Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Setelah Nabi Muhammad SAW wafat, status sebagai Rasulullah tidak
dapat diganti oleh siapapun, tetapi kedudukan beliau yang kedua sebagai
pimpinan kaum muslimin memerlukan penggantinya dengan segera. Orang
itulah yang dinamakan “Khalifah”, artinya orang yang menggantikan Nabi
menjadi kepala kaum muslimin dalam memberikan petunjuk ke jalan yang
benar dan melestarikan hukum-hukum agama Islam. Dialah yang menegakkan
keadilan yang selalu berdiri diatas kebenaran, maka pemerintah Islam dipegang
oleh para sahabat Rasulullah SAW secara bergantian yakni Abu Bakar Ash
Shiddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali ibn Abi Thalib.
Para sahabat Rasulullah SAW yang berinteraksi langsung bahkan
menerima pendidikan langsung dari Rasulullah SAW merupakan manusia yang
mulia. Sahabat dalam kehidupan sehari-harinya selalu mengikuti ajaran Islam
yang disampaikan oleh raslullah SAW. Maka dari itu sudah sepantasnya
kehidupan sahabat baik dari akidah dan akhlaknya yang sangat baik dan
bahkan layak untuk dijadikan contoh bagi umat nabi Muhammad SAW
setelahnya.
Maka dalam makalah ini, akan lebih ditekankan pada pembahasan
aplikasi atau pelaksanaan akidah dan akhlak dari para sahabat Rasulullah
SAW, agar kita dapat meneladani para keteguhan dan keteladaan dari sahabat
Rasulullah SAW.
B. Rumusan Masalah
Menyadari akan sangat luasnya uraian tentang aplikasi akidah dan akhlak
sahabat Raslullah SAW maka masalah pokok yang dikaji dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan sahabat Rasulullah SAW?
2. Apa keutamaan sahabat Rasulullah SAW?
3. Bagaimana aplikasi akidah dan akhlak sahabat Rasululah SAW?

1
2

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian sahabat Rasulullah SAW.
2. Untuk mengetahui keutamaan sahabat Raslullah SAW.
3. Untuk memahami aplikasi akidah dan akhlak sahabat Rasulullah SAW.
3

BAB II
PEMBAHASAN
Aplikasi Akidah dan Akhlak Sahabat-Sahabat Rasulullah SAW
A. Pengertian Sahabat Rasulullah SAW
Secara etimologi, kata “sahabat” berasal dari bahasa Arab yaitu ‫صاحب‬
yang mempunyai arti selalu menyertai dan menemani. Dari penjelasan tersebut,
“sahabat” menurut dasar katanya berarti orang yang selalu menyertai dan
menemani orang lain. Sedangkan secara terminologi, para ulama berbeda
pendapat dalam menetapkan pengertian “sahabat”. Adapun pengertian sahabat
yang dimaksud adalah sahabat Rasulullha SAW.
Menurut Ibn Hajar al-Asqolani bahwa sahabat adalah:

‫من لقي النيب صلى اهلل عليه و اله و سلم مؤمنا به و مات على اإلسالم‬
Artinya: “Siapa saja yang berjumpa dengan nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam kemudian beriman kepadanya dan wafat dalam keadaan Islam.”
Menurut Ahmad bin Hanbal, Bukhari, Ibnu Shalah dan mayoritas
ulama hadis menyatakan bahwa sahabat adalah orang muslim yang pernah
menyaksikan Rasulullah SAW. walau hanya untuk sesaat. Kemudian menurut
Ibnu Hazm bahwa sahabat adalah orang yang pernah duduk bersama
Rasulullah SAW. walau untuk sesaat, mendengar darinya walau sepatah kata,
atau pernah menyaksikan beliau dalam suatu kondisi, dengan syarat orang
tersebut tidak dalam keadaan munafiq dan tidak menjadi munafiq hingga ia
meninggal. Sedangkan menurut Ibnu Hajar al-Asqalani bahwa sahabat adalah
orang yang pernah bertemu dengan Rasulullah SAW, beriman kepadanya serta
meninggal dalam keadaan Islam.
Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa pengertian sahabat adalah
orang-orang yang mengenal dan melihat langsung Nabi Muhammad SAW
dalam keadaan beriman, membantu perjuangannya dan meninggal dalam
keadaan Muslim.
Dari definisi ini, maka setiap orang non-muslim yang bertemu
Rasulullah saat beliau masih hidup kemudian masuk Islam pada saat
Rasulullah SAW wafat, seperti utusan Raja Kisra, maka ia tidak bisa disebut
4

sahabat. Atau sebaliknya, ia bertemu Rasulullah SAW dalam keadaan muslim


kemudian ia meninggal dalam keadaan non-muslim, maka ia juga tidak bisa
disebut sahabat. Begitu juga orang yang hanya bisa melihat Rasulullah SAW
ketika sudah wafat namun belum SAW dikuburkan, maka ia juga tidak bisa
disebut sebagai sahabat Rasulullah SAW, seperti Abu Dzuaib Huwailid bin
Khalid al-Hudzalli.
Adapun yang termasuk dalam definisi sahabat di atas adalah:
1. Pria dan Wanita, dari defenisi di atas menggunakan kata “man” yang
ditunjukkan untuk sesuatu yang berakal, berarti siapa saja baik laki-laki
maupun perempuan yang berakal termasuk dalam defenisi ini.
2. Orang yang bertemu dengan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam baik lama
atau sebentar, baik meriwayatkan hadits dari beliau atau tidak, baik ikut
berperang bersama beliau atau tidak. Demikian juga orang yang pernah
melihat beliausekalipun tidak duduk dalam majelis beliau, atau orang yang
pernah berjumpa dengan beliauwalaupun tidak melihat karena buta.
3. Masuk dalam defenisi ini pula orang yang beriman lalu murtad kemudian
kembali lagi kedalam Islam dan wafat dalam keadaan Islam seperti Asy’ats
bin Qais.
Adapun yang tidak termasuk dalam defenisi sahabat di atas adalah:
1. Orang gila, hewan, batu, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya yang tidak
berakal.
2. Orang-orang yang bertemu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam
keadaan kafir meskipun dia masuk Islam sesudah wafat Rasulullah.
3. Orang-orang yang beriman di masa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dan wafat dalam keadaan Islam namun tidak pernah sama sekali
berjumpa dengan beliau, seperti raja An-Najasyie.
4. Orang-orang yang beriman kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam kemudian murtad dan wafat dalam keadaan murtad, seperti
Wal’iyaadzu billah.1
B. Keutamaan Sahabat Rasulullah SAW

1
https://www.nahimunkar.org/definisi-sahabat, (diakses, tanggal 4 September 2018)
5

Para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah orang yang


bertemu dengan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam keadaan
beriman kepada beliau dan mati dalam keadaan muslim. Mereka adalah
generasi terbaik dari umat ini. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim:

‫َّاس َق ْريِن مُثَّ الَّ ِذيْ َن َيلُ ْو َن ُه ْم مُثَّ الَّ ِذيْ َن َيلُ ْو َن ُه ْم‬
ِ ‫َخْيُر الن‬
Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah pada generasiku, kemudian
generasi-generasi berikutnya, kemudian generasi berikutnya.”
Para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam memilki kedudukan
istimewa di sisi Allah SWT. Mereka telah diberikan anugerah yang begitu
besar yakni kesempatan bertemu dan menemani Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam. Allah SWT telah memilih mereka untuk mendampingi dan membantu
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam menegakkan agama-Nya. Orang-
orang pilihan Allah ini tentunya memiliki kedudukan istemewa dibandingkan
manusia yang lain. Karena Allah SWT tidak mungkin keliru memilih mereka.2
Para sahabat Rasulullah SAWadalah manusia-manusia mulia. Imam Ibn
Katsir menjelaskan keutmaan sahabat rasulullah SAW:

‫والصاحابة كلهم عدول عند اهل السنة واجلماعة ملا اثىن اهلل عليهم يف كتابه العزيز‬
‫ومبا نطفق به السنة النبوية يف املدح هلم يف مجع اخلال قهم وافعاهلم وما بذلوه من‬
‫املواهلم واألرواح بني يدي رسول اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬
Artinya: “Menurut keyakinan Ahlussunnah Wal Jamaah , seluruh para
sahabat itu orang yang adil. Karena Akkah SWT telah memuji mereka dalam
al-Quran. Juga dikarenakan banyaknya pujian yang diucapkan dalam hadits-
hadits Nabi terhadap seluruh akhlah dan amal perbuatan mereka. Juga
dikarenakan apa yang telah mereka korbankan, baik berupa harta maupun
nyawa, untuk membela Rasulullah SAW.”

2
https://muslim.or.id/7201-keutamaan-para-sahabat-nabi.html, (diakses, tanggal 4
September 2018)
6

Pujian Allah terhadap para sahabat dalam al-Quran diantaranya surat at-
Taubah ayat 100:
     
        
        
 
Artinya: “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama
(masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang
mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang
mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di
dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.”
Allah SWT juga berfirman dalam surat al-Fath ayat 29:
        
         
         
        
      
        
     
Artinya: “ Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang
bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia
Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari
bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka
tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak
Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-
penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir
(dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-
orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka
ampunan dan pahala yang besar.”3

3
Al-Ally, Al-Qur’an dan terjemahan.Departemen Agama RI, (Bandung: CV. Diponegoro,
2005)
7

Ayat ini mencakup seluruh sahabat Nabi Radhiyallahu anhum, karena


mereka seluruhnya hidup bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berbicara tentang sahabat seakan berenang dilautan kemuliaan tak bertepi.
Begitu banyak kemuliaan yang ada dalam kehidupan mereka, baik ketika
berdampingan dengan Rasulullah SAW maupun setelah beliau wafat,
merekalah generasi yang tumbuh langsung dibawah naungan tarbiyah
Rasulullah SAW. Menyaksikan dan mendengarkan segala yang berkaitan
dengan agama ini langsung dari Rasulullah SAW. Karenanya mereka ibarat
menara benderang dalam hal pemahaman kebenaran, kelurusan aqidah,
kesungguhan ibadah dan kemuliaan akhlak.
Para sahabat Rasulullah SAW sangat memegang teguh akidah yang
mereka pegang. Bahkan karena kuatnya dalam mempertahankan akidah ada
sebagian sahabat yang harus merasakan siksaan yang berat dari kaum kafir
Quraisy.
C. Aplikasi Akidah dan Akhlak Sahabat Rasulullah SAW
1. Sifat Malu Fatimah Az-Zahra
Fatimah Az-Zahra lahir di Mekah kala Kaum Quraisy merenovasi
bangunan Ka’bah, atau lima tahun sebelum Nabi Muhammad SAW diutus.
Nabi begitu bahagia dengan kelahirannya, dan sejak pertama sudah merasa
bahwa putrinya ini suatu hari nanti akan menjadi seorang wanita yang
diberkahi. Beliau kemudian memberinya nama Fatimah. Ia adalah anak yang
sangat miirip dengan Nabi Muhammad SAW. Fatimah tumbuh dewasa
dirumah tangga paling suci di dunia ini, rumah yang dipenuhi Allah dengan
iman dan berkah, serta diasuh langsung dibawah pengawasannya rumah
Rasulullah SAW.4
Karena Fatimah yang dibesarkan dan dibimbing oleh orang pilihan,
maka Fatimah sangat meneladani semua yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
Salah satunya adalah Fatimah adalah orang yang memiliki sifat malu, sifat

4
Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Biografi 35 Shahabiyah Nabi, (Jakarta:Ummul Quro,
2014) hal. 331
8

malu disini adalah dalam hal kebaikan. Mari kita renungkan sejenak sifatmalu
Fatimah, sifat malu yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata.
Disebutkan dalam salah satu riwayat hadits, seperti disebutkan dalam
riwayat Bukhari. Fatimah datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta
seorang pelayan kepada beliau. “Ada perlu apa kau datang, putriku? Tanya
beliau. “Aku datang untuk mengucapkan salam padamu,” jawab Fatimah. Ia
malu untuk meminta kepada beliau dan langsung pulang. Keduanya kemudian
menemui beliau, lalu Ali menuturkan kondisi yang mereka berdua alami
kepada beliau. Beliau berkata, “Tidak, demi Allah aku tidak akan memberi
kalian berdua (seorang pelayan), sementara aku biarkan ahlush shuffa
kelaparan karena aku tidak memiliki sesuatu untuk menafkahi mereka. Aku
akan menjual (tawanan itu) dan hasilnya akan ak infakkan kepada mereka.
Nabi SAW kemudian menemui mereka berdua yang saat itu sudah
berselimut yang jika digunakan untuk menutupi kepala, kaki mereka berdua
kelihatan, dan jika digunakan menutupi kaki, kepala mereka berdua kelihatan.
Keduanya terbangun lalu beliau berkata, “Tetaplah berada ditempat kalian
berdua. Maukah kalian berdua aku beritahukan sesuatu yang lebih baik dari apa
yang kalian berdua minta? Tentu, jawab keduanya. Beliau bersabda, Kalimat-
kalimat yang diajarkan Jibril kepadaku, bacalah tasbih setiap kali usai shalat
sebanyak 10x, tahmid sebanyak 10x, dan takbir sebanyak 10x. Apabila kalian
berdua hendak tidur, bacalah tasbih sebanyakl 33x, tahmid sebanyak 33x, dan
takbir sebanyak 33x.
Dalam hadits ini disebutkan Nabi duduk didekat kapala Fatimah, lalu
Fatimah memasukkan kepalanya di dalam selimut karena malu pada ayahnya.
Diriwayatkan dari Anas , Rsulullah SAW datang menemui Fatimah dengan
membawa seorang budak yang beliau berikan padanya. Saat itu Fatimah
mengenakan baju yang digunakan untuk menutup kepala, kakinya terbuka dan
jika digunakan menutup kaki, kepalanya terbuka. Saat Nabi melihat sikap
Fatimah, beliau bersabda, “Tidak kenapa bagimu, yang ada hanya ayah dan
budak milikmu.5

5
Mahmud Al-Mishri Abu Ammar, Biografi 35 Shahabiyah Nabi . . . ., hal. 349
9

2. Bilal bin Rabbah Mempertahankan Akidah


Bilal bin Rabbah lahir di daerah as-Sarah sekita 43 Tahun sebelum
hijrah. Ayahnya Rabbah sedangkan ibunya bernama Hamamh seorang budak
wanita berkulit hitam yangb tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian
orang memanggil Bilal dengan sebutan Ibnu Sauda’ (putra wanita hitam). Bilal
dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai budak milik keluarga Bani
Abudarda’. Saat ayah mereka meninggal, bilal diwariskan kepada Umayyah
bin Khalaf, sorang tokoh kaum kafir.
Ketika Mekah diterangi cahaya agama dan Rasul yang agung yang
mengumandangkan seruan kalimat tauhid. Bilal adalah termasuk orang-orang
pertama yang memeluk agama Islam. Saat Bilal masuk Islam, di bumi ini
hanya ada beberapa orang yang telah mendahuinya memeluk agama Islam
seperti Abu Bakar as-Shiddiq, Ali bin Abi Thalib, ‘Ammar bin Yasir bersama
ibunya yaitu Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.
Ketika Bilal bin Rabbah sudah memeluk agama Islam dan sudah
menjalankan ajaran Islam secara sembunyi-sembunyi, namun pada saat ketika
Bilal bin Rabbah ketahuan oleh tuannya bahwa ia telah memeluk agama Islam.
Maka tuannya dan para petinggi kaum kafir Quraisy mulai menyiksa Bilal bin
Rabbah agar ia meninggalkan agama Islam. Bilal merasakan penganiayaan
orang-orang musyrik yang lebih berat dari siapa pun. Berbagai macam
kekerasan, siksaan, dan kekejaman mendera tubuhnya. Namun ia, sebagaimana
kaum muslimin yang lemah lainnya, tetap sabar menghadapi ujian di jalan
Allah itu dengan kesabaran yang jarang sanggup ditunjukkan oleh siapa pun.
Orang-orang Islam seperti Abu Bakar dan Ali bin Abu Thalib masih
memiliki keluarga dan suku yang membela mereka. Akan tetapi, orang-orang
yang tertindas (mustadh’afun) dari kalangan hamba sahaya dan budak itu, tidak
memiliki siapa pun, sehingga orang-orang Quraisy menyiksanya tanpa belas
kasihan. Quraisy ingin menjadikan penyiksaan atas mereka sebagai contoh dan
pelajaran bagi setiap orang yang ingin mengikuti ajaran Muhammad.
Kaum yang tertindas itu disiksa oleh orang-orang kafir Quraisy yang
berhati sangat kejam dan tak mengenal kasih sayang, seperti Abu Jahal yang
10

telah menodai dirinya dengan membunuh Sumayyah. Ia sempat menghina dan


mencaci maki, kemudian menghunjamkan tombaknya pada perut Sumayyah
hingga menembus punggung, dan gugurlah syuhada pertama dalam sejarah
Islam.
Sementara itu, saudara-saudara seperjuangan Sumayyah, terutama Bilal
bin Rabah, terus disiksa oleh Quraisy tanpa henti. Biasanya apabila matahari
tepat di atas ubun-ubun dan padang pasir Mekah berubah menjadi perapian
yang begitu menyengat, orang-orang Quraisy itu mulai membuka pakaian
orang-orang Islam yang tertindas itu, lalu memakaikan baju besi pada mereka
dan membiarkan mereka terbakar oleh sengatan matahari yang terasa semakin
terik. Tidak cukup sampai di sana, orang-orang Quraisy itu mencambuk tubuh
mereka sambil memaksa mereka mencaci maki Muhammad.
Adakalanya saat siksaan terasa begitu berat dan kekuatan tubuh orang-
orang Islam yang tertindas itu semakin lemah untuk menahannya, mereka
mengikuti kemauan orang-orang Quraisy yang menyiksa mereka secara lahir,
sementara hatinya tetap pasrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kecuali Bilal
semoga Allah meridhainya. Baginya penderitaan itu masih terasa terlalu ringan
jika dibandingkan dengan kecintaannya kepada Allah dan perjuangan di jalan-
Nya.
Orang Quraisy yang paling banyak menyiksa Bilal adalah Umayyah bin
Khalaf bersama para algojonya. Mereka menghantam punggung telanjang Bilal
dengan cambuk, namun Bilal hanya berkata, “Ahad, Ahad (Allah Maha Esa).”
Mereka menindih dada telanjang Bilal dengan batu besar yang panas, Bilal pun
hanya berkata, “Ahad, Ahad” Mereka semakin meningkatkan penyiksaannya,
namun Bilal tetap mengatakan, “Ahad, Ahad”. Mereka memaksa Bilal agar
memuji Latta dan ‘Uzza, tapi Bilal justru memuji nama Allah dan Rasul-Nya.
Mereka terus memaksanya, “Ikutilah yang kami katakan!” Bilal menjawab,
“Lidahku tidak bisa mengatakannya.” Jawaban ini membuat siksaan mereka
semakin hebat dan keras.
Apabila merasa lelah dan bosan menyiksa Bilal, Umayyah bin Khalaf
mengikat leher Bilal dengan tali yang kasar lalu menyerahkannya kepada
11

sejumlah orang tak berbudi dan anak-anak agar menariknya di jalanan dan
menyeretnya di sepanjang jalan Mekah. Sementara itu, Bilal menikmati siksaan
yang diterimanya karena membela ajaran Allah dan Rasul-Nya. Ia terus
mengumandangkan pernyataan agungnya, “Ahad…, Ahad…, Ahad…,
Ahad….” Ia terus mengulang-ulangnya tanpa merasa bosan dan lelah.
Penyikasaan itu berhenti sampai Abu Bakar as-Shiddiq datang kemudian
memerdekakan Bilal bin Rabbah.6
3. Sumayyah dan Keluarganya dalam Mempertahankan Akidah
Wanita mulia yang layak diteladani kaum hawa itu bernama Sumayyah
binti Khayyat.  Awalnya, Sumayyah hanyalah seorang hamba sahaya. Dengan
penuh kesabaran dan ketekunan, ia bekerja kepada  Abu Hudzaifah bin Al-
Mughirah.  Budi pekertinya yang baik membuat Abu Hudzaifah menikahkan
Sumayyah dengan saudara angkatnya bernama Yasir, seorang pria dari Yaman.
Dari hasil pernikahan itu,  pasangan Sumayyah dan Yasir dikaruniai seorang
putra bernama Ammar. Kebahagian Sumayyah kemudian bertambah, ketika
Abu Hudzaifah memerdekakan Ammar dari perbudakan. Setelah tuannya
meninggal, keluarga Sumayyah hidup di bawah perlindungan Bani Makhzum
sampai Ammar menginjak dewasa dan Sumayyah dan Yasir memasuki usia
tua.
Hingga akhirnya, sebuah kabar gembira bagi seluruh umat manusia
tiba. Seorang yang bernama Muhammad SAW datang membawa cahaya iman
dan agama yang diridhai Allah SWT yakni Islam. Muhammad adalah seorang
Rasul yang membawa kabar gembira dan penyempurna akhlak manusia. Kabar
datangnya Nabi baru mengguncang suasana Makkah. Ada orang yang tertarik,
namun lebih banyak lagi yang menolak. Ammar bin Yasir dengan rasa
penasaran, kemudian mendatangi Rasulullah di rumah Arqom bin Arqom dan
mendengarkan langsung wahyu yang diturunkan Allah SWT.
Ammar tahu betul sifat dan akhlak seorang Muhammad yang sangat
tepuji. Ia langsung yakin dengan kebenaran firman Allah SWT yang
6
http://www.harianterbit.com/hanterhikayat/read/2016/08/25/67886/0/39/Teguhnya-Akidah-
Sahabat-Nabi, (diakses tanggal 4 September 2018)
12

disampaikan melalui Rasulullah SAW. Tanpa rasa ragu, Ammar mengucapkan


ikrar syahadatnya dan menjadi seorang Muslim. Dengan penuh kegembiraan,
Ammar menyampaikan kabar datangnya seorang Nabi itu kepada ibu dan
ayahnya. Cahaya iman ternyata menyinari hati Sumayyah dan Yasir. 
Keduanya kemudian mengikuti jejak sang anak bersyahadat dan menjadi
Muslimah dan Muslim. Berbeda dengan keluarga Sumayyah,  kebanyakan
orang Quraisy justru sangat anti bahkan memusuhi Islam, ajaran yang dibawa
Rasulullah SAW.
Pada awalnya, Sumayyah dan keluarganya menyembunyikan keimanan
mereka terhadap Islam. Namun, tauhid yang disembunyikan rapat-rapat itu
akhirnya diketahui juga. Mengetahui Sumayyah dan keluarganya telah masuk
Islam, murkalah  orang-orang musyrikin, terutama Bani Makhzum, yang
selama ini melindungi mereka. Siksaan mulai mereka terima.  Kaum musyrikin
memaksa Umayyah bersama suami dan anaknya untuk melepas keyakinan.
Posisi mereka yang rendah, membuat keluarga Sumayyah harus tabah
menghadapi tekanan dan siksaan. Mereka hanya senantiasa memohon
perlindungan dan pertolongan dari Allah SWT.
Orang-orang Quraisy tanpa rasa kasihan menyiksan dan menyeret
mereka di jalanan dan membawa mereka ke padang pasir di tengah terik
matahari. Kaum kafir itu lalu  memakaikan baju besi kepada mereka untuk
menambah penderitaan Sumayyah. Setelah keringat mereka berhenti mengalir,
tubuh mereka kering, dan darah mereka mulai bercucuran, mereka dipaksa
untuk kembali murtad dari agama Islam dan dipaksa untuk menghina dan
mencaci Rasulullah SAW.
Kerasnya siksaan tak membuat iman mereka goyah. Hingga akhirnya,
Abu Jahal turun tangan untuk menyiksa Sumayyah dan keluarganya. Tangan
dan kaki mereka diikat lalu dilemparkan diatas kerikil tajam dan panas. 
Cambuk yang melukai tubuh mereka tak mampu melunturkan keyakinan
mereka terhadap kebenaran Islam. Di tengah siksaan yang kejam, Sumayyah
dengan penuh keberanian justru menantang Abu Jahal, seorang pemimpin
Quraisy yang ditakuti. Abu Jahal murka mendengar seorang perempuan
13

menantangnya. Ia lalu membunuh Sumayyah dengan cara yang keji, demi


menutupi rasa gengsinya, yang telah ditantang seorang perempuan.
Sumayyah pun gugur sebagai syahidah pertama. Ia adalah pahlawan
Islam pertama yang meninggal, karena membela agama Allah. Rasulullah
SAW pun secara khusus berdoa untuk keluarga Sumayyah. ''Bersabarlah
keluarga Yasir. Sesungguhnya balasan kalian adalah surga,'' sabda Rasulullah
SAW. Ternyata peran wanita dalam membela Islam sungguh begitu besar.
Sumayyah, sebagai orang ketujuh yang masuk Islam, berani mengorbankan
nyawanya untuk membela kebenaran agama Allah. Sungguh, Sumayyah adalah
muslimah yang layak dijadikan panutan dan teladan.
4. Rasa Takutnya Umar bin Abdul ‘Aziz kepada Allah SWT
Di madinah Umar bin Abdul ‘Aziz tumbuh dan berkembang dalam
limahan nikmat dan kemuliaan. Ia selalu mendapatkan pemberian dari paman-
pamannya dan selalu memperoleh kasih sayang meraka. Ketika ia berjalan di
muka bumi, seakan-akan ia mempunya tungkatan tersendiri. Yaitu menjadi
pemuka diantar pemuka-pemuka Madinah dan di antara pemimpin-pemimpin
Damaskus.7
Fatimah binti Abdul Malik, istri Umar bin Abdul Aziz ditanya tentang
ibadah suaminya. Ia menjawab “Demi Allah, ia bukanlah termasuk orang yang
paling banyak shalat dan puasanya. Tetapi demi Allah, aku tidak melihat ada
orang yang lebih takut kepada Allah melebihi takutnya Umar. Suatu kali, ia
berzikir kepada Allah di tempat tidurnya dan tiba-tiba ia menggigil seperti
menggigilnya buru pipit karena takutnya kepada Allah. Sampai aku berkata
dalam hati, “Besok pagi, manusia akan bangun dari tidur tanpa memiliki
khalifah karena khalifahnya meninggal dunia disebabkan getar takutnya kepada
Allah.8
5. Ketaatan Saad bin Abi Waqas kepada Rasulullah SAW

7
‘Abdul ‘Aziz Sayyid al-Ahli, Umar bin Abdul ‘Aziz Khalifah Zuhud yang Memenuhi
Dunia dengan Keadilan, (Jakarta: Samara Publishing, 2009), hal.12
8
Abdullah bin Abdul Hakam, Biografi Umar bin Abdul Aziz Penegak Keadilan, (Jakarta:
Gema Insani Press, 2002), hal.68-69
14

Saad adalah salah seorang dari pada orang-orang bangsawan yang


segera memnuhi panggilan Nabi untuk menjadi orang Mukmin. Ia masuk Islam
ketika dia masih muda remaja. Ibunya sangat cinta kepadanya. Saad juga
sangat hormat dan kasih kepada ibunya. Ketika orang tuanya itu mengerti
bahwa Saad telah masuk Islam, ia marah-marah. Kemarahannya tidak bisa
diredakan lagi. Karena pedih hatinya ia tidak mau lagi menyentuh makanan
atau minuman. Tetapi Saad berusaha untuk menerangkan kepda ibunya, bahwa
Islam adalah agama yang baik dan benar. Tetapi ibunya tidak mau
mendengarkan keterangan anaknya.9
Ketaatan Saad kepada Nabi tidak ada batasnya. Hampir disemua
pertempuran ia berdiri disisi Nabi dan ia menunjukkan keberanian yang luar
biasa dalam membela Nabi. Dalam perang Badar, Saad menewaskan sejumlah
orang Mekah dengan pedang sendiri. Diantaranya termasuk seorang pemimpin
yang kenamaan. Dia senang sekali dengan pedang orang yang tewas itu.
Dibawanya pedang itu kepada Nabi, dipegangnya teguh-teguh untuk
dimilikinya. Tetapi sampai saat itu belum ada wahyu Ilahi turun mengenai
masalah rampasan perang. Nabi memerintahkan Saad untuk mengembalikan
pedang itu ketempat asalnya, dan Saad mematuhi perintah ini. Segera sesudah
itu turunlah wahyu dari Allah mengenai peraturan masalah harta rampasan
perang. Setelah itu Saad diizinkan mengambil pedang itu kembali.10
6. Uwais al-Qarni yang Menghormati Ibunya
Suatu ketika, seorang laki-laki dari Yaman bernama Uwais Al-Qarni
mendatangi Rasulullah SAW. Namun kerena lama menunggu, laki-laki itu
segera pamit. la telah berjanji pada ibunya untuk tidak terlalu lama
meninggalkannya.
Rasulullah SAW bercerita pada Umar dan Ali. Uwais Al Qarni akan diangkat
menjadi penghuni langit karena pengabdiannya pada ibunya.
Rasulullah SAW pun berpesan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi
Thalib, jika mereka berjumpa Uwais, pintalah doa dan istighfar kepadanya

9
Fazl Ahmad, Para Sahabat Nabi, (Jakarta: Sinar Hudaya, 1975), hal. 33
10
Fazl Ahmad, Para Sahabat Nabi, . . . ., hal. 35
15

sebab ia bukan penduduk bumi. la salah seorang penghuni langit. Rasulullah


SAW menyuruh Umar dan Ali memperhatikan tanda putihdi tengah telapak
tangannya. Orang itu bernama Uwais al-Qarni. Umar dan Ali merasa
penasaran, keduanya ingin bertemu langsung dengan Uwais al-Qarni
Umar dan Ali segera menemui Uwais, keduanya lalu berjabat tangan
dengannya. Umar lalu membalikkan telapak tangan Uwais. Ternyata ada tanda
putih seperti yang diceritakan Rasulullah SAW, seketika wajah Uwais bersinar
terang ketika tanda putih itu terlihat. Umar dan Ali segera minta didoakan
Uwais. Setelah itu Uwais segera mendoakannya, Uwais lalu menceritakan
bahwa sebelum ibunya meninggal, ia membaktikan hidupnya untuk mengurus
dan merawat ibunya. Uwais juga mengembalakan ternaknya.
Umar dan Ali sangat kagum dengan ketulusan Uwais, ia adalah anak
yang sangat berbakti pada ibunya. Maka pantaslah ia diangkat menjadi
penghuni langit. Berbakti kepada ibu menjadikan Uwais memiliki kedudukan
mulia di sisi Allah SWT yakni menjadi penghuni langit.
16

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara etimologi, kata “sahabat” berasal dari bahasa Arab yaitu ‫صاحب‬
yang mempunyai arti selalu menyertai dan menemani. Dari penjelasan tersebut,
“sahabat” menurut dasar katanya berarti orang yang selalu menyertai dan
menemani orang lain. Pengertian sahabat adalah orang-orang yang mengenal
dan melihat langsung Nabi Muhammad SAW dalam keadaan beriman,
membantu perjuangannya dan meninggal dalam keadaan Muslim.
Para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah orang yang
bertemu dengan Rasullullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam keadaan
beriman kepada beliau dan mati dalam keadaan muslim. Mereka adalah
generasi terbaik dari umat ini. Para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam memilki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT. Mereka telah
diberikan anugerah yang begitu besar yakni kesempatan bertemu dan
menemani Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam. Allah SWT telah memilih
mereka untuk mendampingi dan membantu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam dalam menegakkan agama-Nya. Orang-orang pilihan Allah ini tentunya
memiliki kedudukan istemewa dibandingkan manusia yang lain. Karena Allah
SWT tidak mungkin keliru memilih mereka.
Adapun beberapa contoh dari penerapan akidah dan akhlak yang
dilakukan oleh para sahabat Rasulullah SAW antara lain: “Sifat malu Fatimah
az-Zahra”, “Bilal bin Rabbah mempertahankan akidah”, “Sumayyah dan
keluarganya dalam memepertahankan akidah”, “Rasa takut Umar bin Abdul
‘Aziz kepada Allah SWT”, “Ketaatan Saad bin Abi Waqas kepada Rasulullah
SAW”, “Uwais al-Qarni yang menghormati ibunya”.
B. SARAN
Saya menyadari dalam pembuatan makalah ini masih byak kekurangan.
Kami berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bag pembaca. Namun,
saran dan kritik yang sifatnya membangun dengan tangan terbuka kami terima
demi kesempurnaan di masa akan datang.

Anda mungkin juga menyukai