Anda di halaman 1dari 11

www.alangalangkumitir.wordpress.

com
1

BABAD CARINGAN
Sebelas Sarasilah dan Babad Caringin
Dengan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa dan Atas nama Tuhan
Yang Maha Pengasih dan Penyayang Semoga para leluhur
memperoleh keselamatan dan anugerah dan semoga kami
pantas untuk mengemban segala warisannya
Sarasilah Caringin
Ini adalah trah dan sarasilah para leluhur di kawasan Caringin
yang sejarahnya telah mewarnai corak kehidupan di tempat ini
dan kehadirannya dirasakan melalui pengucapan nama penuh
hormat serta diketahui melalui segala petilasan peninggalan
mereka Berbagai tokoh dan nama keturunan telah hadir di
Caringin baik ulama maupun prajurit, orang saleh maupun
jawara dari trah Kalijaga dan Ngampel Denta, juga dari darah
agung Siliwangi dan tidak ketinggalan pula para pahlawan
perkasa dari Mataram disertai dengan banyak para tokoh dari
wetan lainnya Mereka semua telah meninggalkan jejaknya di
Bumi Caringin yaitu jejak dan tapak yang pantas dipelihara dan
diikuti Demikianlah kini akan diuraikan secara rapi berurutan
para nenek moyang yang dahulu telah membuat sejarah di
kecamatan ini.
Dari trah Kalijaga datanglah Eyang Sapujagad, yaitu Kyai
Langlangbuwana yang menikah dengan Setiyadiningsih atau
Hadityaningsih yaitu putri yang di petilasan Cileungsi disebut
Kembang Cempaka Putih dan pada petilasan Babakan diberi
gelar Dewi Kembang Kuning maka kedua suami istri inilah yang
telah menurunkan Kyai Elang Bangalan yang telah datang dan
seterusnya menetap di daerah Lemah Duhur.
Kemudian daripada itu Elang Bangalanpun menurunkan empat
orang anak yang tertua adalah Arya Sancang di GarutPameungpeuk diikuti oleh Eyang Badigul Jaya Pancawati, Ayah
Ursi Pancawati dan Eyang Ragil Pancawati maka ketiga anak
yang lebih muda itu turut menjadi cikal bakal Caringin serta
meninggalkan kenangan di Pasir Karamat yang diluhurkan.
Anak tertua Eyang Badigul Jaya adalah Ayah Iming, yaitu Kyai
Haji Sulaiman yang makamnya masih dapat ditemukan di
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
2

Kebun Tajur Anak yang kedua dinamakan Umaenah, yaitu istri


Eyang Ranggawulung atau Rangga Agung maka suaminya
itulah yang menjadi leluhur di Cimande-Tarik Kolot Anak yang
ketiga dinamakan Romiah yang dinikahi oleh Eyang Buyut
Umang, yaitu sebagaimana ia disebut di Caringin, karena di
Cinagara ia disebut Aki Degle adapun Eyang Buyut Umang itu
adalah putra Ki Kastiwa, cucu Ki Kaswita, cicit Suwita, dan
turunan pahlawan Jaka Sembung, yaitu suami Roijah gelar
Bajing Ireng sedangkan Eyang Buyut Umang sendiri juga telah
menurunkan dua orang anak, yaitu Aki Eming yang
dipusarakan di makam Gede di Tonggoh dan Aki yang
dipusarakan di Cipopokol Hilir, Pasir Muncang Selanjutnya,
anak keempat Badigul Jaya adalah Samsiah, yang menikah
dengan Aki Kartijan dan anak kelima adalah Amsiah yang
menikah dengan Bayureksa yang disebut juga Reksabuwana,
yaitu putra Radyaksa, cucu Jayadiningrat dari Mataram ialah
pahlawan perkasa yang petilasannya terdapat di Tanjakan
Ciherang maka Bayureksa dan Amsiah menurunkan Ki
Ranggagading dan Ki Kumpi yang kedua-duanya dimakamkan
di kawasan Cigintung-Caringin Akhirnya, anak kelima Aki
Badigul Jaya adalah ibu Esah, yang menikah dengan Aki
Bangala yaitu putra Aki Jepra atau Ki Kartaran, dan cucu Aki
Kahir, tokoh dunia persilatan.
Selanjutnya, dari trah Raden Rakhmatullah Sunan Ngampel
Denta diturunkanlah Ki Karmagada yang menurunkan Ki
Karmajaya, yaitu ayahanda Ki Kartawirya yang berasal dari
Jampang-Surade dan telah datang ke Lemah Duhur, untuk
menetap di Legok Antrem adapun Ki Kartawirya itu disebut
pula Haji Akbar ia menurunkan Marunda dan Marunda
menurunkan Murtani dan seterusnya Murtani menurunkan
Pitung, jago silat dari Rawa Belong.
Diriwayatkan pula bahwa Ki Kartawirya memiliki istri bernama
Nyi Antrem yang namanya telah diabadikan dalam nama Legok
Antrem sasaka kami Maka Nyi Antrem itu pun berasal dari satu
keturunan dengan suaminya sebab leluhurnya, yaitu Sekh
Japarudin, juga berasal dari trah Ngampel Denta Sekh
Japarudin menurunkan Ki Kartaji dan Ki Kartaji menurunkan Aji
Tapak Ireng selanjutnya Aji Tapak Ireng menurunkan lima orang
anak Pertama adalah Aji Wisa Ireng yang juga disebut Haji
Aleman Kedua Aji Wisa Kuning, ketiga mbah Ambani, keempat
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
3

Ki Anom dan kelima ibu Ucu yang diperistri oleh Ayah Haji
Abdul Somad, leluhur di Cimande-Tarik Kolot Keluarga dan
turunan inilah yang menjadi asal-usul masyarakat di Curuk
Dengdeng maka dari Aji Wisa Irenglah ibu Antrem diturunkan
ke dunia yaitu ibu Antrem yang telah dipusarakan di kawasan
Legok Antrem.
Adapun Ki Karmagada juga menurunkan anak lelaki adik Ki
Karmajaya yang kemudian menurunkan Ki Jaka Kadir, yaitu
tokoh yang dipusarakan di Leuweung Ki Maun, yang terletak di
atas Legok Antrem Seterusnya Ki Jaka Kadir menurunkan Ki
Jaka Bledek, leluhur kampung Bendungan di Kampung Tajur
Demikianlah itu tentang para leluhur dan pendahulu yaitu
mereka semua yang berasal dari trah Ngampel Denta.
Seterusnya sebagaimana diriwayatkan oleh mereka yang
mengerti sejarah mengalir pula darah leluhur Siliwangi pada
diri para leluhur di Caringin mewarnai jalan kehidupan
masyarakat
dan
memancarkan
kesejatian
rasa
membangkitkan kesucian sikap dan menaikkan kebajikan laku
Maka inilah keluarga para jawara yang menghubungkan
Siliwangi dan Caringin menghubungkan masa lalu dan masa
kini serta mengarahkan masa depan.
Sang Ratu Jaya Dewata Prabu Siliwangi menikah dengan Nyi
Ratu Subangkarancang dan menurunkan tiga orang anak, yaitu
dua orang lelaki dan seorang wanita anak yang tertua adalah
Pangeran Arya Santang, Panembahan Cakrabuwana anak yang
kedua adalah Nyi Rara Santang ibunda Syarif Hidayatulah dan
anak yang ketiga adalah Kian Santang atau Prabu Sagara atau
Sunan Rakhmat Suci di gunung Godog yang disebut Sekh
Kuncung Putih di Cibadak-Pangasahan maka ia itulah leluhur
seorang tokoh bernama Elang Sutawinata.
Adapun Elang Sutawinata yang disebut di atas menurunkan
tujuh orang anak pertama adalah Jaka Sembung yang menikah
dengan Roijah gelar Bajing Ireng kedua adalah Jaya Perkosa
yang menjadi patih Prabu Geusan Ulun di Sumedang Larang
seorang istrinya bernama Mulantri dan salah seorang anaknya
pernah hadir di Caringin yaitu yang disebut Aki Palasara,
disebut Aki Kabayan, disebut Ki Jambrong yang memiliki
petilasan di Kebon Tajur, di atas Legok Antrem, lalu di Legok
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
4

Jambrong dan juga memiliki petilasan di Legok Batang, di


kawasan Citaman, di desa Tangkil Selanjutnya anak ketiga
Elang Sutawinata adalah Aki Kahir yang nama-nama dan
petilasan-petilasannya akan diuraikan di bawah anak keempat
adalah Eyang Ranggawulung leluhur di Tarik Kolot anak kelima
Aki Dato di Bantar Jati dan Pondok Pinang anak keenam Sekh
Sake di petilasan di Citeureup dan anak ketujuh Pangeran
Papag yang menikah dengan Sari(w)uni, putri Ki Hambali.
Sembilan nama dan sembilan petilasan dimiliki anak ketiga
Elang Sutawinata Aki Kahir di Bogor-Tanah Sareal, Sekh
Majagung di Cirebon Pangeran Jayasakti di Batu Tulis, Gentar
Bumi di Pelabuhan Ratu Aki Euneur di Pangasahan, Cikidang,
Cipetir dan Eyang Kartasinga-Wirasinga di Tarik Kolot Aki
Dalem Macan di Citeureup, Eyang Pasareyan di Cidahu,
Cibening, Ciampea dan yang kesembilan dan terakhir adalah Ki
Jambrong di Cirebon.
Maka Aki Kahir menurunkan anak lelaki bernama Ki Kartaran
yang berganti sebutan menjadi Ki Jepra sekembalinya dari
pertempuran di Tegal Jepara ia dipusarakan pada dua petilasan
di dua tempat sebuah di Kebun Raya Bogor dan sebuah lagi
berupa makam putih di Cimande Hilir Ia menurunkan empat
orang anak, seorang lelaki dan tiga orang wanita yang tertua
adalah Aki Bangala yang menikah dengan uwak Esah yang
kedua dalah Nini Sarinem di Ciherang-Limus Nunggal disebut
Sri Asih di Cirebon dan Nini Sarem di Cileungsi suaminya
adalah Kyai Ajiwijaya dari Plered-Purwakarta yang ketiga
adalah Nini Sayem di Ciherang-Limus Nunggal yang menikah
dengan Ki Puspa dari Cirebon yaitu tokoh yang dihubungkan
dengan Kuda Puspagati dari petilasan Pasir Kuda di Lemah
Duhur dan yang keempat adalah Nini Sarimpen di Garut yaitu
istri Banaspati, seorang panglima Panembahan Sabakingkin
dari Banten.
Selanjutnya dikisahkan pula bahwa Rangga Wulung, anak
keempat Elang Sutawinata menurunkan lima orang anak yang
masing-masing disebut sebagai berikut:
Aki Ondang, Aki Buyut, Aki Anom, Aki Suma dan Aki Ace dan
diriwayatkan pula bahwa ketika Eyang Rangga Wulung
memasuki Caringin ia diiringi oleh Ajengan Kuningan dan Ki
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
5

Age yang keduanya dimakamkan di Kebun Tajur, di sebelah


atas Legok Antrem Kemudian daripada itu berniatlah kami kini
untuk mengurutkan garis keturunan Arifin yaitu seorang rekan
pengawas di Bina Kertajaga Siliwangi Anom baik dari garis
ayahnya maupun dari garis ibundanya.
Para leluhur dari pihak ibunya adalah sebagai berikut:
Elang
Sutawinata
menurunkan
Ranggawulung,
yang
menurunkan Ki Ace, yang kemudian menurunkan Ayah Haji
Abdul Somad, yang kemudian menurunkan Haji Ajid, yang
menurunkan Hajjah Kuraisin, istri Ki Lurah Uji, yang
menurunkan ibu Enen, anak angkat Haji Atap, istri bapak Ubeh
Subandi.
Sedangkan para leluhur dari pihak ayahnya adalah sebagai
berikut:
Elang Sutawinata menurunkan Aki Kahir, yang menurunkan Ki
Jepra, yang kemudian menurunkan Nini Sayem di Limus
Nunggal Selanjutnya Nini Sayem menurunkan Ki Rasiun, yang
menurunkan Ki Sarian, yang menurunkan Ki Jaian dan Ki Jaiin
Seterusnya Ki Jaiin menurunkan Ki Haji Muat
yang
menurunkan Ki Kaeji Haji Akhmali, yang dahulu memiliki Legok
Antrem dan juga mendirikan persatuan pencak silat Hibar
Karuhun Maka Haji Akhmali itu dahululah yang membawa
pengaruh Tarik Kolot ke sekitar desa Cikalang dan dia adalah
ayah Ki Haji Barnas, bapak Ubeh Subandi dan adik-adiknya
Selanjutnya, dari Cikalang di desa Caringin kami mengalihkan
uraian ke pemakaman tua di desa Cinagara, yang terletak
dibawah pohon rindang di situ disemayamkan Mbah Dalem
Cinagara dan Mbah Dalem Asihan, istrinya Seseorang
meriwayatkan kepada kami tentang Mbah Dalem yang
dikatakan berasal dari Jawa Timur dan disebut dengan nama
Eyang Adeg Daha tetapi seseorang lainnya mengisahkan
silsilah Mbah Dalem sebagai berikut:
Dari trah Brawijaya, melalui trah Kalijaga diturunkan Raden
Tresna yang disebut juga Pandewulung dari Kudus Ia
menurunkan Sekh Japarudin dari Mataram yang menurunkan
Sekh Sekh Abdul Muhi dari Pamijahan yang selanjutnya

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
6

menurunkan Sekh Mohammad Abdul Sobirin, yaitu Mbah


Dalem Cinagara pepunden masyarakat di Dukuh Kawung.
Demikianlah itu Sarasilah Caringin sebagaimana telah
diuraikan oleh Ki Jumanta dari Cikodok, yang sangat tekun
mendalami sejarah sekarang diurutkan pula nama-nama
tempat dan desa tempat para Karuhun di pusarakan dalam
damai.
Di Lemah Duhur dan Pancawati:
Eyang Kartasinga, Ki Sarian dan Ki Rasiun di Tarik Kolot.
Eyang Ranggawulung dan putra-putranya, beserta ayah Haji
Abdul Somad di Tarik Kolot.
Eyang Badigul Jaya, ayah Ursi dan Eyang Ragil di Pancawati.
Eyang Rasiyem di Legok Mahmud.
Aki Anyar dan Nini Siti Mastiyah di Tanjakan Saodah.
Pangeran Jayakarta, putra Wijayakrama,
petilasan di Pulo Gadung, berputra Eyang.

yang

memiliki

Sagiri, yang petilasannya terdapat di Bojong Katon.


Eyang Bangalan di Cikodok, Kampung Legok.
Ki Jaka Kadir dan Ki Jaka Bledek di Legok Antrem.
Nyi Antrem dan Ki Kartawirya di Legok Jambrong.
Ajengan Kuningan, Haji Sulaiman ayah Iming, uwak Esah anak
Badigul Jaya, Aki Age, Setyawati Kusumah dari Mataram dan
Ki Jambrong anak Jaya Perkosa, semuanya di Kebun Tanjur.
Di Cimahi Jaya:
Tidak ada yang tercatat telah dipusarakan di tempat ini.
Di Pancawati:

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
7

Aki Ariyam dan Ki Suwita di Legok Nyenang.


Di Ciherang Pondok:
Nini Amsiah di tengah kawasan desa.
Haji Abdul Kohar atau Mbah Ageng di perbatasan Ciawi.
Nini Sarinem di Blitung-Cikeretek.
Hadikusuma, putra Tubagus Gelondong di Cibolang.
Di Muara Jaya:
Batara Kresna, Aki Arya Kusuma di Rawayan.
Adipati Wirasembada di Kampung Nyenang, dan mbah Muhi.
Di Pasir Muncang:
Aki Wirakerta dari Kuningan, Nini Antri, putri Ki Anyar, cucu
Sekh Asnawi di Cipopokol Girang.
Aki Aliyun di Cipopokol Hilir.
Suryadiningrat, cucu Sekh Malik Ibrahim di Ciburial.
Di Cinagara:
Raden Suryapadang di Kampung Curuk Kalong.
Mbah Dalem Cinagara dan Mbah Dalem Asihan di Dukuh
Kawung.
Di Tangkil:
Aki Degel, Haji Muid, dan Ni Jabon, istri Suryadiningrat di
Kampung Loji.
Nini Rasa dan Ki Jambrong di Legok Batong, yang juga disebut
Aki Palasara.
Di Pasir Buncir:
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
8

Batara Karang atau Pangeran Jayataruna dari Ponorogo.


Di Ciderum:
Bango Samparan dari Ponorogo, kakak dalang Asmorondono,
dan Ki Kastiwa.
Di Caringin:
Galuh Pakuan atau Walasungsang atau Cakrabuwana; Ki
Kartaji; Aji Tapak Ireng; Aji Wisa Ireng, dan Aji
Wisa Kuning di Kampung Curuk Dendeng.
Ki Umang, Aki Ranggading, dan Ki Kumpi di Cigintung.
Di Cimande Hilir:
Reksabuwana atau Bayureksa di tanjakan Ciberang, dan Eyang
Bangala.
Demikianlah selesai kami urutkan
sarasilah, nama tokoh dan petilasan di Caringin
Babad Caringin
Ucapkanlah Asma Yang Maha Agung di Pasir Karamat
kagumilah alam pada batu besar di Pancawati hormatilah
peninggalan yang sangat tua di Pasir Kuda bersemadilah pada
goa dengan air terjun di jurang Citaman pergilah menapak tilas
kelima tempat Siliwangi di sepanjang Cisalada hingga ke Curuk
Merot pelajarilah warisan Cimande pada guru yang rendah hati
Kunjungilah Bumi Kawastu untuk merundingkan perjuangan
datanglah ke Legok Antrem untuk mempererat persaudaraan
dan dengarkanlah dengan teliti isi kisah babad Caringin yaitu
Caringin Kurung dari masa lalu dan Caringin Kurung dari masa
yang akan datang Kemudian dengan tekad membaja dan
semangat membantu negara bersama-sama mengucapkan
manggala, sebagaimana telah disusun di Sasaka Antrem:
Kertajaga Bumi Kawastu, Mugi rahayu di Legok Antrem, Mugi
jaya di Tegal Laga, Mejangkeun teras hibar Karuhun
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
9

Semoga semua rela menata dengan jujur, Semoga


memperoleh harta rohani dalam bejana budi pekerti yang
mendatangkan
ketentraman,
yang
mendatangkan
kesejahteraan.
Inilah riwayat babad Caringin, babad yang telah disampaikan
dari yang tua kepada yang muda:
Dari ketinggian di Sasaka Jati Pasir Karamat memandang ke
bumi Pakuan memohon dan memperoleh terang batin: Surya
Padang Caang Narawangan menghargai dengan hormat Bukit
Baduga di Rancamaya menyaksikan dengan kagum Mandala
Keratuan di Batu Tulis melayangkan pikiran ke Watu Gigilang,
yang kini terletak di negeri Banten meneliti perjalanan sejarah
di dataran yang berada di antara kedua gunung.
Di sini pernah terjadi gejolak dan gemuruh peperangan ketika
terdengar kabar berlangsungnya perang antara Pajajaran dan
Banten juga ketika kemudian tentara Banten meliwati daerah
menuju Cikundul untuk menyerbu Begitu pula para prajurit,
perwira dan tokoh-tokoh persilatan yang turut mengalami api
perubahan jaman dan bergantinya masa; seterusnya
menanamkan ciri dan corak keperkasaan ketika bermukim di
Caringin membanggakan keberanian dan kejantanan di
samping
ketakwaan
dan
kesalehan
yaitu
semangat
keprajuritan sebagaimana terkandung dalam sasmita-kata:
Bojong Katon Pasir
Pancawati Denda

Bedil

Lemah

Duhur

Pangapungan

Ratusan tahun yang lalu berdiri sebuah tangsi tentara Mataram


yaitu di tempat yang sekarang disebut Pasar Caringin yaitu
pada jalan yang menuju ke Maseng, Pasir Bogor, lalu Cihideung
dan Kota Bogor Jauh sebelum jalan mulai menanjak dan
berbelok-belok
di
situlah
bersemayam
Tumenggung
Wiranegara pemimpin pasukan dari wetan yang gagah perkasa
yang sedang berusaha keras menahan pengaruh dari kota di
utara sebagai perwira Mataram dan sebagai kusuma bangsa
sebagai tokoh perjuangan yang tak lelah berkarya.
Kapan dan bagaimana para perwira Mataram tiba tentunya
ditanyakan peristiwanya oleh banyak orang walaupun benar
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
10

dan tidaknya itu masih sulit ditentukan tetapi beberapa bukti


menunjukkannya sebagai kemungkinan.
Pada tahun 1628 dan 1629 tentara Mataram dan Sunda datang
menyerbu kedudukan Belanda di Negeri Betawi pada kedua
peristiwa itu mereka akhirnya dipukul mundur Karena kalahnya
persenjataan dan terbakarnya gudang-gudang makanan ingin
kembali ke timur jalan laut terhalang armada kompeni maka
terpaksa mengambil jalan darat di sepanjang pegunungan
tengah pada peristiwa itulah mereka meninggalkan nama dan
bekas.
Rawa Bangke tempat gugurnya ribuan pasukan Matraman
tempat mereka bermukim beberapa lama Ragunan yang bukan
tidak mungkin berasal dari nama Wiragunan lalu adanya
beberapa makam dan petilasan Kuno di Caringin seperti
Bayurekso-Reksobuwono di tanjakan Ciherang ia di pusarakan
dan ia disebut sebagai anak Radyaksa, cucu Jayadiningrat dari
Kartasura.
Kembali kepada periwayatan babad Caringin Kurung katanya
tangsi tentara Mataram itu dikurung tembok dan di dalamnya
ditanam pohon Caringin atau Beringin yang dengan demikian
melahirkan nama Caringin Kurung Menurut kisahnya tempat
itu pernah digadaikan kepada Belanda yang menolak untuk
menyerahkan kembali ketika hendak ditebus karena itu muncul
sengketa yang berkepanjangan yang akhirnya pecah menjadi
suatu pertempuran panjang.
Semua kekuatan pribumi baik yang gaib maupun nyata
dikerahkan
untuk
merebut
Caringin
Kurung
dan
mengembalikan hak Wiranegara dari kampung Gembrong di
belakang Maseng Arya Wiryakusuma membantu juga
Suryakancana yang di luhurkan di kabupatian Bogor di Pasir
Muncang-Muara Jaya tegak berdiri Batara Kresna Ki Kartaji, Aji
Tapak Ireng dan Aji Wisa Ireng di Curuk Dengdeng tidak
ketinggalan pula Galuh Pakuan yang dihadirkan untuk
memperkuat seluruh pasukan-pasukan pribumi Jaka Kadir dan
Jaka Bledek menahan jalan di Legok Antrem Eyang Bangala di
Cimande Hilir, Ranggawulung di Pancawati serta Aki
Ranggagading dan Ki Kumpi di Cigintung-Caringin hanya satu
tokoh pribumi memilih untuk memihak Belanda yaitu
www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

www.alangalangkumitir.wordpress.com
11

Hadikusuma, putra Tubagus Gelondong, di Cikeretek-Cibolang


Dalam adu senjata di hibar Caringin pada medan laga di bumi
Pakuan itu karena kehendak Yang Maha Kuasa pasukan pribumi
tak berhasil mencapai maksudnya Bersama dengan perjalanan
waktu yang mengikis dunia kebendaan lenyap pula tempat
dilingkup tembok dimana terdapat pohon beringin itu tetapi
rupanya tetap dikenang lalu dilontarkan ke masa depan
dijadikan ramalan melalui kata-kata orang tua :
Lamun geus ngadeg Caringin Kurung, didieu bakal rame,
didieu bakal makmur
Demikianlah babad Caringin Kurung menurut penuturan Ki
Jumanta benar tidaknya kiranya hanyalah Tuhan yang
mengetahui tetapi satu hal saja hendaknya jangan dilupakan
oleh para pewaris ini adalah tanah perjuangan, tanah
keperwiraan dan tanah keperkasaan Ini adalah tanah orang
yang beribadah, bekerja keras dan membangun kemuliaan
Karena itu bangkitlah untuk Caringin, untuk tanah air dan
untuk masa depan.
Semoga menerima berkat Yang Maha Kuasa Semoga
memperoleh restu para pendahulu
Semoga mewarisi semangat para leluhur!

www.alangalangkumitir.wordpress.com
oleh : Mas Kumitir

Anda mungkin juga menyukai