Anda di halaman 1dari 12

IFRS

(INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS)


Dosen Pengampu : Dr. Muhammad Ja’far Shodiq, S.E., M.Si

Disusun Oleh :

Nurmalia Puji Tri Alfatmawati ( 31401900127 )

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2021/2022
DAMPAK IMPLEMENTASI IFRS TERHADAP PENDIDIKAN
AKUNTANSI DI INDONESIA

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi isu-isu mendasar


terkait dengan adopsi penuh IFRS di Indonesia, termasuk
bagaimana pendidikan akuntansi mengantisipasi penerapan IFRS
pada tahun 2012, kesiapan akuntan Indonesia menghadapi
penerapan IFRS dan liberalisasi jasa akuntansi dan kesiapan PPA
untuk menciptakan akuntan. yang memiliki kompetensi dan mampu
bersaing di pasar global.
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah
metode penelitian deskriptif dengan menggunakan data dari
berbagai sumber literatur seperti buku, informasi dari media massa
maupun dari internet.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan IFRS akan
membawa banyak perubahan dalam pola pikir, paradigma dan pola
pengajaran akuntansi. Perbaikan kurikulum harus dilakukan untuk
menciptakan akuntan yang siap bersaing di pasar global.

Keyword: Pendidikan Akuntansi, IFRS, Indonesia

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Munculnya IFRS tidak mampu tanggal berdasarkan perkembangan global,
terutama yg terjadi dalam pasar kapital. Perkembangan teknologi liputan (TI) pada
lingkungan pasar yg terjadi begitu cepat menggunakan sendirinya berdampak dalam
poly aspek pada pasar kapital, mulai berdasarkan contoh & baku pelaporan
keuangan, relativisme jeda pada konvoi kapital, sampai ketersediaan jaringan
liputan ke semua dunia.
Dengan kemajuan & kecanggihan TI pasar kapital, jutaan atau bahkan miliaran
investor bisa menggunakan gampang masuk ke lantai pasar kapital pada semua
penjuru dunia. Pergerakan mereka tidak mampu dihalangi lagi sang jeda atau
teritori negara. Para investor bisa menggunakan gampang beranjak & berinvestasi
berdasarkan satu negara ke negara lain, atau sekaligus melakukan investasi pada
beberapa negara pada ketika bersamaan. Hal ini menggunakan sendirinya menuntut
adanya satu baku akuntansi yg diperlukan baik sang pasar kapital atau forum yg
mempunyai agency dilema. Yang dimaksud menggunakan agency dilema
merupakan kasus jeda antara principle & agent yg pada rekanan membutuhkan
jembatan antara pemilik & buruh atau pekerja yg diklaim agency relation, yaitu
liputan. Informasi yg dimaksud disini berupa laporan mengenai aset, resources, &
Lainnya yg herbi keadaan perusahaan yg dibentuk sang agent & diserahkan pada
principles (pemilik). Biaya yg dimuntahkan buat menjaga interaksi baik antara principles &
agent diklaim agency cost. Fenomena inilah yg lalu mendorong International Accounting
Standard Boards (IASB) melakukan akselerasi harmonisasi baku akuntansi internasional
melalui apa yg diklaim International Financial Reporting Standart (IFRS).
IFRS sudah dipakai sang lebih menurut 150 negara, termasuk Jepang, China, Kanada, &
27 negara Uni Eropa. Sedikitnya, 85 menurut negara-negara tadi sudah mewajibkan
laporan keuangan mereka mengunakan IFRS buat seluruh perusahaan domestik atau
perusahaan tercatat (listed). Bagi perusahaan- perusahaan yg telah go international, atau yg
mempunyai partner menurut Uni Eropa, Australia, Russia, & beberapa negara pada Timur
Tengah memang nir punya pilihan lain selain menerapkan IFRS. Bagi Indonesia peralihan
ke IFRS ini adalah pilihan yg tidak sanggup dihindari. Sebab, Indonesia telah sebagai
bagian integral menurut pasar & perekonomian global.
Pada tanggal 23 Desember 2008, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) meresmikan (grand
launching) acara konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS), yaitu
prinsip akuntansi yg berlaku generik pada Indonesia (Indonesian GAAP) akan
dikonvergensikan secara penuh menggunakan IFRS dalam lepas 1 Januari 2012. Tentu saja
hal ini akan sebagai suatu tantangan bagi global pendidikan terutama perguruan tinggi yg
notabene dituntut buat segera menciptakan perubahan & merogoh langkah-langkah
eksklusif sebagai akibatnya bisa mensukseskan planning adopsi secara penuh baku
akuntansi international terebut. Oleh lantaran itu, penulis ingin mencoba memaparkan
mengenai kesiapan dunia pendidikan pada Indonesia buat menghadapi implementasi IFRS.

1.2. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan latar belakang pada atas maka goresan pena ini berusaha buat
mengupas konflik utama terkait menggunakan planning pengadopsian secara
penuh (full adoption) IFRS pada Indonesia, yaitu:
1. Bagaimana dunia pendidikan mengantisipasi pemberlakuan IFRS 2012?
2. Siapkah para akuntan Indonesia menghadapi pemberlakuan IFRS dan
liberalisasi jasa akuntansi?
3. Mampukah lembaga-lembaga penyelenggara PPA melahirkan akuntan-
akuntan yang memiliki kompetensi berstandar internasional dan mampu
bersaing di pasar global?

Hasil penelitian dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat


memberikan manfaat sebagai berikut:
a) Memberikan suatu wacana tentang kesiapan dunia pendidikan di Indonesia
khususnya perguruan tinggi dalam implementasi IFRS 2012.
b) Memberikan suatu wacana tentang peluang dan tantangan yang mungkin
akan dihadapi oleh para akuntan indonesia dengan diberlakukanknya
IFRS.
c) Memberikan suatu wacana tentang kesiapan para penyelenggara PPA
untuk dapat melahirkan akuntan-akuntan yang memiliki kompetensi
berstandar internasional dan mampu bersaing di pasar global.

1.3. Metoda Penelitian


Metoda penelitian yg dipakai pada goresan pena ini merupakan metoda
penelitian naratif menggunakan memakai asal data berdasarkan aneka macam
literature berupa buku, warta pada media cetak juga elektroknik dan berdasarkan
internet.

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Sejarah International Financial Repoting Standards IFRS
Terdapat 2 badan penyusun baku yg berkaitan menggunakan praktik
akuntansi secara internasional yaitu The International Accounting Standards
Committee (IASC) & The International Federation of Accountant (IFAC). IASC
lebih berkonsentrasi buat menyusun International Accounting Standards (IAS).
Organisasi ini mempunyai tujuan berbagi & mendorong penggunaan baku
akuntansi dunia yg berkualitas tinggi, bisa dipahami & bisa diperbandingkan
(Choi et al.,1999). Sedangkan IFAC lebih memfokuskan dalam upaya
pengembangan International Standard Audits (ISA), kode etik, kurikulum
pendidikan, & kaidah-kaidah bagi akuntan pada berbisnis. Kesepakatan
pembentukan IASC terjadi dalam Juni 1973 pada Inggris yg diwakili sang
organisasi profesi akuntansi berdasarkan sembilan negara, yaitu Australia,
Canada, Prancis, Jerman Barat, Jepang, Mexico, Belanda, Inggris, & Amerika
Serikat. IFAC didirikan sang badan profesi akuntan berdasarkan 63 negara dalam
bulan Oktober 1977.
Pada April 2001 The International Accounting Standards Committee
(IASC) berkembang sebagai The International Accounting Standards Board
(IASB), yg sang lantaran perkembangan ini maka International Accounting
Standards (IAS) lalu pula dikembangkan sebagai International Financial
Reporting Standards (IFRS). IFRS yg pertama terbit dalam Juni 2003.
Berbeda menggunakan baku lokal/PABU lokal yg tidak selaras antar
negara & pasar kapital, IFRS merupakan seperangkat anggaran yg seragam &
secara teori, diaplikasikan menggunakan cara yg sama terhadap seluruh
perusahaan publik pada pasar kapital atau negara yg mengadopsi baku ini. IFRS
menjadi sebuah kerangka & interprestasinya yg diadopsi sang IASB mempunyai
peraturan yg luas terdiri dari:
1. International Standard Audits (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum
2001.
2. International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang
dikeluarkan setelah tahun 2001.
3. Standing Interpretations Committee (SIC) – yang diterbitkan sebelum
2001.
4. International Financial Reporting Issues Committee (IFRIC) – yang
diterbitkan setelah tahun 2001.
5. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statements.
Sebagian besar baku yg sebagai bagian berdasarkan IFRS sebelumnya
adalah International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun
1973 hingga menggunakan 2001 sang International Accounting Standards
Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi semua IAS &
melanjutkan pengembangan baku (Natawidnyana, 2008).

2.2 Tujuan dan Manfaat adopsi penuh IFRS


Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan dari PSAK nir
memerlukan rekonsiliasi signifikan menggunakan laporan keuangan dari IFRS.
Beberapa penelitian berikut menerangkan manfaat pengadopsian IFRS. Amstrong
et al. (2000) & Covrig et al. (2007) dari studi empirisnya menyatakan bahwa
pelaporan berbasis IFRS membuahkan porto buat membandingkan antar pasar
kapital & antar negara sebagai lebih less costly. Komparabilitas yg meningkat
menciptakan pelaporan keuangan lebih bermanfaat bagi investor & pemegang
pancang (stakeholders). Selain itu, penggunaan seperangkat baku akuntansi yg
sama antar perusahaan berdasarkan negara yg tidak sinkron menaikkan
kemampuan para investor asing (outsiders) buat mendeteksi praktik manajemen
keuntungan & manipulasi akuntansi, misalnya menggunakan membatasi
perlakuan akuntansi yg permissible. Sehingga, bila perpindahan menuju adopsi
IFRS pada faktanya bisa menaikkan daya banding pelaporan perusahaan, hal tadi
dalam giliran berikutnya bisa menaikkan likuiditas pasar & menurunkan cost of
capital. Perbedaan pada baku akuntansi jua dipadang menjadi kendala terhadap
investasi lintas negara (Bradshaw et al., 2004; Aggarwal et al., 2005). Sebaliknya,
pelaporan keuangan yg lebih gampang dipahami sang investor berdasarkan luar
negeri akan bisa menaikkan likuiditas pasar kapital & memperluas basis investor
perusahaan, & dalam tahapan berikutnya akan menaikkan pembagian risiko (risk-
sharing) & cost of capital yg lebih rendah (Merton, 1982). Dengan demikian,
konvoi dunia menuju pelaporan berbasis IFRS bisa memfasilitasi investasi lintas
negara & integrasi pasar kapital (Covrig et al., 2007).
Bukti lain berdasarkan studi mengenai imbas adopsi IFRS terhadap pasar
kapital, diantaranya dikemukan sang Ball, Kothari, & Robin (2000); Ball, Robin,
& Wu (2000); Leuz (2003), Ball & Shivakumar (2005) dan Burgstahler, Hail, and
Leuz (2006). Hasil penelitian mereka sinkron menggunakan incentive-based view
menyatakan bahwa struktur institusional suatu negara memainkan peranan krusial
buat menyebutkan impak adopsi IFRS terhadap pasar kapital. negara
menggunakan badan regulatornya yg lebih ketat & menggunakan struktur
institusional yg mendorong bonus yg bertenaga terkait menggunakan pelaporan
(strong reporting incentive) cenderung lebih menunjukkan impak adopsi terhadap
pelaporan berbasis IFRS. Sejalan menggunakan hal ini beberapa negara sudah
memperkuat regulasi mereka pada rangka pengadopsian IFRS. Sebagai contoh,
Uni Eropa dalam tahun 2003, melalui the Committee of European Securities
Regulators (CESR) menerbitkan baku No.1 yg diantaranya berisi dorongan buat
membuatkan & mengimplementasikan pendekatan yg generik dari IFRS.

III. PEMBAHASAN
Perubahan rapikan cara pelaporan keuangan yg sebelumnya poly mengacu
dalam US GAAP ke IFRS akan mempunyai impak sangat luas. Setidaknya, para
praktisi pada bidang akuntansi dituntut buat mempunyai “kompetensi baru”
misalnya yg disyaratkan IFRS. Pengajaran akuntansi pada kampus wajib segera
dimutakhirkan, seiring kebijakan Indonesia yg sudah mendeklarasikan
penggunaan konvergensi sistem akuntansi internasional atau International
Financial Reporting Standards (IFRS). Mata kuliah yg terkena impak besar
berdasarkan IFRS ini merupakan pengantar akuntansi, akuntansi keuangan
menengah, teori akuntansi, akuntansi internasional, akuntansi keuangan lanjutan,
seminar akuntansi atau akuntansi topik khusus, metodologi penelitian, dan analisis
laporan keuanga. Hingga ketika ini, pada kalangan praktisi, akademisi, &
pengurus IAI masih masih ada pendapat yg beragam. Ada yg mengaku Indonesia
sudah siap, termasuk berdasarkan segi pendidikan keprofesiannya. Namun, nir
sedikit yg meragukannya (Akuntan Indonesia edisi 17: halm.21)

3.1 Dampak terhadap pendidikan


Proses konvergensi PSAK dengan IFRS akan berdampak terhadap pendidikan,
antara lain:
1. Perubahan mind-stream dari rulebased kepada principle-based.
Adopsi IFRS secara penuh bukanlah hanya sekadar perpindahan
pendekatan akuntansi menurut historical cost ke fair value. Inti kasus yg lebih
fundamental menurut adopsi IFRS merupakan perubahan konsep, kerangka
berpikir, atau pola pikir. Lantaran bila memang mengadopsi IFRS secara penuh
berarti akan terjadi peralihan menurut rule based ke principles based pada
sistem akuntansi.
U.S. GAAP adalah baku akuntansi yg lebih merefleksikan rule- based
sedangkan IFRS secara generik dicermati menjadi baku yg lebih merefleksikan
principle-based (Schipper, 2003). Nelson (2003) mendefinisikan rule-based
menjadi ketentuan atau kriteria yg khusus yg meliputi batasan-batasan yg
sangat jelas, model-model, restriksi jangkauan, pengecualian, penduan
implementasi, & sebagainya. Rule-based accounting standards menaruh
anggaran-anggaran yg sangat lebih jelasnya buat setiap pelaksanaan menurut
baku. Hal ini mendorong timbulnya konduite check-the-box pada pelaporan
keuangan yg menghilangkan judgment pada praktik pelaporan.
Untuk bisa tahu rules-based & principles-based accounting standards,
mampu digambarkan melalui gambaran berikut ini (Mainess et al., 2003 pada
Arifin, 2009).
Contoh 1: “Tarif beban depresiasi tahunan buat seluruh asset permanen
merupakan sebanyak 10% dari kos aset hingga asset terselesaikan didepresiasi
secara penuh”
Dalam model 1 pada atas, baku tidak menaruh ruang buat melakukan
judgement atau ketidaksetujuan tentang tarif beban depresiasi yg wajib
digunakan. Meskipun menggunakan anggaran misalnya itu taraf komparabilitas
& konsistensi bisa terjamin, namun relevansinya akan berkurang bersamaan
menggunakan ketidakmampuannya pada mendeskripsikan syarat ekonomi
sebenarnya yg melatar belakangi, dimana pada antara masing-masing
perusahaan mungkin berbeda.
Contoh2: “Tarif beban depresiasi buat tiap periode seharusnya
mendeskripsikan taraf penurunan nilai ekonomi menurut asset selama periode
manfaat.”
Dalam model 2, baku tadi memerlukan pelaksanaan judgement & keahlian
menurut manajer & auditor. Akibatnya komparabilitas laporan keuangan akan
berkurang & mungkin nir konsisten menurut ketika ke ketika. Standar berbasis
prinsip memberi keunggulan pada hal memungkinkan manajer menentukan
perlakuan akuntansi yg merefleksikan transaksi atau peristiwa ekonomi yg
mendasarinya, meskipun hal kebalikannya bisa terjadi. Standar berbasis prinsip
memungkinkan manajer, anggota komite audit, & auditor menerapkan
judgment profesionalnya buat lebih penekanan dalam merefleksi peristiwa
atau transaksi ekonomi secara substansial, nir sekedar melaporkan transaksi
atau peristiwa ekonomi sinkron menggunakan baku.
US GAAP yg berifat rule based memberi anggaran standar pelaporan
keuangan menggunakan kondisi-kondisi & ketentuannya yg dipengaruhi secara
mendetail, sedangkan pada principles based hanya mengatur prinsipnya. Jadi,
peralihan ke IFRS berarti peralihan kerangka berpikir & pola pikir. Penyiapan
ke arah perubahan kerangka berpikir, konsep, & pola pikir misalnya ini belum
poly dilakukan pada lingkungan perguruan tinggi. Begitu mendasarnya kasus
ini, maka semenjak dini pendidikan akuntansi wajib telah disiapkan
menggunakan matang.
2. Banyak menggunakan professional judgement.
Dengan diterapkannya IFRS, global pendidikan dituntut buat sanggup
membarui pola pedagogi juga pola pikir mahasiswa sebagai akibatnya
membentuk para akuntan yg sesuia menggunakan kebutuhan global.
Pendidikan akuntansi dulunya poly mengunggunakan kitab -kitab ajar
menurut Amerika yg notabene dari rule based. Mahasiswa biasa diajarkan
petunjuk pelaporan keuangan & implementasi secara lebih jelasnya sebagai
akibatnya mengurangi ketidakpastian & membentuk pelaksanaan anggaran-
anggaran khusus pada baku secara mekanis.
IFRS tidak menyediakan anggaran-anggaran lebih jelasnya pengaturan
pelaporan. Oleh karenanya mahasiswa wajib mulai diajarkan bagaimana
pengambilan keputusan dari prinsip akuntansi. Pengadopsian IFRS
mensyaratkan akuntan juga auditor buat mempunyai pemahaman tentang
kerangka konseptual liputan keuangan supaya bisa mengaplikasikan secara
sempurna pada pembuatan keputusan. Dalam principles-based system, akuntan
akan menciptakan sejumlah perkiraan yg wajib beliau pertanggungjawabkan &
mensyaratkan semakin poly judgment professional (Schipper, 2003).
Fleksibilitas pada baku IFRS yg bersifat principles-based akan berdampak
dalam tipe & jumlah skill professional yg seharusnya dimiliki sang akuntan &
auditor.
Pengadopsian IFRS mensyaratkan akuntan mempunyai pengetahuan yg
relatif tentang peristiwa juga transaksi usaha & ekonomi perusahaan secara
mendasar sebelum menciptakan judgment. Berbagai perkiraan yg dibentuk
sang manajemen perlu dievaluasi kelayakannya sang auditor sebagai akibatnya
auditor pula dituntut mempunyai kemampuan menginterpretasi tujuan menurut
suatu baku. AAA Financial Accounting Standard Committee (2003) bahkan
meyakini kemungkinan meningkatnya perseteruan antara auditor & klien.
Selain keahlian teknis, akuntan pula perlu tahu akibat etis & sah pada
implementasi baku (Carmona & Trombetta, 2008). Dengan membandingkan 3
baku, Benneth et al. (2006) menyimpulkan bahwa principles-based standards
mensyaratkan judgment professional baik dalam level transaksi juga dalam
level laporan keuangan.
3. Banyak menggunakan fair value accounting:
Berbeda menggunakan FASB yg nir mengakui fair value menjadi dasar
buat mengukur asset, fair value ditetapkan sang International Accounting
Standard Board (IASB) menjadi dasar buat mengukur aset. Tetapi Seiring
perkembangan zaman, ternyata penggunaan historical cost nir lagi relevan
lantaran dapat dipercaya & kegunaan laporan keuangan sudah terhambat sang
tantangan yg serius. Dan banyak orang yg beropini & konfiden bahwa standard
akuntansi yg memakai historical cost memainkan peranan krusial menjadi
penyebab kerusakan perekonomian, terutama forum simpan pinjam tahun
1980an & kasus perbankan 1990an. Lantaran dalam ketika itu poly laporan
keuangan yg nir membicarakan kerugian segera dalam ketika terjadi. Sehingga
masih ada konvensi bahwa standard akuntansi yg terdapat perlu diperbaiki
buat. Oleh lantaran itu, FASB & IASB bekerja sama buat berusaha
mengharmonisasikan baku akuntansi masing-masing. Pertanyaan tentang
bagaimana aset seharusnya diakui pada neraca adalah keliru satu berita krusial
yg wajib dicari solusinya. Untuk itu baik IASB juga FASB melakukan
pengujian secara akurat terhadap fair value, mengenai arti berdasarkan fair
value & bagaimana seharusnya diaplikasikan.
Selama ini masih poly disparitas pendapat tentang fair value. Argument yg
menentang akuntansi menurut nilai pasar menyatakan bahwa market value
accounting kurang bonafide & sebagai halangan primer pada penerapannya dan
menduga contoh historical cost lebih unggul karena lebih bisa dipercayai (taraf
reliabilitasnya lebih tinggi). Tetapi kasus yg selalu inheren merupakan bahwa
contoh akuntansi menurut historical cost nir mengakui adanya perubahan nilai
bersifat hemat & cenderung membiarkan perusahaan menentukan sendiri
apakah & kapan mengakui adanya perubahan tersebut. Ini mendorong adanya
bias pada pemilihan apa yg dilaporkan. Akan tetapi, hal yg relatif menarik
merupakan bahwa nomor -nomor yg dilaporkan menggunakan sistem
akuntansi menurut nilai pasar memiliki hubungan sangat bertenaga
menggunakan harga saham, & memberi petunjuk bahwa nilai menurut pasar
lebih baik (lebih terpercaya) berdasarkan dalam nilai menurut historical cost.
Penggunaan fair value accounting pada global pendidikan & pada global usaha
akan mengakibatkan smoothing income sebagai semakin sulit menggunakan
penggunaan balance sheet approach & fair value. Akan tetapi, meskipun
memiliki keunggulan, sistem market value accounting berpotensi rentan
terhadap manipulasi & kesalahan estimasi.
4. IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat
berbeda dengan IFRS lain, misalnya lease menggunakan risk and reward
concept, sedangkan service concession arrangement menggunakan
controllability concept, dan pemutakhiran (updating) IFRS merupakan suatu
keharusan.
5. Perubahan textbook dari US GAAP kepada IFRS.
Salah satu perkara primer terkait menggunakan persiapan implementasi
International Financial Reporting Standard (IFRS) atau baku laporan keuangan
internasional pada lingkungan perguruan tinggi merupakan belum adanya
kurikulum standar & terbatasnya kitab -kitab teks. Meskipun adopsi IFRS
telah usang dicanangkan, tetapi kurikulum & kitab -kitab teks yg diajarkan
pada perguruan tinggi masih berkiblat ke Amerika Serikat. Buku teks yg terkait
menggunakan IFRS masih sangat kurang atau hampir nir ada. Untuk mengatasi
hal ini IAI telah berinisiatif kolaborasi menggunakan Australia buat mencoba
menyusun materi IFRS menjadi bahan pedagogi pada kelas.
6. Peluang Riset.
Pengadopsian International Reporting Standard (IFRS) jua akan membawa
pengaruh dalam riset akuntansi. Berdasarkan review terhadap aneka macam
riset tentang pengaruh pengadopsian IFRS, masih ada 2 grup akbar riset yg
bisa dilakukan tentang pengaruh pengadopsian IFRS, yaitu (1) pengaruh
pengadopsian IFRS terhadap konduite partisipan pada proses pelaporan
keuangan, & (2) pengaruh pengadopsian IFRS terhadap kualitas pelaporan
keuangan.
Untuk syarat Indonesia, riset grup ke 2 belum sanggup dilakukan sampai
tersedianya laporan keuangan berbasis IFRS dalam tahun 2012. Tetapi
demikian, peneliti sanggup melakukan riset grup pertama tanpa wajib
menunggu pengadopsian penuh IFRS dalam 2012. Beberapa peluang riset
pengaruh pengadopsian IFRS dalam grup pertama adalah (1) informasi
lapangan kesiapan aneka macam pihak pada pengadopsian IFRS, termasuk
kesiapan global pendidikan mensuplai lulusan yg paham IFRS; (2) determinan
kinerja judgment; (3) level presisi standard (rules-based vs. principles based)
terhadap (aneka macam) judgment preparer juga auditor; (4) level presisi
standar (rules- based vs. principles based) terhadap pertarungan antara
manajemen & auditor, & negosiasi; & (5) kiprah komite audit pada pertarungan
manajemen – auditor. Adapun beberapa peluang riset pengaruh pengadopsian
IFRS pada grup ke 2 adalah (1) pengaruh terhadap komparabilitas laporan
keuangan pada satu yurisdiksi akuntansi; (2) pengaruh terhadap kualitas
keuntungan menggunakan aneka macam proksi; (3) kiprah komite audit &
prosedur corporate governance lain; (4) kebermanfaatan kabar akuntansi (misal
rasio-rasio keuangan) sebelum & setelah adopsi IFRS; (5) riset pengungkapan;
& (6) riset pilihan metoda akuntansi.

3.2 Bagaimana dunia pendidikan mengantisipasi pemberlakuan


IFRS 2012
Kesiapan pendidikan profesi memperoleh sorotan spesifik berkaitan
menggunakan akan diberlakukannya IFRS & liberalisasi jasa akuntansi pada
daerah ASEAN (ASEAN MRA Framework on Accountancy). Tidak bisa
dipungkiri para praktisi pada bidang akuntansi dituntut buat mempunyai
“kompetensi baru” misalnya yg disyaratkan IFRS. Salah satu titik penting terkait
planning Indonesia menerapkan Standar Laporan Keuangan Internasional
(International Financial Reporting Standard/IFRS) dalam tahun 2012 merupakan
kesiapan pendidikan profesi akuntansi (PPA).
Banyak kalangan menilai menurut segi pendidikan kita belum siap.
Dikhawatirkan, lulusan PPA nantinya nir mempunyai kompetensi IFRS. Lembaga
yg paling berkompeten buat menyesuaikan PPA menggunakan baku pendidikan
akuntansi internasional atau International Education Standard (IES) merupakan
Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
Komite Evaluasi & Rekomendasi PPA (KERPPA).
Sebagai konsekuensi menurut pemberlakuan IFRS, KAPd sudah
mengadopsi baku pendidikan internasional (International Education Standard/IES)
yg dimuntahkan International Federation of Accountants (IFAC). IFAC
mengeluarkan tujuh baku pendidikan internasional yg berlaku efektif per 1 Januari
2005. IES tadi mencakup Entry Requirement to a Program of Professional
Accounting Education yg dikenal menggunakan kode IES-1, Content Of
Professional Accounting Education Programs (IES-2), Professional Skills
Contents (IES-3), Professional Values, Ethics, and Attitudes (IES-4), Practical
Experience Requirements (IES-5), Assessment of Professional Capabilities and
Competence (IES-6), & Continuing Professional Development: A Program of
Lifelong
Learning and Continuing Development of Professional Competence (IES-
7). IES adalah pedoman dunia buat membangun akuntan yg professional,
termasuk PPAk pada Indonesia. Selain itu KAPd pula melakukan beberapa
langkah pada menghadapi implementasi IFRS. Pertama, menuntaskan penyusunan
baku akuntan. Kedua, menjalin kolaborasi menggunakan kompartemen atau
asosiasi lain guna mendukung planning penerapan IFRS & fair value. Ketiga,
mendorong pembuatan bahan ajar & penelitian-penelitian mengenai penerapan
IFRS.
Pihak lain yg nir luput menurut tanggung jawab terhadap keberhasilan
implementasi IFRS merupakan kalangan akademisi, pada hal ini perguruan tinggi
(PT). Di tengah perkembangan perekonomian dunia yg demikian cepat,
dibutuhkan penyesuaian-penyesuaian yg cepat juga pada bidang pendidikan
profesi akuntan bila nir ingin terjadi gap yg sangat lebar antara materi yg diajarkan
akademisi menggunakan perkembangan yg terjadi pada lapangan. Kalau nir akan
terus terjadi gap yg lebar antara out put forum pendidikan menggunakan
kebutuhan pasar. “Adopsi IFRS secara penuh berarti akan terjadi peralihan
menurut rule based ke principles based pada sistem akuntansi. Penyiapan ke arah
perubahan paradigma, konsep, & pola pikir misalnya ini wajib mulai dilakukan
pada lingkungan perguruan tinggi yaitu melalui pemutakhiran kurikulum &
silabus PPA, seminar-seminar & pembinaan-pembinaan mengenai IFRS dan
penyusunan kitab teks yg sinkron menggunakan IFRS. Selain itu KAPd pula
poly menggelar workshop nasional bagi kalangan dosen menggunakan tujuan
pembinaan for the trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan mampu ditiru &
menyebar ke banyak sekali daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan pada
Indonesia mampu bersaing menggunakan lulusan luar negeri & sanggup
memenuhi tuntutan IFRS.

3.3 Akuntan, Jumlah VS Kompetensi


Profesi akuntan akan memainkan kiprah makin krusial pada perekonomian
nasional ketika Indonesia mulai menerapkan International Financial Reporting
Standard (IFRS) dalam 2012. Namun, lantaran keterbatasan pendidikan, jumlah &
kompetensi akuntan Indonesia terbilang belum memadai.
Data & warta-warta yg disampaikan Pusat Pembinaan Akuntan & Jasa
Penilai Departemen Keuangan dalam Dialog Komite Evaluasi & Rekomendasi
Pendidikan Profesi Akuntan (KERPPA) IAI yg dilaksanakan dalam 20 Mei 2009
memperlihatkan bahwa dibanding menggunakan negara-negara lain, syarat profesi
akuntan pada Indonesia masih memprihatinkan baik menurut sisi jumlah juga
kompetensi. Lantaran itu, daya saing jasa akuntansi pada Indonesia masih
terbilang rendah.. Per 30 April 2009, jumlah akuntan beregister sebesar 46.633
orang. Sementara itu, jumlah akuntan yg sudah mengikuti ujian tunjangan profesi
akuntanpublik (USAP) & lulus hanya 615 orang. Namun, tidak seluruh akuntan
lulusan USAP tadi lalu berpraktik sebagai akuntan publik. Sebagai gambaran, per
1 Januari 2009, menurut 615 lulusan USAP tadi, hanya158 orang atau 25,69 % yg
berpraktik menjadi akuntan publik. Selebihnya, bekerja pada loka atau bidang
lain. Ini yg mengakibatkan perkembangan jumlah akuntan publik pada Indonesia
lebih rendah dibanding negara-negara Selain itu, donasi pendidikan profesi pula
terbilang minim pada menyuplai atau mencatak akuntan. Saat ini, misalnya, baru
terdapat 36 perguruan tinggi (PT) yg menerima rekomendasi menyelenggarakan
acara Pendidikan Profesi Akuntan (PPA). Indarto mencatat total lulusan PPA
menurut penguruan tinggi negeri hanya 2.153. Atau, dalam 2008 terdapat
sedikitnya 162.205 mahasiswa akuntansi yg aktif. Namun, jumlah akuntan publik
pada Indonesia sampai tahun 2009 baru 887.Jumlah yg sangat tidak memadai bila
dibanding populasi penduduk Indonesia yg mencapai 220 juta jiwa. Bandingkan,
misalnya, jumlah akuntan publik Malaysia yg telah mencapai 2.410 orang,
Thailand (6.070 orang), Filipina (4.011 orang), atau Vietnam (1.046). Bahkan,
Singapura menjadi negara yg luasnya cuma misalnya DKI Jakarta itu jumlahnya
hampir sama menggunakan Indonesia, 862 orang. Namun, akuntan yg sudah
mengantungi Certified Public Accountant (CPA) jumlahnya mencapai 14.261
orang.
Kondisi misalnya ditunjukkan sang data pada atas bisa adalah suatu
peluang sekaligus kendala bagi para mahasiwa yg ketika ini sedang menempuh
jurusan akuntansi. Akan sebagai peluang, bila kita sanggup memanfaatkan
keadaan tadi menggunakan sebaik-baiknya. Pasar kapital yg semakin berkembang
& pertumbuhan perekonomin akan mengakibatkan kebutuhan pasar yg akbar
terhadap profei akuntan. Namun, bila pasar dometik nir bisa memenuhi kebutuhan
akan profesi akuntan ini ataupun bila kulifikasi yg pada sediakan sang pasar
domestik nir seusai menggunakan kebutuhan international, maka tidak mungkin
tantangan terbesar akan timbul menggunakan datangnya akuntan-akuntan menurut
negara lain yg bisa menggunakan gampang merogoh huma pekerjaan kita.

IV. SIMPULAN
Keputusan IAI buat mengadopsi IFRS secara menyeluruh pada tahun 2012
membawa poly imbas dalam global pendidikan akuntansi. Adopsi IFRS
diantaranya akan mambawa perubahan dalam pola pikir, paradidma & pedagogi
akuntansi wajib memulai berubah menurut rule based ke principle based.
IFRS nir menyediakan anggaran-anggaran lebih jelasnya pengaturan
pelaporan. Oleh karenanya mahasiswa wajib mulai diajarkan bagaimana
pengambilan keputusan menurut prinsip akuntansi. IFRS selalu berubah sebagai
akibatnya bagi global pendidikan pemutakhiran (updating) IFRS adalah suatu
keharusan. Pengadopsian International Reporting Standard (IFRS) pula akan
membawa imbas dalam riset akuntansi.
Lembaga yg paling berkompeten buat menyesuaikan PPA menggunakan
baku pendidikan akuntansi internasional atau International Education Standard
(IES) merupakan Kompartemen Akuntan Pendidik (KAPd) Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) dan Komite Evaluasi & Rekomendasi PPA (KERPPA). Dalam
rangka adopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012, KAPd banyak menggelar
workshop nasional bagi kalangan dosen menggunakan tujuan pelatihan for the
trainer (TOT). TOT ini diproyeksikan sanggup ditiru & menyebar ke banyak
sekali daerah. Targetnya, lulusan pendidikan akuntan pada Indonesia sanggup
bersaing menggunakan lulusan luar negeri & bisa memenuhi tuntutan IFRS.

DAFTAR PUSTAKA

Akuntan Indonesia.2009. Siapkah mengantisipasi pemberlakuan IFRS &


mencapai Standar Pendidikan Internasional yang dikeluarkan oleh IFAC ?
Edisi No.17/Tahun III/Juni 2009
Arifin, Taufiq. 2009. Pengaruh Principle-Based & Rule-Based Accounting
Standards Terhadap Manajemen Laba Akrual & Manipulasi Aktivitas Riil.
Tesis MSi UGM.

Armstrong, C. S., Barth, M. E., Jagolinzer, A. D., Riedl, E. J., 2007. Market
reaction to the adoption of IFRS in Europe. Available at SSRN:
http://ssrn.com/abstract=903429.

Ball, R., Kothari, S. P., Robin, A., 2000. The effect of international institutional
factors on properties of accounting earnings. Journal of Accounting and
Economics 29, 1-51.

Ball, R., Robin, A., Wu, J. S., 2003. Incentives versus standards: Properties of
accounting income in four East Asian countries. Journal of Accounting and
Economics 36, 235- 270.

Bennet, B., M. Bradbury and H. Prangnell . 2006. Rules, Principles and


Judgments in Accounting Standards. Abacus, Vol. 42, No. 2, 2006.
Bradshaw, M. T., Bushee, B. J., Miller, G. S., 2004. Accounting choice, home
bias, and U.S. investment in non-U.S. firms. Journal of Accounting
Research 42, 795-841.

Burgstahler, D., Hail, L., Leuz, C., 2006. The importance of reporting incentives:
Earnings management in European private and public firms. The
Accounting Review.

Carmona & Trombetta, 2008. On the Global Acceptance of IAS/IFRS


Accounting Standards: The Logic and Implications of the Principles-Based
System” journal of Accounting and Public Policy. vol. XXXII(3) 339-370,
2008.
Choi, Frederick D.S., Carol Ann Frost, Garry K Meek. 1999. International
Accounting. 3th edition. United Stated: Prentice Hall International.

Covrig, V. L., DeFond, M. J., Hung, M., 2007. Foreign mutual funds holdings,
and the voluntary adoption of international accounting standards. Journal of
Accounting Research 45, 41-70.

Merton, R. C., 1987. A simple model of capital market equilibrium with


incomplete information. Journal of Finance 42, 483-510.

Natawidnyana, 2008. “International Financing Reporting Standards: A Brief


Description” .http://natawidnyana-wordpress.com

Nelson, M. W. 2003. Behavioral evidence on the effects of principles- and rules-


based standards. Accounting Horizons 17 (1): 91.104.
Schipper, K. 2003. Principles-based accounting standards. Accounting Horizons
17 (1): 61.72.

Anda mungkin juga menyukai