Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perang Uhud adalah perang kedua setelah perang Badar yang dimenangkan
oleh kaum Muslim. Dengan banyaknya tokoh Quraisy yang meninggal dalam
perang Badar mengakibatkan tersulutnya dendam dari kaum Quraisy terhadap
kaum muslim. Perang Uhud terjadi pada tahun ke-3 H. Pertempuran ini terjadi
di Madinah. Selain adanya dendam dari kaum Quraisy terhadap kaum
Muslim, ada banyak hal yang menyebabkan terpecahnya peperangan ini.
Diantaranya adalah hasrat kaum Quraisy untuk menghancurkan islam dan
membunuh Rasulullah SAW. Kedua, adanya provokasi dari Ka’ab ibn Asyraf,
seorang Yahudi yang menghasut para pemimpin Quraisy untuk menyerang
umat islam di Madinah. Dan yang terakhir adalah agar terbuka kembali jalur
perdagangan bagi kaum Quraisy menuju Syam yang harus melalui kota
Madinah.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya Perang Uhud terjadi di Madinah,
lebih tepatnya perang Uhud terjadi di dekat gunung Uhud. bukit ini terletak di
sebelah utara Madinah dengan jarak 5,5 km dari Masjid Nabawi. Dari sinilah
sejarah kemudian mencatat peperangan itu terjadi didekat bukit Uhud itu
dinamakan sebagai Perang Uhud.
Dalam peperangan ini kaum Quraisy tercatat beranggotakan 3000 tentara, 700
invantri, dan 200 ekor kuda. Selain itu juga diikutsertakan beberapa kaum
wanita dalam angkatan perang ini kira – kira berjumlah 15 orang. Sedangkan
pasukan kaum muslim hanya terdiri atas 1000 tentara pada awalnya yang
kemudian karena suatu hal menjadi sejumlah 700 tentara. Peperangan ini
dipimpin oleh Abu Sofyan dalam kubu kaum Quraisy sedangkan kaum
Muslim sendiri dipimpin oleh Rasulullah. Setelah merasa memiliki kekuatan
yang cukup dan tentara dengan jumlah besar, kau Quraisy mulai berangkat
menuju Madinah. Namun hal itu diketahui oleh Nabi secara mendadak, yang

1
kemudian dikumpulkannyalah beberapa perwira – perwira, para sahabat, dan
orang – orang berpengalaman lainnya untuk bermusyawarah menyusun
strategi untuk menghadapi lawan. Turut hadir pula Abdullah bin Ubai, salah
soeorang munafik dari Madinah. Yang menyarankan untuk melakukan strategi
bertahan.
Pada awalnya kaum muslim sudah akan memenangkan pertempuran tersebut,
namun dikarenakan ada diantara mereka tergoda oleh Ghonimah dan wanita
kaum Quraisy maka pertahanan mereka pun menjadi lemah. Itulah salah satu
penyebab kalahnya kaum Muslim terhadap kaum Quraisy.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang melatar belakangi terjadinya Perang Uhud?
2. Apa siasat atau strategi Nabi Muhammad melawan Kaum Qurays dalam
Perang Uhud?
3. Siapa yang memenangkan Perang Uhud tersebut?
4. Apa saja dampak yang terjadi setelah berakhirnya Perang Uhud?

C. Tujuan
1. Agar kita menjadi tahu bagaimana kronologis terjadinya Perang Uhud
mulai dari latar belakang terjadinya perang sampai berakhirnya perang.
2. Agar kita menjadi tahu strategi atau siasat yang apa yang digunakan Nabi
Muhammad dalam melawan Kaum Qurays
3. Agar kita tahu siapakah yang akan memenangkan peperangan. Nabi
Muhammah atau Kaum Qurays, jika kita melihat dari jumlah pasukan
yang dimiliki Nabi Muhammad tiga banding satu dari pasukan Kauh

2
BAB II
ISI
A. Pecahnya Perang Uhud
1. Persiapan Perang Uhud
Pemimpin kaum Quraisy segera mempersiapkan banyak pasukannya
untuk melawan Nabi Muhammad SAW dan pasukan kaum muslim
kembali setelah kalah dalam perang Badar. Dalam perang kali ini pasukan
Quraisy menyiapkan sejumlah 3000 tentara, diantaranya terdapat 200
pasukan berkuda dengan persenjataan lengkap dan pasukan berkendaraan
unta serta memakai baju besi. Pasukan perang kaum Quraisy dipimpin
oleh Abu Sufyan. Budak – budak Quraisy disuruh oleh majikannya
masing – masing untuk ikut serta menjadi anggota pasukan perang yang
dipimpin oleh Abu Amir ar-Rahib. Kaum wanita juga diikutsertakan untuk
menyulut api peperangan, diantaranya adalah Hindun (istri Abu Sofyan).
Ummu Hakim (Istri Ikhrimah), Barzah binti Munabbih (Istri Amr bin
Asb), dengan Himdun sebagai pemimpinnya. Dalam hal ini Hindun
memiliki seorang budak bernama Wahsyi. Disini Washyi diperintahkan
untuk membunuh Hamzah (paman Nabi Muhammad SAW). Dengan
imbalan apabila dia berhasil akan diberi hak kemerdekaan. Mengapa
Hindun menyuruh Washyi membunuh Hamzah, dikarenakan sebuah
dendam karena Hamzah telah membunuh Utbah (ayah Hindun) pada saat
perang Badar (Moenawar Chalil, 2011: 101).
Sementara itu kaum muslim di Madinah tidak sedikitpun mengetahui
persiapan yang dilakukan oleh kaum Quraisy. Nabi Muhamad baru
menerima berita tersebut tiga hari sebelum pasukan Quraisy Mekkah tiba
di Uhud. Nabi mendengar berita tersebut dari pamannya yang memeluk
islam namun masih tinggal di Mekkah pada saat itu. Setelah menerima
berita tersebut, Nabi segera mengirim beberapa utusan mata – mata yaitu
Anas, Munis, dan Hubab untuk mencari informasi tentang pasukan

3
Quraisy Mekkah. Akhirnya diperoleh informasi bahwa pasukan Quraisy
sudah berada didekat Uhud. Pada hari Jumat 13 Syawal 3 H, Nabi
Muhammad SAW, Nabi mengadakan musyawarah untuk membahas
situasi tersebut dengan para sahabat. Sejumlah sahabat sebaiknya tetap
tinggal di Madinah. Nabi Muhammad SAW setuju untuk bertahan di
Madinah karena Madinah dikelilingi oleh gunung – gunung dan bukit
yang dapat dijadikan sebagai benteng pertahanan sehingga kaum Quraisy
akan mengalami kesulitan dalam melakukan penyerangan terhadap kota
Madinah. Akan tetapi sejumlah pemuda tidak setuju dengan pendapat
tersebut, mereka berpendapat untuk pergi keluar kota Madinah dan
mengadakan perang terbuka dengan Quraisy. Adanya desakan dari
kelompok pemuda tersebut membuat Nabi Muhammad SAW berubah
pendirian dan mengikuti pendapat para pemuda untuk mengikuti perang
terbuka dengan Quraisy. Setelah memperoleh keputusan Nabi Muhammad
SAW segera mengenakan baju perang dengan senjata lengka. Setelah
selesai solat Jumat, NAbi Muhammad SAW bergerak menuju bukit Uhud
dengan memimpin 1000 pasukan untuk menghadapi 3000 pasukan tentara
Quraisy yang bersenjata lengkap dan yang telah merusak tanaman dan
padang rumput kaum muslimin. Pasukan Nabi Muhammad SAW
bermalam tidak jauh dari kota Madinah, agar esoknya dapat melanjutkan
kembali perjalanan menuju bukit Uhud. Di tengah perjalanan menuju
Uhud, pasukan munafik yang dipimpin oleh Abdullah bin Ubay
melakukan desersi (membelot) dengan membawa 300 pasukan, sehingga
pasukan Nabi yangsemula berjumlah 1000 pasukan menjadi 700 pasukan
saja. Hal itu membuat geram kaum muslimin yang menyaksikan pada
waktu itu. Menyikapi sikap orang –orang munafik tersebut kaum muslim
terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok yang pertama berpendapat
bahwa orang – orang munafik tersebut harus diperangi dan dibunuh
karena merekamemang pantas untuk dibunuh. Sedangkan kelompok kedua

4
yang mayoritas dipimpin oleh Nabi Muhammad memilih untuk tidak
memerangi dan membunuh kaum munafik itu. Sikap Nabi tersebut
merupakan sikap yang bijaksana, cerdas, dan visioner karena sangatlah
tidak mungkin untuk memerangi kaum munafik tersebut ditengah kondisi
yang kritis, selain itu hal itu juga tidak memberi keuntungan kaum muslim
sendiri.

2. Jalannya Perang Uhud


Setelah menghadapi persoalan penarikan diri AbdulllahbinUbay dan kaum
munafik. Nabi Muhammad beserta pasukan muslimin melanjutkan
perjalanan menuju Uhud. Nabi Muhammad SAW meminta ditunjukan
suatu jalan yang tidak dilalui oleh kaum Quraisy. Khaistamah menunjukan
jalan yang dekat dan yang dikehendaki oleh Nabi Muhammad SAW.
Setelah perjalanan dilanjutkan tibalah rombongan Nabi disebuah jalan
kecil milik Marba’ bin Qaizhi yang buta matanya. Ketika Nabi
Muhammad SAW berjalan didepan rumah Marba’ bin Qaizhi, tiba – tiba
Marba’ bin Qaizhi menaburkan debu kearah muka Nabi sambil berkata,
“Kalau engkau itu pesuruh Allah, aku tidak akan menghalalkan kau jalan
di jalanku ini”. Dengan cepat Sa’ad bin Zaid memukul Marba hingga
terluka parah.sahabat – sahabat Nabi Muhammad SAW hendak
membunuh Marba’ bin Qaizhi, tetapi Nabi Muhammad SAW
mencegahnya (Moenawar Chalil, 2001: 110).
Perjalanan kemudian dilanjutkan hingga sampailah kaum muslimin di
suatu tempat di bawah kaki Gunung Uhud. di sinilah Nabi Muhammad
beserta pasukannya berhenti karena melihat tentara musuh sudah beramai
–ramai menduduki tempat – tempat dekat Gunung Uhud. Pasukan kaum
Quraisy memiliki pasukan empat kali lipat dari pasukan muslim. Selain itu
pasukan musuh juga memiliki persenjataan yang lebih lengkap, selain itu
juga sebagian kaum Quraisy telah meiliki keahlian dalam berperang. Nabi

5
Muhammad SAW segera mengumpulkan para tentaranya lalu memilih
dan menduduki tempat yang cukup strategis letaknya. Akan tetapi, karena
sebaian tempat tersebut udah dikuasai oleh kaum Quraisy, jadi tempat
yang diduduki oleh Nabi Muhammad SAW adalah tempat yang
dibelakangnya terdapat suatu jalan yang terbuka yang dapat dipergunakan
oleh musuh untuk menyerang pasukan Muslimin dari arah belakang.
Walaupun demikian, sebagai seorang pemimpin yang bijaksana. Nabi
Muhammad tetap menempatkan pasukan yang memiliki keahlian
memanah dalam tempat tersebut sejumlah 50 orang pemanah yang
dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Sedangkan kaum Quraisy
menempatkan pasukannya pada sayap kanan ditempatkan berupa pasukan
berkuda yang dipimpin oleh Khalid bin Walid, sayap kiri barisan berkuda
yang dipimpin oleh Ikhrimah bin Abu Jahal, dan barisan tengah dipimpin
oleh Shafwan bin Umayyah beserta pahlawan Quraisy lainnya. Semuanya
telah bersiap- siap di tempat – tempat yang tidak mudah ditempuh oleh
tentara kaum Muslim. Bendera perang kaum Quraisy dipegang oleh Abu
Thalhah (Menawar Chalil, 2001: 111).
Nabi Muhammad juga mulai mengatur barisan pasukan muslim. Nabi
Muhammad SAW menempatkan Abu Bakar ash-Shidiq, Umar bin
Khatab, Ali bin Abu Thalib, Zubair bin Awwam, Abu Dujanah Sammak
bin Kharsyah, Thalhah bin Ubaidillah, Sa’ad bin Ubadah, Usaid bin
Hudhair, dan Habbab bin al-Mundzir dibarisan pertama. Kemudian Nabi
Muhammad SAW menginstruksikan kepada pasukan Muslimin yang telah
berada pada posisi mereka masing – masing agar tidak melakukan
peperangan sebelum Nabi Muhammad SAW mengijinkan mereka untuk
berperang dan memerintahkan pasukan pemanah agar tidak meninggalkan
posisi mereka dalam kondisi apapun (Abu FAris, 1998: 229). Berkaitan
dengan penempatan posisi pasukan Muslimin dan perintah Nabi kepada

6
pasukan pemanah,telah dijelaskan di dalam Tafsir Al – Azhar Q.S Ali
Imran ayat 121 (Hamka, 1983: 95).
Setelah kedua pasukan saling berhadapan dan siap bertempur, dimulailah
dengan perang tanding. Abu Thalhah al-‘Abdari keluar dengan membawa
panji kaum Quraisy lalu menantang perang tanding beberapa kali tetapi
tidak seorang pun pasukan dari kaum Muslimin yang berani maju untuk
melawannya. Kemudian Abu Talhah berkata kepada pasukan Muslimin:
“Wahai para sahabat Muhammad, kalian mengaku bahwa Allah akan
menyegerakan kami dengan pedang kalian ke neraka dan menyegerakan
kalian dengan pedang kami kesurga, tetapi adakah diantara kalian seorang
yang mampu menyegerakan aku dengan pedangnya ke neraka atau aku
aka menyegerakannya dengan pedangku kesurga. Kalian dusta demi Lata
dan Uzza, seandainya kalian mengetahui hal itu benar niscaya ada orang
yang keluar menyambutku” (Abu Faris, 1988: 233).
Setelah mendengar perkataan tersebut, akhirnya Ali Bin Abi Thalib maju
ke medan pertempuran kemudian berhasil memukul Abu Thalhah hingga
patah kakinya dan tergeletak di tanah. Kemudian Ali bin Abu Thalib
mundur kembali kebarisan Nabi Muhammad. Setelah Abu Thalah tewas
tewas, pemegang panji perang dipegang oleh saudaranya, Utsman bin Abu
Thalhah yang akan berhadapan dengan Hamzah, dan berhasil dibunuhnya.
Setelah Utsman bi Abu Thalhah tewas, panji kemudian diambil oleh
saudaranya Abu Sa’id bin Abu Thalhah yang berjadapan dengan Sa’ad bin
Abi Waqash, dan berhasil dibunuhnya juga dengan panahan. Selanjutnya
panji perang diambil oleh Musafi’ bin Thalhah bin Abu Thalhah dan
berhasil dibunuh oleh Ashim bin Tsabit bin Abu Alfah. Setelah Musafi’
tewas, panji kemudian diambil alih oleh Abdu Dar yang behasil dibunuh
oleh Ali bin Abi Thalib. Hingga akhirnya panji tergeletak kotor di tanah
hingga diambil alih oleh Amrah binti Alqamah al-Haritsiyah lalu
mengangkatnya kepada pasukan Quraisy dan mereka mengerumuninya.

7
Demikianlah para pahlawan kaum Muslimin berhasil menumbangkan para
tokoh dan pembawa panji Quraisy dan tidak ada lagi yang sanggup
membawa panji tersebut hingga dipungut oleh seorang wanita. Setelah
para pembawa panji tersebut terbunuh kemudian kaum Quraisy terpecah
belah, semangat mereka merosot dan kekuatan mereka pun hancur. Hal
tesebut menunjukan kepiawaian Nabi Muhammad SAW dalam bidang
militer karena mampu melemahkan kemampuan perang pasukan Quraisy
sehingga mendesak pasukan Quraisy mundur dan lai meninggalkan harta
dan wanita-wanita Quraisy (Abu Faris, 1998: 233-234).
Para pemanah yang menyaksikan hal tersebut dari atas bukit mereka
mengira bahwa pertempuran sudah usai. Mereka bergegas mengumpulkan
harta yang ditinggalkan oleh kaum Quraisy. Menyaksikan hal tersebut
Abdullah bij Jubair mengingatkan akan perintah Nabi agar tidak
meninggalkan bukit dalam kondisi apapun. Sebagaian kecil pasukan
mentaati perintah Nabi, namun sebagian pasukan yang berjumlah kira –
kira 40 orang mengabaikan perintah Nabi Muhammad SAW.
Tentara berkuda dari sayap kanan yang dipimpin oleh Khalid bin Walid
menyaksikan jelas bahwa sebagian besar pasukan pemanah Musliminyang
berjaga dibukit Uhud sudah meniggalkan posisi. Oleh karena itu secara
diam – diam Khalid binWalid mengarahkan pasukannya untuk menyerang
kaum Muslimin yang sedang sibuk mengumpulkan harta rampasan.
Pasukan muslim yan dikejutkan oleh serangkaian serangan pedang
dananak panah dari arah belakang membuat terbunuhnya sebagian dari
mereka. Serangan secara mendadak itu membuat kaum muslimin
terguncang dan ketakutan, sehungga membuat mereka terpencar dan
tercerai – berai.
Setelah Nabi Muhammad SAW melihat keadaan yang semakin kacau,
Nabi menyadari bahwa tentaranya sedang terancam oleh bahaya yang
besar dari pihak musuh. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW segera

8
memilih salah satu dari dua alternative yaitu melindungi diri sendiri
ditempat yang tersembunyi atau maju berperang ditengah medan
pertempuran yang sedang berkobar untuk membela barisan tentara yang
sedang berantakan yang terkepung oleh pihak musuh. Seketika itu juga
Nabi mengambil keputusan yaitu untuk sementara Nabi menyembunyikan
diri sambil berseru memanggik sebagian tentaranya agar segera lari
mengelilingi tempat Nabi bersembunyi.
Mush’ab bin Umair yang saat itu memegang bendera tentara islam, selalu
melindungi Nabi Muhammad SAW dari ancaman tentara kaum Quraisy
yang menginginkan Nabi untuk dibunuh. Samapi suatu hal, karena ingin
sekali melindungi Nabi Muhammad SAW Mush’ab terbunuh oleh Ibnu
Qam’ah karena disangkanya adalah Nabi Muhammad. Dikarenakan
Mush’ab bin Umair memeilikiwajah yang mirip dengan Nabi Muhammad.
Ibnu Qam’ah berteriak metainkan bahwa Nabi Muhammad telah terbunuh.
Hal itu membuat pasukan Muslimin terpecah menjadi tiga golongan, yaitu
sebagian melarikan dirimenuju tempat dekat Madinah, tetapi tidak berani
pulang ke Madinah dikarenakan malu. Diantara pasukan muslim yang
melarikan diri adalah Utsman bin Affan, Waid bin Uqbah, Kharijah bin
Zaid, dan Rifa’ah bin Ma’la (Moenawar Chali, 2001: 122)
Sedangkan golongan kedua tetap bertempur dengan pantang menyerah
karena mereka telah mendengarucapan Nabi Muhammad SAW telah
terbunuh. Salah seorang tentara Muslimin, Tsabit bin Dahdah,
memperingatkan kawan-kawannya,”Hai para kawanku Anshar! Jika benar
Nabi Muhammad SAW telah mati terbunuh biarlah ia mati, karena hanya
Allah yang tidak mati selama – lamanya! Karena itu, berpeganglah kamu
kepada agamamu dengan kokoh dan kuat! Allah sendirilah yang akan
menolong dan memberikan kemenangan kepadamu!”. Dari situlah
kemudian pasukan muslimin mneyerahkan diri hanya pada Allah dan terus
berjuang tanpa rasa takut. Dan yang terakhiradalah golongan ketiga

9
sebanyak 14 orang mengelilingi Nabi Muhammad SAW dan mereka
berusaha melindungi Nabi Muhammad SAW dari serangan kaum Quraisy.
Mereka terdiri dari 7 sahabat Anshar dan 7 sahabat Muhajirin.
Sampai pada suatu waktu Ka’ab bin Malik berteriak bahwa Nabi
Muhammad masih hidup. Pasukan kaumQuraisy semakin mendesak untuk
menerobos pertahanan para sahabat NAbi Muhammad SAW. Terlebih
ketika mengetahui yang bertahan hanya sekitar 30 orang saja. Tentara
Quraisy semakin mendesak pertahanan sahabat Nabi sambil melepaskan
anak panah kepada 30 orang yang sedang melindungi Nadi tetap bertahan
dan menangkis serangan dari pasukan Quraisy. Pasukan Quraisy berusaha
mencari celah untuk menerjang dan menerobos pertahanan mereka. Akan
tetapi pasukan kaum Quraisy tidak berhasil menerobos karena ketatnya
pertahanan yang dibuat oleh para sahabat Nabi. Ketika serangan kaum
Quraisy semakin hebat,Nabi Muhammad SAW terkena lemparan batu dari
pihak musuh yang membuat Nabi terluka. Pada saat itu juga Hamzah bi
Abdul Muthalib juga terbunuth di tengah – tengan pertempuran oleh
seorang tentara musuh, yaitu Wahsyi salah sorang budak dari Hindun
dengan menggunakan tombak. Hamzah gugur setelah berhasil membunuh
31 orang dari pihak musuh. Mendengar berita tersebut Nabi Muhammad
SAW merasa sangat sedi, karena Hamzah adalah paman Nabi yang
memiliki jasa yang sangat besar kepada Nabi Muhammad SAW. Pasukan
kaum Quraisy merasa tidak puas apabila belum membunuh Nabi
Muhammad pada saat perang Uhud. Pasukan kaum Quraisy beranggapan
dengan membunuh Nabi Muhammad maka kaum Mulsim akan hancur
(Moenawar Chalil, 2001: 124).
Selain terkena lemparan batu, Nabi Muhammad juga terkena lemparan
potongan bisi pdan lemparan batu. Hal itu membuat Nabi Muhammad
terluka pada dahi, dan gigi. Selain itu Nabi juga terkena lempaan berupa
potongan besi lagi dari Abu Qam’ah yang menembus kebagian dalam pipi

10
Nabi Muhammad SAW. Melihat keadan demikian Malik bin Sinan
membersihkan darah yang mengalir di muka Nabi Muhammad SAW.
Dalam keadaan seperti itu serangan kaum Quraisy masih terus dilancarkan
dengan gencar terhadap Nabi Muhammad SAW. Kemudian datang Ubay
bin Khalaf dari kaum Quraisy dengan menunggangi kuda yang bernama
Ud menuju pertahanan Nabi Muhammad SAW dengan berniat membunuh
Nabi Muhammad SAW. Namun pada akhirnya Ubay bin Khalaf dapat
dibunuh juga oleh Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan sebilah
tombak.
Saat ingin berjalan menuju tempat Nabi berada Nabi Muhammad SAW
terperosok jatuh kesebuah lubang yang digali oleh pihak musuh, yaitu
Amir ar –Rahib. Akibatnya kedua lutut Nabi Muhammad terluka. Kondisi
tersebut membuat Nabi Muhammad SAW semakin tidak bertenaga dan
akhirnya pingsan, yang kemudian ditoleong oleh Ali bin ABi Thalib dan
Thalhah bin Ubaidillah.

3. Akhir Perang Uhud


Semangat para kaum Muslim masih tetap menggelora dalam menumpas
kaum Quraisy. Meskipun kaum Muslim banyak mengalami penderitaan
yang sangat berat. Ketika Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya
tengah beristirahat di atas bukit sambil mengobati luka – luka, tiba – tiba
Khalid bin Walid dan pasukannya datang untuk kembali menyerang kaum
Muslimin. Umar Ibnu Khathab menghadang pasukan tersebut, dan
akhirnya membuat Khalid bin Walid mengurungkan niatnya untuk
menyerang kaum Muslimin. Dengan pertimbangan itu, Khalid bin Walid
mulai mengatur pasukannya untuk mudur. Mundurnya pasukannya Khalid
bin Walid menandai bahwa perang Uhud telah berakhir.
Meskipun perang Uhud telah berakhir, tetapi Nabi Muhammad SAW
masih merasa curiga dengan mundurnya kaum Quraisy. Oleh karena itu

11
Nabi Muhammad SAW menyuruh Ali bin Abi Thalib untuk menyelidiki
dan mengawasi gerak – gerik kaum Quraisy. Ali segera menghadap Nabi
Muhammad SAW dan melaporkan hasil penyelidikan bahwa pasukan
Quraisy sedang menuju arah selatan. Nabi Muhammad yakin bahwa
mereka akan kembali ke Mekkah. Sebelum kaum Quraisy kembali ke
Mekah, mereka terlebih dahulu menguburkan teman-temannya yang tewas
dalam perang Uhud. Oleh karena itu, pasukan Quraisy belum bisa
dikatakan menang dalam perang Uhud.

B. Dampak Perang Uhud Terhadap Perkembangan Ajaran Islam di Jazirah


Arab
Perang Uhud telah memberikan banyak pelajaran bagi kaum Muslimin.
Melalui kekalahan kaum Muslimin dalam perang Uhud, Allah ingin menguji
keimanan mereka. Perang Uhud telah memberikan pelajaran agar tidak
meninggalkan perintah Nabi Muhammad dalam situasi apapun (Majid ‘Ali
Khan, 1985: 153-154). Selain itu, perang Uhud juga merupakan pembeda
antara orang Kafir.
Setelah perang Uhud Nabi Muhammad SAW banyak melakukan berbagai
pembaharuan. Nabi Muhammad berhasil membentuk suatu pemerintahan
kesatuan yang berpusat di Madinah. Sperti yang kita ketahui bahwa pada saat
itu Bangsa Arab masih mengalami krisis kepercayaan. Banyak diantara
mereka yang masih menyembah berhala dan meyakini segala macam tahayul.
Dengan hadirnya Nabi Muhammad SAW berhasillah menghapuskan seluruh
bentuk kesesatan yang berkembang kala itu. Bangsa Arab mulai
meninggalkan kesesatan dan mulai menyembah Allah SWT. Nabi
Muhammad SAW dapat mengubah kekafiran dan kemusyrikan bangsa Arab
menjadi bangsa yang religious sesuai ajran islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad SAW.

12
Upaya pembaharuan lainnya yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
adalah penghapusan kasta sosial. Nabi Muhammad SAW menghilangkan
jurang pemisah antara sesame anggota masyarakat yang hanya didasarkan
pada harta kekayaan, jabatan, bahkan keturunan, dan warna kulit. Nabi
mengajarkan kita bahwa sesungguhnya kedudukan manusia itu sama. Nabi
Muhammad SAW juga menghapuskan system perbudakan yang merupakan
bagian integral dari system peradaban Arab.
Aspek lain berkaitan dengan kedudukan sosial wanita. Sebelum islam tumbuh
di Jazirah Arab, wanita diperlakukan secara hina. Diseluruh penjuru dunia,
wanita hanya dijadikan sebagai pelayan bagi kaum laki – laki. Bahkan dalam
bangsa Athena (Yunani), bangsa kuno yang paling berbudaya, seorang istri
diperlakukan sperti budak. Melihat kondisi demikian Islam mulai menetapkan
sejunlah hak dan keistimewaan bagi wanita. Dalam ajaran Islam, wanita
memiliki kedudukan yang sama dengan laki – laki.

13
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan berupa :


1. Perang Uhud diawali oleh adanya keinginan kaum quraisy untuk melakukan
balas dendam terhadap Nabi Muhammad SAW beserta kaumnyadi Madinah.
Perang Uhud terjadi pada tanggal 15 Syawal tahu 3H atau 625M. pihak
Quraisy mempersiapkan 3000 pasukan tentara, yang terdiri atas 700 pasukan
infantry, 200 pasukan berkuda, dan 17 wanita. Salah seorang wanita yang ikut
berperang adalah Hindun bin Utbah, istri Abu Sufyan. Hindun turut serta
dalam perang karena ingin membalas dendam kematian ayahnnya Uthbah
yang tewas dalm perang Badar dibunuh oleh Hamzah, paman Nabi
Muhammad SAW.
2. Kekalahan yang dialami oleh kaum muslimin banyak sekali memberikan
pelajaran berharga bagi kaum muslimin bahwa setiap perkataan dan perintah
Nabi Muhammad SAW merupakan suatu kebenaran yang harus dipatuhi.
Setelah perang Uhud, Nabi Muhammad SAW mulai melakukan berbagai
pembaharuan. Diantaranya membentuk suatu pemerintahan yang berpusat di
Madinah, menghapuskan system budak dan system kasta, dan yang paling
utama adalah berhasil mengubah kekafiran dan kemusyrikan bangsa Arab
menjadi bangsa yang relisius sesuai dengan ajaran Islam yang di bawa oleh
Nabi Muhammad SAW.

14
DAFTAR PUSTAKA

Moenawar, Chalil. 2001. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Jilid 2. Jakarta:


Gema Insani Press.
Majid, ‘Ali Khan. 1985. Muhammad SAW Rasul Terakhir. Bandung: Pustaka
Abu Faris. 1988. Analisis Aktual Perang Badar dan Uhud di Bawah Naungan Sirah
Nabawiyah. Jakarta: Robbani Press.
https://galihrooney.wordpress.com/2013/05/16/makalah-perang-uhud/

15

Anda mungkin juga menyukai