Anda di halaman 1dari 22

PENERAPAN INTERNASIONAL FINANSIAL REPORTING

STANDARDS DI INDONESIA

Disusun oleh :
Moch. Nurhidayat Sastra
Federico Nababan
Adriel Alfa Garcia
Ricky Pardomuan Hutagalung

Program Studi Sistem Informasi Komputerisasi Akuntansi


STMIK CIC Cirebon
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 2

KATA PENGANTAR 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II PEMBAHASAN 5

2.1 Penjelasan IFRS

2.1.1 Perbedaan IFRS

2.1.2 Tujuan IFRS

2.1.3 Kerangka Penulisan Laporan IFRS

2.2 Contoh Laporan IFRS

2.3 Penerapan IFRS di Indonesia

2.4 Pro Kontra Penerapan IFRS di Indonesia

BAB III PENUTUP 18


3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

3.3 Daftar Pustaka

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Penerpan IFRS di Indonesia ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Safitri Akbari, SE., M.Ak. selaku Dosen mata
kuliah Akuntansi Keuangan Menengah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai perkembangan dunia akuntansi di Indonesia
yang sejak bertahun-tahun lalu sudah mempersiapkan diri dalam menerapkan IFRS
sebagai standar pelaporan keuangan bagi semua perusahaan yang dalam perjalanannya
juga penerapan ini diterpa banyak pro dan kontra. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh
sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna

tanpa saran yang membangun.


Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda

demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Cirebon, 17 Oktober 2019

Penyusun

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi adalah salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan manapun
yang berdiri karena dengan adanya penulisan laporan keuangan perusahaan bisa
mendapatkan investasi dari para investor yang memiliki banyak dana. Ada beberapa
standar penulisan laporan keuangan di dunia ini, beberapa di antaranya adalah GAAP
yang dimiliki dan diterapkan oleh Amerika Serikat, IFRS yang berasal dari negara-negara
Eropa, dan Indonesia dengan PSAK yang merupakan adopsi dari GAAP.
Bertahun-tahun yang lalu Indonesia mencanangkan rencana untuk menerapkan
IFRS di negara ini dengan salah satu alasannya adalah agar perusahaan-perusahaan di
Indonesia bisa lebih mudah mendapatkan dana investasi dari luar negeri. Seperti yang
diketahui sebelumnya, rata-rata negara di dunia ini menerapkan IFRS maka dari itu jika
Indonesia menerapkan hal yang sama maka akan lebih mudah menarik perhatian
investor dari luar negeri.
Tentu ada banyak tantangan atau kesulitan bagi DSAK (Dewan Standar Akuntansi
Indonesia) sebagai badan yang berwenang menetapkan standar pelaporan keuangan di
Indonesia untuk menerapkan IFRS, terlebih lagi cukup banyak juga pro kontra mengenai
hal ini, oleh karenanya kami sebagai penyusun mencoba untuk memaparkan sedikit atau
banyaknya informasi mengenai perkembangan penerapan IFRS di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


A. Apa itu IFRS ?
B. Bagaimana penerapannya di Indonesia ?
C. Apa manfaat dan kekurangannya bagi Indonesia ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka bisa di paparkan bahwa tujuan penulisan
dari malah ini adalah sebagai berikut :
A. Memaparkan sedikit atau banyaknya tentang IFRS.
B. Memberi informasi mengenai sudah sejauh mana Indonesia menerapkan IFRS.
C. Memaparkan beberapa pro kontra penerapan IFRS di Indonesia.
1.4 Manfaat Penulisan
Dengan diselesaikannya makalah ini kami sebagai penyusun berharap bahwa apa
yang kami buat ini dapat memberikan penjelasan yang cukup baik mengenai hal-hal
yang sudah di tulis di atas.

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Penjelasan IFRS

International Financial Reporting Standard (IFRS) atau yang dalam bahasa


Indonesia disebut dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional /
International Accounting Standard Board (IASB). IASB yang dahulu bernama Accounting
International Standard Committee (AISC), merupakan lembaga independen untuk
menyusun standar akuntansi di London. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan
dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat

dipahami dan dapat diperbandingkan.

Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan
International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai
dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee (IASC). Banyak standar
membentuk bagian dari IFRS dikenal dengan nama lama dari Standar Akuntansi
Internasional (IAS). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru mengambil alih dari IASC
tanggung jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional. IASB mengadopsi
seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.

IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada
penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan
mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan
tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku
bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu
standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses
rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang
berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan
penilaian aktiva menggunakan nilai wajar.
IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan
kerangka akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat
dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,
penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi
tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah
membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.
Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS
dalam laporan keuangannya. Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh dunia
juga akan mengurangi masalah-masalah terkait daya banding (comparability) dalam
pelaporan keuangan. Adanya kebijakan ini pihak yang paling diuntungkan sudah jelas
yaitu investor dan kreditor trans-nasional serta badan-badan internasional. Tidak
mengherankan, banyak perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan
yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Manfaat dari adanya suatu standar
global:

 Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan yang berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang
digunakan secara konsisten diseluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi local.

 Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.

 Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan


mengenai merger dan akuisisi.

 Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan
dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang
pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang
berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah
transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat
terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada
tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk menentukan
jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan (Neraca,
Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan.

2.1.1 Perbedaan IFRS

Perbedaan IFRS dan GAAP


Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) menekankan pada pengembangan
standar yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang baik, jelas dinyatakan, dari mana
interpretasi diperlukan (kadang-kadang merujuk pada prinsip berbasis standar). Hal ini
kontras dengan seperangkat standar prinsip akuntansi yang diterima umum / Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika Serikat, standar akuntansi nasional
Amerika Serikat, berisikan pedoman yang lebih menekankan pada penerapan.
Standar tersebut kadang-kadang merujuk pada aturan berbasis standar, tetapi
benar-benar sebagai standar Amerika Serikat yang juga didasarkan pada prinsip yang
hanya berisi pedoman (standar) yang lebih menekankan penerapan. IFRS biasanya tidak
memberikan lini yang jelas, bilamana membedakan di antara kondisi di mana ketentuan
akuntansi yang berbeda ditetapkan. Hal ini mengurangi kesempatan untuk
menstrukturkan transaksi, guna mencapai dampak akuntansi tertentu.

Perbedaan yang signifikan di dalam pendekatan pada penetapan standar antara


IFRS dengan GAAP merupakan alasan utama bahwa panjangnya teks dari IFRS kurang
dari GAAP di Amerika Serikat. GAAP panjangnya lebih dari 20.000 halaman dari literatur
akuntansi; ini berbeda dengan IFRS yang diperkirakan hanya 2.000 hingga 3.000 halaman
panjangnya.
Perbedaan IFRS dan PSAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia. Tidak semua standar IFRS dicontek habis dan dirubah menjadi
PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption dan adoption. Sedikit
gambaran saja untuk membedakan ketiga istilah tersebut dijelaskan dalam tabel berikut:

IFRS Convergence telah membawa dunia accounting ke level baru, tiga perbedaan
mendasar, yaitu:

 PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi


Fair Value based. Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai
penilaian kembali keakuratan berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan
ekuitas. Fair Value based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk
konvergensi ke IFRS selain hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan
penilaian kembali suatu aset, apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada
suatu tanggal pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatuatas suatu
laporan keuangan.

 PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based. Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas
diatur batasan batasannya. Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality
ditentukan misalkan diatas 75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas
lainnya. Sedangkan IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur
dalam PSAK update untuk mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat
dijadikan bahan pertimbagan Akuntan / Management perusahaan sebagai dasar
acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan.

 Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan


yang dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan
laporan internal. Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan
pengungkapan (disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca
laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan
dengan fakta yang lebih baik.

Penyesuaian terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan


keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui penyesuaian maka laporan keuangan
perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang
lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu
program konvergensi IFRS juga mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan
membuka peluang penggalangan dana melalui pasar modal secara global,
meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penyusunan laporan keuangan,
meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan, meningkatkan
komparabilitas laporan keuangan dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan.

Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK
tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS dan
kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor
menyebut adanya kesesuaian dengan IFRS. Secara rinci manfaat adopsi IFRS adalah
sebagai berikut:
 Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi
 Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
 Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
 Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar
modal secara global.
 Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
 Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management

2.1.2 Tujuan IFRS


Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan
interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan
tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang
disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada
IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
penggunanya.

Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi :
 Definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang berkaitan.Definisi
digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi tertentu
harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan
dan biaya.
 Pengukuran dan penilaian.Pedoman ini digunakan untuk menentukan nilai dari
suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan
maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca).
 PengakuanMerupakan kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan
keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan.
 PenyajianPenyajian dan pengungkapan laporan keuanganKomponen keempat ini
digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut
disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat
disajikan dalam badan laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa
penjelasan (notes) yang menyertai laporan keuangan

2.1.3 Kerangka Penulisan Laporan IFRS

Elemen Laporan Keuangan

 Neraca

 Laporan Laba Komperhensif

 Laporan Perubahan Ekuitas

 Laporan Arus Kas

 Catatan Atas Laporan Keuangan

 Laporan Posisi Keuangan pada Perioda Komparatif

Basis Pengukuran

 Biaya Perolehan

 Biaya Kini

 Nilai Realisasi dan Penyelesaian

 Nilai Sekarang
2.2 Contoh Laporan Keuangan IFRS
Seperti yang sudah dijelaskan melalui pembahasan di atas, berikut ini kami lampiran
beberapa gambar tentang pelaporan keuangan perusahaan yang sudah menggunakan
standar dari IFRS berdasarkan kerangka-kerangkanya yang juga sudah dijelaskan di atas.
2.3 Penerapan IFRS di Indonesia

Penerapan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan/PSAK baru (PSAK 71, 72, dan
73) sesuai dengan ketentuan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang akan
berlaku efektif pada 1 Januari 2020 akan berdampak luas bagi pelaporan kinerja
keuangan dari perusahaan yang tercatat di bursa saham. DSAK telah menerbitkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) baru yang mengadopsi tiga Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards (IFRS),
yaitu PSAK71 Instrumen Keuangan berlaku efektif 1 Januari 2020 yang mengadopsi IFRS

9.

Berikutnya, PSAK72 Pendapatan Dari Kontrak Dengan Pelanggan berlaku efektif 1


Januari 2020 yang mengadopsi IFRS 15. Terakhir, PSAK 73 Sewa berlaku efektif 1 Januari
2020 yang mengadopsi IFRS 16. Ketiga standar tersebut harus diimplementasikan oleh
seluruh perusahaan di Indonesia yang menerapkan PSAK. Anggota Dewan Pengurus
Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (DPN-IAI) Rosita Uli Sinaga menjelaskan IFRS 15 akan
mengubah secara signifikan kapan perusahaan mengakui pendapatan, pengukuran
pendapatannya termasuk bagaimana penyajian dan pengungkapannya di laporan

keuangan.

“Ini berlaku untuk semua industri. Dampaknya untuk beberapa industri sangat
signifikan, tidak terbatas hanya pada industri ritel, kontrak konstruksi dan pengembang,
serta telekomunikasi,” paparnya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (28/3).
Sementara IFRS 9 akan mengubah metode perhitungan cadangan kerugian penurunan
nilai aset keuangan. Industri yang sangat terdampak adalah Perbankan dan perusahaan
pembiayaan. Akan tetapi IFRS 9 ini juga berdampak signifikan buat perusahaan di luar
industry keuangan yang mempunyai Piutang lebih dari setahun. IFRS 16 merubah secara
signifkan pencatatan transaksi sewa dari sisi pihak penyewa (lessee). Hal yang menjadi
tantangan penerapan IFRS 16 adalah mengumpulkan seluruh kontrak yang mengandung

sewa karena biasanya transaksi sewa tidak dilakukan secara terpusat.

“Bisa dibayangkan jika perusahaan punya ratusan kantor cabang dan punya
banyak anak perusahaan, bagaimana sulitnya mengumpulkan seluruh kontrak
mengandung sewa yang ada di seluruh unit. Belum lagi mempelajar kontrak sewa
tersebut membutuhkan waktu, apalagi jika jumlahnya ribuan dan isinya tidak seragam.
Jangan underestimate persiapan yang harus dilakukan untuk penerapan IFRS 16 atau
PSAK 73 ini,” katanya. Diungkapkannya, karena berlaku tahun 2018, Perusahaan yang
sudah harus menerapkan IFRS 15 dan 9 di Indonesia adalah yang mempunyai kewajiban
pelaporan IFRS. Salah satu contoh yang telah melakukan proses persiapannya adalah PT
Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) karena harus melaporkan laporan keuangannya

ke The U.S. Securities and Exchange Commission (US SEC) berbasis IFRS.

“Mungkin perusahaan-perusahaan lain di Indonesia perlu belajar dari Telkom


proses implementasi ketiga IFRS tersebut dan tantangan seperti apa yang dihadapi,”
sarannya. IAI sendiri sejak 2 tahun yang lalu telah melakukan sosialisasi standar baru
tersebut. Khusus untuk PSAK 71, IAI bekerja sama dengan OJK telah membentuk Working
Group untuk memastikan persiapan penerapannya. Terkait dengan emiten pasar modal,
IAI bekerja sama dengan OJK melakukan diseminasi PSAK 71, 72 dan 73 di bulan Maret,
April, Juli, Agustus dan September 2018, dengan peserta emiten dan perusahaan publik,

produk kontrak investasi kolektif (KIK), perusahaan efek, Akuntan di KAP dan Internal OJK.

2.4 Pro Kontra Penerapan IFRS di Indonesia

Bagi para emiten di Bursa EfekJakarta (BEI), dengan menggunakan standar


pelaporan internasional itu, para stakeholder akan lebih mudah untuk
mengambilkeputusan. · Pertama, laporan keuangan Perusahaan akan semakin mudah
dipahami lantaran mengungkapkan detail informasi secara jelasdan transparan. · Kedua,
dengan adanya transparansi tingkat akuntabilitas dan kepercayaan kepada manajemen
akan meningkat. · Ketiga, laporan keuangan yang disampaikan perusahaan
mencerminkan nilai wajarnya. Di tengah interaksi pelaku ekonomi global yang nyaris
tanpa batas, penerapan IFRS juga akan memperbanyak peluang kepada paraemiten
untuk menarik investor global. Dengan standar akuntansi yang sama, investor asing
tentunya akan lebih mudah untukmembandingkan perusahaan di Indonesia dengan
perusahaan sejenis di belahan dunia lain.

Seperti yang diketahui perekonomian Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan.


Akan tetapi semakin ke depan perekonomian Indonesia akan mengarah pada Kapitalis.
Tidak bisa dipungkiri lagi kebudayaan negara barat(negara capital) dapat mempengaruhi
seluruh pola hidup dan pola pikir masyarakat Indonesia dari kehidupan sehari-hari
hinggapermasalahan ekonomi. Padahal dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi,
“ Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas asaskekeluargaan”. Disini
secara jelas nampak bahwa Indonesia menjadikan asas kekeluargaan sebagai pondasi
dasarperekonomiannya. Kemudian dalam pasal 33 ayat 2 yang berbunyi, “Cabang-
cabang produksi yang penting bagi negara dan yangmenguasai hajat hidup orang
banyak dikuasai oleh negara”, dan dilanjutkan pada pasal 33 ayat 3 yang berbunyi, “Bumi
dan air dankekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di
pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,” Akan tetapi dengan
kemunculan IFRS tersebut dapat menyebabkan publik menginginkan keterbukaan yang
amat sangat di dalamdunia investasi.

Terutama keterbukaan investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut


tentu berseberangan dengan UUD 1945 pasal 33. Terlebih lagi dengan adanya Undang-
Undang Penanaman modal di tahun 2007 lalu maka semakin terlihat jelasbahwa ada
indikasi untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah ke penguasa modal (kapitalis).
Hubungannya dengan IFRS adalah, keseragaman global menjadikan masyarakat mudah
berburuk sangka bahwa pemegangkebijakan akuntansi di Indonesia adalah kapitalisme
dan mengesampingkan asas perekonomian Indonesia yang terlihat jelas diUndang-
Undang Dasar. Sehingga pada akhirnya akan memunculkan indikasi miring bahwa
Indonesia semakin dekat dengan sistemkapitalisme dan memudahkan investor asing
untuk mengeruk kekayaan di Indonesia. Dampak penerapan IFRS bagi perusahaan
sangat beragam tergantung jenis industri, jenis transaksi, elemen laporan keuangan
yangdimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Adanya perubahan besar sampai
harus melakukan perubahan sistem operasi danbisnis perusahaan, namun ada juga
perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi. Perusahaan perbankan,
termasukyang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Tetapi di balik semua
perubahan dan dampak yang mungkin terjadi, tidak dapatdipungkiri dengan adanya
IFRS maka dapat memajukan perekonomian global di Indonesia sehingga mampu
bersaing dengan dunialuar. Serta dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-
based dan memerlukan professional judgment dari auditor, sehinggaauditor juga
dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan integritasnya.

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan


menggunakan IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab
permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak pro
dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu, Standard
internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang kontra.
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional untuk memudahkan
perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya. SAK Indonesia
direncanakan akan mengadopsi penuh IFRS tahun 2012. Hal ini diharapkan akan semakin
membawa perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat bersaing dengan perusahaan
internasional lainnya karena dengan melakukan adopsi ini tentunya penyajian laporan
keuangan yang dilakukan oleh perusahaan juga akan semakin akuntabel dan transparan.

3.2 Saran

(di isi oleh dosen)

3.3 Daftar Pustaka

https://blogoblokgoblok.blogspot.com/2017/04/makalah-ifrs-international-financial.html

http://tedisoepriyadi.blogspot.com/2014/09/makalah-perkembangan-penerapan-ifrs-di.html

Ankarath, Nandakumar, et al. 2012. Memahami IFRS: Standar Pelaporan Keuangan Internasional (judul asli:
Understanding IFRS Fundamental: International Financial Reporting Standards). pengalih bahasa: Priyo
Darmawan. Jakarta Barat: Indeks.

Gamayani, Rindu Rika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International
Financial Reporting Standards. The Journal of Accounting and Finance: Vol. 14 No. 2., 153-166.

Mackenzie, Bruce, et al. 2011. Interpretation and Application of International Financial Reporting Standards.
New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Purba, Marisi P. 2010. International Financial Reporting Standards: Konvergensi dan Kendala Aplikasinya di
Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai