Anda di halaman 1dari 10

A.

Definisi IFRS
Menurut (octavitrisa, 2015) IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting Standard
Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi
utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi
Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar Akuntansi Internasional
(AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan
mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diperbandingkan (Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id)
Natawidnyana(2008), menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya
merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh
International Accounting Standards Committee (IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan
melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.

B. Sejarah IFRS
Menurut (chaeriah, 2013) IFRS (internasional Financial reporting Standards) merupakan standar akuntansi
internasional yang diterbitkan oleh IASB (Internasional Accounting Standard Board). Sejarah terbentuknya IFRS diawali
dengan adanya perbedaan yang kompleks anatar negara tentang mengatur penyusunan laporan keuangan. Disamping
bertujuan untuk mendamaikan perbedaan namun juga untuk membuat sebuah standar akuntansi yang berlaku secara
internasional.

Tahun Sejarah
1973 International Accounting Standard Committee (IASC) berdiri.
1974 IASC menyepakati International Accounting Standard (IAS) yang akan
menjadi cikal bakal International Financial Reporting Standard (IFRS).

1976 IASC bekerjasama dengan Kelompok Sepuluh Gubernur Bank dalam aspek
dana proyek IASC dan laporan keuangan bank.

1977 Terbentuk International Federation of Accounting (IFAC).


1978 Nigeria dan Afrika Selatan bergabung dengan IASC.
1980 Diadakan pertemuan antarpengurus Kelompok Akuntansi dan Pelaporan
PBB bertemu untuk pertemakalinya dan menandatangani kerjasama antara
IASC dan Kelompok Akuntansi dan Pelaporan PBB.

1982 International Financial Accounting Standard (IFAC) mendorong IASC


untuk menjadi standar akuntansi global.

1983 - Italia dan Taiwan bergabung.


1984

1
1995 Negara-negara Uni Eropa menandatangani kesepakatan untuk menggunakan
IAS .
1999 Diadakan pertemuan menteri keuangan negara-negara yang tergabung
dalam G-7 dan Dana Moneter Internasional.

2001 Dibentuk IASB sebagai IASC.


2002 FASB dan IASB sepakat untuk melakukan konvergensi standar akuntansi
US GAAP dan IFRS.
2011 IFRS telah digunakan oleh lebih dari 150 negara, termasuk Jepang, China,
Kanada dan 27 negara Uni Eropa.

C. Struktur IFRS
Menurut (octavitrisa, 2015) International Financial Reporting Standards mencakup:
1. International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah tahun 2001.
2. International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun 2001.
3. Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations Committee (IFRIC) –
setelah tahun 2001.
4. Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) – sebelum tahun 2001.
5. Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement ( Kerangka Kerja persiapan dan
Penyajian laporan Keuangan ).
6.

D. Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk periode-periode yang
dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang :
1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan.
2. menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
3. dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

E. Pendapat Mereka tentang Konvergensi Akuntansi Indonesia ke IFRS


Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu di dukung agar Indonesia mendapatkan
pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini. “kalau standar itu dibutuhkan
dan akan meningkatkan posisi indonesia sebagai negara yang bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan
pertanggungjawaban kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu dilakukan” ujarnya.
Menurut Rudy Suryanto, SE, M.Acc, AKT (dosen program studi akuntansi UMY). Sebenarnya penerapan IFRS di
indonesia telah di mulai secara bertahap sejak tahun 2007, namunakan diterapkan penuh tahun 2012.
Saat standard internasional tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan ada masalah. Yang menjadi
masalah, apabila standard internasional berbeda dengan standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan
adalah standard nasional (rujukan pertama). Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun
seiring waktu Standard internasional telah bergerak maju.
2
Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam hidup kita memang mengalami
perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat adanya perkembangan dari segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS ,
sayangnya masih terdapat pihak-pihak yang mungkin menentangnya, contoh alasannya adalah pemahaman yang mungkin
masih dirasa kurang. Mengapa tidak, IFRS ini dalam penjelasannya masih menggunakan bahasa Inggris yang berarti kita
harus menerjemahkannya kedalam bahasa yang sesuai dengan Negara yang akan menganutnya. Dengan ini,
permasalahannya adalah kita memerlukan banyak waktu untuk menerjemahkan. Serta anggapan bahwa dengan
pengubahan ini menimbulkan biaya yang lumayan besar, karena inilah pengadopsian IFRS di Indonesia belum berjalan.

F. Penerapan IFRS di Indonesia


Globalisasi telah menjadikan dunia seakan-akan tanpa batas. Akses informasi dari satu negara ke negara yang
lainnya dapat dilakukan dalam hitungan menit bahkan detik. Hal ini memungkinkan komunikasi yang intens diantara
penduduk dunia (Global Citizen). Salah satu konsekuensi dari interaksi transnasional ini adalah diperlukannya suatu
standarnisasi atau aturan umum yang dapat dipakai/dipraktekkan di seluruh dunia. Akuntansi tidak terlepas dari efek
globalisasi. Serangkaian gerakan yang dimulai sejak 1973 telah dilakukan oleh International Accounting Standard
Committee (IASC). IASC yang pada tahun 2001 berubah menjadi International Accounting Standard Board (IASB)
bertujuan untuk mengembangkan suatu standar akuntansi yang berkualitas tinggi, dapat dipahami, dan diterapkan secara
global diseluruh dunia.
Menurut (wordpress, 2014) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi yang berwenang dalam membuat
standar akuntansi di indonesia telah melakukan langkah-langkah penyeragaman standar akuntansi keuangan. Sejak tahun
1994 IAI telah melaksanakan program harmonisasi dan adaptasi standar akuntansi internasional dalam rangka
pengembangan standard akuntansinya (SAK [2009]). Berdasarkan data perbandingan yang dilakukan oleh Osman Ramli
Satrio dan Rekan terhadap PSAK per 1 Januari 2007 dan standar akuntansi internasional (IFRS dan US GAAP) diperoleh
data bahwa dari 57 PSAK yang ada sebanyak 28 PSAK dikembangkan dari IFRS dan 20 PSAK dikembangkan dari US.
GAAP sementara 8 PSAK dikembangkan sendiri oleh IAI. Lebih lanjut 1 PSAK mengenai syariah dikembangkan dari
standard akuntansi yang dibuat oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions (AAOIFI)
dan regulasi lokal yang relevan (Deloitte, 2007).
IAI pada Desember 2008 telah mengumumkan rencana konvergensi standar akuntansi lokalnya yaitu Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan International Financial Reporting Standards (IFRSs) yang merupakan
produk dari IASB. Rencana pengkonvergensian ini direncanakan akan terealisasi pada tahun 2012.
Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar akuntansi
internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini
mengacu pada US GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah
mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru
sebagian (harmonisasi).
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan menghasilkan laporan
keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item-item pengungkapan akan semakin tinggi
sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi dalam
menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan

3
laporan keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi yang valid untuk aktiva, hutang, ekuitas,
pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) mencanangkan bahwa Standar akuntansi internasional (IFRS) akan mulai berlaku di
Indonesia pada tahun 2012 secara keseluruhan atau full adoption (sumber: Ikatan Akuntan Indonesia, 2009). Pada tahun
2012 tersebut diharapkan Indonesia sudah mengadopsi keseluruhan IFRS, sedangkan khusus untuk perbankan diharapkan
tahun 2010.
Baskerville (2010) dalam Utami, et al. (2012) mengungkapkan bahwa konvergensi dapat berarti harmonisasi atau
standardisasi, namun harmonisasi dalam konteks akuntansi dipandang sebagai suatu proses meningkatkan kesesuaian
praktik akuntansi dengan menetapkan batas tingkat keberagaman. Jika dikaitkan dengan IFRS maka konvergensi dapat
diartikan sebagai proses menyesuaikan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terhadap IFRS.
Lembaga profesi akuntansi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) menetapkan bahwa Indonesia melakukan adopsi penuh
IFRS pada 1 Januari 2012. Penerapan ini bertujuan agar daya informasi laporan keuangan dapat terus meningkat sehingga
laporan keuangan dapat semakin mudah dipahami dan dapat dengan mudah digunakan baik bagi penyusun, auditor,
maupun pembaca atau pengguna lain.
Dalam melakukan konvergensi IFRS, terdapat dua macam strategi adopsi, yaitu big bang strategy dan gradual
strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu. Strategi ini
digunakan oleh negara -negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi
ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti Indonesia.
Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK, persiapan infrastruktur
yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan infrastruktur yang
diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara bertahap. Kemudian
dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara komprehensif.

G. Manfaat Penerapan IFRS di Indonesia


Menurut (fathin, 2011) Pengadopsian IFRS juga berlaku di Indonesia. Pengadopsian ini akan berlaku secara penuh
pada tahun 2012 nanti seperti yang dilansir oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada saat peringatan HUT nya yang ke-
51. Dengan mengadopsi IFRS, perusahaan-perusahaan di Indonesia diharapka dapat meningkatkan daya informasi dari
laporan keuangan. Selain itu, pengadopsian IFRS diharapkan memberikan kemudahan dalam pemahaman laporan
keuangan dengan menggunakan SAK ( Standar Akuntansi Keuangan ) yang dikenal secara internasional, serta
meningkatkan arus investasi global dan menurunkan biaya modal melalui pasar modal global.
Menurut (ardilawati, 2014) konvergensi PSAK dengan IFRSs dapat membawa manfaat bagi iklim investasi di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena kemudahaan para investor untuk membandingkan informasi-informasi keuangan
dari perusahaan di Indonesia dengan perusahaan di negara lain. Lebih lanjut lagi analisis-analisis yang dilakukan oleh
para pakar keuangan terhadap informasi keuangan perusahaan Indonesia dapat lebih akurat sehingga dapat mengurangi
keraguan investor akan kekeliruan pengambilan keputusan berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan para analis.

4
H. Kendala penerapan IFRS di indonesia
Menurut (fathin, 2011) Kendala dalam harmonisasi PSAK ke dalam IFRS
1. Dalam melakukan konvergensi IFRS, tidak selamanya berjalan mudah, tapi juga ada kendala-kendala yang
dihadapi, diantaranya:
2. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya.
3. IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS masih dilakukan, pihak IASB sudah
dalam proses mengganti IFRS tersebut.
4. Kendala bahasa, karena setiap standar IFRS harus diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan acapkali ini
tidaklah mudah.
5. Infrastuktur profesi akuntan yang belum siap. Untuk mengadopsi IFRS banyak metode akuntansi yang baru yang
harus dipelajari lagi oleh para akuntan. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke
IFRS.
Menurut (ardilawati, 2014) Menurut Perera dan Baydoun (2007) ada 4 aspek yang dapat menjadi kendala penerapan
IFRS di Indonesia. Lima Aspek Tersebut adalah:
1. Aspek Lingkungan Sosial
Indonesia sebagai negara yang memiliki nilai budaya yang berbeda dengan nilai budaya asal IFRSs dapat
mempengaruhi proses pelaksanaan penerapan IFRSs di Indonesia. IFRSs yang dikembangkan di negara Anglo-Saxon
yang cenderung memiliki nilai budaya indivilualisme yang tinggi dan jarak kekuasaan (power distance) yang rendah
dapat terkendala penerapannya di Indonesia yang memiliki nilai budaya berkelompok yang tinggi dan jarak
kekuasaan yang juga tinggi. Hal ini dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat profesionalisme akuntan. Selain itu
penegakan aturan (i.e. penerapan IFRS bagi perusahaan-perusaahn di Indonesia) juga diragukan. ini dikarenakan nilai
budaya rakyat Indonesia yang cenderung melihat seseorang dengan pangkat lebih tinggi juga memiliki kekuasaan
yang lebih tinggi sehingga dapat menjadi sumber penyelewengan.
2. Aspek Lingkungan organisasi
Perusahaan-perusahaan di Indonesia pada umumnya mendanai kegiatan usaha mereka dengan menggunakan
pinjaman dari bank. Pendanaan perusahaan melalui pasar modal saat ini masih cenderung minim. Data dari Bursa
Efek Indonesia (BEI) menunjukkan bahwa hanya 442 perusahaan yang terdaftar di BEI sedangkan data dari Badan
Pusat Statistik pada tahun 2009 mengestimasi perusahaan di Indonesia sebanyak 25.077 perusahaan. Keadaan ini
dapat menjadi kendala untuk penerapan IFRSs karena kecenderungan pembiayaan perusahaan masih kepada sektor
perbankan. Bank normalnya dapat memiliki akses langsung ke informasi keuangan perusahaan sebagai penyedia dana
utama. Hal ini mengakibatkan perusahaan belum merasa butuh untuk menerapkan standar keuangan internasional
yang telah terkonvergensi dalam PSAK. Dapat diasumsikan bahwa perusahaan menganggap manfaat dari penggunaan
IFRS lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan untuk mengadopsi standar tersebut.
3. Aspek Lingkungan Profesi
Penerapan IFRS di Indonesia seharusnya dibarengi dengan penataan dan penyediaan sumber daya manusia sebagi
motor pelaksanaan standard tersebut. Profesi akuntan di Indonesia memiliki 4 kategori keanggotaan :
 Register A: anggota dengan gelar akuntan yang juga telah berpraktek selama beberapa tahun atau
menjalankan usaha praktek akuntansi pribadi atau kepala dari kantor akuntansi pemerintah;

5
 Register B: akuntan public asing yang telah diterima oleh pemerintah Indonesia dan telah berpraktek untuk
beberapa tahun;
 Register C: akuntan internal asing yang bekerja di Indonesia;
 Register D: akuntan yang baru lulus dari fakultas ekonomi jurusan akuntansi atau memegang sertifikat yang
telah dievaluasi oleh komite ahli dan dipertimbangkan setara dengan gelar akuntansi dari universitas negeri.
(Yunus, 1990 dalam Perera dan Baydoun, 2007, p.213)
Kebanyakan dari akuntan yang ada di Indonesia adalah akuntan dengan kategori D, sehingga sumber daya
manusia untuk melaksanakan standard akuntansi secara memadai masih kurang.
4. Aspek Lingkungan Individu
Nilai budaya masyarakat Indonesia yang kental dengan kolektivisme dan cenderung memiliki jarak
kekuasaan yang tinggi dapat berpengaruh terhadap lemahnya pengembangan dan penerapan IFRSs di Indonesia. Para
professional dikuatirkan bersikap pasif terhadap draft-draft eksposur karena menganggap tidak perlu berpartisipasi
dalam pembuatan standard (sebagai efek dari tingginya jarak kekuasaan).
I. Revisi Terbaru PSAK Yang Mengacu Pada IFRS
Menurut (muji, 2014) Sejak Desember 2006 sampai dengan pertengahan tahun 2007 kemarin, Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) telah merevisi dan mengesahkan lima Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK). Revisi tersebut dilakukan dalam rangka konvergensi dengan International Accounting
Standards (IAS) dan International financial reporting standards (IFRS). 5 butir PSAK yang telah direvisi tersebut antara
lain: PSAK No. 13, No. 16, No. 30 (ketiganya revisi tahun 2007, yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2008), PSAK No.
50 dan No. 55 (keduanya revisi tahun 2006 yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2009).
1. PSAK No. 13 (revisi 2007) tentang Properti Investasi yang menggantikan PSAK No. 13 tentang Akuntansi untuk
Investasi (disahkan 1994),
2. PSAK No. 16 (revisi 2007) tentang Aset Tetap yang menggantikan PSAK 16 (1994) : Aktiva Tetap dan Aktiva
Lain-lain dan PSAK 17 (1994) Akuntansi Penyusutan,
3. PSAK No. 30 (revisi 2007) tentang Sewa menggantikan PSAK 30 (1994) tentang Sewa Guna Usaha.
4. PSAK No. 50 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Penyajian dan Pengungkapan yang menggantikan
Akuntansi Investasi Efek Tertentu
5. PSAK No. 55 (revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan : Pengakuan dan Pengukuran yang menggantikan
Akuntansi Instrumen Derivatif dan Aktivitas Lindung Nilai.

J. Daftar Perusahaan-Perusahaan Yang Telah Menerapkan IFRS


Berikut beberapa contoh perusahaan yang telah menerapkan IFRS, antara lain:
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya
Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama
De Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau “Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum
Priyayi Purwokerto”, suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi).
Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI.

6
Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI
No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan
Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham
bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang
masih digunakan sampai dengan saat ini.
2. PT Garuda Indonesia Tbk
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service airline (maskapai
dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82 armada untuk melayani 33 rute domestik
dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan),
Australia serta Eropa (Belanda). Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan
terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
3. PT Mustika Ratu Tbk
PT. Mustika Ratu Tbk merupakan perusahaan nasional yang bergerak dalam industri pembuatan jamu, kosmetik
dan bahan-bahan untuk perawatan kecantikan. Awal berdirinya perusahaan kosmetik terbesar di Indonesia ini tidak
lepas dari peran penting sang pendirinya, yakni puteri keturunan Keraton Surakarta DR. Hj. BRA Mooryati Soedibyo,
S.S, M.Hum. Dengan membawa tradisi keluarga yang telah berjalan selama bertahun-tahun akan keterampilan
meramu bahan-bahan alami untuk dibuat jamu yang nantinya dibuat untuk perawatan kesehatan dan kecantikan.
Warisan yang diterapkan tidak hanya untuk meramu bahan saja, namun keterampilan untuk memilih tumbuhan
berkhasiat lainnya yang dulu masih menjadi monopoli bangsa asing.

K. Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Laporan Keuangan


Menurut (Bracha, 2013) dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian Pelaporan
Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:
1. Perubahan konsep dari rule based ke principle based
Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau rigid, melainkanhanya
memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus diikuti untuk memastikan pencapaian kualitas
informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna
bahwa untuk mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapatdiperbandingkan, dan objektif, standar
akuntansi harus bersifat ketat.
2. Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan
Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan kita gunakanmenjadi
lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah disederhanakan kedalambeberapa prinsip-prinsip dasar
saja. Fleksibilitas dari IFRS inilah yang menjadikan peran professional judgement lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam halpengauditan. Dan hal terpenting yang harus kita lakukan adalah
bahwa semua dokumen serta proses Profesional Judgement itu harus didokumentasikan.
3. Penggunaan Fair Value Accounting
Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yangdipaksakan,
likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yangwajar mencerminkan
kualitas kredit suatu instrumen.Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan

7
keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilaisebenarnya atau wajar sesuai dengan kondisi
pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporankeuangan menjadi dapat diandalkan.
4. Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan
Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penilaian danpengukuran
menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak ketiga didalam penyusunan laporankeuangan sangat besar.
Karena laporan keuangan mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruhagar transparansi menjadi suatu hal
penting bagi pengguna laporan keuangan.

L. Dampak Positif Penerapan IFRS Di Indonesia


Menurut (Bracha, 2013) : Meskipun masih muncul pro dan kontra, sesungguhnya penerapan IFRS ini akan
berdampak positif. Bagi para emiten di Bursa Efek Jakarta (BEI), dengan menggunakan standar pelaporaninternasional
itu, para stakeholder akan lebih mudah untuk mengambil keputusan.
1. laporan keuangan Perusahaan akan semakin mudah dipahami lantaranmengungkapkan detail informasi secara
jelas dan transparan.
2. dengan adanya transparansi tingkat akuntabilitas dan kepercayaan kepadamanajemen akan meningkat.
3. laporan keuangan yang disampaikan perusahaan mencerminkan nilai wajarnya.
Di tengah interaksi pelaku ekonomi global yang nyaris tanpa batas, penerapan IFRS juga akanmemperbanyak peluang
kepada para emiten untuk menarik investor global. Dengan standar akuntansi yang sama, investor asing tentunya akan
lebih mudah untuk membandingkan perusahaan di Indonesia dengan perusahaan sejenis di belahan dunia lain.

M. Dampak Negatif Penerapan IFRS di Indonesia


Menurut (wicaksono, 2016) Seperti yang diketahui perekonomian Indonesia adalah berasaskan kekeluargaan.
Akantetapi semakin ke depan perekonomian Indonesia akan mengarah pada Kapitalis. Tidak bisadipungkiri lagi
kebudayaan negara barat (negara capital) dapat mempengaruhi seluruh pola hidupdan pola pikir masyarakat Indonesia
dari kehidupan sehari-hari hingga permasalahan ekonomi.Padahal dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945 yang berbunyi, “
Perekonomian disusun atas usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Disini secara jelas nampak bahwa
Indonesiamenjadikan asas kekeluargaan sebagai pondasi dasar perekonomiannya. Kemudian dalam pasal33 ayat 2 yang
berbunyi, “Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yangmenguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh
negara”, dan dilanjutkan pada pasal 33 ayat 3yang berbunyi, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai olehnegara dan di pergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat,”Akan tetapi dengan
kemunculan IFRS tersebut dapat menyebabkan publik menginginkanketerbukaan yang amat sangat di dalam dunia
investasi. Terutama keterbukaan investor asinguntuk berinvestasi di Indonesia. Hal tersebut tentu berseberangan dengan
UUD 1945 pasal 33.Terlebih lagi dengan adanya Undang-Undang Penanaman modal di tahun 2007 lalu makasemakin
terlihat jelas bahwa ada indikasi untuk mengalihkan tanggung jawab pemerintah ke penguasa modal (kapitalis).
Hubungannya dengan IFRS adalah, keseragaman global menjadikan masyarakat mudah berburuk sangka bahwa
pemegang kebijakan akuntansi di Indonesia adalah kapitalisme danmengesampingkan asas perekonomian Indonesia yang
terlihat jelas di Undang-Undang Dasar.Sehingga pada akhirnya akan memunculkan indikasi miring bahwa Indonesia
semakin dekatdengan sistem kapitalisme dan memudahkan investor asing untuk mengeruk kekayaan diIndonesia.Dampak
penerapan IFRS bagi perusahaan sangat beragam tergantung jenis industri, jenistransaksi, elemen laporan keuangan yang

8
dimiliki, dan juga pilihan kebijakan akuntansi. Adanya perubahan besar sampai harus melakukan perubahan sistem
operasi dan bisnis perusahaan,namun ada juga perubahan tersebut hanya terkait dengan prosedur akuntansi.
Perusahaan perbankan, termasuk yang memiliki dampak perubahan cukup banyak. Tetapi di balik semua perubahan dan
dampak yang mungkin terjadi, tidak dapat dipungkiri dengan adanya IFRS makadapat memajukan perekonomian global
di Indonesia sehingga mampu bersaing dengan dunia luar.Serta dengan adanya IFRS, PSAK akan bersifat principle-
based dan memerlukan professional judgment dari auditor, sehingga auditor juga dituntut untuk senantiasa meningkatkan
kompetensidan integritasnya.

N. Perbedaan PSAK berbasis IFRS dengan PSAK berbasis US GAAP


Menurut (Hidayat, 2012) terdapat beberapa perbedaan antara PSAK berbasis IFRS dengan PSAK berbasis US
GAAP, perbedaan tersebut antara lain:

PSAK Berbasis IFRS PSAK Berbasis US GAAP


Komponen laporan keuangan lengkap Komponen laporan keuangan lengkap
terdiri atas : terdiri atas :
 Laporan posisi keuangan  Neraca
(neraca)  Laporan laba rugi
 Laporan laba rugi komprehensif  Laporan perubahan ekuitas
 Laporan perubahan ekuitas  Laporan arus kas
 Laporan arus kas  Catatan atas laporan keuangan
 Catatan atas laporan keuangan
 Laporan posisi keuangan
komparatif awal periode dan
penyajian retrospektif terhadap
penerapan kebijakan akuntansi
Pengungkapa dalam Laporan Posisi Pengungkapa dalam Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) Keuangan (Neraca)
 Aset  Aset
Aset tidak lancar Aset tidak lancar
Aset lancar Aset lancar
 Ekuitas  Laibilitas
Ekuitas yang dapat diatribuskan Laibilitas jangka panjang
ke pemilik entitas induk Laibilitas jangka pendek
Hak nonpengendali  Ekuitas
 Laibilitas Ekuitas yang dapat
Laibilitas jangka panjang diatribuskan ke pemilik entitas
Laibilitas jangka pendek induk
Hak nonpengendali

9
Penyajian laibilitas jangka panjang Penyajian laibilitas jangka panjang
yang akan dibiayai kembali yang akan dibiayai kembali
 Laibilitas jangka panjang  Tetap disajikan sebagai
disajikan sebagai laibilitas laibilitas jangka panjang
jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan
meskipun perjanjian
pembiayaan kembali sudah
selesai periode pelaporan dan
sebelum penerbitan laporan
keuangan.
Pengakuan dan pengukuran Pengakuan dan pengukuran
 biaya historis  Biaya historis
 biaya sekarang ( apa yang harus  Pengakuan pendapatan
dibayar hari ini untuk  Pengakuan beban
mendapatkan aset. Ini sering  Pengungkapan penuh
diperoleh dalam penilaian yang
sama dengan nilai wajar)
 nilai realisasi (jumlah kas yang
dapat diperoleh saat ini jika aset
dilepas)
 Nilai wajar
 Pengakuan pendapatan
 Pengakuan beban
 Pengungkapan penuh

10

Anda mungkin juga menyukai