Anda di halaman 1dari 3

Keserasian Dakwah Nabi Muhammad Saw dan KH.

Hasyim Asyari

Agama Islam telah berkembang luas di dunia. Selain itu, di Indonesia agama Islam berada
pada peringkat satu penganut terbanyak.

Namun tak sampai di situ, menyebarkan agama Islam tak semudah seperti membalikkan
telapak tangan.

Banyak sekali tantangan dan rintangan yang harus dihadapi oleh seorang pendakwah.
Banyak metode dan tahapan yang harus dipersiapkan.

Rosululloh SAW adalah orang pertama yang mendakwahkan agama Islam. Ketika beliau
mendapat wahyu pertama dari alloh.

Beliau tidak langsung menyiarkan lewat podium-podium, melainkan berdakwah secara


sembunyi-sembunyi kemudian secara terang-terangan.

Selama 23 tahun masa kerosulanya beliau gunakan waktu itu dengan sebaik mungkin.

Dakwah Nabi Muhammad sangat baik dan bertahap. Karena latar belakang orang Arab kala
itu sudah mempunyai sesuatu untuk dibuat sesembahan yaitu berhala yang notabennya
patung.

Maka dari itu, Nabi Muhammad tidak serta merta melakukan kekerasan dalam berdakwah,
karena kita tau tidak ada paksaan dalam beragama.

Hal itu tetulis dalam QS Al Baqoroh ayat 256. artinya “Tidak ada paksaan dalam memeluk
agama. Sungguh telah jelas antara kebenaran dan kesesatan ”

Tahapan demi tahapan beliau lakukan dalam berdakwah. Di dalam kitab Tarikh Tasyri Islami
hal 21, di sana diterangkan bahwasanya beliau pernah ditanyai oleh orang arab mengenai
arak atau minuman keras.

“Bagaimana pendapatmu tentamg khomer “. Beliau menjawab dengan ayat 219 QS Al


Baqoroh. Artinya “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia.
Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya”.

Ayat tersebut tidak mengatakan adanya perintah meninggalkan, tetapi Cuma memberi tahu
jika dosanya lebih besar daripada manfaatnya. Bisa diambil pemahaman bahwa seakan
orang Arab itu diajak berfikir dahulu.

Setelah itu, Nabi Muhammad SAW menjelaskan kembali ketika hendak menunaikan sholat,
akal kita harus sadar supaya kita tahu apa yang kita ucapkan.
Kemudian itu nabi menambakan dengan ayat 43 QS An nisa ” janganlah kamu shalat, sedang
kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan”.

Dalam ayat tersebut tidak ada pencegahan yang serius, namun hanya penguatan dari ayat
pertama. Setelah itu baru datang ayat yang mengatakan adanya pencegahan yang disertai
hukum. Yakni pada ayat 90 surat Al Maidah.

Artinya "Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan."

Selanjutnya kita beralih jauh ke Indonesia, di sana terdapat ulama kharismatik yang
bertempat tinggal di daerah Jombang Jawa timur beliau bernama KH Hasyim Asyari.

Beliau lahir tahun 1871 m. Pendeknya, ketika beliau meminta ijin kepada kakeknya dan
ayahnya ingin mendirikan pondok pesantren di daerah Tebuireng.

Sedikit beliau mendapat pertimbangan dari mereka, dikarenakan di sana adalah pusat
kejahatan mulai dari judi, mabuk, sampai main perempuan.

Tapi dengan tawadhunya KH Hasyim Asyari memberikan alasan demi alasan yang masuk
akal.

Alhasil beliau pun diijini, Namun tak semudah yang dibayangkan, KH Hasyim Asyari menuai
banyak kritikan dan teror dari para masyarakat sekitar Tebuireng.

Menukil dalam buku Penakluk Badai karya Aguk Irawan di sana dijelaskan bahwa suatu
ketika beliau bersama santrinya melakukan musyawarah untuk menentukan seseorang
yang pertama kali menjadi objek dakwah.

Kemudian hal itu, jatuh pada seorang pemabuk, karena pemabuk ketika sadar dia bisa diajak
berfikir. Lalu beliau pun mendekati seorang gembong atau big boss daerah itu, selain itu dia
juga juragan gerobak sapi. Dia bernama Marto Lemu.

Pendekatan demi pendekatan beliau lakukan dengan teladan, sampai suatu ketika Marto
Lemu datang ke rumah KH Hasyim Asyari untuk mengangkut barang beliau untuk dibawa ke
pasar.

Di sana Marto Lemu melihat sayur-sayuran dan ikan-ikan KH Hasyim Asyari yang sangat
sehat dan gemuk-gemuk. Kemuadian beliau memberi Marto Lemu sejumlah ikan. Keakraban
pun mulai terjalin di antara keduanya.

Selanjutnya Marto Lemu mengatakan bahwa dia kepikiran dengan ucapan KH Hasyim Asyari
tentang arak atau banyu geni.
“Ternyata perlahan arak itu merusak otak dan tubuh, hal itu terbukti ketika aku berkumpul
dengan nyaiku, jika tidak meminum rasanya tidak enak. Ketika tiga hari tidak minum rasanya
kepala pusing, namun tenaga mulai berubah”.

KH Hasyim Asyari pun menimpali “memang seperti itu, kadang kita harus berdamai dengan
badan” Kemudian Marto Lemu sedikit kebingungan “ maksudnya kyai “ KH Hasyim Asyari
menjawab “sudah saatnya perut kita tidak dimasuki air arak.

Akan tetapi kita berikan untuk darah membangun lambung”. Akhirnya hati Marto Lemu pun
luluh. Bahkan, dia dan anak buahnya sampai belajar sholat, tata krama, dan mulai
meninggalkan botol arak.

Kedua peristiwa tersebut mengindikasikan bahwasanya sesungguhnya islam mengajarkan


dakwah dengan bertahap, kelembutan, dan akal pikiran, bukan dengan cara kekerasan
ataupun mengejek.

Semoga kita selalu diberi kesabaran dan keluasan berfikir oleh alloh supaya dimudahkan
dalam berdakwah. Amin ya robbal alamin.

Anda mungkin juga menyukai