Pada suatu malam, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah, Ana
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata
“Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?” ” Ya, tetapi, aku
tidak membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu “Tidak apa-apa, aku akan
bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana
segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang. “Ada apa
“Tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi,
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang
dan berkata “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini,
aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah
memasak bakmi dan nasi untukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau
“Mengapa aku tidak berpikir tentang hal tersebut? Untuk semangkuk bakmi
dari orang yang baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku
melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas. Ketika bertemu dengan Ana,
kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang,
cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu
sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tidak memakannya
sekarang”. Pada saat itu Ana tidak dapat menahan tangisnya dan ia menangis
dihadapan ibunya.
Menghormati Orang Tua
Pada suatu hari di negeri China, seorang Bupati sedang berada si balai sidang
untuk menyelesaikan sebuah perkara. Penggugat adalah seorang wanita tua,
dan yang digugat adalah anak laki-lakinya sendiri. Wanita itu mengadukan anak
laki-lakinya yang tidak mau memeliharanya, bahkan menelatarkan hidupnya.
"Menurut ibu, hukuman seperti apa yang tepat dan lebih bijaksana?".
Ibu Qian liu berpaling kepada wanita tua itu dan bertanya,
"ketika anak laki-laki ini lahir, berapa beratnya?".
Wanita tua itu menjawab,
"Tiga setengah kilogram",
Ibu Qian liu berkata,
"anak adalah darah daging ibu. selama sembilan bulan lebih berada dalam
kandungan ibu, kalau anak itu tidak mau memelihara dan merawat ibunya,
dagingnya harus diambil tiga setengah kilogram".
Ketika Bupati mendengar perkataan ibu Qian liu, dia langsung mengerti apa
maksud ibu Qian liu yang sesungguhnya. Segera diperintahkannya para
pengawalnya untuk menahan sipemuda di lantai, dan mengunakan golok yang
sangat tajam untuk memotong daging si pemuda sebanyak tiga setengah
kilogram.
Potongan tiga setengah kilogram itu harus merupakan kumpulan potongan dari
semua angota tubuh pemuda tersebut. Pemuda itu mulai membayangkan jika
tangan, kaki, perut, leher, punggung, dan setiap angota tubuhnya diambil
sebagian dagingnya, pasti sakit sekali. Karena itu ketika si pemuda melihat
para pengawal hendak melaksanakan hukuman itu, segera dia berteriak-teriak
ketakutan.
Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk
membawa uang.
Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium
harumnya aroma masakan.
Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata
“Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”
” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu
Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.
“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air
matanya.
“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !,
tetapi,…
“Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan
dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai
Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang
dan berkata
“Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya
memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak
bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak
berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”
“Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru
kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku
selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku
kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya.
Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih
dan cemas.
Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya
adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan
malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin
jika kau tdk memakannya sekarang”
Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan
ibunya.
merupakan satu-satunya anak kecil yang terpilih dari 1,4 milyar penduduk
China. Sejak berusia 10 tahun Zhang Da ditinggal oleh ibunya yang sudah
tidak tahan lagi hidup bersama suaminya yang sakit keras dan miskin. Dalam
kondisi yang seperti inilah kisah luar biasa Zhang Da dimulai. Ia tidak
menyerah dan terus bersekolah. Ia harus berjalan kaki melewati hutan kecil
dan memperoleh upah dari pekerjaan itu. Zhang Da membeli beras dan obat-
berpikir untuk menemukan cara terbaik, melalui sebuah buku bekas yang ia
beli, ia belajar bagaimana cara menyuntik. Hal itu sudah dilakukannya selama
5 tahun.
Ketika mata semua orang dalam acara itu sedang tertuju kepadanya, pembawa
acara (MC) bertanya kepadanya, "Zhang Da, sebut saja kamu mau apa, berapa
uang yang kamu butuhkan sampai kamu selesai kuliah? Pokoknya apa yang kamu
pemerintah yang dapat membantumu dan juga ratusan juta orang yang sedang
bergetar ia pun menjawab, "Aku mau ibu kembali. Ibu kembalilah ke rumah,
aku bisa membantu ayah, aku bisa mencari makan sendiri. Ibu kembalilah!"
Semua yang hadir pun spontan menitikkan air mata. Tidak ada yang menyangka
apa yang keluar dari bibirnya. Mengapa ia tidak minta biaya pengobatan
tidak minta rumah yang dekat dengan rumah sakit? Mengapa ia tidak minta
kartu kemudahan dari pemerintah? Bagi Zhang Da ada hal paling utama “Aku
mau ibu kembali” sebuah ungkapan yang mungkin sudah dipendamnya sejak
sama sekali tidak membenci ibunya. Bagaimana dengan kita? Orang tua kita
sangat mengasihi kita, menyekolahkan kita, dan setiap hari bekerja keras bagi
kita? Atau mungkin ada di antara kita juga yang mengalami kondisi seperti
Zhang Da? Ya, mungkin saja. Tapi bagaimanapun juga, sebagai anak kita harus
menghormati orang tua ini, Allah memberikan janji yang besar jika kita
menaati perintah ini, yaitu "…supaya kamu berbahagia dan panjang umurmu di
bumi."
TUGAS PAI
“Cerita Menghormati Orangtua”
OLEH
OLEH
OLEH
OLEH