PSAK 68
Disusun oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2020
i
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.wr.wb
Dalam penyusunan makalh ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata terima
kasih.
Wassalamualaikum.wr.wb
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................................1
2.3 Transakasi.................................................................................................................................6
2.5 Harga........................................................................................................................................7
3.2 SARAN....................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan sebuah Negara yang memiliki standar akuntansinya tersendiri. Prinsip
atau standar akuntansi yang secara umum dipakai di Indonesia dikenal dengan sebutan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK). PSAK disusun dan dikeluarkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Seiring dengan perkembangan bisnis dalam skala nasional
dan internasional, IAI telah mencanangkan program konvergensi International Financial
Reporting Standards.
(IFRS) yang telah diberlakukan secara penuh pada 1 Januari 2012. International
Financial Reporting Standards (IFRS) merupakan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh
International Accounting Standards Board (IASB). IFRS telah digunakan lebih dari 150
negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia.
Sedikitnya, dari 85 negara-negara tersebut telah mewajibkan laporan keuangan mereka
menggunakan IFRS untuk semua perusahaan domestik atau perusahaan yang telah tercatat
(listed) di pasar modal, sehingga IFRS telah menjadi standar akuntansi internasional yang
dapat diterima secara umum (Dvořáková, 2013)
Fenomena yang terjadi diIndonesiasaat ini yaitu penerapan pengukuran nilaiwajar.
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 68 : Pengukuran Nilai Wajar yang
sepenuhnya mengadopsi konsep IFRS 13: Fair Value Measurement berlaku efektif 1 Januari
1
2015 (Berita IAI Global, 2013). Martani (2015) menyatakan bahwa, penerapan standar IFRS
berbasis nilai wajar ke dalam PSAK harus didukung oleh sumber daya manusia yang
memahami standar baru tersebut, sehingga pendidikan dan pemutakhiran pengetahuan staf
akuntansi sangat diperlukan. Penerapan standar baru tersebut juga mengharuskan perusahaan
melakukan kajian ulang atas sistem operasi dan prosedur akuntansi perusahaan. Nilai wajar
dianggap lebih relavan dan dapat diandalkan dibandingkan biaya historis karena nilai wajar
memberikan informasi keuangan sesuai keadaan pasarpada saat periode pelaporan.
Penelitian yang dilakukan Kluever (2012) menunjukkan bahwa,nilai wajar juga memiliki
kelemahan, seperti pengukuran pada hirarki nilaiwajar yang dianggap kurang dapat
diandalkan dan dapat dimanipulasi. Demikian pula hasil penelitian dari Laux dan Leuz
(2009) yang menyatakan bahwa, dengan menggunakan nilai wajar akan menyebabkan
volatilitas dalam laporan keuangan dan nilai wajar dapat menimbulkan penularan disaat
krisis. Lain halnya dengan Omoteso dan Aziz (2014), hasil dari penelitian yang mereka
lakukan justru menunjukkan bahwa nilai wajar bukan menjadi penyumbang krisis, melainkan
dapat lebih cepat mendeteksi krisis yang akan datang. Terdapat dua bagian laporan keuangan
yang dapat menjadi indikator dalam mendeteksi serta menganalisis dampak penerapan PSAK
68 terhadap suatu perusahaan yaitu laba perusahaan yang tersaji dalam laporan laba rugi serta
arus kas perusahaan yang tersaji dalam laporan arus kas. Laporan laba rugi perusahaan serta
laporan arus kas tersebut dijadikan indikator pengaruh penerapan PSAK 68 bukan tanpa
alasan.
Dalam melakukan analisis kelayakan investasi, parastakeholderscenderung
menggunakanlaporan labarugi perusahaan sebagaipedoman pengambilan keputusan. Hal
tersebut dikarenakan dalam laporan labarugi disajikan perhitungan atas akun-akun
pendapatan serta beban yang menjaditanggungan perusahaan, dimana akun-akun tersebut
menjadi dasar dalampengukuran efisiensi serta efektifitas kegiatan operasional perusahaan.
Selain laba perusahaan yang tercermin dalam laporan keuangan, arus kas perusahaan yang
tersaji dalam laporan arus kas juga menjadi bagian penting yang kerap menjadi sorotan para
calon investor.
Dengan melakukan analisis pada laporan arus kas perusahaan, para calon investor dapat
mengetahui kemana dan untuk apa sajakah aliran kas perusahaan digunakan maupun
didapatkan. Hal inilah yang menjadikan kedua bagian dari laporan keuangan tersebut
digunakan sebagai indikator dalam mendeteksi serta menganalisis dampak penerapan PSAK
68. Penelitian ini dimodifikasi dari penelitian Khomsatun (2016) yang menginvestigasi
dampak pengukuran nilai wajar dari sisi daya banding laporan keuangan perusahaan
2
publiknon keuangan yang tercatat di BEI. Dalam hal ini, penelitibukan menginvestigasi
penerapan pengukuran nilai wajar dari sisi daya bandingnya melainkan darisisi laporan
keuangan yaitu laba dan arus kas perusahaan. Penelitian ini menggunakan saham LQ45
karena perusahaan yang termasuk dalam indeks LQ45 memiliki likuiditas (liquid) tinggi yang
telah diseleksi melalui beberapa kriteria pemilihan
Entitas bisnis saat ini dituntut utuk dapat menyajikan laporan keuangan yang dapat
dibandingkan dengan laporan entitas bisnis lain, agar para pihak yang memiliki kepentingan
dalam entitas dapat menilai para entitas bisnis secara adil dan terbuka. Dalam melaksanakan
hal tersebut, setiap entitas bisnis diwajibkan untuk menggunakan sistem pencatatan laporan
keuangan yang seragam dan telah diterima oleh semua pihak, yakni PSAK. Pada era
globalisasi saat ini.
Salah satu PSAK yang telah mengadopsi IFRS adalah PSAK 68 : Fair Value/ Nilai
Wajar, penerapan IFRS berarti merubah dan menyesuaikan sebagian besar prinsip dari
standar akuntansi yang sebelumnya telah berlaku berpuluh-puluh tahun. Salah satu perubahan
mendasar dari adanya adopsi IFRS tersebut adalah penggunaan Fair Value Accounting.
3
1.3 Tujuan Penelitian
1) Untuk mengetahui tentang PSAK 68.
2) Untuk mengetahui pengaruh kebermanfaatan PSAK 68 terhadap kualitas laporan
keuangan.
3) Untuk mengetahui dampak dari penerapan PSAK 68.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan relevan untuk penyusunan
laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab bisa mengambarkan nilai pasar
yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk mengukur: satu satu, sekelompok
asset, satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi bersih dari satu atau lebih asset
dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau devisi dari sebuah entitas, satu
lokasi atau wilayah dari suatu entitas, satu keseluruhan entitas.
5
a) Aset atau liabilitas yang terdiri sendiri ( contohnya instrumen keuangan atau aset non
keuangan)
b) Sekelompok aset, sekelompok liabilitas atau sekelompok aset dan liabilitas ( contoh suatu
unit penghasil kas atau bisnis)
Entitas mengukur nilai wajar suatu asset atau liabilities menggunakan asumsi yang akan
digunakan pelaku pasar ketika menentukan harga asset atau liabilities tersebut, dengan
asumsi bahwa pelaku pasar bertindak dalam kepentingan ekonomi terbaiknya.
Entitas mengidentifikasi pelaku pasar secara umum, mempertimbangkan faktor yang spesifik
untuk.
Asset dan liabilitas
Pasar utama
Pelaku pasar yang akan melakukan transaksi
2.3 Transaksi
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa aset atau liablitas dipertukarkan dalam
suatu transaksi tertaur antara pelaku pasar untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas
pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini. Pengukuran nilai wajar
mengasumsikan bahwa transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas terjadi :
a) Di pasar utama ( principal market) untuk aset atau liabilitas tersebut,
b) Jika tidak terdapat pasar utama yang paling menguntungkan ( most advantegous market )
untuk asset atau liabilitas tersebut.
Entitas tidak perlu melaksanakan pencarian menyeluruh atas semua pasar yang ada untuk
mengidentifikasi pasar utama, atau jika tidak terdapat pasar utama, pasar yang paling
menguntungkan, namun entitas memperhitungkan seluruh informasi yang sewajarnya
tersedia. Jika tidak terdapat bukti yang bertentangan, maka pasar dimana entitas umumnya
melakukan transaksi untuk menjual aset atau mengalihkan liabilitas tersebut dianggapi
sebagai pasar utama, atau jika terdapat pasar utama, pasar yang paling menguntungkan. Jika
terdapat pasar utama untuk aset dan liabilitas, maka pengukuran nilai wajar
mempresentasikan harga di pasar tersebut, bahkan jika harga di pasar yang berbeda
berpotensi lebih menguntungkan pada tanggal pengukuran.
6
2.4 Pelaku Pasar
Dalam PSAK 68 mengukur fair value/ nilai wajar, entitas menggunakan asumsi
bahwa pelaku pasar yang menentukan harga aset atau liabilitas berdasarkan kepentingan
ekonomi terbaiknya memenuhi karakteristik seperti independent (not related parties),
knowledgable, able to enter into transaction, and willing to enter.
Hal yang dipertimbangkan dalam mengidentifikasi pelaku pasar secara umum adalah:
1) Aset atau liabilitas (baik berdiri sendiri ataupun aset/liabilitas kelompok)
2) Pasar (baik pasar utama atapun pasar yang paling menguntungkan ketika pasar utama
tidak ada)
3) Pelaku pasar yang melakukan transaksi
2.5 Harga
Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu asset atau harga yang
akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur di pasar utama ( pasar
yang paling menguntungkan) pada tanggal pengukuran berdasarkan kondisi pasar saat ini
( yaitu harga keluaran) terlepas apakah harga tersebut dapat diobservasi secara langsung atau
diestimasi menggunakan teknik penilaian.
Harga di pasar utama ( pasar yang paling menguntungkan) yang digunakan untuk
mengukur nilai wajar asset atau liabilitas tidak disesuaikan dengan biaya transaksi
(transaction cost). Biaya transaksi dicatat sesuai dengan pernyataan lain. Biaya transaksi
bukan merupakan karakteristik suatu asset dan liabilitas.
7
penggunaan kombinasi dengan aset atau liabilitas, yaitu ketika aset digunakan
bersama dengan aset atau liabilitas lain
penggunaan aset secara terpisah
2.6.1. Penerapan pada Liabilitas dan Instrumen Ekuitas Milik Entitas Sendiri
Pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa liabilitas keuangan atau, liabilitas non
keuangan atau instrumen ekuitas milik entitas sendiri (contohnya kepemilikan saham yang
diterbitkan sebagai pembayaran dalam suatu kombinasi bisnis) dialihkan kepada pelaku pasar
pada tanggal pengukuran.
Penerapan pada liabilitas dan instrumen ekuitas milik entitas sendiri dalam
pengukuran nilai wajar mengasumsikan bahwa:
1. Liabilitas akan tetap terutang, dan tidak akan diselesaikan atau diakhiri pada tanggal
pengukuran.
2. Instrumen ekuitas milik entitas sendiri akan tetap beredar dan tidak akan dibatalkan
atau diakhiri pada tanggal pengukuran.
8
2.8 Nilai Wajar pada Saat Pengakuan Awal
Ketika aset diperoleh atau liabilitas diambil alih dalam transaksi pertukaran untuk aset
atau liabilitas tersebut, harga transaksi adalah harga yang dibayar untuk memperoleh aset atau
diterima untuk mengambil alih liabilitas (harga masukan (entry price)). Sebaliknya, nilai
wajar aset atau liabilitas adalah harga yang akan diterima untuk menjual aset atau dibayar
untuk mengalihkan liabilitas (harga keluaran). Entitas tidak perlu menjual aset pada harga
yang dibayar untuk memperoleh aset tersebut. Serupa dengan hal tersebut, entitas tidak perlu
mengalihkan liabilitas pada harga yang diterima untuk mengambil alih liabilitas tersebut.
Ketika menentukan apakah nilai wajar pada saat pengakuan awal adalah sama dengan
harga transaksi, entitas memperhitungkan faktor yang spesifik atas transaksi dan aset atau
liabilitas tersebut. Paragraf PP04 menjelaskan situasi dimana harga transaksi mungkin tidak
merepresentasikan nilai wajar aset atau liabilitas pada saat pengakuan awal.
Jika Pernyataan lain mensyaratkan atau mengizinkan entitas untuk mengukur aset atau
liabilitas awalnya pada nilai wajar dan harga transaksi berbeda dari nilai wajar, maka entitas
mengakui keuntungan atau kerugian yang dihasilkan dalam laba rugi, kecuali dinyatakan lain
dalam Pernyataan tersebut.
9
keseluruhan pengukuran, maka pengukuran tersebut akan dikategorikan dalam Level 3
hirarki nilai wajar.
PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan input untuk tehnik
penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input yaitu:
1. Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset
atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
2. Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
3. Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
10
Pendapatan komprehensif lain berisi pos-pos pendapatan dan beban (termasuk penyesuaian
reklasifikasi) yang tidak diakui dalam laba rugi dari laporan pendapatan komprehensif
sebagaimana dipersyaratkan oleh SAK lainnya. Penyesuaian reklasifikasi adalah jumlah yang
direklasifikasi ke bagian laba rugiperiode berjalan yang sebelumnya diakui dalam pendapatan
komprehensif lainpada periode berjalan atau periode sebelumnya (PSAK 1:5). Komponen
pendapatan komprehensif lain meliputi:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi (psak 16: aset tetap dan psak 19: aset tidak
berwujud);
2. Keuntungan dan kerugian aktuarial atas program manfaat pasti yang diakui sesuai
dengan paragraf 94 psak 24: imbalan kerja;
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan dari entitas
asing (psak 11: penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing);
Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan yang dikategorikan
sebagai “tersedia untuk dijual” (psak 55: instrumen keuangan: pengakuan dan pengukuran);
Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai dalam rangka
lindung nilai arus kas (psak 55: instrumen keuangan: pengakuan danpengukuran).
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PSAK 68 mendefinisikan nilai wajar (fair value) sebagai “harga yang akan diterima
untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas
dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran”.
Dalam pengukuran nilai wajar, karakteristik aset atau liabilitas (seperti kondisi dan
lokasi, dan pembatasan) diperhitungkan jika karakteristik tersebut dipertimbangkan oleh
pelaku pasar (market participants) pada tanggal pengukuran. Pengukuran nilai wajar
mengasumsikan bahwa transaksi pertukaran terjadi dalam suatu transaksi teratur (orderly
transaction) di pasar utama (principal market), atau jika tidak ada, di pasar yang paling
menguntungkan (most advantageous market).
Teknik penilaian yang digunakan dalam mengukur nilai wajar memaksimalkan
penggunaan input yang dapat diobservasi yang relevan dan meminimalkan penggunaan
input yang tidak dapat diobservasi. Input tersebut dikategorikan dalam tiga level hirarki
nilai wajar, yaitu:
a. Input Level 1, yaitu harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif untuk aset
atau liabilitas yang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.
b. Input Level 2, yaitu input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.
c. Input Level 3, yaitu input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.
3.2 Saran
Pada penelitian yang akan datang terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
sebagai berikut:
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menganalisis penerapan PSAK68:
Pengukuran Nilai Wajar dengan waktu amatan yang lebih luas lagi.
12
2. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar memperluas sampel perusahaan dengan
menggunakan sampel dari semua jenis perusahaan yang ada sehingga mampu
mencerminkan keseluruhan populasi ataspenerapan PSAK 68: Pengukuran Nilai
Wajar di Indonesia.
3. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti dampak penerapan PSAK 68:
Pengukuran Nilai Wajar terhadap aspek lain didalam perusahaan.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unila.ac.id/29355/3/SKRIPSI%20TANPA%20BAB%20PEMBAHASAN.pdf
https://evryanti.blogspot.com/2016/11/makalah-fair-value.html
https://docplayer.info/47130044-Psak-68-pengukuran-nilai-wajar-oleh-ersa-tri-wahyuni-phd-
ca-cpsak-cpma-cpa.html
14