Anda di halaman 1dari 29

STANDAR AKUNTANSI BADAN USAHA BISNIS:

INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING


STANDAR (IFRS)

Makalah ini disusun oleh kelompok III sebagai pelengkap pada


Mata Kuliah Kajian Standar Akuntansi

Dosen Pengampu : Dr. Jaka Isgiyarta, M.Si, Ak., CA

Anggota Kelompok:
DEDY KUSUMA 12030118410022
IKHSAN 12030118410020
SITI SYAHADAH 12030118410032

MAGISTER AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


IFRS merupakan standar yang digunakan sebagai panduan untuk pelaporan
keuangan secara global. IFRS merupakan Standar, Interpretasi dan Kerangka Dasar
Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (dengan tidak adanya Standar atau
Interpretasi) yang diadopsi oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB).
Penerimaan secara luas atas perkembangan IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan
AS merupakan perubahan mendasar bagi profesi akuntansi di Amerika Serikat.
Hingga saat ini sudah hampir 100 negara mengizinkan penggunaan IFRS untuk
penyusunan laporan keuangan oleh perusahaan publik. Di Amerika, Securities and
Exchange Commission (SEC) sedang mempertimbangkan mengambil langkah-
langkah untuk menetapkan tanggal untuk memungkinkan perusahaan-perusahaan
publik AS untuk mengimplementasikan IFRS, dan juga sedang dilakukan sustu
pengkajian untuk mewajibkan perusahaan public untuk mengadopsi IFRS.

Proses penyusunan standar internasional mulai beberapa dekade yang lalu


sebagai upaya oleh negara-negara industri untuk menciptakan standar yang dapat
digunakan oleh negaranegara berkembang dan kecil tidak atau belum mampu
membangun standar akuntansi mereka sendiri. Tetapi karena dunia bisnis saat ini
sudah menjadi lebih global, pihak-pihak regulator, investor, perusahaan besar dan
perusahaan jasa audit mulai menyadari pentingnya memiliki standar umum di
semua bidang yang terkait dengan pelaporan keuangan. Globalisasi sektor
keuangan dan bisnis telah menyebabkan lebih dari 12.000 perusahaan di hampir
seratus negara untuk mengadopsi IFRS.

Pada tahun 2005, Uni Eropa (UE) mulai mensyaratkan perusahaan yang
tergabung dalam negara-negara anggotanya mencatatkan sahamnya di bursa efek
Uni Eropa-diatur untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan
IFRS. Australia, Selandia Baru dan Israel pada dasarnya mengadopsi IFRS sebagai
standar nasional mereka. Kanada, yang sebelumnya tunduk Prinsip Akuntansi yang
berlaku umumnya US (GAAP), bersama-sama dengan Amerika siap untuk

1
melakukan konvergensi, dan berencana meminta entitas publik untuk menerapkan
IFRS pada tahun 2011. Dewan Standar Akuntansi Jepang (ASBJ) dan Dewan
Standar Akuntansi Internasional (IASB) juga berencana untuk konvergensi pada
tahun 2011. Dalam sebuah survei yang dilakukan baru-baru ini oleh Federasi
Akuntan Internasional (IFAC), sebagian besar pemimpin jasa akuntansi dari
seluruh dunia menyepakati bahwa sudah diperlukan suatu standar pelaporan
keuangan internasional sejalan dengan perkembangan ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Standar Akuntansi Internasional (IFRS)?


2. Bagaimana Kesamaan Pemahaman Konsep Standar Pelaporan Keuangan?
3. Bagaimana Kerangka Kerja IASB?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui Standar Akuntansi Internasional (IFRS)?


2. Untuk mengetahui Kesamaan Pemahaman Konsep Standar Pelaporan
Keuangan?
3. Untuk Mengetahui Kerangka Kerja IASB?

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. PENTINGNYA KESAMAAN PEMAHAMAN KONSEP STANDAR


PELAPORAN KEUANGAN
International Accounting Standards (IAS) atau lebih dikenal
sebagai International Financial Reporting Standard (IFRS), merupakan standar
tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada oenilaian (revaluation)
profesional dengan disclosure yang jelas dan transparan mengenai substansi
ekonomi transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini
muncul akibat tuntutan globalisasi ang mengharuskan para pelaku bisnis disuatu
negara ikut serta dalam bisnis global. Untuk itu diperlukan suatu standar
internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses
rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang
berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu
kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan
keuangan di sajikan dengan basis ‘true and fair’. Adapun manfaat dari adanya suatu
standard global, yaitu:

1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh
dunia tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi
yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki
efisiensi alokasi local.
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengenai merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat
disebarkan dalam mengembangkan standard global yang berkualitas
tertinggi.

3
B. PERKEMBANGAN IFRS DAN IASB

Standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standards

(IFRS) sebelumnya bernama International Accounting Standards (IAS). IAS

disusun oleh International Accounting Standard Committee (IASC), organisasi

pendahulu dari IASB. IASC didirikan pada Juni 1973. Organisasi merupakan

kesepakatan dari lembaga akuntansi nasional yang mewakili sepuluh Negara, yaitu

Australia, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, Irlandia, Kanada, Prancis,

dan Amerika Serikat. IASC berkembang dan terakhir memiliki anggota 143

lembaga akuntansi yang merepresentasikan lebih dari 2 juta akuntan. Pada tahun

1995, IASC menyelesaikan penyusunan satu set standar akuntansi komprehensif.

Pada tahun 2001, IASC berganti menjadi IASB. Semua IAS yang telah

diterbitkan diadopsi IASB. Standar baru yang diterbitkan oleh IASB diberi nama

IFRS. Dengan demikian, IFRS meliputi semua IAS termasuk juga interpretasi

standar yang dikeluarkan oleh Standing Interpretation Committee (SIC) dan

International Financial Reporting Interpretation Committee (IFRIC).

Tujuan dari IASB disebutkan sebagai berikut.

1. Untuk mengembangkan satu set standar akuntansi yang berkualitas tinggi,

yang dapat dipahami dan diterapkan secara internasional yang diperlukan

sebagai prasyarat dihasilkannya laporan keuangan dan laporan keuangan

lain yang berkualitas, transparan, dan dapat dibandingkan untuk membantu

pemakai laporan keuangan dan partisipan dari berbagai pasar modal seluruh

dunia mengambil keputusan ekonomi.

2. Untuk mempromosikan penggunaan standar kepada para pengguna.

4
3. Untuk bekerja sama dengan dewan standar nasional dari berbagai Negara

untuk melakukan konvergensi dan menjadikan IFRS sebagai standar

akuntansi yang berkualitas.

IASB terdiri dari 14 anggota dan masingmasing memiliki satu suara. Dari

jumah tersebut 12 orang anggota penuh waktu (full time) dan 2 orang paruh waktu

(part time). Masing-masing anggota memiliki jangka waktu lima tahun dan dapat

dipilih kembali satu kali. Persyaratan untuk menjadi anggota IASB adalah memiliki

keahlian teknis dan memiliki pengalaman dalam bisnis internasional. Proses

pemilihan anggota dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak ada dominasi tertentu

dalam pengambilan keputusan. Board Truste harus memastikan bahwa anggota

IASB dapat mengombinasikan pengalaman praktik dari para auditor, penyusun

laporan keuangan, pengguna, dan akademisi. Anggota IASB dipilih oleh

International Accounting Standards Committee Foundation.

Standards Advisory Council (SAC) adalah kelompok organisasi atau

individu yang memiliki kepentingan terhadap pelaporan keuangan. SAC termasuk

salah satu lembaga yang berpartisipasi dalam penyusunan standar. Lembaga ini

dibentuk oleh International Accounting Standards Committee Foundation. Anggota

SAC mewakili wilayah regional dan memiliki berbagai macam latar belakang,

pemakai, penyusun, akademisi, analis, regulator, dan profesi akuntansi. Peran SAC

adalah memberikan nasihat kepada IASB atas prioritas dan program kerja yang

akan dilakukan. IASB melakukan konsultasi dengan SAC terlebih dahulu sebelum

memutuskan proyek yang akan diamsukkan dalam agenda yang akan dibahas.

5
IFRIC, yang sebelumnya bernama SIC, merupakan lembaga yang

bertanggung jawab melakukan interpretasi penerapan standar internasional. IFRIC

menyiapkan interpretasi bagaimana kasus khusus harus dipertanggungjawabkan

sesuai standar. Interpretasi yang telah disetujui dipublikasikan oleh IASB. Semua

interpretasi dalam bentuk SIC yang dikeluarkan dibawah supervise IASC diadopsi

oleh IASB.

Pada tahun 2001, IASC membuat perjanjian dengan International

Organizatition of Security Exchange Committee (IOSCO). Organisasi ini

merupakan perkumpulan lembaga pengatur pasar modal Negara-negara seluruh

dunia. Isi perjanjian keduanya menyebutkan bahwa IASB akan menyelesaikan

revisi standar akuntansi dan standar tersebut akan digunakan oleh negaranegara

anggota IOSCO.

Uni Eropa mewajibkan semua entitas yang terdaftar di pasar modal seluruh

Negara Uni Eropa menggunakan IFRS pada tahun 2005. Negara-negara lain

menyusun IFRS sebagai standar akuntansi yang berlaku di negaranya. Sebagian

besar kewajiban untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan IFRS hanya

diperuntukkan untuk entitas yang memiliki akuntabilitas signifikan, yaitu entitas

yang menjual surat berharganya di pasar modal atau entitas fidusia. Untuk entitas

lain menggunakan standar local atau menggunakan IFRS for SME.

Proses adopsi IFRS berbeda di setiap Negara. Beberapa Negara melakukan

adopsi penuh tanpa pengecualian, beberapa Negara dengan bahasa inggris sebagai

bahasa resminya menggunakan IFRS namun tetap diberi nomor menggunakan

nomor standar local di Negara tersebut, seperti Inggris, Australia, dan Hong Kong.

6
Proses kedua adalah melakukan adaptasi dari IFRS kedalam standar akuntansi

Negara tersebut. Proses adaptasi ini dilakukan dengan menerjemahkan dan

menyesuaikan beberapa isinya sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Negara

tersebut. Indonesia menggunakan metode adaptasi, IFRS diterjemahkan dan

disesuaikan dengan kondisi yang ada. Namun, proses adaptasinya dijelaskan secara

transparan dalam setiap standar yang dikeluarkan.

Standar akuntansi disusun melalui proses yang dilaksanakan secara

transparan dan akuntabel. Proses tersebut disebut sebagai due process yang

memiliki komponen:

1. Dewan standar yang independen

2. Proses pengembangan standar yang teliti dan sistematis

3. Bekerja sama dengan investor, regulator, pelaku bisnis utama, profesi

akuntan global di setiap tahapan proses

4. Berusaha untuk melakukan kolaborasi dengan komunitas dewan

penyusun standar.

IASB menjaga elemen tersebut dapat dipenuhi sehingga standar yang

dihasilkan berkualitas sehingga laporan dapat memenuhi kebutuhan sebagian besar

pemakainya.

Selain IFRS, standar yang banyak digunakan sebagai referensi menyusun

standar adalah US GAAP. Standar akuntansi Amerika Serikat memiliki sejarah

lebih panjang dari IFRS, karena telah mulai dikembangkan pada awal abad ke 19.

Perkembangan pasar modal di AS mendorong disusunnya standar akuntansi.

American Institute of Certified Public Accounting (AICPA) pada awalnya

membentuk Committee on Acounting Procedure (CAP) dan Committee on

7
Terminology yang mengeluarkan standar akuntansi yang disebut Accounting

Research Bulletins (ARBs). ARBs merupakan bentuk awal standar akuntansi di AS.

Pada tahun 1957, CAP diganti dengan Accounting Principles Board (APB) yang

mengeluarkan standar akuntansi yang disebut APB Opinion. Pada tahun 1973, APB

diganti dengan Financial Accounting Standard Board (FASB). Lembaga ini

beranggotakan tujuh orang staf yang dipilih oleh Financial Accounting Foundation.

FASB menghasilkan Statement of Fianancial Accounting Standard (SFAS) yang

berisikan standar akuntansi dan Statement of Fianancial Accounting Concept

(SFAC) yang berisikan kerangka konseptual penyajian dan pengungkapan laporan

keuangan (conceptual framework).

Konvergensi yang ditawarkan IASB (sebelumnya IASC) adalah

menginginkan seluruh negara anggotanya agar standar akuntansi yang dikeluarkan

oleh badan penyusun standar nasional konvergen dengan IFRS. Definisi

“convergence” yang diinginkan IASB adalah “the same word by word in English”.

Jadi, idealnya langsung menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengaturan.

Hal ini dilakukan oleh IASB dengan dasar pertimbangan bahwa pengaturan yang

konvergen akan meningkatkan daya banding pelaporan keuangan di seluruh dunia.

Dengan demikian, dalam pemahaman IASB juga tidak akan ada masalah “time

lags” dalam implementasinya karena langsung menggunakan aturan dalam bahasa

Inggris. Begitu IFRS disahkan IASB maka badan penyusun standar nasional

langsung menerapkan. Maka harapannya, komparabilitas dalam pelaporan

keuangan juga akan menjadi lebih Baik (Cahyono, 2011).

IAI perlu melakukan pemetaan IFRS/IAS yang belum diadopsi, atau yang

sudah direvisi di IASB, namun belum direvisi di Indonesia. Sampai dengan akhir

8
tahun 2004 ada 24 standar yang harus dikerjakan Dewan Standar Akuntansi

Keuangan (DSAK) untuk mencapai status full compliant dengan IFRS, yaitu: 6

IFRS yang belum diadopsi dan 18 standar yang perlu direvisi. Ada 11 interpretasi

yang dikeluarkan IASB, namun baru satu yang sudah diadopsi oleh DSAK IAI.

FASB mengabaikan IASC sampai awal tahun 1990-an, periode di mana

IASC mulai bekerja dengan IOSCO, di mana FASB mulai berkepentingan dengan

IASC. Usaha IOSCO membuat paspor tunggal bagi secondary listing, serta peranan

IASC sebagai pembuat standarnya, yang dimaksudkan untuk beroperasi di seluruh

dunia, memiliki arti terpenting bagi penerbit asing berkenaan dengan pasar AS.

Komisi Eropa kemudian memberi dorongan yang besar bagi IASB ketika

mengumumkan di bulan Juni 2000 yang mewajibkan seluruh perusahaan yang

terdaftar di seluruh Uni Eropa untuk menggunakan IFRS yang dimulai tahun 2005

sebagai bagian dari inisiatif untuk membangun suatu pasar keuangan tunggal Eropa.

Dimulai 1 Januari 2005, seluruh perusahaan Uni Eropa yang memiliki sekuritas

yang terdaftar pada suatu pasar modal Uni Eropa harus menyiapkan catatan-catatan

konsolidasi (grup) yang sesuai dengan IFRS. Tujuan ini dikonkritkan dengan

persetujuan atas Regulasi IFRS di bulan Juni 2002 oleh the European Council of

Ministers (otoritas pembuat keputusan tertinggi Uni Eropa) (Panggabean, 2010).

Dengan adanya IFRS dapat membuat suatu standar seragam terhadap pelaporan

keuangan yang dapat dimengerti pemakai.

9
2.1 International Financial Reporting Standard (IFRS)

2.1.1 Sejarah IFRS

Pada tahun 1966 Sejarah International Accounting Standards (IAS) dimulai


dengan pengajuan proposal pembentukan kelompok studi yang beranggotakan the
Institute of Chartered Accountants of England & Wales (ICAEW), American
Institute of Certified Public Accountants (AICPA) dan Canadian Institute of
Chartered Accountants (CICA). Proposal ini pada tahun 1967 disetujui dengan
dibentuknya Accountants International Study Group (AISG).
Pada tahun 1973 International Accounting Standard Committee (IASC)
dibentuk secara resmi, dengan maksud dan pesan sponsor yang jelas, bahwa semua
standard akuntansi internasional yang akan diterbitkan oleh badan ini harus
memenuhi syarat yaitu “be capable of rapid acceptance and implementation world-
wide”. IASC memiliki anggota organisasi profesi akuntan dari sepuluh negara.
Pada tahun 1993, Dalam 27 tahun umurnya, IASC menerbitkan 41 standar
yang dikenal dengan IAS. Di tahun 1999, keanggotaan IASC terdiri dari 134
organisasi profesi akuntan dari 104 negara, termasuk Indonesia.
Pada bulan April 2001, IASC melakukan restrukturisasi dengan membentuk
International Accounting Standard Board (IASB) yang akan menjadi pengganti
IASC sebagai standard setter, sementara IASC menjadi foundation. Pada saat ini
juga diputuskan bahwa IASB akan melanjutkan pengembangan IAS yang telah
diterbitkan sebelumnya, dan memberi nama standard baru yang diterbitkannya
dengan nama International Financial Reporting Standards (IFRS). IAS yang belum
digantikan dengan IFRS tetap berlaku. Standar pertama yang merupakan produk
IASB adalah IFRS 1 : First Time Adoption of IFRS tahun 2003. Sedangkan komite
penerbit interpretasi berganti nama dari SIC menjadi IFRIC (International
Financial Reporting Interpretation Committee) pada bulan Juli dan sejak itu
menerbitkan IFRIC Interpretation. Pada tahun 2010 komite ini berganti nama lagi
menjadi IFRS Interpretation Committee.

10
2.1.2 Pengertian IFRS
International Financial Reporting Standard (IFRS) merupakan standar
pencatatan dan pelaporan akuntansi yang berlaku secara internasional yang
dikeluarkan oleh International Accounting Standard Boards (IASB), sebuah
lembaga internasional yang bertujuan untuk mengembangkan suatu standar
akuntansi yang tinggi, dapat dimengerti, diterapkan, dan diterima secara
internasional. IFRS disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar
Akuntansi Internasional atau IASB, Komisi Masyarakat Eropa atau EC, Organisasi
Internasional Pasar Modal atau IOSOC, dan Federasi Akuntansi Internasional atau
IFAC.

2.1.3 Tujuan IFRS

Menurut Immanuella (2009) tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan


keungan intern perusahaan untuk periode-periode yang dimaksukan dalam laporan
keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang terdiri dari:

1. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode


yang disajikan.
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan
pada IFRS.
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.
2.1.4 Struktur IFRS

International Financial Reporting Standards terdiri atas :

1. Standar Pelaporan Keuangan Internasional atau IFRS – standar yang


dikeluarkan setelah tahun 2001.
2. Standar Akuntansi Internasional atau IAS – standar yang diterbitkan
sebelum 2001.
3. Interpretasi berasal dari interpretasi Pelaporan Keuangan Internasional
Komite atau IFRIC – yang diterbitkan setelah tahun 2001.

11
4. Berdiri Interpretasi Committee atau SIC – yang diterbitkan sebelum 2001.
5. Kerangka Penyajian dan Penyusunan Laporan Keuangan.
2.1.5 Elemen Laporan Keuangan Berdasar IFRS
1. Neraca
2. Laporan Laba Komperhensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
6. Laporan Posisi Keuangan pada Perioda Komparatif
2.1.6 Pembahasan Standar dalam IFRS
The Conceptual Framework for Financial Reporting

IFRS 1 First-Time Adoption for Financial Reporting


IFRS 2 Share-Based Payment
IFRS 3 Business Combinations
IFRS 4 Insurance Contracts
IFRS 5 Non-Current Assets Held for Sale and Discontinued Operations
IFRS 6 Exploration For and Evaluation of Mineral Resources
IFRS 7 Financial Instruments: Disclosures
IFRS 8 Operating Segments
IFRS 9 Financial Instruments
IFRS 10 Consolidated Financial Statements
IFRS 11 Joint Arrangements
IFRS 12 Disclosure of Interests in Other Entities
IFRS 13 Fair Value Measurement
IFRS 14 Regulatory Deferral Accounts
IFRS 15 Revenue from Contracts with Customers
IFRS 16 Leases
IFRS 17 Insurance Contracts
IAS 1 Presentation of Financial Statements
IAS 2 Inventories
IAS 7 Statement of Cash Flows

12
IAS 8 Accounting Policies, Changes in Accounting Estimates and Errors
IAS 10 Events after the Reporting Periode
IAS 11 Construction Contracts
IAS 12 Income Taxes
IAS 16 Property, Plant, and Equipment
IAS 17 Leases
IAS 18 Revenue
IAS 19 Employee Benefits
IAS 20 Accounting for Governments Grants and Disclosure Of
Government Assistance
IAS 21 The Effects of Changes in Foreign Exchange Rates
IAS 23 Borrowing Costs
IAS 24 Related Party Disclosures
IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plans
IAS 27 Separate Financial Statements
IAS 28 Investments in Associates and Joint Ventures
IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies
IAS 32 Financial Instruments: Presentation
IAS 33 Earnings per Share
IAS 34 Interim Financial Reporting
IAS 36 Impairment of Assets
IAS 37 Provisions, Contigent Liabilities and Contigent Assets
IAS 38 Intangible Assets
IAS 39 Financial Instruments: Recognition and Measurement
IAS 40 Investment Property
IAS 41 Agriculture

2.2 Standar Akuntansi Diberbagai Negara


IFRS digunakan di banyak bagian dunia, termasuk Uni Eropa, Hong Kong,
Australia, Malaysia, Pakistan, negara-negara GCC (Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar,
Arab Saudi, Uni Emirat Arab), Rusia, Afrika Selatan, Singapura, dan Turki. Sejak

13
27 Agustus 2008, lebih dari 113 negara di seluruh dunia, termasuk seluruh Eropa,
saat ini membutuhkan atau mengizinkan pelaporan berdasarkan IFRS. Sekitar 85
negara-negara membutuhkan IFRS pelaporan untuk semua, perusahaan domestik
yang terdaftar. Sedangkan di Indonesia sendiri baru akan diadopsi mulai tahun
2012. Adapun Standar Akuntansi yang menjadi dua kekuatan besar dunia :
1. Amerika yaitu FASB dan US GAAP
2. Internasional atau Eropa, yaitu IFRS.

2.2.1 Standar Akuntansi di Amerika


Terdapat standar yang terbagi dalam tiga era :
1. Standar ditentukan atau disusun oleh manajemen, Standar ditentukan atau
disusun oleh manajemen karena yang membutuhkan adalah pihak
manajemen.
2. Standar ditentukan atau disusun oleh profesi, Standar ditentukan atau
disusun oleh profesi karena profesi yang bertugas untuk menyusun dan
mengaudit laporan keuangan.
3. Financial Accounting Standard World (FASW), FASW lahir setelah orang
menilai pihak kreditur terlalu dominan dalam menyusun standar akuntansi
keuangan.
2.2.2 IFRS di Uni Eropa :
1. Tahun 1982, IFAC mengendors IASC sebagai Global Accounting
Standard.
2. Tahun 1989, Federasi Akuntansi Eropa mengendors IASC.
3. Tahun 1994, IASC Advisory Council Approved selaku oversight and
finance.
4. Tahun 1995, IASC & IOSCO menandatangani perjanjian agar negara –
negara Uni Eropa haus mengikuti IAS.
5. Tahun 1996, US SEC endors IASC to initiate the dev of global accounting
standards.
6. Tahun 1997, IASC Forms SIC Standing Interpretation Committee, Forms
SWP (Strategy Working Party).

14
7. Tahun 1998, IFAC / IASC memperluas kenggotaan menjadi 140 bodies di
101 negara.
8. Tahun 1999, G7 Finance Ministers and IMF Support IASs Strengthen
International Financial Structure.
9. Tahun 2000, IASB new chairman Sir David Tweedie appointed.
10. Tahun 2001, IASB dilahirkan sebagai pengganti IASC. Isinya untuk
melakukan convergensi ke global Accounting standards dengan kualitas :
Single Set and High Quality.
a. Transparant dan komparabel Laporan Keuangan.
b. Berguna bagi pemain Pasar Modal dunia.
11. Tahun 2003, pertama kali IFRS diadopsi
12. Tahun 2003 – 2017, IFRS mengalami perubahan sesuai dengan keadaan
lingkungan bisnis.
2.2.3 Standar Akuntansi di Indonesia
Di Indonesia selama dalam penjajahan Belanda, tidak ada standar Akuntansi
yang dipakai. Indonesia memakai standar (Sound Business Practices) gaya
Belanda.Sampai tahun 1955, Indonesia belum mempunyai undang – undang resmi
atau peraturan tentang standar keuangan.
1. Tahun 1974, Indonesia mengikuti standar Akuntansi Amerika yang dibuat
oleh IAI yang disebut dengan prinsip Akuntansi.
2. Tahun 1984, Prinsip Akuntansi di Indonesia ditetapkan menjadi standar
Akuntansi.
3. Akhir Tahun 1984, Standar Akuntansi di Indonesia mengikuti standar yang
bersumber dari IASC.
4. Sejak Tahun 1994, IAI sudah committed mengikuti IASC / IFRS.
5. Tahun 2008, diharapkan perbedaan PSAK dengan IFRS akan dapat
diselesaikan.
6. Tahun 2012, Indonesia mulai mengadopsi IFRS secara bertahap.
7. Tahun 2012 – 2017 Melalui perubahan atau penyesuaian peraturan didalam
SAK. Sehingga Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia adalah SAK
berbasis IFRS.

15
2.3 Pentingnya Kesamaan Pemahaman Konsep Standar Pelaporan
Keuangan

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi praktik akuntansi di berbagai


Negara diantaranya adalah:

1. Lingkungan sosial
Horrison dan McKinnon (1986) mengembangkan suatu kerangka pikir
untuk menjelaskan bagaimana sistem pelaporan akuntansi berubah.
Berdasarkan kerangka tersebut, perubahan pada akuntansi merupakan
produk dari interaksi kejadian-kejadian dilapangan dan interaksi antara
praktik akuntansi dan lingkungan sosial.
2. Ekonomi
a. Tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan. Perubahan
struktur perekonomian dari agraris ke manufaktur akan
menampilkan sisi lain dari system akuntansi, antara lain dengan
mulai memperhitungkan depresiasi mesin. Industri jasa juga
memunculkan pertimbangan atas pencatatan aktiva tak berwujud
seperti merk, goodwill, dan sumber daya manusia.
b. Tingkat inflasi. Timbulnya hyperinflation di beberapa Negara
dikawasan Amerika Selatan membuat adanya pemikiran untuk
menggunakan pendekatan lain sebagai alternatif dari
pendekatan hystorical cost.
c. Sumber pendanaan. Kebutuhan akan informasi dan
pertanggungjawaban kepada public lebih besar ditemui pada
perusahaan-perusahaan yang mendapatkan sumber pendanaan dari
pemegang saham eksternal dibandingkan dengan perusahaan
dengan sumber pendanaan dari perbankan atau dari dana keluarga.
d. Sistem perpajakan. Negara-negara seperti perancis dan Jerman
menggunakan laporan keuangan perusahaan sebagai dasar
penentuan utang pajak penghasilan, sedangkan negara seperti
Amerika Serikat dan Inggris menggunakan laporan keuangan yang
telah disesuaikan dengan aturan perpajakan sebagai dasar penentuan

16
utang pajak dan disampaikan terpisah dengan laporan keuangan
untuk pemegang saham.
3. Politik
Sistem politik yang dijalankan oleh suatu negara sangat berpengaruh pada
system akuntansi yang dibuat untuk menggambarkan filosofi dan tujuan
politik dinegara tersebut, seperti halnya pilihan atas perencanaan
terpusat (Central Planning) atau swastanisasi (Private Interprises).
4. Budaya
Olet (1983) menyatakan bahwa bahasa merupakan variabel budaya yang
paling penting. Bahasa merupakan pondasi untuk mempromosikan budaya.
Memandang akuntansi adalah bahasa bisnis. Dari sini dapat disimpulkan
bahwa prinsip akuntansi akan bervariasi tergantung dari variasi budaya yang
dimiliki oleh negara yang bersangkutan.

Globalisasi juga membawa implikasi bahwa hal-hal yang dulunya dianggap


merupakan kewenangan dan tanggung jawab tiap negara tidak mungkin lagi tidak
dipengaruhi oleh dunia internasional. Demikian juga halnya dengan pelaporan
keuangan dan standar akuntansi. Salah satu karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi adalah dapat diperbandingkan (comparability), termasuk di dalamnya
juga informasi akuntansi internasional yang juga harus dapat diperbandingkan
mengingat pentingnya hal ini di dunia perdagangan dan investasi internasional.
Dalam hal ingin diperoleh full comparability yang berlaku luas secara internasional,
diperlukan standardisasi standar akuntansi internasional.

Di sisi lain, adanya faktor-faktor tertentu yang khusus di suatu negara,


membuat masih diperlukannya standar akuntansi nasional yang berlaku di negara
tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam tampilan pembandingan standar akuntansi
keuangan di Indonesia dan Amerika Serikat di muka. Dalam Standar Akuntansi
Keuangan di Indonesia terdapat Akuntansi untuk Perkoperasian yang belum tentu
dibutuhkan di Amerika Serikat.

17
Berdasarkan hal ini, kecil kemungkinan dan kurang feasible untuk membuat
suatu standar akuntansi internasional yang lengkap dan komprehensif. Konsep yang
ternyata lebih populer dibandingkan standardisasi untuk menjembatani berbagai
macam standar akuntansi di berbagai negara adalah konsep harmonisasi.
Harmonisasi standar akuntansi diartikan sebagai meminimumkan adanya
perbedaan standar akuntansi di berbagai negara (Iqbal 1997:35). Harmonisasi juga
bisa diartikan sebagai sekelompok negara yang menyepakati suatu standar
akuntansi yang mirip, namun mengharuskan adanya pelaksanaan yang tidak
mengikuti standar harus diungkapkan dan direkonsiliasi dengan standar yang
disepakati bersama.

Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap


sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk
Indonesia sebagai negara berkembang. Menurut Marsini Purba dalam bukunya
yang berjudul “ International Financial Reporting Standards”, manfaat utama
yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan adalah
adanya pemahaman lebih baik atas laporan keuangan oleh pengguna laporan
keuangan yang berasal dari berbagai negara. Hal ini memudahkan perusahaan
menjual sahamnya secara lintas negara atau lintas pasar modal. Selain itu
memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan
banyak dana dan sumber dana setiap tahunnya dan juga dapat menambah
kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan
nasional.

Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan global,


yang akan membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar
dunia). The Big-4 Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari perusahaan-
perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan
dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar modal dunia. Dengan
Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan
PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan
berdasarkan IFRS. Manfaat Konvergensi IFRS secara umum adalah:

18
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan
Standar Akuntansi Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance
comparability).
2. Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
3. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui
pasar modalsecara global.
4. Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
5. Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management.

2.3.1 Manfaat IFRS Bagi Indonesia

Menurut ketua tim implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),


Dudi M Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010 mengatakan
bahwa dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat
sekaligus.

1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).


2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana
melalui pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
2.3.2 Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Pendidikan

1. Perubahan mind stream dari rule-based ke principle-based


2. Banyak menggunakan professional judgement
3. Banyak menggunakan fair value accounting
4. IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan dalam suatu IFRS dapat
berbeda dengan IFRS lain
5. Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain
6. Perubahan text-book dari US GAPP ke IFRS

19
7. Terutama bagi pendidikan tinggi yang memiliki sekolah atau fakultas
ekonomi, pembelajaran akuntansi harus disesuaikan dengan IFRS sejak
dini, sehingga pada saat bergelut di dunia kerja tahun 2012 tidak mengalami
“kebingungan”

2.3.3 Dampak Konvergensi IFRS terhadap Bisnis

Selain dampak terhadap dunia pendidikan IFRS juga menimbulkan dampak


positif dan negatif terhadap dunia bisnis. Berikut ini adalah berbagai dampak yang
ditimbulkan dari program konvergensi IFRS yang disampaikan dalam seminar
setengah hari IAI dengan topik "Dampak konvergensi IFRS terhadap Bisnis":

1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan


keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global
2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak
menggunakan nilai wajar.
3. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila
hargaharg fluktuatif.
4. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance
sheet approach dan fair value.
5. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan
keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment
ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning
management).
6. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas. Dengan diterbitkannya
PSAK yang baru sejak tahun 2007, jurang pemisah terdalam PSAK dengan
IFRS (International Financial Reporting Standards) telah teratasi yaitu
dengan diperbolehkannya penggunaan nilai wajar (fair value) dalam PSAK.
Namun peraturan perpajakan belum mendukung hal ini dengan masih
dikenakannya PPh final 10% atas keuntungan dari revaluasi aset. Ditambah
lagi dengan kurangnya tenaga penilai di Indonesia yang jumlahnya cuma
2000-an orang (anggota MAPI - Masyarakat Penilai Indonesia). Lalu
penerapan audit berbasis risiko di Indonesia juga belum mencakup BUMN.
Padahal IFRS (international Accounting Standard Board) berkiblat pada

20
COSO dalamstandar auditnya. Padahal menurut IAI, PSAK Indonesia
sudah mulai berkiblat kepada IFRS mulai tahun 1994. IAI telah menetapkan
tahun 2012 Indonesia sudah mengadopsi penuh IFRS, khusus untuk
perbankan diharapkan tahun 2010.
2.4 Kerangka Kerja IASB – Framework For The Preparation And
Presentation Of Financial Statement (The Framework – Conceptual
Framework)

Dalam tahun 2002 IASB dan FASB telah menandatangani perjanjian


Norwalk yang berisi komitmen mereka untuk melakukan konvergensi antara GAAP
dngan IFRS. Dalam perjanjian ini FASB dan IFRS sepakat menghilangkan
perbedaan stadat antar dua lembaga dan mengkoorinasikan agenda standar setting
dimasa datang sehingga isu-isu utama dapat dikerjakan bersama-sama. Sebagai
bagian dari kerjasama ini FASB dan IASB bekerjasama mengembangkn kerangka
konseptuam yang akan menjadi dasar penyusunan standar akuntansi bersama.
Proyek penyusunan kerangka konseptual ini meliputi delapan tahap, yaitu:

1. Objective dan Qualitative Characteristics


2. Elements and Recognition
3. Measurement
4. Reporting Entity
5. Presntation and Disclosure
6. Framework for a GAAP Hierarchy
7. Applicability to the Not-For-Profit Sector
8. Remaining Issue

Dalam tahun 2010 telah diselesaikan tahap A yang akan menggantikan


Statement of Financial Accounting. Concepts FASB yaitu menggantikan SAFC 1
tentang Objective of Financial Statement dan SFAC 2 tentang Qualitative
Characteristics of Financial Reporting Information. Tujuan pelaporan keuangan
untuk umum adalah memberikan informasi keuangan yang berguna bagi penyedia
modal. Revisi terhadap tujuan pelaporan keuangan membatasi pada general purpose
financial reporting.

21
Sementara itu karateristik kualitas informasi dibedakan menjadi dua jenis
karateristik kualitas yaitu fundamental qualitative charateristics yaitu relevance
serta faithful representation dan enhancing qualitative characteristic yaitu
comparability, timeliness, verifiability, dan understanability. Fokus utamanya
adalah Decision Usefulness yaitu kemampuan untuk berdayaguna dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu informasi keuangan yang berdayaguna jika
memiliki kualitas Relevance dan Faithful Representation. Kedua kualitas ini sangat
penting, informasi keuangan yang relevance tetapi jika informasi tersebut tidak
memenuhi faitful representation maka informasi tersebut tidak berguna. Sebaliknya
informasi itu hanya memiliki nilai yang rendah jika tidak relevance.

2.4.1 Relevance
Untuk membuat beda dalam proses pengambilan keputusan maka informasi
itu harus relevance. Relevance dalam kaitannya dengan pelaporan keuangan adalah
informasi tersebut harus memiliki nilai prediksi (predictive value) dan nilai
konfirmasi (confirmatory value). Jika laba bersih beserta komponennya dapat
dikomfirmasi untuk pengharapan investor tentang kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan kas dimasa datang, maka laba bersih tersebut memiliki nilai
konfirmatori bagi investor. Nilai konfirmatori ini juga dapat digunakan meramal
kemampuan perusahaan menghasilkan kas dimasa datang. Kemampuan prediksi
adalah penting dalam konsep kualitas laba yaitu kemampuan laba yang dilaporkan
perusahaan untuk meramalkan laba perusahaan dimasa datang.

2.4.2 Faithful Representation


Faithful Representation menggantikan istilah reability yang menurut dewan
masih kurang terhadap pemahaman realibility. Faithful Representation
berarti adanya kesesuaian antara ukuran atau deskripsi dan fenomena yang
akan disajikan (represent). Sebagai misal persediaan dalam Neraca
perusahaan retail dipahami oleh pemakai eksternal menyajikan item yang
dimaksudkan untuk dijual perusahaan. Jika persediaan itu termasuk
misalkan mesin yang digunakan untuk memproduksi persediaan itu, maka
hal ini kurang menggambarkan faithful representation. Informasi yang
faithful representation jika informasi itu complete, neutral dan bebas dari

22
kesalahan yang materil (free from material error). Gambaran suatu
fenomena ekonomi itu complete jika mengandung semua informasi yang
perlu untuk faithful representation fenomena ekonomi tersebut.
menghilangkan sebagian dari informasi akan menyebabkan gambaran yang
salah atau menyesatkan dan membantu pengguna informasi.
Faithful representation juga mengasumsikan bahwa informasi yang
diandalkan itu harus bebas dan tidak bias. Informasi keuangan tidak boleh
mempengaruhi pengambilan keputusan dalam mencapai hasil yang
diinginkan. Dalam hal ini netralitas (neutrality) sangat berkaitan dengan
pengembangan standar akuntansi. Perubahan dalam standar akuntansi dapat
berakibat terhadap konsekuensi ekonomi yang salah bagi perusahaan,
investor, kreditur, dan kelompok yang lain. Pengembangan standar
akuntansi diarahkan untuk tujuan masyarakat secara keseluruhan dan tidak
diarahkan kepada kepentingan kelompok tertentu. Dewan menghadapi
kesulitan dalam menyeimbangkan antara netralitas dan konsekuensi
ekonomi. Standar akuntansi baru mungkin menyenangka kelompok tertentu
dan merugikan kelompok yang lain. Ketidakpastian merupakan kenyataan
hidup, jika kita mengukur banyak item informasi keuangan didalam laporan
keuangan maka estimasi merupakan hal yang umum. Kita tidak dapat
memastikan bahwa semua pengukuran kita itu tanpa ada kesalahan. Namun
demikian informasi itu harus bebas dari kesalahan material (free from
material error) supaya berdaya guna.

2.4.3 Enhancing Qualitative Characteristics

Ada empat item yang dapat meningkatkan karakteristik kualitatif yaitu


comparability (termasuk konsistensi), verifiability, timeliness dan
understandability. Comparability membantu pemakai .informasi untuk melihat
kesamaan dan perbedaan antara kejadian dan kondisi. Konsistensi sangat dekat
dengan comparability, konsistensi praktik akuntansi sepanjang waktu
memungkinkan bagi kita dapat membandingkan laporan keuangan berbagai
periode. Nilai prediksi dan nilai konfirmatori akan dapat ditingkatkan jika pemakai
dapat membandingkan kinerja perusahaan sepanjang waktu.

23
Verifiability adalah consensus diantara perbedaan ukuran. Harga pokok
historis sebidang tanah di neraca umumnya dapat diuji kembali (verifiability)
karena harga pokok tersebut dapat ditelusur kembali ke transaksi awalnya saat
perolehan. Namun nilai wajar dari tanah tersebut sulit untuk diuji (verify). Istilah
obyektif sering dikaitkan dengan variability. Harga pokok historis tanah adalah
objektif dan mudah diuji kembali, tetapi nilai wajar tanah adalah subyektif yang
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu pengukur. Pengukuran yang subyektif
sangat sulit diuji kembali yang akhirnya kurang handal bagi pemakai laporan
keuangan.

Timeliness (tepat waktu) juga penting untuk informasi yang berdaya guna
dalam pengambilan keputusan. Informasi tepat waktu jika tersedia kepada pemakai
cukup awal yang memungkin mereka untuk proses pengambilan keputusan.
Kebutuhan informasi tepat waktu memerlukan perusahaan menyediakan informasi
kepada pemakai eksternal secara periodic.

Understandability (dapat dipahami) berarti pemakai harus paham bahwa


informasi itu masih dalam kontek pengambilan keputusan yang diambil.
Understandability adalah user-specific quality karena pemakai akan beda dalam
kemampuan memahami informasi. Tujuan pelaporan keuangan adalah
menyediakan informasi yang komprehensif kepada mereka yang mempunyai
pemahaman yang layak terhadap aktivitas bisnis.

2.4.4 Constraint of Qualitative Characteristics

Cost effectiveness (efektivitas biaya) menjadi halangan dalam memilih


akuntansi. Sangatlah penting bahwa manfaat memperoleh informasi keuangan
dengan karakteristik kualitas yang tinggi harus lebih besar dari biaya penyediaan
informasi dengan karakteristik kualitas tersebut atau harus dilihat dari benefit-cost
ratio. Hambatan lain adalah masalah materialitas. Informasi yang materil jika
memiliki dampak pengambilan keputusan bagi pemakai.

Proyek bersama antara FASB dan IASB tentang kerangka konseptual


laporan keuangan baru merampungkan tahap A yaitu The Objective of General
Purpose Financial Reporting dan Qualitative Characteristic of Useful Financial

24
Information. Disamping itu juga telah menggarap tahap B, C dan D yaitu dalam
tahun 2011 telah menerbitkan discussion paper tahap B tentang the definition of the
elements of financial statement, recognition dan derecognitionl. Discussion paper
tahap C tentang measurement concept dan exposure draft tahap D tentang concept
of a reporting entity. Malangnya sejak tahun 2010 proyek bersama antara FASB
dan IASB dihentikan dan sejak tahun 2012 IASB mengembangkan sendiri kerangka
konseptualnya.

2.4.5 Elemen Laporan Keuangan Menurut IFRS

Menurut IFRS elemen secara langsung dikaitkan dengan pengukuran


laporan posisi keuangan perusahaan yang meliputi :

1. Aktiva (Assets). Aktiva adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas
sebagai hasil dari peristiwa masa lalu dan manfaat ekonomi di masa datang
diharapkan mengalir ke entitas tersebut.
2. Hutang (Liabilities). Hutang adalah kewajiban entitas yang timbul dari
peristiwa di masa lalu, penyelesaiannya diharapkan terjadi dengan aliran
keluar sumber daya entitas yang mempunyai manfaat ekonomi.
3. Ekuitas (Equity). Ekuitas adalah hak sisa (nominal residual interest) atas
aktiva suatu entitas setelah dikurang semua hutang dalam nilai nominal.
Sedangkan menurut IFRS kinerja keuangan suatu entitas disajikan dalam
laporan laba komprehensif yang terdiri dari laporan laba/rugi dan laporan
laba komprehensif yang lain. Laporan kinerja keuangan meliputi elemen-
elemen berikut:
 Pendapatan (Revenue). Pendapatan adalah kenaikan manfaat
ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk aliran masuk atau
kenaikan aktiva, atau penurunan hutang yang disebabkan oleh
kenaiikan dalam ekuitas. Namun, tidak termasuk kontribusi yang
dilakukan oleh pemilik, partner atau pemegang saham.
 Biaya (Expense). Biaya adalah penurunan manfaat ekonomi selama
periode akuntansi dalam bentuk aliran keluar, atau deplesi dari
aktiva atau timbulnya hutang yang disebabkan oleh penurunan

25
ekuitas. Namun, bukan distribusi kepada pemilik atau pemegang
saham.

Sedangkan yang diakui dalam laporan laba komprehensif lainnya terbatas seperti
berikut ini :

1. Pengukuran kembali manfaat aktiva atau hutang seperti yang didefinisikan


dalam standar IAS 19.
2. Kenaikan atau penurunan didalam nilai wajar aktiva keuangan yang
dikelompokkan sebagai tersedia untuk dijual dengan pengecualian
impairment losses seperti yang didefinisikan dalam standar IAS 39.
3. Kenaikan atau penurunan sebagai akibat adanya revaluasi (penilaian
kembali) aktiva tetap atau aktiva tak berwujud.
4. Perbedaan nilai tukar hasil translasi operasi anak perusahaan di luar negeri
yang menggunakan satuan mata uang yang berbeda sesuai standar IAS 21.
5. Bagian dari gain atau loss dari instrument hedging dalam aliran kas hedge.
 Pengakuan Elemen Laporan Keuangan

IFRS menyatakan bahwa item didalam laporan keuangan dapat diakui jika :

a. Kemungkinan manfaat ekonomi di masa datang akan mengalir ke atau dari


entitas
b. Sumberdaya tersebut dapat diukur secara handal (reliable)

Namun demikian dalam kasus tertentu standar akan menambahkan kondisi


tertentu sebelum item tersebut mungkin dapat diakui atau dilarang diakui. Sebagai
misal pengakuan terhadap merk dagang yang dikembangkan internal, daftar
pelanggan, publishing titles dan item lainnya yang mempunyai substansi yang sama
dilarang oleh IAS 38. Biaya research and development hanya dapat diakui sebagai
aktiva tak berwujud jika memenuhi ketentuan treshold dikelompokkan sebagai
“development cost”.

26
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Standar akuntansi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh lingkungan dan
kondisi hukum, sosial dan ekonomi suatu negara tertentu. Hal-hal tersebut
menyebabkan suatu standar akuntansi di suatu negara berbeda dengan di negara
lain. Globalisasi yang tampak antara lain dari kegiatan perdagangan antar negara
serta munculnya perusahaan multinasional mengakibatkan timbulnya kebutuhan
akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia.
Pembentukan IASB merupakan salah satu usaha harmonisasi standar
akuntansi yaitu untuk membuat perbedaan-perbedaan antar standar akuntansi di
berbagai negara menjadi semakin kecil. Harmonisasi ini tidak harus menghilangkan
standar akuntansi yang berlaku di setiap negara dan juga tidak menutup
kemungkinan bahwa standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASC
diadopsi menjadi standar akuntansi nasional suatu negara
Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan secara
sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional atau IFRS.
Banyak Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan
IFRS sebagai dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab
permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Banyak
pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun seiring waktu,
Standard internasional telah bergerak maju, dan menekan Negara-negara yang
kontra.

27
DAFTAR PUSTAKA

Anjasmoro, Mega. 2010. Adopsi InternasionalFinancial Report Standard.


“Kebutuhan atau Paksaan?” Studi KasusPada PT. GarudaAirlines
Indonesia. Skripsi. Universitas Diponegoro.
Choi, Frederick D. S. dan Gary K. Meek. International Accounting. Buku
1 Edisi 6. 2010: Salemba Empat.

Ghozali . I dan Chariri. 2014. Teori Akuntansi: International Financial


Reporting System (IFRS), Edisi 4. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Nurharyanto. 2010. Makalah Seminar Pusdiklatwas dan Satgas IFRS Deputi
Akuntan Negara BPKP. Ciawi:BPKP
Purba, marsini. 2010. International Financial Reporting
Standards. Yogyakarta: Graha Ilmu.

www.ifrs.go.id

Anda mungkin juga menyukai