Anda di halaman 1dari 10

NASKAH TEATER TRADISIONAL BAWANG

PUTIH BAWANG MERAH.

Pada suatu hari hiduplah seorang gadis muda yang


cantik dan baik hati bernama bawang putih. Ia tinggal
bersama dengan sang ayah dan hidup dengan bahagia.
Namun, suatu ketika sang ayah menikah lagi dengan
seorang gadis yang memiliki anak bernama bawang
merah.
Berbeda sifat dengan bawang putih, sosok bawang
merah merupakan gadis muda yang sombong dan suka
menindas. Bahkan, sang ibu juga lebih memihak
bawang merah dibanding dengan bawang putih. Hingga
membuat bawang putih kesulitan.

SCENE 1
Di pagi hari, seperti biasa, bawang putih sudah
bangun lebih awal untuk siap-siap melakukan segala
aktivitas ia dalam membersihkan rumah seorang diri.

Bawang merah: “Bawang putih, tolong cuciin bajuku


aku ya”.
Ibu tiri: “Habis cuci baju, kamu jangan lupa masak
untuk makan siang. Jangan lupa juga untuk beres-
beres rumah”.

Bawang putih: ”Iya bu, saya sarapan dulu habis itu


beres-beres rumah”.

Ibu tiri: “Tidak usah sarapan, kamu kan nanti bisa


makan siang. Sudah segera kerjakan semua pekerjaan
rumah. Nanti keburu siang”.

Setelah itu, bawang putih langsung membereskan


rumah dengan segera. Walaupun tidak sarapan, namun
bawang puting melakukan tugasnya dengan baik.

Bawang putih: “Jangan merasa sedih bawang putih,


kamu adalah anak yang kuat dan baik. Semakin cepat
beres-beres rumah, maka semakin cepat juga kamu
makan siang”.

Bawang merah: “kamu kok kerjanya lambat banget


sih?! Bersihkan juga kamar aku ya. Aku mau pergi
dulu ke pasar untuk cari pakaian baru”.
SCENE 2
Setelah berhasil membersihkan rumah, bawang putih
langsung bergegas untuk mencuci baju. Bawang putih
langsung bergegas pergi ke kali dengan membawa
semua cucian milik ia, ibunya, dan juga bawang merah.

Bawang putih: “Aku harus bergegas, agar cucian ini


bisa kering”.

Dengan semangat, bawang putih mencuci dengan


bersih semua baju-baju yang ia bawa. Sesampainya ia
di sana sudah ada dua temannya yang sedang mencuci
baju di sungai juga. Namun sayang, saat sedang
mencuci baju, baju kesayangan ibunya tiba-tiba saja
hanyut ke aliran sungai.

Bawang putih: “Tidak! Bagaimana ini? Itu adalah baju


kesayangan ibu. Aku harus membawa baju itu
kembali”.

Najla (teman bawang putih): “Kenapa bawang


putih?!”.
Alifa (teman bawang putih) : “Hati-hati bawang putih,
nanti kau terpeleset!”.

Dengan susah payah, bawang putih menelusuri sungai


secara hati-hati. Ia mencari baju milik ibunya yang
hanyut terbawa oleh air sungai. Saat sedang mencari,
bawang putih melihat beberapa orang dan bertanya.

Bawang putih: “Permisi pak, apakah melihat baju


berwarna kuning yang hanyut di sungai ini?”.

Bapak 1: ” Tidak neng”.


Bawang putih: “Permisi buk, apakah melihat baju
berwarna kuning yang hanyut di sungai ini?”.

Ibu 1: “Tidak neng”.

SCENE 3
Setelah menelusuri sungai dengan panjang, tiba-tiba
bawang putih melihat sebuah gua yang dekat dengan
sungai. Karena merasa bahwa baju sang ibu mungkin
saja ada di sana, bawang putih berjalan menuju gua.
Tidak lama, ia disambut dengan seorang nenek.
Bawang putih yang melihat nenek tersebut, langsung
bertanya tentang baju ibunya yang hanyut di sungai.
Bawang putih: “Permisi nek, apakah nenek melihat
baju berwarna kuning yang hanyut di sungai ini?”.

Nenek: “Saya melihatnya dan saya mengambilnya”.

Bawang putih: “Apakah nenek mau memberikan baju


itu pada saya? Itu baju milik ibu saya. Bila saya pulang
tidak membawa pulang kembali baju itu, maka saya
bisa kena marah”.

Nenek: “Baiklah, aku akan memberikan pakaian


tersebut bila kamu membantuku dengan banyak hal”.

Bawang putih: “Apa yang harus saya lakukan?”.

Nenek: “Bantu saya untuk mengambil air, mencarikan


kayu bakar”.

Bawang putih: “Baiklah, saya akan membantu nenek”.


Dengan hati yang baik, bawang putih membantu
nenek dengan tulus. Walaupun ia belum sempat
sarapan, namun bawang putih tidak mengeluh. Ia
merasa bahwa pekerjaan ini tidak berat, karena ia
sudah sering melakukan banyak pekerjaan.

SCENE 4
Membantu nenek membuat bawang putih
menghabiskan banyak waktu, hingga sudah sore.
Setelah membantu, nenek memberikan baju milik ibu
tiri bawang putih. Selain itu, karena nenek merasa
begitu terbantu, ia memberikan juga labu kuning
dengan ukuran kecil pada bawang putih.

Nenek: “Ini adalah pakaian yang sudah aku janjikan


padamu anak cantik. Dan karena kamu sudah bekerja
dengan sangat keras, aku akan memberikan kamu
labu ini. Terimalah”.

Bawang putih: “Terima kasih nenek. Walaupun bukan


karena baju ibu, misalnya nenek meminta bantuanku,
maka aku akan tetap membantu nenek seperti saat
ini”.
SCENE 5
Setelah itu, bawang putih pulang dengan membawa
labu di tangannya. Setibanya di rumah, bawang putih
kena marah oleh sang ibu dan bawang merah karena
lama pulang.

Ibu:” Kenapa kamu pulang terlambat? Kamu lupa


untuk masak makan siang”.

Bawang merah: “karena kamu, aku harus memasak


makan siang aku sendiri tahu!”.

Kemudian, bawang putih menceritakan semua yang


terjadi pada dirinya dan bagaimana ia diberi labu oleh
sang nenek. Namun, karena labu itu kecil, sang ibu
tidak puas dan membanting labu ke lantai.

Ibu: “Kamu sudah menguras tenagamu yang


seharusnya untuk bersih rumah dengan sebuah labu
kecil ini? Aku tidak butuh labu kecil ini!”.
Setelah di banting, betapa terkejutnya sang ibu dan
bawang merah. Ya, karena isi dari labu tersebut adalah
emas.

Bawang merah: “Ibu, ini adalah emas”.

Ibu: “Iya, ini emas. Kita akan kaya! Bawang putih,


temukan bawang merah pada si nenek”.

Bawang merah: ”Apa?”.

Ibu: “Kamu harus membantu sang nenek, agar kamu


bisa diberi labu ini juga”.

SCENE 6
Setelah bertemu dengan sang nenek, bawang merah
membantu apa yang nenek itu minta. Selama
mengerjakan tugasnya, bawang merah berpikir bahwa
ia dan ibunya akan menjadi orang kaya dan memiliki
banyak emas.
Bawang merah: “Nenek, aku sudah mengerjakan apa
yang nenek minta”.

Nenek: “Baiklah, aku akan memberimu upah. Ini ada


2 buah labu. Ada yang besar dan kecil, kamu bebas
memilih”.

Bawang merah: “Aku akan memilih yang besar”.

Dengan senang, bawang merah membawa labu


besar dan berat tersebut ke rumah. Sampai di rumah ia
disambut dengan baik dan bahagia oleh sang ibu.

Ibu: Bagus bawang merah. Kamu memiliki labu yang


sangat besar dari pada labu milik bawang putih
sebelumnya.

Bawang merah: “Kita akan kaya ibu”.

Ibu: “Iya, apapun yang kamu minta, akan ibu belikan”.


Setelah membuka labu tersebut dengan semangat,
betapa terkejutnya bawang merah dan ibu melihat isi
labu tersebut. Bukan emas, namun labu itu isinya
hanya ulat.

Ibu: “Ini labu busuk, ada banyak ulatnya!”.

Bawang merah: “Tidak, jauhkan labu itu dari aku bu.


Ini menggelikan!”.

Itulah contoh naskah drama bawang merah bawang


putih yang bisa KLovers ketahui. Cerita drama bawang
merah bawang putih ini bisa memberikan kalian
pelajaran dalam hidup.

Anda mungkin juga menyukai