Mata Kuliah :
Dosen Pengampu :
MAKALAH
UNIVERSITAS DR SOETOMO
SURABAYA
SEPTEMBER 2022
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di era Perkembangan era globalisasi yang semakin melaju dengan pesat ini, para pelaku
bisnis yang ada tentunya ikut berkembang pula. Kini, perusahaan harus mempunyai standard
akuntansi yang menjadi acuan bagi perusahaan mereka, terlebih pada sistem akuntansi dan
pelaporan keuangan. Laporan keuangan sangat dibutuhkan oleh pihak yang berkepentingan
untuk digunakan dalam menilai kinerja dan kestabilan keuangannya. Tak cukup sampai
disitu, laporan keuangan perusahaan juga dibutuhkan oleh investor sebagai acuan
pengambilan keputusan dalam rangka menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Standar akuntansi dan pelaporan keuangan dianggap penting dan harus dilakukan oleh setiap
negara. Manfaat utama yang diperoleh dari penetapan standart ini adalah adanya pemahaman
yang lebih baik pada laporan keuangan oleh pihak yang berkepentingan yang berasal dari
berbagai negara. Hal ini tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara
lintas negara atau lintas pasar modal. Standar akuntansi internasional harus secara umum
diterima sebagai aturan baku, yang didukung oleh sanksi-sanksi atas ketidakpatuhan untuk
mendorong kualitas laporan keuangan yang memenuhi prinsip-prinsip komprehensif yang
netral, k onsisten, sebanding, relevan dan dapat diandalkan
Akan tetapi, Standard akuntansi mempunyai beberapa kelemahan, seperti apabila standar
akuntansi digunakan di Negara yang berbeda maka standard akuntansi yang digunakan akan
berbeda pula. Ini bisa berdampak pada pengambilan keputusan oleh investor dan kreditor
dalam menganalisa laporan keuangan perusahaan.
Hal ini menjadi latar belakang terbentuknya International Financial Reporting Standard
(IFRS). IFRS merupakan hasil standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standar Board (IASB) yang ada dibawah International Accounting
Standard Committee Foundation (IASCF).
Tujuan IFRS adalah menjadi standart akuntansi dan pelaporan keuangan setiap perusahaan
dan sebagai alat untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan dalam kurun periode
yang dimaksudkan dalam laporan keuangan tahunan maupun laporan keuangan akhir telah
terdapat atau diperoleh informasi penting dan berkualitas tinggi yang menunjukkan
transparansi pelaporan keuangan bagi para pihak yang berkepentingan, dan dapat menjadi
perbandingan dengan pelaporan keuangan sepanjang periode yang telah disajikan ,
menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS , serta
dapat diperoleh atau dihasilkan dengan biaya efektif yang tidak melebihi manfaat untuk para
pihak yang berkepentingan.
PERMASALAHAN
Rumusan Masalah
Apa perbedaan historical cost yang selama ini sudah lebih dikenal oleh dengan revalution
model? Revaluation model memperbolehkan PPE dicatat berdasarkan nilai wajarnya.
Permasalahannya di Indonesia adalah sistem perpajakan yang tidak mendukung standar ini.
Di dalam peraturan perpajakan, revaluasi aset ke atas dikenai pajak final sebesar 10% dan
harus dibayar pada tahun tersebut (tidak boleh dicicil dalam 5 tahun misalnya) dan tidak
menghasilkan utang pajak tangguhan yang bisa dibalik di tahun berikutnya bila nilai aktiva
turun. Bayangkan apabila perusahaan memutuskan memakai revalution model dan setiap
tahun harga asetnya meningkat, maka setiap tahun harus membayar pajak final. Padahal
kenaikan harga aset tersebut tidaklah membawa aliran kas masuk ke dalam perusahaan. Bila
aturan perpajakan tidak mendukung, maka dapat dipastikan perusahaan akan enggan
menerapkan revaluation model.
Bukan hanya sistem pajaknya saja yang memberatkan, bila perusahaan memakai revaluation
model, maka siap-siap untuk keluar uang lebih banyak untuk menyewa jasa penilai. Hal ini
dikarenakan banyaknya aset tetap yang btidak memiliki nilai pasar sehingga ketergantungan
kepada jasa penilai (assessor) akan besar untuk menilai asset-aset ini.
Jika ternyata nilai wajar yang ditetapkan penilai berbeda dengan nilai wajar yang di tetapkan
auditor dari akuntan publik, biasanya nilai wajar dari auditor yang akan dipakai. Sistem
pencatatan akuntansi juga sedikit lebih rumit daripada memakai historical cost.
Ketika perusahaan pertama kali berubah dari historical cost model ke revalution model, maka
akumulasi penyusutan di hapus dan beban penyusutan dihitung kembali berdasarkan nilai
wajar yang baru. Demikian selanjutnya, apabila revaluasi menerbitkan nilai baru, maka beban
penyusutan dihitung kembali. Peraturan lain dari IAS 16 adalah bahwa penerapan nilai wajar
tidak bisa diterapkan oleh aktiva secara individu tapi harus secara keseluruhan dalam
golongan aktiva tersebut.
PEMBAHASAN
Penyelesaian
Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan
Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau
rigid,melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus
diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas infor masi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita
gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS
inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting yang
harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu
harus didokumentasikan.
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transak si
yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai
adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan
adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan keuangan untuk nilai aset dan
instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi pasar.
Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan keuangan menjadi dapat diandalkan.
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga
didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan mewajibkan
untuk diungk apkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal penting bagi
pengguna laporan keuangan.Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS
sebelumnya merupakan International Accounting Standars (IAS). IAS diterbitkan antara
tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi
seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
1. Tahap adopsi, tahap adopsi ini direncanakan akan dilaksanakan tahun 2008 sampai
2011 dan dapat dibagi menjadi tiga
2. Adopsi seluruh IFRS ke PSAK, pada tahap ini dewan standar akan mencoba untuk
melakukan adopsi pada pasal yang ada pada IFRS ke PSAK.
3. Persiapan infrastruktur, Pada tahap ini dewan standar dan komponen yang ada akan
melakukan persiapan terhadap infrastruktur yang diperlukan guna adopsi
penuh IFRS pada tahun 2012.
4. Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK, pada tahap ini dewan standar
akan mengevaluasi pada dampak yang terjadi apabila
adopsi IFRS terhadap PSAK dilakukan dan apakah terdapat dalam adopsi tersebut
adanya ketentuan yang bertentangan dengan kondisi di Indonesia serta undang-
undang yang berlaku.
5. Tahap berikutnya adalah tahap persiapan akhir yang direncanakan akan dilaksanakan
sampai tahun 2011 yaitu tahap penyelesaian akhir dari infrastruktur yang diperlukan
untuk adopsi penuh dari IFRS.
6. Tahap implementasi, pada tahap berikut ini adalah tahap implementasi dari adopsi
penuh IFRS, pada tahap ini dibagi menjadi 2 tahapan implementasi, yaitu:
7. Penerapan pertama kali PSAK di Indonesia yang sudah mengadopsi seluruh IFRS,
pada tahapan ini akan diterapkan pertama kalinya PSAK yang sudah mengadopsi
secara penuh
8. Evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif, pada tahapan ini
selain melaksanakan penerapan PSAK yang sudah mengadopsi penuh IFRS, dewan
standar dan komponen yang lain juga akan memantau terhadap dampak yang timbul
terhadap penerapan tersebut, baik dampak secara ekonomi dan perpajakan di
Indonesia.
SIMPULAN
Standar akuntansi keluaran FASB yang sejak tahun 1994 telah digunakan Negara Indonesia
kini mulai melakukan harmonisasi dan lebih mendekatkan diri ke standart IFRS. Apabila
seluruh negara di dunia ini memakai IFRS, maka semua bisnis di seluruh kancah dunia akan
mulai menggunakan bahasa yang sama. Sehingga kelak, akan meminimaisir atau bahkan
menyebabkan tidak adanya lagi kerepotan yang dialami oleh perusahaan multinasional dalam
mengkoordinasi laporan keuangan dari anak-anak perusahaan di negara yang berbeda-beda.
Sebagai standar internasional, IFRS tidak serta merta dapat di terapkan secara langsung di
Negara Indonesia. Hal ini terjadi karna IFRS dan Indonesia butuh penyesuaian secara
menyeluruh terhadap kondisi perekonomian, peraturan perpajakan, dan yang paling utama
adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia. Perkembangan
konvergensi IFRS terhadap standar akuntansi keuangan telah menunjukkan bahwa Indonesia
sudah melakukan persiapan yang matang guna pengaplikasian secara penuh IFRS ke dalam
standar akuntansi pelaporan keuangan yang berlaku di Indonesia.
Sumber Buku
Warfield, Kiseo. 2017. Akuntansi Keuangan Menengah. ( Edisi IFRS ). Salemba Empat.
Sumber Artikel.
https://www.academia.edu/9472003/Perkembangan_IFRS_di_Indonesia
https://www.coursehero.com/file/118266872/PERKEMBANGAN-IFRS-DI-
INDONESIAdocx/