi tidak tenggelam. Karena dua-duanya sama-sama
menanggung beban, itu sebabnya bisa lahir lagi karena kodratnya Allah
sendiri. Dan dari kata-kata sendiri (Qun Fayakun) apa yang dikehendaki,
umpama ingin menghadap kepada-Nya (kehadapan Allah).
2. Ukurannya hanya 2 :
a. Siapa saja yang Rohnya bisa menyatu dengan sifat Layu Kayafu (lan kena
kinaya-jawa) sama dengan menghadap Allah.
Menurut keterangan diatas, Roh itu hanya ada 2 jenis; Baik dan Kotor. Suci
ukuran dunia; tidak pernah menjalani perbuatan yang tidak baik, tetapi suci
ukuran Allah; tidak pilih kasih tetapi sama saja (sama) mengerjakan katakata di ayat Quran Surat Al-Arraf : 29 diatas, artinya bisa merasakan seperti
bayi yang baru lahir, tetapi ukuran dunia sebaliknya; suci bagi Allah, kotor itu
semua yang merasakan yang mengalami yaitu yang menanggung sengsara,
dan sengsarnya (menanggung Roh menyorong munndur majunya kemauan)
tidak diketahui yang lain kecuali Allah Yang Maha Tahu. Tentang itu tadi batin
bisa mengingkari, bukti dan rasanya menanggung itu siapa saja yang
menyesali barang yang telah hilang walaupun sedikit pikirannya teringat,
marah dan hidupnya tidak tentram.
Orang mati keluarnya nyawa melewati rasa, ingat asal Rohnya masih merasa
memiliki apa-apa, walupun sudah ditinggal Rohnya sudah tidak merasa apaapa, orang yang sudah menyingkirkan keinginan Sekaralnya (sekaratul
maut) tidak melalui rasa ingat, sama dengan menyatunya hamba dan Allah
(Layu Kayafu).
Karena jalannya Qiamat sudah diterangkan, oleh sebab itu tanda hari Qiamat
bila diselaraskan dengan tanda Lahir ternyata cocok. Di keterangan Qiyamuh
Binafsihi; berdiri dengan sendiri, besar sendiri, bergerak sendiri, buang hajat
sendiri, buang air seni sendiri, hidup sendiri artinya memiliki sifat Qiyamuh
Binafsihi yaitu sifatnya Allah.
Air mani yang dikeluarkan dari Pria diterima oleh mani wanita, lalu menjadi
gumpalan darah didalam Rahim Ibu menjadi bentuk seperti bayi masih
bentuk titik lubang kecil, lubang lama kelamaan membentuk lubang-lubang
alat untuk bekerjanya Panca Indra, lama-lama membentuk bayi yang
sempurna laki-laki atau perempuan, sebab adanya sifat 20 Qiyamuh
Binafsihi.
Tiap-tiap yang hidup itu bisa besar sendiri, tumbuh sendiri (Qiyamuh
Binafsihi), sifat membesarkan (mengembangkan) dan membentuk dan lainlain. Karena perut wanita kecil jadi tidak tahan menahan benda yang
membesar, lalu lair sendiri karena sifat Qiyamuh Binafsihi. Jadi lahir itu
perjalanan yang tetap (Qiyamat), jadi bayi lahir 9 bulan 10 hari itu ketentuan
kodrat (batas melahirkan) dan kalau ada bayi lahir sebelum waktunya itu
kesalahan yang mengandung (kurang perawatan) atau kecelakaan.
Kata Guncang atau bergerak kuat itu terjadi seperti karena gempa, gunung
meletus, tanah longsor. Umpama goyangnya badan jasmani, sebenarnya
mengalami kejadian tadi seperti gemetar takut jumpa dengan harimau,
gemetar hampir kejatuhan kelapa dan lain-lain, seperti itu sebenarnya bukan
hancurnya tubuh (jasmani), tetapi tetap keadaan hidup dan bisa merasakan
apa-apa,
1. Hari Qiamat,
2. apakah hari Qiamat itu?
3. Tahukah kamu apakah hari Qiamat itu?
4. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.
Surat diatas bila kita teliti secara jernih, intisarinya Qiamat itu bukan
kerusakan tetapi tentang kejadian-kejadian yang sangat mengherankan.
Menerangkan rahasia-rahasia ayat yang diatas perlu contonh-contoh yang
bersangkutan ilmu bumi dan sejarah;
yang diatas kalau di qiyas (teliti) dengan keadaan jasmani, persis makna
ayat suci yang diatas ada kata-kata kejadian yang mengerikan, maksudnya
bagi perasaan bergetar karena takut dan badan merasa pegal-pegal dan
gemetar yang dirasakan oleh wanita yang mengalami melahirkan pertama.
2. Bila ada wanita yang hamil pertama kali perutnya pasti bulat dan runcing
sperti gunung, lalu sewaktu melahirkan mereka merasa ketakutan (ngerijawa) dan badannya pegal-pegal dan lain-lain. Seperti apa rasanya wanita
yang akan melahirkan, ada yang mengatakan perang Sabil (perang suci
karena Allah) jika tidak selamat bisa saja mati, karena sudah waktu perutnya
mengecil karena isi perutnya yang belum diketahui sudah keluar (lahir) dan
perutnya yang menonjol seperti gunung mengabarkan kepada yang
melahirkan, tentang apa yang dilahirkan tadi. Kalau itu dikatakan gunung
meletus mirip dengan ayat-ayat Al-Zalzalah tadi tentang gunung meletus,
bumi bergoyong-goyang hebat. Kalau itu disampaikan orang semestinya
tidak cocok dengan ayat Al-Quran seperti diatas, karena ayat mengatakan
hanya gunung, karena kalau berhubungan dengan perasaan gunung itu
sama dengan menempati jasadnya manusia sendiri. Surat Al-Zalzalah : 2 ;
mengatakan : mengeluarkan semua isinya, itu tinggal menebak saja isi
kandungan tadi. Pada ayat : 6; ada kata supaya mengetahui usahanya
sendiri, sudah jelas pasti lahir lagi dari keinginan nafsu, karena nafsu
menyebabkan mengutif keinginan yang terdahulu (hidupnya dahulu). Artinya
ayat : 7 8 ; keterangannya lebih jelas dan manusia tetap berjalan dari
melanjutkan keinginan kehidupan dahulu, sudah jelas sebabnya lahir lagi
untuk mengutip hasil yang membekas, jadi bekas yang tidak baik membayar
yang tidak baik dan baik membayar baik, dan menurut perasaan buruk dan
baik orang lain tidak mengetahui, hanya pikiran sendiri.
Buktinya bagaimana ayat suci diatas tadi hidup shari-hari, itu terdapat pada
11 ayat, Surat Al-Qaariah : 1,2,3, artinya pada sewaktu hari melahirkan bayi
(tanda Qiamat) yang pertama di alami oleh wanita dan setiap makhluk
perempuan, para makhluk yang menjadi wadah umat. Karena itu ayat : 4
mengatakan para wanita (istri) hari itu merasa takut, was-was, sangsisangsinya itu sebenarnya tidak sendiri, karena pada hari itu wanita diseluruh
dunia ada yang mengalami melahirkan atau terkena guncang-guncangan
(Qiamat). Ayat : 5, artinya disitu ada kata gunung hancur seperti Dzarah
(debu yang halus), ayat itu sebenarnya ditujukan kepada perasaaan yang
Jiwa (roh) itu tidak memilih jasmani yang mana, sebab sudah kehendak
Allah, dan jasmani itu barang baru yang bisa rusak dan busuk, karena yang
bertanggung jawab itu bukan jasmani melainkan Rohani (rohnya), jadi bukan
pekerjaan sepak atau terjang manusia yang dahulu. Yang memakai jasmani
lagi, tetapi perjalanan Roh yang dahulu untuk membayar bekas-bekas
keinginan (Tabet-tabet-jawa) keinginan.
Ayat : 7, menolak salah pendapat yang mengatakan dunia itu hancur, di ayat
itu terdapat kata hidup, yang maksudnya hidup yang memakai jasmani yang
lengkap dan hidup., itu bukan hancurnya keadaan. Jadi benar dengan
keterangan lahir di dunia dengan keadaan selamat. Jadi kalau ada bayi lahir
(Qiamat) mati (tidak ada tanda-tanda hidup), itu sudah lain urusan lagi,
artinya tidak di bicarakan di kitab suci Al-Quran, dan lainnya yang
dibicarakan dan yang ditakut-takuti melalui siksa dan lain-lain, jadi lahir tidak
hidup itu bukan benda apa-apa, sama dengan barang yang tergeletak
ditanah.
Keterangannya begini; bayi lahir mati itu seperti mainan anak-anak, mobilmobilan, boneka dan lain-lain. Beda bayi lahir hidup. Lalu sekian menit mati
itu Rohnya yang memakai jasmani baru tadi rohnya keluar, gentayangan di
alam kubur, mengalami seperti sebelum memakai badan jasmani.
Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Qiamat dengan
sendiri-sendiri.
Surat Al-Kahfi : 48 ;
b. Kata-kata di Injil surat Korinta 16 Pag 475 Yes 25, 8 ayat 51, 52, 53 dan 54
tentang Qiamat; dan Kamu kuberitakan simpanan (rahasia), begini; kita
tidak mengalamai mati semua, tetapi semua akan merubah wajah, spontan
(sekejab mata) bersama terompet (sangkakala) yang terakhir. Sebab
sangkakala akan berbunyi, orang mati akan dibangunkan jadi abadi, dan kita
akan berubah wujud (jasad baru).
Sebenarnya Islam itu menolak lahir lagi, karena ada ukuran Islam di dunia
kalau sudah menyatu dengan Allah (Attauhid), kalau sudah mati sudah
sempurna (Innalillahi Wa Inna Illaihi Rajiun). Kata-kata surat Maryam : 95,
mengatakan : semua pada hari Qiamat akan menghadap kehadapan Allah
dengan sendiri.
Kata sendiri bagi ukuran lahir, sama dengan tidak berteman, di wedaran
Wirid sebenarnya bayi lahir kedunia sendiri, tidak merasakan apa-apa, tidak
mengetahui ibunya, apa saja itu tidak bisa diteliti dengan ayat Quran, surat
Al-Kahfi : 48 di atas, umpama ada bayi lahir kembar atau lebih, antara sibayi
dengan bayi yang lain tidak mengenal dan tidak ingat apa-apa.
Untuk meyakinkan keterangan di atas, ayat dari kitab Injil mengatakan kita
tidak akan mati semua, artinya bukan rusak dunia dan umatnya, tetapi
masih lestari hidup didunia, jadi yang mengatakan Qiamat itu rusak, itu tidak
benar. Ada kata-kata lagi begini : semua berubah wajah dengan sekejab
mata, berubah sekejab mata itu jelas benar, bila ada lahir wajahnya beruparupa, ada yang gagah, cantik, jelak dan lain-lain, orang hanya tahu saja itu
datangnya ke dunia hanya sekejab mata, berubah wajah itu artinya
jasmaninya di ganti dengan jasad yang baru.
100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan
Artinya orang mati itu tidak bisa berusaha apa-apa lagi, balik seperti semula
atau memohon yang lebih baik, karena dibatasi alam barzah, siapa yang
mati jasmaninya hancur jadi abu (tanah). Di Indonesia tidak ada orang yang
seperti Gajah Mada, artinya cita-cita yang melekat pada Roh Gajah Mada
diteruskan dengan bayi yang wajahnya tidak seperti Gajah Mada. Ayat suci di
kitab Quran surat Ar-rum : 52 ;
Artinya ayat-ayat itu jelas, bila kita-kita suci Injil, Taurat, Zabur dan Al-Quran
itu tidak bisa untuk memberi ilmu kepada orang yang berada di dalam
kuburan, tetapi kitab-kitab itu isinya untuk orang hidup dan jalannya yang
menyentuh dengan tentang Qiamat, sebenarnya sama dengan lambang
(istilah), karena di situ banyak kata-kata yang intisarinya seperti dunia dan
isinya hancur seperti debu.
Siapa saja kalau badan merasa sakit, melihat apa-apa pasti pusing dan
badan terasa goyang (pitam-jawa). Contoh di atas kalau dicocokan dengan
Kata-kata mengalami sekaratul maut, itu belum mati, karena masih bisa
merasakan. Sekaratul maut itu apa tidak di katakan Qiamatnya Roh yang
akan pindah ke alam kubur. Qiamat itu bangkit dari kubur, kalau sekaratil
maut itu merasa tidak enak, karena belum mati. Walaupun merasa pusing
karena terbentur atau sewaktu Sekaratil Maut masih bisa ingat dan ingat itu
alatnya orang hidup.
Nabi Muhammad dan Quran tidak pernah mengucapkan Qiamat itu rusak /
hancur. Dan dalam buku Wirid Hidayat Jati di tulis ayat : 1 sampai 10 itu
diteliti, seperti orang yang merasa kesusahan itu tidak enak. Kalau
dibandingkan dengan tandanya Qiamat di Wirid ini ternyata Hidayat Jati itu
menerangkan tentang mati atau rusak dunia manusia (jasmani).
Kata mengambil jelas seperti mencabut nyawa, dalam Wirid Hidyat Jati
diterima bisaa saja, lalu mengalami bertentangan dengan Wedaran Wirid ini
serta ucapan Nabi Muhammad dan Quran;
1. Wedaran Wirid berdasar sunnah, Hadist dan Quran, Dalil, Hadist, Ijemak
dan Qiyas; jadi kata Qiamat itu bayi lahir dengan selamat.
Di Quran, Hadist dan kitab lainnya tidak ada menyalahkan adanya dilahirkan
lagi, berputar, menjelma dan tidak ada yang membenarkan. Reinkarnasi,
dilahirkan lagi, penjelmaan itu ditolak dengan agama Islam, sebenarnya
yang menolak bukan Quran, Hadist dan Injil, tetapi para sarjana
(cendikiawan) yang mempunyai gologan menolak dilahirkan kembali kedunia
yaitu Ikhtikat Marifat dan Islam (sempurna), lalu di buat pedoman orang
awam (bisaa) kalau sudah masuk agama apa saja menolak dilahirkan
kembali, menjelma dan Reinkarnasi, akan tetapi perputaran itu tetap ada
(tidak pernah berhenti).
Jadi orang yang belum bisa Attauhid (menyatu dengan Allah) harus melalui
Qiamat, pakai badan jasmani, sehingga bisa sembahyang (shalat) Marifat
(Semadhi) sehingga mencapai Islam sejati, baru disebut Innalillahi wa
innaillaihi rajiun (menghadap/kembali kepada Allah).
TAMAT
Sumber buku Wedaran Wirid I, Ki R.S. Yoedi Parto Yoewono. Surabaja :
Djojobojo, 1962-64.