Definisi IFRS
Menurut (octavitrisa, 2015) IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi
utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional
(AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan
mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)
Natawidnyana(2008), menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya
merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh
International Accounting Standards Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan
melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
B. Sejarah IFRS
Menurut (chaeriah, 2013) IFRS (internasional Financial reporting Standards) merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan oleh IASB (Internasional Accounting Standard Board). Sejarah terbentuknya IFRS diawali
dengan adanya perbedaan yang kompleks anatar negara tentang mengatur penyusunan laporan keuangan. Disamping
bertujuan untuk mendamaikan perbedaan namun juga untuk membuat sebuah standar akuntansi yang berlaku secara
internasional.
Tahun Sejarah
1973 International Accounting Standard Committee (IASC) berdiri.
1974 IASC menyepakati International Accounting Standard (IAS) yang akan
menjadi cikal bakal International Financial Reporting Standard (IFRS).
1976 IASC bekerjasama dengan Kelompok Sepuluh Gubernur Bank dalam aspek
dana proyek IASC dan laporan keuangan bank.
1
1995 Negara-negara Uni Eropa menandatangani kesepakatan untuk menggunakan
IAS .
1999 Diadakan pertemuan menteri keuangan negara-negara yang tergabung
dalam G-7 dan Dana Moneter Internasional.
C. Struktur IFRS
Menurut (octavitrisa, 2015) International Financial Reporting Standards mencakup:
1. International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun 2001.
2. International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001.
3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) –
setelah tahun 2001.
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001.
5. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement ( Kerangka Kerja persiapan dan
Penyajian laporan Keuangan ).
6.
D. Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang
dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
3
laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas,
pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di
Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Pada tahun
2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan
tahun 2010.
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat berarti harmonisasi atau
standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat
diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh
IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga
laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor,
maupun pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual
strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini
digunakan oleh negara -negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi
ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur
yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang
diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian
dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.
4
H. Kendala penerapan IFRS di indonesia
Menurut (fathin, 2011) Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS
1. Dalam melakukan konvergensi IFRS, tidak selamanya berjalan mudah, tapi juga ada kendala-kendala yang
dihadapi, diantaranya:
2. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya.
3. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah
dalam proses mengganti IFRS tersebut.
4. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan acapkali ini
tidaklah mudah.
5. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode akuntansi yang baru yang
harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke
IFRS.
Menurut (ardilawati, 2014) Menurut Perera dan Baydoun (2007) ada 4 aspek yang dapat menjadi kendala penerapan
IFRS di Indonesia. Lima Aspek Tersebut adalah:
1. Aspek Lingkungan Sosial
Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai budaya yang berbeda dengan nilai budaya asal IFRSs dapat
mempengaruhi proses pelaksanaan penerapan IFRSs di Indonesia. IFRSs yang dikembangkan di negara Anglo-Saxon
yang cenderung memiliki nilai budaya indivilualisme yang tinggi dan jarak kekuasaan (power distance) yang rendah
dapat terkendala penerapannya di Indonesia yang memiliki nilai budaya berkelompok yang tinggi dan jarak
kekuasaan yang juga tinggi. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat profesionalisme akuntan. Selain itu
penegakan aturan (i.e. penerapan IFRS bagi perusahaan-perusaahn di Indonesia) juga diragukan. ini dikarenakan nilai
budaya rakyat Indonesia yang cenderung melihat seseorang dengan pangkat lebih tinggi juga memiliki kekuasaan
yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi sumber penyelewengan.
2. Aspek Lingkungan organisasi
Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya mendanai kegiatan usaha mereka dengan menggunakan
pinjaman dari bank. Pendanaan perusahaan melalui pasar modal saat ini masih cenderung minim. Data dari Bursa
Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa hanya 442 perusahaan yang terdaftar di BEI sedangkan data dari Badan
Pusat Statistik pada tahun 2009 mengestimasi perusahaan di Indonesia sebanyak 25.077 perusahaan. Keadaan ini
dapat menjadi kendala untuk penerapan IFRSs karena kecenderungan pembiayaan perusahaan masih kepada sektor
perbankan. Bank normalnya dapat memiliki akses langsung ke informasi keuangan perusahaan sebagai penyedia dana
utama. Hal ini mengakibatkan perusahaan belum merasa butuh untuk menerapkan standar keuangan internasional
yang telah terkonvergensi dalam PSAK. Dapat diasumsikan bahwa perusahaan menganggap manfaat dari penggunaan
IFRS lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk mengadopsi standar tersebut.
3. Aspek Lingkungan Profesi
Penerapan IFRS di Indonesia seharusnya dibarengi dengan penataan dan penyediaan sumber daya manusia sebagi
motor pelaksanaan standard tersebut. Profesi akuntan di Indonesia memiliki 4 kategori keanggotaan :
Register A: anggota dengan gelar akuntan yang juga telah berpraktek selama beberapa tahun atau
menjalankan usaha praktek akuntansi pribadi atau kepala dari kantor akuntansi pemerintah;
5
Register B: akuntan public asing yang telah diterima oleh pemerintah Indonesia dan telah berpraktek untuk
beberapa tahun;
Register C: akuntan internal asing yang bekerja di Indonesia;
Register D: akuntan yang baru lulus dari fakultas ekonomi jurusan akuntansi atau memegang sertifikat yang
telah dievaluasi oleh komite ahli dan dipertimbangkan setara dengan gelar akuntansi dari universitas negeri.
(Yunus, 1990 dalam Perera dan Baydoun, 2007, p.213)
Kebanyakan dari akuntan yang ada di Indonesia adalah akuntan dengan kategori D, sehingga sumber daya
manusia untuk melaksanakan standard akuntansi secara memadai masih kurang.
4. Aspek Lingkungan Individu
Nilai budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan kolektivisme dan cenderung memiliki jarak
kekuasaan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap lemahnya pengembangan dan penerapan IFRSs di Indonesia. Para
professional dikuatirkan bersikap pasif terhadap draft-draft eksposur karena menganggap tidak perlu berpartisipasi
dalam pembuatan standard (sebagai efek dari tingginya jarak kekuasaan).
I. Revisi Terbaru PSAK Yang Mengacu Pada IFRS
Menurut (muji, 2014) Sejak Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi dengan International Accounting
Standards (IAS) dan International financial reporting standards (IFRS). 5 butir PSAK yang telah direvisi tersebut antara
lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30 (ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2008), PSAK No.
50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2009).
1. PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi yang menggantikan PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk
Investasi (disahkan 1994),
2. PSAK No. 16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994) : Aktiva Tetap dan Aktiva
Lain-lain dan PSAK 17 (1994) Akuntansi Penyusutan,
3. PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan PSAK 30 (1994) tentang Sewa Guna Usaha.
4. PSAK No. 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang menggantikan
Akuntansi Investasi Efek Tertentu
5. PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang menggantikan
Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.
6
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI
No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan
Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham
bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang
masih digunakan sampai dengan saat ini.
2. PT Garuda Indonesia Tbk
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai
dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik
dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan),
Australia serta Eropa (Belanda). Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. PT Mustika Ratu Tbk
PT. Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan nasional yang bergerak dalam industri pembuatan jamu, kosmetik
dan bahan-bahan untuk perawatan kecantikan. Awal berdirinya perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia ini tidak
lepas dari peran penting sang pendirinya, yakni puteri keturunan Keraton Surakarta DR. Hj. BRA Mooryati Soedibyo,
S.S, M.Hum. Dengan membawa tradisi keluarga yang telah berjalan selama bertahun-tahun akan keterampilan
meramu bahan-bahan alami untuk dibuat jamu yang nantinya dibuat untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.
Warisan yang diterapkan tidak hanya untuk meramu bahan saja, namun keterampilan untuk memilih tumbuhan
berkhasiat lainnya yang dulu masih menjadi monopoli bangsa asing.
7
keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilaisebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi
pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporankeuangan menjadi dapat diandalkan.
4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian danpengukuran
menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga didalam penyusunan laporankeuangan sangat besar.
Karena laporan keuangan mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruhagar transparansi menjadi suatu hal
penting bagi pengguna laporan keuangan.
8
dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Adanya perubahan besar sampai harus melakukan perubahan sistem
operasi dan bisnis perusahaan,namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi.
Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Tetapi di balik semua perubahan dan
dampak yang mungkin terjadi, tidak dapat dipungkiri dengan adanya IFRS makadapat memajukan perekonomian global
di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.Serta dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-
based dan memerlukan professional judgment dari auditor, sehingga auditor juga dituntut untuk senantiasa meningkatkan
kompetensidan integritasnya.
9
Penyajian laibilitas jangka panjang Penyajian laibilitas jangka panjang
yang akan dibiayai kembali yang akan dibiayai kembali
Laibilitas jangka panjang Tetap disajikan sebagai
disajikan sebagai laibilitas laibilitas jangka panjang
jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan
meskipun perjanjian
pembiayaan kembali sudah
selesai periode pelaporan dan
sebelum penerbitan laporan
keuangan.
Pengakuan dan pengukuran Pengakuan dan pengukuran
biaya historis Biaya historis
biaya sekarang ( apa yang harus Pengakuan pendapatan
dibayar hari ini untuk Pengakuan beban
mendapatkan aset. Ini sering Pengungkapan penuh
diperoleh dalam penilaian yang
sama dengan nilai wajar)
nilai realisasi (jumlah kas yang
dapat diperoleh saat ini jika aset
dilepas)
Nilai wajar
Pengakuan pendapatan
Pengakuan beban
Pengungkapan penuh
10