Anda di halaman 1dari 21

Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

(SAK – EMKM)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Topik Khusus
Akuntansi Keuangan

Disusun Oleh :

Tiya Lika Fitra Sari (5211181074)

Yassinta Vellya M (5211181081)

Shafira Alya Nurazizah F (5211181083)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Alhamdulillahirobbilalamin puji dan syukur penulis ucapkan kehadiran Allah SWT,


yang telah memberikan kesempatan sehingga makalah Mata Kuliah Topik Khusus Akuntansi
Keuangan yang dapat terselesaikan dengan judul “Standar Akuntansi Keuangan – Entitas
Mikro, Kecil dan Menengah”

Makalah ini ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Mata Kuliah Topik
Khusus Akuntansi Keuangan selain itu, makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
pembaca dan pada akhirnya akan bermanfaat menjadi sumber ilmu. Dalam penyusunan
makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapa/Ibu Dosen dan semua pihak
yang terkait.

Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Maka
dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhir kata terima
kasih.

Wassalamualaikum.wr.wb

Cimahi, 15 Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1

1.1 Latar Belakang...........................................................................1


1.2 Rumusan Masalah......................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................3

2.1 Konsep dan Pengertian SAK-EMKM........................................3


2.2 Pengertian UMKM.....................................................................4
2.3 Kriteria UMKM.........................................................................4
2.4 Isi SAK-EMKM.........................................................................5
2.4.1 Penjelasan Mengenai Isi SAK-EMKM.............................5
2.5 Penggunaan SAK-EMKM Bagi Pelaku UMKM.....................11
2.6 Perbandingan SAK-EMKM, PSAK, DAN SAK-ETAP.........12
2.6.1 SAK EMKM...................................................................12
2.6.2 PSAK..............................................................................13
2.6.3 SAK ETAP......................................................................14

BAB III PENUTUP..................................................................................16

3.1 Kesimpulan..............................................................................16
3.2 Saran........................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................17

ii
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sebagai
penyusun standar akuntansi keuangan yang diakui di Indonesia, menyadari pentingnya
peran Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam memajukan perekonomian
bangsa. Oleh karena itu, pada tahun 2009 DSAK IAI menerbitkan Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebagai bentuk dukungan
untuk mendorong perkembangan dan pertumbuhan UMKM di Indonesia. Seiring
perkembangannya, terdapat kebutuhan mengenai ketersediaan standar akuntansi yang
lebih sederhana dari SAK umum berbasis IFRS dan SAK ETAP dikarenakan keterbatasan
sumber daya manusia dalam menghasilkan laporan keuangan menggunakan kedua pilar
SAL tersebut. Kerena itu, DSAK IAI melakukan pengembangan standar akuntansi yang
dapat memenuhi kebutuhan UMKM dengan membentuk kelompok kerja yang melibatkan
asosiasi industri, regulator, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam
menghadirkan SAK yang dapat mendukung kemajuan UMKM di Indonesia. Hingga
akhirnya pada tahun 2016, DSAK IAI mengesahkan SAK Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah (EMKM) sebagai upaya mendukung kemajuan perekonomian di Indonesia.
SAK EMKM memuat pengaturan akuntansi yang lebih sederhana dari SAK ETAP karena
mengatur transaksi yang umum dilakukan oleh EMKM dan dasar pengukurannya murni
menggunakan biaya historis. SAK EMKM juga dilengkapi dengan hal-hal yang bukan
merupakan bagian dari SAK EMKM , yakni Dasar Kesimpulan (DK) dan Contoh
Ilustratif.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat mengangkat beberapa
rumusan masalah sebagi berikut :
1. Apa konsep dan Pengertian SAK-EMKM ?
2. Apa definisi dari UMKM?
3. Apa saja kriteria dari UMKM ?
4. Apa saja isi dari SAK-EMKM ?
5. Apa penjelasan dari isi SAK-EMKM?
6. Bagaimana penggunaan SAK-EMKM ?
7. Bagaimana implementasi dari SAK-EMKM?
8. Apa saja Perbedaan SAK-EMKM dengan PSAK ?
9. Apa saja isu-isu menyangkut SAK-EMKM ?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan masalah yang dihadapi maka makalah ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui apa itu konsep SAK-EMKM dan Pengertiannya
2. Mengetahui definisi UMKM
3. Mengetahui kriteria UMKM
4. Mengetahui isi SAK-EMKM
5. Mengetahui penjelasan dari isi SAK-EMKM
6. Mengetahui bagai mana penggunaan SAK-EMKM
7. Mengetahui bagaimana cara mengimplementasikan SAK-EMKM
8. Mengetahui apa saja perbedaan SAK-EMKM dengan PSAK
9. Mengetahui isu-isu yang menyangkut dengan SAK-EMKM

2
3

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DAN PENGERTIAN SAK-EMKM


SAK EMKM adalah kepanjangan dari Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro
Kecil Menengah Makro yang dirancang secara khusus sebagai patokan standar akuntasi
keuangan pada UMKM.

Standar Keuangan ini disusun dan disahkan oleh IAI atau Ikatan Akuntasi Indonesia
sebagai sebuah orgnasasi profesi yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia. SAK
EMKM ini merupakan salah satu dorongan kepada pengusaha-pengusaha di Indonesia
agar dapat berkontribusi secara signifikan dalam pengembangan UMKM yang lebih
maju.

Standar ini ditujukan pada usaha yang belum mampu memenuhi standar akuntansi
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) yang berlaku sebelumnya. SAK EMKM
dirancang lebih sederhana dibandingkan SAK ETAP.

Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (EMKM) adalah entitas tanpa akuntabilitas
publik yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam SAK ETAP, yang memenuhi
defenisi dan kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2
tahun berturut-turut.

Dewan Standar Akuntansi – IAI mengeluarkan Standar Akuntansi Entitas Mikro


Kecil dan Menengah. SAK EMKM dirancang sebagai standar akuntansi yang sederhana
yang dapat digunakan untuk entitas mikro kecil dan menengah, sehinga UMK dapat
menyusun laporan keuangan untuk tujuan akuntabilitas dan pengambilan keputusan.
Laporan keungan tersebut dapat juga digunakan oleh entitas untuk memperoleh
pendanaan dari pihak lain serta lampiran pelaporan pajak.

SAK EMKM akan digunakan oleh ETAP yang memenuhi definisi UMKM sesuai
dengan regulasi. UMKM adalah singkatan dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
UMKM diatur berdasarkan Undang Undang Nomor 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil dan Menengah.

2.2 DEFINISI UMKM


Sesuai dengan definisi dari SAK EMKM, pengertian serta kriteria EMKM
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidaktidaknya
selama dua tahun berturut-turut. Berikut definisi UMKM yang telah ditetapkan oleh
Undang-undang No. 20 tahun 2008.

 Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan


usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dan
hasil penjualan tahunan dengan maksimal 300 juta rupiah.
 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik
langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang
memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta rupiah dan hasil penjualan tahunan
dengan maksimal 500 juta rupiah.
 Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar
dengan jumlah kekayaan bersih maksimal 300 juta rupiah dan hasil penjualan
tahunan dengan maksimal 2 miliar rupiah.

2.3 KRITERIA UMKM


Untuk membedakan sebuah usaha apakah itu usaha mikro, usaha kecil, atau usaha
menengah, oleh pemerintah diberi batasan berdasarkan undang-undang sesuai dengan
kriteria jenis usaha masing masing yang didasarkan atas peredaran usaha dan atau jumlah
aktiva yang dimiliki sebagai berikut :
 Kriteria Usaha Mikro adalah :
Usaha Mikro memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 – lima
puluh juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 – tiga ratus
juta rupiah.

4
 Kriteria Usaha Kecil adalah :
Usaha Kecil memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 – lima puluh
juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 – lima ratus juta
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 – tiga ratus juta rupiah sampai
dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 – dua setengah milyar rupiah.
 Kriteria Usaha Menengah adalah :
Usaha Menengah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima
iah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan
tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah)’.
2.4 ISI SAK-EMKM

BAB ISI
1 Ruang Lingkup
2 Konsep dan Prinsifp Pervasive
3 Penyajian Laporan Keuangan
4 Laporan Posisi keuangan
5 Laporan Laba Rugi
6 Catatan Atas Laporan Keuangan
7 Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan
8 Aset dan Liabilitas Keuangan
9 Persediaan
10 Investasi pada Ventura Bersama
11 Aset Tetap
12 Aset Tak Berwujud
13 Liabilitas dan Ekuitas
14 Pendapatan dan Beban
15 Pajak Penghasilan
16 Transaksi Dalam Mata Uang Asing
17 Ketentuan Transisi
18 Tanggal Efektif

5
2.4.1 Penjelasan Mengenai Isi SAK EMKM
Bab 1. Ruang Lingkup
 SAK EMKM, dimaksudkan untuk digunakan oleh entitas mikro, kecil dan
menengah.
 Entitas mikro, kwcil dan menengah adalah entitas tanpa akuntabilitas publik
yang signifikan, sebagaimana didefinisikan dalam Standar Akuntansi Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP), yang memenuhi definisi dan kriteria
usaha mikro, kecil, dan menengah sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia, setidak-tidaknya selama 2
tahun berturut-turut
 SAK EMKM dapat digunakan oleh entitas yang tidak memenuhi definisi dan
kriteria dalam 2 point diatas, jika otoritas mengizinkan entitas tersebut untuk
menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM.
Bab 2. Konsep dan Prinsip Pervasif
 Konsep dan prinsif pervasive merupakan KDPPLK (Kerangka Dasar Penyajian
Pengukuran LK) untuk EMKM;
 Tujuan Laporan Keuangan;
 Karakteristik kualitatif informasi dalam laporan keuangan,
Maksudnya: Dapat dipahami, relevan, materialitas, keandalan, substansi
mengungguli bentuk pertimbangan sehat, kelengkapan, dapat dibandingkan,
tepat waktu, keseimbangan antara biaya dan manfaat.
 Posisi Keungan : Asset, Kewajiban, dan Ekuitas;
 Kinerja Keuangan : Pendapatan dan Beban;
 Pengakuan unsur-unsur laporan keuangan : manfaat ekonomi masa depan dan
keandalan pengukuran;
 Pengukuran unsur-unsur laporan keungan
 Materialitas
 Prinsip pengakuan dan pengukuran pervasif
 Asumsi dasar : Dasar akrual, Kelangsungan usaha, Konsep entitas bisnis
 Pengakuan dalam laporan keuangan : Aset, Liabilitas, Penghasilan dan Beban
 Saling hapus

6
Bab 3. Penyajian Laporan Keuangan
a) Penyajian wajar
b) Kepatuhan terhadap SAK EMKM : Entitas yang laporan keuangannya telah
patuh terhadap SAK EMKM membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa
kecuali tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam catatan atas laporan
keuangan
c) Frekuensi Pelaporan : Entitas menyajikan laporan keuangan pada akhir setiap
periode pelaporan, termasuk informasi keomparatifnya
d) Penyajian yang Konsisten :
e) Informasi Komporatif : Informasi Komporatif dengan periode sebelumnya.
f) Laporan keuangan lengkap : Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode,
Laporan Laba Rugi selama periode, catatan atas laporan keuangan yang
berisibtambahan dan rincian pos-pos tertentu yang relevan
g) Identifikasi laporan keuangan :
Bab 4. Laporan Posisi keuangan

a. Informasi yang disajikan


 Kas dan setara kas
 Piutang usaha
 Persediaan
 Aset tetap
 Utang usaha
 Utang bank
 Ekuitas
b. Urutan dan format pos tidak ditentukan oleh SAK EMKM
c.Klasifikasi Aset dan Liabilitas
d. Klasifikasi Ekuitas

Bab 5. Laporan Laba Rugi

a. Menyajikan laporan laba rugi suatu periode tertentu yang menunjukan kinerja
keuangan selama periode tersebut.
b. Pos minimal:
 Pendapatan
 beban keuangan
7
 beban pajak
c. Pos luar biasa tidak diperkenankan
d. Entitas dapat menyajikan beban berdasarkan
 Sifat beban : beban bahan baku, beban tenaga kerja, beban penyusutan,

beban sewa ruangan , beban listrik, beban operasi lainnya


 Fungsi beban :beban pokok penjualan, beban pemasaran ,beban umum
dan administrasi, beban operasi lainnya.

Bab 6. Catatan Atas Laporan Keuangan

a) Informasi yang disajikan : suatu pernyataan bahwa laporan keuangan telah


disussun sesuai dengan SAK EMKM, ikhtisar kenijakan akuntansi, informasi
tambahan dan rincian pos tertentu yang menjelaskan transaksi penting dan
material sehingga bermanfaat bagi pengguna untuk memahami laporan
keuangan

Bab 7. Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan

 Kebijakan Akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan dan praktik


tertentu yang diterapkan oleh entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangannya
 Konsistensi kebijakan akuntansi : Entitas memilih dan menerapkan kebijakan
akuntansinya secara konsisten untuk transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang
serupa
 Perubahan kebijakan akuntansi : Entitas mengubah kebijakan akuntansinya
hanya jika perubahan tersebut disyaratkan berubah sesuai SAK EMKM atau
menghasilkan laporan keuangan yang menyediaka informasi yang andal dan
lebih relevan mengeani pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain
terhadap posisi keuangan atau kinerja keuangan.
 Perubahan Estimasi Akuntansi adalah penyesuaian jumlah tercatat aset atau
liabilitas yang berasal dari informasi baru atau tambahan pengalaman dan, oleh
karena itu, bukan koreksi kesalahan
 Koreksi Kesalahan Periode Lalu adalah kesalahan dan kelalaian pencatatan
dalam laporan keuangan entitas untuk satu atau lebih periode lalu yang muncul

8
dari kegagalan untuk menggunakan atau kesalahan penggunaan informasi
yang andal.

Bab 8. Aset dan Liabilitas Keuangan

Bab ini mengatur tentang prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran, penghentian


pengakuan, dan penyajian aset dan liabilitas keuangan.

Bab 9. Persediaan

Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran dan penyajian


persediaan. Persediaan adalah aset :

 Untuk dijual dalam kegiatan normal


 Dalam proses produksi untuk kemudian dijual, atau
 Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses
produksi atau pemberian jasa

Bab 10. Investasi Pada Ventura Bersama

 Ventura bersama adalah pengaturan bersama bahwa para pihak yang


memiliki pengendalian bersama memiliki hak atas aset neto pengaturan
tersebut. Para pihak tersebut disebut venturer bersama.
 Penyajian : entitas menyajikan investasi pada ventura bersama dalam
kelompok aset pada laporan posisi keuangan.

Bab 11. Aset Tetap

Bab ini mengatur prinsip-prinsip pengakuan dan pengukuran aset tetap,


termasuk tanah dan/atau bangunan yang dimiliki untuk menghasilkan sewa atau untuk
kenaikan nilai atau keduanya, dan aset biologis berupa hewan atau tanaman hidup.
Perlakuan akuntansi terhadap hewan dan tanaman hidup sebagai produk agrikultur
yang telah dipanen mengacu pada Bab 9 Persediaan.

Bab 12. Aset Tak berwujud

Aset tak berwujud adalah aset yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai
wujud. Bab ini mengatur perlakuan akuntansi terhadap aset tak berwujud yang

9
diperoleh secara terpisah, kecuali aset tak berwujud yang dimiliki untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal entitas.

Bab 13. Liabilitas dan Ekuitas

Bab ini mengatur tentang prinsip-prinsip pengakuan, pengukuran dan


penyajian liabilitas, namun tidak termasuk imbalan pascakerja yang akan dibayarkan
dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun. Bab ini juga mengatur tentang prinsip
pengakuan, pengukuran, dan penyajian ekuitas.

Bab 14. Pendapatan dan Beban

Mengatur tentang akuntansi untuk pengakuan, pengukuran dan penyajian


pendapatan dan beban

Bab 15. Pajak Penghasilan

Entitas mengakui aset dan liabilitas pajak penghasilan degan mengikuti


pengaturan perpajakan yang berlaku, entitas tidak mengakui aset dan liabilitas pajak
tangguhan.

Bab 16. Transaksi Dalam Mata Uang Asing

Transaksi mata uang asing adalah transaksi yang mendominasi atau


diselesaikan dalam mata uang asing yang meliputi transaksi yang timbul ketika
entitas :

 Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam
mata uang asing
 Meminjam atau meminjamkan dana atas sejumlah utang atau piutang yang
didenominasi dalam mata uang asing
 Memperoleh atau melepas aset, atau menyelesaikan liabilitas yang
didenominasi dalam mata uang asing.

Bab 17. Ketentuan Transisi

Entitas yang menerapkan SAK EMKM untuk pertama kalinya, menyusun


laporan keuangannya sesuai dengan SAK EMKM dengan mengikuti ketentuan dalam
Bab ini. Lporan keuangan pertama yang sesuai dengan SAK EMKM adalah laporan

10
keuangan pertama di mana entitas membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa
terkecuali tentang kepatuhan terhadap SAK EMKM dalam catatan atas laporan
keuangannya. Laporan keuangan pertama disusun sesuai dengan SAK EMKM.

Bab 18. Tanggal Efektif

Entitas menerapkan SAK EMKM untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setalah tanggan 1 Januari 2018. Penerapan dini dianjurkan.

2.5 PENGGUNAAN SAK EMKM BAGI PELAKU UMKM


UMKM memiliki potensi yang besar bagi perkembangan ekonomi di Indonesia.
Namun dalam perkembangan UMKM ada kendala yang dihadapi yaitu modal. Untuk
mengatasi hal tersebut pemerintah memberikan fasilitas dana berupa pinjaman bank. Untuk
mengajukan pinjaman ke bank, UMKM harus menyerahkan laporan keuangan sebagai syarat
untuk mengajukan pinjaman dana ke bank. Kendati demikian, selain modal laporan keuangan
juga menjadi kendala lain yang dihadapi UMKM. Laporan keuangan digunakan untuk
menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, arus kas, serta kinerja keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi para pengguna yang berkepentingan. Namun dalam
prakteknya banyak pelaku UMKM yang belum melakukan pencatatan keuangan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan bahkan ada pelaku UMKM yang sama sekali tidak
memiliki laporan keuangan ata Laporan keuangan disusun agar para pelaku usaha dapat
melakukan perencanaan dan penganggaran untuk kegiatan usaha dalam suatu periode
tertentu. Selain itu laporan keuangan disusun untuk mengendalikan usaha, karena dengan
dilakukannya pengendalian pelaku usaha target yang direncanakan dapat tercapai.
Pengendalian juga dapat digunakan sebagai pencegah dalam terjadinya penyimpangan dalam
suatu usaha. Sehingga jika suatu saat penyimpangan tersebut terjadi maka dapat ditelusuri
penyebabnya dengan mudah.
Laporan keuangan dapat digunakan oleh investor atau kreditur untuk menilai hasil
perkembangan usaha tersebut. UMKM memiliki Kelemahan dalam menyusun laporan
keuangan, karena menyusun laporan keuangan sesuai standar yang telah ditetapkan dianggap
susah dan rumit oleh pelaku UMKM.
Untuk memudahkan pelaku UMKM dalam menyusun laporan keuangan, Ikatan
Akuntan Indonesia ( IAI ) menyusun standar baru untuk UMKM yaitu Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro Kecil dan Menengah ( SAK EMKM ). Karena ditujukan bagi pelaku

11
UMKM, maka standar yang disusun lebih sederhana. Dengan menyusun laporan sesuai SAK
EMKM, diharapkan UMKM dapat mengajukan pendanaan kepada bank atau kepada pihak
lain maupun sebagai dasar untuk pelaporan pajak.
Ikatan Akuntan Indonesia ( IAI ) merupakan sebuah organisasi profesi akuntan yang
mendukung penegakan transparansi dan akuntabilitas pelaporan keuangan perusahaan di
Indonesia. Dalam rapatnya pada tanggal 24 Oktober 2016 Dewan Standar Akuntansi
Keuangan ( DSAK ) IAI mengesahkan Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil, dan Menengah ( ED SAK EMKM ) menjadi Standar Akuntansi Keuangan
Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM). Ini merupakan bukti besarnya perhatian
IAI untuk seluruh pelaku ekonomi, terutama EMKM. SAK EMKM ini sengaja dibuat
sederhana agar menjadi Standar Akuntansi Keuangan yang mudah dipahami oleh sekitar 57,9
juta pelaku UMKM. Sehingga UMKM di Indonesia menjadi semakin maju, mandiri, dan
modern.
SAK EMKM merupakan standar akuntansi keuangan yang lebih sederhana
dibandingkan dengan SAK ETAP. Dapat dilihat dari sisi teknikal, SAK EMKM
menggunakan dasar pengukuran biaya historis sehingga UMKM cukup mencatat aset dan
liabilitasnya sebesar biaya perolehannya.
Dengan disahkannya SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu para pelaku
UMKM di indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat serta tidak
kesulitan lagi dalam menyusun laporan keuangan. Serta diharapkan dapat menjadi salah satu
pendorong literasi keuangan bagi UMKM di Indonesia akses pembiayaan dari industri
perbankan semakin luas. SAK EMKM juga kedepannya diharapkan dapat menjadi dasar
penyusunan dan panduan akuntansi bagi UMKM yang bergerak diberbagai jenis usaha. SAK
EMKM berlaku secara efektif per 1 Januari 2018.s usaha yang dimiliki.

2.6 PERBANDINGAN SAK EMKM, IFRS DAN SAK ETAP


2.6.1 SAK EMKM
Dalam rangka mewujudkan UMKM Indonesia yang maju, mandiri, dan
modern, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) IAI telah mengesahkan
Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah
(“ED SAK EMKM”) dalam rapatnya pada tanggan 18 Mei 2016. Dengan
disahkannya ED SAK EMKM ini, maka standar akuntansi keuangan di Indonesia
nantinya akan menjadi lengkap dengan 3 pilar strandar akuntansi keuangan, yakni
SAK umum yang berbasis IFRS, SAK ETAP, dan SAK EMKM. Masing-masing pilar

12
utama tersebut merupakan dukungan infrastruktur dalam konteks standar akuntansi
keuangan yang dapat mencermnkan esensi dari entitas dunia usaha di Indonesia, yaitu:
1. SAK umum yang berbasis IFRS merupakan standar akuntansi keuangan yang
mengatur perlakuan akuntansi untuk transaksi-transaksi yang dilakukan oleh entitas
dengan akuntabilitas publik signifikan.
2. SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan yang dimaksudkan untuk
digunakan oleh entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan namun menerbitkan
laporan keuangan untuk tujuan umum bagi penggunanya.
3. ED SAK EMKM yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan
keuangan entitas mikro, kecil, dan menengah.
ED SAK EMKM ini diharapkan dapat membantu sekitar 57,9 juta pelaku UMKM
di Indonesia dalam menyusun laporan keuangannya dengan tepat tanpa harus terjebak
dalam kerumitan standar akuntansi keuangan terdahulu (PSAK dan SAK ETAP). ED
SAK EMKM ini merupakan standar akuntansi keuangan yang jauh lebih sederhana
bila dibandingkan dengan SAK ETAP.
Dasar Pengembangan Dan Penyusunan Sak Emkm
Secara umum, tujuan utama pengembangan Standar Akuntansi Keuangan adalah
agar pengguna dapat menerima laporan keuangan yang bisa dipahami dengan kualitas
tinggi yang sesuai dengan ukuran dan kompleksitas entitas dan kebutuhan informasi
penggunanya. Pengembangan dan penyusunan SAK EMKM ini berangkat dari SAK
ETAP sehingga diharapkan pengaturan yang ada dalam SAM EMKM ini akan jauh
lebih sederhana. Namun, terdapat beberapa referensi yang dijadikan acuan dalam
penyusunan dan pengembangan SAK EMKM, misalnya IFRS 105 tentang The
Financial Reporting Standard Applicable to The Micro-entities Regime yang
menyusun standar untuk standar pelaporan dan tata kelola perusahaan, financial
reporting council. Referensi utama lain yang digunakan adalah pedoman umum
pencatatan transaksi keuangan (‘pedoman umum’).
ED SAK EMKM disusun untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas
mikro, kecil, dan menengah. Undang-undang No. 20 tahun 2008 tentang usaha mikro,
kecil, dan menengah dapat digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan
memberikan rentang kuantitatif EMKM.
ED SAK EMKM ditujukan untuk digunaan oleh entitas yang tidak atau belum
mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. ED SAK
EMKM berlaku efektif tanggal 1 Januari 2018.

13
2.6.2 IFRS/PSAK
PSAK – IFRS adalah singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan –
International Financial Reporting Standards. Banyak dari kita mungkin bertanya-
tanya mengapa Indonesia mengadopsi IFRS. Hal ini karena Indonesia adalah bagian
dari IFAC. Bagian dari IFAC secara otomatis harus mematuhi SMO (Statement
Membership Obligation) yang menjadikan IFRS sebagai standar akuntansi. Ada
beberapa manfaat dari penerapan IFRS. Yang pertama adalah dapat meningkatkan
daya banding laporan keuangan. IFRS juga dapat memberikan informasi yang
berkualitas di pasar modal Internasional. Manfaat selanjutnya adalah dapat
menghilangkan hambatan arus modal Internasional dengan mengurangi perbedaan
dalam ketentuan pelaporan keuangan. Manfaat berikutnya adalah mengurangi biaya
pelaporan keuangan perusahaan multinasional dan biaya untuk analisis keuangan bagi
para analis dan yang terakhir adalah dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan
menuju best practice.
Ada beberapa “Principles Base” yang digunakan IFRS. Yang pertama adalah
untuk lebih menekankan Interpretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus
pada spirit penerapan prinsip tersebut. Prinsip kedua adalah standar membutuhkan
penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi
mencerminkan realitas ekonomi. Dan prinsip ketiga adalah dibutuhkan professional
judgement pada penerapan standar akuntansi.
Dengan menerapkan PSAK, perusahaan/entitas akan memiliki beberapa
kelebihan, sebagai berikut:
1.Daya banding laporan keuangan meningkat
2. Dalam lingkup pasar modal internasional, informasi yang diberikan berkualitas
3. Perbedaan dalam ketentuan laporan keuangan dikurangi sehingga hambatan arus
modal internasional bisa dihilangkan
4. Biaya untuk analisis keuangan bagi para analis dan biaya pelaporan keuangan
perusahaan multinasional bisa dihemat.
5. Kualitas pelaporan keuangan meningkat menuju best practice.
2.6.3 SAK ETAP
SAK ETAP merupakan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik. ETAP di sini berarti entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik yang signifikan serta menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi
pengguna eksternal. SAK ETAP memiliki banyak manfaat, antara lain membantu

14
perusahaan-perusahaan kecil menengah dapat menyusun laporan keuangannya
sendiri, juga mempermudah proses audit dan dan mendapatkan opini audit, sehingga
perusahaan dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana untuk
pengembangan usahanya.
Manfaat lainnya dari SAK ETAP adalah bahwa lebih mudah implementasinya
bagi UMKM dibandingkan PSAK-IFRS karena lebih sederhana. Meskipun bisa
dibilang sederhana namun tetap dapat memberikan informasi yang handal dalam
penyajian laporan keuangan. Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan
modifikasi sesuai dengan kondisi di Indonesia serta dibuat lebih ringkas. Namun,
SAK ETAP masih memerlukan profesional judgement hanya tidak sebanyak untuk
PSAK-IFRS.
SAK ETAP pada dasranya adalah penyederhanaan SAK IFRS. Beberapa
penyederhanaan yang terdapat dalam SAK ETAP adalah :
1. Tidak ada laporan laba rugi komprehensif
2. Penilaian untuk aset tetap, aset tak berwujud, dan properti investasi setelah tanggal
perolehan hanya menggunakan harga perolehan, tidak ada pilihan menggunakan nilai
wajar revaluasi atau nilai wajar.
3. Tidak ada pengakuan liabilitas dan aset pajak tangguhan. Beban pajak diakui
sebesar jumlah pajak menurut ketentuan pajak.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK-
ETAP) adalah standar akuntansi yang disusun sebagaimana dimaksudkan untuk
digunakan entitas tanpa akuntabilitas public yang dimaksudkan agar semua unit usaha
menyususn laporan keuangan secara mudah sesuai dengan standard yang ditetapkan.
Perbedaan SAK IFRS dan SAK ETAP adalah materi SAK ETAP lebih sederhana
dengankan PSAK IFRS complicated dan rumit. SAK ETAP cenderung menggunakan
basis stewardship sebagai pertanggungjawaban pengelola kepada stakeholder sehingga
cenderung menggunakan prinsip reability, sedangkan PSAK IFRS telah bergeser untuk
pemenuhan user dalam pengambilan keputusan sehingga cenderung menggunakan prinsip
relevan. SAK ETAP tidak mengatur pajak pajak tangguhan, hanya menggunakan metode
tidak langsung untuk laporan arus kas, menggunakan cost model untuk investasi ke
asosiasi dan mengggunakanmetode ekuitas untuk anak perusahaan.
SAK ETAP cocok digunakan oleh UMKM karena apliksainya yang sederhana dan
fleksibel, sehingga sangat mudah dipelajari. Dengan SAK ETAP, penyajian laporan
keuangan mampu menghadirkan data keuangan yang akurat dan terpercaya. Melalui
standar baru akuntansi in, pelaku UMKM tak perlu membayar mahal akuntan public.
Namun, mereka tetap bis tampil sebagai usahawan professional.

3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan oleh penulis mengenai penerapan
SAK ETAP, penulis mencoba memberikan saran-saran yang diharapkan kedepannya
dapat berguna bagi kemajuan adalah sebagai berikut :
 mempertahankan penerapan standar-standar akuntansi keuangan dalam
penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi
16
Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) secara
berkesinambungan, karena dengan dibuatnya Lporan keuangan, pemilik dapat
menganalisis dan mengevaluasi kinerja perusahaan.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://jurnal.untan.ac.id/index.php/ejafe/article/view/11530

18

Anda mungkin juga menyukai