Farida, Supriyanto
Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Sriwijaya
Abstrak: Penelitian ini berjudul “Perkembangan Agama Katolik di Belitang Kabupaten Ogan
Komering Ulu Tahun 1950-1980 (Sumbangan Materi Pelajaran Sejarah di Kelas XII IPS SMA
Xaverius 1 Belitang)”. Penelitian ini dilakukan atas keinginan penulis untuk mengetahui
sejarah perkembangan agama Katolik di Belitang setelah misionaris menjalankan kembali misi
Katolik di wilayah ini. Adapun metodelogi penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian sejarah dengan proses pengumpulan data melalui dokumentasi, wawancara dan studi
kepustakaan. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan
agama Katolik di Belitang pada tahun 1950-1980. Hasil penelitian menunjukan bahwa
perkembangan agama Katolik di Belitang dikarenakan pada tahun 1950 pemerintah Indonesia
menetapakan kembali wilayah ini sebagai penempatan para transmigran asal Jawa. Pada tahun
tersebut para misionaris Katolik juga diizinkan untuk masuk ke dusun-dusun yang ada di
Belitang. Sehingga misionaris dapat mendirikan pos misi Katolik di wilayah Gumawang yang
diakan dijadikan sebagai pusat penyebaran agama Katolik. Kemudian ada empat misionaris
yang memiliki peranan besar bagi perkembangan agama Katolik di Belitang, dalam waktu 30
tahun perkembangan agama Katolik mencapai jumlah umat sebanyak 4.789 jiwa dengan 9
daerah pelayanan gereja, serta 11 gereja berhasil didirikan.
157
158 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 4, NOMOR 8, AGUSTUS 2015
memberikan pelajaran agama bagi para calon Bellemarkers SCJ. Perkembangan agama
baptis (Endrayanto, 2012:186). Katolik pada periode ini ditandai dengan
Pastor Neilen SCJ memiliki sikap peran kaum awam yakni para katekis (guru
ramah, kerja keras, dan rasa kepedulian agam) yang ikut aktif mengambil bagian
terhadap sesama. Sikap yang dimiliki Pastor dalam usaha mengembangkan ajaran gereja.
Neilen tersebut membuat masyarakat Kaum awam ini terbentuk pada suatu
transmigran Jawa merasa simpatik. Maka perkumpulan umat Katolik yang diberi nama
beberapa bulan setelah Pastor Neilen bekerja, Legio Maria. Legio Maria berfungsi untuk
perkembangan agama Katolik di daerah ini mempersiapkan guru agama yang akan
cukup baik. Pada hari raya natal l954, mengajar para calon baptis. Mereka bertugas
terdapat 137 orang dibatis menjadi Katolik. mengajar agama bagi para calon baptis dan
Kemudian pada perayaan natal tahun 1955, juga mengunjungi umat untuk memimpin
Pastor Neilen membatis sebanyak 173 orang, perkumpulan doa (Arsip Bikir Siswoyo, bab
sehingga jumlah umat Katolik telah mencapai 8 ; Wawancara dengan Pastor Felix Astono
350 orang. Pada Pastor Neilen SCJ juga SCJ, 25 Februari 2014).
merencanakan pembangunan gereja di Sampai pada akhir tahun 1957,
Sidomakmur. wilayah Gumawang yang telah dijadikan
Bulan Mei 1956, pembangunan sebagai pusat misi penyebaran agama Katolik
pasturan di Gumawang yang akan dijadikan untuk daerah Belitang, hanya memiliki
tempat tinggal pastor mulai dilakukan dan bangunan Pasturan (tempat tingal pastor) saja
diperkirakan menghabiskan biaya sebesar Rp dan belum memiliki sebuah gereja. Maka
20.300. Tanggal 26 September 1956, semua dari itu, pembangunan gereja di Gumawang
barang-barang yang berada di gereja mulai dilakukan setelah permohonan izin
Mojosari dipindahkan ke Gumawang. Maka pembangunan gereja dikeluarkan oleh
sejak saat itulah sesuai dengan cita-cita yang Pesirah Marga Belitang tertanggal 11 Maret
direncanakan oleh Pastor Borst untuk 1958. Pada tanggal 22 Agustus 1958 Vikaris
menjadikan Gumawang sebagai pusat gereja Apostolik Palembang, yakni Mgr.
wilayah Belitang baru terwujud (Arsip Bikir Mekkelholt memberkati dan meresmikan
Siswoyo, bab 9). Selama 2 tahun bertugas, sebagai Gereja Paroki pertama di Belitang.
Pastor Neilen berhasil membatis sebanyak Gereja Paroki tersebut diberi nama Santa
410 orang menjadi Katolik, dan jumlah Maria Tak Bernoda (Immaculata Cordis
gereja yang telah dibangun berada di Santae Maria). Sejak saat itulah seluruh
Mojosari, dan Sidomakmur serta kapel di umat Katolik yang berada di Belitang dan
Gumawang (milik suster yang berada di sekitarnya (yakni meliputi kecamatan Buay
kompleks rumah sakit Charitas). Pada waktu Madang dan Cempaka) dihimpun dalam
itu jumlah stasi di Paroki Gumawang ada Gereja Paroki Santa Maria Tak Bernoda
tiga, yakni stasi Gumawang, stasi Mojosari, (Arsip Gereja Katolik Belitang, 1992:17).
dan stasi Sidomakmur (Arsip Gereja Katolik Selama tiga tahun telah bekerja,
Belitang, 1992 :16). Stasi merupakan perkembangan anggota Legio Maria
sekelompok umat Katolik yang tinggal jauh bertambah mencapai 75 orang. Selain itu,
dari gereja paroki, dan mendapat kunjungan pada 1 Juli 1960 tercatat jumlah umat Katolik
secara berkala dan teratur oleh seorang pastor mencapai 750 orang yang terhimpun dalam
(Keuskupan Agung Palembang, 2012:14). lima stasi, yakni stasi Mojosari, stasi
Setelah Pastor Neilen SCJ cuti ke Gumawang, stasi Sidomakmur, stasi
Belanda, maka kelanjutan misi Katolik di Bangunsari, dan stasi Karang Binangun
Belitang di kerjakan oleh Pastor (Arsip Gereja Katolik Belitang 1992:14).
Perkembangan Agama Katolik, Veronika Yeni Astuti, Farida, Supriyanto 161
disebabkan oleh peristiwa G 30 S PKI yang masyarakat Belitang. Karya misi di bidang
mengharuskan masyarakat harus memeluk kesehatan juga dikelola oleh suster Charitas
agama. Oleh sebab itu pasca G 30 S PKI yang tiba di Belitang pada tahun 1955.
banyak diantara masyarakat yang ikut Usaha karya kesehatan ini merupakan salah
pelajaran agama Katolik dan dibaptis menjadi satu usaha untuk membantu masyarakat
Katolik. Sedangkan apabila dilihat statistik (Francis, 2009:138).
jumlah umat Katolik antara tahun 1971 ke Pada penyebaran agama Katolik di
1976 mengalami penurunan. Hal tersebut Belitang, selain melibatkan peranan
karena pada tahun 1971 umat Katolik misionaris dan guru-guru agama yang aktif
Belitang yang dihimpun dalam Gereja Paroki terlibat dalam usaha mewartakan iman
Santa Maria Tak Bernoda Gumawang Katolik di tengah-tengah masyarakat
mengalami pemekaran menjadi 4 gereja transmigrasi Jawa, maka yang termasuk
Paroki. Maka umat di wilayah gerejani dalam pola penyebaran agama Katolik di
Paroki Santa Maria Tak bernoda Gumawang Belitang adalah melalui perkawinan. Pada
juga dibagi-bagi kedalam 4 gereja Paroki proses penyebaran agama Katolik Belitang
tersebut. Pembagian umat tentu saja misionaris sangat memperhatikan
berdasarkan jarak terdekat tempat tinggalnya. kebudayaan masyarakat. Pada umumnya para
misionaris yang bekerja bagi karya misi di
Saluran Penyebara Agama Katolik di Belitang terlebih dulu telah belajar dan dapat
Belitang berbicara menggunakan bahasa Jawa. Selain
Gereja Katolik sebagai lembaga tersebut dilakukan agar mempermudah bagi
ditengah masyarakat didalam penyebaran para misionaris untuk menjalin komunikasi
ajarannya berusaha menanamkan pengaruh dengan masyarakat Belitang dalam proses
bagi kehidupan rakyat (Bank, 1999:132). pewartaan Injil. Pada perkembangannya para
Pengaruh tersebut diwujudkan dalam karya misionaris justru menggunakan berbagai
misi pelayanan. Karya misi pelayanan kebudayaan Jawa sebagai saluran dalam
Katolik yang dikerjakan oleh para misionaris penyebaran misi Katolik.
diciptakan dengan tujuan supaya bermanfaat
bagi kehidupan masyarakat. Karya misi Kendala Kendala Yang Dihadapi Oleh
agama Katolik dapat dirasakan dalam bidang Misionaris dalam Penyebaran Agama
pendidikan, dan kesehatan. Ketika agama Katolik
Katolik masuk di Belitang, para misionaris Kendala yang berat harus diterima oleh
juga mengembangkan pendidikan di tengah para misionaris dalam proses penyebaran
masyarakat sebagai karya misinya. agama Katolik terjadi pada akhir tahun 1972.
Misionaris menyadari bahwa untuk Pada masa itu para transmigran harus
memperkenalkan agama Katolik pada menghadapi masa sulit karena terjadinya
masyarakat transmigran Jawa, baik dilakukan kemarau yang panjang. Sehingga banyak dari
dengan memperkenalkan pendidikan Katolik. para transmigran yang kelaparan dan terpaksa
Pendidikan yang berikan adalah pendidikan harus makan gandum karena tidak
formal maupun pendidikan informal. Hal tersediannya bahan makanan. Keadaan yang
tersebut dimaksudkan agar masyarakat lebih semacam ini mengakibatkan sekitar 400
memahami dengan baik tentang ajaran yang orang transmigran yang meninggal.
ditawarkan oleh agama Katolik (Sugita, Kenyataan itu mendorong umat Katolik untuk
1990:40). Selain dibidang pendidikan, para membantu para transmigran dengan
misionaris juga melakukan karya misi menyumbangkan bahan makan dan obat-
Katolik di bidang kesehatan untuk melayani obatan. Tetapi bantuan yang diberikan oleh
Perkembangan Agama Katolik, Veronika Yeni Astuti, Farida, Supriyanto 163
umat Katolik kepada para transmigran justru begitu banyak. Selama kurun waktu 30 tahun
mendatangkan respon negatif dari pemerintah jumlah umat Katolik mencapai 4.789. Selain
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Pemerintah itu umat Katolik di belitang yang awalnya
menganggap bantuan yang diberikan tersebut dihimpun dalam satu Gereja Paroki Santa
disertai dengan ajakan untuk masuk agama Maria tak Bernoda mengalami pemekaran
Katolik. Itulah yang disebut kristenisasi. menjadi 4 gereja Paroki, yakni Paroki
Maka orang Katolik yang terlibat dalam Mojosari, Paroki Tegalsari, dan Paroki
menyalurkan bantuan kepada masyarakat Bangunsari.
transmigran, yakni Wahadi dan Bikir
Siswoyo, serta guru-guru agama ditangkap DAFTAR PUSTAKA
dan diperiksa oleh pihak pemerintah AB Yass, Marzuki.2004.”Metodelogi
Kabupaten Ogan Komering Ulu. Namun Sejarah dan Histografi”. Diklat:
setelah menghadapi proses peradilan maka Fakultas Keguruan dan Ilmu
terbukti bahwa pemberian bantuan dari umat Pendidikan Universitas Sriwijaya.
Katolik tersebut tidak disertai dengan ajakan Arnolus Ende Flores. 1974. “Sejarah Gereja
untuk masuk agama Katolik. Akibat dari Katolik Indonesia Jilid 1”. Jakarta :
masa-masa sulit ini maka terbentuklah sebuah Dokumentasi Penerangan Waligereja
Pansos Belitang (Pangan Sosial) yang Indonesia Taman Cut Mutiah 10.
didirikan oleh umat Katolik dengan tujuan Bank, Jan.1999.”Katolik di Masa Revolusi”.
untuk membantu perekonomian masyarakat Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Belitang dibidang pangan (Wawancara Indonesia.
dengan Ibu Roberta Suprihatin, 6 April Davis, dkk. 1984.”Saya Seorang
2015). Katolik”.Jakarta : Erlangga
Daliman. A. 2011. Metode Pernelitian
PENUTUP Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Perkembangan agama Katolik di Endrayanto, Sunu. 2009.”Kawanan Kecil Di
Belitang pada tahun 1950 dimulai dengan Sumatera Selatan 1848-1942. Jakarta :
diizinkannya para misionaris Katolik untuk Cahaya Pineleng
memperluas pos misi Katolik di dusun-dusun ______________. 2012.”Melintasi
yang ada di Belitang. Sehingga misionaris Gelombang, Gereja Katolik Di
berencana akan mendirikan pos misi Katolik Sumatera Selatan : Krisis dan
di wilayah Gumawang dan pos misi ini Pemulihan 1942:1952”. Yogyakarta :
direncanakan akan dijadikan sebagai pos misi Kanisius.
utama untuk wilayah Belitang. Hal itu Francis.2009.”Charitas Masa Lalu dan
dilakukannya karena ia menganggap Sekarang”.Palembang
Gumawang letaknya strategis, disamping Gereja Katolik Belitang, 1992.”Gereja
pusat pemerintahan juga berada di daerah ini. Katolik Belitang Edisi
Selama kurun waktu tahun 1950-1980, ada Percobaan”.(Belum diterbitkan).
tiga 4 misionaris yang mempunyai peranan Guritno Sri, Mujiraharjo Djoko.
besar bagi perkembangan agama Katolik di 1996/1997.”Perubahan Lingkungan
Belitang. Mereka adalah Pastor Dirk Borst, daerah Transmigrasi di Sumatera
Pastor Nelien, Pastor Bellemarkers, dan Selatan”. Jakarta : Proyek Pengkajian
Pastor Kolvenbag. Pastor Dirk Borst bekerja dan Pembinaan Kebudayaan Masa
bagi misi Katolik dari tahun 1950-1954. Dari Kini Direktorat Sejarah dan Nilai
tangan para misionaris yang bekerja bagi misi Tradisional Direktorat Jendral
Katolik, perkembangan jumlah umat yang
164 JURNAL CRIKSETRA, VOLUME 4, NOMOR 8, AGUSTUS 2015