Anda di halaman 1dari 7

Biografi Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq (11-13 H/632-634 M)

a. Riwayat hidup Abu Bakar Ash Shiddiq

Abu Bakar dilahirkan pada tahun 573 M dari dilingkungan suku Quraisy. Bernama lengkap Abdullah
bin Abi Quhafah bin Utsman bin Amr bin Masud bin Thaim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib
bin Fihr At Taimi Al Quraisy. Silsilah Abu Bakar Ash Shiddiq dengan Nabi Muhammad SAW bertemu
pada Murrah bin Ka’ab. Abu Bakar wafat pada Jumadil Awwal tahun 634 M/ 13H, dalam usia 63 tahun
dan dimakamkan di samping Rasulullah SAW.

Abu Bakar merupakan orang pertama masuk Islam diluar jalur keluarga ketika Islam mulai didakwakan.
Bagi Abu Bakar, tidaklah sulit untuk mempercayai ajaran Islam, karena telah mengenal keagungan
Nabi Muhammad SAW sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Nabi Muhammad SAW bersabda “tidak
seorangpun yang saya ajak untuk masuk Islam kecuali dia akan selalu tidak suka terhadap apa yang
saya lakukan, dan membalas dengan perkataan yang kasar kecuali Abu Bakar. Sesungguhnya saya
tidak pernah mengatakan sesuatu kepada dia akan menerima apa yang saya lakukan dan dia tetap
konsisten dengan keyakinannya”

Setelah masuk Islam, Abu Bakar tidak segan untuk menumpahkan segenap jiwa dan harta bendanya
untuk Islam. Tercatat dalam sejarah, Abu Bakar membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj, membela Nabi
Muhammad SAW ketika disakiti oleh suku Quraisy, membantu kaum yang lemah dan
memerdekakannya, seperti terhadap Bilal, menemani hijrah ke Madinah, dan menginfakkan seluruh
harta untuk jihad pada konflik/perang Tabuk

Tindakan-tindakan Abu Bakar Ash Shiddiq terhadap Rasulullah SAW:

1) Membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj

Maha suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke
Al Masjidil Aqsha yang telah kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian
dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui
(QS. Al Isra:1)

2) Membela Nabi Muhammad SAW ketika disakiti oleh suku Quraisy

Diriwayatkan dari Urwah bin Zubair dia berkata “Aku pernah bertanya kepada Abdullah bin Amru
tentang perbuatan kaum musyrikin yang paling menyakitkan Rasulullah SAW, maka dia berkata “Aku
pernah melihat Utbah bin Abi Mu’ith mendatangi Nabi SAW yang sedang shalat, maka tiba-tiba Uqbah
melilit leher Nabi SAW dengan sorban miliknya dan mencekiknya sekeras-kerasnya, kemudian
datanglah Abu Bakar membelanya dan melepaskan ikatan tersebut sambil berkata “Apakah kamu
akan membunuh seorang laki-laki karena ia menyatakan, ‘Rabbku ialah Allah’ padahal dia telah datang
kepadamu dengan membawa keterangan-keterangan dari Rabbmu. dan jika ia seorang pendusta
Maka Dialah yang menanggung (dosa) dustanya itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian
(bencana) yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu” (QS. Al Mukmin: 28)

3) Di gua Tsur ketika hijrah

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) Maka Sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu)
ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang Dia salah seorang
dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu Dia berkata kepada temannya “Janganlah
kamu berduka cita, Sesungguhnya Allah beserta kita. “Maka Allah menurunkan keterangan-Nya
kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al Quran
menjadikan orang orang kafir itulah yang rendah. dan kalimat Allah itulah yang tinggi, Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana (QS. At Taubah:40)

4) Menyerahkan seluruh harta untuk jihad pada konflik/perang Tabuk

Jika kamu menampakkan sedekah (mu) Maka itu adalah baik sekali dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih
baik bagimu dan Allah akan menghapuskan dari kamu sebagian kesalahan kesalahanmu, dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al Baqarah: 271)

Perumpamaan (infak yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menginfakan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap tiap bulir seratus biji.
Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki dan Allah Maha Luas (karunia-Nya)
lagi Maha Mengetahui (QS. Al Baqarah: 261)

b. Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai Khalifah

Ketika wafat, Rasulullah SAW tidak meninggalkan wasiat tentang orang yang akan penggantikannya.
Oleh karena itu, para sahabat Muhajirin dan Anshar segera berkumpul untuk bermusyawarah di suatu
tempat yaitu Tsaqifah Bani Sa’idah dalam rangka memilih pengganti Rasulullah SAW, memimpin
ummat Islam. Dalam pertemuan itu pihak sahabat Anshar mencalonkan Sa’id bin Ubaidah, sebagai
pemuka suku Khajraj dengan alasan mereka yang menolong Rasulullah SAW. Kalangan sahabat
Mujahirin menginginkan dari suku Quraisy. Tetapi ditolak Hubab bin Munzir dari pihak Anshar.
Ditengah perdebatan, Abu Bakar Ash Shiddiq mengajukan dua calon yaitu Abu Ubaidah bin Jarrah dan
Umar bin Khattab, namun kedua tokoh ini menolak usulan tersebut dan berkata “engkau (Abu Bakar)
adalah Muhajirin yang paling utama, engkau yang menemani Rasulullah SAW saat di gua Tsur, dan
menggantikan Rasulullah SAW sebagai imam sholat ketika sakit”

Bani Sa’idah merupakan keturunan Khazraj atau Bani Sa’idah ibn Ka’ab Khazraj. Perkembangan Bani
Sa’idah terletak disebelah Barat Laut Masjid Nabawi, Madinah. Salah satu peristiwa penting yang
melibatkan Bani Sa’idah adalah peristiwa Pembaiatan Abu Bakar As Shiddiq sebagai khalifah pertama

Umar bin Khattab tidak membiarkan proses tersebut semakin rumit. Dengan suara yang lantang
membaiat Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai khalifah yang diikuti oleh Abu Ubaidah. Kemudian proses
baiat terus berlanjut seperti yang dilakukan oleh Basyir bin Saat beserta pengikutnya. Abu Bakar
akhirnya diangkat menjadi khalifah setelah melalui musyawarah di Saqifah Bani Sa’idah Bai’at yang
terjadi pada musyawarah tersebut dikenal dengan Bai’at Khassah.

Selain pihak Muhajirin dan Anshar, ada pihak lain yang tidak ikut dalam pertemuan Saqifah Bani
Sa’idah dan menghendaki Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, karena jasa-jasa dan kedudukannya
selaku keluarga dekat Nabi Muhammad SAW dengan ketulusan dan demi menjaga persatuan umat
Islam, Ali bin Abi Thalib dan Zubair bin Awwam bersama sama kaum muslimin membaiat Abu Bakar
sebagai khalifah pada baiat ‘ammah (baiat yang diikuti oleh seluruh kaum muslimin)

Jika diamati lebih jauh, Rasulullah SAW tidak menunjuk pengganti secara langsung adalah mendidik
umat Islam untuk bijaksana dalam menentukan pemimpin dengan musyawarah dan demokratis.
Disamping itu faktor terpilihnya Abu Bakar Ashiddiq sebagai khalifah pengganti Rasulullah SAW
didukung oleh fakta yang sulit dibantah yakni:

1) Abu Bakar Ash Shiddiq adalah sahabat pertama yang masuk Islam diluar keluarga melalui
diskusi langsung dengan Rasulullah SAW dan membawa pengaruh bagi masyarakat Makkah
2) Abu Bakar Ash Shiddiq adalah sahabat yang disegani masyarakat dan paling bijaksana dalam
bersikap dalam membantu keberhasilan dakwah Rasulullah SAW

3) Abu Bakar Ash Shiddiq adalah sahabat yang setia menemani hijrah Rasulullah SAW ke
Madinah dengan harta dan nyawa sebagai taruhannya

4) Abu Bakar Ash Shiddiq adalah sahabat yang dipercaya untuk menggantikan posisi imam shalat
ketika Rasulullah SAW sakit

Menyimak Pidato Politik Abu Bakar Ash Shiddiq

Ucapan pertama ketika Abu Bakar Ash Shiddiq di bai’at, ini menunjukkan garis besar politik dan
kebijakan Abu Bakar dalam pemerintahan. Di dalamnya terdapat prinsip kebebasan berpendapat,
tuntutan ketaatan rakyat, mewujudkan keadilan, dan mendorong masyarakat berijtihad, serta sholat
sebagai intisari takwa.

Berikut pidato pertama Abu Bakar Ash Shiddiq

Wahai manusia sungguh aku telah memangku jabatan yang kamu kerjakan, padahal aku bukan orang
yang baik diantara kamu. Apabila aku melaksanakan tugasku dengan baik, bantulah aku, dan jika aku
berbuat salah, luruskanlah aku. Kebenaran adalah suatu kepercayaan, dan kedustaan adalah suatu
penghianatan. Orang yang lemah diantara kamu adalah orang yang kuat bagiku sampai aku memenuhi
hak haknya, dan orang kuat diantara kamu adalah lemah bagiku hingga aku mengambil haknya, Insya
Allah, janganlah salah seorang darimu meninggalkan jihad. Sesungguhnya kaum yang tidak memenuhi
panggilan jihad maka Allah akan menimpakan suatu kehinaan. Patuhlah kepadaku selama aku taat
kepada Allah dan Rosul Nya. Jika aku tidak mentaati Allah dan Rasul Nya, sekali kali janganlah kamu
mentaati ku. Dirikanlah shalat, semoga Allah merahmati kamu

c. Masa Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq

Pengangkatan Abu Bakar Ash Shiddiq sebagai khalifah sebagaimana dijelaskan pada peristiwa Tsaqifah
Bani Sa’idah, merupakan bukti bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq menjadi khalifah bukan atas
kehendaknya sendiri, tetapi hasil dari musyawarah mufakat umat Islam.

a) Bidang sosial ekonomi (membentuk baitul mal)

Dalam bidang penataan sosial ekonomi Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq berupaya mewujudkan
keadilan dan kesejahteraan sosial masyarakat dengan mengelola zakat, infak, dan sedekah yang
berasalh dari kaum muslimin, serta harta ghanimah yang dihasilkan dari rampasan perang dan jizyah
dari warga negara non muslim, sebagai sumber pendapatan baitul mal. Penghasilan yang diperoleh
dari sumber sumber pendapatan negara ini dibagikan untuk kesejahteraan para tentara, gaji para
pegawai negara dan kepada rakyat yang berhak menerimanya sesuai dengan ketentuan Al Quran

b) Bidang pemerintahan

Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq membagi tugas kenegaraan. Untuk pemerintahan pusat menunjuk Ali
bin Abi Thalib, Usman bin Affan, dan Zaid bin Tsabit sebagai sekretaris dan Abu Ubaidah sebagai
bendahara negara. Serta Umar bin Khattab sebagai hakim agung.

Untuk wilayah kekuasaan Islam, dibentuklah provinsi dengan menunjuk seorang amir, diantaranya:
(1) Itab bin Asid menjadi Amir di kota Makkah, amir yang diangkat pada masa Nabi Muhammad
SAW

(2) Ustman bin Abi Al Ash, amir untuk kota Thaif, diangkat pada masa nabi

(3) Al Muhajir bin Abi Umayyah, amir untuk San’a

(4) Ziad bin Labid, amir untuk Hadramaut

(5) Ya’la bin Umayyah, amir untuk Khaulan

(6) Abu Musa Al Ansyari, amir untuk Zubaid dan Rima’

(7) Muadz bin Jabal, amir untuk Al Janad

(8) Jarir bin Abdullah, amir untuk Najran

c) Bidang pertahanan dan keamanan

Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq mengorganisasikan pasukan untuk mempertahankan eksistensi
keagamaan dan stabilitas pemerintahan. Diantara panglima yang ada ialah Khalid bin Walid, Musanna
bin Harisah, Amr bin ‘Ash, Zaid bin Sufyan

Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq membagi pasukan muslim dalam 11 divisi dengan tugas sebagai
berikut:

(1) Khalid bin Walid, menghadapi musuh-musuh terkuat Tulaiha (Bani Asad) kemudian Malik bin
Nuwaira, dan Musalimah (Bani Hanifa)

(2) Ikrimah ibn Abu Jahal, menghadapi Musalimah diYamamah

(3) Shurahbil bin Hasanah membantu Ikrimah sebagai pasukan cadangan

(4) Amr ibn Ash, menghadapi pemberontah di Quza’a dan Wadi’a di wilayah Tabuk dan Daumatul
Jandal

(5) Khalid bin Said, menghadapi pemberontak di perbatasan Syam dan Irak

(6) Turaifa bin Hajiz, menghadapi pemberontak di Hawazin dan Bani Sulaiman di area Timur
Madina dan Makkah

(7) Al Ala bin Hadhrami, menghadapi pemberontak di Bahrain

(8) Huzaifah bin Muhsin Al Galfani diperintah mengamankan daerah Daba di Oman

(9) Arfajah bin Harsamah ditugaskan untuk mengembalikan stabilitas daerah Muhrah dan Oman

(10) Muhajir bin Abi Umayyah, menghadapi sisa-sisa pengikut Aswad Al Ansi (orang yang pertama
mengaku sebagai nabi) di Yaman

(11) Suwaid bin Muqaran, menghadapi pemberontak di pesisir utara Yaman

d) Kebijakan penggantian Khalifah

Menjelang akhir pemerintahan Abu Bakar Ash Shiddiq menunjuk Umar bin Khattab sebagai
penggantinya. Karena khawatir peristiwa yang sangat menegakkan di Tsaqilah Bani Saidah yang nyaris
menyulut umat Islam kejurang perpecahan terulang kembali, bila tidak menunjuk penggantinya
Abu Bakar Ash Shiddiq: Pribadi Berpendirian Kokoh dan Zuhud

Abu Bakar Ash Shiddiq adalah lelaki yang lemah lembut, namun dalam hal memerangi orang yang
murtad, beliau memiliki pendirian yang kokoh. Bahkan lebih tegas dan keras daripada Umar bin
Khattab yang terkenal akan keras dan tegasnya beliau dalam pembelaan terhadap Allah. Imam Bukhari
dan Muslim meriwayatkan hadis dari Abu Hurairah “Ketika Nabi SAW wafat, dan Abu Bakar Ash
Shiddiq menggantikannya, banyak orang yang kafir dari bangsa Arab. Umar bin Khattab berkata
“Wahai Abu Bakar, bisa bisanya engkau memerangi manusia padahal Rasulullah SAW bersabda, aku
diperintah untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan Laa ilaaha illallah, barangsiapa
yang mengucapkan telah haram darah dan jiwanya, kecuali dengan hak (jalan yang benar) Adapun
hisabnya diserahkan kepada Allah?” Abu Bakar Ash Shiddiq berkata: “Demi Allah akan kuperangi orang
yang membedakan antara shalat dengan zakat. Karena zakat adalah hak Allah atas harta. Demi Allah
jika ada orang yang enggan membayar zakat di masaku, padahal mereka menunaikannya di masa
Rasulullah SAW, akan kuperangi dia”. Umar bin Khattab berkata “Demi Allah, setelah itu tidaklah aku
melihat kecuali Allah telah melapangkan dadanya untuk memerangi orang-orang tersebut, dan aku
yakin ia di atas kebenaran”

Ketika menjadi Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq tetap bekerja mencari nafkah. Umar bin Khattab
melarangnya dan menganjurkan mengambil upah dari baitul maal, karena beratnya tugas seorang
khalifah. Ketika meninggal, Abu Bakar Ash Shiddiq tidak meninggalkan sepeserpun dirham atau dinar.
Diriwayatkan dari Al Hasan bin Ali, “Ketika sedang bersama Abu Bakar Ash Shiddiq, Abu Bakar berkata
“Wahai, ‘Aisyah tolong perhatikan unta perahan yang biasa kita ambil susunya, dan mangkuk besar
yang sering kita pakai untuk tempat penerangan, dan kain beludru yang biasa kita pakai.
Sesungguhnya kita mengambil manfaat dari itu semua saat aku mengurusi urusan kaum muslimin. Jika
kau mati, kembalikanlah semuanya kepada Umar. Maka ketika Abu Bakar wafat, ‘Aisyah mengirim
semua itu kepada Umar. Umar bin Khattab berkata: “Semoga Allah meridhaimu wahai Abu Bakar,
sungguh lelah orang yang datang setelahmu”

d. Prestasi Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq

1) Memerangi Nabi Palsu

a) Musailamah Al Kadzab

Musailamah Al Kadzab lahir dengan nama Musailamah bin Habib dari Bani Hanifah, salah satu suku
terbesar di Jazirah Arab dengan wilayah domisili di Yamamah. Musailamah menyatakan diri sebagai
seroang Muslim dan membangun msjid di Yamamah. Perlahan lahan pengaruh dan wewenang
Musailamah meningkat terhadap orang orang dari sukunya

Musailamah Al Kadzab berusaha menghapuskan kewajiban untuk melaksanakan salat serta


memberikan kebebasan untuk melakukan seks bebas dan mengkonsumsi khamar. Akhirnya
Musailamah Al Kadzab terbunuh pada perang Yammah tahun 11 H

b) Thulaihah bin Khuwailid

Pada masa Nabi Muhammad SAW, dari Bani Asad muncul nabi palsu bernama Thulaihah bin Khuwailid
bin Naufal Al Asadi. Pada tahun 9 Hijrah, Thulaihah bin Khuwailid datang bersama kaumnya kepada
Nabi Muhammad SAW dan menyatakan keislamannya. Ketika Nabi Muhammad SAW sakit keras, dia
memproklamirkan dirinya sebagai nabi. Akhirnya Thulaihah bin Khuwailid bin Naufal Al Asadi mati
syahid dalam Perang Nahawand tahun 21 H, dimasa Khalifah Umar bin Khattab

c) Sajah binti Al Harits bin Suwaid


Sajah binti Al Harits bin Suwaid berasal dari Bani Tamim. Memproklamirkan kenabian setelah Nabi
Muhammad SAW, wafat dan ketika kaum muslimin sedang sibuk memerangi kaum murtad. Sajah binti
Al Harits bin Suwaid adalah pesaing dan mantan isteri Musailamah Al Kadzab. Sajah binti Al Harits bin
Suwaid tinggal di tengah tengah kaumnya hingga masa kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan,
sebelum akhirnya diusir dari kampong halamannya.

2) Memerangi akidah murtad

Bersamaan dengan pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, tumbuh ide penolakan kepemimpinan
Abu Bakar dari orang yang baru masuk Islam untuk kemudian keluar dari Islam (murtad)

Diantara kabilah Arab yang murtad adalah suku Mudzhij pimpinan Aswad bin Ka’ab Al Ansi, suku
Rabi’ah dibawah pimpinan Al Marrur ibn Nu’man, Bani Sulaim di bawah pimpinan Iyas ibn Abdullah
bin Abdi Ya Lail, dan Bani Tamim di bawah pimpinan Sajah, jumlah penduduk yang murtad kian
bertambah. Mayoritas Bani Hanifah dan orang orang di Yamamah dibawah pengaruh Musailamah Al
Kadzab. Bani Asad dan Thayyi’ bergabung dengan Thulaihah Al Asadi.

3) Memerangi pembelot zakat

Para pembelot zakat, mayoritas berada di Madinah, seperti Bani Gathfan, Bani Bakar, dan lain lain.
Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad SAW, dan setelah wafat
maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat.

4) Mengumpulkan Al Quran

Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq pada mulanya tidak setuju dengan usulan Umar bin Khattab untuk
mengumpulkan Al Quran, karena tidak ada perintah langsung dari Rasulullah SAW. Umar bin Khattab
akhirnya dapat menyakinkan Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq untuk menyetujui usulan karena
banyaknya muslim yang hafal Al Quran (huffadz) yakni sekitar 70 gugur pada perang Yamamah
(sebuah daerah yang terletak di kota Riyadh, Arab Saudi pada saat ini) melawan Musailamah Al
Kadzab. Kemudian Khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq memberi tugas kepada Zaid bin Tsabit untuk
menulis dan membukukan.

Pengumpulan dan penulisan ayat ayat Al Quran itu dilakukan dengan pertimbangan:

a. Banyak sahabat yang hafal Al Quran gugur dalam perang penumpasan orang orang murtad di
Yamamah

b. Ayat ayat Al Quran yang ditulis pada kulit kulit kurma, batu batu dan kayu kayu sudah banyak
yang rusak sehingga perlu dilakukan usaha penyelamatan

c. Penulisan ayat ayat Al Quran dan membukukannya ini bertujuan agar dapat dijadikan
pedoman bagi umat Islam diberbagai wilayah

5) Penyebaran wilayah dakwah Islam

a) Tahap I

Khalifah Abu Bakar terlebih dahulu menaklukkan Persia. Pada bulan Muharram tahun 12 H (6333 M)
ekspedisi ke luar jazirah Arabia dengan menunjuk dua panglima yaitu pasukan yang dipimpin Musanna
bin Harisah dibantu pasukan yang dipimpin Khalid bin Walid. Gabungan dua pasukan tersebut pasukan
Persia berhasil ditaklukkan melalui pantai teluk Persia

b) Tahap II

Khalifah Abu Bakar berupaya menaklukkan Kerajaan Romawi dengan membentuk empat pasukan.
Masing masing kelompok dipimpin seorang panglima dengan tugas menundukkan daerah yang telah
ditentukan. Keempat kelompok tentara dan panglimanya itu adalah sebagai berikut:

(1) Abu Ubaidah bin Jarrah bertugas di daerah Homs, Suriah Utara, dan Antiokia

(2) Amru bin Ash mendapat perintah untuk menaklukkan wilayah Palestina yang saat itu berada
dibawah kekuasaan Romawi Timur

(3) Syurahbil bin Sufyan diberi wewenang menundukkan Tabuk dan Yordania

(4) Yazid bin Abu Sufyan mendapat perintah untuk menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan.

Anda mungkin juga menyukai