Anda di halaman 1dari 143

WEDARAN WIRID I

Sumber buku Wedaran Wirid III, Ki R.S. Yoedi Parto Yoewono. Surabaja :
Djojobojo, 1962-64.

Alang Alang Kumitir

DAT ALLAH SWT WAJIB ADANYA


Kata Pengantar
Mengingat bahwa bangsa Indonesia itu sebahagian besar agama Islam,
mengingatkan dengan ucapan perkataan Paduka Yang Mulia Soekarno pada
pertemuan musyawarah besar Islam di Solo (surakarta), supaya pemuda
sama-sama mengorek (menggali) isinya Islam yang sebenarnya, maka
penulis terdorong untuk saling mengeluarkan pendapat.
Para pembaca; penulis menerangkan pendapat itu karena mengingat para
leluhur kita yang sudah sama-sama mengijinkan pendapat ilmunya, menjadi
buku-buku suluk dan Wiridan (pelajaran), yang semasa zaman para Wali
sangat dirahasiakan, karena dikhawatirkan bisa salah mengerjakan
(mengartikan) !.
Kata Wirid itu pada suku Jawa (kejawen Jawa), mempunyai pendapat Wirid
atau Rungsid, sembahyang Ikhlas (Khusyuk) serta zikir (mengingat-ingat)
nama Allah serta mempelajari kitab Al-Quran Nul Qarim.
Penulis akan memberi pelajaran tentang 4 (empat) pelajaran yang sangat
sulit, artinya empat jalan tingkatan Shalat (sembahyang) yang sempurna.
Untuk pelajaran bangsa kita sendiri menurut undang-undang Pancasila,
maka menyatukan pelajaran oleh penulis sengaja memakai bahasa Jawa
yang sopan (telah diterjemahkan). Jika nanti ada kata bahasa Arab atau
bahasa Barat lainnya itu menjadi pedoman penguat (meyakinkan) saja.
Karena menyatukan pelajaran Wirid itu berdasar (landasan) Dalil-dalil AlQuran dan Hadist, maka penulis menggunakan Dalil yang terdapat pada AlQuran dan Hadist.

Selain dari itu mengutip pendapat para sarjana (cendikiawan) Jawa di tanah
Jawa dan negara lain, terutama surat/buku karangan Alm. Pujangga R. Ng.
Ronggo Warsito.
Dan selanjutnya mengingat kata-kata Bapak Ki. MO. Hatmoyuwono dengan
saudara tertua Ki Broto Kesowo, dan artinya penulis dan pembaca harus
menggunakan akal pikir yang sehat. Wedaran Wirid ini umpama makanan
hanya mengambil dan memasak, maka sebelumnya harus dipikir terlebih
dahulu benar salahnya keterangan ini. Bacaan ini bisa jadi ada yang tidak
setuju, tetapi penulis mempunyai keyakinan; siapa saja tidak mengenal
agama atau kepercayaan kebatinan, umpama mau berpikir tentang isinya
dengan teliti, hasilnya akan menjadi saudara sependapat. Sebelumnya saya
mengucapkan terima kasih.
Surabaya, 30 Mei 1957
Penulis,
Ki. R.S. Yudi Partojuwono

Bab 1
DAT ALLAH SWT WAJIB ADANYA.
Al-Quran surat Al-Israa : 15 ;
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan petunjuk (Allah), maka
sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian)
dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang
lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul
Keterangan tadi jika diteliti menunjukan kita, artinya seseorang harus
mengetahui tentang hidup kita, walaupun hidup kita kearah jalan yang benar
atau belum (salah).
Keterangan semua petunjuk dari satu-satunya orang lain belum tentu benar,
karena orang itu berhak menolak dan mengolok, Karena tidak mau mengakui
yang dikerjakan itu salah, walaupun orang itu banyak ilmunya.

Firman Allah SWT. Surat Al-Isra : 15, memberi peringatan siapa saya, artinya
ilmu yang kita kerjakan benar atau salah yang harus merasakan adalah diri
sendiri.
Untuk pekerjaan sehari-hari untuk semua pekerjaan orang itu seharusnya
berhak memilih antara yang benar dan yang salah.
Jadi kalau mau menggunakan kekuasaan itu tentu akan merasakan tenang.
Umpama ada kegelisahan karena kurang waspada, umpamanya kita sudah
menuju menuju yang benar ternyata masih salah, tetapi kita mau
memperbaiki, pasti kita berbalik jalan kearah lurus (benar). Itu adalah contoh
perjalanan hidup berkeluarga sehari-hari yang benar, dan salah dapat di
perbaiki munurut keterangan (ramalan).
Tetapi menurut ilmu sebenarnya tidak begitu, salah di dunia juga salah
diakhirat.
Jadi menurut Firman Allah SWT. Surat Al-Isra : 15 tadi, walaupun Allah sudah
memberi petunjuk jalan yang benar melalui kitab-kitab yang disampaikan
para Rasul-Rasul yaitu Agama. Walaupun begitu kita harus waspada, dan
kitab-kitab suci itu semua isinya adalah petunjuk menuju kebenaran, maka
kita harus berfikir yang benar. Jika orang yang membatah atau menyalahkan
kebenaran, orang itu salah atau tidak benar.
Menurut masyarakat umum, orang yang tidak mau mengikuti (memeluk)
salah satu agama, mempunyai keyakinan sendiri, menurutnya makan tidak
makan aku mencari sendiri, orang lain mau apa, yang penting tidak
merugikan orang lain, ya sudah!!!.
Untuk ukuran dunia, kemauan yang seperti itu memang benar, tetapi
umpama dirasakan dengan isi hati kita mestinya menimbulkan pertanyaan,
Tanggung jawab terhadap hidup bagaimana?, Nanti bila sudah ajal / Sekaratil
maut, apa pasti bisa sempurna.
Apa percaya adanya Allah dan Gaib, apa hanya mengakui hidupnya didunia
dilahirkan dengan manusia. Umpamanya mengakui jika lahir itu dari
kandungan ibu, mestinya kita bisa teliti lebih jauh lagi selanjutnya. Karena
percaya bila lahir dari manusia lantas mempunyai ikhtikat/kepercayaan yang
menyebut sebenarnya manusia itu berdiri sendiri sebelum ada Allah dan
malaikat dan lain-lain yang ada didunia. Selanjutnya diceritakan manusia itu
asalnya dari adam / kosong. Walaupun orang biasa (awam) jika mau
memikirkan yang lebih dalam, tentunya dalam hati timbul pertanyaan
sebenarnya yang menciptakan itu siapa?, kenapa bisa melahirkan manusia

lagi?, pertanyaan seperti tadi sudah tidak ada gunanya, malah menjadi
perdebatan/persoalan.
Sampai sekarang belum ada yang menerangkan bahwa manusia bisa
membuat jangkrik atau lalat. Karena itu terpaksa mempunyai pendapat
bahwa Allah itu ada tetapi hanya cerita orang terdahulu.
Pikiran orang itu tambah bodoh dan juga tambah maju, terbukti adanya
pendapat Allah (sang Pencipta) menyatu dengan yang diciptakan (Alam).
Karena hidup dizaman modern ternyata sampai sekarang belum ada yang
melihat / menyatakan Tuhan / Allah SWT. Karena sudah habis pikir /
kehabisan pendapat, lantas mengatakan zat-zat atom alam seluruhnya itu
adalah Allah, tetapi itu hanya pendapat segelintir orang, karena itu
mempunyai pendapat dan akal yang cerdas, itupun para sarjana tidak
mengetahui rahasia hidup. Artinya tidak bisa menjawab dengan tepat dari
mana asalnya hidup itu. Karena habis pikir langsung timbul pendapat lagi
bahwa hidup dari Allah. Itu sebenarnya hanya pendapat yang tidak ada
ujungnya (buntu).
Bukan karena bodoh tetapi hanya tidak bisa menjawab, buktinya menurut
ilmu alam benda-benda itu terjadi dari perpaduan atom negative dan atom
positif. Karena dari mana asalnya atom itu dan siapa yang membuat lalu
bingung dan buntu cara berpikir langsung heran dan tegas mengatakan
Allah itu sumber dari semua kekuatan / daya kekuatan gaib. Pendapat itu
ibarat timbul dari keyakinan meneliti dengan keadaan daya tarik menarik
dan dapat berubah-uabh menjadikan berputar, panas dan dingin, dan terjadi
perputaran dunia dan bintang itu terjadi sebelum ada agama dan sangat
teratur, dan manusia lahir didunia semua sudah terjadi sedemikian rupa.
Sarjana yunani yaitu Heraclitus dan Thales yang hidup antara 2500 tahun
yang lalu, bertanya pada diri sendiri dari mana asalnya benda-benda dan
zat-zat kimia tadi?.
Untuk dasar tentang zat yang maha suci wajib adanya, pertanyaan tersebut
perlu dijawab berdasarkan hukum-hukum (proses) atom stelsel (kata atom)
atau ilmu alam (Physica) modern, perlunya supaya tidak menimbulkan
kepanatikan dan seharusnya menjadi kayakinan tentang zat yang Maha Suci
wajib adanya. Karena seluruh keterangan disertai keterangan yang masuk
akal, petunjuk yang mudah untuk menerangkan asal manusia itu dari Adam
yaitu Kosong tetapi ada, dan berdiri sendiri sebelum adanya Allah.

Pelajaran itu umpama untuk orang awam (tidak tau apa-apa) sudah sangat
tinggi, jadi seumpama ada orang yang Tanya manusia asalnya kosong
(suwung dalam bahasa jawa) kenapa bisa jadi manusia?
Lalu mereka diam (tidak ada jawaban). Hal demikian itu jika berdasarkan
pengalaman untuk menjawab pertanyaan diatas samapai sekarang masih
membingungkan.
Jadi ada pendapat dari beberapa ilmuwan dari barat yaitu Heraclitus dan
Thales belajar membuktikan adanya Allah (Tuhan Gop Theo) untuk mencari
asalnya benda-benda sampai buntu otaknya, tetapi tidak bisa membuktikan,
akhirnya memutuskan bahwa asal benda-benda itu dari air. Di abad ke 19
pendapat tadi diteliti lagi oleh seorang ilmuwan Charles Darwin Faouback
Karl marx, supaya bisa terbuka berdasarkan ilmu alam (kimia), air itu terjadi
dari dua paduan (warna / Hidrogenium = Waterstof) dan zat baker
(Oxygenium = Brandstof). Perbandingan Hydrogenium (H) dicampur dengan
2 Oxygenium (O) bentuknya menjadi atom 2, jadi atom 2 H dan 2 atom (O)
disingkat H2O bentuknya menjadi air.
Ilmuwan Dimocritus yang hidup 460 tahun sebelum Muhammad SAW lahir
mempunyai pendapat bila zat cair, gas, padat dll itu terjadi dari paduan
zat/benda yang halus sekali, sehingga tidak bisa dihancurkan lagi. Pendapat
seperti itu dibenarkan oleh ilmuwan Aris Thoteles dan juga dibenarkan oleh
ilmuwan Darwin dan mengatakan benda terjadi dari dua paduan yang sangat
kecil yang tidak bisa dilihat oleh mata kepala kita, zat/benda tersebut tidak
bisa dipisah-pisahkan tetapi bisa menyatu sendiri antara 2 paduan (Nitrogen
dan Hydrogen) dan menjadi bentuk zat/benda yang disebut Molekul/Sel-sel.
Umpamanya Alkohol terjadi dari campuran atom zat pembakar 2 atom zat
arang (Koolzuur) 6 atom dan air. Selanjutnya para ilmuwan langsung menguji
lagi, kenapa atom itu tidak bisa dipisah-pisahkan lagi. Percobaan tadi
langsung diuji menggunakan cahaya (sinar X), kalau menurut ilmu
kedokteran disebut Rontgen. Sedangkan pendapat ilmuwan Thomson tahun
1895 caranya cahaya sinar X itu disinarkan keatom tersebut dan atom
tersebut hancur menjadi benda-benda yang sangat kecil-kecil sekali yang
asalnya dari pusatnya sendiri (pusat atom) yang disebut uratom. Setelah
di teliti ternyata mempunyai daya listrik negatif dan dinamakan Elektron,
begitupun uratom itu sampai sekarang belum bisa diketahui besar kecilnya,
walaupun dilihat memakai alat Mikroskop. Sampai sekarang Elektron tidak
bisa diketahui daya alam atau daya mekanis, walaupun memakai berbagai
bentuk alat. Menurut penelitian para ilmuwan tadi, pecahnya zat-zat tadi

menyebabkan daya radio aktif, Radio aktif tersebut tidak bisa dibatasi
dengan alat apapun. Radio aktif masih mempunyai daya tiga macam yaitu;
1. Daya Penetrasi yang bisa menimbulkan apa saja.
2. Daya Elektromagnetik
3. Lebih berat dari daya Elektron.
Mengandung daya menurut kodratnya, berjalan dengan sifatnya, maka
semua yang tercipta (Gumelar bahasa jawa) itu bergerak tarik menarik satu
sama lain, contohnya Bumi, Bulan dan Matahari.
Penelitian para ilmuwan barat membuktikan seluruh benda yang terlihat oleh
mata itu mempunyai daya magnit (listrik) negatif dan positif, atom dan
intinya (uratom) itu bergerak tanpa sebab dan mengherankan para ilmuwan.
Ditahun 1932 ilmuwan Rutherford dan Chadwich menemukan zat yang
dinamakan Neutron yang tidak mengandung daya listrik, dan Rutherford
sendiri menemukan Proton, waktunya lebih dari 1836 dari pada waktunya
Elektron.
Tahun 1931 ilmuwan Pauli dan Fermi bisa mengalihkan daya Neutron, dan
pendapat tadi disempurnakan lagi tahun 1955 karena daya Neutrino itu
bukan zat ternyata sampai sekarang belum terlihat bentuknya kata Prof. Ac
Lamok. Menurut keterangan Neutrino itu yang bisa menembus segala
keadaan dialam ini dan bisa dihentikan/dibatasi oleh Timah, tebalnya bisa 30
juta km. Keterangan itu membuktikan daya Neutrino tidak ada
bendingannya, umpamanya diukur dengan bulatnya dunia kira-kira 40.000
km, jadi jika Neutron-neutron tadi benturan/lawanan dengan anti Neutrino
dibumi bisa hancur dan menimbulkan cahaya (daya gaib) yang
menyebabkan seluruh makhluk dibumi tidak terguncang, walaupun bumi itu
bulat dan berputar. Jadi daya tadi seumpama Lem yang melengket dibumi.
Sesungguhnya daya yang timbul dari Neutrino adalah daya yang rendah,
selama-lamanya tetap ada. Jika umpama daya tadi berhenti pasti akan
terjadi kejadian yang luar biasa, semua benda-benda berantakan tidak tentu
arahnya, semua terguncang oleh perputaran bumi. Sebab karena itu kita
yakin bahwa Allah yang maha megetahui, sedang memikirkan keadaan
Neutrino saja kita sudah pusing tujuh keliling/bingung apalagi untuk
megetahui zat Allah. Apa yang dibicarakan tadi yang telah diketahui belum
lagi yang tersimpan (belum diketahui) Gaibnya dunia itu tanpa pengetahuan.
Maka timbullah pertanyaan siapa yang membuat atom-atom dan yang
menimbulkan daya (kekuatan gaib)?. Jelas

Allah SWT ada.


Dengan menggunakan ilmu yang disebut Spectraal Analyse yaitu ilmu yang
meneliti apa yang ada dibumi dan diluar bumi. Para ilmuwan mempunyai
pendapat, benda-benda itu terjadi dari campuran zat atom dan zat-zat tadi.
Menurut pendapat lain bahwa asal bintang atau planet-planet juga sama.
Umpama Helium campuran dan surya karena Surya mengandung Helium,
Calsium berasal dari Bintang Serius. Bisa mengatahui adanya itu bisa
memakai alat yang meneliti keadaan cahaya-cahaya yang asalnya dari
bintang tadi. Dengan bijaksana mengatakan itu mestinya harus
mengagungkan nama Allah, dan berhenti disitu saja bahwa Allah semua
kekuatan, umpama di pikir lebih dalam oleh semua orang bisanya Cuma
mengakui saja (mengatakan ya), dari lahir kedunia semua sudah ada,
umpama ada orang bertanya pada bayi yang lahir antara 3 jam, kamu kok
nangis dan ketawa, kawanmu siapa?, bayi itu tidak bisa jawab, umpama
bayi umur 1 tahun, kamu itu yang melahirkan siapa?, bayi tetap tidak bisa
jawab dengan tepat. Yang bisa menjawab hanya orang yang mengetahui
keadaan ibunya waktu lahirnya sendirian, bisa tahu kalau dia lahir diberi
tahu oleh yang melahirkan, jadi dia mengerti setelah dia bisa bicara dan
dewasa. Jadi sebenarnya orang lahir itu tidak tahu apa-apa, jadi kalau dipikir
dengan cermat, orang tidak bisa mengatakan kalau Allah itu tidak ada. Jadi
orang dilahirkan dengan tidak tahu apa-apa sampai tua dan tetap tidak tahu
apa-apa yang dinamakan hidup dan mati itu apa. Orang lahir didunia itu
semua sudah ada, jadi tidak perlu membuat lagi, lalu siapa yang
menyediakan?, jawabnya adalah Allah, Sembahan yang tidak tampak tapi
sebetulnya ada.
Begitupun para Cendikiawan (ilmuwan) yang bisa meneliti atom dan zat
yang lainnya juga belum bisa menjawab dari mana asalnya semua adanya
atom, Oxygen dan zat-zat hidup itu?, tetap masih meraba siapa yang
membuat.
Karena manusia itu dasarnya lebih sempurna dari makhluk lain, manusia
mempunyai pikiran untuk memikir, bisa berusaha, itu sebabnya masingmasing merasa benar. Ada golongan mengatakan daya kekuatan itu Allah,
ada mengatakan yang menciptakan kekuatan itu Allah, tetapi Dat-Nya tidak
nampak. Selisih pendapat itu dari zaman ke zaman saling berebut benar.
untuk menyelesaikan (menenangkan) itu semua maka Allah mengutus
umatnya untuk memberi penerangan yang benar dan yang salah, dan

umatnya yang disebut Rasul, para Rasul memerintahkan umatnya untuk


mengakui dan meyakini bahwa Allah itu ada.
Karena zaman sekarang pikiran manusia belum berkembang maju, semua
ajaran para Rasul hanya diterima begitu saja, Allah itu ada kata bapak dan
ibu, tanpa dicari apa Allah itu, apa zat/data atau sifat dan daya kekuatan
Allah. Karena masih ada yang bingung lalu timbul pikiran bahwa Allah itu
hanya kumpulan bumi, matahari, udara dan air (4 anasir), ada juga yang
mengatakan Anasir yang empat itu adalah sifat-Nya, jadi sampai turun
temurun hingga sekarang bisa cuma percaya dan terima apa adanya. Karena
itu memang benar apa kata firman Allah pada surat Al-Isra ayat 15 seperti
diatas, bahwa semua kepercayaan itu tergantung diri masing-masing dan
orang lain tidak turut campur.

Bab 2
KETERANGAN SIFAT 20
Manusia ditakdirkan/diciptakan sempurna karena mempunyai pikiran/akal
dan alat perasa serta jasmani, Maka Ulama di zaman dahulu mempunyai
pendapat bahwa Allah sebenarnya yang menciptakan, dan sebahagian besar
menyebutkan sifat-sifat manusia sendiri adalah panca indra seperti Mata,
Hidung, Mulut, Telinga dan Lidah. Beda dengan makhluk lain seperti
binatang, walaupun mempunyai alat seperti manusia tetapi tidak lengkap,
oleh karena itu hidupnya makhluk-makhluk tadi ikut kodrat masing-masing,
bisa melihat, berjalan dan makan tapi tidak punya akal untuk berusaha dan
sudah pasti hidupnya kurang lengkap. Berdasarkan keadaan, maka para
orang bijak mempunyai pendapat ; bila manusia itu sifatnya lengkap dan
tidak bisa berubah artinya Allah itu tidak kekurangan sifat seperti yang
diciptakan. Walaupun semua Ulama sudah sampai disatu pendapat, tetap
tidak bisa menemukan Allah SWT.
Maka dalam Wirid/pelajaran, Allah itu tidak bisa dijangkau oleh alat apapun
bahkan oleh pikiran/perasaan. Jadi para ulama menyebut Dat yang maha
agung yang bisa menciptakan Jagad raya.
Selanjutnnya keterangan sifat 20 (dua puluh) begini; Atas nama Allah yang
maha pengasih lagi maha penyayang, terlebih dahulu dikutip dari buku Wirid
Hidayat Jati tinggalan Ronggo Warsito;

Sebelum ada apa-apa yang ada hanya Allah yang berada dalam NUKAT GAIB
yang diberi nama Qun, yaitu DAT sejati, Nukat artinya bibit, dan Gaib adalah
samar/tidak nampak oleh mata yang disebut Nur Muhammad, yaitu Cahaya
yang terang sekali tanpa bayangan, yang disebut sifat sejati QUN lalu
FAYAQUN. Qun artinya Allah Bersabda (berkata) dan Fayaqun artinya Terjadi
semua Afhngal (selamanya). Semua itu menjadi asalnya yang terjadi disebut
Anasir Sejati. Jadi Allah memiliki 4 Anasir yaitu Dat, Sifat, Asma dan Afhngal.
Umpama penerimaan salah, pelajaran yang diatas tadi ada kata tempat di
Nukat Gaib (benih yang tidak nampak) itu pasti dapat menimbulkan
pendapat bahwa Allah itu berada disuatu tempat, karena disebut Layu
Kayafu, itu semua salah, Allah tidak bisa disentuh atau dijangkau oleh apa
saja, tidak ada yang menyerupai, karena semua itu sifat Baru (yang sudah
ada).
Almarhum Kyai Agus Salim pernah berbicara; bahwa dasar agama Islam itu
lebih dulu mengetahui nama Allah dan selanjutnya seluruh yang ada (Jagad
Raya). Mustahil kalau tidak ada yang menciptakan, karena yang
menciptakan wajib adanya (mokal dan wajib). Itu sebabnya manusia hanya
menjumpai yang sudah ada dan tetap tidak bisa berubah. Kata mempunyai
atau yang terjadi itu dalam bahasa Wirid/Pelajaran yaitu menyatu dan
berpisah artinya sama, karena pusatnya itu Allah.
Wirid Hidayat Jati tersebut diatas akan diterangkan hanya soal 4 Anasir saja,
oleh sebab itu akan dijumpai dibacaan ke-2. penelitian tentang 4 Anasir
menurut catatan pelajaran agama yang tersebut dibawah ini:
1. Dat Allah yang tidak bisa dilihat tetapi mencakup/meliputi seluruh yang
diciptakan semua yang dijumpai makhluk. Terbukti Layu Kayafu (tidak bisa
diganggu oleh apapun), semua keterangan ada dibelakang. Umpama ada
ikhtikat kepercayaan menceritakan manusia dapat / jumpa atau menghadap
maju mundur dengan Allah, karena lupa dengan yang disebut Layu Kayafu.
2. Sifat itu sebetulnya perkataan sesudah ada Dat, artinya kekuasaan Dat
Allah yang sebenarnya bisa menciptakan apa saja dan mempunyai sifat
seluruh yang diciptakan.
Dengan kehendak Allah sifat itu apa yang telah diciptakan, sifat itu berjutajuta (milyaran) warnanya, seperti yang tertulis dikitab Al-Quran, yang
menyebutkan kekuasaan, keagungan dan Daya keperkasaan, umpanya bisa
menidurkan, membangunkan, menangiskan, menghidupkan benih. Oleh
karenanya sifat-sifat yang begitu terdapat pada manusia. Para Ulama zaman

dahulu kala sama-sama membicarakan satu keputusan bahwa sifat DAT yang
wajib adanya itu menguasai manusia yang banyaknya 20+20+1,
maksudnya itu mempunyai sifat 20 yang wajib (tidak berubah-ubah), 20 lagi
sifat Mokal (bisa rusak/berubah) dan yang 1 adalah kuasa (wenang dalam
bahasa jawa). Jika difikir dengan benar bahwa sifat 20 itu menyatu dengan
manusia, maka itulah disebut cukup alatnya. Oleh sebab itu manusia
diwibawai dengan sifat 20 tadi, umpamanya melihat, mendengar, hidup,
bicara dan lain-lain. Semua sifat-sifat Allah tersebut disebutkan dibawah ini;

SIFAT 20 ARTINYA
1. WUJUD = ADA
2. QIDAM = TIDAK ADA YG MENDAHULUI
3. BAQA = KEKAL
4. MUHALAFALIL HAWADIS = BEDA DENGAN YG BARU
5.QIYAMUH BINAFSIHI = BERDIRI SENDIRI
6. WAHDA NIYAT = MENYATU
7. QODRAT = KUASA
8. IRODAT = KEHENDAK
9. ILMU = PENGETAHUAN
10. HAYAT = HIDUP
11. SAMAK = MENDENGAR
12. BASHAR = MELIHAT
13. QALAM = BERKATA
14. QADIRAN = YANG MEMPUNYAI KUASA
15. MURIDAN = YANG MEMPUNYAI KEHENDAK
16. ALIMAN = YANG MEMPUNYAI ILMU
17. HAYAN = YANG MEMPUNYAI HIDUP

18. SAMIAN = YANG MEMPUNYAI PENDENGARAN


19. BASIRAN = YANG MEMPUNYAI PENGLIHATAN
20. MUTAKALINAN = YANG MEMPUNYAI PERKATAAN

Menurut pelajar Usuluddin bahwa sifat 20 itu diringkas menjadi 4;


1. Sifat kesatu disebut Nafsiah yaitu untuk badan (jasmani) nyata.
2. Sifat kedua sampai keenam disebut Salbiyah, yaitu sifat yang kekal.
3. Sifat Ke-7 sampai Ke-13 disebut Maani, yaitu yang memiliki sifat Nafsiah,
jika diteliti bekerjanya badan manusia bisa langsung bicara, mendengar dan
berfikir.
4. Sifat ke-14 sampai ke-20 disebut Maknawiyah, yaitu yang memiliki sifat
Maani, artinya bisa bergerak, berkuasa, mempunyai kemauan dan ilmu.
Itu semua sifat yang utuh untuk menggerakkan, terdapat pada sifat ke-7
sampai ke-13, yaitu yang menghidupi badan manusia sehingga bisa
bergerak dan yang menggerakkan terdapat pada sifat ke-14 sampai ke-20.
Supaya jelas Dat Allah bisa menciptakan apa yang dikehendaki, lalu ada
bentuk (wujud) manusia yang disebut Nafsiah, Karena hidupnya manusia
mempunyai sifat-sifat 20. jadi bekerjanya sifat Maani untuk manusia oleh
karena manusia mempunyai sifat-sifat ke-14 dan ke-20. Tanda-tanda bukti
(terbukti) sifat Qodrat (kuasa) itu sifatnya tetap berkuasa. Untuk manusia
kekuasaan itu hanya memakai akibatnya daya yang memiliki kekuasaan
Allah, contoh salah satunya sifat DAT. Umpama sifat ke-18 : (Samian) yang
mendengarkan itu berada ditelinga, jadi ditelinga bisanya mendengarkan
memiliki sifat Samak, dan terjadinya sifat Maknawiyah itu karena
mempunyai sifat Maani. Jelasnya Dayanya sifat Samak langsung bisa untuk
mengetahui itu sesudah mempunyai sifat Wujud (ujud)/nyata yaitu telinga
yang dimiliki manusia. Kalau salah penerimaan, kadang menjadi lupa dan
menganggap Allah itu bertempat pada manusia, sebenarnya manusia itu
hanya memakai Hakikatnya sifat-sifat Allah. Walaupun tidak berada
ditelinga, Allah itu bisa mendengar, oleh karena Allah yang memilki semua
sifat tersebut. Maka dari itu membaca Hidayat Jati itu harus dikaji, karena
satu-satunya induknya pengetahuan, artinya Hidayat Jati itu tidak salah,
tetapi yang membacanya saja harus berfikir. Umpama membaca sifat-sifat
yang disebutkan diatas harus diulang-ulang, baru dapat merasa tentram dan

terang, baru suasana menjadi merasa terbuka pikirannya, Firman Allah


Quran surat Ar-Rad : 28;
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.
Dipelajaran semua sifat tadi lalu diulas (dibahas) lagi nama dan perkataan
dibawah ini;
a. Sifat ke-1 disebut sifat Jalal, artinya Maha Agung, yang dinamakan agung
itu DAT yang menyelimuti/melingkupi apa yang diciptakan.
b. Sifat ke-2, 3, 4, 5 disebut sifat Jamal, artinya Maha Elok/Sempurna, yang
sempurna itu sifatnya, sebab tidak ada yang sama (menyerupai). Bukan laki,
bukan perempuan, bukan banci, tidak beranak, tidak diperanakan (walam
yalid walam yulad walam yakullahukufuan ahad) tidak bisa dijangkau dan
tidak nyata.
c. Sifat ke-11, 12, 13 dan sifat ke-18, 19, 20 disebut sifat Kamal, artinya
Maha Sempurna dan Afhngal yang menciptakan keadaan tanpa cacat, sebab
tidak ada makhluk yang mengherankan.
d. Sifat ke-6, 7, 8, 9, 10 dan ke-14, 15, 16, 17 disebut sifat Kahar, artinya
Maha Wisesa (Maha Menguasai), melayani semua tanpa pilih kasih (tidak
membeda-bedakan) walaupun Jin, syetan, Manusia, dan Hewan, oleh karena
itu Allah disebut Suci, jadi siapa saja yang hidup bisa menyebut Allah dengan
caranya masing-masing.

3. Asma/NAMA (julukan) itu hanya kata manusia, hanya untuk menyebut


nama Allah wajib adanya, karena manusia berhak menolak dan menerima,
hanya terbawa diri sendiri karena bisa bicara (ngomong) mengatakan
penguasa tinggi adalah Allah. Yang Maha Kuasa disembah/dipuja dan tidak
bisa dilihat (tidak nyata), karena Hakikatnya menyelamatkan umat manusia,
lalu menyebutnya macam-macam menurut pengetahuan masing-masing.
Keterangan : satu-satunya orang menyebut Allah ada.
Hidayat jati menerangkan Allah hanya nama pribadinya, pribadi itu bentuk
manusia yang lengkap memiliki Datnya Allah. dan Datnya Allah meliputi
Jagad Raya.

Firman Allah menyatakan Quran surat Fushshilat (Hammim As-Sajdah) : 54


Ingatlah bahwa sesungguhnya mereka adalah dalam keraguan tentang
pertemuan dengan Tuhan mereka. Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha
Meliputi segala sesuatu.
Karena Dat itu meliputi seluruh yang ada, manusia langsung mengakui
bahwa Allah itu meliputi tidak diluar dan tidak didalam, seperti sirih; akar,
pohon dan daun baunya sama. Oleh karena umpama Datnya Allah itu seperti
rasanya sirih, karena sulit untuk ditebak, dinyatakan tidak diluar dan tidak
didalam

4. Afhngal (geraknya Allah).


Karena Afhngal (gerak) semua makhluk yang diciptakan apa saja, Atom,
seluruh zat gaib; Syetan, Malaikat dan manusia. Semua mengandung zat
Allah. Jadi Jagad raya itu tidak pernah berubah (tetap) geraknya.
Bekerjanya Dat itu yang wajib sifatnya; tertib, Tentram, Adil, Suci, tidak
membeda-bedakan, benar, tidak pernah berubah kekuasaannya. Umpama
mau membuktikan setiap hari; ada orang membuat mainan dari kaleng
diberi perputaran (as), minyak bensin dan roda, umpama mainan dibunyikan
bisa berjalan, itu kerja yang membuat bisanya jalan barang tadi pasti sudah
direncanakan dan memang pintar, kepintaran membuat barang disebut
hakikatnya Dat yang membuat. Allah itu maha cerdik, lalu apa yang
dikehendaki pasti jadi, pasti bergerak, itu contoh lain bagi tanda saksi
bekerjanya (bergeraknya) DAT wajib adanya. Dari zaman dahulu kala jutaan
tahun; bumi, matahari, bulan, bintang, udara dan lain-lainnya itu tarik
menarik selamanya tanpa berubah, menjadikan daya alam (hukum-hukum
alam) yang tertib seperti; siang, malam, panas, dingin tidak pernah berubah,
tidak dapat diukur seberapa kekuatan DAT itu. karena sangat tertibnya dan
tenang lalu timbul menuju arah satu, tidak cerai berai; terhadap manusia
tiap hari tetap saling membutuhkan, contohnya begini;
a. Di hutan ada lebah madu glodok, madu kesukaan manusia dan lebah.
b. Karena madu lebah untuk jamu/obat, karena membutuhkan lalu mencari
kehutan.
c. Di Hutan banyak bunga-bunga, itu saling dibutuhkan manusia, lebah,
kupu-kupu saling mengisap.

d. Adilnya Yang Maha Kuasa; supaya kupu-kupu tadi selamat dari serbuan
lebah dan manusia, sayapnya diciptakan satu warna dengan bunga-bunga
tadi agar manusia dan lebah tidak bisa membedakan mana yang bunga dan
mana yang kupu-kupu dikarenakan sayap kupu-kupu seperti bunga-bunga
yang ada dihutan. Lama-lama manusia berusaha supaya lebah tadi semua
berkumpul kerumahnya, lalu dibuatkan rumah-rumahan dari kayu yang
dibuat seperti sarangnya, oleh karena itu manusia juga mempunyai
kekuasaan mengatur lebah.
Jadi terjadinya manusia sebab dari yang satu (Allah), kalau difikir betul
bentuk tentran ya DAT Allah SWT dan menuju yang satu menyebabkan
terjadinya benar dan selamat. Apa buktinya bila manusia mempunyai
kekuatan dari Allah, kata-kata mempunyai kekuatan bisa ditafsirkan manusia
itu sama dengan Allah bagi orang yang salah tafsir (salah pendapat). Yang
diatas menyatakan bila Allah itu mempunyai sifat 20 wajib, 20 mokal
(sebaliknya) dan sifat berkuasa (Yang Maha Kuasa / Wenang dalam bahasa
jawa), kuasa artinya yang menciptakan semua yang ada didunia ini.
1. WUJUD (Ujud) artinya ada (Allah), yang telah menciptakan Jagad Raya
atau sebagai tanda saksi Bumi, Langit, Bintang, Matahari, Makhluk-makhluk
semua dan Manusia Makhluk sempurna dan DAT yang tidak nampak itu wajib
adanya. Keterangan itu orang bisa mengatakan ada (Ujud) karena diciptakan
yaitu merupakan jasmani, hanya Cuma pinjam. Karena itu kitab Usuludin
mengatakan sifat Ke-1 WUJUD untuk jasmani, itu sebabnya manusia bisa
bergerak-gerak, kalau tidak ada berarti mati, sebab mati itu tidak bisa
mengatakan (bicara) apa-apa.

2. QIDAM / Dulu tidak ada yang mendahului, maksudnya Allah itu Allah itu
tidak ada yang lebih dulu dari padanya. Jadi jika ada sifat yang mendahului
itu berarti bukan Allah. Jikalau ada yang mendahului itu pasti bukan Allah
(Allah lebih dari satu), Allah 1 dan Allah 2 berebut kekuasaan, jadi manusia
mengatakan Allah itu tidak ada.

3. BAQA (Abadi/kekal), maksudnya tidak bisa berubah selamanya. Jagad


Raya yang diciptakan tadi tetap ujud tidak pernah berubah (abadi), Allah itu
tidak seperti barang. Baru itupun yang mengatakan orang yang hidup. Sifat
Allah yang bisa kita rasakan; Abadi itu sifatnya Allah sendiri sifat ke-1 sampai
ke-20. Bukti untuk ukuran manusia, lidah tidak bisa merasakan manis/kelat

sawo itu bila dimakan (dirasakan). Jadi sawo manis dan kelat bisa dirasakan,
tetapi manis dan kelat itu sifatnya (langeng dalam bahasa jawa) kekal
walaupun tidak dimakan orang. Kekalnya manusia karena bergerak, kekalnya
sawo karena manis. Abadi itu batasnya masih hidup (sebelum mati). Jadi
adanya senang, susah, dingin, panas yang memiliki (merasakan) orang
hidup. Walaupun orang sudah mati siabadi tetap disebut abadi oleh orang
yang masih hidup.

4. MUHALAFAH LIL HAWADIS (beda dengan yang baru), artinya sifat-sifat


Allah yang tidak bisa disamakan (diungguli) oleh siapa saja, karena semua
itu ciptaannya. Untuk manusia semua beda bentuknya disebut sifat Baru
(beda dengan yang baru). Manusia dilahirkan dengan sifat baru, bisa
berubah-rubah karena namanya manusia didunia dimanapun beradanya
pasti sama, bersuku-suku, mempunyai mata, kaki, telinga dan lain-lain.
Walaupun kata-kata beda dengan yang Baru manusia, beda dengan hewan
walau sama-sama hidupnya (lembu dan kambing), 10 juta lembu dan
kambing ya bentuknya sama semua. Misal Manusia ada 10 juta ya sifatnya
sama. Allah SWT itu jika menciptakan makhluk satu dan yang lain berbeda
antara Manusia, Binatang, tumbuh-tumbuhan. Maha Bijaksana Allah
menciptakan isi Alam ini bisa membeda-bedakan ciptaannya, itulah yang
disebut MUHALIFAH LIL HAWADIS (beda dengan yang baru). Didunia banyak
makhluk-makhluk yang mengherankan, semuanya berbeda-beda; Manusia,
Lembu, Kambing, Lebah semuanya barang baru, beda dengan yang baru
lagi. Semua tadi membuktikan (saksi) Allah menciptakan makhluknya
menurut kehendaknya.

5. QIYAMUH BINAFSIHI (berdiri sendiri), artinya tidur nyeyak bangun sendiri,


benih timbul sendiri dan Matahari, Bulan, Bintang, Siang, Malam bergerak
sendiri tidak pernah berubah-ubah. Jadi yang bergerak itu mempunyai sifat
Qiyamuhu Binafsihi, contoh lain Atom, Neutron, Positron, Elektron semua itu
bisa (Makarti dalam bahasa jawa) atau bergerak karena mempunyai sifat
berdiri dengan sendiri otomatis. Ilmu Kesehatan Plasma darah tetap jalan
sendiri, sebab kena daya panas, umpama plasma itu bisa dipecah-pecah
sampai halus walaupun tidak kena/tersentuh panas jika menempel ketubuh
masih bisa berjalan sendiri. Semua ilmuwan mengakui bahwa Plasma-plasma
itu hidup. Contoh lagi yang membuktikan memakai mikroskop ukuran 10,000

disitu terbukti Plasma tersebut bisa berjalan/bergerak-gerak (6 mm/jam).


Ternyata habisnya pendapat tentang Allah yang menggerakkan makhluknya.

6. WAHDA NIYAT (satu), artinya tunggal, sifat itu mudah diterima karena
bukan dua atau tiga, artinya satu itu meyakinkan bahwa adanya Allah. Untuk
manusia adalah DAT, karena manusia asal dari DAT (zat) yang satu itu.
Semua tujuannya benar, karena Dat Allah itu satu (Wahda niyat) yang
memiliki sifat 20.

7. QODRAT (kuasa), keterangan itu begini; orang duduk dikursi akan berdiri
dan langsung berdiri karena mempunyai sifat Qudrat /kuasa, sanggup
memerintah dirinya. Qudrat air (kuasa air) tidak bisa memerintah, hanya
mengalir ketempat yang lebih rendah dan merata (waterpass), bisa dilihat
dari daya alam surya, panas, udara dingin menghembus, air (hydrogen)
atom plus/minus bisa jadi elektrik. Yang Kuasa langsung membuat hukumhukum alam yang teratur tidak bisa mengalami benturan. Qudrat itu
diberikan kepada manusia tinggal pakai. Perkataan Qudrat jauh sekali, maka
alat-alat manusia; Panca indra, pikiran dan nafsu itu dikodratkan oleh Allah
karena manusia tadi mempunyai sifat Qudrat. Jadi semua tadi tinggal
menggunakan Qudrat tadi. Qudrat Allah yang diciptakan semua sempurna
dan mempunyai daya sendiri.

8. IRODAT (Kemauan/kehendak), jadi kehendak itu yang menguasai gerak,


sifat Irodatnya diam (tidak bergerak), Irodatnya Allah yang melebihi (tidak
wajar), umpama bayi kembar siam, bayi berkepala duapun di ciptakan.

9. ILMU (ilmu), manusia mempunyai pengetahuan karena mempunyai ilmu,


dari sifat Allah Ilmu, manusia bisa membaca, menulis karena terbuka hatinya
baru menulis karena terbuka hatinya baru mempunyai ilmu pengetahuan.
Menuntut ilmu bisa terlaksana sempurna jika terbuka hatinya (Kijabnya),
benar Firman Allah Quran surat An-Nissa : 126 :
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah
(pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

Begitupun orang yang tidak tau apa itu, bukan karena bodoh, tetapi karena
memang masih belum terbuka hatinya (terbuka kijabnya). Terbukanya hati
terhadap orang-orang jaman dahulu terjadinya para wali Allah.
Ilmuwan/sarjana, Pujangga, yang terbuka hatinya menuju kepada ilmunya
Allah yang sejati. Dan ilmu lainnya hanya untuk bermasyarakat, itu setiap
orang bisa belajar (mempelajari).

10. HAYAT (hidup), yang dibilang hidup ialah makhluk yang bergerak karena
memiliki sifat ke-10 (HAYAT) dan sifat mokal (sebaliknya, Mati), manusia
hidup lebih sempurna sifat hidupnya dari pada makhluk lain. Manusia sifat
Hayat lebih sempurna dari zat-zat hewan dan tumbuh-tumbuhan, sebab
manusia apa saja yang dikehendaki mesti tercapai walaupun perlahan (tidak
merasakan) walaupun sifatnya gaib, sperma, basil, molekul-molekul yang
tidak nampak, tetapi bisa dilihat dengan alat mikroskop maka terlihat
bergerak-gerak. Itulah tanda bahwa DAT wajib adanya, sebab sifat Hayat
meliputi Jagad Raya, dimana saja sifat Hayat tadi memberi daya. Intisarinya
hidup itu bukan Allah, tetapi sifatnya mendayai (memberi daya) apa saja
yang nampak dan tidak nampak (gaib). Gundik (jawa) Raja rayap itu
dibungkus rapat dengan tanah liat sehingga tidak ada udara tetapi Raja
Rayap tadi bisa hidup dan bertelur. Itu membuktikan sifat 20 meliputi seluruh
keadaan, jadi hidup itu dimiliki semua makhluk, beda dengan manusia sifat
hayat itu sempurna karena memilki sifat 20 yang lengkap sehingga bisa
meneliti sifat-sifat Allah;
a. Tumbuh-tumbuhan hidup tetapi mempunyai sifat 20
b. Hewan hidup tetapi hanya memiliki sebahagian sifat 20.

11. SAMAK (mendengar), memilki alat telinga mokalnya (jawa)/ sebaliknya


tuli. Wirid Hidayat Jati yang asli halaman 12 baris kedua dari atas; DAT Allah
Yang Maha Suci itu kalau melihat memakai mata kita, kalau mendengar
melalui telinga kita, DAT ke-11 itu salah satu sifat Allah, walaupun punya
telinga bila tidak dialiri sifat ke-11 (Samak) hanya telinga-telingaan. Pokok
kata Dat sama walaupun tidak memakai telinga tetap mendengar, karena
Allah yang memilki, manusia hanya memakai. Selanjutnya Datnya manusia
adalah sifatnya Allah. Sebelum ada DAT tidak bisa mengetahui sifat (tidak
ada), karena DAT Allah itu berada pada manusia dan manusia itu luhur
(sempurna) karena itu hanya manusia yang memiliki sifat 20.

12. BASHAR (melihat), terhadap manusia dan hewan bekerjanya melalui


mata, bukan berarti Allah melihat melalui manusia dan hewan, Allah itu
melihat melalui mata kita kenapa kita tidak bisa melihat sebelum terjadi,
sebab Allah melihat apa yang akan terjadi. Jadi pertanyaan salah menelaah
tetapi benar, sebab terhadap umum (pendapat) pasti melihat itu karena
mata yang melihat, sebab setiap melakukan pekerjaan selalu nampak jadi
dinamakan Bashar. Jadi mata yang terang jika tidak dialiri sifat Allah yang
namanya Bashar tentu tudak bisa melihat (buta), sifat mokal namanya.
Bagaimana ukuran bagi Allah tentang sifat Bashar itu artinya Allah melihat
tidak memakai mata karena Dat/sifat Bashar tadi memang sudah
mempunyai daya sendiri, contoh orang tidur; mata tidak bisa melihat
(bekerja) kenapa bisa melihat yang belum pernah dilihat atau mimpi
(diwaktu mimpi). Jadi Dat yang memiliki sifat Bashar itu sebenarnya bekerja
sendiri (Makarti dalam bahasa jawa). Dat yang bisa mengetahui tadi bisa
dimiliki semua orang aktif (hidup), bekerjanya (Makartinya) tidak
memerlukan pelajaran dan belajar, sebab anak-anak, orang dewasa selalu
melihat yang belum pernah dilihat, sebab itu terjadinya bagi orang yang
sempurna, orang bisaa bisanya melihat dengan tidak sengaja menurut
kehendak Yang Maha Kuasa (Dat Bashar), sebab itu Dat Bashar itu salah
satunya sifat Allah, lalu disebut Allah Yang Maha Melihat.

13. QALAM (berbicara), bicaranya Allah itu menurut sifatnya manusia bicara,
burung berkicau dan lain-lain. Sifat-sifat yang baru dan semua isi Jagad Raya
yang baru kehendaknya (Allah) atau sifat Allah yang dimiliki para Nabi, Wali
dan Rasul-rasul Allah, yang maknanya menuju kebenaran, seperti kitab AlQuran yang mengatakan Allah itu Rasullullah (Nabi Muhammad). Ukuran
manusia sifat mokalnya / sebaliknya yaitu bisu, Sabda Allah menuju
kebenaran. Orang yang bisa menunjukkan kesalahan menuju kebenaran
adalah orang yang sudah memiliki sifat Qalam, umpama para Rasul, contoh
manusia bergaul selalu salah menyalakan, Rasul lalu meluruskan (para
Nabi), karena Rasul membawa Firman Allah, contohnya sifat ke-2 Qidam;
dulu tidak ada yang mendahului, sifat ke-4 Muhalafah Lil Hawadis (sifat
baharu/barang baru). Kata-kata yang benar itu tidak ada yang mendahului,
artinya tidak ada ulur tarik dan tidak ada sifat mokal (saleh). Al-Quran itu
semua tujuannya tdak ada yang berlawanan, terhadap perkataan yang
dimiliki manusia, Wali, Mukmin yang telah sempurna, yang dibicarakan
hanya perihal tentang Allah, perkataannya pasti benar, karena itu satu orang

tidak sama oleh karena membuktikan, mereka mendapat Wahyu allah (sifat
Qidam). Dan perkataan Allah beda dengan yang baru hanya terdapat pada
manusia sendiri, artinya manusia berbicara berbeda dengan makhluk lain.
Makhluk-makhluk yang memiliki sifat Qalam tidak hanya yang bisa bicara,
tetapi semua bisaa bersuara karena dialiri oleh sifat Qalam.

14. QADIRAN (Yang Berkuasa), yang kuasa itu menurut ukuran manusia,
umpama sudah mempunyai sifat Qudrat, karena memiliki sifat tadi, manusia
bisa mengerjakan perintahnya, contoh mata; kalau tidur terpejam lalu
bangun terbelalak-belalak, karena manusia mempunyai sifat Qadiran; bisa
mejamkan mata dan membuka mata. Kuasanya manusia semua alat badan
sebenarnya tidak tetap konsisten (tetap), tetapi berubah-ubah sebab
manusia tidak bisa memerintah kodratnya mata, sewaktu mata tidak
mengantuk; manusia tidak bisa membuka mata sampai lama dan pasti
terasa pedih, memejamkan mata terus-menerus (lama) pasti tidak tahan
karena tidak merasa mengantukl, jelas sifat Qadiran itu manusia bisa
menundukkan alat tubuh jika tidak berlawanan demgan sipat kuasanya
(kodratnya).
Keterangannya sipat Qadiran itu menyebabkan manusia bisa memerintah
alat-alatnya karena alat sudah tercetak ucap kerja sama (constant) tidak
pernah diperintah jadi yang bisa di perintah itu hanya alat-alat yang bekerja
menurut kodratnya, karena manusia bisa merintahnya, itu karena memiliki
sifat Qadiran. Yang lebih tinggi tingkatannya yaitu sifat Qodrat, sebab sifat
Qodrat itu yang memiliki dan sifat Qadiran yang diberi.

15. MURIDAN (yang berkehendak), sifat itu terdapat (dimiliki) oleh manusia,
artinya sesudah manusia memiliki sifat Irodat, Karena diberi sifat tadi (Irodat)
manusia lalu disebut memilki sifat Irodat, contoh anak menulis itu
mempunyai (mengerjakan), menulis itu pekerjaan (sifat). Untuk ukuran
manusia sifat Muridan tadi terbukti rasa kemauan gerak, sebab dari gerak
kemauan sebenarnya mannusia mempunyai sifat Irodat (kehendak), jadi bisa
bicara karena mempunyai sifat Irodat, sifat Irodat bentuknya menjadi sifat
sebagai yang memiliki (manusia).

Keterangan: diatas itu termasuk sifat-sifat ke-16, 17, 18, 19 dan 20, dan
keterangan yang terakhir; sifat-sifat ke-1 sampai ke-20 sebenarnya hanya

salah satu sifatnya Allah sendiri dan manusia seharusnya berterima kasih
kepada Yang Maha Suci Allah, karena diciptakan memiliki sifat-sifat-Nya yang
lengkap, begitu juga sifat Allah sendiri sifat 20+20+1; 20 Wajib + 20 Mokal
(sebaliknya) + 1 Adil. Menurut para ahli, sifat-sifat yang dimiliki manusia itu
disebut INGSUN (jawa), Purusha (Sansekerta), IKHEID (Belanda), Rabbi/Illahi
(Arab), Pangeran/Gusti (jawa), Tuhanku (Indonesia).

Bab 3

MACAM-MACAM KEPERCAYAAN DAN PENDAPAT


TENTANG TUHAN (ALLAH)

Quran surat Al-Hadiid ayat 4-6;


4-Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa: Kemudian
Dia bersemayam di atas arsy) Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam
bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan
apa yang naik kepada-Nya). Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu
berada. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.
5-Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah
dikembalikan segala urusan.
6-Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang
ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Ilmuwan zaman dahulu Anaxagoras dari Clazomini (yunani), ia adalah


seorang ahli ilmu pasti yang disebut sebagai seorang kafir, karena tidak
percaya dewa-dewa, dan ilmunya dinamakan Atomistik, ilmuwan itulah yang
menyiarkan; bila roh-roh itu tidak ada batasnya dan mewujudkan gerak
tertib, selanjutnyanya roh-roh menyatu dengan tuhan-tuhanan, dan ia
bertekad mengatakan roh-roh itu maha kuasa dan maha tahu. Ilmuwan lain
yang sam pada waktu itu Anacagoras yaitu Anaximander dari Milete Ionia;
kepercayaannya kealam raya (benda), tujuannya; asalnya benda-benda itu
dari zat tanpa awal tanpa akhir dan tidak bisa ditebak, zat itu disebut

Apeiron, artinya kekal (abadi), menurut kepercayaannya (Apeiron) adalah


tentang jiwa (roh), pendapatnya bila roh-roh itu seperti Hawa dan Angin.
Ilmuwan Ibnu Araby Al Halady dan syeh Siti Jenar sama pendapatnya, jika
manusia itu berasal dari Hakikatnya Maha Agung, artinya penyempurna DAT,
dan Faham itu disebut Widatul Wujud. Pendapat memutuskan Allah dan
manusia menyatu, dalam bahasa Wiridan disebut Chaliq, dan makhluk itu
satu (menyatu), begini keterangannya; DAT Yang Maha Kuasa itu meliputi
adanya sifat Ujud, tidak luar tidak didalam, tidak bertempat, tidak zaman,
tidak laki-laki tidak perempuan, tidak beranak tidak diberanakan, tetapi
meliputi Jagat Raya, lihat firman Allah, surat Al-Hadiid : 4-6, seperti diatas.
Artinya ayat-ayat tadi Al-Hadiid 4-6; kepada siapa saja yang diciptakan tidak
dibeda-bedakan (pilih kasih), yang sifat baharu semua diliputi Zat Allah.
Semua itu untuk membuktikan kepada orang yang berpendapat Allah itu
pilih kasih dan ada yang disayang karena dari adanya pendapat yang
bermacam-macam lalu ada ada golongan yang memberanikan bahwa Allah
bisa dijumpai dengan manusia dengan memuja cara masing-masing.
Sebelum adanya peraturan agama, ada peraturan yang menetapkan bisa
jumpa dengan Allah karena menyembah kepada benda untuk perantara.
Faham tadi dinamakan Animisme yang menambah kepercayaan golongan
tersebut. Manusia itu mempunyai hidup terus sesudah mati, oleh karena
hidup itu Hakikatnya Allah. Allah itu meliputi semua maka menjumpai
memakai (memuja) kayu, batu, patung; paham (kepercayaan) itu bisa saja
percaya ada DAT yang wajib adanya, tetapi tanpa keterangan, jadi pekerjaan
tadi hanya yakin ada dan cinta, jadi faham yang tidak terang, tetapi didalam
hati bisa menciptakan/mengarang bahwa Allah itu ada dan menyatu, faham
tadi disebut Antropormophisme. Ujud/nyata disini berarti karangan-karangan
yang timbul dari angan-angan lalu ada golongan yang nebak-nebak bahwa
Allah itu bisa menjelma menjadi orang, dan orang itu disebut Allah. Kitab
Injil, Taurat asal pertamanya terjadi Jagat Raya;
Allah menciptakan manusia melalui cahayanya.
Tidak ada orang yang bisa dekat dengan Rama (Allah), kecuali tidak
keluar dari Rama aku, umpama kamu bisa mengenalku pasti kamu
mengenalku (Rama).
Orang yang bisa melihatku, jadi sudah bisa melihat sang Rama, sang
Rama ada berada padaku.
Kata Citra tersebut diatas maksudnya sinar yang memancar, itu kata
karangan, dalam perkataan Wirid disebut Hakikat, sudah sebenarnya

manusia itu asal Hakikatnya Tuhan. Menurut trilogy Kristen; Tuhan sifatnya
Rama sang Putra dan Rohulkudus/Rohsuji (perkataan sang Rama lebih
kurang adalah DAT yang wajib adanya) Tuhan yang disembah yang paling
tinggi sekali. Sang Putra sinarnya Rama (Hakikatnya cahaya tuhan) atau
yang dinamakan Citra yang sifatnya makhluk yang memiliki sifat 20, Rohul
kudus itu roh suci yang menempati sifatnya manusia. Karena manusia
sifatnya sempurna, lalu manusia memiliki Rohul Kudus, Rohul kudus itu bisa
disebut sejatinya aku, lebih-lebih tentang kemajuan rasionalnya (akal pikir)
orang saja.
Surat Injil diatas tadi lalu ada perkataan; orang yang bisa melihat aku, jadi
sudah melihat sang Rama. Keteranngannya; orang yang sudah
mengetahui / melihat aku sama seperti sudah mengetahui / melihat Allah.
Jadi kata melihat artinya bukan dengan mata, tetapi melihat melalui hati,
yakin dengan diri sendiri, aku itu meliputi Hakikatnya Allah.
Wihdatul Wujud asal dari bahasa Allah, Pembagiannya begini :
Wihda dari kata Wahdat, artinya Satu.
Wujud artinya Ada.
Jadi Wihdatul Wujud itu adalah Satu dan Ada (Kahanan Tunggal = Bahasa
Jawa), yang menciptakan dan yang diciptakan, bahasa Ilmu (Wirid) Chaliq
dan Makhluk, artinya lebih kurang Chaliq tidak ada dan Makhluk tidak ada.
Sebaliknya kalau Manusia tidak ada, maka Manusia dan Chaliq tidak ada
yang menyebut. Dibagian keterangan kepercayaan Wihdatul Wujud banyak
para Ulama yang tidak sepakat pendapatnya atau sama tidak percaya
pendapat tadi karena keadaan tunggal itu pecahan para Pertapa, Sufi, Filsuf.
Ada pendapat yang simpang siur, yang satu mengatakan Chaliq dan Makhluk
itu Dua, artinya Allah disamakan berada disuatu tempat dan makhluk ada
tempatnya masing-masing. Di Jawa menurut surat Wirid dan sejarah-sejarah
ada seorang Wali mempunyai pendapat bahwa Wihdatul Wujud itu namanya
Syeh Siti Jenar, ditanah Jawa dulu ada Wali 9 (Songo=Jawa) didemak, para
Wali menurut sejarah mereka tidak suka kepada Syeh Siti Jenar, karena tidak
sepaham dengan para Wali, lalu dimusuhi dan ilmunya sampai sekarang
diketahui.
Ditahun 858 Masehi di Persia ada pujangga namanya Al Hallaj, dia terkenal
didunia barat dan timur dengan bukunya dan buku-buku tersebut ditulis
dengan bahasa masing-masing negara/daerah, pendapatnya mengakui
Wihdatul Wujud (Yang Kuasa) adalah Tuhan Esa, dan Al Hallaj tadi dihukum

oleh pemerintahan dizamannya, karena khawatir pengetahuan tadi


berbahaya bagi masyarakat awam/umum.
Kepercayaan Wihdatul Wujud disebut keadaan satu. Menurut pendapat
Sarjana, Filsufi; Plato, Aristoteles, Al Hallaj, Syeh Siti Jenar dan menurut
keterangan itu menebak bila Manusia sebenarnya penyempurnaan Dat Allah,
keterangannya umpama Manusia dan Makhluk itu seperti Air yang jernih
yang berada dibak air dan Allah di ibaratkan seperti Surya diatas langit yang
memancarkan cahaya ke 1000 bak air tadi, dan isi 1000 bak air tadi jika
dilihat masing-masing terdapat matahari/surya yang memancarkan sinarnya
dari langit tetapi sebenarnya matahari tadi hanya satu.
Leluasa artinya benda, manusia, besar, kecil bergerak karena memiliki Dat
Allah, seperti Bak Air tadi ada Mataharinya, dan bergerak menurut
keadaannya (kodratnya). Ada lagi kepercayaan yang berpendapat Chaliq dan
Makhluk itu ada dua. Keterangannya kalau Makhluk-makhluk dilihat dari
Chaliq (melihat matahari) keadaannya tetap satu, kalau dilihat dari makhluk
(bak air tadi) matahari lebih dari satu, yaitu Makhluk (bak air) satu, Chaliq
(tuhan) dua, artinya Matahari ada 1 (satu) dibak dan 1 (satu) dilangit.
Al-Quran surat An-Najm : 43-44 ;
43. dan bahwasanya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan
menangis,
44. dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan,
Yang menyebabkan tertawa dan menangis itu Allah, artinya Manusia sudah
memiliki sifat Qodrat / Irodatnya sifat 20, lalu yang memberi sifat tadi
mengikuti tertawa, menangis, jadi pendapat tadi berpedoman kepada ayatayat suci Al-Quran, sebenarnya Allah itu meliputi kita semua (manusia);
1. Dat Allah; tidak nampak, layu Kayafu, Nukat Gaib, orang tidak bisa
melihat tetapi bisa menguasai, bisa menghidupi, bisa mematikan, bisa
menangiskan dan bisa mentertawakan.
2. Arti keterangan diatas mengatakan tidak diragukan lagi karena
Hakikatnya DAT (sifat 20) tadi, karena umat manusia tidak berhak
mengatakan bahwa manusia sama dengan Allah, walaupun memiliki DAT
(sifat 20) yang lengkap, karena manusia tidak mempunyai kekuasaan
(Wenang Jawa).

Oleh karena itu lalu ada pendapat bila Allah dan Umat itu dua (Allah,Umat),
ada yang mengatakan Allah dan Umat itu satu (Esa); Datnya sama, geraknya
sama, Hakikatnya sama, karena semua sama-sama yang menguasai dan
yang dikuasai, lalu diartiikan satu Dat Allah. umpama Siti itu bisa merubah
diri apa saja, Dat Siti sama geraknya dengan Siti, tetapi Siti sulit untuk
menyebut badannya sendiri, seolah-olah bertanya kepada diri sendiri dari
mana asalnya ini?. Jadi keterangan kepercayaan Wihdatul Wujud asal dari
satu DAT bisa menjelma apa saja.
Mempelajari Pelajaran (Wedaran Wirid Jawanya) Bab Sifat 20 itu memang
sulit, karena yang diterangkan tentang mengenai Allah (Tuhan), jadi memang
sebenarnya para leluhur dizaman dahulu memikirkan tentang yang sangat
sulit, karena memikirkan kalau salah menerima bisa membahayakan
hidupnya sendiri dan masyarakat umum.
Almarhum Mahatma Gandhi (India) sangat memuji kepada kepribadian Nabi
Muhammad SAW, karena satu tujuan yaitu menyembah kepada Satu Allah,
kalau dilihat kepercayaannya, Mahatma Gandhi itu pujangga Budha, dan
Nabi Muhammad penyebar Agama Islam. Kalau difikir tujuan Mahatma
Gandhi tentang Tuhan (Allah) adalah satu, hanya beda nama tetapi tujuan
sama.
Pujangga Islam Syeh M. Abdul pernah berteman dengan pujangga Kristen
Graaf leo Tolstoy, dan berpendapat Nabi Muhammad SAW tidak beda dengan
Mahatma Gandhi. Menurut surat-surat M. Abdul dan Tolstoy sama-sama
mempercayai agamanya masing-masing. Adanya hubungan tadi hanya
menyatukan tekat yang dikatakan MONOTHISME, artinya menentukan Allah
itu Satu utuh (Esa). dari contoh-contoh itu lalu jelas Kitab Allah itu bahwa
walaupun beda namanya tetapi sama tujuannya, yaitu menetapkan Allah itu
satu (Monothisme). Beda keterangan yang terdapat pada kitab-kitab tadi
yaitu :
Agama Islam; Allah Sifat 20;
Agama Kristen; Trimurti Tuhan Rama;
Agama Budha; Tuhan Trimurti sang Budha.
Semua itu hanya sebagai pedoman, artinya untuk contoh jalannya ilmu
pengetahuan, lalu ada pendapat yang berbeda-beda, itu dapat dari turun
temurun, Allah mengutus para Nabi, penganutnya sama-sama meyakini
ajaran Nabi Musa pada zaman itu, dan sampai sekarang tetap tidak setuju

dengan pendapat lain, karena dihati yakin terhadap ajaran Nabi Musa yang
dianggap benar;
Ajaran Nabi musa yang utuh terdapat 10 (sepuluh) ajaran, dan pada
zaman dahulu masyarakat belum seperti sekarang kemajuannya, turun
temurun penganutnya sama-sama membenarkan ajaran Nabi Musa, dan
sampai sekarang tidak setuju pada agama lain, karena ajaran Nabi Musa
dinggap paling benar.
Ajaran Nabi Isa itu menjadi ukuran masyarakat zaman dahulu sampai
sekarang, turun temurun tetap menjadi kepercayaan (dianut).
Ajaran Nabi Muhammad SAW, begitu juga membenarkan pada ajaranajaran Nabi-nabi, walaupun beda-beda tempat dan kemajuan cara berfikir,
ajaran-ajaran tetap bertekad membenarkan Allah itu satu (Esa).
Bila demikian adanya keterangan 3 macam bisa disimpullkan dengan
menurunkan kitab-kitab perantaraan Nabi-nabi Allah, menilai keadaan
masyarakat bahwa Al-Quran itu kitab yang diturunkan untuk menutup
segala kitab-kitab yang diturunkan, dengan isinya yang lengkap dan meliputi
politik, ekonomi, bermasyarakat, pernikahan, hukum tata negara dan lainlain, dan semua yang terpenting Al-Quran itu sifatnya Allah.
Seketika ada pertanyaan begini; jika semua agama-agama itu kemauan
Allah, kenapa baru sekarang menyatunya agama. Jawaban dari pertanyaan
itu benar atau salah dinyatakan di Surat Al-hajj : 67 ;
Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan Syariat tertentu yang mereka
lakukan, maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan
(syariat) ini dan serulah kepada (agama) Tuhanmu. Sesungguhnya kamu
benar-benar berada pada jalan yang lurus.
Keterangan dari ayat diatas begini; Agama contoh peraturan yang
dikehendaki oleh Tuhan (Allah), intisarinya menuju yang benar, walupum
agama tadi harus ditaati, walaupun lebih tua (lebih dahulu mencul) atau
lebih tebal kitabnya, semua perintah menurut orang zaman dahulu tetap
benar (lurus), yang membenarkan adalah orang yang sudah maju, menurut
pendapat pasti benar untuk orang dizaman dahulu, walupun dikotak-katik
(diubah-ubah) tetap benar (lurus), walupun yang membenarkan itu orang
dizaman sekarang, Allah mengatakan hati-hati, segala urusan agama itu
jangan dibuat perdebatan, sebab yang penting agama-agama itu
merupakan perkataan-perkataan Allah (Firman Allah). Allah itu pujaanmu
(Sembahanmu), Allah itu ada. Bila diteliti dari agama Budha, Kristen, Islam,

Majusi, Sinta, Hindu, Tao, Zorowaster; semua itu seperti sungai yang
mengalir deras, panjang, lebar dan mengalir pelan; semua mengalir kearah
laut (samudra). Ada pertanyaan begini; apakah agama tadi bisa bersatu
dengan upacara !!, ada yang mempunyai tekad menyatukan agama-agama
itu, ia seorang Cendikiawan Sufi dari Persia yang terkenal, namanya Al-Hallaj,
sebelum Cendikiawan tadi wafat, ia mempunyai tekad satu, yaitu peraturan
Allah untuk Allah, umpamanya tercapai dan bisa menyatukan bangsa
berjuta-juta.
Tekadnya Anaxagoras tentang Hakikatnya Roh, itu umpama diteliti belok dari
tujuannya yang berwujud benda, barang dll, itu sampai sekarang belum ada
satu manusiapun yang membuktikannya, umpama ada orang yang cerita
bisa melihat Roh, sebenarnya hanya bisa menjerumuskan, dan firman Allah
surat Al-Isra : 85 ;
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: Roh itu
termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan
sedikit.
Kata sedikit itu tidak berarti barangnya, hanya sepengetahuan, buktinya
orang bisa memilih hidup itu apa.. walaupun nanti pikiran manusia sudah
maju, mengenai Esa itu belum ada Nabi, Wali, Mukmin, Sarjana, Profesor,
Doktor dan lain-lain yang bisa memegang Roh, walaupun Roh semut, yaitu
yang dinamakan Gaibnya Allah.
Didunia modern sangat membingungkan tentang Allah, lalu ada paham
Atheisme yang membantah ada Allah.
Menurut Paham tadi Allah tidak ada, hanya ciptaan manusia. Penafsiran
ketuhanan itu tidak bisa untuk landasan mencari hukum kejadian dan
sebabnya. Francis Bacon mengatakan dizaman kemajuan ilmu, zaman
makmur semakin banyak orang yang tidak percaya kepada Allah, kenapa
waktu miskin, gembel, perut lapar, sakit lalu manusia mencari pegangan
(kepercayaan) kepada Allah.
Bacovan Ferulame berkata demikian; sorang Athist itu orang-orang yang
hatinya palsu, tidak jujur. Untuk penutup tentang Ikhtikat macam-macam
untuk ketuhanan, disini perlu tambahan pendapat tentang ajaran Sidarta
Gaotama, yaitu Sri Budha Gaotama, begini; menurut berabad-abad
kebudhaan itu bukan agama, tetapi suatu pendapat bahwa sebenarnya
kebudhaan agama Tuhan, sebab yang menyiarkan adalah seorang ahli tapa,
dan kata dari Tuhan melalui sang petapa Sri Budha Gaotama, bedanya apa?,

Nabi Muhammad bertapa di Gua Hira di tanah Arab, sang Gaotama bertapa
di pohon Budhi dan dua-duanya mendapat kitab.
Ajaran kebudhaan menghilangkan (melepaskan diri) dari kesengsaraan
(kesusahan) menggunakan kekuatan diri sendiri, dan Maha Budha hanya
memberi hidayah, taufik dan berkah, maksudnya pusat azas abadi atau
pusatnya sumber yang ada (Jagat Raya).
Pelajaran itu ternyata merupakan kebutuhannya manusia dan membenarkan
bahwa kesengsaraan (penderitaan) itu sumbernya adalah Nafsu, maka nafsu
itu harus dikendalikan, jalannya harus konsentrasi, meditasi, yaitu Dhiyana
atau Semedi (Attauhid bahasa arabnya) menurut keyakinan menuju kebudi
(Qalbu bahasa arabnya) dan bersama melalui tata tertib susila, sesudah bisa
mengendalikan Nafsu, baru bisa menerima pelajaran bila Budi (kesadaran
diri) pribadi itu tiak ada, jadi hidup merasa sendiri (individu) itu salah,
sebenarnya harus merasa hidup menyatu, berdiri tidak sendiri-sendiri
(universalisme) dicocokan dengan sifat Afhngalnya Allah.
Selanjutnya bila sudah bisa menyatu dengan keabadian tidak terikat dengan
suatu sebab dan akibatnya (Karma) yang berubah-ubah, karena dengan
perbuatan sendiri menyebabkan penderitaan, dengan tujuan yang baku
(utama) menuju ke alam Nirwana, alam yang tidak terjamah oleh apapun.
Budisme (agama Budha) itu tidak mengakui adanya roh (jiwa) pribadi,
manusia itu hanya membuktikan paduan dari kumpulan zat yang hanya
selalu bergerak berubah-ubah tidak kekal, karena perbuatan sendiri, dan
perbuatan orang lain, keterangannya lebih kurang sebagai berikut :
Masuk Agama Budha;
Mengerjakan perintah yang Suji;
Menjalankan Puja (menyembah).
Artinya ;
a. Darma itu undang-undang Tarikat yang untuk ke Budhaan (agama Budha)
b. Jalannya untuk menuju kebebasan kecuali semedi harus memenuhi
syarat-syarat; berbicara harus yang benar, tekad yang benar, pikiran yang
benar, pekerjaan, hidupnya sederhana, watak yang benar, jujur dan Suji
(Ikhlas).

Keyakinan (kepercayaan) Hindu, yang disebut Trimurti atau bentuk sifatnya


Allah itu :
1. Brahmana sifat yanng menciptakan Jagat Raya dan umat;
2. Whisnu sifat yang menggerakkan semua yang tercipta;
3. Shiwa, sifat yangn merusak semua yang tercipta, yaitu kalau diteliti sifat
Allah yang Irodat dan Qodrat yang dimilliki manusia terdapat keadaan hidup,
berkeluarga dan matinya.
Jadi Trimurti tadi untuk tanda saksi, kekuasaan Dat yang wajib tadi untuk
kehidupan manusia, hewan tumbuh-tumbuhan, bakteri, Jin; tidak kekal (tidak
abadi) tetapi Dat yang berkuasa tadi kekal (abadi).
Ajaran Budha tentang Nyuiji terhadap Allah azas abadi itu umpama diteliti
dengan ajaran Islam tepat sekali; tidak salah, yaitu bahasa Arab bahasa
Tauhid (ketuhanan Theologi) keterangan seperti ini; kata Tauhid dari kata
hitungan Wahid (satu), lalu menjadi Attauhid menjadi ilmu Tauhid. Wahid
bahasa jawa, kalau Sunda Ngawahid, bahasa Indonesia mewahid, karena
bahasa Arab menjadi menjadi Tauhid, artinya menyatukan (menyatu dengan
Dat tadi). Begitupun ajaran Sariah Islam menyatukan dengan Allah, bukan
menduakan Tuhan (Syirik) dan Attauhid ilmu yang menyatakan tentang
ketuhanan, ilmu tentang mengupas sifat-sifat Allah yang lengkap.
Keterangan dalam Wirid, kata menyatu (menghusyukkan Arabnya)
menyatu dengan yang satu (unversalisme Budha) menghilangkan perasaan
lebih dari satu (husyuk Arabnya) itu hilang dari perasaan. Jadi ilmu Tauhid
itu suatu ilmu menyatu dengan Dat Allah wajib adanya atau ilmu yang
mengatur cara-cara menghilangkan perasaan, pikiran yang bekerja sendirisendiri (individual) supaya merasa dirinya sendiri (universal Budha). Begitu
pula yang penting, ilmu yang menerangkan cara untuk menyucikan diri
dengan Dat yang maha kuasa dengan cara membuktikan dengan rasa
menyatunya umat-umatnya dan Tuhannya (Chaliq dan Umatnya). Lalu tidak
hanya pengetahuan (cara berfikir) pasti harus membuktikan dengan
Meditasi, Yoga (Semedi). Umpama saya yakin betul dengan Dat Allah tidak
pisah dengan kita (manusia) itu termasuk masih dalam pengertian
(pengetahuan) harus kita buktikan dengan jalan atau ilmu; semedi, Tafakur,
Yoga, Meditasi, yang penting menuju ketuhannya. Tuhan itu tidak bisa
dijangkau, Dat yang tidak bisa dijangkau itu disebut Tarikat, keterangannya
sebagai berikut :

Kita harus berguru, membaca buku tentang ketuhanan, maksudnya


pengetahuan yang menggunakan pikiran, akal bisa dikatakan ahli kitab. Ahliahli kitab itu Tarikat, walaupun berhenti dipengetahuan, jadi kalau disuruh
membuktikan tidak bisa, lalu Tarikat tadi harus menjalani dulu sebelum
Marifat, sebab Tarikat disebut kaya pengetahuan, menuju cerdasnya pikiran
(perasaan) umpama nanti bisa mencapai Marifat tidak bisa ditipu. Hidup
bergerak-gerak kalau sudah bisa menyingkirkan perasaan yang bermacammacam menjadi aku (ingsun-Jawa) yang satu sebenarnya, baru nama
tingkatan yang kita lalui belum ada apa-apa, masih jauh. Bila memakai
perasaan sendiri atau aku satu itu tadi masih merasakan. Sempurnanya
tujuan harus melalui Marifat.

Bab 4

DALIL, HADIST, IJEMAK DAN QIYAS

Umumnya di kampung, kota dan lain-lain; pengikut Agama walaupun


berbeda Agamanya yang dituju terlebih dahulu terhadap ilmu, yang dituju
terlebih dahulu pasti sempurnanya kematian, maksudnya umpama
mempunyai niat ingin mencoba merasakan kematian, merasakan bagaimana
mati itu. Perkataan dalam Wirid; hidup yang menyebutkan sekali, itu
sebenarnya bekal ilmunya Allah SWT, itu disebut kenyataan (kasunyatan
Jawa) itu tidak dusta dan bisa dibuktikan. Bahasa Arab ilmu Haq, artinya
nyata. Jadi kebisaaan jawa ilmu Kasunyatan atau nyata. Di pedesaan muridmurid disumpah (diwejang jawa) bisa juga ditakut-takuti, umpama kalau
kamu melanggar maka perutmu pecah. Bagi orang-orang yang disedikitpun
belum mencapai Tarikat, benar salahnya terdapat pada perbuatan, walaupun
pintar atau bodoh, karena murid itu mengerjakan karena rasa takut, jadi
keadaan masyarakat menjadi tentram. Murid satu perguruan dan lain
perguruan saling tidak sepaham dan sering kali berdebat soal pendapat,
menyebabkan pecah dan simpang siur mencari kebenaran sendiri-sendiri,
perkara ilmu yang belum pasti benarnya.
Keterangan diatas untuk contoh jangan sampai tersebarnya kebatinan (ilmu
Qalbu) di tengah masyarakat berlarut-larut terus menjadikan orang panatik,
artinya patuh terhadap ajaran gurunya, yang tujuannya bisa salah arah

tujuan semula, menyembah selain Allah, lalu harus bersujud kepada Allah
serta memohon petunjuk Allah supaya diberi petunjuk (dibukakan hatinya).
Allah berfirman, Al-Quran surat Al-Israa : 72
Dan barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti)
ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)
Mengingat Firman Allah itu lalu timbul pertanyaan; Apa sudah benar
pelajaran guru itu lihat surat Al-Israa diatas, siapa yang tanggung jawab
didunia dan akhirat, kalau ilmu gurunya itu salah. Terbukanya ilmu itu mesti
bergaul, bertanya, membaca buku-buku tentang ketuhanan.
Kita sendiri yang teliti, yaitu akal / pikiran harus digunakan, yang penting
mau menjalankan, keterangan disini dan seterusnya, baru bisa jadi
mendapatkan ilham dari sifat-sifat Allah. Hasilnya menjalankan dan
membersihkan diri, lalu mendapat keterangan yang sejujur-jujurnya (seluruslurusnya).
Sekarang mengenai belajar ilmu, yang penting si Guru harus waspada
memilih, karena banyak orang yang mengaku-ngaku karena peringatan
(wulangreh jawa). Kalau berguru ilmu harus :
1. memililah manusia benar.
2. yang baik kelakuannya (terpandang).
3. Serta mengetahui hukum.
4. Yang beribadah dan mengetahui.
5. Kalau bisa orang yang sudah bertapa (menjalankan shalat Hakikat).
6. Yang sudah tekun.
7. Tidak mau mengharapkan orang lain.
8. Itu pantas kita jadikan Guru.
9. Sama-sama kita ketahui.

Nasehat di Wulangreh (syair jawa) :

1. Manusia yang jelas statusnya; bukan seperti gelandangan (Avonturer),


bukan tukang tipu, yang lupa janji, tetapi orang yang pantas dipercaya
perkataannya.
2. Yang baik martabatnya, yang baik budi pekertinya.
3. Yang mengetahui hukum; orang yang telah mempelajari seluruh bidang
hukum; hukum pidana, hukum tata negara, hukum perdata dan hukum
agama yang penting.
4. Yang beribadah (tawaduk Arab) dan orang yang taat kepada peraturan
agama Islam, Kristen, Budha dan lain-lain, Wirangi artinya orang yang segala
tindak tanduknya (perbuatannya) tidak sembarangan.
5. Orang yang bertapa; orang yang bisa mengendalikan hawa nafsunya.
6. Orang yang tekun; orang yang tidak mau menjadi beban orang lain.
7. Tidak mau pemberian orang lain; artinya tidak mau jasa orang (sepi
pamrih jawa), tidak mau di puji (takabur).
8. pantas di Gurui; untuk simurid harus memilih terhadap siapa yang pantas
digurui, yang memenuhi syarat-syarat seperti diatas.
9. Harus kamu ketahui, itu peringatan bagi simurid harus banyak
pengalaman walaupun tidak pandai, harus menerima dan mempunyai
perasaan, karena sebagai murid harus mempunyai rasa malu walaupun tidak
memberi, umpamanya karena siguru tidak pernah meminta, lalu kita
diamkan, itu salah seorang mempunyai perasaan pasti malu jika tidak
memberi imbalan kepada gurunya. Orang salah sangka dengan umum
walaupun siguru masih muda dan tidak mempunyai tempat, orang yang
terbuka pikiran itu tidak perduli muda atau tua, banyak yang sudah tua
tetapi kosong tidak berilmu, tetapi dizaman sekarang banyak pemuda yang
mempunyai satu perguruan (membentuk suatu perguruan). Tuhan (Allah)
membuka hatinya menurut kehendaknya, seperti dalil Al-Quran surat Yusuf :
22 ;
Dan tatkala dia cukup dewasa (29) Kami berikan kepadanya hikmah dan
ilmu. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat
baik. 9]. Nabi Yusuf mencapai umur antara 30 40 tahun.
Kata dewasa (ahqil baliq) terhadap siapa saja yang sudah dewasa,
pikirannya sudah dewasa, buktinya begini; sang Sidarta adalah putra
mahkota kaya dan pandai, ia putra Raja dipegunungan Himalaya, Raja

Shudadana, lahirnya Sidarta lalu ibunya meninggal dunia, pada umur 29


tahun (muda belia) lalu ia bertapa memohon kepada Yang Maha Benar,
sesudah terbuka pikirannya lalu menjadi Budha, pelajarannya sampai
sekarang masih hebat dan benar. Dan lagi tentang Nabi Isa as. (Yesus
Kristus) putra Mariyam, siapa saja langsung heran kepada Nabi Isa as. pada
waktu lahir Nabi Isa umur 3 (tiga) hari langsung bisa bicara dan berdiri
sebagai Nabi utusan Tuhan, ingat baru umur tiga hari belum dewasa sangat
muda. Terakhir Nabi Muhammad SAW itu menjadi pengembala kambing
(domba) ikut pamannya semasa Nabi Muhammad umur 30 tahun, didorong
oleh kemauan sendiri lalu Nabi Muhammad bertapa di gua Hira
mengendalikan semua kemauannya (nafsu) mencari Dat yang benar (Allah),
langsung menjadi Rasul (utusan) sampai menjadi penegak Islam. Allah
membuka pikiran para orang mencari kebenaran, ternyara orang-orang yang
masih muda-muda sesudahnya memilih (membedakan) yang benar dan
salah, berdasarkan dalil (firman Allah) atau tidak, artinya Dalil pedoman,
tanpa Dalil (unik seperti tahayul). Jadi orang yang ingin menjadi guru harus
memakai 4 landasan yaitu :
1. Dalil itu Firman-firman Allah di kitab suci Al-Quranul Karim. Sampai
sekarang dicetak supaya tidak berubah isinya, hanya Al-Quran sendiri,
artinya begini; Quran itu bahasa Arab, ayatnya 6666 dan sudah disalin
beratus bahasa, siapa saja mau merubah isinya atau ditambah tulisan lain
tentu ketahuan, karena asli bahasa Arab masih utuh.
2. Hadist itu pendapat/perbuatan Nabi Muhammad yang benar semua,
pengetahuan yang tidak ada terdapat di Al-Quran, Hadist suci itu disebut
Hadist Syahih, Bukhari, Muslim, Hadist selainnya, Hadist lainnya kurang
dipercaya, membacaya harus dicocokan dengan angka-angkanya, apalagi AlQuran harus dicocokkan dengan Jus, Ayat-ayat dan Surat-surat, apalagi
sekarang banyak Hadist dan Al-Quran berbahasa Jawa.
3. Ijemak, yaitu pendapatnya para Ulama agung pada zaman Nabi
Muhammad atau pendapatnya para sahabat empat yang akrab dengan Nabi
Muhammad, yang teliti (cerdik), yang tidak berdasarkan Mahsab (pendapat
orang yang bisa diubah-ubah). Sedang Ijemak itu dasarnya ulur tarik
menurut akal pikiran, jadi Ijemak itu pendapat dimasa zaman terdahulu yang
disetujui para Ulama lebih dari 5 (lima orang ulama).
4. Qiyas, yaitu pendapat berdasarkan akal/pikiran, artinya keterangannya
tidak berdasarkan Al-Quran atau Hadist, tetapi menurut akal/pikiran saja.
Intisari semua keterangan ilmu itu apa keluar dari dalil atau hanya asal

bicara saja, sebab itu harus diteliti (koreksi) berdasarkan akal/pikiran, bisa
diterima atau tidak (umpama bisa) pokok utama iman, umpama tidak berarti
masih sangsi-sangsi kalau sangsi-sangsi itu tidak mengenakan pikiran berarti
haram atau batil. Siapa saja bisa mempelajari kenyataan sifat Allah,
menjalani (melaksanakan) pasti tidak susah, memang sudah dikerjakan,
umpama kurang semangatnya, tujuan hati untuk mencari ilmu Allah pasti
tidak tercapai.
Untuk menjadi guru itu; tua, muda bukan pekerjaan yang main-main, karena
murid zaman sekarang pikirannya sudah maju, akalnya banyak dan tidak
bisa menerima begitu saja tetapi hanya mendengarkan saja, apa yang
kuranng dipahami (susah) atau kurang diterima oleh akal pasti akan
ditanyakan, umpama mengenai wejangan (nasihat) seperti dibawah ini :
Sebenarnya tidak ada apa-apa yang dulu selain Adam, artinya Adam itu
kosong (suwung jawa), manusia asal dari Adam tadi, itu sebabnya manusia
berdiri sendiri (hidup sendiri) sebelum Allah dan Malaikat ada, adanya Allah
itu dari manusia, artinya adanya Allah dari manusia karena manusia yang
mengatakan, jadi wajib disimpan seperti menyimpan nyawa sendiri.
Sebenarnya umat dan Allah artinya satu tidak pisah (bersatu), jadi dimana
saja manusia berada pasti Allah tetap menyertainya, tidak ada manusia tidak
ada Allah. Pelajaran yang disebut diatas tadi sebenarnya kurang dapat
dicerna (diterima oleh murid), jadi timbul banyak pertanyaan. Menjadi guru
selalu marah sebab gurunya sendiri tidak bisa menerangkan, karena siguru
dapatnya hanya menerima begitu saja, jadi siguru belum pintar (mempunyai
ilmu) hanya menunjukan kepanatikannya. Jadi bila ada guru yang begitu tadi
bisa menjadi salah arah pada muridnya (masyarakat umum).
Disebutkan dalam kitab Al-Quran bahwa Adam itu satu-satunya Nabi, orang
yang sudah dikehendaki Allah mempunyai sifat-sifat 4 perkara :
1. Sidik, yaitu jujur atau tidak dusta;
2. Amanah, yaitu bisa dipercaya atau tidak khianat.
3. Tablik, yaitu menyampaikan perintah Allah, sifat mokalnya Kitam.
4. Pathanah, yaitu bijaksana atau tidak bertindak bodoh.
Sifat wenang (kuasa) hanya Cuma satu yaitu yang disebut Aral Bashri,
artinya yang tidak cacat (membuat cacat kerasulannya).

Seperti itu sifatnya Nabi yang dikehendaki oleh Allah. Beda dengan orang
bisaa, orang bisaa kebanyakan hanya memakai sifat mokalnya (sebaliknya),
maka dengan itu Nabi itu salah satu penuntun yang bisa menerangkan
bahwa Adam itu yang disebut kosong (Suwung jawa).
Dikitab Al-Quran surat Al-Anaam : 98 ;
Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada
tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan
tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui
Kata-kata Seorang diri yang diatas mengandung arti jasmani, tubuh orang.
Jadi kesimpulan dari arti itu bahwa asal dari Rahim ibu, lalu ada Quran yang
menyebutkan Adam Nabi yang terdahulu umat yang mulia di Surga.
Umpama dibalikan kepelajaran guru yang disebut diatas, Adam diartikan
Suwung (kosong), menjadi asal usul manusia, apa tidak salah umpama
diartikan orang, karena seorang diri (jasmani) masih memasang dasar
asalnya dari orang. Jadi jika ada yang mengartikan (Qiyasan) asalnya dari
yang kosong (suwung-jawa) itu tidak masuk akal, karena semua asalnya
orang dari rahim sang ibu, oleh karena itu Adam itu asalnya dari orang.
Jadi Qiyasan (pendapat) kata kosong (suwung) tadi terhadap Wedaran Wirid
(buku ini) keterangannya begini; semua isi Jagad raya (alam dan makhluk)
asal dari Hakikatnya DAT yang wajib adanya Allah SWT dan mereka yang
menciptakan yang disebut Allah, artinya yang kita sembah tetapi tidak
nampak. Karena tidak nampak jadi disebut kosong (suwung). Selanjutnya
mengartikan kata ADAM, walaupun dikatakan kosong, kenyataan bisa
menciptakan Jagad raya seisinya, jadi yang berasal dari Dat dikatakan
kosong tidak hanya manusia saja tetapi seluruh isi alam ini; malaikat, setan
dan jin, semua berasal dari Dat Allah (kosong/suwung-jawa), maka terhadap
manusia dari tidak ada (kosong), bayi lahir dari ibunya tidak tahu apa-apa.
Kata lahir tidak tahu apa-apa itu alamnya bayi sewaktu keluar dari rahim ibu
tidak tahu apa-apa, lahir dirumah, di rumah sakit atau di hutan, toh tidak
tahu apa-apa (kosong), kenapa kalau memang kosong manusia bisa lahir
sendiri, kenapa tidak mau mengakui kalau asalnya dari tidak ada (kosong)?,
kenapa hanya ikut saja yang dikatakan Qodrat dan Irodat. Salahnya
penngetahuan (pengertian) tentang kosong tadi disebabkan kurangnya
penerangan atau memang tidak tahu sama sekali (bodoh).
Menerangkan bahwa ADAM itu namanya Nabi/Rasul menurut agama Islam
dalam Al-Quran ADAm itu nabi yang diusir dari Surga ke dunia bersama
istrinya Siti Hawa, kata ADAM itu berasal dari bahasa Ibrani, yang artinya

orang laki-laki. Di Al-Quran tidak menerangkan bahwa Hawa itu asal dari
tulang rusuk Adam. Pendapat itu sebenarnya Adam itu orang yang bergerak
dari orang.
ADAM itu kosong (suwung-jawa), artinya manusia berdiri sendiri sebelum
Allah dan Malaikat ada itu tidak benar, yang benar kosong itu sebenarnya
adanya DAT yang satu adanya, tidak nampak tetapi ada, artinya ada tetapi
tidak bisa diraba atau tidak bisa dijangkau oleh manusia, sebab sifatnya layu
kayafu, sama dengan tidak ada tetapi bisa menciptakan seluruh Jagad Raya
dengan kekuasaannya (Qodrat).
Kata ADAM (kosong) itu sendiri sewaktu diutus hidup didunia sebenarnya
memberi pengertian terhadap keterangan itu mudah jika sudah mempunyai
pegangan (keyakinan). Dan bagi yang tahu sedikit-sedikit ilmu dalam
menerima pelajaran dan dihati harus bisa membandingkan dengan apa
sudah kita dengar dan menjadi tekadnya. Bisa menambah terang, umpama
dibandingkan dengan ilmu lain (gebengan-jawa). Oleh karena ilmu itu bukan
dapat dari sendiri tetapi dari tanah jawa, maka perguruan lebih baik para
muridnya diberi kemudahan untuk bertanya, jangan terikat dengan
peraturan yang melarang para murid menyamakan ilmu/pendapat orang
lain. Maka dari itu ilmunya, Allah itu bisa diketahui hanya melalui manusia
yang tujuannya hanya satu (benar). Ditanah jawa ilmu itu yang seperti
bertingkat. Kata ilmu itu bahasa Arab, dalam bahasa jawa yaitu kaweruh.
Menurut Prof. Dr. Hazairin, ilmu itui tingkatnya hanya nampak (melihat); Si A
pernah melihat Radio tetapi belum pernah menghidupkan apalagi
memperbaiki, berarti si A belum mempunyai ilmu hanya melihat (buta ilmu).
si B pernah melihat Radio, bisa menghidupkan dan bisa memperbaiki
kerusakannya, berarti si B mempunyai ilmu dan mengetahui rahasia-rahasia
Radio tersebut.

Bab 5

TINGKATAN-TINGKATAN ILMU
(KAWERUH JAWA)

Kata Tingkatan itu artinya dari jenjang bawah sampai atas untuk
menyembah (shalat) kepada Allah (Hyang Widi Jawa), tingkatannya adalah:
1. Syariat, artinya artinya pedoman yang sudah ditentukan harus patuh
(wajibul yakin), jadi ahli Syariat itu harus patuh keyakinannya (apa katanya)
amalannya menurut hukum halal haram, yang diyakini betul-betul dan
hukum membedakan halal dan haram, peraturannya, sembahyang, zakat,
fitrah, puasa dan naik haji kalau mampu. Semua dijalankan berdasarkan ikutikutan menurut kemauan orang banyak, lalu ikut-ikutan menyembah kepada
Allah, menurut peraturan agamanya masing-masing, jadi begitupun wajib
harus begitu disebut imannya Wajibul yakin. Bung Karno presiden Indonesia
asal dari Ngebang (blitar) sekarang menjadi Presiden Indonesia, dia
mengetahui hanya cerita orang banyak, jadi kalau cerita itu salah,
kepercayaan itu tetap salah. Umpama diteliti (telaah) pendapat tadi dengan
jernih, tingkatan Syariat setiap hari menunjukkan kedisiplinan bertindak
menurut hukum yang ditentukan. Mengenai tentang pendapat Prof. Dr
Usman dekan markas Angkatan Darat berbicara begini; ngerjakan rukun
Islam itu pertama menanam rasa disiplin, jiwa atau jasmani, membersihkan
diri , mempunyai semangat yang tinggi, watak kasih sayang, selalu sedekah
(memberi pertolongan bagi yang membutuhkan), budi pekerti yang tinggi,
yang saya lihat; saya bangun pagi lalu belum sembahyang (shalat) merasa
malu kalau disebut bukan orang muslim, jadi berbuat karena malu.
2. Tarikat, meningkat mencapai kebathinan (Qalbu Arab), melaksanakan
puasa mengendalikan pikiran. Jadi tarikat itu melaksanakan berdasar
pengetahuan mengendalikan pikiran (mengasah pikiran), membaca bukubuku agama, wirid, berguru, bertanya, dan musyawarah tentang ilmu Allah.
Tarikat mempergunakan pikiran untuk mengupas (mencari) tanda-tanda
saksi Allah. Jadi tahu kalau basil-basil itu hidup memiliki apa, membuat
keyakinan menguat. Zaman dahulu para ahli kitab masih termasuk tingkatan
Tarikat, artinya hanya tahu saja (mengerti), karena pengetahuan sudah
mantap lalu imannya disebut Ainul Yakin, contohnya begini; pengetahuan
(mengetahui) kalau Bung Karno itu Presiden, memang sudah melewati Istana
Presiden dan mendengarkan pidatonya, jadinya kira-kira rumah Bung Karno
sudah Tahu tetapi belum pernah jumpa dengan Bung Karno sendiri. Tataran
(tingkat Tarikat) itu walaupun sudah mengetahui tidak pernah meninggalkan
Syariat agamanya, jadi Tarikat itu hanya naik kelas (tingkat). Pada tingkatan
itu para pengikut menerima ajaran guru seperti berpuasa, tekadnya hanya
meniru sifatnya Allah saja, sucinya dan adilnya, disitulah terbukanya ilmu itu
supaya keterima ilmunya harus praktek (shalat Tarikat) mengendalikan
pikiran. Ahli Tarikat itu bisa membedakan yang benar dan yang salah dari

orang lain ataupun diri sendiri, lalu bisa mempunyai sifat kasih sayang dan
sayang kepada seluruh umat-Nya (Allah), besar wibawanya, mengetahui
kemauan dirinya sendiri. Semua itu membuat terbuka hatinya. Apa sebabnya
kita harus kasih sayang kepada umat-Nya (Allah), yang mengendalikan hawa
nafsu (mengupas hawa nafsu). Menurut Wedaran Wirid Tarikat itu jalannya
hati (Qalbu), karena hati mempunyai kemauan yang sangat cepat seperti
kilat, lalu Tarikat memerangi pengaruh yang berupa keinginan yang timbul
dari hati.
3. Hakikat, yang disebut Hidayat Jati, Hakikat itu Shalat sejati yang tidak
merasa geraknya aku (jasmani, pikiran, perasaan sudah disingkirkan /
dikendalikan), jadi gerak (makarti-jawa) aku tidak merasakan aku. Hakikat itu
imannya para Mukmin (Aulia), imannya disebut Haqkul Yakin, artinya Nyata
(benar). Percaya kalo Bung Karno menjadi Presiden karena sudah masuk
rumahnya tetapi belum jumpa langsung/berhadapan dengan Presiden
Sukarno (Qalamullah Arab). Ditingkat itu terbukanya Kijab atau batas
antara manusia dengan Allah (kawulo jawa), cocok dengan Hadist Nabi :
siapa yang betul-betul mengetahui dirinya benar mengetahui Allahnya,
karena Hakikat itu Sembahnya (Shalat) Roh (jiwa), keadaannya diliputi tidak
merasa apa-apa, lalu para ahli suluk, Sufi, tapa dan mempunyai pendapat
atau keterangan begini : aku ini tidak ada, yang ada yang mengadakan
(yang menciptakan), keterangan atau ketentuan tadi membuktikan
sempurnanya Hakikat dan bisa menguasai jasmaninya melalui Rohaninya,
kata lain sifat dan Hakikatnya DAT sudah menyatu (manunggal-jawa). Di
tingkat yang begitu sebutan sakit, pening/pusing, panas, dingin dan mati itu
tidak ada, yang benar yang disebut menyatu (Widhatul Wujud Arab). Di
kitab Suluk disebut begini : hatinya yang beriman berdirinya Roh kita,
Hakkikat itu menuju sejatinya kemauan, yaitu tingkatan jiwa yanng
menyerahkan diri pada Allah (Hyang Widi jawa), karena sudah tidak
mempunyai perasaan tidak ikut-ikut memilki, Iktikat itu serupa dengan
menyebut serupa yang disebut satu, perjalanan sehari-hari orang yang
sudah begitu menurut aku pada kemauan DAT (sifatnya Dat).
4. Marifat, tingkatan itu imannya para Arifin yang disebut Isbatul Yakin,
artinya sudah sempurna, sempurna keterangannya begini : sudah kerumah
Bung Karno, sudah salaman dan berbicara langsung/berhadapan dengan
Bung Karno. Keterangannya sudah Marifat semua ilmu, pengetahuan, amal
ibadah, filsafat dan lain-lainnya sudah menjadi satu, sudah mengetahui
sebab dan akibat, disebut diwirid Hidayat Jati : Zikir azalalah, artinya zikirnya
rasa didalam alam cahaya disebut zikir Marifat, sempurnanya tidak merasa
apa-apa. Keterangan tersebut diatas tadi disebut tingkatan Islam. Kata Islam

sebenarnya bukan agama, itu hanya kebisaaan orang mengatakan, jadi


nama-nama agama menurut yang menyiarkan, umpama agama Budha yang
menyiarkan Sang Budha, Kristen yang menyiarkan Yesus Kristus, jadi agama
Islam disebut agama Muhammad, artinya tidak menjadi masalah, sebab
yang menyiarkan Nabi Muhammad, Islam itu kata-kata penerangan
(menunjukkan) sesuatu, barangnya tidak bisa dijangkau tetapi bisa
dirasakan, jadi Islam itu sesuati iktikat yang luhur (suci). Kata suci
keterangan lahir dan batin, kasar dan halus (nampak dan gaib), tidak bisa
berubah. Kata suci (Islam) itu artinya tidak apa-apa (tidak bisa dijangkau), itu
sebabnya kata Islam disebut suci bisa dikatakan telah bersujud pada Allah.
Kata bersujud (pasrah) itu bukan main-main, hanya yang bisa yang
melaksanakan Nabi, Wali, Aulia, Pandita, Guru yang sudah semprna. Bukti
untuk sehari walaupun hanya kata-kata (nama) sebagaimana tertera dalam
wirid Hidayat Jati itu, tidak ada apa-apa, jika diteliti kata tidak ada apa-apa
tadi waktu menginjak dunia yang pertama dikatakan lahir didunia melalui
tidak tahu apa-apa. Jadi kata sehari-hari Islam yang kita bicarakan dari
bahasa Arab, artinya bersujud suci (sunyi senyap tidak ada apa-apa), jadi
bebasa dari keinginan. Dalil di kitab Al Quran surat Al-Baqarah : 131 :
ketika Allah berfirman, kamu harus Islam bersujud kepada Allah, Ibrahim
menjawab: Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.
Jadi yang namanya Islam itu umpama sudah menjalani yang empat tingkatan
tadi dari yang Syariat, lalu mencapai tingkat Marifat disebut bersujud
(Islam/suci) terhadap Dat yang wajib adanya, berdasarkan ukuran Layu
kayafu (tidak bisa dijangkau), artinya jika kita mau bersujud (sumarah-jawa)
harus memakai pakaian Layu Kayafu (tankeno kinoyo ngopo jawa), contoh :
jika tentara mau menghadap Presiden harus memakai pakaian seragam
lengkap, pangkat, sikap tegak dan lain-lain baru dapat diterima, apalagi
manusia menghadap Allah, harus lebih lengkap lagi, umpama Tauhid, pikiran
bersih, hati bersih, pasrah, tidak ingin apa-apa (merasakan apa-apa) dan
Islam, itu baru tingkat Marifat.
Jadi menjadi Islam itu kalau sudah bisa menyingkirkan aku pribadi, yaitu
sudah diterima At-tauhidnya, sementara orang bisaa memerlukan makan,
lalu belajar Marifat selagi masih hidup, kalau tidak lulus (mencapai Marifat)
lain perkara, rahasianya begini : siapa yang (waktu) didunia belum bisa Islam
(sumarah) nyerah diri, tidak bisa meninggalkan keduniaan At-tauhid
(menyatu), kalau sewaktu Sekaratil maut (menjelang ajal)/koma, akan
mengalami yang menakutkan dan mengalami seperti dialam kubur,
sebaliknya umpama bisa At-tauhid (Islam) suci menghadap kepada Allah; itu

nanti kalau Sekaratil maut (menjelang ajal) Insya Allah langsung menghadap
kepada-Nya (Allah) yang disebut Inalillahi Wa inalillahi Rojiun, kalau Budha
melewati alam Nirwana. Orang yang sudah Marifat itu disebut Arifin, artinya
Muslim, siapa yang ingin mencapai tingkatan Marifat, contohnya seperti dalil
dibawah ini, pesan Nabi Ibrahim As dan Nabi Yakub kepada anak cucu; AlQuran surat Al-Baqarah : 132 ;
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian
pula Yaqub. (Ibrahim berkata): Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah
memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati sebelum jadi Islam
(Marifat)
Jadi jelas sekali yang ditakuti sewaktu Sekaratul Maut (menjelang ajal).
Keterangannya begini : siapa yang hidup mencapai Islam, maka seperti
sudah bisa menghadap dihadapan Allah (lihat tentang Bab pengetahuan
mati), karena Islam itu bagi orang Marifat menjalaninya melalui jalan yang
tidak bisa dijangkau (Layu Kayafu), hanya sekali itu sudah menjadi Islam,
ada yang selalu mengalami, ada yang seumur hidup hanya sekali,
tergantung dengan yang menjalani. Menurut Dalil tadi para leluhur agama
Islam pasti tujuannya suci. Jadi Islam suci sesungguhnya sudah diuji pada
zaman sebelum Nabi Muhammad, jadi Nabi Ibrahim, Nabi Yakub, Nabi Musa,
Nabi Isa as dan Nabi Muhammad SAW itu satu tujuan, yaitu Islam (mencapai
Marifat).
Menurut Kyai Agus Salim, Islam berasal dari bahasa Arab, asalnya kata
Salama, artinya Selamat, sentosa tidak kurang dan tidak rusak. Kata tadi
menjadi kata Aslama, kata tadi berusaha menyelamatkan (menyucikan) dari
yang tidak baik, pertama pada diri pribadi, kedua pada manusia dan
makhluk-makhluk-Nya. Selain itu kata Aslama itu sama dengan pasrah
menghadap kepada Allah, jadi kata Islam itu sudah mengandung arti
keseluruhan.
Dari keterangan diatas agama Islam itu Azazan, perintah untuk
menyelamatkan manusia dan alam raya seisinya, selain dari itu kata Aslama
artinya menyerahkan diri sepenuhnya, jadi kata Aslama itu pokoknya kata
Islam. Kata Islam berarti sumber dari segala kata (pokoknya). Dari
keterangan di atas, kata Islam itu bukan sekedar nama, umpama Hindu,
Budha, Kristen, kata-kata tadi artinya supaya dipahami menurut buktinya
(artinya).

Agama Islam itu ajaran, perintah dan petunjuk manusia dan alam seisinya
tunduk kepada Allah, jadi harus dinyatakan dengan gerak, kata-kata, budi
pekerti untuk menjaga keselamatan dunia dan akhirat.
Kata Kyai Agus Salim seperti diatas itu umpama diteliti dengan benar,
menunjukan perbedaan antara satu agama dengan agama lain, singkatnya
agama-agama tadi tidak satu tujuan dengan agama Islam, jadi Islam, Budha,
Kristen itu hanya nama agama.
Menurut dasar surat A-Israa : 15 terdahulu (Bab I ), semua itu hanya sebutan
sekedar nama, tidak beda sebutan (nama-nama), ada yang mengatakan
Allah, Got Theo, Gusti Allah, Hyang Widi dan lain-lain, itu semua yang
memberi nama hanya manusia sendiri. Menurut Wirid (ajaran) kata Islam itu
sebutan salah satu agama, bukan kata sebutan, tetapi kata Saik yang artinya
seluruh manusia tidak membedakan agamanya yang penting bisa menyatu
dengan Allah (At-tauhid). Sebenarnya kata Islam itu Marifat, akan tetapi ada
kata Budha, Islam sejati. Islam sejati itu hanya untuk orang jika dicubit
merasa sakit.
Arti Rahasia hanya tanda yang digunakan oleh orang yang membutuhkan
tetapi semangat saja yang sama, yaitu mencari kebenaran Allah.
Kata Marifat itu asal dari bahasa Arab yaitu Arafah, artinya melihat, tetapi
bukan memakai mata atau pikiran (pengetahuan). Kata-kata melihat itu
bukan pakai mata tetapi mengarah ke ilmu, dan Marifat itu tahap
mengetahui Wirid (pelajaran); melihat Allah tidak memakai alat mata dan
tidak memakai pikiran. Melihat Allah terhadap Wirid artinya siapa saja bisa
mencapai Marifat, tetapi apa yang akan di Marifati jika tidak tahu tentang
hal ketuhanan (Allah), dan Marifat itu bertekad, sudah pandai melakukan
Zikir, Sholat Tauhid, Semadhi (Yoga) saja tetapi disertai taat, patuh dan
yakin kepada agamanya. Umpama taatnya para ahli Syariat hanya karena
takut kepada peraturan; sholat, puasa, zakat, fitrah, naik haji merasa sudah
menjadi Islam. Tetapi terhadap Marifat selain menurut perintah agama lalu
disertai tekun (kuat) terhadap sesuatu tujuan sehingga patuh (taat)
terhadap tujuan untuk membuktikan Allah itu ada. Orang olah (melatih) batin
terhadap orang Marifat itu membuktikan bukam gampang, sebab orangorang itu batinnya sudah memiliki sifat Allah, umpama sifat kasihnya yang
biasanya lalu menjadi watak kasih sayang terhadap sesama. Kata Kasih
Sayang menurut Allah (Rahman dan Rahim- Arab), tidak beda-beda, buktinya
para Nabi, Wali, Mukmin semua mempunyai sifat kasih sayang, sudah
ditujukan untuk diri sendiri menjadi untuk semua (universal), walau

begitupun masih ada ingin perang dan membunuh musuh, begitulah orang
yang sudah mengerti bahwa perang atau membunuh musuh itu mestinya
pasti merusak rumah tangga. Tetapi terhadap orang yang sudah mengetahui
rahasia alam, itu tidak mengherankan hanya menjadi kewajiban (tugas).
Perang dan membunuh terdorong oleh kasih sayang dan suci, daripada
menjadi hancurnya dunia (merusak ketentraman), maka harus dibunuh
(dimusnahkan). Jadi para bijaksana melaksanakan tadi sama menuju
keselamatan dunia, tujuannya menyelamatkan dunia dari semua
penghalang, begitulah eloknya / sempurnanya Marifat.

Bab 6

RAHASIA KALIMAT SAHADAT DAN


HANACARAKA (CARAKAN)

Sebenarnya Marifat itu terdapat pada kata kehendak, itu kehendaknya Allah,
gerak, sabda, semua itu kemauan Allah (Makarti Jawa), menurut kenyataan
yang dikehendaki sebelum dikerjakan sudah siap, sebelum ditunggu sudah
datang; umpama orang akan pergi ke Yogyakarta, baru berfikir mencari
angkot, angkot datang mencari sewa dan tanya dimana Yogyakarta ya mas?,
lalu orang tadi naik angkot ke Yogya, perjalanan itu berarti kehendak Allah,
orang itu menyatu dengan Dat tadi (Allah), sehingga satu sama lain tidak
merasakan hanya menurut kehendaknya. Jadi Dat yang ada pada orang tadi
tidak susah-susah. Yang tadi sudah diterangkan bila Hakikatnya Dat itu ya
Afhngal dan Asmanya, artinya ya aku ya kamu adalah satu, maka tidak
mengherankan bila orang itu dikuasai oleh Dat Allah, kuasa mempercepat,
kuasa membelokan tujuan, maka dari orang sebenarnya utusan Dat (sifat
Dat), maka dari itu merasa menjadi utusan, lalu memiliki sifat kuasa-Nya,
jadi harus menyembah dan memuliakan terhadap Dat Allah.
Bisa melaksanakan apa saja dasar kekuasaan, jika makhluk itu utusan Dat
yang wajib adanya. Dibawah ini adanya Wiridan itu artinya kalimat Sahadat
yang sudah cocok dengan kebudayaan Jawa akan diterangkan untuk rumah
tangga (tingkatan).

Ucapan Rasullullah terhadap Muaz : Ma Min Ahadin Yashaduan la illaha


illallahu washadu anna muhammadan rasullullahi sidqan min qalbihi illa
ahrramahu allahu alla annari , satu-satunya orang yang mengucapkan
kalimat Sahadat samapai kehati terhadap Allah pasti tidak akan tersiksa
dineraka.

Wiridan (ajaran) Sahadat begini : Asyhadu alla illaha illallah wa asyhadu


anna muhammadan rasullullah, yang artinya aku bersaksi sebenarnya tidak
ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi sebenarnya Muhammad itu
utusan Allah.

Wiridan (ajaran) rahasia Carakan HO-NO-CO-RO-KO; Honocoroko


Dotosowolo Podojoyonya Mogobothongo, artinya ada utusan dua, laki dan
perempuan (wanita) berebut kekuatan, sama saktinya (kuatnya) bergumul
mati sama-sama menjadi bangkai (terpuruk) lunglai.
Yang akan diterangkan terlebih dahulu tentang dua kalimat Sahadat dulu,
dan selanjutnya disusul dengan Carakan;
I. Kalimat Sahadat
Di tanah Jawa jika ada temukan (mempertemukan) pengantin umumnya
mengucapkan Kalimat Sahadat, walaupun bukan bahsa Jawa tetapi sudah
tradisi menjadi kebudayaan dari masa terdahulu pada zaman para wali. Dan
kalimat Sahadat itu ucapan orang Islam yang belum mengetahui (pelajaran)
rukun-rukun Islam. Jadi mengakui menyembah kepada Allah itu harus
mengetahui arti kalimat Sahadat, lalu di zaman wali kalimat Sahadat itu
dipakai pertamanya mendapat wejangan terhadap siapapun orangnya yang
mau berguru, walaupun bahasa Arab kalimat Sahadat itu menjadi saksi Dat
Maha Agung dan Muhammad itu utusan-Nya, artinya sudah meliputi alam
semesta. Di tanah Jawa bahasa Arab itu tinggal memakai (pinjam) dan bisa
dengan bahasa apa saja yang artinya sama. Dan bahasa-bahasa tadi hanya
sebagai tanda. Di kalimat tadi ada kata Muhammad yang mempunyai makna
sendiri, sebenarnya Nabi Muhammad namanya ada 4, dan kata syair kata
Hamdun (memuji) Hamida (di puji) lengkap nama-nama tadi seperti dibawah
ini :
a. Hamid, artimya yang di puji.

b. Mahmud, artinya yang mendapat pujian.


c. Ahmad, artinya yang lebih di puji.
d. Muhammad, artinya yang memiliki pujian.
Di dalam kalimat Sahadat tadi Muhammad tidak bisa di ganti dengan kata
lain, walaupun ada akan tetapi artinya yang dipakai ada 2 (dua) unsur :
1. Mengartikan Umpama.
2. Mengartikan Nama.
Diwirid disebut kata-kata (nama-nama) tadi Nur Muhammad, artinya cahaya
yang terpuji atau cahaya yang sempurna. Kata Muhammad itu sifat yang
mempunyai pujian. Kalimat mengatakan Muhammad Rasullullas, siapa yang
menjadi utusan Allah , apa Muhammad putra Sayidina Abdullah di Mekah
(Arab), apa Muhammad atau Nur Muhammad?. Keterangannya : pada citra
(Hakikat Allah) dan pecah-pecah hanya orang hidup. Sebenarnya yang dipuji
itu sifat orang hidup yang memiliki sifat 20. jadi yang begitu para Nabi, Wali,
Ulama yang mukmin, orang itu semua sifat Muhammad. Dan keterangan
tentang utusan (Rasul) seperti dibawah ini :
Muhammad lalu menjadi utusan Allah , dan Allah itu bisa menjadi Allah-ku,
Allah-mu, Allah kita semua dan seluruh alam. Jadi yang disebut utusan itu
ialah utusan Allah-nya sendiri-sendiri, langsung mengakui mempunyai Allah.
Utusan itu sifat hidup, kalau sudah mati (meninggal) tidak bisa menjadi
utusan karena orang mati tidak mempunyai Allah. karena sifat-sifat Dat yang
menghidupi sudah musnah (lihat keterangan Bab Sifat 20).
Di kitab Injil Mutheus 22 (31,52,33) disebut begini : belum pernah membaca
kata-kata Allah kepadamu, Allah ini Allah-nya Abraham, Ishak dan Yakub,
Allah itu bukan Allah-nya orang mati tetapi Allah-nya orang hidup.
Yang menjadi pertanyaan, walaupun mempunyai sifat Muhammad atau
Rasul, kenapa bisa menjadi utusan Nafsu (Syetan) makhluk halus
(perewangan-Jawa) atau utusan angkara murka. Semua itu bagi orang yang
belum dalam ilmunya hanya sok (merasa sudah) tahu saja, hanya baru
mencapai tingkat Tarikat, lalu umpama benar mengerjakan membuktikan
bahwa menjadi Utusan Allah, dan harus menjadi Marifat (Islam). Jadi orang
itu sebetulnya sudah At-tauhid (menyatu dengan kehendak Allah), kemudian
disebut seorang Islam Sejati (sarino batoro Jawa) dan juga menjadi utusan,
zaman dulu disebut Nabi, Wali dan cukup disebut Marifatullah.

Pendapat yang salah golongan Wirid mengatakan Muhammad diartikan


sebenarnya Muhammad itu sifatku, Rasul itu rasaku (Rahso-sangsekerta).
Rasul itu utusan asal dari bahasa Arab, Rahso (rasa) asal dari bahasa
Sangsekerta (sang sekrit) jadi tidak sesuai. Muhammad itu Rasul tetapi rasa
(rahso) itu rasaku jadi tidak sama. Maka dari itu sudah jelas kalau
Muhammad itu sifat hidup yang lengkap dan menjadi utusan.
Sifat Muhammad sudah lengkap, memiliki sifat 20; Rasa, Perasaan,
Pekerjaan, Pikiran (akal yang sempurna) dan lain-lain. Kenapa bermacammacam diartikan, Allah itu tidak bisa disamakan dengan makhlukmakhluk/benda-benda lain, jadi pendapat-pendapat yang salah harus dijauhi.
Kata-kata tadi terdapat juga di Hidayat jati (buku hidayat jati). Jadi
pengarang Hidayat jati mengutip pendapat para Wali.
Kalau begitu pendapat para Wali tadi yang sudah dianut pada zaman
sekarang itu apakah salah atau tidak? Tetapi semua itu harus bersandar
kepada hukum Qiyas (meneliti) pendapat itu begini :
Muhammad = Rasul.
Rasul = Sifatnya Muhammad.
Sifat Muhammad = Sifatnya Dat.
Sifatnya Dat = menyertai sifat seluruh yang diciptakan dan hidup (kayu,
batu, manusia dan lain-lainnya).
Sifatnya Dat = Hakikatnya Dat.
Hakikatnya Dat = Wujud Sempurna.
Wujud Sempurna = Manusia Hidup.
Manusia Hidup = Memiliki sifatnya Dat / Sifat 20.
Jadi yang merasakan orang hidup (utusan) yang diutus. Jadi bukan salah
satunya sifat-sifat tadi yang disebut utusan, Rasa sejati (Rosone Ingsun
jawa), sifat pribadi (Sipate Ingsun-jawa), semua itu milik Dat yang wajib
adanya (Allah). Kalau diteliti atau dikaji-kaji kata-kata yang diatas tadi sama
dengan Qiyasan Esa, Widhatul Wujud, artinya Chaliq dan makhluk itu satu
(lihat keterangan Bab Dat, Sifat, Asma, Afhngal terdahulu)
II. Carakan.

Sampai sekarang masih menjadi bahan pertanyaan para sejarah dan belum
mendapat yang tepat, contohnya tentang Aji Saka itu siapa dan apa? Apa
maknanya Carakan itu?, walaupun jumlah huruf hanya 20 (dua puluh) tetapi
kenyataan bisa mencakup semua makna huruf bahasa sendiri dan bahasa
asing,, karena kata-kata itu berhubungan dengan kalimat Sahadat maka
jumlahnya 20, bisa dijelaskan dengan sifat 20, maka artinya kalimat Carakan
seperti dibawah ini :
a. Wiridan (Pelajaran)
Aku bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi Muhammad
utusan Allah.
b. Carakan, ada 2 utusan; laki dan wanita asik perang tanding sampai mati:
Keterangannya begini: ada 2 utusan laki dan perempuan (hidup laki dan
perempuan) sama menjadi utusan Allah supaya berkembang anak beranak.
Laki dan perempuan (wanita), bukan manusia saja tetapi seluruh makhluk
didunia ini semua berpasang-pasang menjadi saksi Dat (Allah), maka dari itu
tidak ada barang yang tidak ada, artinya keadaan DAT itu kekal adanya.
Sebenarnya utusan dua jumlahnya, sama jaya, artinya lebih sempurna dari
pada makhluk lain, tidak lain adalah manusia yang diluhurkan dari sifat
kekurangan, lengkap terhadap sifat 20 sama-sama memiliki, disebut juga
sama kuatnya, artinya walaupun laki atau perempuan sama-sama umat
luhur dan sempurna.
Carakan tadi mengatakan sama-sama tidak berdaya (kehabisan tenaga) atau
mati, apa sebabnya sama-sama menjadi bangkai (tidak berdaya), sehabis
perang tanding atau bersetubuh, tusuk menusuk hingga mati tanpa ada
yang melerai, jadi sama mati seperti bangkai, terpuruk kehabisan tenaga
tidak bergerak dan lemas. Laki dan perempuan jadi sumbernya manusia
berkembang. Mengembangakan manusia itu tidak ada putusnya,
berdasarkan Qodrat dan Irodat (sifat 20), lalu menghasilkan kenikmatan
(merasakan enak). Keadaan seperti itu tidak berlangsung lama, jadi mati
seperti bangkai itu sebentar kalau terus mati itu bukan utusan untuk
mengembangkan manusia (umat-Nya). Orang Jawa setiap saat menyebut
kata-kata (Kalimat-kalimat jawa) yang terdapat pada Carakan, terbukti setiap
berkata pasti memakai kata HA. NA. KA. PA. RA. WA. Jadi orang Jawa setiap
hari tidak ketinggalan mengatakan Carakan, setiap kata pasti memakai salah
satu dari Carakan tentang berfikir, bertengkar tetap memakai huruf yang
20 / Carakan seperti ini : HA-NA-CA-RA-KA DA-TA-SA-WA-LA PA-DA-JA-YA-NYA
MA-GA-BA-THA-NGA.

Rahasia yang tersimpan dicarakan itu tidak akan hilang tetapi tetap laki
perempuan semua menyebutkan kata-kata yang ada pada Carakan 20
(jumlah 20 itu sifat Allah).
Keadaan nama Muhammad itu Hakikatnya DAT itu yang mencari orang yang
sudah mempunyai ilmu atau orang yang sudah mengetahui rahasia hidup,
artinya begini : apa saja yang yang tertulis dikitab-kitab suci (Al-Quran, Injil,
Jabur dll) pasti bisa dicari, dipelajari, diteliti karena kitab itu untuk orangorang yang hidup. Jadi artinya pendapat itu sangat sulit, susah sekali.
Rahasia isi kitab Quran dan kitab-kitab lainnya bisa diketahui oleh orang
yang berilmu. kita ulang lagi tentang kalimat Carakan, semua itu kalau
bukan orang kaya ilmu tidak bisa mencari (meneliti). Kalimat Sahadat untuk
agama Islam itu sebenarnya kalimat yang tidak abadi, oleh karena menurut
umum orang-orang kalau menyebut kalimat Sahadat itu hanya bertepatan
pesta perkawinan, mengkhitankan (sunat) anaknya, kalau tidak, tidak pernah
diucapkan. Kalau kata Carakan tiap menit tiap detik diucapkan selama hidup,
maka untuk menjadi utusan lalu memiliki sifat Muhammmad atau menjadi
penanam, penangkar, mengadakan, membuktikan adanya utusan-utusan itu
abadi, dan kalau perlu harus di ingatkan;
1. Kalimat Sahadat, rukun Islam itu saksi adanya Dat Allah, walaupun tidak
dipanggil, di bicarakan, dipikir-pikir dan lain-lain. Dat tetap adanya dan
berubah-ubah dan sifat Muhammad itu tetap ada dan pasti ujud (bentuk
nyata), tetapi jika masih hidup bergerak-gerak. Jadi yang memngucap dan
menyaksikan itu orang hidup.
2. Carakan itu rahasia, sulit, artinya rahasianya yang mengatakan; ada
Muhammad, ada ujud sifat 20. adanya abadinya Dat (Allah) tetap tarik
menarik dan setiap hari kita merasakan, kita buktikan tetap bergerak
(makarti Jawa), tidak mati, masih bisa berberbicara dan melanjutkan duaduanya yang tersebut diatas tadi saling bantu membantu, satu diantara dua
bersatu (Widhatul Wujud), Esa, artinya tidak ada, dua tetapi satu (menyatuAttauhid).
Rahasia yang terdapat di Carakan, sebuah buku karangan seorang Mangku
negaran, diterangkan begini :
1. Hananira Sejatine Wahananing Hyang,
2. Nadyan ora kasat-kasat pasti ana,
3. Careming Hyang yekti tan ceta wineca,

4. Rasakena rakete lan angganira,


5. Kawruhana ywa kongsi kurang weweka,
6. Dadi sasar yen sira nora waspada,
7. Tamatna prahaning Hyang sung sasmita,
8. Sasmitane kang kongsi bisa karasa,
9. Waspadakna wewadi kang sira gawa (sipat Rasul / Muhammad),
10. Lalekna yen sira tumekeng lalis (sekarat) (5),
11. Pati sasar tan wun manggya papa,
12. Dasar beda lan kang wus kalis ing goda; (Islam / Marifat),
13. Jangkane mung jenak jenjeming jiwarja,
14. Yitnanana liyep luyuting pralaya (angracuta yen pinuju sekarat ),
15. Nyata sonya nyenyet labeting kadonyan,
16. Madyeng ngalam paruntunan (?) aywa samar,
17. Gayuhane tanalijan (tan ana lijan) mung sarwa arga,
18. Bali Murba Misesa ing njero-njaba (Widhatulwujud, Esa, Suwiji),
19. Tukulane wida darja tebah nista,
20. Ngarah-arah ing reh mardi-mardiningrat.
Artinya :
1. Asalmu karena kehendak Allah,
2. Walaupun tidak nampak tetapi ada,
3. Allah yang Kuasa tidak bisa ditebak (dinyatakan),
4. Rasakan dalam tubuhmu,
5. Ketahui sampai kurang waspada,
6. Jadi salah kalau kurang waspada,
7. Nyatakan Allah memberi petunjuk,

8. Petunjuk sampai bisa merasakan,


9. Waspadalah rahasia yang kau bawa (sifat Rasul/Muhammad),
10. Lupakan sampai sekaratil maut (menjelang ajal/koma),
11. Mati yang salah menjadi susah,
12. Dan beda bagi yang tidak tergoda (Islam/Marifat),
13. Tujuannya hanya tentram jiwanya,
14. Attauhid atau khusyuk waktu sekaratil maut,
15. Ternyata sepi (hilang) sifat dunia,
16. Dalam alam barzah ternyata samar (gaib),
17. Tujuan tidak lain hanya satu,
18. Pulang menguasai Lahir Batin (Esa),
19. Tumbuhnya benih menjauhkan aniaya,
20. Hati-hati manuju jalan kedunia.

Bab 7

IHTIKAT YANG BERMACAM-MACAM


BAB : NUR MUHAMMAD

Ada sebahagian kepercayaan mengatakan Nur Muhammad lebih kurang


begini: Muhammad itu cahayaku, aku Adam, Aku Muhammad, Aku Allah;
Cahayaku pada Mata. Aku Adam, asalnya manusia dari kosong (suwungjawa)
Aku Muhammad, artinya asalnya dari Nur Muhammad, Terakhir Aku Allah.
Selanjutnya golongan tadi memutuskan adanya aku (ingsun-jawa), adanya
nafas.

Tujuan dan pendapat diatas tadi umpama diteliti dengan jernih hasilnya tidak
baik, karena Nur Muhammad itu tempatnya di mata, itu tidak sesuai dengan
kenyataan, maka dari itu mata tidak bisa melihat jika tidak memiliki sifat
Allah (Bashar), oleh karena sifat Bashar itu sifat-Nya Allah (Pangeran-jawa).
Menurut keterangan dimuka tadi sifat Muhammad itu memiliki sifat lengkap
(sifat 20). Jadi tidak benar kalau sifat 20 itu menyatu dimata. Menurut
Hidayat Jati (Rangga Warsita) Muhammad itu selengkap begini; Nukat Gaib
itu menjadi 2 bagian :
1. Nukat, artinya Benih (benih yang terjadi).
2. Gaib, artinya samar (tidak bisa dilihat oleh mata), tidak bisa diraba,
sifatnya mutlak (abadi).
Nukat Gaib disebut Nur Muhammad, jika diteliti selanjutnya Wirid Hidayat Jati
mengatakan bila Nur Muhammad itu cahaya yang terang benderang tidak
ada bayangan cahaya (ingkang padang tanpa wayangan-jawa).
Kata terang artinya menerangai siapa yang kena sinarnya pasti merasakan
sinarnya. Nyata kalau Nur Muhammad terang menyinari seluruh yang nyata
atau wujud alam raya.
Karena tanpa bayangan jadi bukan cahaya lampu, memang tidak ada didunia
ini. Apa sebab kata tanpa bayangan karena siapa saja, apa saja jika terkena
cahaya pasti tembus, tembus artinya tidak putus karena terhalang benda
apa saja, karena cahaya itu tanpa batas (meliputi). Jalan itu bisa menunjukan
kepada jalan-Nya Dat yang wajib yang menyinari seluruh yang diciptakan.
Pendek kata Ikhtikat (tujuan) Nur Muhammad atau cahaya yang suci, itu
sama dengan Hakikatnya yang Maha Kuasa, sama dengan aku tidak melihat
tetapi daya tarik menarik. Kata Nur Muhammad itu menurut ajaran agama
yang mendapatkan adalah pujangga Al-Hallaj, mereka membenarkan bila
kejadian semua yang diciptakan itu dari Hakekat-Muhammadiah. Wirid
bahasa Jawa Nur Muhammad (cahaya yang terpuji), pujangga itupun
berpendapat Nabi Muhammad terjadi dari 2 bagian, yaitu :
1. Muhammad, bentuk sifat Muhammad sendiri.
2. Muhammad, bentuk seluruh ilmu, agama, filsafat dan lain-lain, artinya
pusat atau sumber segala ilmu.
Dari itu sifat Muhammad sama berdirinya Rasul, utusan Dat yang menyebar
ilmu agama murni, tidak dicampuri agama apapun (ilmu-ilmu lain), an
keterangannya dibawah ini :

1. Muhammad sama dengan manusia hidup.


2. Jiwa Muhammad sama dengan jiwanya manusia.
Yang menjadi penuntun agung Rasul, Nabi, Wali yang sudah Marifat, yang
sudah lepas dari godaan nafsu (keinginan). Jadi manusia itu sifat ujud pasti
mati, sakit, rusak atau busuk. Kalau sifat Qadim Muhammad cahaya yang
terpuji tetap meliputi Jagad raya, jadi sama dengan cahayaterang benderang
tanpa bayangan. Dalil Al-quran surat Al-Qashash : 52 :
Orang-orang yang telah Kami datangkan kepada mereka Al Kitab (Yahudi,
Nasrani) sebelum Al Quran, mereka beriman (pula) dengan Al Quran itu
(Allah atau Muhammad)
Keterangan tadi mengagungkan nama Muhammad, menurut pujangga AlHallaj, Nur Muhammad itu sumber dari segala yang ada di Jagad raya ini dan
seisinya, jadi makhluk, manusia dan benda-benda itu hanya percikan dari
cahaya Muhammad. Karena hanya percikan cahayanya Dat, sifat, asma,
afhngal, itu disebut Widhatulwujud. Pendapat Al-Hallaj itu lalu disebut
dengan pujangga Ibnu Arrabi tahun 1102 Masehi di tanah Andalusia. Sama
dengan pendapatnya menerangkan kalau Nabi Adam, para Nabi-nabi utusan
Allah dan lain-lain didunia terjadi dari percikan cahaya Nur Muhammad atau
Hakikat Muhammad. Karena Nur Muhammad itu sama dengan Hakikatullah.
Lalu keyakinan semua tadi keadaan satu (Sawiji-jawa) bisa pendapat tadi
meluas di tanah Jawa antara abad 15 dan 16 Masehi. Dari silang pendapat
orang itu kurang mendapat penerangan sudah berani mengikuti paham tadi,
hanya berhenti sekedar tahu saja, tetapi sudah berani kepada umum,
padahal pengetahuan tadi hanya Cuma bicara.
Rasa menyatu dengan-Nya (cahaya Illahi) tidak mudah jika tidak dijalani
melalui Shalat Tauhid sampai ke Attauhid tentu tidak bisa menerima
keterangan-keterangan tadi, kalau salah bicara atau menerangkan
mengakibatkan perkataan golongan lain mengatakan Kafir atau Kufur,
menyatukan Allah atau menduakan Allah, jadi mengatakan Chaliq dan
Makhluk itu dua, batinnya tidak menyetujui tentang Widhatulwujud (keadaan
satu), makhluk itu bisa dilihat dengan mata tetapi Chaliq atau Dat yang tidak
bisa dilihat atau dijangkau apapun.
Tetapi yang mempunyai sifat seperti Al-hallaj atau Ibnu Arrabi dan Syeh Siti
Jenar itu; Ikhtikat Widhatulwujud, dihatinya dan amalannya sudah
menyatakan bila Dat, Sifat, Asma, Afhngal, itu satu. Jadi tidak hanya tahu
saja.

Keterangan Bab Anasir 4 macam seperti diatas keterangannya begini :


pengikut agama kristen Allah itu atau Tuhan itu punya putra sama dengan
Citra, bayangan Dat umpama matahari sinarnya memenuhi kolam, umpama
itu ditekadkan sama dengan Nur Muhammad tidak seberapa beda,
keterangannya begini :
1. Allah sama dengan sang Rama (Iswara-Sangsekerta);
2. Hakikatullah sama dengan Nur Muhammad;
3. Nur Muhammad sama dengan Citra;
4. Citra, Hakikatnya sama dengan Putra;
5. Sang Putra sama dengan Jiwa.
Jika diterangkan Nur Muhammad itu pusatnya kejadian dan menjadi wujud
sifat hidup kita, Ikhtikat disebut aku (putra Allah). Putra (Citra) itu
bayangannya Nur Muhammad, artinya putra bukan anak bisaa seperti
bayangan yang diterima oleh Allah.
Karena sang Rama (Allah) itu tidak bisa dibayangkan (dilihat) dengan mata
bayangannya pun tidak bisa dilihat. Sifat-sifat tadi dimiliki oleh manusia,
sifat-sifat bisa dipergunakan untuk membuktikan yang tidak bisa dilihat tadi
(terjangkau oleh akal pikiran). Dalam agama Budha disebut Nirwana (alam
abadi), oleh karena tadi hanya nama dan kata-kata saja, jadi salah mengaku
kuasa semua itu salah. Hakikatnya tidak bisa berdaya apa-apa kalau
menyinari pada sifat-sifat yang tidak lengkap, tetapi bagi manusia
bekerjanya seperti yang memiliki sifat Hakikat.
Oleh karena yang memiliki Hakikat itu hanya untuk satu gambaran (contoh);
matahari dilangit menyinari kekolam isi air, jadi sikolam tidak memiliki sinar,
yang memiliki tentu matahari.
Keterangan tadi Muhammad itu Hakikatnya Dat dan Dat itu lengkap tidak
berubah-ubah dan wajib adanya, lalu penganut yang mengatakan
Muhammad itu cahayaku yang tempatnya dimata tidak bisa diterima. Untuk
menutup keterangan tentang Muhammad penting menjadi peringatan,
karena sifat Muhammad dan Rasul, dan bisa mengatakan Rasul, harus
diamalkan (dikerjakan) karena sifat 20 adalah sifat-sifat-Nya Allah yang
tanpa batas, cahaya tanpa batas;
Orang yang mempunyai kemauan itu kemauan Allah

Orang yang berbicara itu bicaranya Allah


Orang yang berbuat itu berbuatnya Allah.
Karena itu orang yang telah menjadi Rasul, Nabi, Wali, Mukmin Haz (yang
sudah Marifat), orang yang sudah dibuka hatinya oleh Allah yang tidak
pernah merasakan apa-apa yang dibicarakan atau yang dikerjakan, karena
sudah pasrah (menurut kehendak-Nya).
Jadi tandanya siapa saja mengaku dirinya berkuasa, pintar, bayak ilmunya,
kebal, bisa menghilang dan kesayangan Allah yang sangat mengherankan itu
bukan utusan Allah, melainkan utusan nafsu (syetan), seperti Dalil Quran
surat At-Takwir : 29 ;
Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam
Maksudnya jelas sekali, umpama bisa Attauhid (menyatu dengan-Nya)
dengan Dat yang Maha Suci, seperti ayat diatas apa yang kita mau itu
kemauan Allah, itu semua melewati mulut, telinga, yang menadi
perantaranya Allah bagi orang yang sudah mencapai Marifatullah.

Bab 8

MENGERJAKAN MENCARI TENTANG KETUHANAN


(KASUNYATAN JAWA)

Keterangan tentang pekerjaan (perbuatan amal) terhadap ilmu Allah, itu


tidak berbelit-belit karena ilmu Allah itu kenyataan yang keluar dari dalam
hati (Qalbu), itu harus diolah melalui batin (Qalbu), harus bisa meneliti apa
yanng keluar dari batin (Qalbu) itu yang benar atau yang salah, yang cocok
dengan tata lahir apa belum. Orang tidak harus menerus olah batin saja, bisa
menyebabkan lemahnya jasmani karena tidak terpenuhi kebutuhan jasmani,
jasmani lemah pasti jiwanya lemah.
Melaksakan terhadap kasunyatan (kenyataan) itu macam-macam dan
aslinyapun beda-beda. Oleh sebab itu menjalani (melaksanakan) harus
memilih yang cocok dan mudah.

Di dunia ke Islaman ada kata zakat, artinya sifat memberi, pekerjaan itu
melatih keikhlasan dangan memebri zakat tidak bisa dikatakan Alim, belum
cukup semuanya, harus melatih bahwa orang tidak merasakan mencari harta
dan memiliki karena semua itu pemberian Allah.
Walaupun sedekah atau zakat itu perbuatan baik yang utama walapun tidak
dipaksa tidak ingin menanti mendapat balasan ataupun tidak takut
ketinggalan kepercayaan Islam. Dengan pekerjaan tadi harus disesuaikan
keadaan kita, kalau keadaan kita memang tidak punya, pemberian tadi
mengakibatkan tidak Ikhlas, karena hanya mencari pujian, pekerjaan itu
sama dengan bunuh diri.
Kemudian pekerjaan untuk memberi (sedekah) yang benar harus
mengetahui keadaan diri sendiri, cukup atau belum, lebih baik lebih
kebutuhan baru zakat (infak), jadi Infak/zakat tadi baru bisa Ikhlas sempurna
benar atau halal dalam agama Islam. Jadi memberi pertolongan itu bukan
harta saja tetapi tenaga, pikiran dan harta benda dan harus dihitung kemana
harus diberikan. Yang punya ilmu batinnya harus jujur, tidak menipu diri
sendiri (dusta), contoh; kita bertamu, lalu ditanyai sudah makan atau
belum, menjawab belum kok malu, menjawab sudah perut merasa
lapar, itu namanya membohongi diri sendiri, hasilnya menyiksa diri sendiri,
pekerjaan seperti itu lahir dan batin pasti tidak bersatu, jadi watak itu harus
disingkirkan bagi penuntut ilmu Hakikat, jadi harus jujur, bagitupun kalau
lapar sekali tidak boleh minta, itu menandakan kekurangan kekuatan kita
(orang yang lemah), tidak tahu malu, jadi kita bisa berusaha mencari nafkah
untuk kebutuhan kita. Kita haris bertindak jujur luar dalam (lahir batin)
mengendalikan nafsu dan menghargai orang lain (umat Allah) dan jangan
meremahkan orang lain, harus mengoreksi diri, pekerjaan tadi disebut
Mudjahadah dan Rijadlah (bahasa arab), para Syariat Islam hakum agama
yang menganut tanpa pamrih. Penghalang hidup ada 2 yang dibutuhkan,
satu batin dan yang kedua modal lahir (jasmani), penghalang batin ada 5
macam, yaitu :

1. Memuaskan hawa nafsu;


2. Mencari kesenangan menurut kemauan;
3. Mengerjakan kejahatan;
4. Mengerjakan watak dusta;

5. menuruti pekerjaan memfitnah dan menganiaya orang.

Penghalang lahir ada 5 macam, yaitu :

1. Pekerjaan cerobah (asal kerja);


2. menjalani yang tidak benar;
3. Watak kejam;
4. Malas acuh tak acuh;
5. malas Berpuasa, Sembahyang.

Karena semua tadi membuktikan perbuatan setiap hari, para siswa harus
pandai berusaha supaya bisa berhasi tadi penghalang-penghalang atau
watak yang tidak baik sedikit demi sedikit, dan yang lurus dari penghalangpenghalang tadi orang bisa bahagia (tentram hidupnya) lebih baik lagi kalau
bisa menjalani puasanya hidup dan zakatnya.

Menurut buku Hidayat jati seperti;

1. Kuasanya badan mengendalikan diri (anoraga-jawa), tekun dengan


pekerjaannya, artinya segala perbuatan lemah lembut, segala pekerjaan
harus disesuaikan tempatnya, melatih diri dengan baik (anoraga-jawa).
Bicara besar yang tidak bisa membuktikan, maka akibatnya dibenci orang
lain.

2. Budi atau pikiran, tapa atau kuasanya menerima apa adanya dan
zakatnya sepi dari sangkaan yang menyelakakan orang lain itu tidak baik.
Kata pikiran atau Budi sumbernya pekerjaan lahir yang tidak baik, jadi
walaupun kita memngucapkan kata-kata harus kita teliti terlebih dahulu,
karena Budi dan pikiran adalah gurunya lahir (jasmani). Jika Budi atau pikiran
itu kita biarkan saja akibatnya tidak baik. Para penempuh Marifat

(kasunyatan-jawa), budi yang baik membuahkan yang baik dan menambah


ilmu. Kalau kita mengingat tentang sifat 20, batin kita lalu mendapat
petunjuk batin, jadi sedikit demi sedikit diteliti setiap saat sehingga menjadi
kebisaaan dan menjadi kebaikan lahir dan batin. Puasa apa adanya berarti
bukan mencari sedekah atau pemeberian orang lain, artinya tidak menyesal
barang yang sudah hilang dan harus hidup sederhana, dan jangan hidup
tamak dan serekah. Mencari rezeki jangan lupa diri sehingga merusak diri
dan melatih diri mencari rezeki yang halal dan yang berkah. Terhadap
penuntut ilmu kebatinan harus mengalahkan penghalangnya pikiran, itu
dinamakan bisa mengendalikan nafsu, bisa melatih sedikit demi sedikit
lama-lama terbisaa.

3. Nafsu puasa Ikhlas, zakatnya sabar terhadap cobaan dan memaafkan


kesalahan. Ke Ikhlasan itu satu-satunya jalan untuk memerangi nafsu
macam-macam, rela memberikan apa saja untuk melatih pikiran kurang
Ikhlas. Sabar cobaan Billahi (sial), Billahi kecelakaan itu datangnya tidak kita
ketahui, umpama terkena benda tajam, terjatuh, dilanggar, itu semua
datangnya tida-tiba, bagaimana bisa sabar jika Billahi datangnya tidak tahu
kapan, karena cobaan atau kecelakaan itu tidak tahu datangnya, jadi jangan
jera, jangan takut, jangan membatasi karena semua itu kecelakaan, sudah
ditakdirkan yang Maha Pencipta. Orang kecil (lemah) batinnya mengerjakan
apa saja pasti pikir-pikir dulu untung ruginya dan tidak mau mengerjakan
apa-apa, sabar tadi bagi orang yang kuat batinnya itu ridak takut kepada
susah payah melaksanakan pekerjaan apa saja karena percaya dengan
kekuatan diri sendiri mengakibatkan tercapainya tujuan. Karena semua
pekerjaan terdorong oleh nafsu menginginkan dipuja orang, nafsu sering
sekali unggul, rela kalau belum tercapai tujuannya ,umpama tidak rela, lalu
marah. Untuk menghilangkan marah-marah tadi kita harus melatih ke
Ikhlasan, jadi harus menghilangkan nafsu ingin dipuji, perbuatan itu bisa
menguatkan Budi (Qalbu), jadi tidak mudah dipengaruhi oleh apapun sebab
sudah mengetahui baik buruknya. Seumpama ada orang yang memukul
anak kita, lalu kita pukul anak orang itu berarti membangkitkan kemarahan
orang lain, alhasil pukul-pukulan menjadi ramai, labih baik kita melapor
kepada yang berwajib, sebab semua itu ada hukumnya,

4. Nyawa, puasanya jujur, tidak perduli dengan isu-isu, menghina terhadap


orang yang belajar ilmu batin (Marifat), kata nyawa itu sulit betul karena

nyawa (roh) tandanya hidup, karena hamba Allah semua memiliki nyawa.
Kata jujur itu mengenai kejiwaan, artinya lepas dari rasa tidak enak, kalau
perbuatan batin jujur, tidqak mau menipu diri sendiri, contoh; dibatin ingin
melihat komedi, tiba-tiba datang tamu, lalu kita menyambutnya, bagi orang
jujur tidak mau menipu diri sendiri tetapi berangkat menonton komedi. Untuk
sopan santun kita menghormati tamu dulu, lalu berangkat menonton
komedi, itu namanya tidak menipu diri sendiri. Pekerjaan jujur disiplin itu
berat sekali karena sesuatu pekerjaan itu harus sesuai dengan batinnya,
maka kita mengetahui bahwa batin kita kuat tidak bisa terpengaruh, contoh;
sewaktu kita berjalan berduaan dengan sahabat, batin kita mengatakan
orang ini mau meminta uang, tidak salah lagi kawan itu minta ongkos
pulang, itu namanya pekerjaan batin seolah-olah kita bisa membaca pikiran
orang.

Perjalanan-perjalanan itu tadi yang dimiliki para Hakikat, maka Hakikat itu
Semadhinya (tapa) Jiwa. Kalau selalu mengawasi batin kita (pikiran) sampai
hafal, lama-lama bisa mendapat ilham (waskita-Jawa) kehendak batin
(krentek-Jawa) pasti cocok jiwa dan jasmani menjadi satu, hasilnya jiwa bisa
mengendalikan jasmani, jasmani itu adalah lengkap pikiran dan nafsu,
contohnya begini : pada hari sore waktunya minum kopi, kebetulan kopi dan
gula habis, uangpun tidak punya, batinnya mengatakan yang perlu minum
kopikan perut dan mulut, kalau mau diperintah pasti datang sendiri, lalu
datanglah tamu yang tidak diundang membawa gula dan kopi. Pekerjaan
yang jujur dan disiplin lahir batin membuahkan hasil jasmani dan rohani,
sama merasakan kebutuhannya, pokoknya apa yang dibutuhkan barangnya
ada, itu sebabnya karena apa?, tidak lain kehendak batin tumbuh suci, jujur
dan patuh menjalaninya, itupun kehendak Allah, lihat Quran surat At-Takwir :
29 ;

Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila
dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam

Begitu jalannya zakat , amal, nyawa, amal perbuatan dan pekerjaan, tidak
ingin tahu, iri hati, itu jikasalah menerimanya menjdai murka, membunuh,
membuat kekerasan dan lain-lain.

Dasar ukuran umum; siapa yang mengerjakan kejahatan pasti dihukum,


hukumnya batin harus dipelajari dulu, apa sebabnya membunuh, umpama
pikiran yang tidak dikendalikan bisa menyebabkan berbuat kekerasan
seketika, pikiran yang jelek perbuatan juga jelek. Kata sok ingin tahu, iri hati
itu hanya menyiksa diri sendiri (batin kita).

Menjawab contoh diatas; sebab memukul, karena digertak (dimarah)


karena perbuatan salah, maka jika perbuatan yang salah, pikiran akan
menjadi jelek. Umumnya sebelum dikerjakan pasti di batin sudah
memerintahkan (mengajak).

Bagi para orang-orang yang menempuh kasunyatan (Marifat), yang


memerintah tadi harus disingkirkan. Peraturan-peraturan dan perbuatan
adalah zakat (mengamalkan ilmunya), intisarinya tidak iri hati dan tidak sok
ingin tahu (pikiran jelek).

Karena itu tapanya orang Hakikat, lalu belajar menyepi atau tidak ada apaapa hanya Ikhlas, Insya Allah akan mendapat kekkuatan dari Allah yang tidak
pernah dimiliki.

Rahsa (rasa) tapanya baik hati, zakatnya berhenti mengeluh (analansaJawa), itu sebenarnya tapanya ahli Marifat dan tercapai kalau sudah
mengamalkan tingkatan 1 (Syariat) sampai 4 (Marifat) seperti diatas, itu
hanya sebutan (kata-kata saja), kenyataannya yan merasakan mencapai
(Marifat).

Keterangan orang yang berbudi serta benar, dapat dipercaya dan ditiru apa
yang dikatakan (ucapannya), dan sering menasehati dan memberi
penerangan kapada masyarakat. Jadi Budi baik karena orang yang sudah
mencapai Marifat; apa yang dikatakan adalah kata-kata Allah, apa yang
dikehendaki adalah kehendak Allah, sebab yang paling utama sifatnya Allah
yang tidak mengenal tempat, siapa saja diberi watak luhur, bijaksana, yang
terpenting mau menjalani tapa dan zakat seperti tercatat diatas, yaitu
Syariat samapai Marifat tadi.

Apa sebab mendapat sifat luhur, agung, bimbingan, kasih sayang-Nya dan
lain-lain; karena sudah keluar dari Kijab, pemeberantas nafsu keinginan yang
terdapat pada tingkatan 1 sampai 4 diatas.

Sugi Ronggo Warsito (Almarhum) mau memberi petunjuk begini; karena


mudah sekali, asal mau menjalani seperti Almarhum (Ki Ronggo) seperti
yang disebutkan pada tingkatan 1 sampai 4; apa yang kamu inginkan
datang, apa yang diminta ada, lalu begini; Ki Rongga Warsito tadi sudah
diberi (memiliki) sifat yang tertera di Al-Quran surat At-Takwir : 29 diatas;
paranormal, kekebalan, kekayaan dan lain-lain, itu semua tercapainya hanya
puasa, artinya berpuasa dan menjalankan No.1 sampai No.4 diatas. Oleh
karena kekuasaan Dat itu tidak didalam saja, maka untuk perantaraan
melatih harus bisa mengendalikan atau mengatur alat-alat Indra yang diluar
(panca indra).

Umpama ;

1. Mata puasanya mengurangi tidur, puasanya jangan melihat yang


menimbulkan membangunkan nafsu keinginan, namanya puasanya tidur.

2. Telinga puasanya menahan hawa nafsu, zakatnya menahan suara yang


jelek, berkelahi, adu mulut, ejek mengejek, namanya puasa tuli.

3. Hidung puasanya menahan minum, zakatnya malas mencari kesalahan


orang lain, kata minum (mencium-cium) sama dengan mencari-cari arah
baunya, menyebabkan dibenci orang lain, hidung itu alat untuk memilih,
walaupun si mata tidak melihat barangnya, kalau hidung bisa mencium apa
barangnya. Di hidung jalannya Bilahi (kecelakaan), artinya kalau kurang
mengerti (kurang hati-hati) bisa marah-marah, karena penghalang hidung
bau, bau bangkai. Kalau tidak bisa menahan si mulut, maka mulut berkata
bau bangkai, jadi dimana-mana tempat harus menjauhi barang (bau) itu.
Orang yang ceroboh umumnya memakan apa saja, memegang apa saja

pasti dicium, kalau racun dicium mengakibatkan mati seketika. Begitupun


terhadap penuntut ilmu, jangan sampai mengakibatkan bocoran,
mengakibatkan pecahnya benteng (rahasia), jadi jangan ikut campur urusan
orang lain. Umpama dimintai pendapat, kerjakan saja, jangan menambahi
persoalan. Mencari kesalahan orang lain hasilnya merasa tahu, pikirannya
ingin dipuji, sebab pikiran dan ucapannya ingin dipercaya. Bagi yang
menjalani Marifat memastikan orang lain, itu larangan besar, menyebabkan
tinggi diri (membanggakan diri) karena belum pasti benar.

4. Mulut (ucapan) puasanya makan, zakatnya tidak boleh memberitakan


orang lain. Kalau ingin keterangan yang luas, baca tentang keterangan
puasa; tentang memfitnah, cerita yang tidak benar, itu jangan dikerjakan.

5. Parji (kemaluan) puasanya menahan Syahwat, zakatnya tidak boleh


berbuat zinah. Selingkuh menyebabkan kerusakan jasmani, adalagi
keterangan pada Bab Semadhi, Yogha dan lain-lain.

Itu semua jalannya untuk membuang pembatas (warono-jawa) antara hamba


dengan Allah. pekerjaan umum (salah tetapi banyak kawan / salah kaprah
jawa), hanya ditujukan pada batin saja, hasilnya buta ilmu tidak mengetahui,
karena yang harus dikerjakan bisaa saja, seperti sebelum puasa; makan dan
minum, jalan-jalan, jangan berlebihan. Keterangan itu semua sumbernya dari
keterangan No.1 samapi No.4 diatas tadi, sebab diluar bisa menjalankan,
tetapi batinnya belum bisa, sama dengan tanpa hasil (karena batin gurunya
lahir).

Bab 9

SHALAT GAIB / SEMADHI

Quran surat Al-Araf : 29 ;

Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan (katakanlah):


Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah
dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah
menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepadaNya).

Quran VII Ayat 143.

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala
Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku
orang yang pertama-tama beriman.

Sebelumnya Ayat Suci di atas menerangkan tentang bab tataran/ tingkat


Syariat dan Tarikat dan yang paling penting adalah semadhi/tapa brata atau
puasa badan. Penjelasan ini akan dimulai dari cara lahiriah, yaitu pokok bagi
kesehatan.

Puasa dahulu dikerjakan menurut kebisaaan orang banyak (ikut ikutan)


itulah yang disebut puasanya orang Syariat. Karena ikut-ikutan maka
sampai sekarang banyak yang tidak tahu manfaatnya.

Kerangan dari Hadist Buhari Muslim yang kurang lebih artinya : Orang-orang
yang puasa itu perutnya baik (luhur), pikirannya baik dan budinya suci.

Quran Surat Al, Baqarah 183.

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa


sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa

1. Kenapa orang yang berpuasa itu merasa tidak enak, malas dan ngantuk ?
2. Kenapa Firman di Quran ditujukan kepada orang-orang yang beriman ?
3. Dan apa sebabnya puasa yang sudah dikerjakan sejak ber abat-abar itu
bisa mensucikan diri ?

Sebenarnya pekerjaan puasa itu sudah berabad-abad dulu dikerjakan,


sebelum zaman nabi Isa menyiarkan agama dan kitab Injil yang juga
menerangkan tentang puasa. Sekarang zaman sudah maju. Banyak para ahli
melakukan penelitian tentang puasa. Itulah sebabnya Allah SWT mewajibkan
puasa karena puasa itu banyak manfaatnya.

Menurut ilmu kesehatan (Prof. Dr. A. Ramli) mengatakan bahwa hewanhewan dan mahluk yang hidupnya memamah biak melalui mulut dan ditekan
keperut langsung kenyang. Makanan itu sarinya menjadi pokok kebutuhan
kita. Contohnya: zat lemak, hidrat arang, air, garam, putih telur dan vitaminvitan yang terdapat pada daging, Sayur-sayuran, Kacang-kacangan dan
segala makanan yang belum busuk , Kalau makanan itu sudah busuk
pitaminnya sudah hilang. Makanan yang dikunyah tersebut dialiri dengan air
ludah yang keluar dari kelenjar ludah yang mengakibatkan maknan tersebut
menjadi sari pati dan berubah menjadi zat hidrat arang, kemudian menjadi
zat gula atau mallose (Menurut ilmu kedokteran).

Makanan tadi langsung ditelan keperut besar kemudian diterima oleh


kelenjar-kelenjar kecil yang jumlahnya beribu-ribu dan perut (Usus-usu
besar) mengeluarkan lendir yang bisa menghancurkan makanan-makanan
tadi. Makanan yang berasal zat telur yang sudah berubah menjadi Maltose
mudah dihancurkan dengan lendir usus. Zat telur yang sudah berubah
sifatnya itu disebut Pepton.

Makanan yang sudah halus masuk ke usus halus dan dipintu usus ada
saluran kelenjar yang terbagi dua yaitu: saluran empedu dan saluran
pangkreas (ludah yang asalanya dari ginjal). Dua-duanya mengaliri usus.
Empedu asalnya dari bagian hati gunanya untuk melebur zat lemak yang
dibantu oleh pangkreas hingga halus sekali. Pangkreas menghancurkan zat
telur sampai berubah sipatnya menjadi hamud amino. Zat hidrat arang dan
lemak yang hancur mudah diisap oleh usus halus, kemudian makanan
trersebut menjadi sari-sari dan sari-sari tersebut menjadi bibit asal darah dan
daging. Diatas lapisan usus-usus menghisap makanan yang sudah menjadi
sari-sari aslinya yang terdapat di limpa (getah bening) kemudian seluru zatzat meresap ke pipa-pipa darah dan terus mengalir ke pipa-pipa darah yang
besar dan mengalir ke hati dan merata keseluruh badan. Yang tertinggal
hanya lendir-lendir pencernaan.

Otak itu mebutuhkan darah untuk membasahi yang diterima dari urat-urat
sarap dan otot-otot yang ada pada kerangka manusia. Selama perut dan
pembuluh-pembuluh menghancurkan makanan, otak otak kita kekurangan
darah penyiram yang menyebabnya kurangnya daya berpikir.Itulah
sebabnya para leluhur kita dulu berkata bahwa kalau perut lapar pikiran
buntu, dan kalau kenyang pikiran terang. Karena puasa dilakukan disiang
hari dan pikiranpun bekerjanya disiang hari. Untuk itu apa yang dikatakan
para ahli adalah benar. Maksudnya apabila perut lapar maka perut itu diam
(tidak bekerja). Karena tidak bekerja maka tidak membutuhkan darah lebih
dari ukurannya. Darah yang tidak dibutuhkan itu lansing naik membasahi
otak dan itu terjadi setiap hari dan otak terus basah sehingga otak itu lancar,
tidak mudah lupa (pikiran sehat).

Puasa sering dilakukan oleh para penganut tingkatan tarekat. Umumnya


mereka mengurangi makan seperti mutih (makan nasi saja tanpa garam),
Ngrowat (makan palawija dan buah-buahan), Puasa ini menuruk kesehatan
dapat mengurangi kesehatan badan karena sari-sari makanan tidak
mencukupi. Akan tetapi mengurangi itu bukan berarti mengurang
kebutuhan. Petunjuk makan yang baik adalah kalau kita lapar maka kita
makan tidak boleh berlebihan untuk mengurangi zat lemak. Tubu yang
memiliki ilmu itu adalah tubuh yang memiliki pikiran yang saehat. Karena
kalau badan kita sehat pikiranpun kita sehat. Orang yang pintar, bijak yang

bisa menjadi wali, pendeta adalah orang yang memiliki badan sehat. Kalau
tubuh sakit pembawa ilmupun sakit. Untuk itu:

1. Jangan tamak kepada makanan;


2. Makan minum sederhana jangan mengurangi jenis makanan;
3. Bekerja yang sederhana tidak mengurangi kebutuhan, dibatin harus niat
bekerja yang baik-baik (Mensucikan diri meniru kesucian Allah);
4. Mengerjakan peraturan agamanya sendiri-sendiri, tidak perlu menghina,
karena bertentangan dengan perintah Allah.

Penjelasan tentang Bab Shalat/Semadhi itu lebih kurang adalah dari


peraturan tapa badan atau puasa. Karena Wedaran Wirid itu bertujuan untuk
selamanya, sehingga keterangan-keterangan diselaraskan kemajuan akal
piker yang berdasarkan kipada Kias (koreksi). Shalat/Semadhi sebenarnya
bukan pekerjaan main-main karena Semadhi (Shalat Tauhid) adalah usaha
Shalat benar-benar (Panembah Jati) yang sering dilaksanakan oleh para
tingkatan Maripat untuk mencapai Attauhid (menyatu kepada Allah). Tradisi
Semadhi di dunia Jawa adalah mencontoh pada wayang kulit yang dikerjakan
para Begawan, Pendeta dan Satria. Syaratnya harus menutup 9 lubang hawa
napsu (Hawa Songgo) yaitu : 2 lubang mata, 2 lubang telingga, 2 lubang
hidung, 1 lubang mulut, 1 jubur dan 1 lubang parji. Sebenarnya bukan
menutup hanya jangan menggunakan sewaktu Semadhi.

Menurut agama Islam pekerjaan itu melanggar hukum Tuhan. Merusak


kesehatan, merusak kodrad Iradat secara paksa karena asalnya dari Dat
Allah, Walaupun tidak apa-apa bagi yang menjalani pekerjaan itu harus
ditinggalkan, jika tidak dirubah pekerjaan memaksa diri itu bisa mengurangi
irodat kita sendiri dan bisa menyebabkan lemahnya jiwa dan yang
dikwatirkan adalah kerusakan panca indra, astendria.

Peraturan itu sudah menjadi darah daging sejak zaman dulu sampai
sekarang secara turun temurun. Penyebabnya adalah menurut penelitian
ilmu jiwa bahwa banyak guru-guru kebatinan dan murid-muridnya yang

terkena penyakit Neorotis (Penyakit Syaraf), menurut kebisaaan kalau bicara


asal keluar, selalu menunjukkan bahwa mereka itu sakti, banyak ilmu selalu
menghina ilmu lain, besar bicara dan pikirannya selalu bingung. Kalau
berbuat semaunya dianggap mendapat wahyu. Penyakit itu mudah diatasi
apalagi bagi para pelajar Kasunyatan (Shallat tauhid) dengan cara :

1. Kalau waktu berpikir berat, dikepala pening harus berhenti sejenak, jangan
menuruti kemauan.
2. Selalu bangun subuh, lalu jalan-jalan karena bisa menyegarkan badan
menghilangkan lemah dan lesu.

Kerena peraturan-peratuan yang melanggar kodrat. Hidung untuk mencium,


mulut untuk makan, telingga untuk mendengar tidak untuk merasakan
makanan. Kenapa harus distop (ditutupi) walaupun sekali-kali dan
selanjutnya sebentar-sebentar memakai sujud , sebentar-sebentar memakai
sujud, sebentar-sebentar membujurkan kedua kaki seperti ceritanya
Begawan ada yang tapa di kolam, di gua menjalankan wadat (tidak kawin)
pekerjaan tadi melanggar kodrat dan iradatnya Allah. Oleh karena jalan itu
untuk mencapai tujuan dengan satu zat yang tidak bisa dijangkau oleh
apapun, maka harus diluruskan dengan suatu dasar enak dan
menyenangkan (selaras) dengan jiwa dan jasmani yang diharapkan agar
memiliki yang baik dan yang buruk.

Kata Semadhi berasal dari bahasa sangsekerta yang artinya shallat makripat
(Khusuk) atau Tauhid. Kata Yoga itu juga berasal dari bahasa Sangsekerta
sama dengan Shalat makripat yang mengerjakannya disebur para Yoghi.
Yogha dibagi menjadi 2 bagian :

1. Hatta Yogha : Suatu pekerjaan yang dikerjakan oleh orang umum (awam)
bisa juga dikatakan tingkat syariat terhadap agama islam. Penjelasannya
seperti ini : hatta Yogha harus mengurangi makan, berpuasa melarang apa
yang tidak baik. Tapa atau nyepi sampai berbulan-bulan. Yang utama
memaksa jasmani dan tidak mau kawin. Hal itu perbuatan yang menghukum
nafsu.

2. Raja Yogha : Peraturan shallat makripat yang dilakukan oleh para


bisaksana, para pandita dan para ulama agung islam.

Agama Islam menyebut Shalat makripat tanpa membedakan tingkat sareat


atau makripat yang dilaksanakan di mesjid atau musholla. Keterangan
Maripat atau Raja Yogha itu tujuan hanya menyatu dengan Allah atau
Attauhid (Nyuwiji). Artinya menuju hidupnya sampai ke liang lahat
(innalillahi wa innaillaihi rojiuun) kumpul asal mulanya (alam baka) kekal
yaitu alam yang tidak bisa dijangkau oleh alat apa saja. Jadi tujuan
kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat. Sempurnya di dunia ini bisa
mencapai surga seperti kita hidup, tujuan akan membuktikan alam yang
akan kita alami setelah mati. Shalat makripat yang dikerjakan oleh para
umat Muhammad dijaman Nabi Mauhammad dikerjakan oleh ke empat para
sahabat.

Apa aslinya mengerjakan Raja Yogha?. Bab pekerjaannya perut dan otak
sudah dibahas, begitu juga zakat hidung, mata, mulut dan parji. Sebelumnya
menerangkan aslinya Semadhi. Sebenarnya pencegahan parji diterangkan
dahulu. Inti sarinya menjawab pertanyaan apa sebabnya kita perlu menahan
nafsu parji ?.

Terhadap manusia parji itu merupakan salah satu alat menurunkan benih
manusia agar dapat berkembang biak di dunia, tetapi kalau nafsu dibiarkan
menjadi tidak baik untuk kesehatan diataranya :

1. Kalau menuruti kemauan nafsu, sewaktu bersetubuh kita akan


mengeluarkan hormon-hormon dan kehabisan ternaga (kehabisan kalori)
atau zat kebutuhan jasmani. Walaupun habisnya tidak sia-sia dan hanya
seminggu sekali tubuh menjadi lemas, apalagi kalau setiap hari, bisa
berbahaya kalau melewati batas, sedikit demi sedikit kekuatan tubuh pasti
berkurang. Tubuh menjadi cepat tua dan matanya kabur.

2. Bahaya lain adalah daya pikir menjadi lemah, terbukti menjadi penakut,
kurang percaya diri dan malu-malu. Tapi jika dilakukan hanya sekali-kali
untuk menurunkan bibit manusia, menurut kesehatan air mani yang tidak
keluar naik keotak melalui tulang punggung dan tengkuk, bisa membantu
aliran darah untuk membasahi saraf-saraf otak sehingga mudah berpikir dan
lancar. Dan kaburnya mata itu disebabkan banyaknya mengeluarkan air
mani tadi.

A. Semadhi menutupi lubang 9 (Hatta Yogha) sebelumnya menerangkan


menutupi lobang sembilan nafsu, membahas tentang sembahyang
(Menyembah Allah). Shalat diterangkan terlebih dahulu. Di Wedaran Wirid
Shalat yang sebenarnya ada 4 tingkatan :

1. Shalat Syariat, yaitu Shalatnya jasmani. Penyucinya adalah air wudhu.


Diterimanya Shalat akan menjadi makripatnya sariat, hanya mengetahui
rastandria yang 5 panca indra. Panca Indra menyaksikan alam raya itu
menjadi saksi bahwa Allah itu ada.

2. Shalat Tarikat, yaitu penyembahnya hati sucinya mencega hawa nafsu.


Berterimanya Shalatnya akan menjadi makripatnya tarikat. Tarikat
mengetahui astandrianya yang 3 perkara, mengetahui tentang Allah,
menyebabkan percaya dan tidak ikut-ikutan.

3. Shalat Hakikat, yauitu penyembahnya roh (jiwa). Bersucinya adalah


waspada, tenang dan hening. Berterimanya Shalat bisa mengetahui
rohaninya (rasa jati). Tingkatan ini yang sangat gawat karena disini akan
terbukanya penghalang (warno) yang bisa menyebabkan berpisahnya jasad
dan rohani (Mirad).

4. Shalat Maripat, penyembahnya adalah jiwa (sukma), menyebabkan


makripatnya makripat (makripatullah) sudah tidak memakai alat tetapi bisa
khusuk (Attauhid atau nyuwiji) memasuki alam yang tidak bisa dijangkau
(Layu mahfud) jadi bukan hanya sariat saja dinyatakan sesuai dengan
miradnya Nabi Muhammad SAW menuju alam Allah (Sidratul Muntaha).

Manusia memliki alat kasar dan halus, yang halus tidak bisa dilihat oleh
mata, tetapi lengket ketubuh kita menyebabkan panca indra bisa bekerja
masing-masing yang disebut rasa (saraf). Tali rasa (saraf) bisa bekerja
menyalurkan kepada panca indra, karena bekerjanya rasa jati bekerjanya
selalu memberi peringatan kepada roh jasmani yang bisa mengingat segala
kejadian yang dikerjakan oleh pikiran dan jasmani. Bila berdirinya manusia
itu karena dialiri rasa jati tadi maka bisa berdiri sendiri tanpa dialiri dari
syaraf atau darah ke otak, pikiran terang tanpa hambatan.

Berdiri sendiri terhadap rasa jati (roh jasmani) ukurannya tanpa batas, bisa
melihat apa yang tidak bisa dilihat oleh mata bisaa melainkan dengan mata
batin (roso jati). Mengerjakan Semadhi (Shalat Maripat) secara paksa
menyebabkan putusnya tali rasa (syarap) Astendriyo seperti diletakan keluar
dari lingkaran tadi. Karena rasa jati tadi kerjanya menyimpan dan
mengetahui semua keadaan diluar dan didalam, maka kalau terputus dari
tali rasa secara terpaksa maka bisa menyebabkan seperti orang mimpi atau
ngelindur. Shalat tauhid seperti diatas itu kurang baik. Menurut pengkias
jawa nampak mimpi tadi mengetahui apa-apa yang ada dialam mimpi.
Sebenarnya semuanya tadi mengetahuinya karena rekaman-rekaman pikiran
atau Astendriya waktu terbuka mata karena banyaknya angan-angan atau
khayalan. Contohnya Tustel, pilim yang berada didalam tustel itu masih
kosong, lalu tustel tersebut diarahkan kesuatu benda yang ingin dituju dan
dipetik kemudian gambar langsung tertinggal difilm tersebut. Itulah anganangan yang tertinggal dipikiran (tali rasa) karena tujuan secara paksa tadi
maka semua tadi mempunyai kurang kekuatan (jaminan) seperti contoh
dibawah ini;

Tidur terlentang dengan kaki lurus saling bertimpahan lalu mengatus nafas
sambil berzikir, karena dipaksa atau kaki yang saling tumpang tindih
badanpun merasa kurang enak, bahkan kakinya terasa kebas atau
kesemutan lantas hal ini dianggap mulai mendapat wahyu dan Shalatnya
diterima.

Sebenarnya darah yang mengalir keseluruh badan bisa saja agak tersumbat
yang mengakibatkan kaki dingin seperti disiram air sewindu. Kemudian

dibatin sambil memikirkan pengalaman dari cerit-cerita, kata guru atau kata
buku yang menjadi pedoman.

Mengatur pernafasan sama dengan memerintah. Sebenarnya batin masih


memerintah (mengatur nafas) sendiri, karena batin masih digunakan
memerintah hal ini bukan Shalat tauhid melainkan melatih nafas.

Zikir (Mengingat Allah) itu semakin jelas , pikiran harus tentram tidak
diperintahkan mengingat-ingat artinya pikiran terus diperintah terus bekerja,
menggerakkan bibir untuk berbisik-bisik. Pekerjaan ini sama saja dengan
mendiamkan tali rasa untuk mengaliri daya piker. Dalam islam pekerjaan ini
disebut syirik dan harus dijauhi karena membahayakan diri.

B. Persemadhian (Shalat yang tidak Berbahaya)/Raja Yogha.

Tujuan Semadhi (Shalat tauhid) adalah untuk mengetahui gaibnya alam


semesta, harus menggunakan kodrat dan iradat. Untuk itu harus
menggunakan alat-alat sendiri. Mengerjakannya harus mengetahui
pengalaman-pengalaman yang belum pernah diketahui. Buktinya jika masih
ada yang kita lihat didunia ini berarti namanya bukan gaib. Tetapi apa saja
yang telah direkam oleh pikiran (rasa jati) saja, tetapi jika mengetahui apa
yang tidak ada didunia baru bisa dikatakan mengetahui gaib dan sebenarnya
tujuan Shalat khusuk tadi hanya untuk menentramkan gerak astendrio
(pikiran). Jika pikiran sudah tertram benar, yang bergerak adalah rasa
jati/Rohani (roso eling). Ditingkat pembangunan jiwa (roh)yang masih hidup
adalah rasa jati kita sendiri, Sebenarnya persemadhian (Shalat khusuk) itu
menjadi tujuan, maka pekerjaan itu berusaha agar tujuan tadi tidak
terhalang oleh rasa tidak enak, seperti pekerjaan yang memaksakan diri,
yang baik dan cocok untuk saling menjaga diantara cara-cara dengan
seenaknya, mau telentang, rukuk, sujud bisa saja asal bisa. Karena bebas
dan tidak terikat jadi pekerjaan itu lebih enak dan memuaskan. Yang penting
berusaha untuk menentramkan Tri Indra (pikiran, perasaan dan keinginan).
Shalat tanpa tekad sama dengan pergi tidur, pikirannya berhenti sendiri
(tentram sendiri / ketiduran), karena pikiran berhenti (tentram) karena capek
mata ngantuk, jadi tidur itu Kodrat, itu bukan tujuan kita.

Semadhi (Shalat tauhid) iti dikerjakan oleh para ahli Marifat (Arifin dan
aulia). Semadhi (shalat daim) pekerjaan sebelum tidur untuk menentramkan
pikiran (mengendalikan pikiran) dari semangat kemauan, itu bukan
pekerjaan yang mudah, sebab shalat tadi untuk menegakan Rohani dengan
Roh Jasmani (Rasajati-jawa). Kalau dipewayangan seperti Khrisna Gugah
(membangunkan Khrisna), itu sebenarnya menghidupkan Rohani dengan Roh
jasmani (Rasajati). Bagi orang yang shalat Syariat ataupun Marifat puasa itu
berguna sekali, karena nafas itu tergantung kebisaaan yang sudah terlatih
dan diatus, lama-lama teratur sendiri lebih baik, karena batin tidak ikut-ikut,
nafas itu sudah Kodrat.

Semadhi (Attauhid) itu hanya dikerjakan oleh orang ahli Marifat (Arifin dan
Aulia), dan semua pelajaran itu hanya tentang peraturan. Keterangan
selanjutnya hanya bisa menerangkan yang tidak bisa dipaksakan. Shalat
Marifat atau Semadhi bagi yang ada 2; Mengheningkan cipta dan
Mengosongkan cipta;

1. Mengheningkan cipta atau belajar Semadhi (shalat Khusyuk), pekerjaan


itu sulit sekali, sebab yang menjalankan harus tidak mengingat apa-apa saja
keadaan lahir batin. Caranya ada yang melihat apa-apa yang bisa dilihat, itu
hanya untuk melupakan yang dipikirkan.

2. Mengosongkan cipta (mengendalikan pikiran), pekerjaan itu tambah sulit,


sebab disitu harus menghilangkan pengalaman indra yang mengingat-ingat
Keadaan, disitulah timbul pikiran macam-macam, yaitu pekerjaan pikiran
orang hidup, sebab hidup itu mempunyai perasaan. Semua keinginan ikutikut bicara (terpikir), harus sedikit demi sedikit dihilangkan melalui membaca
zikir terhadap Allah, oleh karena Allah itu tidak bisa dijangkau (Layu Kayafu),
maka dalam zikir harus tidak mengingat apa-apa, perbuatan itu
mengkhusyukan dengan Dat (Layu Kayafu).

Pekerjaan seterusnya tentang zikir itu umpamanya begini; zikir itu harus
mengucapkan lafal bermacam-macam menurut keyakinan sendiri-sendiri,

ada yang mengatakan hidup.. hidup, ada yang mengatakan ham.. ham,
zikir itu Napi isbat, yaitu mengucapkan Laillah haillalah dan dimengerti
benar-baner, artinya tidak ada Tuhan, melainkan Allah (ilallah), maksudnya
menetapkan adanya ilallah (isbat). Zikir itu lama-lama tidak tergantung
dengan yang mengerjakan, apa perlu dihitung atau tidak, itu sama saja.
sesudah mengucapkan lafal tadi berulang kali atau tidak, lalu diteruskan
mengucap ilallah .. ilallah.., atau mengucapkan musbitnya saja,
umpamanya; Allahu.. Allahu.., atau hu.. hu.. hu.. , seterusnya sampai
lelah, lalu tidur. Sarana itu akan mendapat yang diinginkan.

Kerjanya tidak perlu dipaksa, jika dipaksa menjadi bosan, sebab mengejar
supaya cepat mengetahui terkabulnya menjalani, dan kekuatan Rohani dan
Jasmani. Seperti tersebut mengharap-harap sampai sebulan atau setahun
atau sekali seumur hidup, tergantung rahmatnya.

Mengerjakan shalat Marifat atau Semadhi harus tetap menjalankan shalat


lima waktu, berdasarkan pasrah dan ikhlas. Sewaktu mau zikir tujuannya
harus satu, ingin membuktikan intisari ajaran Tauhid, menyatu (nyuwijijawa), maksudnya zikir itu mengingat kata-kata (lafal) tetapi mengingatnya
hanya untuk dasar pertama menghilangkan pikiran yang kesana-kesini yang
selalu teringat.

Karena tujuan Tauhid hanya untuk membuktikan gaibnya Allah (Layu


Kayafu), maka yang penting dengan halnya zikir tadi, harus menyebut nama
Allah yang mudah-mudah saja, yang harus mudah dipahami, bahasa Arab
atau bahasa apa saja, disitu tujuannya hanya untuk menyatukan menuju Dat
Allah taallah, yang penting mengosongkan gambaran-gambaran, perasaan
yang dikerjakan oleh pikiran tadi.

Suatu perkumpulan kebatinan mempunyai ucapan zikir, itu kalau diteliti


memang sudah benar dan mudah. Dan kata-kata hidup tadi karena adanya
lafal, asalnya alam seisinya. Kosong artinya adanya hidup yang kuasa, jadi
lafalan dikutip dari kata hidup, lalu untuk mengatur nafas keluar masuk.
Kata-kata bahasa Arab disebut hu Allah, jadi ucapan hu dan Allah.

Karena di Wiridan bahasa jawa menerangkan adanya hidup, kuasa, lalu


diucapkan kata hu dan rip, semua itu tidak menjadi masalah (bebas),
yang penting menyatu (Attauhid) kepada Dat Allah. dan orang mempunyai
tujuan nyembah kepada Allah itu tidur, bangun, makan dan kerja harus
ingat. Seperti keterangan lagu jawa (sinom) dibawah ini;

Ing dalu kelawan siang = dimalam dan siang hari,


Lan inget sakjerone ati = dan mengingat dalam hati,
Aywo lali Hyang Widi = jangan lupa pada Allah,
Ing siang kelawan daluh = disiang hari dan malam hari,
Ojo nyipto piyambak = jangan menciptakan sendiri-sendiri,
Dingin mangke pribadi = dulu dan sekarang sendiri,
Dunyo ngakhir kelawan yang sukmo = dunia akhirat dengan Allah.

Bab 10

PENGALAMAN SHALAT MARIFAT


(SEMADHI)

Karena pokok utama Semadhi (shalat Marifat) hanya untuk menentramkan


pikiran (astendriyo-jawa), kalau sudah tentram sementara, dimata seperti
tidur-tidur ayam atau pejam mata lalu ada rupa-rupa atau gambaran
sepintas lalu tidak terang dan selalu berubah warna, terkadang getaran, ada
bayangan-bayangan yang tidak jelas, berarti pikiran belum tentram betul,
lalu penglihatan rosojati (roh jasmani) masih belum sempurna.

Gambaran-gambaran tadi semua penglihatan gaib, yang keluar dari badan


sendiri, tidak dari mana-mana, dan leadaan itu terpaksa dianggap
mengetahui gaib, lalu diterima dengan baik dan dirahasiakan.

Semua itu salah terima, menjadikan tidak benar (kesasar), salah arah.
Gambaran-gambaran tadi hanya rekaman pikiran (tabet/warono-jawa) dari
kerjanya perasaan (astendriyo-jawa) yang tiga banyaknya;
1. Keinginan;
2. Angan-angan (krentek-jawa);
3. Pikiran.

Di Wiridan pengalaman dan gambaran-gambaran tadi disebut Kijab (tirai


pembatas) yang timbul dari kemauan nafsu. Jadi jangan dianggap gaib,
sebab itu tadi banyak orang-orang yang cenderung dengan pengalaman
tadi, lalu diubah-ubah (kutak-katik-jawa) cocok apa adanya, hasilnya
menerima apa adanya.

Keterima (diterimanya) shalat tadi lama, dan pengalaman tadipun lama, dan
akan mencapai kepada pengalaman-pengalaman yang sangat berbeda
dengan pengalaman-pengalaman yang diatas, pengalamannya rasanya
sendiri yang menakut-nakuti (jumpa katak membawa senjata, kelabang, ular
sebesar bantal dan lain-lain).

Jalannya pengalaman-pengalaman tadi begini : badan seluruh tubuh merasa


ada semut berjalan, wajah merah semacam digigit semut, dan tubuh kita
seperti ada ular berjalan, diperasaan seperti akan kita garuk (kukur-jawa),
dipunggung terasa geli, dan tubuh seolah-olah akan terbang, dikepala pusing
seperti mau pecah, ada suara seperti petir, kebanyakan orang takut
langsung dibatalkan niatnya, karena seperti benar-benar ada, lalu langsung
takut, lain waktu dicoba lagi. Ada pengalaman-pengalaman lagi yang sangat
menakutkan; umpamanya ada ular keluar dari ibu jari, langsung naik keatas
menaiki perut, langsung ketenggorokan (leher), naik lagi keatas seperti mau

menelan kepala kita, semua itu seperti benar-benar ada, karena jiwanya
lemah langsung batal dan bangun.
Semua yang menakut-nakuti para yang mengerjakan shalat Marifat, jika
sendirian lalu bangun, lari dan pingsan, jika kurang waspada bisa mati. Jika
bisa lulus bisa disebut bisa membuka tirainya (Warono-jawa), dan tidak tidur,
tidak terjaga, tidak lupa dan tidak ingat, itu baru disebut Marifatnya Hakikat
(belum Marifatnya Marifat / Attauhid). Biasanya melihat cahaya terang
tanpa batas, hanya sekejap mata seperti kilat, bahasa Wirid disebut Samudra
Luas (Alam laut). Jadi disitu pengalaman Hakikat meninggalkan dalam
keadaan tidak merasakan apa-apa; karena itu pengalaman sebenarnya
belum bisa apa-apa, terkabulnya harus menghilangkan perasaan, dan harus
merasakan aku sudah Attauhid (nunggal sawiji-jawa) tingkatan Marifat.

Selanjutnya seperti apa keadaan gambaran-gambaran Marifatnya Hakikat


itu; keadaannya beda yang menjalani beda pula alamnya, jadi jika
digambarkan sama dengan orang tidak pernah merokok ditanya rasanya,
tentu tidak bisa dijelaskan rasanya, Jadi yang mengetahui yang menjalani
(situkang merokok).

Pengalaman selanjutnya akan diterangkan keadaannya berdasarkan


pengalaman pada Dalil dan Hadist :

1. Di pedalangan ada kata-kata; mencari ilmu harus di wejang bagi Bharata


Sena dengan Dewa Ruci, setelah Bharata Sena menerima ilmunya Dewa
Ruci, Bharata Sena langsung senang sekali (Katrem jiwanya-jawa), di alam
perjumpaan dengan Dewa Ruci.

2. Dalil dan Hadist menceritakan perjumpaannya Nabi Musa as. dengan Nabi
Khaidir, Nabi Musa menerima wejangan-wejangan dari Nabi Khaidir, tetapi
sebelum tamat, Nabi Musa sangat ingin bertanya ingin menegetahui
semuanya rahasia itu. Sebelumnya Nabi Musa sudah dijanji tidak boleh
bertanya apa-apa selama diwejang, contoh itu nyata disebut 1 dan 2,
keterangannya selanjutnya berdasarkan Al-Quran Nul Qarim, Al-hadist,

buku-buku pedalangan suluk Dewa Ruci. Firman Allah Quran surat Al-Kahfi :
65 ;

Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba


Allah, yang telah Allah berikan kepadanya rahmat dari sisi Allah, dan yang
telah Allah ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Allah

Pengalaman-pengalaman yang akan jumpa di Dalil dan Hadist,


keterangannya di Nomor 1 seperti diatas. Pokoknya shalat Tauhid, shalat
Marifat (Semadhi) membangunkan jiwa yang hidup memakai alat Roh
Jasmani (rosojati-jawa), pekerjaan itu bisa dikerjakan sembarang orang tidak
melihat apa ilmunya (gebengannya-jawa), yang penting bisa menentramkan
pikirannya (astendriyo-sansekerta), berhentinya pikiran (astendriyo)
mengadakan suara dan pengalaman macam-macam yang sebagian besar
jalannya darah (tali rasa jawa), umpama jalannya darah bisa teratur,
astendriyo bisa berhenti (lerem-jawa), lalu bisa mengetahui apa-apa tanpa
mata. Sesudahnya mengalami macam-macam tanpa mata, berhentinya
pikiran, lalu terdorong oleh berdirinya (jumeneng-jawa) Roh (jiwa) yang hidup
memakai Roh jasmani (rosojati-jawa). Dan rosojati (Rohani) itu melihat
dengan terang, tidak bisa ditipu dengan kemauan Panca indra (nafsu). Jadi
rosojati (Rohani) yang bisa melihat terhadap alam gaib tanpa memakai alat
apa-apa. Karena yang mengerjakan masih segar bugar, seluruh pengalaman
masih bisa diingat dan ditafsir, dan shalat Marifatnya sudah selesai.

Menyimpan pengalaman-pengalaman membangun Roh hidup seperti disebut


diatas, lalu ada pengalaman lagi yang menarik pikiran menjadi tenang
dialam itu, yaitu penglihatan rosojati (Rohani) mengetahui jiwanya sendiri
dikata-kata ilmuwan (Wedaran wirid), mengetahui diri sendiri atau bayangan
putih (mayang goseto-jawa) seperti cerita Dewa Ruci selagi Brata Sena
menjumpai Dewa Ruci ditangah samudra (alam luas), dan warna saudara
sendiri (Roh Jasmani) ditafsirkan putih bersih, ada lagi ada tandanya aksara
Alif dikeningnya, warna-warna tadi jernih dan keruhnya seperti keadaan
diperut.

Karena warnanya seperti yang melaksanakan shalat Marifat (semadhi), di


pedalangan Dewa Ruci kecil, kerdil dan brata Sena tinggi besar seperti
raksasa. Dialam perjumpaan merasa diwejang (diberi petunjuk) macammacam. Jadi pasti ada seperti menyerupai dirinya, lalu tidak mau balik;
terpukau senang dan betah (kerasan/katrem-jawa), disitulah adiguna
(kekuatan) seperti kekebalan, dukun, pawang, hipnotis dan kekuatankekuatan gaib lainnya, tinggal memilih apa-apa yang dikehendaki, semua itu
sebenarnya bukan tujuan utama menimbah ilmu Allah yang disebut
Innalillahi wa innaillaihi rajiun (asal mula nira-jawa). Tetapi pengalamanpengalaman itu semua penghalang, sama dengan kalau kita menghitung
angka 10 (sepuluh) pasti melalui angka 4,5,6,7 dan sebagainya.
Jadi umpama terpikat dengan pengalaman-pengalaman tadi (tujuan utama)
atau membuktikan Attauhid dan hambatan-hambatan yang berbahaya bisa
menyebabkan balik arah. Dewa Ruci mengatakan; bila Brata Sena memang
benar menghendaki diam disitu, sebab alam itu jauh dari sakit, susah, dingin
dan panas, tentram nikmat seperti disurga. Kebaikan Dewa Ruci (guru yang
benar) melarang Brata Sena untuk tinggal disitu, karena Brata Sena masih
mempunyai keinginan, jadi Brata Sena belum sempurna (belum Innalillahi wa
innaillaihi rajiun), karena Brata Sena masih dibebani keduniaan.
Para Ahli Marifat (semadhi) tadi yang masih mempunyai keinginan tidak bisa
Attauhid (nyuwiji-jawa).

Pengalaman-pengalaman tadi hanya bunga-bunga yang menuju yang satu


(Allah), pasti harus kita lalui sebagai percobaan kuat atau tidak. Kalau kuat
menghalau godaan-godaan lahiriah, maka bisa lulus ke Innalillahi wa
innaillaihi rajiun (pulang keasalnya/Islam).
Diketerangan-keterangan ini ada 2;

1. mengetahui pada keterangan-keterangan tadi bisa menambah kekuatan


menuju Islamu (Islam sejati), dan menjadi terbukanya pikiran (astendriyojawa) semakin terang jalannya menuju menyatunya hamba Allah, dan
menambah kekuatan menuju kepada Dat Wajib Adanya.

2. Mengetahui tentang rahasia-rahasia diatas untuk menjaga jangan sampai


lupa menyembah kepada Allah, jangan balik arah menuruti kemauan nafsu.

Selanjutnya membicarakan tentang ayat suci diatas, Quran surat Al-Kahfi :


65 ;
Kata Hamba itu artinya umatnya Allah, seperti Malaikat, Syetan, Jin, Manusia,
Binatang dan sebagainya, seperti yang tidak nampak oleh mata disebut
Molekul-molekul (atom, oxygen dll) , walaupun roh itu ciptaannya Allah juga.
Astendriya (pikiran) itu umatnya manusia (alatnya manusia). ayat-ayat tadi
jika diteliti dengan pengalaman-pengalaman cahaya terang benderang
(bayangan putih bersih) yang luhur tadi bukan orang, tetapi Dewa Ruci
terhadap Brata Sena (cerita pedalangan) atau saudara sendiri yang luhur
dan cerdik, yang nampak didalam semadhi (tauhid), makhluk gaib-gaib
ciptaan Allah, jadi hidup seperti diri kita sendiri, kita jumpai seperti Malaikat
dan Rasajati (Rohani). Maka yang mengajarkan seperti Dewa Ruci di
Pedalangan, yaitu Nabi Khaidir dan Nabi Musa as. terhadap junjungan kita
Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril, jadi kata-kata Nabi itu supaya
mudah menerangkan tentang ilmu tadi. Di surat Suluk dan Wirid Brata Sena
dan Nabi Musa jumpa di samudra luas, kata samudra; terang bendarang
seperti samudra tanpa batas.

Di surat Wirid atau Suluk pasti ada cerita tentang Sunan Kali Jaga yang
bertapa ditepi samudra (Syeh Malaya), Syeh Malaya juga ditepi samudra, itu
hampir sama. Kata samudra adalah alam yang bebas yang tidak bisa dilihat
(tanpa batas).

Pengarang buku-buku Suluk dan Wirid, semua menceritakan pengalamanpengalaman tentang shalatnya sendiri (shalat Marifat), pasti semua
ditengah-tengah samudra, karena sudah ada yang mengaturnya (Allah SWT),
seperti disebut di kitab Al-Quran surat Al-Kahfi : 65; artinya shalat Tauhid
(Marifat) yang seperti apa saja pasti melalui alam terang benderang (alam
tanpa batas). Kutipan dari buku Suluk Syeh Malaya dan sama jumpanya
Sunan Kali Jaga sewaktu diwejang oleh bayangan putih; sang pandita cepat
jalannya, ditempat Bonang padepokan, ternyata cepat-cepat, sudah sampai
dipesisir samudra, jalannya Syeh Malaya (Sunan Kali Jaga) tujuannya naik
haji ke Mekah, jalannya salah arah, terkadang samudra sangat jauh, jauh

sekali tanpa batas, tercengang seketika, ditepi samudra, ternyata tadi yang
datang, yang menguasai Jagad raya (tidak tahu arahnya); itu jalannya yang
ditunjukkan (digambarkan dipedalangan) sewaktu Brata Sena menempuh
hutan belantara banyak perampok (diantara banyak perampok), Brata Sena
bukan ibarat Jasmani, tetapi ibarat batin (hati), tekad (semangat).

Setelah naik setingkat dengan cara Tauhid (Semadhi), langsung jumpa dan
terbuka apa yang menghalangai godaan sendiri, seperti hawa nafsu yang
berbekas di indra (pikiran), karena semua sudah terbuka dengan cara shalat
Marifat (semadhi) lalu melihat cahaya yang sangat terang yang tidak pernah
dilihat didunia ini, luas seperti samudra yang tidak ada batasnya (tetapi tidak
merasakan apa-apa).

Selanjutnya begini, Quran surat seperti yang diatas yang ingin mengetahui;
Syeh Malaya sedih, ingin tahu Hidayat (petunjuk, taufik, anugerah), tanpa
tempat tanpa nama, jiwa menjiwai, tersimpan, kapan jumpanya, kalau tidak
dapat anugerah baik, kecuali dapat ijin Yang Maha Kuasa, ternyata Sunan
Kali Jaga ditengah samudra jumpa, masih tenang saja, ucapan Nabi Kilir,
ayat Quran dan Hadist mengatakan nama tadi, datang tanpa tujuan, berkata
pelan-pelan, syair tadi tembang jawa, asalnya dari para sarjana yang sudah
mencapai Hakikat (Marifatnya Hakikat).

Selanjutnya Wiridan tadi; Syeh Malaya (Sunan Kali Jaga); ada apa
pekerjaanmu, datang kemari, apa tujuanmu, kemari ditempat sepi, tidak ada
yang indah, dan tidak ada yang dimakan, tidak ada pakaian, meliputi Jagad
raya pelan-pelan berbicara, batas disini ini, banyak bahayanya, kalau tidak
mengadu nyawa, pasti tidak sampai disini, disini sepi semuanya (sunyi
senyap), jadi dikatakan panca baya (lima bahaya), itu tujuan bagi
kasunyatan (kenyataan), bahwa sudah dapat dari guru, supaya dapat
membuktikan shalat tauhidnya (semadhi), tetapi jika tidak waspada dan
sentosa jasmaninya mengakibatkan kematian.

Selanjutnya dandang gula (arum manik-jawa); cepat datang kemari dengan


Syeh Malaya, menyatu dibadanku, Syeh Malaya semakin menghadap dan
tertawa, tidak menangis; katanya pelan-pelan, dengan bayangan paduk kecil

(Dewa Ruci dan Brata Sena), kami tinggi besar, tubuh kuat perkasa, dari
mana jalannya saya masuk, jari kelingking apa muat, Nabi Kilir berkata
pelan-pelan; besar mana dunia seisinya dengan gunung, samudra dan
dasarnya, tidak sempit untuk masuk, didalam gambaranku, Syeh Malaya
mendengar, lebih takut mengatakan, kepada yang menguasai Jagad Raya,
intisarinya perjumpaan bayangan dengan yang shalat Marifat (semadhi) dan
yang membuktikan itu si Hati, karena pengalaman tadi masih pengalaman
Hakikat, sebenarnya para ahli Yogi, Nabi, Wali, Mukmin, dan siapa saja masih
memakai bayangan-bayangan, pasti mempunyai perasaan, artinya belum
menyatu (nyuwiji-jawa/Attauhid-Arab).

Jadi arti keterangan diatas, artinya pada waktu itu, walaupun Wali masih
sangsi-sangsi, buktinya bertanya, bagi yang diwejang dan yang memberi
wejang itu dalam diri sendiri; ketika ada anak kambing (lontang-jawa)
terengah-engah mencari Roh yang mulia menyatu orang Hakikat
(diibaratkan/pasemon-jawa).

Jadi pengalaman yang gawat dan rumit itu pada hakikatnya karena mencari
Datnya Allah melalui bayangan putih (penghalang/simpang empat);

A. Pengalaman Nabi Musa as. jumpa dengan Nabi Khadir di samudra, Nabi
Khaidir menjadi pembicaraan sekitar tahun 1378 H, Al-Hadist Bukhari no.6
Bab. Pembicaraan para sahabat-sahabat sewaktu membicarakan
perjumpaannya Nabi Musa dengan Nabi Khaidir, Hadist membicarakan para
sahabat-sahabat tadi hanya mendengarkan pembicaraan Nabi Muhammad
SAW saja. Ternyata kejadian sewaktu Nabi Musa as. masih hidup, beberapa
ribu tahun sampai sekarang, kalau tahun Hijriah di tambah zaman Nabi Musa
as., maka menjadi pembicaraan Nabi Khaidir jumpa dengan Nabi Musa as.
yang dibicarakan dalam Hadist oleh Nabi Muhammad lebih kurang
dikatakan :

Ibnu Abas menceritakan tentang tafsiran Hurr Bin Qais, siapa kawan Nabi
Musa as. sewaktu jumpanya, Ubay cerita dengan Ibnu Abas dikatakan :
kawan Nabu Musa itu memang ada dan saya mendapat keterangan dari
Rasullullah. Pada suatu hari Nabi Musa as. berkumpul dengan orang-orang

Israel, lalu ada orang laki-laki bertanya kepada Nabi Musa as., Nabi Musa apa
mengetahui orang yang lebih pintar dari padaku, Nabi Musa menjawab ;
tidak, seketika Allah memberi wahyu terhadap Nabi Musa as., orang lebih
pintar yaitu hamba Khaidir, Dalil Al-Quran surat Al-Kahfi : 65 ; seperti diatas,
cerita itu cocok sama dengan perjalanan Sunan Kali Jaga sewaktu jumpa
disamudra (alam tanpa batas). Apa yang terpenting wejangan Nabi Khaidir
terhadap Nabi Musa as.?, wejangan-wejangan yang diterima Nabi Musa
terhadap Nabi Khaidir?, kalau dicocokan perjalanan Syah Malaya (sunan Kalli
Jaga) dan Nabi Kilir, dan Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril, tidak beda
sama orang yang kebetulan jumpa dengan saudara sendiri.

Diceritakan Dalil dan Hadist; bila Nabu Musa tidak kuat menerima wejanganwejangan Nabi Khaidir terbukti selalu bertanya walaupun tidak di ijinkan
bertanya sewaktu menerima wejangan, sewaktu jumpa tadi tidak seperti
biasanya, tidak bisa diterima akal pikiran, Nabi Musa selalu bertanya, itu
menjadi tanda bahwa Nabi Musa masih tingkat Hakikatullah (belum Marifat),
bisa disebut masih merasakan (pangrasa-jawa), karena perasaan sama
dengan hati, walaupun sebenarnya Hakikat itu tidak merasakan apa-apa,
tetapi merasakan itu yang menerima adalah hati.

Dalam cerita umumnya,; Nabi Khaidir sewaktu mendayuh perahu yang


dinaiki keduanya, Nabi Musa as. tercengang dan tanda tanya, yang
membingungkan perjalanan sewaktu Nabi khaidir membunuh anak kecil,
menurut hukum belum mempunyai dosa. Selanjutnya Nabi Musa bertanya
dan Nabi Musa tidak tahan menerima maksudnya, kejadian tadi itu tidak
berbeda dengan perjalanannya Brata Sena, Syeh Malaya di surat Suluk. Nabi
Khaidir membunuh anak kecil, jika diukur berdasarkan hukum agama, sipil,
militer, internasional, ternyata tidak ada seperti itu dan pasti dihukum, akan
tetapi karena hamba Allah Yang Maha Mengetahui itu memiliki Rasajati
(rohani), Yang Maha Mengetahui dan juga mengetahui segala kejadian yang
udah dan sebelumnya, itu tergantung yang menjalankan shalat tauhid
(semadhi) dan diwejang Nabi Musa as sendiri, jika anak kecil tadi tidak
dibunuh sekarang, nantinya akan menjadi penghalang kebaikan, itu salah
satu wejangan atau sumpah, artinya waspada bagi orang yang mempunyai
ilmu, jadi yang menerima pesan (wangsit-jawa) tadi Batin (Qalbu-Arab), jadi
batin yang akan mencari.

Siapa saja yang mempunyai kewaspadaan (Sidiq-Arab) mengetahui sebelum


terjadi, tanda-tanda menerima rasajatinya atau kalbunya, dan artinya oleh
karena rasajati sama dengan bayangan sendiri yang nampak, siapa saja bisa
meminta atau menyuruh bayangan tadi.

Pengalaman tadi yang bisa menghanyutkan tujuan semula (seperti alat


bantu / perewangan-jawa), jadi anak kecil tadi adalah perewangan atau
makhluk yang membantu kita, itulah sebabnya harus dibunuh (disingkirkan).

Di suruh membunuh anak kecil, sama dengan cerita Ramayana; Prabu Rama
membunuh Subali (raksasa), umpama jika Subali tidak dibunuh, di masa
depan menjadi perusak dunia. Sama dengan bayangan sendiri (bayangan
putih), jadi keterangan diatas kalau dikerjakan pasti mengherankan, karena
tidak umum bagi yang mempunyai keluarga (mempunyai anak).

Kebanyakan ahli Marifat sudah mengetahui sebelum terjadi, karena


mempunyai pikiran luhur dan suci, apa ayang mau dikerjakan disamakan
dengan keadaan, tetapi tidak mau mendahului kehendak Allah, semua yang
akan dikerjakan itu milik Allah, sama dengan ya Allah ya Aku.

Dengan keadilan Allah; Allah memberi anugerah tidak main-main, dibunia


tidak ada ukurannya. Semua bisa dimiliki, umpama orang sudah bisa
menyingkirkan penghalang (warono,kijab kawulo lan Allah-jawa); perjalanan
itu bagi Nabi Muhammad disebut Jibril, pada suatu hari Malaikat Jibril
menampakan diri pada Nabi Muhammad, serta berbicara; hai Muhammad,
pilih mana, keluhuran atau kekayaan?, karena Nabi Muhammad waspada
(waskita-jawa), pembicaraan Jibril langsung ditolak, tujuan Nabi Muhammad
tetap satu, yaitu Innalillahi wa innaillaihi rajiun (Islam yang sempurna); asal
dari Allah kembali (pulang) ke Allah.

Karena yang nyata tujuannya dan ilmu Attauhid (nyuwiji-jawa), jadi ilmu itu
amalannya menyatu dengan Dat Allah sampai kenyataan adanya Layu
Kayafu (tidak bisa dijangkau, menyaksikan, mengetahui dan melihat).

Didalam shalat Tauhid, bagian-bagian keterangan diatas hanya satu tingkat


saja yang dijalankan, apa bisa menyatu dengan keadaan Dat yang tidak bisa
dijangkau (layu kayafu) ataupun Tarikat dengan kekuatan gaib itu
tergantung yang mengerjakan.

Selanjutnya menerangkan rahasia ayat suci Al-Quran Al-Araf : 29 ;

Katakanlah: Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan. Dan (katakanlah):

Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah


dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah
menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali
kepadaNya).

Jangan sampai membicarakan yang tidak berdasarkan Dalil ataupun pikiran


yang jernih, mudah-mudahan nanti memiliki pengetahuan tentang rahasia
yang bertahun-tahun masih dirahasiakan :

1. Sembahlah Allah; sembah itu menuju hamba dan Allah melalui Marifat
dan yang bisa membuktikan hanya yang menjalani sendiri. Jadi umpama
dihitung menyembah berdasarkan tingkatan tadi hanya Attauhid (Marifat)
dan menyatunya hamba dan Allah, terang-terangan saja tidak bisa ditulis
atau dijelaskan, dan penyembah tingkat Sariat, Tarikat, Hakikat itu hanya
jalan menuju Marifat (Islam).

2. Dengan mengikhlaskan agama kepada Allah, kata Ikhlas itu menyatakan


bekerjanya Dat dan keadaan Dat. bekerjanya dat bisa berpikir, nafsu,
berusaha hanya menjalani, bisa dikatakan tidak ikut memiliki. Jelasnya
memberi kepada orang lain sekedar ikut geraknya Dat (Allah) Yang Maha
Pengasih, karena Allah itu sifatnya Maha Pengasih, maka manusia memiliki
watak asih. Sifat sayang itu cahayanya sifat Dat yang wajib. Dat yang wajib,

dia menampakan sifat Kasih melalui orang, dan orang bersedekah kepada
sesamanya. Jadi Ikhlasnya menyembah yang benar itu tidak mempunyai
tujuan iri hati, keinginan-keinginan yang melalui tujuan itu sudah hilang,
karena Ikhlas bagi agama apa saja bisa tercapai.

3. Sebenarnya Allah memulai kejadianmu; pertama bila diukur ukuran dunia,


ialah bayi yang dilahirkan. Intisari perkataan pertama terjadinya bayi lahir itu
tidak mengetahui apa-apa (tidak merasakan apa-apa) tetapi hidup.
Sebenarnya bayi lahir iti contoh Dat yang tidak bisa dijangkau atau keadaan
Kosong (suwung-jawa), yang bisa membuktikan orang hidup contohnya
seperti bayi yang baru lahir tidak mengetahui apa-apa. Seharusnya ada yang
tanya, kenapa tidak bisa begitu lagi, kalau ingin seperti itu lagi harus pakai
ilmu, oleh karena orang sudah ditutupi pembatas (nafsu, warono). Bayi lahir
tidak mempunyai nafsu.

4. Begitu kamu kembali kepadaku; itu ayat untuk mengatakan, artinya


contoh bayi lahir dalam keadaan Marifat. Sebenarnya itu contoh merasakan
lahir sama dengan rasanya orang Marifat, begitulah nanti kalau pulang ke
Allah (Innalillahi wa innaillaihi rajiun), rasanya seperti sewaktu dilahirkan
kedunia, yaitu yang disebut kekal (abadi), Baqa (nirwana-Budha), alamnya
Dat kembali keasalnya sebelum ada apa-apa.

Dan ada pertanyaan; jadi yang disembah tidak ada apa-apa, tidak nampak,
tidak bisa dilihat, salah jawaban bisa salah arah, kalau memberi keterangan
hanya berdasarkan pendapat orang tua-tua dahulu, sebenarnya akal dan
pikiran harus meneliti kata-kata (saya tidak mengetahui atau tidak bisa
membayangkan), karena sudah ada Dalilnya kalau kamu ingin menghadap
Allah harus seperti bayi lahir yang tidak tahu apa-apa, tetapi bayi itu tetap
hidup. Yang hidup nanti, jika sesudah dewasa yang menyabut-Nya, tetapi
kalau menyembah kosong (suwung) diatas sudah diterangkan. Dat yang
tidak nampak (Layu Kayafu) tidak bisa dijangkau oleh apapun walau tidak
nampak, tetapi bisa menciptakan Jagad raya (alam semesta) dan seisinya,
jika berkata Qun Fayakun; terjadi semuanya.

Keterangan yang bersangkutan dengan ilmunya Syeh Siti jenar, berani


menyatakan Allah itu Aku. Karena Dat yang tidak bisa dijangkau (layu
kayafu) sama dengan tidak tahu, bisa jadi para Wali di tanah Jawa benci
semua terhadap Syeh Siti Jenar, karena Ikhtikat mengaku Allah, Syeh Siti
Jenar; yang penting dianggap unggul. Syeh Siti Jenar mengaku Aku tidak
Tahu, karena memang Allah itu tidak bisa dilihat oleh alat apapun,
keterangannya begini; bisa jadi Syeh Siti Jenar sudah memahami atau yakin
benar terhadap rahasia Al-Quran surat Al-Araaf : 29; mengatakan dat Allah
tidak bisa diketahui atau tidak ada untuk ukuran dunia, itu memang benar,
artinya mata tidak bisa melihat, tetapi ukuran perasaan (Qalbu) harus
mencari.

Menurut surat tersebut diatas; umat-umat itu kalau mengetahui lahir didunia
itu tidak tahu apa-apa, yang bisa membuktikan hanya para Marifatullah,
kira-kira zaman dahulu Syeh Siti Jenar, walaupun menjadi Wali, ternyata
masih mempunyai sifat lupa, kata lupa itu tidak salah sangka, hanya waktu
tidak ingat. Syeh Siti Jenar mengatakan; Dat yang tidak nampak tetapi
kuasa (wenang-jawa). Sebahagian orang mengatakan Allah itu aku,
karena rambut sampai putih semua, badan sudah bungkuk, mencari Dat
pasti tidak jumpa, karena tidak bisa dijangkau (layu kayafu).

a. Shalat lima waktu puji zikir, pasta tyas karsanya pribadia, bener luput
tanpa dewa, sadar panggung tertamtu, badan alus munakarti, ngendi ana
yang sukma, kejaba mung ingsun, ngider daya cakrawala, luhur langit sapto
bumi durung manggih, wujud Dat kang mulya.

b. Syeh Siti bang menganggep Hyang Widi, wujud kang kasat mata, sarupa
kadia dewa, ing sipat wujud, lir wewujud baleger tan kala, warnanya tanpa
ceda, mulus alus lurus kang nyata tan wujud dora, lirnya kidam dihin
jumeneng tan keri, sangking pribadi nira.

Pengarang surat (buku) Syeh Siti Jenar tadi pasti orang yang masih tingkat
Hakikat, atau masih belajar, bukan ahli Marifat, karena berani mengatakan
benar salah tidak sendiri, itu orang yakin benar bila kekuasaan Dat itu

berada padaku, dan kalian semua, yang menyatakan dan membenarkan diri
sendiri, pengarangnya sudah bisa mengoreksi diri sendiri.

Kata badan halus munakarti, artinya kepercayaan berubah-ubah, itu


dikendalikan oleh badan halus bergerak sendiri (Qiyamuh Binafsihi). Orang
yang kurang paham, badan halus yang bisa menggerakkan dianggap
keinginan, pikiran, kemauan, jadi Allah dianggap kemauan pikiran atau
keinginan, dan dimana ada Allah kecuali ingsun (aku) pasti benar karena
Allah tidak nampak, tidak bisa dijangkau (tan kena kinaya ngapa-jawa). maka
pengarang itu menyatakan jiwa itu sama dengan aku (ingsun-jawa).

Keterangan sifat 20; orang itu yang memiliki Dat, jadi jiwa kalau disamakan
aku (ingsun-jawa), itu benar. Karena orang mempunyai bayangan Dat, sifat
20, jadi aku itu bukan Allah, tetapi hanya bayangan saja. Walaupun sama
tetapi tidak mempunyai sifat kuasa (wenang-jawa), tidak bisa menciptakan
apa-apa.

Keterangan tembang dendang Gula tadi; kesalahan terletak pada kata aku
sama dengan Allah, maka ada kata; sapta bumi belum jumpa bentuknya
Dat yang mulia, pengarang buku Syeh siti Jenar mengakui; wujudnya ingsun
(aku) tidak pernah jumpa (dilihat), tetapi batinnya mengakui ada, yaitu Dat
yang mulia.

Selanjutnya wujud yang tidak terlihat oleh mata kepala, itu benar, sama
dengan dia. Kalau salah tafsir lalu mengakui pengalaman Mayangga Seta
(bayangan putih) Allah. sebenarnya sama dengan dia itu Dat sifat, Widhatul
Wujud (menyatu dengan sifat-Nya) atau Kata-kata satu tidak dua, itu benar,
tujuan pengarang; widhatul wujud, mengartikan hamba dan Allah itu satu.
Pendek kata secara singkat Bak atau kolam yang berisi air, lalu ada
bayangan matahari didalam air (lihat Bab 3). Dan yang dikatakan wujud
(ada) tetapi tidak bisa dilihat, tetapi ada (wujud).

Jadi pengarang buku Syeh Siti Jenar itu tidak mau mengakui kata Siti Jenar,
lalu tidak sependapat. Jadi Syeh Siti Jenar benar, karena kita lahir tidak tahu

apa-apa (dalilnya Allah). rasa mneyatu (Attauhid) yaitu sewaktu kamu


Innalillahi wa Innaillaihi rajiun, sama dengan sewaktu kamu dilahirkan
kedunia tidak mengetahui apa-apa. Kalau mau membuktikan Islam lah
(Marifat). Kalau keterangan itu kurang jelas, jadi ilmu itu kalau sudah
merasakan tidak tahu, semua itu harus dibuktikan melalui keyakinan dan
shalat Khusyuk.

B. Cerita Nabi Musa as. jumpa dengan Dat Allah, nyata atau tidak ?. Nabi
Musa as itu tidak pernah menduakan Allah, walaupun Nabi-Nabi; Daud,
Yusuf, Ibrahim, Isa dan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya sama-sama
mencapai Islam, akan tetapi cara lahirnya; ajaran-ajaran yang disebarkan
(agama) yang berbeda-beda:

Al-Quran surat Al-Araaf : 29 dan 143;

Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang
telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya,
berkatalah Musa: Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar
aku dapat melihat kepada Engkau. Tuhan berfirman: Kamu sekali-kali tidak
sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di
tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku. Tatkala
Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu
hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali,
dia berkata: Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku
orang yang pertama-tama beriman.

Benar dan salahnya harus dipikirkan secara jernih, rahasianya ayat-ayat


Quran itu kalau kurang berpikir dan kurang pengalaman bisa menjadi salah
terima (mengartikan). Bagaimana kalau diteliti secara lahir dan batin (positif
dan negatif) Nabi Musa as. menurut ayat mengatakan secara jujur, mengakui
tidak pernah melihat Dat Allah.
Para Nabi, terutama Nabi Musa as. dikatakan umumnya dikatakan umumnya
(tidak tahu), dan mengakui tidak mengetahui benar tentang Allah. jadi Para
Nabi dan para Wali Allah zaman dahulu tidak pernah mengetahui Allah. kata

melihat ternyata diayat-ayat tadi, bukannya melihat dengan mata, tetapi


melihat secara Marifatullah. Dan kata gunung; kata ilmu disebut Jabal
(arab), dikitab Injil disebut Gunung Tursina. Umpama diteliti dengan pikiran
yang jernih pasti tidak masuk akal, karana rahasia ayat tadi diumpamakan;
gunung itu orang atau sebahagian badannya, seperti Gunung (hidung),
kenapa langsung mengatakan Hidung?, orang didunia memang melihat
gunung asli (benar-benar gunung), jawabnya pertanyaan itu terdapat pada
ayat diatas; kalau gunung itu tetap ditempatnya baru bisa melihatku.
Rahasia Hidung itu kalau bergerak-gerak pasti tidak diam, maka Allah
mengawasi tetap ditempat, jadi kalau orang zikir goyang-goyang kepala,
pekerjaan itu tidak boleh, harus tenang ditempatnya, harus Khusyuk,
Semadhi, Tauhid. Oleh karena itu lalu dinyatakan pada zaman dahulu sudah
ada shalat Tauhid, shalat Khusyuk (nyuwiji-jawa), jadi zikir (tasbih) itu harus
tenang, jangan goyang-goyang, tenang itu supaya bisa Khusyuk, dan cepat
mendapat petunjuk Allah.

Selanjutnya Nabi Musa as. bisa melihat Dat Allah, sulit dan membingungkan,
kata ayat; Cahaya Tuhan nampak, Gunung langsung pecah, Musa jatuh
kebumi dan pingsan, keterangannya begini;

1. Gunung Cahaya Dat, mengalami Hakikatnya Dat tidak ada apa-apa


(kosong), Layu Kayafu, keadaan tidak sadar;
2. Gunung pecah; hidung tidak nampak bayangannya, karena yang
mengalami sudah pingsan, maka kata pecah; tidak bisa melihat;
3. Nabi Musa pingsan; keadaan Marifat (menyatu dengan-Nya), lalu disebut
pingsan, tidak merasakan apa-apa;
4. Nabi Musa langsunng bertanya; dan taubat kepada Tuhan dan sangat
yakin bila Dat Allag\h memang tidak nampak dan tidak bisa diketahui (tidak
tahu).

Gaibnya alam semesta; Nabi Musa as. percaya betul atau yakin benar bahwa
yang disembah tidak nampak, tetapi bisa menciptakan semua yang ada
dialam raya dengan perkataan Qun Fayakun : terjadi semuanya.

Shalat Marifat (Shalat Khusyuk) bisa dialami siapa saja, pertama harus
mengalami pingsan dahulu (tidak sadar), dan selanjutnya umpama sudah
bisa mengalami marifat tetapi sampai Innalillahi wa Innaillaihi rajiun (pulang
keasalnya menghadap Allah) pasti mengalami, rasanya seperti mengalami
bayi lahir didunia (tidak tahu apa-apa).

Gaibnya bisa dialami sewaktu masih hidup (lihat Bab 1, 5 dan 6). Pada waktu
itu Nabi Musa as. tidak disertai Nabi Khadir, karena Nabi Khaidir pada waktu
itu Nabi Musa masih mengalami tingkat Hakikat (cahaya terang), Sedang
Nabi Musa as. meningkat ke tingkat Marifat, melewati tingkat Hakikat, telah
meningkat.

Shalat Marifat itu apa pakai doa (japa mantra-jawa)?.

Al-Quran surat As-Syuaara : 192 195 ;

192. Dan sesungguhnya Al Quran ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan


semesta alam,
193. dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril),
194. ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di
antara orang-orang yang memberi peringatan,
195. dengan bahasa Arab yang jelas.

Al-Quran surat Al-Fhaatir : 22

dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendakiNya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam
kubur dapat mendengar

Buku Azhari Khudi, karangan pujangga bangsa Persia, nama Dr. Muhammad
Iqbal (tahun 1876 1938), yang dilahirkan di Lahore (india), Tahun 1915
disalin kedalam bahasa inggris dengan Renold A Necholson. Isinya sudah
digenari para sarjana Islam didunia barat, sebab mempunyai bentuk syair,
yang isinya menuju tidak mengatakan diri sendiri dan dihimpun dengan
bahasa yang mudah dimengerti, dan pengarangnya bangsa Arab, dan isinya
mengarah ke Islami, walau bahasanya bukan bahasa Arab, itu menjadi
pedoman, lain bahasa tetapi artinya sama. Umpama bahasa Jerman, tetapi
hatinya (pikiran) kalau mengkhusyukan pikiran tetap sama.

Kenyataan bangsa Jerman ada yang menyatakan (membuktikan) Allah


melalui semadhi (Tauhid), untuk membuktikan adanya Allah (God-inggris).
Dan begitu bahasa Arab ditulis di kitab Quran Nul Qarim, itu hanya untuk
pusat ilmu yang dianut oleh seluruh bangsa didunia.

Ada semacam golongan Islam yang sembahyangnya (shalat), walaupun


tetap lima waktu dan tujuh belas rekaat, sehari semalam, tetapi
mengucapkan melalui bahasa Jawa, umpama begitu apa orang tadi bisa
diterima dengan Allah?.

Al-Quran surat Al-Hadid : 6;

Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke


dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.

Jadi menurut Dalil itu, bahwa Allah tidak pernah membeda-bedakan bahasa,
yang penting tujuannya, karena semua ciptaannya atau bahasa itu untuk
mengutarakan angan-angan (maksud). Sewaktu bahasa Arab belum ada, apa
Allah bersabda melalui bahasa Arab ?, pasti menurut bahasa orang yang
diberi wahyu, karena yang penting terhadap mereka bukan bahasanya tetapi
hatinya.

Jadi ternyata artinya ayat Al-Quran surat Asy-Syuaara : 192 195;

1. Hatimu hatiku, yang mengetahui adalah orang yang mempunyai


bahasanya masing-masing, umpama jawa; maka bahasa jawa, orang inggris
ya bahasa inggris. Umpama orang baru tidur, lalu mimpi, walaupun ahli
bahasa inggris, mimpinya pasti memakai bahasa sendiri, kalau orang jawa,
tetap bahasa jawa.

2. Hatimu dan hatiku, untuk berpikir apa saja pasti pakai bahasa sendiri,
kalau berpikir memakai bahasa orang lain pasti banyak salahnya. Oleh
karena Allah bersama kita, manusia pasti tahu batinnya, walaupun memakai
bahasa apa saja. Walaupun bayangan putih diterima oleh saudara sendiri
(mayangga seta-jawa) itu pasti memakai bahasa yang mengalami. Melihat
bayangan putih; karena wahyu itu yang memberi saudara sendiri (dulure
dewe-jawa). Karena Nabi Muhammad mendapat wahyu melalui Malaikat
Jibril, melalui bahasa Arab, dan Nabi Muhammad pun bangsa Arab. Begitu
halnya kata-kata Allah terhadap para Nabi-nabi zaman dahulu melalui
bahasa Nabi masing-masing. Yang begitu tadi walaupun ucapan melalui
bahasa Arab, tetapi jika makasudnya tidak dimengerti (dari Hatinya) pasti
tanpa guna. Sebaliknya memakai bahasa Cina tembus dihati (batin) orang
Cina, pasti tercapai tujuannya. Umpama pujangga Mhd. Iqbal yang tersebut
diatas memohon sampai tulus dihati, karena tidak pandai bahasa Arab, itu
hanya tertarik pada pusat Dalil-dalilnya Allah di Al-Quran, lebih dari itu tidak
ada. Menjawab sebabnya bahasa itu sebenarnya tidak bisa dinamakan
ucapan, umpama menyampaikan tidak memakai bahasa yang dimengerti
oleh orang yang menerima, umpama orang jawa yang mendapat bisikan
(wahyu) itu melalui bahasa jawa, itu yang benar. Dan ada pertanyaan lagi,
apa doa-doa mantra-mantra bisa tembus (sampai) terhadap mayat, apa bisa
mendoakan orang yang sudah mati?.

Adat masyarakat jawa mudah panatik disegala golongan, apa itu agama
ataupun budayanya dan lain-lain. Panatik terhadap agama dan tujuannya itu
terkadang bertindak tanpa pikir. Mengoreksi jalan atau ilmu pengetahuan,
jangan tergesa-gesa, diterima dahulu harus dikoreksi, dipikir, bisa jumpa
(selaras) dengan pikiran yang jernih, betul atau salah pikiran-pikiran bebas
untuk memikir segala-galanya, dan bisa menjadi semangat jiwa. Bisa

memilih yang benar dan yang salah, yang penting pikiran sehat (normal),
jadi tidak mudah terpengaruh.

Allah berkata berulang-ulang, supaya menusia mempergunakan pikiran /


akal yang sehat, jadi bukan urusan dunia saja, melainkan urusan ketuhanan,
dan diselaraskan dengan akal yang sehat. Intisarinya percaya kalau Allah itu
ada dan yakin bahwa akal dan pikiran menyaksikan. Menurut Mahatma
Ghandi; Allah sifatnya Maha luas, Agung, dan memberi peluang kebebasan
manusia berdasarkan Qodrat dan Irodat, jadi manusia berhak menjalankan
Hakikatullah. Yakin kepada kekuasaan Dat Yang Maha Agung dan Maha luas,
dibuktkikan bahwa Syeh Malaya (Sunan Kali Jaga) itu perampok, mencopet,
menghisap morpin, berzinah, tetapi akal pikiannya bebas, bisa memilih dan
bisa berpikir buruk dan baik, terakhir bisa menjadi Wali Wahid (No.1)
termasyur sampai sekarang.

Contoh-contoh itu siapa saja bisa memiliki sifat Allah, tidak membedabedakan dengan cara apapun, berdasarkan mengetahui dan mengamalkan
kitab suci. Ayat suci Quran surat Fathir : 22;

dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati.
Sesungguhnya Allah memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendakiNya dan kamu sekali-kali tiada sanggup menjadikan orang yang didalam
kubur dapat mendengar

Sudah menjadi kebisaaan masyarakat jawa, merawat mayat,


menyembahyangkan harus memakai Bilal (Muhdin-jawa), dan harus bahasa
Arab. Karena menyangkut adat, sudah kita tinggalkan saja, yang penting
mencari ayat-ayat diatas tadi. Kata mendengarkan itu berarti memakai
telinga dan mendengarkan atau kata-kata;

1. Kata memperdengarkan supaya didengar orang lain.


2. Kata Kubur, asal dari bahasa Arab Qaburun (Qubrun), bahasa jawa alam
barzah (Barzahum-Arab).

Jadi bukan tempat, tapi sebagai tanda (kuburan), maka disebut alam
peralihan (alam antara), alam antara roh yang keluar dari jasmani. Jadi Roh
manusia, hewan, dan lain umat, kalau meninggal gentayangan dialam
Barzah (alam kubur), dan disebut siksa kubur dan nikmat kubur.

Yang diinginkan dengan kata memperdengarkan itu ialah


menyembahyangkan (menyalatkan), memandikan mayat (telkim), baru
diangkat lalu dikafankan, dan maksudnya mengantarkan Rohnya, mudahmudahan diterima disisi Allah, setimpal dengan amalannya sewaktu hidup
didunia, dan mendoakan lebar jalannya, dan terang jalannya, biasanya
memakai Arab, dan ditahlilkan, menurut yang hidup semua, karena Allah
yang berkuasa dan ada.

Apa-apa doa-doa tadi bisa diterima oleh mayatnya?; Roh yang keluar
meninggalkan mayat, menuju kealam baka (Allah), yang sebelumnya tidak
pernah dilewati (dialami sewaktu hidup), sewaktu hidup didunia berkumpul
dengan anak istri, dan masih bisa mendengarkan azan dan musik, karena
masih memiliki Tri indra dan panca indra. Lalu sesudahnya hanya Rohnya
saja, telinga, mata, hidung, mulut tidak dibawa olehnya, artinya jasmaninya
mati dan busuk. Karena mati, alat tadi tidak berfungsi, jadi si Roh tidak bisa
mendengar, hanya merasakan bebannya Roh (lihat bab mati). Sangat
disayangkan ada suatu golongan yang menyatakan Roh itu harus disediakan
kesukaannya sewaktu didunia atau sewaktu masih hidup diletakkan dibawah
tempat tidur, ada macam-macam kesukaannya, dan pasang lampu disebut
sajian, semua itu tidak berguna sama sekali, tetapi semua itu sudah menjadi
kebisaan (adat). Desa bermacam-macam cara, dikota bermacam-macam
peraturan.

Jadi keterangan-keterangan tadi menjadi pengetahuan, karena akal pikiran


terbuka dan bebas, serta berdasarkan ayat-ayat suci Dalil-Nya Allah, tidak
bisa menerima kebisaaan itu. Hasilnya nanti merubah adat yang tua (kolot)
dan menyingkirkan semua dari kegelapan, supaya pembatas masyarakat
bisa terbuka dan tidak percaya tahayul (gugon tuhon-jawa). Umpama begitu
Wedaran Wirid tidak menyalahkan adat, tetapi apa tidak menghindari ayat
Quran Nul Qarim?, dan apa tidak menyalah gunakan ayat suci (dalil Quran).

pendapat itu tidak mau menggunakan akal pikiran yang sempurna, karena
kepanatikannya, karena sudah menjadi mendarah daging menurut kata-kata
tahayul. Bisa juga memang kurang memahami batinnya, pengalamannya
dan ilmunya. Sebenarnya ilmu Allah itu diterangkan tanpa batas.

BAB 11
QIYAMAT PUNIKA WONTEN PUNAPA MBOTEN

Kados pundi kedadosan lan buktinipun :

WEDARAN wiridan punika saestunipun bade nama gotang, yen mboten


ngrembag bab pejah. Sasampunipun pejah, ROCHipun dateng pundit
purugipun lan salajengipun bade kadospundi penandangipun? Saha
kadospundi RAOSipun pejah punika?.

Rehning gelaranipun bab punika sejatosipun gegayutan kaliyan bab Qiyamat,


mila ungeling ayat suci ing ngandap punika prelu pinanggalih :

Quran XXXIX, ayat 42 surat Az-Zumar ; ()

Allahi yatawaffa alanfusahina mautiha wa allati lam tumut fimanamiha


fayumsiku allati qadla alaiha almauta wa yursilu aluchra ila ajalin mussaman
inna fidzalika laayatin liquamin yatafakaruna.

Basa Jawanipun kirang langkung makaten : Allah mundut nyawane awak


nalikane awak iku MATI, lan mundut nyawane awak kang wis pinasti mati, lan
mangsulake nyawane awak kang turu iku, ing wektu kang wis tinamtokake.
Sanyata iki dadi tanda yektining Pangeran tumrap wong-wong kang gelem
mikir.

Quran III, 143 surat Ali-Imran ()

Sabenere sira wus nduweni pangarep-arep mati, sadurunge nemoni (,etuki).


Sejatine (sabener-benere) sira wus meruhi, sedeng sira kabeh pada
migatekake.

Hadist Buchori 42) : dawuhipun Kanjeng Nabi Muhammad saw, bab Qiyamat.

Tanda-tandane kiyamat iya iku yen mengkono ana Buruh Wadon nglairaken
Bendarane, lan yen mengko ana bocah Angon Unta wus bisa nglungguhi
kapraboning kedaton kang peni-peni.

Gesangipun wiji-wiji punika mestinipun jalaran katanem ing siti saha


pikantuk jat-jat kabetahanipun, nanging yen mboten kaserenan sifat gesang
tamtu mboten bade saged. Dados hakekating gesang punika mboten
namung tumempel ing wuwujudipun ingkang krembyah-krembyah kemawon,
senajan ing barang (ingkang mboten mobah mosik) ugi wonten. Dene sifat
gesang ingkang nglimpudi wau (sagedipun tumangkar lan ebah-ebah) nama
: sifat qiyamu binafsihi. Dados pratandaning gesang miturut ukuran lair
punika, umum mastani, sing bisa obah-obah iku urip, punika sejatosipun
namung saking kirang pratitispun kemawon.

Punapa wonten titah ingkang gesang ing laladan benter sanget utawi asrep
sanget? Wonten kados pratelan ing ngandap punika, ugi kacuplikan saking
Minggon Djaja-Baja.

Titak-titah baksil nama : Titanus Cofoxtof punika menawi kenging latu


ingkang benteripun namung 600 drajat Celcius kemawon meksa taksih
gesang. Awit saking kodrating Pangeran baksil kalih warni wau manawi
ketaman latu, malih warni kadosdene nggadahi tameng (sisik totok) atos
sanget, ingkang saged nahan bentering latu ingkang ngedab-edabi. Dene

menawi benteripun sampun ical, baksil-baksil wau gesang limrah malih,


kados waunipun.

Ing angkasa ingkang laladanipun inggilipun watawis 8 a 9 km saking bumi,


kawastanan stratosfeer, lan hawanipun asrepipun kirang langkung 78 drajat
Celcius sangandapipun nul, mituturut keteranganipun penerbang Angkatan
Udara Inggris ingkang ing taun kirang langkung 1938-nan ngambah laladan
ngriku sarana numpak motor maburipun, wonten titahing Pangeran ingkang
gesang apanta-panta. Upami titiyang lawaran kemawon kenging
prabawaning adem samanten ukaranipun wau, sanalika badan saged ugi
dados selo. Titah-titah ingkang gesang apanta-panta wau bangsaning semut
ingkang gadah suwiwi, tanpa pencokan, tanpa benter, tanpa neda punapanapa jer sifating gesang katanda saking anggenipun krembyahkrembyah. Gusti Allah Maha Wikan saha Maha Wisesa.

Dados sifat gesang lan langgengipun punika pranyata anglimpudi sedaya


kawontenan (tan pisah saking sipat). Minangka ulah tataraning akal
(tarekatipun akal), sedaya punika kedah dipun Parsudi kanti lelandesan
pangretos ingkang saged nggayuh.

***

SAPUNIKA kados pundi hakekating gesang wonten ing laladan kubur alam
ghaib lan alam ingkang mboten kenging kaukur mawi paningal (pancadriya).

Sedaya alam punika gadah sipat lan kawontenan piyambak-piyambak saha


gumantung dateng sinten @ ingkang manggen ing ngriku. Tegesipun
makaten :
1. Alam kasad mripat, ingkang sami manggen ugi kasad mripat.
2. Alam ghaib dipun enggeni dening bangsa ghaib.
3. Alam ingkang mboten kasad mripat, dipun anggeni dening ingkang ugi
mboten kasad mripat.

Tumrap jisim-jisim ingkang sami manggen wau ukuranipun (inggilipun,


jembaripun lsp), sedaya punika saged kataliti mawi pirantos (srana) ingkang
medal saking manungsa piyambak (pirantos ghaib). Sarehning Dating
Pangeran punika nglimpudi samudayanipun, pramila alam-alam wau ugi
kalimpudan dening sipating Pangeran, nanging inggih gumantung dateng
sipat, gesangipun ingkang ngawaki :

Alam donya : sipat 20 dipun borong dening manungsa.

Alam donya ing laladan seganten : titah-titahipun Gusti namung mborong


salah satunggal saking sipat 20 wau.

Alam ghaib : titah-titahipun ugi kaserenan salah satunggaling sipating Gusti,


ingkang sebagiyan ageng Sipat Gesangipun.

Saderengipun miwiti wedaran bab pejah lsp, suwawi rumiyin menggalih


tulada-tulada tanda yekti WISESANIPUN Pangeran. Ing Quran surat Asyura
ayat 54 kasebut makaten :

Kawruhana deweke pada ragu-ragu anggone arep sapatemon karo Ingsun


(Allah), kawruhana yen Allah iku nglimpudi apa wae, (mriksanana bab sipat
20 ing ngajeng).

Ing Hudyana Djaja Baja nate kapacak minangka tulada, kadadosankadadosan makaten :

Ing Universitas Ohio (AS) bagian Fisaca, wonten satunggaling sarjana


ingkang pinuju nitipriksa kawontenaning pasisir seganten. Pasisir wau
kacariyos katah benteng-karangipun ingkang miturut panitipriksa adadasar
spectraal analyse umuripun sampun kirang langkung 1,5 juta taunan.

Panaliti wau mboten ngemungaken ndumuki utawi ngukur kemawon, ugi


mawi nduduki lan mecah-mecah kawontenanipun karang-karang wau.

CONTO malih ingkang gampil, inggih punika winih pantun. Miturut


panalitinipun ahli Kabun Raya ing Washington, (AS) winih pantun punika
mboten bade saged pejah, senajan kasimpen ing salebeting tembok ngantos
300 taun dangunipun, angger mboten gegrek kulitipun.

Ing Quran XXXIX, 42 surat Az-Zumar wonten tetembunganipun : Mangsulake


nyawane awak kang turu iku ing waktu kang wus tinamtokake. Wedaran ing
ayat punika gegayutan kaliyan bab pejah.

Turu punika pakaryaning badan jalaran saking arip lan kesel, lan
ubarampening pancadriya lajeng dados lerem. Wondene Tanda utawi
sasmitanipun punika kinodrat dening raos NGANTUK lan mboten
ngemungaken manungsa kemawon, dalah kewan-kewan ugi makaten
sipatipun. Dene mangsulake utawi angulihake punika, terangipun sanes
pakaryaning badan piyambak, nanging kodrating Pangeran, kasamaranipun :
makarti pribadi (otomatis). Tanda ingkang damel gawok, kroas arip mboten
mawi ngenyang lan semadosan, (mriksanana sipat 20 : qiyqmuhu binafsihi).
Samanten ugi TANGI-nipun, ing jagad pundi kemawon mboten prelu dadak
semadosan rumiyin.

Bilih kagalih saestu, tangi-turu punika sandangan urip. Sabab : turu


tinurokake, tangine ditangekake, manungsa mboten saged ngereh punapapunapa saking kodrating badan jalaran Pangeran. Sinten ingkang ilemaken
(ndamel tilemipun) bayi, lan sinten ingkang ngliliraken bayi ?. Ibunipun
punapa rencang ? Wangsulanipun : ora weruh.

Ing ayat suci nginggil wonten tembungipun kang wus namtokake punika,
makartinipun mboten sarana kajarag. Terangipun : sipat jumeneng kalawan
pribadi punika ugi amisesa badan sakojur, tilemipun, tanginipun, krembyahkrembayahipun lsp.

Sarehning tilem punika pakaryan gumatok, dangu lan mbotenipun ugi,


gumantung dateng ingkang ngawaki tilem. Miturut paniti priksa, sedaya
pirantos wadag, badan alusing wadag (indriya-indriya) punika sami lerem
saking sakedik, semanten ugi talirasanipun. Jalaran saking angleripun,
sedaya suwara-suwara tetabuhan, kedadosan-kedadosan lsp, tetep mboten
ngrubeda dateng ingkang turu.

Rehning mripat, kuping, irung, ilat, kulit, sedaya sami lerem (kendel), mila
kahanan turu punika mbebayani. Bebayanipun dununung ing anggenipun
mboten ngretos lan mboten saged nanggulangi punapa-punapa, bilih
kataman reribet. Nanging sarehning tilem punika jejer gesang, mila mboten
prelu kuwatos punapa-punapa, jer sedaya wau wonten ing astaning Pangeran
piyambak.

a. Pejah Punika Punapa Sami Kaliyan Tilem ?

SENAJAN tilem kepati nanging taksih wonten sawenehing pengraos (rasa)


ingkang tansah makarti, inggih punika RASA ELING utawi RASA JATI, ingkang
keserenan sipatipun Pangeran angka 9 lan 12 : ilmu lan bashar (Jawi =
kawruh lan uninga).

Mila senajan tiyangipun TURU, pun rasajati tetep makarti saha weruh
punapa-punapa ingkang sok kasebat ngimpi. Nanging rasa jati punika
mboten bade saged makarti piyambak tanpa sipat jumeneng kelawan
piyambak (qiyamuhu binafsihi). Dados sedaya titah gesang punika mesti
asipat jumeneng kelawan pribadi, jer inggih punika tanda yekti, bilih :
gesang.

Pejah, rochipun kineker terus, mboten wangsul, dene tilem, rochipun kineker
sawatawis lajeng wangsul malih; pramila kenging kasebat : TURU iku
turutane PATI. Yen kalaras : TILEM lan PRJAH punika wonten ing kahanan
sami, (mriksanana, Quran Az-Zumar 42). Ing ayat ngandap piyambak

kasebat : tumrap wong kang gelem mikir. Wosipun : ngajangi omber dateng
manungsa. Wredining ayat Quran XXXIX, 42 punika mboten kangge tiyang
ingkang lumuhan pambudi, nanging kangge titiyang ingkang purun
nandukaken akalipun (fikir), tegesipun : unbgel-ungelan MATI lan TURU
punika namung benten kahananipun (alamipun).

Sejatosipun Kitab-kitab Suci punika kangge tiyang gesang ing Donya, sanes
kangge tiyang pejah. Pramila sedaya maksuipun ungelan-ungelan mesti
saged kabuktekaken nalika gesang ing Donya, kadosta : tembung-tembung
ACHERAT, KUBUR, SUWARGA, NARAKA, LUHMAHZFUDS, GHAIB lan
sapanunggalipun malih. Punika sagedipun kalampahan manawi gadah
kawruh (berilmu).

Mrid suraosipun ayat 143 Ali-Imran lan Az-Zumar 42 punika terang lan
gamblang sanget, bilih kahanan mati lan turu punika sajatosipun sami lan
saben dinten dipun lampahi, dipun ecaki KAHANANIPUN. Pratelanipun
makaten :

I. MATI : punika dipun alami dening wuwujudan-wuwujudan ingkang mawi


ROH, suwaunipun mencok (manggen) lajeng nilar sakeplasan, sebab saking
punapa-punapa. Sarehning roh punika gesang langgeng, pramila ingkang
kasebat mati punika BARANGIPUN (ingkang suwau kadunungan si eroh wau).
Tembungipun sanes ingkang mati, pejah = mati punika satunggiling
KAHANAN (kedadosan) naliko roh nilar wadahipun. Dados sami kaliyan
tembung panengeran utawi pengaran-aran tumrap kadadosan nalika
kaoncatan nyawa, umpaminipun tumrap tiyang, kewan, tetuwuhan, plasma,
sel-sel lan sapanunggalipun.

Dados mati punika inggih sejatosipun kahanan MATI, nanging ingkang


ndunungi (roh), tetep kawontenanipun, panggah gesang. Mila ing
salajengipun bade ngalami lelampahan-lelampahan malih, lelampahaning
roh sabibaripun oncat saking wadagipun.

Dene lelampahan-lelampahan wau anggenipun ngecaki (ngalami) inggih


ing alamipun roh, inggih punika ingkang kasebat alam-alihan (kubur,
kuburan, bardzahum). Eca lan mbotenipun, kawedar ing wingking.

II. TURU : punika pakaryan saben dinten, ingkang katindakaken ing alamipun
roh, inggih punika ingkang kasebat alam-alihan (kubur). Sarehning tilem
punika ora mati awit roh bade kawangsulaken malih ing wekdal kang
tinamtokake ing Allah, pramila tetep taksih gesang, tegesipun : ingkang
ewah namung KAHANANIPUN.

Ing kawontenan melek ngraosaken, mbididaya lsp., dene kahanan turu


mboten saged (sami kaliyan mati), jalaran pirantos-pirantos wadag
(pancadriya, astendriya, ingdriya) sebagian mboten makarti. Keteranganketerangan angka I lan II, punika saged kalaras, pundi ingkang benten lan
pundi ingkang sami kawontenanipun.

Menawi kasamekaken kaliyan semadhi makaten : semadhi punika nyengaja


ngleremaken pakartining astendriya, dene tilem punika lereming astendriya
lan pejah punika kendeling astendriya.

Bebayanipun semadhi, yen mboten saged tangi malih, semanten ugi


bebayanipun tilem. Dados manawi makaten kahanan mati punika ORA
TANGI, nanging rohipun lestari makarti.

Lereming astendriya salebeting tilem punika, pakaryan kajengipun


piyambak, mila lajeng sok wonten kedadosan nglindur, katindihan lsp, punika
jalaranipun : rasajati taksih sesambetan kaliyan astendriya. Inggih jalaran
saking punika wau sedaya, mila MATI, TURU lan SEMEDHI punika, senajan
pirantos-pirantos sami lerem, nanging wonten ingkang taksih makarti, inggih
punika RASAJATI (rasa eling). Dados terangipun : makartinipun rasajati
punika mawi astendriya sampun mboten makarti, inggih punika ing kahanankahanan mati, turu lan semadhi.

MATI punika kelampahipun NGLIWATI RASA ELING, nanging TILEM


nglangkungi RASA SUPE, (lali). Sebabipun : mati punika dadakan ngeget,
dene yen tilem saking sakedik les. Ing kahanan mati pun rasajati
nyentlek ngeget nyambutgawe dewe, mboten wonten ingkang ngalangalangi, awit astendriya lsp, risak. Kosok wangsulipun kaliyan tilem, rasajati
sok-sok taksik sesambetan kaliyan astendriya, menawi mboten kenging
kasebat ngimpi. Dados mati punika ngimpi / terus-terusan.

Inggih makaten punika bentenipun mati lan turu. Kenging kalimbang-limbang


sarana panggladi manah, jer punika sedaya wewerdinipun daliling Allah.

b. Pengalaman Ing Salebeting Supena.

SASAMPUNIPUN pengalaman-pengalaman bab impen kagelar,


pengalamaning eroh-eroh saha wewadosipun ing laladan kubur saged
kabatang.

Quran lan Kitab-kitab Suci punika sami kasediyakaken kangge tiyang gesang
wonten ing donya, mila bukti lan nyatanipun ugi pinanggih wonten ing
donya, ingkang saged dipun buktekaken nalika URIP.

5.1.1 : Tilem punika : lereming pancadriya astendriya nglangkungi alam


mboten rumaos punapa-punapa. Wahananipun sering-sering terus mboten
rumaos, nanging sering-sering ugi rumaos. Bakunipun : mesti ngliwati ORA
RUMASA. Yen punika tindakipun ahli semadhi, sami kaliyan ngancik ing alam
hakekating makripat.

Yen tilem wau mboten rumaosipun terus (bleg-seg lir-suk) wahananipun


lajeng mboten nyupena babarpisan, awit terus dumunung ing alaming
embuh, ora rumasa apa-apa, ora weruh, lair sepisan ora enget, Tan Kena
Kinaya Ngapa.

Inggih laladan mboten rumaos punika sayektosipun ngancik alaming


panyuwijen (manunggal). Sarehning tilem. Mila kraosipun inggih yen
sampun nglilir / tangi, kados-kados kalampahipun RIKAT SANGET . 3 utawi 9
jam kraosipun kados namung 3 sekon, ORA RUMASA APA-APA.

Dene ingkang mawi supena, sasampunipun ngalami (nglangkungi) mboten


rumaos, lajeng ngalami pepetan-pepetan utawi gegambaran-gegambaran,
ingkang sebageyan ageng kalampahan saderengipun utawi sasampunipun.
Upaminipun : kala wau siyang nembe ngraosi pandung, sareng tilem
nyupena kepandungan lsp.

Dados terang sanget, bilih pakartinipun rasajati utawi rasa eling punika keren
sanget. Kateranganipun makaten : rasajati punika saged NABETI rasapangrasa, makartinipun nyimpen sedaya pengalaman-pengalaman ingkang
terang (lair katawis) lan mboten terang (batin angen-angen), kasebat :
tabeting tri indriya (pengin, nafsu, krenteg), pirantos ingkang njalari raos
bingah, salah, getun, miris, ajrih gila lsp.

Nalika melek tiyang punika kagerba dening rasaning wadag lumantar


Pancadriya : pedes, asin, lara, kesel, linu panas lsp. Raos-raos wau manawi
kaalang-alangan ing tilem, sami ical, margi Pancadriya (astendriya) lerem.
Sapunika raos ingkang pundi ingkang taksih wonten ?.

Gesang bebrayan punika mboten uwal saking pangraos warni-warni (nafsufarjie, nafsu ilat, pengin enak lsp). Dene ingkang wigatos pikiripun, inggih
punika TRI INDRIYA WAU. Punika saestunipun sampun dados sandanganing
gesang. Sedaya ingkang nabeti wau, bilih astendriya lerem (tilem) lajeng
ngatawis (nyupena).

Pengraos ing dalem nyupena kados nyata estu, marem, bingah, gembira lsp,
kados kraos kadidine melek, nanging yektosipun mboten keraos punapapunapa, jalaran pancadriya / astendriya / talirasa sami lerem, mboten
makarti. Semanten ugi kawontenanipun tiyang ingkang dipun suntik
morphine (patirasa). Wondene dangu lan sekedapipun gumantung dateng

danguning tilem. Utawi gumantung wonten kahananing dangu / ceraking


lereming pirantos.

5.1.2 : Ing dalem pangimpen sering ketaman : sjrih, sisah, miris agetir-getir
lan sapanunggalipun ; punika sedaya sanget nabeti pangraos senajan ta
sampun nglilir (melek lenggah). Gambaran ingkang mahanani raos ajrih
upaminipun makaten : Nyupena kagodag ing sima galak, rumaosipun
mlajeng banter sanget , bade bengok-bengok neda tulung mboten wonten
tiyang, utawi wontena inggih namung nyawang kemawon utawi malah
tumut mlajeng pisan. Tulada-tulada sanes ingkang mirib taksih katah.

Mestinipun meh sedaya sami nate supena kados makaten wau, lan raos-raos
punika sedaya estunipun ingkang supena piyambak ingkang ngraosaken,
tiyang sanes (senajan anak, bojo, embah, bapak lsp) mboten bade saget
tumut ngraosaken, awit sampun benten kurunganipun.

Icalipun raos-raos makaten wau sedaya wau yen ingkang nyupena sampun
nglilir, namung kantun kemutan sakedik-sakedik, sebab mila pancen nabeti.
Wungu jalaran supena awon / sae punika, sababipun wonten kalih warni :
1. Wus wancine nglilir kang tinamtokake,
2. Nalika supena rasajati saged sesambetan kaliyan astendriya, kados-kados
nggugah supados tangi.

Yen kaleres ngalami supena wau, mangka rasajati, roh lsp, mboten saged
sesambetan kaliyan pancadriya (wadag), kadospundi kedadosanipun.
Wangsulanipun : tetep ngalami lelampahan pasupenan-pasupenan ingkang
ngajrih-ajrihi wau, ingkang kasandang dening si rasajati piyambak-piyambak
ajegan, awit mboten nglilir malih. Dados tiyang mboten bade saged
ngicalaken raos giris punika wau.

Sapunika, kadospundi raos ing alam kubur ?. Ingkang rasajati tetela


panggah, ajegan makarti kados ing pasepenan wau. Keteranganipun bab

raosing pasupenan : sanajan ORA KRASA APA-APA NALIKA TURU, nanging


tiyang mboten luwar saking pangraos-pangraos bingah, sisah, ayem,
temtrem, nalangsa, adrih, ketir-ketir, maras, miris, gila, getun lsp, raosing
indriya karana tabet.

Menawi kersa menggalih saestu dateng conto-conto ing ngajeng-ngajeng


suwau, pranyata lajeng bade saged menggalih piyambak dateng raos
ingkang dereng nate dipun alami, inggih punika ing kubur : saha saged
mijang-mijang ugi dateng pejahipun tanggi, wonten sesambetanipun punapa
mboten, kaliyan anak semahipun ingkang sami dipun tilar.

Punala ing alam kubur mbenjing saged kempal malih kaliyan semah ingkang
ugi nututi pejah? Punapa ing alam kubur saged sarasehan bab ngelmu?
Punapa saged nyuwun tulung dateng kanca? Punika sedaya bade kagelar ing
ngandap, adadasar Dalil, Ijmak lan Qiyas. Menawi wonten ingkang kirang
anocogi, punika saged pinanggih nalar, awit punika namung kawruh, nyata
lan mbotenipun kedah kadumuk piyambak.

c. Pengalaman Bab Mati (Ing Alam Kubur).

SAREHNING Dat punika nglimpudi lan kanggenan sipat-sipat gesang lang


langgeng, pramila ing pundi kemawon papan lan dunungipun, kawontenan,
mesti kalimpudan, senajan ta wonten ing alam kubur pisan. Dados ukuran
langgeng punika, ingkang tiyang donya nyebat, jalaran seged ugi namung
lelandesan urip, tumrap ukuranipun Pangeran pranyata TETEP wontenipun,
senajan ta mboten saged dipun icipi dening tiyang ingkang taksih gesang.

Rupi jene utawi abrit ingkang wonten ing sekar punika, bade ical samangsa
sekaripun sampun bosok (alum, aking). Dateng pundi rupi-rupi wau?
Sejatosipun sekar-sekar punika namung nampeni rupi minangka wadahipun
rupi ingkang asli, ingkang sipatipun mboetn saged dipun ngretosi.

Ing langit katah mega, lintang-lintang lan kawontenan-kawontenan ingkang


ing lumahing bumi mboten wonten. Ingkang nggumunaken punika
kedadosanipun KLUWUNG ingkang rupinipun abrit, kapuranta, biru, petak lsp,
rurupen ingkang nengsemaken. Sasampunipun ical lajeng dateng pundi
purugipun warni-warni wau? (kita ugi saged ndamel kluwung). Lan saking
pundi rerupen-rerupen wau asalipun ing sakawit?

Wangsulanipun saged damel kodeng. Miturut akal pikiran punika sadaya asal
saking sunar soroting lintang-lintang lsp, utawi saged ugi either (gelombang
ingkang ngebaki jagad). Pitakenan saking pundi asalipun rupi ingkang dipun
darbeni lintang, yen ta asal saking lintang? Pepuntoning nalar : jibeg.

Sedaya punika namung tulada sawatawis lan tetela sanget bilih jagad punika
namung sadermi nampi hakekating Dat. Ugi ing hakekating gesang
manungsa namung sadermi nampi, kadosdene sekar sadremi nampi rupi
abrit lsp, samanten ugi ing kubur, ing lagit, ing pundi kemawon gesang (sipat
gesang) punika tetep wonten.

Sapunika mangsuli bab pengalaman pejah ing alam kuburipun piyambakpiyambak, makaten suraosing dalil : Quran 102 surat Al-Hadji;

Deweke pada ora krungu unine sedeng deweke tetep ngrasakake apa-apa
kang ditresnani dening nafsunu

Quran 10-11 surat Al-Maarij ;

Ing nalika iku ora ana takon-tinakon (tulung-tinulung, weh-wineh) marang


sapa wae. Deweke pada pandeng-pinandeng ; kang rumasa dosa pada
ngarep-arep, supaya ing dina iku bisa nebus awake sarta anak-anake

sapinten melokipun ayat-ayat Suci punika. Ing ngajeng sampun katur


kadospundi, lelampahan ing pasupenan punika saged katebus, manawi
ingkang nyupena sampun wungu (tangi).

Sapunika kados pundi pengalaman ing pejah ? Babaran punika namung


kirang langkung ngeplegi wedining ayat-ayat suci piyambak, dados dapur
analisa (pemanggih), awit sami-sami dereng nate ngicipi pati.

Sareng gumletak arupi bangke, roh ingkang oncad tetep gesang, awit taksih
kaserenan sipat gesang (angka 10 saking sipat 20), kanti taksih kakantilan
rasa eling (rasajati). Sarehning sipat gesang saha sipat-sipat sanesipun
taksih njumenengi, pramila lelampahanipun roch ugi manut ingkang
njenengi.

Sipat pundi ingkang mboten tumut-tumut lelana ing alam kubur ?

Ingkang tumut lelana inggih punika :


Sipat angka 5 : Qiyamuhu bi nafsihi.
Sipat angka 10 : Hayyat.
Sipat angka 12 : Bashar.

Kakintil dening : Rasa jatinipun piyambak-piyambak. Dene sipat-sipat


sanesipun, senajan kantil, nanging mboten makarti.

Tilem punika nglangkung LALI, nanging yen pejah nglangkungi ELING (byar
kadya nonton gambar hidup), jalaran sipat uninganipun makarti, inggih
punika ingkang temempel ing rasajatinipun.

Bentenipun kaliyan melek, rasajati punika mboten makarti-makarti lan


mboten uwal saking lingkunganing astendriya. Sasampunipun pejah, uwal
saking lingkunganing antendriya (pancadriya, warana, kijab), mila lajeng
makarti tanpa aling-aling malih, longgar tanpa wangenan.

Lelampahanipun (kahananipun) ROH ingkang nilar raga punika sami kaliyan


lelampahan ing alam tilem lan semedhi (yogha). Raganipun risak, dados
pancadriyanipun (astendriyanipun sebagian) tumut rusak ugi, pramila pun
roh lajeng mboten saged wangsul sesambetan malih kaliyan wadagipun.

Yen supena, senajan giris lsp, saged tambar amargi melek, dene yen pejah
pengalamanipun, panandangipun roh tetep ajeg makarti ngraosaken
pengalaman-pengalaman ing kubur lan mboten bade saged nglilir utik-utik
raganipun, Cetanipun makaten :

Oncading roh, nunten ngraosaken tabeting tri indriya nalika makarti ing
donya (rikala gesang). Yen nalika gesang ngangsa-angsa ngumbar hardaning
nafsu lsp. (mrisanana bab mati Quran 102 Al-Haji), pengalamanipun roh ugi
tetep bade ngraosaken tabeting nafsunipun. Wondene bab rumaos, upami
wonten gamelan ngrangin, tetep mboten saged mireng (ora duwe kuping),
dipun sembeleha, tetep mboten saged ngraosaken awit rasa panggepok
mboten gadah, rumaos ketabrak motor, tetep namung ajrih saha ketir-ketir
ingkang ajegan. Kadospundi penandanging roh salajengipun.

1. Upami nalika ing donya : tindak dursila, nyenyolong, memejahi


bangsanipun, punika roh nunten bade nandang getun? Ing donya ketaman
raos getun-getun sampun timbul, ing kubur raos getun-getun tetep makarti,
mboten saged kabucal ngangge punapa kemawon. Wallahu alam namung
kersaning Pangeran ingkang saged ngluwari penandang-penandang wau.

2. Saking hardaning pepinginan saha napsu nalika ing Donya, sareng pun roh
ngoncadi, lajeng ugi bade sumerep ceta punapa ingkang dados
pepinginanipun nalika gesang, jalaran nalika roh ngancik alam kuburipun,

nunten tabet pakartining indriya ingkang sigih napsu lan pengin wau
makarti.

Dangunipun OENANDANG MBOTEN SEKECA WAU namung Ingkang Kuwaos


ingkang priksa. Keterangan ing nginggil wau inggih raosing siksa kubur,
ingkang adakan kesebat neraka. Dados raos-raos wau, asal saking
penandang jalaran saking pakartinipun peyambak. Kados pundi anggenipun
bade ngendani panandang-panandang punika. Wangsulanipun : tetep
mboten saged, awit WIS ORA DUWE AKAL / PIKIR.

Sedaya wau kadosdene penagihipun rasajati dateng ingkang nggaduh. Dene


werdinipun ayat Al-Maarij 10-11 ing nginggil punika suka pepenget, yen
nalika nandang siksa kubur punika sayektosipun mboten wonten ingkang
bade nuweni, mboten bade wonten ingkang tetulung nebus.

Inggih ing alam kubur punika, saged nyawang nanging mboten saged njaluk,
lan sering kataman rumaosing pengalaman nalika ing donya, nanging
piyambakipun mboten saged punapa-punapa, sagedipun namung
ngraosaken kepengin, ngangsa-ngangsa, getun lsp. . ajegan.

Bade ngeling-ngeling ingkang sampun kapengker, malah saya mewahi


raosing panandang. Rasa eling ingkang sampun mboten mawi aling-aling
pancadriya (wadag) punika makartinipun tansah lumintu ejog-ingejog tanpa
kendel, awit namung sak dermi mbeber tabeting indriyanipun ingkang
kawengku.

Wondene penandang-penandang wau sagedipun malih utawi santun


lelampahan menawi si rasajati (rasa-ingat) punika ugi santun pakartinipun.
Ical rumaosing panalangsa, rasajati sakeclapan ngedalaken raos sisah, ical
sisahipun, gantos raosing ajrih, makaten salajengipun, kados lampahipun
JAM. Detik 1 nglancangi deti 2 sapiturutipun ngantos detik 12, wangsul malih
dateng detik angka 1 ! Nanging senajan salin rasa, ewasamanten taksih
nami rasaning panandang ingkang tanpa kendat.

Tetela tumrap rohipun sinten kemawon, tetep bade nglangkungi alam


kuburipun. Inggih penandang punika kadadosanipun nalika si roh
klambrangan ing kubur. Awit menawi mboten klambrangan, punika
namanipun sampun gadah pencokan, gondelan, panggenan utawi papan
palerenan. DATENG PUNDI PUN ROH ing salajengipun.

Rehning andaran bab punika panjang la gegayutan kaliyan bab-bab ingkang


ghaib (ora maunjud, nanging kenging kabuktekaken), kasunyatanipun
sedaya sagedipun kadenangan bilih kakenyam sarana raos lan kabuktekaken
sarana conto-conto lelampahan.

Ing Serat Wirid Hidayat Jati wonten tetembungan makaten : aburing eroh
punika baboning dumadi. Wonten leresipun, awit Hidayat Jati punika arupi
babon wirid.

Tembung ABURING EROH teka malah BABONING DUMADI ?. Terangipun


kados ngajeng-ngajeng ; sedaya ingkang ngemasi punika rohipun mesti
mabur klambrangan ngayahi penandang. Ingkang kadunungan roh punika
sanesipun tiyang ugi kewan-kewan, tanem tuwuh lsp. Rohipun tiyang pejah
punika mesti nglangkungi alam peralihanipun (alam kubur), tegesipun :
sesampunipun gesang ing donya, nunten gesang ing antawisipun gesang
ing laladan kubur kaliyan gesang malih badenipun ing donya ingkang ugi
abadan wadag (manjanma). Dados manjanma punika mesti kedah
nglangkungi alam kubur (bardzah). Murih terangipun makaten :

Kula nembe wonten ing latar ngajeng. Inggih pelataran punika, alam kula
sekawit. Manawi kula bade dateng wingking (bale mburi), kula mesti kedah
nglangkungi griya tengah. Inggih griya tengah punika sejatosipun ingkang
kasebat alam alihan kula. Sasampunipun makaten, kula nunten dateng latar
wingking, ingkang kawontenanipun meh sami kaliyang ing ngajeng wau.

Dados ingkang kasebat ngambah alam alihan punika inggih nalika ngliwati
KAMAR TENGAH PETENGAN, punika ingkang kapindakaken KUBUR. Conto ing
nginggil punika lelampahaning wadag, gantos sapunika lelampahaning raos
(kajiwan) saben dinten.

Saben tau Bapak tani mesti nanem pantun. Sareng panen, asilipun dipun
teda salebeting 3 wulan telas. Ing wulan kaping sekawanipun nanem pantun
malih sinambi nyambut damel sanesipun, ngantos dumugi panen malih.
Isining lumbungipun kebak, nanging kateda saben dinten telas ngantos 6
wulan.

Salebeting 6 wulan wau Bapak tani kapeksa kedah ngalami sisah (ngrekaos),
awit kedah merangi ama, banjir lsp. Sadangunipun 6 wulan punika tansah
ketir-ketir manahipun (bab raos), panen lan mbotenipun`mujudaken tanda
pitakenan. Inggih salebeting 6 wulan (pangrantosipun Bapat tani) wau
ingkang kapindakaken alam alihan, ingkang saestu ndadosaken geter.
Manawi kaleresan, tamtu bade nguduh pantun malih ing tau salajengipun.
Dados ing salebeting gesang bebrayan, Bapak tani ngalami : a. 3 wulan
seneng, margi panen, b. 6 wulan kedah nengga kanti manah tida-tida, c.
Bingah margi panen malih.

ING Kalawarti Jaya Baya wonten cuplikan saking Bhagawatghita ingkang


suraosipun makaten : Sing sapa-sapa margawe dedasar Pamrih antuk
Wohe, tegese adedasar pamrih pribadi, bakal Kabanda (kaiket) dening
Karma, dadi ora oncad saka kadonyan, bakal tansah bola-bali manjanma urip
ing Donya abadab wadag.

Bilih makaten lelampahanipun, punapa titiyang limrah bade sami saged


awadag malih? Jer tiyang makaten mesti kebak pamrih / pepinginan / nafsu
lsp.

Tembung wau namung pangaran-araning tiyang ingkang sampun saged


mbuktekaken, mila ing ngriki perlu kajereng murih terangipun. Menawi
lamban, tembungan ABURING EROH teka malah dadi baboning dumadi lam

PAMRIH kemawon teka saged njalari manjanma, punika mestinipun


ngayawara.

Kateranganipun :

Pamrih : punika mboten ngemungaken tumuju marang barang kasatmata


kemawon. Senajan ingkang rupi pengaji-aji, pangalem, wah lsp,. Ugi taksih
kasebat pamrih, jalaran ingkang gadah pamrih nakaten wau, ing batosipun
mesti mbudidaya kepriye bisane aku di UWAH! Inggih panguneg-uneg
punika ingkang njalari wontenipun TABET, nabeti deteng indriya, sebab
kagengen PANGANGSA-ANGSA. Mangka pamrih punika cacahipun maewuewu, wonten pamrih (melik) drajat, keramat lan semat.

Punapa leres punika sampun leres menawi namung sak tetembungan


kemawon. Ayat Suci ing Quran 12 : Seyektine Ingsun anguripake uwonguwong kang mati lan nulisake apa-apa kang dadi tabete. Sawiji-wiji iku
Ingsun tulis ing sajroning kitab kang terang.

Makaten, pangiyating wewerdenipu Hidayat Jati lan Bhagawatghita ing


ngajeng ; dados terang sanget, bilih tembung aburing eroh dados baboning
dumadi punika mesti wonten sabab-sababipun, ingkang asalipun ugi saking
badan piyambak-piyambak, liripun menawi wonten pengalaman saking njawi
punika namung minangka lantaran wontenipun tabet. Dados ayat wau
sumerep, yen ingkang nyebabaken wong mati bali maneh, roh ingkang
wonten ing alam kubur taksih kalepetan ing tabeting tri indriya, inggih
punika tabeting kadonyan ingkang kendel kados ketrangan nginggil wau.
Patokanipun makaten :

Rohipun tiyang punika ing alam kubur klambrangan kantipenandang,


dumadosipun gesang ing Donya abadan wadag malih.

Ing ngajeng sampun kababar, bilih ing pundi-pundi papan lan padunungan
manungsa tetep kalimpudan ing sipat GESANGIPUN ALLAH.

Kasaripun wewerden-wewerden makaten : Sinten kemawon bilih erohipun


teksih binuntel ing pamrih (katabetan), senajan ta mati kaping 6 (enem),
tetep bade ngalami urip malih abadan wadag ingkang kasebabaken dening
pakartining indriya, mila kenging kasebut karmanipun piyambak-piyambak.
Tegesipun : bakal nyaur marang daemane (pakartinea0 dewe, dereng pedotpedot yen dereng katurutan sedyanipun (pamrihe, pepinginane, nafsune).

Kados pundi menggah lelampahan salajengipun dene lajeng saged gesang


awadag malih ? Punapa punika mbeten cengkah kaliyan ke-islaman ?.

Sarehning ingkang karembag punika rohipun tiyang, pramila mencokipun


inggih dateng tiyang. Sedya ing ngriki namung bade angudari wewerden
inna lillahi wa inna illahi rojiun asal saking Pangeran wangsul dateng
Pangeran, mboten wangsul dateng Donya. Ing ngajeng-ngajeng sampun
kapaparaken, bilih tiyang punika sayektosipun saged marak ing ngarsaning
Pangeran (islamu) lan pangudinipun mumpung taksih gesang abadan wadag
punika sarana nyatakaken (makripatullah).

Saged ugi lajeng wonten pangudaraos makaten : Sarehning mbesuk bakal


urip maneh, yen magkono dak anduweni sedya (pamrih) kang luwih luhur
katimbang saiki iki.

Sedya punika sanes ngelmu, nanging nafsu. Miturut ungelipun Dalil Quran
surat Assajdah (serat Hamim) ayat 31 makaten :

Ingsun mimpin sira urip ana ing donya lan akherat ; ing kana sira bakal
antuk apa-apa kang sira pingini lan apa-apa kang sira suwun.

Punapa sedaya sedya punika mesti lajeng katurutan? Mila makaten, jalaran
ingkang katah-katah namung kendeg ing sedya, kasengguh menawi punika
bade katurutan kelawan piyambak.

Sedya ing donya punika katurutan, menawi kasaranani lampah. Roh punika
mboetn teka lajeng otomatis saged nggerbani wadag malih. Ing ayat-ayat
wau sampun ceta, kapratelakake bilih ingkang saged nuntun lan nguripi
punika namung Pangeran, keteranganipun : Penandanging roh wonten ing
alam kubur wau, sagedipun wangsul marak ing ngarsaning Pangeran ugi
saking kersaning Pangeran, lan sagedipun wangsul awadag malih gesang ing
donya ugi saking kersaning Pangeran.

Nalika wonten ing Donya, pepinginan-pepinginan punika estunipun katah


icalipun, awit kaslimur dening kawontenan rupi-rupi, ewasamanten, punika
tetep nami ngraosaken angles, getun, sisah lsp; margi kabanda ing kadonyan
(melik) warni-warni, dene raosipun ugi warni-warni tur sanes raos nikmat lan
seneng. Pinten dasa taun anggenipun bade nandang, senajan ta idamidamanipun luhur, punika ingkang Priksa namung Pangeran.

Keterangan sakedik bab getun, sisah, angles, raos mboten sekeca. Punika
penandanging roh (jiwa) ingkang kanti-kantilan rasajati saha ingkang
katebetan nafsu-nafsu wau. Sarehning punika TABET ; pramila lelampahanlelampahan punapa kemawon ingkang sampun katindakaken nalika ing
Donya, ing alam kubur bade tansah ngengataken. Raos GETUN punika bade
ngicalaken penandang wau, nanging tetela mboten saged. Cekakipun
ngoncati raos sisah, maras, miris, ajrih lsp., tetep mboten bade saged,
lelampahan-lelampahan ingkang nalika ing Donya mboten patos dipun paelu,
ing kubur prasasat sami ngetawis lan crita. Pramila dalil surat Yasin ayat 65
nyebataken : lan anggotane badane pada matur dewe-dewe. Ayat punika ugi
wonten pangiyatipun, pirsanana serat Yasin 12, ingkang wosipun : rasajati
ingkang kalepetan ing tabeting nafsu-nafsu wau sami criyos piyambakpiyambak, liripun ngatawis lan karaosaken (kacocogna kaliyan pengalamanpengalaman ing turu).

Dene roh ingkang KEKERSAKAKEN dening Pangeran kedah wangsul gesang


awadag malih wonten ing alam donya punika ugi taksih TETEP ambekta
TABETING pakaryan-pakaryan, kelakuwan, pamrih, melik, nafsu lsp., sedaya
ingkang nalika ing Donya rumiyin dereng keturutan (kadumugen ing sedya).
Dados punapa ingkang kabekta dening nafsunipun, tetep nglepeti.

Ing serat yasin ayat 12 nginggil wonten tembung : lan anulisake apa-apa
kang dadi tabete Keteranganipun makaten :

Gesang dateng donya malih kanti mbekta tabeting pamrih. Ingkang makaten
wau pramila lajeng wonten kadadosan bayi lair, sareng diwasa dados
bajingan,pandita, presiden, dokter, pahlawan, pengacau, dagang, tukang lan
sanes-sanesipun awit sedaya tabeting pamrih / nafsu / pepinginan, sampun
katulis ing jiwanipun, maksudipun nabeti. Tulada sawatawis :

6.1.1 : Suta, putranipun Wedana, watakipun prasaja, anteng, jatmika,


meneng, sigit pisan. Nanging punapa dene gadah mengsah? Sababing
memengsahan wau awit sami-sami mburu sengit lan geting, mboten purun
ngalah.

6.1.2 : Beja lare pidak-pedarakan, rupinipun awon, tur ciri pisan. Nanging
punapa sababipun dene kelakuwanipun sae, sumanak, lsp. ; saha kancakancanipun sami trisna, purun kurban kangge kabetahanipun Beja.

6.1.3 : Ing Blitar wonten tiyang motel lotre no. 1, kamangka piyambakipun
punika sayektos namung cobi-cobi tumbas lot kemawon, wusana lajeng
sugih dadakan. Engeta punika namung sak jajal-jajal, kok temenan.

6.1.4 : Lare anakipun kaum berah, kalairaken ing alam paceklik. Gesangipun
tansah ngenger-ngenger tiyang, ingkang manut pangancasipun sageda
ngragadi sekolahipun. Dados menawi mboten kasekolahaken dening

Bendaranipun, aluwung mboten. Sapunika ndadak dados ahli Kehutanan


(remen mikir bab ke-Allahan).

6.1.5 : Bung Karno, punika putra Mantri Guru Sekolah Rakyat ingkang sakedik
pamedalipun. Nalika timuripun Bung Karno sekolahipun pinter ngantos saged
pikantuk titel Insinyur. Punapa dene mboten makarya ing babagan
bangunan, nanging malah dados satunggaling ahli politik? Tulada-tulada
kados makaten pinanggih ing Indonesia kemawon, nanging ing pundi-pundi.
Ingkang wigatos bab punika : ora pilih-pilih wong ! sayektosipun : Jiwa
ingkang taksih kalepetan ing pamrih (nafsu, idam-idamanipun suwau lsp.)
namung sadermi nerusaken tabeting pakartining pamrih lan nafsu duk
rumiyinipun.

Allah nguripake wong mati punika kados tulada ing nginggil, ingkang
kagesangaken rohipun. Saking conto-conto wau saged kapilah, pundi
ingkang idam-idamanipun luhur lan pundi ingkang asor lan kaprahipun
mboetn karumaosi dening ingkang ngawaki.

SADERENGIPUN mbabar conto-conto ing nginggil (6.1.1 6.1.5) prelu nlusur


tembung KASTA, ingkang asalipun saking fahan HINDU, lan sampun maewuewu taun umuripun. Kaprahipun kasta punika kasengguh KLS BEBRAYAN,
nanging lungunipun mboten makaten. Kasta punika wontenipun
saderengipun wonten agami Islam samangke punika lan tumrap bebrayan
universal (ngebeki donya) maksudipun PERANGANING GESANG ingkang
sampun CUMITAK, tiyang mboten saged damel.

1. Brahmana : punika golonganing para ulah pikir. Wiwit jaman rumiyin


ngantos sapeiki tansah wonten tiyang-tiyang ingkang makaten punika
(Pandita, Wiku, Biksu, Tapa, Failsasuf, Theosoof, Pengarang, Mystikus ahli
Tasawwuf, Beguron lsp.) ingkang PAKARYANIPUN ULAH BATIN.

2. Ksatrya : punika kapanggih ing WATAK, yen maton, kepanggih ing para
ulah kridaning ayuda remenipun leladi dateng bangsa masyarakat kanti sepi
ing pamrih, wedi ing wirang wani ing gawe, tekadipun namung memayu ing

tanah wutah erah. Punika, tumrap tata lair. Dene tumrap tata batin, tityang
ingkang nggadahi TEKAT sinatrya wau mboten ngemungaken prajurit
kemawon, nadyan anakipun Jebrak utawi sentena kemawon ing donya
mesti bade kepanggih tiyang-tiyang ingkang remen laladi.

3. Wahisya : punika ingkang sami ulah pendamel bangsanipun kaum kriya.

4. Sudra : punika tataran asoring jiwa. Wonten ing bebrayan dipun awaki
dening bajingan, pelanyah, kere, kecu, pengacau lsp., senajan manggen ing
laladan punapa kemawon. Dados kasta punika sami kaliyan tataran utawi
PEPRINCENING LELAMPAHAN-ing manunga ing salebeting gesang, ingkang
namung saknurut kemawon dateng dasaring TABET ingkang kabekta suwausuwaunipun. Dene ingkang ngresakaken wontening pepricen-peprincen wau
namung Pangeran piyambak, cocok kaliyan ayat suci Quran ingkang
suraosipun makaten : Suwiji-suwijine iku wus Ingsun tulisake ing ndalem
KITAB KANG TERANG.! Ing basa pesantren, saged ugi kitab kang terang
punika kasebut LUHZMAHFUDS (basa Indonesia Garis Hidup), garis ing
lelampahan ingkang kasebabaken dening manungsa piyambak.

Wewadosipun :

a. Pangeran nganani luhzmahfuds, ginelar ing donya kalawan tetep.


Saderengipun wonten titah, peranganing gesang (luhzmahfuds) sampun
cumawis wontenipun 4 tataran.

b. Manungsa saged mbirat luhzmahfuds punika. Sarana darmanipun


(pakartinipun) piyambak, ngoncadi jejering garis-gesang wau, upaminipun
sarana islam, sumarah, suci, pasrah ; ngudi jumeneng MAKRIFAT.

Miturut lampahan-lampahan ingkang katuladakaken, sugih, miskin, pangkat


lsp., wau sampun nerusaken tabeting idam-idaman. Pramila pocapan
panitisan punika dasaripun leres, sged kagatukaken kaliyan ayat Suci surat

As-Sajdah 31 ingkang mungel : Ing kana bakal antuk apa-apa kang sira
pengini lan apa-apa kang sira suwun.

SAREHNING Pangerah punika asipat WENANG gek mangke roh ingkang


kagesangaken punika mboten abadan wadaging manungsa, gek lajeng
kagesangaken awadag bajul upaminipun. Kang mangka bajul punika
satrunipun manungsa lan manungsa saged nandukaken panguwaospun
(mbedil, mbacok lsp), iba sakitipun.

Pramila tumrap pangudi Kasunyatan, kedah mbengkas tegkliwering manah.


Ing ngandap punika udar-udaranipun tulada ing ngajeng, angka 6.1.1 6.1.5,
makaten :

a. Sejajan si Suta putra Wedana, punika sejatosipun namung gebyaring lair.


Duking nguni, saderengipun Suto wonten, jiwa (eroh) ingkang MANGGEN ing
Suta samangke dalah kancanipun punika KALEPETAN pakartining (tabeting)
nafsu memengsahan. Sapunika ingkang NGUNDUH awohipun, Suta.

b. Senajan si Beja anakipun tiyang pidak pedarakan, nanging kaserenan


tabeting kelakuwan luhur. Ingkang ngunduh kesaenan wau inggih sanes
tiyang sepuhipun, nanging si Beja.

Tabeting pamrih, pepinginan, nafsu lsp. wau, mboten lajeng kaunduh


sanalika kemawon. Saged ugi sasmpunipun mataun-taun, gesang ingkang
bade kalampahan malih sarana idining Pangeran. Gusti Allah mimpin sedaya
panyuwun-panyuwun sarana kagantos wadag sanes.

Saminipun katerangan-katerangan ing ngajeng bab Kenabian : Nabi-nabi wau


sarehning sami tekadipun (monotheisme), anekadaken ALLAH punika

SATUNGGAL lan ESA, pramila Nabi Ibrahim, Musa, Isa lan Muhammad saw,
punika ugi namung SATUNGGAL. Dados sokmakatena Nabi Muhammad saw
punika namung nerusaken Kenabianipun Nabi-nabi sakderengipun.

Mila leres, para Theosoof kagungan tekad, yen meester utawi Panuntun
Agung punika abdan wadag, kempal bebrayan ngenggeni darmaning gesang.
Dene panjalmanipun meester punika milih titiyang ingkang saged
kapanggenan, upamanipun : tiyang remen paring obor datenf bebrayan
ingkang sasar. Punika pepindanipun Sang Hyang Wisnu manjanma
angedaton ing salah satunggaling tiyang. Inggih jalaran wontening roh-roh
luhur ingkang sok manjanma punika, mila lajeng wonten kasta Brahmana.

Sapunika bab tulada angka 6.1.5. ing abad kaping 14-san wonten
satunggaling Nindya Mantri asmanipun Mapatih Kino Gajahmada, ingkang
damel panjang pungjungipun nagari Majapahit. Ing ngriki ingkang wigatos
sanes riwayatipun Gajahmada, nanging idam-idamanipun, inggih punika
NYUWIJEKAKEN (Ind. Mempersatukan) Bangsa Indonesia ingkang umadeg
saking suku-suku katah saget. Pratikelipun Gajahmada nalika semanten
sarana ngawontenaken pepayung, minangka gagaran panata praja,
(Indonesia-nipun mukadimmah) inggih punika Sila-sila ingkang kadadosaken
dasar. Nanging saderengipun sila-sila ingkang kakersakaken wau dados,
kasaru wontening daredah antawisipun para manggalaning praja.

Miturut lampahing sejarah Tanah Jawi senajan mboten kaserat sila-sila


ingkang kakersakaken dening Ki Patih Gajahmada punika inggih ingkang
samangke kesebat PANCASILA punika.

Sapunika kacocogna kaliyan pidatonipun Presiden Ir. Soekarna nalika nampi


gelar Doctor Honoris Causa ing Universitas Negeri Gajahmada ing
Ngajogyakarta. Makaten sesorahipun : Saya bukan pencipta Pancasila,
tetapi saya seorang Soekarno ini hanya sekedar MENGGALI sila-sila iyu yang
sejak beratus-ratus tahun telah berurat berakar didada Bangsa Indonesia,
ialah PANCASILA!

Makaten suraosing sesorah ingkang gandeng kaliyan Wedaran Wirid.


Semanten ugi sesorahipun nalika ngepyakaken Rapat raksasa Kongress
Rakyat ing Surabaya.

Bung Karno kawiyosaken ing Blitar ing tahun 1901M. Tuwuhing pangraos :
Apa Bung Karno wis semayan karo Patih gajahmada? punapa sebabipun
sene idam-idamanipun Bung Karno sami kaliyan idam-idamanipun
Gajahmada. Mangka miturut tatalair, sasurudipun Gajahmada ngantos
sapriki punika sampun 6 atus taun.

Ing donya pundi kemawon, saderengipun wonten agama Islam, Kristen lsp.,
sampun wonten (isen-isenipun) Pandita, Filsuf, Sufi lsp. Saben tiyang mboten
perduli beragami utawi mboten, bangsa punapa kemawon, MESTI MALEBET
ING SALAH SATUNGGILING kasta punika (Al-Buruj, 19).

Wondene tumrap PAKARYAN ing madyaning gesang bebrayan, TETEP wonten


ing kahanan ungeling ayat Suci Quran Al-Annaam 132 : siji-sijine uwong iku
anduweni derajat dewe-dewe miturut pakaryane.

Pranyata menawi kamanah, kasta-kasta tumrap ukuraning Gusti Allah punika


dumunung ing tataraning batin, tegesipun manungsa mung SADREMA
nglakoni. Dene ukuraning tiyang gesang : mboten ngrumaosi wontening
kasta-kastanipun piyambak-piyambak, nanging lemlampahan tumuju
dateng kastanipun piyambak-piyambak (Luhzmahfud).

Sababipun ingkang ngayahi KATABETAN sifating jiwa (roh) ingkang miturut


idam-idamanipun rumiyin dereng malebet (nurut) tundoning kastanipun.
Tegesipun : senajan ta sapunika asor manggen ing kastanipun piyambak,
saderengipun katurutan manggen ing kasta inggil piyambak, tetep majanma
prelu nuju dateng kasta ingkang luhur (evolusi). Pinten taun lelampahan nuju
dateng luhuring kasta (luhzmahfud) punika, namung Pangeran ingkang
priksa.

Ngewahi nasib punika pratikelipun kedah sarana mbudidaya mboten namung


nrimah manggen ing kawontenan ingkang nembe dipun alami samangke.
Punika pancenipun inggih pamrih (pangiketing kdonyan) nanging lugunipun
mboten nrimah dateng kawontenan PENGRAOS samangke kemawon lan
tansah mbujeng kamulyan lan nyuwiji, sebab : wus kesuwen anggone
ngalami kastane

TIYANG gesang punika kedah tansah emut, bilih saparipolahipun tansah


nandang BEBANDAN njawi / nglebet. Bebandan njawi rupi alangan-alangan
saking ngasanes, para satru (6.1.1.) ingkang rohipun katabetan raos geting,
memengsah lsp : inggih pakartining eroh ing rumiyinipun ingkang tansah
ngresahi. Kawontenan makaten punika kepanggih ugi ing kalanganing brayat
piyambak (anak, semah, mara sepuh, embah, lsp.). dados ing antawisipun
brayat piyambak ugi wonten ingkang dados mengsah (enget tabet), kados
ingkang kaceta wontening Quran serat At-Taghabun 14 : He wongwongkang pada iman, sejatine ing antarane bojo lan anak-anakmu ana kang
dadi satrumu, mula saka iku sira waspada !.

Satru ing ngriku, ateges panjanmaning jiwa ingkang kalepetan sipat asor.
Kados pundi lika-likuning gesang nuju dateng satunggal-tunggaling kasta
(garis gesang) sampun ceta. Samangke saking pundi asalipun luhzmahfud
wau !???. wangsulanipun bade kapanggih andaran salajengipun.

Sarehning garis gesang punika tataranipun tetep 4 warni, ing ngandap


punika wonten wewerden minangka paseksen lan ing salajengipun supados
mboten ngodengaken :

1. Suta mboten mangretos garis-gesangipun. Sarehning mboten sumerep,


mila lajeng rekes padamelan, saged katampi lan kadadosaken pegawai tinggi
sabab pancen pinter lan nyekapi.

2. Ing satunggaling wekdal, Suta katangkep awit konangan anggenipun


korupsi saha lajeng dipun kunjara. Brayatipun sami kateteran, nandang
kasisahan lan wangsul sami dados mlarat malih kados nalika lair sepisan.
Medal saking kunjara. Suta kapeksa dados tiyang ngemis, senajan secara
migunakaken lampah alus (mawi les-derma). (Mirsanana ayat-ayat surat AlAnnaam 132. Al-Radu 11, kacocogna kaliyan ayat Al-Fath 23).

Wedaranipun makaten :

Miturut tulada nginggil nomer 1, Gusti Allah mboten ngewah sunahipun,


tataran sudra ing Donya TETEP WONTEN. Dene tindakipun Suta wau tuwuh
saking sedya ingkang katabetan jiwa asor (sudra). Gebyar gagah, pangkat
mentereng, pinter lan cekatanipun njalari Suta sengkud ing panindakpanindak wau, dados piyambakipun nglenggahi kawontenaning ayat Quran
surat Al-Radu II, liripun : Pangeran ora bakal ngowahi apa-apa, yen deweke
ora ngowahi! dados ewahing lelapahanipun si Suta wau margi saking
tindakipun piyambak, sanes saking kersaning Gusti Allah.

Ing saupami Suta ngretos, mesti mboten bade ngalami lelapahanlelampahan makaten punika, mboten bade wangsul sudra malih (saged
uwal), sarana kodratipun mestinipun saged ngoncati korupsi. Dados
keteranganipun : Suta tetep dados isen-isening luhzmahfud asor.

Ringkesan :

aa. Sunnah : peraturan undang-undang hukum Allah, kadosta : wontenipun


kasta-kasta, luhzmahfud, paten-pinaten, wirang nyaur wirang, mati, urip, lair,
wiji tukul nunten awoh, bumi, planet tansah mubeng, wiwit jaman kina
mboten brebah, panggah makaten.

bb. Sunnah : tumrap lelampahan wonten 4 tataran, tetep punika wontenipun


lan mboten saged ewah gingsir, nanging saged kaewahan dening tiyang

ingkang taksih gesang abadan wadag. Ewahipun saking sakedik, upaminipun


saking Waisya, minggah dados Satrya saterusipun, gumantung dateng
pakartinipun nalika gesang.

cc. Luhzmahfud (kitab terang), garis hidup. Inggih punika sugih, miskin,
bodo, pinter, kepenak, ora kepenak, gendeng, waras, pangkat, kere, negja,
cilaka lsp., tetep wonten. Liripun luhzmahfud punika agem-agemanipun
tiyang satunggal-satunggal ingkang piyambakipun mboten tumut-tumut
ndamel. Ingkang mahanani inggih punika : jiwa ingkang manjanma wonten
ing angganipun mbekta TABET.

Kadosta : tabeting durjana, anabeti jiwa dursila (pundi-pundi wonten),


senajan pangkat sugih, lsp. Utawi tabeting dursila, nabeti panindak : madon,
mangan, maling, lsp. Tabeting jiwa sae tukul (nabeti) sae, luhur, pandita,
mukmin lsp. !

Makaten lelampahan-lelampahan ingkang tansah mubeng mbrebawani


bebrayan.

Bab 12
AJARAN HARI KIAMAT (QIYAMAT)
MACAM-MACAM KEJADIAANNYA, MEMBUKTIKAN.

Sebelum menceritakan tentang kiamat, diterangkan rahasianya, dan waktu


terjadinya kiamat, dijawab terlebih dahulu. Kiamat itu tiap-tiap hari, tiap-tiap
jam, tiap menit, tiap detik, bisa saja bersamaan, tetapi tidak rusak dan tidak
hancur, semakin lahir dan selamat.
Menerangkan tentang Kiamat membutuhkan pikiran yang jernih dan
bijaksana, harus dipikir dahulu, cocok atau tidaknya dengan kenyataan, yang
diatas sudah diterangkan bahwa kitab-kitab suci Al-Quran Nul Qarim, Bybel,
Injil dan lain-lain, semua bukan untuk orang mati (yang sduah dikubur) tetapi

untuk orang hidup, lalu jalan membuktikan kata-kata akhirat, Kiamat, mati,
Luhilmahfudz, padang Maqhsar, itu harus jumpa (terdapat) dibawah ini.

Umumnya kata Kiamat itu hancur dunia seisinya, karena hancur lebur satu
hari bersamaan, Kiamat asal dari kata Qiyaman, menjadi Qiyamah; bangun
seketika, contoh Yaumil Qiyamah menjadi Yaumil Qiyamat. Yaumil Qiyamat;
berdiri sendiri.

Cerita tentang hari Kiamat sebenarnya hari para Roh-roh yang dibangkitkan
dari kubur, lalu diperintahkan ke Padang Maqhsar (lapangan yang sangat
panas). Di Hadist Bukhari ayat : 42 Bab : 9; Nabi Muhammad tidak pernah
mengatakan Kiamat itu rusak, kata bahasa Arab jelas sekali mengatakan
tidak rusak, tetapi bangkit (berdiri sendiri).

Umpama sifat 20 diteliti, Kiamat itu sifatnya Allah (Qiyamuh Binafsihi);


berdiri sendiri, jadi bukan rusak atau hancur, dan kitab-kitab Bybel, Al-Quran
dan kitab suci lain-lainnya tidak pernah mengatakan dunia itu hancur, semua
itu tetap baik-baik saja atau lestari. Apa sebab masyarakat umum
mengatakan Kiamat itu hancurnya dunia?. Katanya diwaktu hidup
mengerjakan shalat lima waktu mempunyai tanda dikeningnya langsung
masuk Surga, berkumpul dengan leluhurnya. Dan jahat (Kafir, kufur) disiksa,
benar di Quran menerangkan; Kiamat bersamaan dengan huru hara yang
mengerikan, tetapi sampai sekarang walaupun berjuta-juta tahun tidak
terbukti. Quran mengatakan Kiamat itu datangnya tiba-tiba (tersentak), dan
yang melihat Allah sendiri. Apa para hamba-Nya bisa mengetahui (melihat),
itu pertanyaan yang sehat berdasarkan pikiran yang jernih, mencari yang
sangat sulit tentang Kiamat harus berlandaskan kita suci Al-Quran Nul
Qarim, Bybel dan Hadist yang Shahih. Dibawah ada contoh bersangkutan
tentang Kiamat;
1. Si A umurnya lebih dari 50 tahun bercerita dengan Si B; nanti dunia akan
Kiamat, hancur dengan isi-isinya, datang seketika, tentang ini tidak ada yang
mengetahui, hanya Allah sendiri.

2. Si B percaya dan yakin dengan kata-kata Si A tadi, umur si A mencapai


100 tahun mati, jadi tidak mengalami dunia hancur.

3. Si B masih hidup, tetap mengoreksi datangnya Kiamat tadi, tentang Si A.


Si B lagi-lagi cerita tentang Kiamat kepada anak-anaknya si C, lalu
menceritakan dengan anaknya lagi. Jadi itu semua cerita bohong (Tahayul).
Cerita Kiamat sehingga turun temurun, hingga sekarang, dunia tetap segar
bugar, jadi Kiamat hancur itu semua tidak terbukti.

Menjawab keterangan Kiamat rusak, diantara dua itu tidak ada, lalu
sebaliknya, Kiamat itu berdiri, kalau rusak akan tetap hancur, ada
pertanyaan; apa dunia itu tidak rusak?, jawabnya; kekuasaan Allah itu bukan
untuk merusak dunia, kalau hanya merusak dunia itu mudah, lebih mudah
dari memijit buah ranti, karena Allah itu yang Maha Kuasa, yang diciptakan
itu semua milik-Nya.

Dibawah ini ada ayat-ayat suci yang berhubungan dengan Kiamat;

Quran surat Az-Zukhruf : 66 ;

Mereka tidak menunggu kecuali kedatangan hari kiamat kepada mereka


dengan tiba-tiba sedang mereka tidak menyadarinya.

Quran surat Al-Baqarah : 28 ;

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah
menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya
kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan

Quran surat Luqman : 28 ;

Tidaklah Allah menciptakan dan membangkitkan kamu (dari dalam kubur)


itu melainkan hanyalah seperti (menciptakan dan membangkitkan) satu jiwa
saja. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat

Quran surat Yaasiin : 33 ;

Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi
yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya bijibijian, maka daripadanya mereka makan.

Ayat no.4 tersebut diatas tidak terdapat kata-kata rusak, apalagi rusaknya
dunia; sebenarnya isi Al-Quran penuh dengan teka teki yang sangat unik,
yang harus dibuka jikalau mengambil arti yang sebenarnya.

Dalam Quran surat Al-Israa : 89 ;

Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulang kepada manusia dalam Al


Quran ini tiap-tiap macam perumpamaan, tapi kebanyakan manusia tidak
menyukai kecuali mengingkari (nya)

Arti ayat-ayat yang diatas, ayat No.1 diterangkan; datangnya Kiamat tibatiba (tersentak), dan manusia tidak sadar (tidak merasakan), umpama
Kiamat itu rusak pasti manusia bisa merasakan karena semua menyaksikan.
Mengetahui itu berarti manusia merasakan (ingat). Dan ayat No.2
menerangkan; bahwa manusia dibangunkan (di Kiamatkan) dengan Allah
atau dihidupkan. Sesudah menjalani hidup didunia, lalau di matikan kembali,
seperti dilahirkan (menjelam). Ayat No.3 membuktikan yang sangat jelas;
Allah membangkitkan dari kubur (menghidupkan lagi) ke dunia memakai
jasmani, dilahirkan menjadi bayi dari rahim manusia. ayat No.4
menerangkan tentang Kiamat; Allah memberi peringatan, Kiamat itu seperti
benih (biji-bijian) yang tumbuh sendiri ditanah; artinya benih itu tumbuh

menjadi buah, buah ditanam menjadi benih, itu terus menerus, anak
beranak. Sulitnya tentang tumbuh, yang pasti melalui proses, keluar dari
dalam buah (Qiyamuh Binafsihi), jelasnya Kiamat.

Sebelum keterangan-keterangan yang menerangkan Kiamat itu seperti apa?.


Lihat dulu ayat-ayat suci Al-Quran surat Al-Hajj : 7;

dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada keraguan
padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam
kubur

Quran surat Al-Ahzab : 63 ;

Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit. Katakanlah:


Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.
Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah
dekat waktunya

Quran surat Al-Kahfi : 48 ;

Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.


Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan
kamu pada kali yang pertama; bahkan kamu mengatakan bahwa Kami
sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu (memenuhi) perjanjian

Quran surat Yunus : 44 ;

Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim (menganiaya) kepada manusia


sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim (menyiksa)
kepada diri mereka sendiri

Quran surat An-Naaziaat : 25 ;

Maka Allah mengazab (menyiksa)nya dengan azab (siksa) di akhirat dan


azab (siksa) di dunia.

Quran surat Ali-Imran : 108 ;

Itulah ayat-ayat Allah. Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar;
dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya (menyiksa) hambahamba-Nya

Quran surat An-Nissaa : 132 133 ;

132. Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi.
Cukuplah Allah sebagai Pemelihara

133. Jika Allah menghendaki, niscaya Dia musnahkan kamu wahai manusia,
dan Dia datangkan umat yang lain (sebagai penggantimu). Dan adalah Allah
Maha Kuasa berbuat demikian

Rahasia ayat-ayat suci diatas diterangkan dibawah; Kiamat itu sebenarnya


terjadi setiap hari, setiap jam, setiap menit dan setiap detik, sewaktu-waktu
bersamaan. Keterangannya; lahir bayi kedunia bersamaan harinya walaupun
tempatnya dimana-mana, di Indonesia ataupun di luar negeri dan lain-lain.
Menurut orang, Quran surat Yunus : 44, tersebut diatas; hancurnya bumi
(dunia) ternyata omong kosong, umpama dunia hancur, Allah menyianyiakan ciptaannya. Allah tidak pernah menyia-nyiakan umatnya, tetapi
manusia saling siksa menyiksa, Bom mengebom (hancur menghancurkan).
Dan Quran surat An-Naaziaat : 25, diatas tujuannya; lahir gantinya mati,
hilang itu tidak melihat barangnya, tetapi barangnya tetap ada, kalau lahir

terus menerus didunia pasti padat isi manusia dan hewan, kalau banyak
yang mati lama-lama dunia kosong, sebenarnya dunia sudah diukur, tetap
tidak bertambah dan berkurang, umpama air menurut ukuran para ahli 280
miliar ton x 1 kubik (1000 liter), ukuran tadi setiap hari berkurang dilaut,
menjadi uap terbang keatas menjadi air, air jatuh kebawah, begitu
selamanya, hanya pindah tempat.

Didunia sedari zaman dahulu sampai sekarang tempat kematian, bala,


pembunuhan, perang, tetap dimana-mana. Bayi tetap lahir (Kiamat), jadi
jumlah manusia semakin padat, tetapi lain waktu banyak yang mati akibat
perang atau Tsunami (gelombang air laut naik kedarat). Quran surat AliImran : 108 diatas mengatakan; Allah itu tidak akan menyia-nyiakan
umatnya, tetapi menjaganya. Quran surat An-Nisaa : 132 133 diatas
menyatakan; sudah cukup Allah menjaganya, jika Allah menghendaki kamu
semua dimusnahkan, diganti dengan umat yang lain.

Kalau ada orang mengatakan besok dunia hancur, itu sebenarnya tidak
dikehendaki Allah, umpama dikehendaki sekejab mata pasti musnah, itu
namanya sia-sia, oleh karena Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang
(Rahman Rahim).

Membahas tentang Kiamat itu rusak.

Karena Dat itu meliputi seluruh yang ada (Q.s Hamim As-Sajdah : 54), lalu
Hakikat Aku dan Kamu satu (Attauhid), sama-sama memiliki Dat (Dat, Sifat,
Asma, Afhngal), itu satu. Karena meliputi semua ciptaannya, kalau Kiamat itu
hancur lalu kemana perginya Dat (Allah) yang mempunyai sifat 20. yang
menjaga alam lalu sembunyi dimana?, sangat membingungkan. Sebenarnya
Hakikatnya Dat melestarikan ciptaannya. Kalau Kiamat itu rusak tidak akan
terjadi, karena Allah tetap adanya, Dat itu melestarikan umatnya dan alam
raya ini. Itu Allah mengatakan di Al-Quran surat Al-Jaatsiyah : 3 ;

Sesungguhnya pada langit dan bumi benar-benar terdapat tanda-tanda


(kekuasaan Allah) untuk orang-orang yang beriman.

Jadi Allah menciptakan langit dan bumi dan alam raya tetap tidak diganggu,
tetap dijaga, dilestarikan, tidak akan dirusak, karena itu menjadi saksi bahwa
Allah itu ada.

Seketika ada orang bertanya agak maju sedikit, apa pekerjaan Allah sesudah
menciptakan alam raya dan seisinya?. Pertanyaan itu membuktikan bahwa
Kiamat hancur itu tidak ada, Allah Maha Mengetahui (wikan-jawa).

Jadi jelas di Quran surat Yaasiin : 82 ;

Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah


berkata kepadanya: Jadilah! maka terjadilah (Qun Fayaqun)

Pelajaran (buku) Ronggo Warsito mengatakan; Qun artinya perkataan Allah,


berkata sekali untuk selamanya (abadi), pelajaran Kitab sifat 20 yaitu nama
yang benar. Fayaqun artinya terjadi Jagad raya seisinya untuk selamanya.

Quran surat Yaasiin : 82 diatas artinya menguasai segalanya yang ada,


semua tidak ada yang terlewatkan dengan kata Allah (Qun Fayaqun).
Umpama matinya manusia karena kehendak Allah, jadi pasti sama dengan
bayi lahir dari kandungan ibu. Jadi yang menjadi imbalan mati karena Kodrat.
Karena yang dibicarakan tentang hidup, jadi kalau ada bayi lahir selamat, itu
tanda bahwa bayi lahir tadi mendapat Sabda Allah, karena Qun Fayaqun;
terjadi, terjadi hiduplah kamu, seketika bayi itu lahir dan hidup, lalu timbul
pertanyaan yang berhubungan dengan pelajaran Ronggo Warsito (buku
Hidayat Jati); apa sebabnya Allah itu mengatakan Qun Fayaqun terus
menerus?, menurut Ronggo Warsito yaitu :

Perkataan Qun = Dat Suci;

Dat Suci = Nama suci (tidak pernah berubah);

Fayaqun = Terjadi alam raya seisinya seketika selamanya.

Nama suci artinya Allah itu ada, adanya Allah memiliki sifat 20. sifat 20
diciptakan beserta sifat-sifatnya, jadi yang mendapat kata-kata itu orang
yang mempunyai sifat 20 tadi, artinya kata-kata Allah kekuasaan Allah
sendiri, jadi kekuasaan itu dimiliki sendiri, jadi Dat suci itu memiliki sifat 20 +
1 kekuasaan (wenang-jawa) menciptakan.

Karena kuasa menciptakan, maka apa saja yang tidak disertai kekuasaan
(wenang-jawa) tidak terjadi (ujud), sebab tidak memiliki kekuatan Dat
(pakarti-jawa) sifat 20.

Jadi Kiasan Ronggo Warsito tentang Qun Fayaqun itu adanya ciptaan yang
nyata (ujud) Jagad raya tetap tidak akan rusak dan hancur, dan tujuan ayat
suci Al-Quran surat Yaasiin : 82 diatas, hanya bagi yang dikehendaki
langsung ada.

Lahir dengan selamat sebenarnya menerima kata-kata Allah, jadilah kamu


seketika jadi. Dan yang lahir baru dan badan baru itu tidak ingat, sewaktu
manusia melewati jalan tidak ingat itu, sebenarnya melewati alam yang
tidak bisa dijangkau (tankeno kinoyo ngopo-jawa), karena tidak merasakan
apa-apa (Marifat) tidak laki, tidak perempuan, tidak zaman, tidak tempat,
tidak jauh atau dekat. Itu artinya rahasia sastra jendra dan disebut makhluk
yang bisa mengetahui, karena penjelmaan jiwa itu ada 2 unsur :

1. Kalau bisa mengamalkan perjalanan, Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun


(keterima amalannya dengan Allah/mulih mula niro-jawa).

2. Kalau tidak sama sekali mengamalkan, sama berulang kali dilahirkan


kedunia memakai badan jasmani.

Siapa saja yang tidak mengerjakan sewaktu didunia, pasti di Kiamatkan lagi,
dan tujuan-tujuan itu yang dimaksud Islam. Jiwa yang suci bisa mengalami
seperti diwaktu lahir.

Keterangan ayat Quran Ali-Imran : 102 ;

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar


takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam
keadaan Islam (Attauhid).

Pemeberitahuan; jika mati dalam keadaan Islam, artinya mati tidak


merasakan apa-apa, orang yang begitulah yang bisa melewati alam
kuburnya tidak merasakan apa-apa sama seperti tidur tidak mengalami
mimpi. Walaupun ada rasanya tenang dan tentram tidak merasakan yang
tidak enak.

Ukuran setiap hari kalau tidak berbuat salah, walaupun terdakwa (didakwa)
pikiran pasti tidak was-was, tidak gentar, tenang dan tidak berdebar-debar.
Roh yang yang bisa menyatu: Innalillahi itu kalau sudah datangnya hari
Kiamat (lahir lagi) tidak ikut dikiamatkan lagi seperti ayat Quran surat AzZumar : 68 ;

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi
kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali
lagi maka tiba-tiba mereka berdiri (bangkit) menunggu (putusannya masingmasing)

Ayat diatas maksudnya Roh-roh (jiwa) yang sudah menjadi ijin Allah
menghadap kepada-Nya dan menyatu dengan Dat (Allah) atau Islam, mereka
tidak ikut pingsan atau ikut bangkit dari Kiamat, yaitu jalannya menuju
asalnya ((Innalillahi Wa Innaillaihi Rojiun). Jadi jelas perkataan Allah
tujuannya Ketuhanan (ke Allah-an / Kasunyatan-jawa). Sudah tercatat pada
Quran surat Al-Kahfi : 48 , seperti tersebut diatas, catatan lewat seperti
keadaan Roh yang mengahadap Allah?, jawabnya; Quran surat Al-Anaam :
94 ;

Dan sesungguhnya kamu datang kepada Kami sendiri-sendiri sebagaimana


kamu Kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan di belakangmu (di
dunia) apa yang telah Kami karuniakan kepadamu; dan Kami tiada melihat
besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutusekutu Tuhan (berhala) di antara kamu. Sungguh telah terputuslah
(pertalian) antara kamu dan telah lenyap daripada kamu apa yang dahulu
kamu anggap (sebagai sekutu Allah)

Begitulah perjalanan Islam yang sebenarnya, artinya ayat-ayat itu kalau


diteliti yang benar, pulang Roh kepada Allah sama dengan kosong (suwungjawa / keadaan Tankeno Kinoyo Ngopo jawa).

Tujuan semua pengalaman Hakikat, menerima wahyu, melihat gaib, melihat


saudara sendiri (bayangan putih) sudah dianggap Allah, karena disembah
bisa memberi pertolongan, itu bisa menjadi berhala bagi Allah. jadi Roh yang
dikehendaki Allah tidak di Kiamatkan (dibangkitkan) lagi, itu adalah Roh yang
bersih tidak ada sangkutan apa-apa (tidak ada keinginan/kosong).

Aslama, Islamu, Muslimuna, itu sudah jelas yang sebenarnya, penyembah


yang benar itu sebenarnya kosong bagi keinginan (tidak ada keinginan apaapa), tidak ada pikiran apa-apa.

Jadi keterangan tentang Kiamat itu menurut ucapan Nabi Muhammad SAW
dan dalil Al-Quran Nul Qarim yang terdapat pada Hadist Bukhari : 12 diatas;
sama-sama meneruskan perjalanan Roh yang belum tercapai tujuannya. Dan

perjalanan bermacam perjalanan itu hanya sekedar meneruskan cita-cita


(keinginan) terdahulu (tabet-jawa). Umpama begitu manusia itu selalu
dilahirkan kedunia, contoh; anak si A ada tujuh jumlahnya, itu perjalanannya
berbeda-beda ada yang menjadi pegawai, tentara, durjana, saudagar, wts
dan lain-lain, itu semua karena tempatnya (jasmaninya), itu artinya; si A itu
seorang gagah perkasa, kaya dam cerdas, singkatnya hidupnya mewah, lalu
meninggal, tanggung jawab Roh memilih tidak mati karena sayang
meninggalkan harta bendanya didunia, lalu dialam kubur si A memandang
(menerima siksa kubur), karena masih merasa masih meninggalkan
hartanya. Setelah waktunya Roh di Kiamatkan (dibangkitkan) kedunia lagi,
tidak bisa lagi seperti dahulu kala, karena jasmaninya lain, ujud bayi lahir
namanya si C dan lain-lain yang menjadi tempatnya keinginan dahulu (tabetjawa).

Pengalaman orang yang matinya tidak enak (mulangsarak-jawa) sebagai


orang jahat itu;

Quran surat Al-Muminun : 99-100 ;

99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang


kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia)

100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan

Menurut dalil Al-Quran, Kiamat itu sama tumbuhnya benih, dan menurut
perkataan Nabi Muhammad SAW; orang perempuan melahirkan majikannya
(pangkat, luhur, budi), atau ada anak gembala (orang rendah) bisa menaiki
Tahta kerajaan, artinya si perempuan menumbuhkan benih yang luhur
(wanita yang melahirkan anak yang mempunyai jiwa yang mulia), gaibnya
ayat suci dan Hadist terdapat pada perempuan (wanita). Jadi adanya wanita,
menyebabkan bergilirnya cerita (perjalanan). Benih yang luhur (mulia) tidak

memiliki bangsa, pangkat, rendahan, baik dan buruk hanya terdapat pada
wanita. Siapa saja yang menjadi wanita, bisa menjadi manusia. jadi ada
kiasan lahir berkali-kali itu maksudnya; lahir meneruskan bekas-bekas
dahulu (tabet-jawa) bisa menempati tempat yang baru.

Bab 13
KETERANGAN TENTANG
TANDA-TANDANYA HARI QIAMAT

Di ayat Al-Mukminin : 99 100, ada kata Bardzahchun (aling-jawa) benbatas,


yaitu yang disebut Kubur, jadi orang pintar dan gagah itu tidak bisa kembali
lagi, karena sudah hancur dan busuk tidak bisa dipakai lagi karena sudah
ditinggalkan (mati), akan tetapi yang menempati alam kubur hanya
keinginan-keinginan di waktu hidup didunia, permintaannya bisa terjadi lagi,
itu keluhan si Roh tadi.

Roh yang menempati alam kubur itu tidak akan terjadi lagi seperti tubuh
yang kita pakai lagi, seperti halnya pakaian yang tidak koyak dibuang, harus
ganti yang baru lagi dan seterusnya. Dan umpama Roh tadi bisa lahir lagi
memakai jasmani, diterangkan di sifat 20 :

1. Roh (jiwa manusia) memakai sifat 20 yang ke 5, yaitu sifat Allah Qiyamuh
Binafsihi; berdiri sendiri, bangun sendiri tanpa ada sebab apa-apa (Qiamat),
umpama Roh tidak memakai jasmani geraknya berdiri sendiri, bisa melewati
alam kosong (suwung-jawa), tidak ada yang menghalang-halangi, Roh pergi
tanpa keinginan yang kotor, umpama air kotoran itu bercampur apa, kotoran
Roh tadi sudah membekas (tabet-jawa) dari keinginan nafsu serakah (tamak)
dan sebagainya yang keinginannya tidak seberapa (pasif), ada yang hanya
getaran (aktif). Yang aktif itu bebannya berat, mudah tenggelam dalam air,
dan yang pasif tadi tidak tenggelam. Karena dua-duanya sama-sama
menanggung beban, itu sebabnya bisa lahir lagi karena kodratnya Allah
sendiri. Dan dari kata-kata sendiri (Qun Fayakun) apa yang dikehendaki,
umpama ingin menghadap kepada-Nya (kehadapan Allah).

2. Ukurannya hanya 2 :

a. Siapa saja yang Rohnya bisa menyatu dengan sifat Layu Kayafu (lan kena
kinaya-jawa) sama dengan menghadap Allah.

b. Tidak akan menghadap atau di Qiamatkan lagi, walaupun didunia


kelihatannya Alim dan Takwa.

Menurut keterangan diatas, Roh itu hanya ada 2 jenis; Baik dan Kotor. Suci
ukuran dunia; tidak pernah menjalani perbuatan yang tidak baik, tetapi suci
ukuran Allah; tidak pilih kasih tetapi sama saja (sama) mengerjakan katakata di ayat Quran Surat Al-Arraf : 29 diatas, artinya bisa merasakan seperti
bayi yang baru lahir, tetapi ukuran dunia sebaliknya; suci bagi Allah, kotor itu
semua yang merasakan yang mengalami yaitu yang menanggung sengsara,
dan sengsarnya (menanggung Roh menyorong munndur majunya kemauan)
tidak diketahui yang lain kecuali Allah Yang Maha Tahu. Tentang itu tadi batin
bisa mengingkari, bukti dan rasanya menanggung itu siapa saja yang
menyesali barang yang telah hilang walaupun sedikit pikirannya teringat,
marah dan hidupnya tidak tentram.

Orang mati keluarnya nyawa melewati rasa, ingat asal Rohnya masih merasa
memiliki apa-apa, walupun sudah ditinggal Rohnya sudah tidak merasa apaapa, orang yang sudah menyingkirkan keinginan Sekaralnya (sekaratul
maut) tidak melalui rasa ingat, sama dengan menyatunya hamba dan Allah
(Layu Kayafu).

Karena jalannya Qiamat sudah diterangkan, oleh sebab itu tanda hari Qiamat
bila diselaraskan dengan tanda Lahir ternyata cocok. Di keterangan Qiyamuh
Binafsihi; berdiri dengan sendiri, besar sendiri, bergerak sendiri, buang hajat
sendiri, buang air seni sendiri, hidup sendiri artinya memiliki sifat Qiyamuh
Binafsihi yaitu sifatnya Allah.

Air mani yang dikeluarkan dari Pria diterima oleh mani wanita, lalu menjadi
gumpalan darah didalam Rahim Ibu menjadi bentuk seperti bayi masih
bentuk titik lubang kecil, lubang lama kelamaan membentuk lubang-lubang
alat untuk bekerjanya Panca Indra, lama-lama membentuk bayi yang
sempurna laki-laki atau perempuan, sebab adanya sifat 20 Qiyamuh
Binafsihi.

Tiap-tiap yang hidup itu bisa besar sendiri, tumbuh sendiri (Qiyamuh
Binafsihi), sifat membesarkan (mengembangkan) dan membentuk dan lainlain. Karena perut wanita kecil jadi tidak tahan menahan benda yang
membesar, lalu lair sendiri karena sifat Qiyamuh Binafsihi. Jadi lahir itu
perjalanan yang tetap (Qiyamat), jadi bayi lahir 9 bulan 10 hari itu ketentuan
kodrat (batas melahirkan) dan kalau ada bayi lahir sebelum waktunya itu
kesalahan yang mengandung (kurang perawatan) atau kecelakaan.

Firman Allah : Quran surat Al-Zalzalah : 1 8 ;

1. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat),


2. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya,
3. dan manusia bertanya: Mengapa bumi (menjadi begini)?,
4. pada hari itu bumi menceritakan beritanya,
5. karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian
itu) kepadanya.
6. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan bermacammacam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) amal perbuatan
mereka,
7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun (debu yg
halus), niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun,
niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

Kata Guncang atau bergerak kuat itu terjadi seperti karena gempa, gunung
meletus, tanah longsor. Umpama goyangnya badan jasmani, sebenarnya
mengalami kejadian tadi seperti gemetar takut jumpa dengan harimau,
gemetar hampir kejatuhan kelapa dan lain-lain, seperti itu sebenarnya bukan
hancurnya tubuh (jasmani), tetapi tetap keadaan hidup dan bisa merasakan
apa-apa,

Quran surat Al-Qaariah : 1 11 ;

1. Hari Qiamat,
2. apakah hari Qiamat itu?
3. Tahukah kamu apakah hari Qiamat itu?
4. Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran,
5. dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan
6. Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya,
7. maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan
8. Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya,
9. maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah
10. Tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?
11. (Yaitu) api yang sangat panas.

Surat diatas bila kita teliti secara jernih, intisarinya Qiamat itu bukan
kerusakan tetapi tentang kejadian-kejadian yang sangat mengherankan.
Menerangkan rahasia-rahasia ayat yang diatas perlu contonh-contoh yang
bersangkutan ilmu bumi dan sejarah;

1. Pada zaman dahulu manusia hidup menurut Kodrat, kebisaaan melahirkan


kandungan sangat berbahaya menurut ukuran zaman dahulu karena sudah
ada adat tradisi, jadi bagi orang zaman sekarang dianggap bisaa, contoh

yang diatas kalau di qiyas (teliti) dengan keadaan jasmani, persis makna
ayat suci yang diatas ada kata-kata kejadian yang mengerikan, maksudnya
bagi perasaan bergetar karena takut dan badan merasa pegal-pegal dan
gemetar yang dirasakan oleh wanita yang mengalami melahirkan pertama.

2. Bila ada wanita yang hamil pertama kali perutnya pasti bulat dan runcing
sperti gunung, lalu sewaktu melahirkan mereka merasa ketakutan (ngerijawa) dan badannya pegal-pegal dan lain-lain. Seperti apa rasanya wanita
yang akan melahirkan, ada yang mengatakan perang Sabil (perang suci
karena Allah) jika tidak selamat bisa saja mati, karena sudah waktu perutnya
mengecil karena isi perutnya yang belum diketahui sudah keluar (lahir) dan
perutnya yang menonjol seperti gunung mengabarkan kepada yang
melahirkan, tentang apa yang dilahirkan tadi. Kalau itu dikatakan gunung
meletus mirip dengan ayat-ayat Al-Zalzalah tadi tentang gunung meletus,
bumi bergoyong-goyang hebat. Kalau itu disampaikan orang semestinya
tidak cocok dengan ayat Al-Quran seperti diatas, karena ayat mengatakan
hanya gunung, karena kalau berhubungan dengan perasaan gunung itu
sama dengan menempati jasadnya manusia sendiri. Surat Al-Zalzalah : 2 ;
mengatakan : mengeluarkan semua isinya, itu tinggal menebak saja isi
kandungan tadi. Pada ayat : 6; ada kata supaya mengetahui usahanya
sendiri, sudah jelas pasti lahir lagi dari keinginan nafsu, karena nafsu
menyebabkan mengutif keinginan yang terdahulu (hidupnya dahulu). Artinya
ayat : 7 8 ; keterangannya lebih jelas dan manusia tetap berjalan dari
melanjutkan keinginan kehidupan dahulu, sudah jelas sebabnya lahir lagi
untuk mengutip hasil yang membekas, jadi bekas yang tidak baik membayar
yang tidak baik dan baik membayar baik, dan menurut perasaan buruk dan
baik orang lain tidak mengetahui, hanya pikiran sendiri.

Buktinya bagaimana ayat suci diatas tadi hidup shari-hari, itu terdapat pada
11 ayat, Surat Al-Qaariah : 1,2,3, artinya pada sewaktu hari melahirkan bayi
(tanda Qiamat) yang pertama di alami oleh wanita dan setiap makhluk
perempuan, para makhluk yang menjadi wadah umat. Karena itu ayat : 4
mengatakan para wanita (istri) hari itu merasa takut, was-was, sangsisangsinya itu sebenarnya tidak sendiri, karena pada hari itu wanita diseluruh
dunia ada yang mengalami melahirkan atau terkena guncang-guncangan
(Qiamat). Ayat : 5, artinya disitu ada kata gunung hancur seperti Dzarah
(debu yang halus), ayat itu sebenarnya ditujukan kepada perasaaan yang

merasakan akibat tadi. Umpama kepala terbentur benda keras, sewaktu


kepala merasa pusing dan sakit mengakibatkan mata berkunanng-kunang
dan berputar-putar seperti debu yang halus berterbangan, sperti itu
sebenarnya tidak terjadi benar-benaran, hanya umpama. Pusing para wanita
yang baru hamil 3 bulan (waktu melahirkan/keguguran). Ayat : 6, di tujukan
kepada yang baru mengalami rumah tangga atau sicalon orang tadi (bayi),
jiwanya membawa bekas keinginan yang dulu baik atau buruk. Apa
sebabnya kalau bayi lahir tadi membawa bekas hidupnya yang dulu, tingkah
laku tidak sama dengan yang membawa dahulu, karena sudah lain
tempatnya (jasmani).

Jiwa (roh) itu tidak memilih jasmani yang mana, sebab sudah kehendak
Allah, dan jasmani itu barang baru yang bisa rusak dan busuk, karena yang
bertanggung jawab itu bukan jasmani melainkan Rohani (rohnya), jadi bukan
pekerjaan sepak atau terjang manusia yang dahulu. Yang memakai jasmani
lagi, tetapi perjalanan Roh yang dahulu untuk membayar bekas-bekas
keinginan (Tabet-tabet-jawa) keinginan.

Ayat : 7, menolak salah pendapat yang mengatakan dunia itu hancur, di ayat
itu terdapat kata hidup, yang maksudnya hidup yang memakai jasmani yang
lengkap dan hidup., itu bukan hancurnya keadaan. Jadi benar dengan
keterangan lahir di dunia dengan keadaan selamat. Jadi kalau ada bayi lahir
(Qiamat) mati (tidak ada tanda-tanda hidup), itu sudah lain urusan lagi,
artinya tidak di bicarakan di kitab suci Al-Quran, dan lainnya yang
dibicarakan dan yang ditakut-takuti melalui siksa dan lain-lain, jadi lahir tidak
hidup itu bukan benda apa-apa, sama dengan barang yang tergeletak
ditanah.

Keterangannya begini; bayi lahir mati itu seperti mainan anak-anak, mobilmobilan, boneka dan lain-lain. Beda bayi lahir hidup. Lalu sekian menit mati
itu Rohnya yang memakai jasmani baru tadi rohnya keluar, gentayangan di
alam kubur, mengalami seperti sebelum memakai badan jasmani.

Dan ayat : 2, sebaliknya dari ayat : 6, ayat : 9, mengatakan tempatnya


dineraka, itu kebisaaan dari dahulu, neraka itu dianggap tempat yang ada

apinya yang menyala-nyala, mengerikan dan lain-lain. Lalu di karang atau


ditafsirkan disana menakut-nakuti. Mencari nama neraka tidak berbeda
dengan mencari kata-kata Qiamat, kubur atau Barzah. Di cari keterangannya
yang luas sehubungan dengan pendapat Hadist Nabi, Wali dan Mukmin haz.

a. Kata-kata di Al-Quran surat Maryam : 95 :

Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari Qiamat dengan
sendiri-sendiri.

Surat Al-Kahfi : 48 ;

Dan mereka akan dibawa ke hadapan Tuhanmu dengan berbaris.


Sesungguhnya kamu datang kepada Kami, sebagaimana Kami menciptakan
kamu pada kali yang pertama (bayi lahir); bahkan kamu mengatakan bahwa
Kami sekali-kali tidak akan menetapkan bagi kamu waktu[hari pembalasan]
perjanjian

b. Kata-kata di Injil surat Korinta 16 Pag 475 Yes 25, 8 ayat 51, 52, 53 dan 54
tentang Qiamat; dan Kamu kuberitakan simpanan (rahasia), begini; kita
tidak mengalamai mati semua, tetapi semua akan merubah wajah, spontan
(sekejab mata) bersama terompet (sangkakala) yang terakhir. Sebab
sangkakala akan berbunyi, orang mati akan dibangunkan jadi abadi, dan kita
akan berubah wujud (jasad baru).

Di atas tadi ada kata-kata Reinkarnasi, menjelma, kalau melihat sehari-hari


mati, hidup, buah, tetap bergilir dari zaman dahulu. Jadi kata penjelmaan itu
tetap ada yang sudah ditetapkan dari Sunnahnya Allah, seperti dunia sudah
diatur secara sempurna.

Sebenarnya Islam itu menolak lahir lagi, karena ada ukuran Islam di dunia
kalau sudah menyatu dengan Allah (Attauhid), kalau sudah mati sudah
sempurna (Innalillahi Wa Inna Illaihi Rajiun). Kata-kata surat Maryam : 95,
mengatakan : semua pada hari Qiamat akan menghadap kehadapan Allah
dengan sendiri.

Kata sendiri bagi ukuran lahir, sama dengan tidak berteman, di wedaran
Wirid sebenarnya bayi lahir kedunia sendiri, tidak merasakan apa-apa, tidak
mengetahui ibunya, apa saja itu tidak bisa diteliti dengan ayat Quran, surat
Al-Kahfi : 48 di atas, umpama ada bayi lahir kembar atau lebih, antara sibayi
dengan bayi yang lain tidak mengenal dan tidak ingat apa-apa.

Untuk meyakinkan keterangan di atas, ayat dari kitab Injil mengatakan kita
tidak akan mati semua, artinya bukan rusak dunia dan umatnya, tetapi
masih lestari hidup didunia, jadi yang mengatakan Qiamat itu rusak, itu tidak
benar. Ada kata-kata lagi begini : semua berubah wajah dengan sekejab
mata, berubah sekejab mata itu jelas benar, bila ada lahir wajahnya beruparupa, ada yang gagah, cantik, jelak dan lain-lain, orang hanya tahu saja itu
datangnya ke dunia hanya sekejab mata, berubah wajah itu artinya
jasmaninya di ganti dengan jasad yang baru.

Si X yang tadi mempunyai idam-idaman, keinginan mempunyai wajah yang


cantik, walaupun keinginan lama membekas (tabet-jawa) tetap tidak bisa
karena sudah ganti Roh si X di Qiamatkan melalui jasmani baru.

Quran surat Al-Mukminun : 99 100 ;

99. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang


kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: Ya Tuhanku
kembalikanlah aku (ke dunia)

100. agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya
saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampal hari mereka dibangkitkan

Artinya orang mati itu tidak bisa berusaha apa-apa lagi, balik seperti semula
atau memohon yang lebih baik, karena dibatasi alam barzah, siapa yang
mati jasmaninya hancur jadi abu (tanah). Di Indonesia tidak ada orang yang
seperti Gajah Mada, artinya cita-cita yang melekat pada Roh Gajah Mada
diteruskan dengan bayi yang wajahnya tidak seperti Gajah Mada. Ayat suci di
kitab Quran surat Ar-rum : 52 ;

Maka Sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang


yang mati itu dapat mendengar, dan menjadikan orang-orang yang tuli
dapat mendengar seruan, apabila mereka itu berpaling membelakang

Artinya ayat-ayat itu jelas, bila kita-kita suci Injil, Taurat, Zabur dan Al-Quran
itu tidak bisa untuk memberi ilmu kepada orang yang berada di dalam
kuburan, tetapi kitab-kitab itu isinya untuk orang hidup dan jalannya yang
menyentuh dengan tentang Qiamat, sebenarnya sama dengan lambang
(istilah), karena di situ banyak kata-kata yang intisarinya seperti dunia dan
isinya hancur seperti debu.

Kalau menyatakan kata-kata ayat yang ada, ada yang berbeda :

1. Kejadiannya benar-benar terjadi,

2. sebagai contoh, kalau dua-duanya diteliti sama-sama masuk akal,


umpamanya seperti terjadinya hari Qiamat.

Siapa saja kalau badan merasa sakit, melihat apa-apa pasti pusing dan
badan terasa goyang (pitam-jawa). Contoh di atas kalau dicocokan dengan

ayat-ayat Al-Quran orang-orang yang hidup bisa merasakan, Dan bisa di


rasakan orang yang mati mengalami sekaratul maut, masih bisa merasakan
tanggung jawab Roh.

Kata-kata mengalami sekaratul maut, itu belum mati, karena masih bisa
merasakan. Sekaratul maut itu apa tidak di katakan Qiamatnya Roh yang
akan pindah ke alam kubur. Qiamat itu bangkit dari kubur, kalau sekaratil
maut itu merasa tidak enak, karena belum mati. Walaupun merasa pusing
karena terbentur atau sewaktu Sekaratil Maut masih bisa ingat dan ingat itu
alatnya orang hidup.

Menurut ucapan Nabi Muhammad SAW yang terdapat di Hadist riwayat


Bhukari seperti yang di atas, Qiamat artinya tumbuh dari bawah keatas (dari
Sudra ke Brahmana-kasta), dari sifat rendah menjadi sifat luhur atau mulia.

Nabi Muhammad dan Quran tidak pernah mengucapkan Qiamat itu rusak /
hancur. Dan dalam buku Wirid Hidayat Jati di tulis ayat : 1 sampai 10 itu
diteliti, seperti orang yang merasa kesusahan itu tidak enak. Kalau
dibandingkan dengan tandanya Qiamat di Wirid ini ternyata Hidayat Jati itu
menerangkan tentang mati atau rusak dunia manusia (jasmani).

Kata mengambil jelas seperti mencabut nyawa, dalam Wirid Hidyat Jati
diterima bisaa saja, lalu mengalami bertentangan dengan Wedaran Wirid ini
serta ucapan Nabi Muhammad dan Quran;

1. Wedaran Wirid berdasar sunnah, Hadist dan Quran, Dalil, Hadist, Ijemak
dan Qiyas; jadi kata Qiamat itu bayi lahir dengan selamat.

2. Wedaran Hidayat Jati yang berdasarkan Dalil, Hadist, menyatakan;


umpama hari Qiamat sama-sama kedatangan Malaikat Jibril untuk mencabut
nyawa, tetapi dengan sedikit demi sedikit, artinya mengurangi kerjanya
Panca Indra.

Di Quran, Hadist dan kitab lainnya tidak ada menyalahkan adanya dilahirkan
lagi, berputar, menjelma dan tidak ada yang membenarkan. Reinkarnasi,
dilahirkan lagi, penjelmaan itu ditolak dengan agama Islam, sebenarnya
yang menolak bukan Quran, Hadist dan Injil, tetapi para sarjana
(cendikiawan) yang mempunyai gologan menolak dilahirkan kembali kedunia
yaitu Ikhtikat Marifat dan Islam (sempurna), lalu di buat pedoman orang
awam (bisaa) kalau sudah masuk agama apa saja menolak dilahirkan
kembali, menjelma dan Reinkarnasi, akan tetapi perputaran itu tetap ada
(tidak pernah berhenti).

Jadi orang yang belum bisa Attauhid (menyatu dengan Allah) harus melalui
Qiamat, pakai badan jasmani, sehingga bisa sembahyang (shalat) Marifat
(Semadhi) sehingga mencapai Islam sejati, baru disebut Innalillahi wa
innaillaihi rajiun (menghadap/kembali kepada Allah).
TAMAT
Sumber buku Wedaran Wirid I, Ki R.S. Yoedi Parto Yoewono. Surabaja :
Djojobojo, 1962-64.

Alang Alang Kumitir

Anda mungkin juga menyukai