Anda di halaman 1dari 7

KISAH SEORANG ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

PERTAMA :

Dahulu kala ketika ia masih duduk dibangku sekolah dasar, anis sering sekali
membantu kedua orang tuanya, bahkan ia mau berjualan es teh manis dan koran di kereta
untuk bisa menutupi kebutuhan sekolahnya. Anis sangat penurut dan mau melakukan semua
kebajikan. Ia tak lupa mendirikan sholat 5 waktu sehari semalam. Anis merupakan figur anak
yang sabar, ia bertekad suatu waktu ia bisa memberangkatkan kedua orang tuanya pergi haji
ke tanah suci.
Sejak duduk di bangku SD, Anis merupakan anak laki-laki yang tidak bisa tinggal
diam, ia selalu membantu kedua orang tuanya dan saudara-saudaranya. Ia juga memiliki cita-
cita untuk bisa memiliki sebuah warung kelontong kelak ia sudah dewasa nanti.Ia memang
anak yang sangat pandai namun karena keterbatasan keuangan orang tuanya, ia hanya bisa
lulus sampai bangku sekolah menengah tingkat atas, namun ia sadar itu memang kehendak
Tuhan dan ia pun menyadari akan keterbatasan orang tuanya, akhirnya iapun berusaha sekuat
tenang untuk bisa membahagiakan orang tuanya.
Sampai pada suatu ketika, ia berhasil meraih sebuah posisi yang sangat bagus
disebuah perusahaan, ia pun tidak mau menjadi orang yang sombong, sebab ia pun tahu
keberhasilannya yang sudah ia peroleh adalah sebagian besar karena doa dari kedua orang
tuanya, dan pada akhirnya iapun bisa memberangkatkan haji kedua orang tuanya dan
merasakan sangat bersyukur karena ia bisa menjadi anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Hikmah dari cerita anak islami singkat ini adalah janganlah kau sia-siakan orang tua,
jika saat ini mereka masih hidup, pelihara, jaga dan rawatlah mereka, sebab merekalah yang
merawat kita semenjak kita kecil.
KISAH SEORANG ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA
KEDUA :

Pada suatu hari saat aku sedang bertugas di sebuah klinik didalam rumah sakit
ditempat kota ku tinggal, datanglah pasien yang merupakan seorang wanita yang sudah lanjut
usia bersama anak lelakinya yang berumur sekitar 30 tahun itu kedalam klinik tempatku
bertugas. Saat saya memperhatikan pasien beserta anak lelakinya tersebut, saya melihat
bahwa si anak lelakinya ini memberikan perhatian yang ekstra kepada ibunya ini. Ia
memegang tangan ibunya, kemudian ia merapihkan pakaian ibunya dan memberikan ibunya
makan serta minum.
Setelah saya berbincang bersama anaknya mengenai masalah kesehatan ibunya dan
saya pun meminta ibunya untuk diperiksa. Setelah di periksa, aku bertanya kepada anak
lelakinya mengenaik kondisi akal si ibu yang menurutku agak terlihat dan terasa janggal.
Setelah saya bertanya, anak lelakinya itu pun menjawab, “Dia adalah ibuku, dok. Ibuku
memiliki penyakit keterbelakangan mental sejak aku dilahirkan.” Ketika mendengar hal
tersebut, rasa ingin tahuku pun semakin bertambah. Akupun kembali menanyakan beberapa
hal kepada anak lelakinya itu, “Lalu, siapa yang merawatnya selama ini?” Dan anaknya itu
langsung menjawab, “Aku yang merawatnya dokter.”
Mendengar hal tersebut aku merasa takjub dan juga terkejut, melihat seorang anak
yang sangat berbakti kepada orangtua. Aku pun kembali mengajukan pertanyaan kepada anak
itu, “Dan selama ini, siapakah yang memandikan dan mencuci pakaian ibumu?” Kemudian
pemuda tersebut pun menjawab, “Aku menyuruh ibuku masuk ke kamar mandi untuk mandi
sendiri. Aku menunggunya di luar pintu kamar mandi hingga ibuku selesai mandi. Setelah ia
selesai mandi, aku memberikannya baju untuk dipakai. Pakaian kotor bekas ibuku pakai
kemudia aku kumpulkan dan aku masukkan kedalam mesin cuci untukku cuci. Aku
membelikan pakaian yang ibu butuhkan.”
Setelah mendengar semua itu akupun akhirnya menanyakan hal – hal lainnya lebih
dalam tentang ibunya itu, “Mengapa kamu tidak mencarikan pembantu yang bisa mengurus
ibumu?” Anaknya tersebut lalu menjawab, “Tidak dokter, pembantu tidak pernah
memperhatikannya dengan baik. pembantu juga tidak bisa benar – benar memahaminya. Aku
merasa khawatir dengan ibu, jadi aku memutuskan supaya aku yang merawat ibuku langsung.
Karena ibuku itu seperti anak kecil. Ia tidak bisa melakukan hal – hal yang biasa dilakukan
oleh orang dewasa normal lainnya. Dan akulah yang sangat memahami dan mengerti ibuku.
Karena aku sudah mengurus ibuku hampir 20tahun lamanya.”
Mendengar semua itu, rasanya tenggorokan ku sakit. Tak kuat aku menahan haru
mendengar kisah dan perlakuannya kepada ibunya itu. Sungguh benar – benar anak yang
berbakti kepada orangtua. Akupun kembali mengajukan pertanyaan kepada anaknya itu,
“Apakah sekarang kamu sudah menikah?”, “Alhamdulillah dok, saya telah menikah dan juga
memiliki dua orang anak” jawabnya kepada ku. Aku pun bertanya lagi, “Berarti selama ini,
istrimu juga membantu mu untuk mengurus ibu mu?” Lalu anak itu menjawab, “Iya dok,
istriku membantu ku semampunya karena aku juga tidak ingin memaksakannya. Istriku yang
memasak dan menyuapi ibu ku untuk makan. Ibuku sangat menyukai masakan istriku, dan
ibuku juga sangat senang disuapi oleh istriku. Aku juga telah mendatangkan pembantu untuk
membantu pekerjaan lain yang seharusnya istriku lakukan. Namun, aku selalu berusaha
supaya aku bisa makan bersama dengan ibuku. Karena aku harus memperhatikan kadar gula
yang ibuku makan. Karena, sudah dari dulu ibuku mengidap penyakit Diabetes. Oleh karena
itu aku harus selalu memperhatikannya agar ibuku tetap sehat. Aku selalu bersyukur kepada
Allah SWT karena aku dikelilingi oleh orang – orang yang menyayangiku dan juga ibuku.
Allah SWT memang sangat baik.”
Mendengar semua itu aku semakin takjub dengan anak yang berbakti kepada orangtua
ini beserta dengan istrinya. Saat aku memandang ke arah si ibu, aku tak sengaja melihat
betapa rapih dan bersihnya kuku si ibu ini. Saat itu aku bertanya kembali kepada si anak,
“Lalu siapakah yang memtong kuku ibumu ini? Aku melihat kukunya sangat rapih bersih dan
terawat.” Kemudian si anak menjawab, “Aku dokter. Aku melakukannya karena ibuku tidak
bisa melakukan apa – apa. Hanya itu yang bisa ku lakukan untuk membuat kukunya bersih.”
Saat kami sedang mengobrol, tiba – tiba sang ibu memandang ke arah anaknya itu dan
bertanya kepada anaknya, “Kapan engkau akan membelikan aku kentang? Aku sangat ingin
makan ketang. Aku lapar.” Tanya ibu tersebut kepada anaknya. Dan anaknya pun segera
menjawab permintaan ibunya itu, “Tenanglah ibu, setelah semua ini selesai kita akan pergi
ketempat makanan yang menjual kentang yang ibu inginkan. Ibu jangankhawatir, ya? Aku
pasti akan membelikan ibu kentang.” Setelah mendengar hal tersebut ibunya pun terlihat
kegirangan bahagia sambil melompat – lompat. Setelah itu, si anak menatap ku dan berkata
kepadaku, “Dok, demi Allah… Saat aku melihat ibuku bahagia seperti itu aku sangat bahagia
sekali. Bahagianya melebihi ketika aku melihat anak – anakku bahagia. Ibuku adalah orang
paling berharga yang melahirkan ku kedunia ini dengan mempertaruhkan nyawanya.”
Akupun merasa iba dan tersentuh mendengar perkataan dari si anak yang berbakti
kepada orangtua tersebut. Rasa tangis yang ku tahan ini adalas tangis haruku melihat mereka
dan anaknya yang penuh kasih dan sayang itu. Setelah itu, aku pun kembali melihat –lihat
berkas rekam medis ibunya tersebut memastikan bahwa semua nya telah aku tuliskan dengan
lengkap. Rasa penasaranku pun kembali datang. Aku bertanya lagi kepada anak itu, “Apakah
kamu memiliki kakak atau adik?”, “Tidak. Aku tidak memiliki kakak maupun adik, aku
adalah putra semata wayang. Ibu ku diceraikan ayahku sebulan setelah mereka menikah.
Hingga sekarang akupun tidak tahu siapa ayahku yang sebenarnya.” “Jadi selama ini kamu di
rawat oleh ayahmu?”, tanyaku lagi kepadanya. Ia pun menjawab, “Tidak. Selama ini aku
dirawat oleh nenekku. Dan nenekku juga yang merawat ibuku ketika aku masih kecil dulu.
Namun nenek telah meninggal. Tapi aku yakin Allah SWT telah bersaama nenek di surga,
karena kebaikan nenek yang tak terhingga. Nenek meninggal saat usiaku 10 tahun.”
Dan ketikaaku bertanya apakah ibunya merawatnya ketika ia sakit, iapun menjawabt
tidak. Karena memang ibunya benar – benar tidak bisa melakukan dan tidak mengerti
apapun. Setelah itu, aku menulis resep obat untuk ibunya itu. akupun menjelaskan tentang
obat dan cara penggunaan obat tersebut. Setelah aku selesai menjelaskan semuanya, si anak
tadi kemudian memegang tangan ibunya tersebut sambil tersenyum dan berkata kepadanya,
“Mari ibu, sekarang kita sudah selesai. Ayo kita pergi untuk membeli kentang yang ibu
inginkan itu. Terimakasih juga aku ucapkan karena ibu telah mau sabar menunggu.” Namun
tak diduga ibunya malah menjawab seperti ini, “Tidaaakk.. Aku sudah tidak menginginkan
kentang. Sekarang aku inginnya pergi ke Mekkah. Ayo kita ke Mekkah”. Akupun heran
dengan jawaban ibunya itu, dan aku bertanya kepada ibunya itu, “Mengapa ibu ingin pergi ke
Mekkah? Apa yang membuat ibu ingin pergi kesana?” Lalu ibunya itupun menjawab
pertanyaanku dengan riang gembira, “Supaya aku bisa terbang di udara. Supaya aku bisa
menaiki pesawat. Aku ingin naik pesawat. Ayo kita pergi ke Mekkah.” Mendengar hal
tersebut, akupun kembali bertanya kepada anaknya itu, “Apakah kamu benar – benar akan
membawa ibumu ke Mekkah?” Lalu anaknya itupun menjawab, “Iya, tentu saja aku akan
membawanya. Aku akan mengusahakannya supaya ibuku bisa pergi kesana akhir bulan ini.”
Akupun mengatakan bahwa sebenarnya dalam agama tidak ada kewajiban umrah bagi
ibuya dan aku bertanya mengapa ia tetap akan membawa ibunya tersebut untuk umrah.
Anaknya itupun menjawab pernyataan dan pertanyaanku sambil tersenyum, “Memang tidak
diwajibkan. Namun mungkin kebahagiaan yang aku rasakan ketika aku membawa ibuku
pergi ke Mekkah merupakan kebahagiaan yang luar biasa bagi hidupku. Dan mungkin itu
juga akan membuat pahala ku lebih besar daripada aku umrah dengan tidak membawa ibuku
bersama ku.” Setelah menjawab pertanyaan terkahir dari ku anak itu pun berterimakasih
kepadaku dan kemudian ia bersama ibunya bergegas meninggalkan klinik tempat ku praktik.
Setelah itu, aku meminta kepada perawatku untuk meninggalkan ku sendiri diruangan dengan
alasan karena aku lelah dan aku ingin beristirahat. Namun sebenarnya itu hanyalah alasanku
saja, karena aku tak ingin perawat melihatku menangis. Perawat pun akhirnya meninggalkan
ku sendiri diruangan. Saat perawat itu pergi, tak kuasa aku menahan airmata ku. Ketika itu
pipiku terasa basah di banjiri oleh air mata haruku melihat seorang anak yang sungguh –
sungguh berbakti kepada orangtua itu. Akupun menangis sejadi – jadinya aku mengeluarkan
seluruh perasaan yang ku rasakan didalam hatiku ini. Aku pun berkata kepada diriku sendiri,
“Begitu berbakti kepada orangtua anak itu. Ia sangat berbakti kepada ibunya, ibunya yang
tidak pernah sepenuhnya menjadi ibu yang sesungguhnya seperti ibu – ibu normal lainnya.
Namun kasih sayang yang dimiliki aka itu untuk ibunya sungguh tidak terbatas. Sungguh
benar – benar anak yang sangat berbakti kepada orangtua. Semoga Allah SWT selalu
memberikan anak yang berbakti kepada orangtua tersebut kesehatan, rezeki, serta
kebahagiaan agar anak yang berbakti kepada orang tua tersebut bisa memberikan semua yang
ia miliki kepada ibunya itu.”
Ibunya yang mengandung dan melihairkan anak itu, namun tak pernah sekalipun
ibunya itu merawatnya, menggendongnya dengan enuh kasih sayang, mengurusnya ketika ia
sakit, mengajarinya membaca menuulis, berjalan, menghitung, berbicara, dan tidak pernah
melakukan hal yang seharusnya seorang ibu lakukan kepada anaknya. Namun anaknya itu
adalah sebuah anugrah yang paling berharga yang ibu nya lahir kan kedunia ini. Pemberian
luar biasa dari Allah SWT kepada sang ibu yang memiliki keterbelakangan mental seperti itu.

KISAH SEORANG ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


KETIGA :
Rumah itu di selimuti kesedihan, seorang pemuda yang terkenal sholeh dan berbakti kepada
ibunya tengah terbaring di atas kasur. Ia tengah meregang nyawa menjelang kematiannya.
Pemuda tersebut masih pada usia emasnya, belum genap 30 tahun menjalani hidup di dunia.
Dalam haru dan tegang tersebut, tiba-tiba saja pemuda tersebut mengucapkan kata-kata yang
sungguh menakjubkan, sungguh sangat menakjubkan. Keluarga dan tetangga yang
mengelilingi di dekatnya bingung, ada apa dengan pemuda tersebut?
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”, demikian ucapan
pemuda tersebut berulang-ulang.
Di tengah kebingunan keluarga dan orang-orang yang menyaksikan kejadian tersebut, salah
seorang diantaranya bergegas memanggil Ibu sang pemuda tersebut. Ibunya berada dalam
kamar berbeda karena tak kuasa melihat putra kesayangannya menghadapi sakaratul maut.
Anak emas yang sangat patuh dan mencintainya tersebut, menjelang ajalnya yang semakin
dekat.
“Lihatlah anakmu, ia terus-menerus mengucapkan kalimat-kalimat yang aneh !!“, teriak salah
satu orang sambil mengajak sang Ibu untuk menuju kamar anaknya. Tak berpikir lama, sang
ibu langsung menghampiri kamar anaknya.
Di dalam kamar, tampak sang pemuda mulai mengeluarkan buliran keringat yang berkilau
terkena cahaya lampu bak mutiara. Buliran keringat di dahi tersebut, menurut Syaikh
Muhammad Hassan adalah sebagian dari tanda-tanda Husnul Khotimah.
Sang Ibu mendekati putra kesayangannya tersebut dan mulai mendengarkan kata-kata yang
terus di ulang-ulang oleh buah hatinya tersebut.
“Tidak. Aku tidak bisa. Aku tidak bisa. Aku harus izin dulu kepada ibuku”, sang pemuda
terus mengulang-ulang kalimat tersebut.
Sang Ibu pun mulai memeluk dan membelai anak emasnya tersebut seraya berkata,
“Wahai anaku, ini aku, ibumu. Wahai anaku, aku ibumu, Nak. Aku ibumu, anakku. Dengan
siapa kau bicara ?”
Dan dalam waktu yang sempit tersebut, sang pemuda bercerita dengan napas yang tersengal-
sengal,
“Wahai ibuku, seorang gadis sangat cantik jelita, Ibu. Belum pernah aku melihat
gadis secantik itu. Ia datang kemari. Sungguh aku melihatnya persis di hadapanku. Ia
datang melamarku untuk dirinya, Ibu. Aku bilang kepadanya, tidak. Aku tidak bisa sampai
aku minta izin dulu kepada ibuku”
Sang ibu menangis sejadi-jadinya, keharuannya memuncak, kerinduannya pada harapan
untuk melihat sang buah hati menikah membuatnya semakin dalam dalam kesedihan. Namun
sang ibu berusaha tegar dan segera menyadari dengan siapa putranya yang sangat berbakti
tersebut berbicara.
“Aku izinkan, anakku. Sungguh, dia adalah hurriyatun (bidadari) dari surga untukmu.
Aku sudah izinkan, Nak“, demikian tutur sang ibu dalam uraian mata yang deras mengalir.
Tak lama kemudian, sang pemuda sholeh yang patuh tersebut, meninggal dunia dalam
pelukan sang ibu.

KISAH SEORANG ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


KE EMPAT :

Mentari besinar diufuk barat petanda telah terbentang semua harapan yang ingin di
capai,membentuk sebuah bola kehidupan dan kebahagiaan, Di sebuah desa
terpencil,tinggallah seseorang anak yang berusia 10 tahun yang bernama andi dengan ibunya
yang sudah tua,sehari-hari hanya membantu ibunya bekerja sebagai pembuat tempe,ayah
andi meninggal sejak andi berusia 5 tahun.
kepergian ayahnya sungguh membuat mereka semakin terpuruk perekonomiannya,
Saat subuh menjelang, suara ayam berkokok mereka sudah mulai bekerja sebagai pembuat
tempe,penghasilan mereka hanya bisa menghidupi makan sehari-hari itupun bila ada
rejeki,tpi andi tidak seperti temen lainnya yang menghabiskan waktu hanya untuk bermain,ia
lebihh suka bekerja membantu ibunya, Meskipun banyak temen menghinannya ia tak
hiraukan,anggap mereka sebagai angin berlalu karena dia sadar kalu bukan sekarang kapan
lagi,sesekali ia merenung,karena ia ingin sekali bersekolah seperti yang lainnya,ia tak berani
untuk berkata pada ibunya,tApi apalah daya dia sadar bagaimana perekonomiannya sehari-
hari,tetapi dia tetap bersyukur atas rezky yang ia dapatkan bersama ibunya,walapun tak
seberapa,ia tak ingin membuat ibunya lebih susah lagi karena dia,
Suatu ketika ibunya bertanya"mengapa kamu tak mau sekolah nak?" "saya mau bantu
ibu saja" jawab andi, ibunya hanya terdiam melihat anakny yang sungguh peduli dan sayang
pada dirinya kemana ia pergi dialah yang selalu membantu,ia tak mau kehilangan orang yang
satu-satunya harta ia miliki meninggalkannya.
Pada suatu hari ibunya jatuh sakit tidak bisa berjalan hanya bisa berbaring ditempat
tidur,andi merasa sangat sedih karena tidak mau kehilanggannya, setiap shalat ia selalu
berdoa kepada tuhan agar cepat disembuhkan ia tak mau kehilangan orang yang paling
berharga di dunia lagi,karena mereka satu-satunya yang dia miliki, Tapi tuhan berkehendak
lain takdir tidak bisa dihindari,ibu yang sudah tua telah diambil nyawanya pada yang maha
kuasa,ia sangat terpukul atas kepergian ibunya, hingga pada akhirnya ada seseorang yang
ingin merawat andi dari keluarga kaya,tpi ia menolaknya,ia masih blum bisa melupakan
kepergian ibunya,
Namun akhirnya ia mau dirawat oleh saudagar kaya dan baik itu,karna ia tak punya siapa-
siapa lagi,akan tetapi ia masih ingat akan pesan ibunya untuk menjalani hidup.

KISAH SEORANG ANAK YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


KE LIMA :

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban setiap anak, seperti kisah dongeng
berikut. Halimah namanya, ia adalah seorang anak sangat sayang dan berbakti kepada orang
tuanya. Sang ayah telah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya semenjak ia masih di
dalam kandungan. Kini ia hanya hidup berdua dengan ibunya di rumah yang sangat
sederhana sekali.
Halimah duduk di kelas 5 Sekolah Dasar. Sebelum berangkat sekolah, Halimah selalu
membantu ibunya mencuci pakaian, mencucui piring, bahkan membuat pisang goreng untuk
dijual esok hari. Saat halimah berangkat sekolah, ia juga membawa pisang goreng untuk
dititipkan ke kantin sekola. Halimah termasuk anak yang pintar, ia selalu mendapat rangking
pertama di kelasnya.
“Halimah, nanti habis jualan sepulang sekolah, tolong antar pisang goreng ini ke
tempat Bu Marni” suruh ibu.
“Iya bu” jawab Halimah.
Itulah yang dikerjakan Halimah sepulang sekolah, ia membantu ibunya jualan pisang
goreng keliling kampung sekitar. Halimah tak pernah malu melakukan ini, karena
membahagiakan sang ibu adalah cita-cita utamanya.
“Nak, Ibu bersyukur sekalu memiliki anak seperti kamu. ini adalah anugrah yang
Allah berikan kepada Ibu” bisik sang Ibu.
“Halimah juga bersyukur sekali menjadi anak ibu. Halimah selalu berterima kasih
kepada Allah dan berdoa untuk Ibu” jawab Halimah.
Dengan berlinang air mata, Halimah memeluk Ibu erat-erat. Lalu Halimah berbisik
kepada ibunya.
“Ibu, suatu saat Halimah ingin sekali memberangkatkan ibu ke tanah suci” bisik
Halimah.
“Ibu sangat terharu nak, semoga Allah mengabulkan apa yang kamu cita-citakan”
jawab ibu.
Sungguh besar bakti Halimah kepada ibunya, setiap sholat 5 waktu, Halimah tak lupa
berdoa semoga cita-cita yang sangat mulia itu terkabul.
Tak terasa berjalan begitu cepat, 10 tahun sudah berlalu. Kini Halimah menjadi
seorang wanita yang cukup sukses, ia merintis pisang goreng ibunya dengan sabar dan
telaten, hingga sekarang ia berhasil mengembangkan usaha pisang goreng ibunya dan
mempunyai beberapa cabang warung pisang goreng di daerahnya.
Ketika Halimah menjadi orang sukses, ia tetap rendah hati dan tak lupa membantu
fakir miskin dan tetangga yang membutuhkan. Akhirnya, apa yang di cita-citakan Halimah
dikabulkan oleh Allah SWT. Ia dan ibunya berangkat ke tanah suci untuk melakukan ibadah
haji.
Dari dongeng kisah teladan Islami ini kita bisa mengambil hikmahnya.
Berbaktilah kepada orang tuamu, janganlah kau menyia-nyiakan mereka. Orang tua adalah
orang yang tetap ada disisimu disaat orang lain meninggalkanmu. Ketika anak-anak
memiliki waktu untuk memikirkan orang tuanya, kebanyakn pada saat itu, orang tua mereka
sudah tak ada lagi di dunia ini.

SEBUAH KISAH PENUH HIKMAH TENTANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


KE ENAM :

Di Jepang dulu pernah ada tradisi membuang orang yang sudah tua ke hutan. Mereka
yang dibuang adalah orang tua yang sudah tidak berdaya sehingga tidak memberatkan
kehidupan anak-anaknya. Pada suatu hari ada seorang pemuda yang berniat membuang
ibunya ke hutan, karena si Ibu telah lumpuh dan agak pikun. Si pemuda tampak bergegas
menyusuri hutan sambil menggendong ibunya. Si Ibu yang kelihatan tak berdaya berusaha
menggapai setiap ranting pohon yang bisa diraihnya lalu mematahkannya dan
menaburkannya di sepanjang jalan yang mereka lalui. Sesampai di dalam hutan yang sangat
lebat, si anak menurunkan Ibu tersebut dan mengucapkan kata perpisahan sambil berusaha
menahan sedih karena ternyata dia tidak menyangka tega melakukan perbuatan ini terhadap
Ibunya.
Justru si Ibu yang tampak tegar, dalam senyumnya dia berkata: “Anakku, Ibu sangat
menyayangimu. Sejak kau kecil sampai dewasa Ibu selalu merawatmu dengan segenap
cintaku. Bahkan sampai hari ini rasa sayangku tidak berkurang sedikitpun. Tadi Ibu sudah
menandai sepanjang jalan yang kita lalui dengan ranting-ranting kayu. Ibu takut kau tersesat,
ikutilah tanda itu agar kau selamat sampai dirumah” Setelah mendengar kata-kata tersebut, si
anak menangis dengan sangat keras, kemudian langsung memeluk ibunya dan kembali
menggendongnya untuk membawa si Ibu pulang ke rumah. Pemuda tersebut akhirnya
merawat Ibu yang sangat mengasihinya sampai Ibunya meninggal.
‘Orang tua’ bukan barang rongsokan yang bisa dibuang atau diabaikan setelah terlihat
tidak berdaya. Karena pada saat engkau sukses atau saat engkau dalam keadaan susah, hanya
‘orang tua’ yang mengerti kita dan batinnya akan menderita kalau kita susah. ‘Orang tua’ kita
tidak pernah meninggalkan kita, bagaimanapun keadaan kita, walaupun kita pernah kurang
ajar kepada orang tua. Namun Bapak dan Ibu kita akan tetap mengasihi kita.
Mari kita merenungkan, apa yang telah kita berikan untuk orang tua kita, nilai
berapapun itu pasti dan pasti tidak akan sebanding dengan pengorbanan ayah ibu
kita. Muliakan ia selagi masih hidup, dan doakan jika telah tiada. Pengusaha baja/Pemilik PT.
Artha Mas Graha Andalan. Ketika ditanya rahasia suksesnya menjadi Pengusaha, jawabnya
singkat:
“Jadikan orang tuamu Raja, maka rezeki mu seperti Raja”. Pengusaha yang kini tinggal di
Cikarang ini pun bercerita bahwa orang hebat dan sukses yang ia kenal semuanya
memperlakukan orang tuanya seperti Raja. Mereka menghormati, memuliakan, melayani dan
memprioritaskan orang tuanya. Lelaki asal Banyuwangi ini bertutur, “Jangan perlakukan
Orang tua seperti Pembantu".
Orang tua sudah melahirkan dan membesarkan kita, lha kok masih tega-teganya kita
minta harta ke mereka, pada hal kita sudah dewasa. Atau orang tua diminta merawat anak
kita sementara kita sibuk bekerja. Bila ini yang terjadi maka rezeki orang itu adalah rezeki
pembantu, karena ia memperlakukan orang tuanya seperti pembantu. Walau suami/istri
bekerja, rezekinya tetap kurang bahkan nombok setiap bulannya. Menurut sebuah lembaga
survey yang mengambil sampel pada 700 keluarga di Jepang, anak-anak yang sukses adalah :
mereka yang memperlakukan dan melayani orang tuanya seperti seorang Kaisar. Dan anak-
anak yang sengsara hidupnya adalah mereka yang sibuk dengan urusan dirinya sendiri dan
kurang perduli pada orang tuanya. Tapi juga JANGAN mendekati orang tua hanya untuk
mendapatkan hartanya.
Mari terus berusaha keras agar kita bisa memperlakukan orang tua seperti raja. Buktikan dan
jangan hanya ada di angan-angan. Beruntunglah bagi yang masih memiliki orang tua, masih
BELUM TERLAMBAT untuk berbakti. Sebelum mereka kembali keharibaan Allah. UANG
bisa dicari, ilmu bisa di gali, tapi kesempatan untuk mengasihi orang tua kita takkan terulang
kembali.

Anda mungkin juga menyukai