Anda di halaman 1dari 16

Konvergensi Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia ke International Financial Reporting

Standards (IFRS)
Posted: February 15, 2010 in Accounting
Tags: IFRS, SAK
5

7 Votes
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari ini Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka Ulang
tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana Indonesia untuk convergence terhadap International
Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan.
Pengaturan perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk
penyusunan laporan keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012.
Hal ini diputuskan setelah melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan
mempertimbangkan seluruh risiko dan manfaat konvergensi terhadap IFRS.Compliance terhadap
IFRS telah dilakukan oleh ratusan Negara di dunia diantaranya adalah Korea, India dan Canada
yang akan melakukan konvergensi terhadap IFRS pada tahun 2011. Data dari International
Accounting Standard Board (IASB) menunjukkan saat ini terdapat 102 negara yang telah
menerapkan IFRS dengan berbagai tingkat keharusan yang berbeda-beda. Sebanyak 23 negara
mengizinkan penggunaan IFRS secara sukarela, 75 negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk
seluruh perusahaan domestik, dan empat Negara mewajibkan penggunaan IFRS untuk
perusahaan domestik tertentu.
Compliance terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan keuangan dan
peningkatan transparansi. Melalui compliance maka laporan keuangan perusahaan Indonesia
akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga
akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik. Selain itu, program konvergensi juga
bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital), meningkatkan investasi global, dan
mengurangi beban penysusunan laporan keuangan.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang
sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari
seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan
literatur dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam jurisdiksi di
seluruh dunia.
Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun 2012
seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu
kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas.
Dewan standar akuntansi keuangan pada kesempatan ini juga akan menerbitkan Eksposur
draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah. Standar UKM ini akan
menjadi acuan bagi usaha kecil dan menenggah dalam mencatat dan membukukan semua
transaksinya.
DSAK juga akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan
pencatatan dan pelaporan keuangan transaksi syariah, yang terus berkembang di tanah
air.Konvergensi terhadap IFRS merupakanmilestone baru dari serangkaian milestone yang
pernah dicapai oleh Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam sejarah perkembangan
profesi akuntansi, khususnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan.
Sederetan milestone sebelumnya yang terkait dengan hal tersebut dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah diacapai sebelumnya dalam
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.Tonggak sejarah pertama, menjelang
diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama
kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam
suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI). Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada
tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan
kemudian mengkondifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 dengan
tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha. Berikutnya
pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan
mengkondifikasikannya dalam buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.
Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar
akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Dengan deklarasi, yang dilakukan
sedini mungkin, ini kami berharap entitas memiliki waktu yang cukup untuk mempersiapkan diri
sebaik mungkin dalam mengantisipasi tahap demi tahap proses konvergensi yang dilakukan oleh
IAI.
Sumber: http://www.iaiglobal.or.id

Konvergensi Standar Akuntansi, Sampai di Mana?
BY
AUDITORINTERNAL
26/01/2010POSTED IN: ARTIKEL, BERITA AUDIT INTERNAL, PELAPORAN
KEUANGAN
Dibaca 668 kali (Sejak 19/1/11)
Pertemuan pemimpin negara-negara G-20 terakhir yang digelar di Pittsburgh tanggal
24-25 September 2009 lalu menyisakan pekerjaan rumah yang dahsyat bagi profesi-
profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan. Sebagaimana kita ketahui, dalam
butir ke-14 Deklarasi Pittsburgh, para pemimpin negara-negara G-20 sepakat untuk
menggandakan upaya agar konvergensi standar akuntansi secara internasional dapat
diselesaikan pada Juni 2011. Ini merupakan pengulangan dan penegasan kembali
salah satu butir deklarasi pertemuan G-20 sebelumnya yang diselenggarakan di
Washington, DC pada November 2008 mengenai perlunya satu standar tunggal
akuntansi global yang berkualitas tinggi. Di balik kebanggaan pengakuan kekuatan
Indonesia sebagai satu-satunya anggota G-20 dari Asia Tenggara, terselip
kekhawatiran: siapkah kita menyelesaikan PR tersebut?
Mari kita tengok bersama-sama.
Konvergensi standar akuntansi pada dasarnya adalah penyamaan bahasa bisnis.
Setiap negara memiliki lembaga pengatur standar pelaporan keuangan. Indonesia
memiliki Ikatan Akuntan Indonesia yang mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan sebagai satu-satunya standar yang diterima sebagai bahasa bisnis
perusahaan-perusahaan di Indonesia. Amerika Serikat memiliki Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP) yang dirilis oleh Financial Accounting Standard Board
(FASB). Uni Eropa memiliki International Accounting Standard (IAS) yang dikeluarkan
oleh International Accounting Standard Board (IASB). Dan seterusnya, setiap negara
menggunakan standar pelaporan-standar pelaporan yang sangat mungkin divergen
antara satu dengan yang lain. Tidak ada jaminan bahwa laporan-laporan keuangan
yang disajikan di antara negara-negara yang berbeda tersebut dapat dibaca dengan
bahasa yang sama. Perbedaan standar ini pada ujungnya juga akan menghambat para
pelaku bisnis internasional dalam mengambil keputusan bisnisnya.
Lalu kepada standar apa, konvergensi standar akuntansi dirujukkan?
Sejauh ini yang leading menjadi standar acuan adalah International Financial Reporting
Standards (IFRS) yang dikeluarkan oleh International Accounting Standard Board
(IASB). IASB adalah badan pengatur standar dari International Accounting Standards
Committee Foundation, sebuah lembaga independen nirlaba internasional yang
bergerak di bidang pelaporan keuangan yang berkedudukan di Inggris.
Sasaran Saat ini, lebih dari 100 negara telah mengharuskan atau membolehkan
penerapan IFRS, dan diperkirakan akan semakin banyak negara di dunia
menggunakan IFRS. Bahkan, 10 negara yang pasar modalnya sudah mendunia telah
melakukan konvergensi ke IFRS yaitu Jepang, Inggris, Prancis, Kanada, Jerman,
Hongkong, Spanyol, Switzerland, Australia, termasuk negara adidaya Amerika Serikat
sudah menyatakan akan melakukan konvergensi ke IFRS. Sebagaimana dapat dilihat
pada peta, negara yang berwarna biru adalah negara-negara yang telah mengharuskan
atau memperbolehkan penerapan IFRS. Sedangkan yang berwarna abu-abu adalah
negara-negara yang sedang dalam proses konvergensi dengan IFRS.

Untuk Indonesia, sebagai langkah awal Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan
Akuntan Indonesia (DSAK-IAI) akan mengonvergensikan PSAK secara penuh dengan
IFRS melalui tiga tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir dan tahap
implementasi. Tahap adopsi dilakukan pada periode 2008-2011 meliputi aktivitas
adopsi seluruh IFRS ke PSAK, persiapan infrastruktur, dan evaluasi terhadap PSAK
yang berlaku.
Tentu saja bukan pekerjaan mudah untuk merujukkan 62 standar yang dimiliki PSAK
dengan 37 standar yang dimiliki IFRS. Saat ini masih terdapat gap yang cukup besar
antara PSAK dengan IFRS, bahkan terdapat 20 standar PSAK atau 32% yang tidak
dapat diperbandingkan. Jika dibandingkan dengan IFRS, masih terdapat perbedaan
yang cukup signifikan meliputi financial instruments, investment property, business
combination, property, plan & equipment, intangible assets, service concession
agreement, presentation of financial statement, leases, insurance contract, accounting
for banking yang akan dihapus, exploration and evaluation of mineral assets,
agriculture, dan accounting for reporting currencies, dan perbedaan-perbedaan utama
lain.
konvergensi IFRS yang telah dicanangkan IAI pada tahun 2012 adalah merevisi PSAK
agar secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif
tahun 2011/2012, demikian disampaikan Ketua DSAK IAI Rosita Uli Sinaga
pada Public Hearing Eksposure Draft PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan
Keuangan, di Jakarta Kamis 20 Agustus 2009 lalu. Untuk itu dua puluh sembilan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) masuk dalam program konvergensi IFRS yang
dicanangkan DSAK IAI tahun 2009 dan 2010. Banyaknya standar yang harus
dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi
DSAK IAI periode 2009-2012. Bila dari pengalaman pemberlakuan PSAK 50 dan 55
mengenai instrumen keuangan yang telah terbit tahun 2008, namun mendapatkan
tekanan yang kuat dari ketidaksiapan industri keuangan sehingga harus ditunda
penerapannya, maka bisa dibayangkan betapa dahsyatnya memberlakukan puluhan
standar dalam waktu yang sesingkat itu.
Selain kesiapan perusahaan-perusahaan, implementasi program ini juga menuntut
kesiapan praktisi akuntan manajemen, akuntan publik, akademisi, regulator serta
profesi pendukung lainnya seperti aktuaris dan penilai. Akuntan Publik diharapkan
dapat segera meng-update pengetahuannya sehubungan dengan perubahan SAK,
meng-update SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit yang berbasis IFRS. Akuntan
Manajemen/Perusahaan dapat mengantisipasi dengan segera membentuk tim sukses
konvergensi IFRS yang bertugas mengupdate pengetahuan Akuntan Manajeman,
melakukan gap analysis dan menyusun road map konvergensi IFRS serta
berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk optimalisasi sumber daya. Akuntan
Akademisi/Universitas diharapkan dapat membentuk tim sukses konvergensi IFRS
untuk meng-update pengetahuan Akademisi, merevisi kurikulum dan silabus serta
melakukan berbagai penelitian yang terkait serta memberikan input/komentar terhadap
ED dan Discussion Papers yang diterbitkan oleh DSAK maupun IASB.
Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang perlu terkait dengan pelaporan
keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan supervisi terhadap
profesi yang terkait dengan pelaporan keuanganseperti penilai dan aktuaris. Asosiasi
Industri diharap dapat menyusun Pedoman Akuntansi Industri yang sesuai dengan
perkembangan SAK, membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas
berbagai isu sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif
memberikan input/komentar kepada DSAK IAI.
Lalu, bagaimana profesi auditor internal terlibat dalam pekerjaan besar ini?
Apa yang telah kita persiapkan?
Sumber (diakses 26 Januari 2010):
http://www.pittsburghsummit.gov/mediacenter/129639.htm
http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?catid=&id=94
http://www.iaiglobal.or.id/berita/detail.php?catid=&id=84
http://www.bpkp.go.id/warta/index.php?view=1314
http://en.wikipedia.org/wiki/G-20
http://www.iasb.org/Use+around+the+world/Use+around+the+world.htm
http://www.cpa2biz.com/Content/media/PRODUCER_CONTENT/Newsletters/Articles_2
010/CPA/Jan/TransitionTo

PERNYATAAN SIKAP IAI: PERANAN AKUNTAN DALAM PENATAAN
ULANG SISTEM FINANSIAL GLOBAL PASCA KRISIS
18-08-2009 09:51

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyampaikan pernyataan profesi pada
Konvensi Nasional Akuntansi (KNA) VI di Bandung, 14 Agustus 2009.

Fungsi akuntan masa depan bukanlah lagi sekedar pemeriksa atau penyedia
informasi keuangan, tetapi menjadi bagian penting dari pembangunan
ekonomi dan sosial untuk menciptakan Indonesia yang lebih berkeadilan dan
makmur.

Dengan kesadaran tinggi akan tanggung jawab dan peran kami sebagai
profesi dalam penataan ulang sistem finansial global pascakrisis, kami para
Akuntan Indonesia yang tergabung dalam Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
melalui Konvensi Nasional Akuntansi VI di Bandung, 13 dan 14 Agustus
2009 menyatakan sikap profesi sebagai berikut:

1. Krisis finansial global disebabkan oleh perilaku keserakahan
korporasi, good corporate governance yang buruk, serta disclosure dan
transparansi yang tidak memadai. Pembentukan karakter perusahaan yang
ikhsan dan dapat dipercaya menjadi keharusan. Akuntan Indonesia
sepatutnya dapat merancang dan menjalankan fungsi penyediaan informasi
akuntansi berupa Penyusunan Laporan Keuangan dengan mengacu pada
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) serta mendorong penetapan regulasi
pemerintah terkait sistem finansial yang menjamin pelaksanaan
good corporate governance.

2. Pasar Modal sangat terkena krisis finansial global perlu melakukan
pembenahan berbagai regulasi. IAI siap membantu Bapepam & Bursa Efek
Indonesia untuk ikut serta mempersiapkan perbaikan regulasi guna
meningkatkan sistem pengawasan dan kualitas pelaporan keuangan.

3. Salah satu sektor perekonomian yang berkembang saat ini di Indonesia
dan dunia adalah sektor UKM dan ekonomi berbasis syariah. IAI
berkomitmen mendukung pengembangan sektor UKM dan ekonomi berbasis
syariah tersebut dengan cara menyusun dan mengimplementasikan SAK
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP) untuk Organisasi UKM dan ETAP,
serta SAK Syariah untuk Organisasi berbasis Syariah. Akuntan Indonesia
juga bertekad untuk mempromosikan SAK syariah tersebut menjadi SAK
syariah yang diadopsi secara global.

4. IAI bertekad untuk menuntaskan proses konvergensi standar akuntansi
keuangan Indonesia (PSAK) dengan standar akuntansi keuangan
internasional (IFRS) dengan target waktu akhir tahun 2012.

5. Para akuntan pemerintah (termasuk akuntan di pemerintah daerah)
perlu berinisiatif dan didorong untuk melakukan pergeseran peran mereka
dari sekedar menjadi bookkeeper menjadi akuntan manajemen dan partner
strategis dari Kepala daerah/Kepala pemerintahan.

6. Penyediaan informasi akuntansi yang relevan dan andal untuk
pengambilan keputusan adalah keharusan dalam globalisasi ekonomi.
Akuntan publik seharusnya memberikan nilai tambah kepada perusahaan
dengan orientasi tidak lagi hanya memberikan opini atas kewajaran Laporan
Keuangan, namun juga terhadap keefektifan sistem pengendalian internal
perusahaan dan manajemen resiko serta memastikan perusahaan telah
menjalankan operasinya sesuai kaidah Good Corporate Governance.

7. Mendukung Reformasi perpajakan yang sedang dilaksanakan di
Indonesia sebagai bagian dari komponen untuk menjamin keadilan dan
kemakmuran bangsa. IAI siap mengawal reformasi perpajakan yang dapat
meningkatkan kepercayaan dan kepatuhan wajib pajak sekaligus mampu
meningkatkan penerimaan negara.

Menindaklanjuti pernyataan sikap profesi tersebut, IAI merekomendasikan
hal-hal berikut ini:


1. Penataan sistem finansial global dilakukan secara menyeluruh dengan
ruang lingkup penataan sbb:

a. Penataan regulasi, dalam hal ini peraturan perundang-undangan
mengenai sistem keuangan di Indonesia dengan fokus pada
penegakan Good Corporate Governancepada organisasi bisnis di Indonesia.

b. Penyesuaian informasi keuangan dengan globalisasi ekonomi, yaitu
dengan meningkatkan mutu kualitas Laporan Keuangan, sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan Indonesia yang harmoni dengan Standar
Akuntansi Keuangan secara Internasional.

c. Penataan tugas, fungsi, dan peranan kelembagaan dengan mengacu
pada kerangka pengendalian internal institusi/organisasi/lembaga keuangan
di Indonesia sehingga dapat menghindari terjadinya praktek kecurangan,
ketidakekonomisan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan dalam operasi
institusi/organisasi/lembaga keuangan.

d. Penataan karakter korporasi yang ikhsan dan bertanggungjawab secara
sosial


2. Reformasi keuangan sektor publik sebagai bagian penting dari reformasi
birokrasi diarahkan untuk menyelaraskan kemampuan sektor publik dalam
mengawasi dan mengawal dunia bisnis serta optimasi pelayanan publik,
dengan cara menegakkan akuntabilitas, transparansi, dan kepercayaan
publik. Hal-hal yang harus dilakukan:

a. Para akuntan pemerintah (termasuk akuntan di pemerintah daerah)
berinisiatif dan memfasilitasi pergeseran peran dari bookkeeper menjadi
akuntan manajemen dan partner strategis dari Kepala Daerah/Kepala
Pemerintahan.

b. Harus ada proses penetapan standar kompetensi akuntan sektor publik,
yang melibatkan perguruan tinggi penyelenggara program studi akuntansi,
IAI serta lembaga pemerintah (pusat dan daerah).

c. Perguruan tinggi penyelenggara program studi akuntansi diminta
memberikan perhatian lebih pada pendidikan akuntansi sektor publik, baik
jenjang D3, S1 dan Pascasarjana, sesuai kebutuhan akan akuntan yang
sangat meningkat.


3. Demi tercapainya target konvergensi standar akuntansi keuangan pada
akhir tahun 2012, maka:

a. Akuntan publik perlu meningkatkan kompetensi sehubungan dengan
perubahan SAK, memperbaharui SPAP dan menyesuaikan pendekatan audit
yang berbasis IFRS.

b. Akuntan manajemen di perusahaan perlu membentuk satuan kerja atau
tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas memperbaharui pengetahuan
akuntan manajemen, melakukan gap analysis dan menyusun road
map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan IAI untuk optimasi
sumber daya anggotanya.

c. Akuntan pendidik di perguruan tinggi perlu membentuk tim sukses
konvergensi IFRS untuk memperbaharui pengetahuannya, merevisi
kurikulum dan silabus serta melakukan berbagai penelitian terkait.

d. Regulator perlu melakukan penyesuaian regulasi yang terkait dengan
pelaporan keuangan dan perpajakan serta melakukan upaya pembinaan dan
supervisi terhadap profesi yang terkait dengan pelaporan keuangan seperti
penilai dan aktuaris.

e. Asosiasi industri perlu menyusun pedoman akuntansi industri yang
sesuai dengan perkembangan Standar Akuntansi Keuangan (SAK),
membentuk forum diskusi yang secara intensif membahas berbagai isu
sehubungan dengan dampak penerapan SAK dan secara proaktif
memberikan masukan dan komentar kepada Dewan Standar Akuntansi
Keuangan IAI.


Bandung, 14 Agustus 2009,

Atas Nama Profesi Akuntan Indonesia

Dewan Pengurus Nasional IAI

'Gempa bumi' akuntansi Indonesia 2010 Persyaratan dalam PSAK 50
dan 55 butuh investasi besar
30-10-2009 09:35

Harian Bisnis Indonesia Jumat, 23/10/2009


Sebagai satu-satunya negara kawasan Asia Tenggara yang masuk ke dalam
G-20, kita boleh berbangga karena perekonomian Indonesia dianggap
sangat penting bagi perekonomian dunia.

Salah satu butir kesepakatan G-20 adalah program konvergensi standar
akuntansi internasional (IFRS) ke dalam standar akuntansi lokal setiap
negara. Siapkah Indonesia menjalankannya?

Pada 13 Oktober lalu, Ikatan Akuntan Indonesia melakukan public hearing
untuk menerbitkan exposure draf enam standar akuntansi baru, empat
interpretasi standar akuntansi dan dua pernyataan pencabutan standar
akuntansi. Kesan IAI melakukan 'kejar tayang' menyelesaikan standar
akuntansi yang sesuai dengan International Financial Reporting Standards
(IFRS) menjadi tidak terelakkan mengingat public hearing 12 produk
sekaligus sedemikian belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
akuntansi Indonesia.

Banyak pihak yang tampaknya gregetan dengan proses konvergensi IFRS
yang terkesan lamban. Target tahun konvergensi IFRS sendiri sudah
beberapa kali diubah oleh IAI (lebih tepatnya dimundurkan).

Kendala-kendala teknis dalam menerjemahkan IFRS ke dalam bahasa
Indonesia memang tidak dapat dipandang remeh karena keterbatasan
bahasa Indonesia menangkap seluruh kata dalam bahasa Inggris dengan
makna yang sesuai terlebih istilah-istilah akuntansi dan keuangan. Namun
benarkah konvergensi IFRS berjalan lamban karena faktor teknis semata?

Bagaimana dengan kesiapan profesi-profesi lainnya dalam proses
konvergensi IFRS ini? Terutama profesi akuntan publik (auditor), penilai
(appraiser dan business valuer), dosen-dosen akuntansi, juga para akuntan
manajemen di dalam perusahaan yang akan membuat laporan keuangan,
regulator (Bapepam dan BI) yang akan mewajibkan perusahaan
menggunakan standar akuntansi berbasis IFRS ini.

Percuma saja apabila Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
mengeluarkan standar akuntansi yang berbasis IFRS tetapi para pemangku
kepentingan tidak dapat memahami dan menerapkannya.

Perubahan besar

Banyak pihak yang belum menyadari bahwa standar akuntansi di Indonesia
sedang mengalami perubahan besar-besaran.

Contoh beratnya proses konvergensi IFRS di Indonesia mungkin bisa dilihat
pada upaya DSAK untuk menerapkan PSAK 50 dan 55 mengenai instrument
keuangan. Standarnya sendiri sudah terbit tahun 2008 untuk berlaku efektif
1 Januari 2009.

Namun karena besarnya tekanan dari industri keuangan yang menyatakan
ketidaksiapannya, pada akhir tahun 2008 standar akuntansi ini
ditangguhkan penerapannya ke 1 Januari 2010.

Saat ini tahun 2009 hanya tersisa kurang lebih 3 bulan dan banyak pihak
yang sebenarnya berharap-harap cemas agar Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK) 50 dan 55 ini diundur kembali penerapannya. Beberapa
pihak mengeluh besarnya investasi di bidang sistem informasi dan IT yang
harus dipikul perusahaan demi untuk mengikuti persyaratan yang
diharuskan dalam PSAK 50 dan 55.

IFRS adalah standar yang kompleks, tidak hanya yang terkait dengan
instrumen keuang-an. Compliance cost bagi perusahaan tentunya tidak
sedikit.

Pertanyaan penting berikutnya adalah akankah semua compliance cost ini
dibebankan kepada perusahaan? Mungkinkan pemerintah maupun regulator
memberikan insentif ataupun keringanan pajak bagi perusahaan-perusahaan
yang akan fully comply dengan PSAK 50 dan 55?

Bagi lembaga keuangan besar dengan sistem IT yang mutakhir mungkin
tidak terlalu bermasalah, tetapi bagaimana dengan bank-bank menengah
dan kecil, perusahaan reksadana, dan semacamnya?

Pertanyaan yang sama bisa juga diajukan kepada industri pemeriksa
keuangan, kantor akuntan publik besar mungkin akan lebih siap, tetapi
bagaimana dengan kantor akuntan menengah dan kecil?

Mampukah para auditor menyatakan bahwa suatu perusahaan sudah sesuai
atau tidak sesuai dengan persyaratan PSAK 50 dan 55? Apakah Bank
Indonesia sebagai regulator juga sudah mempersiapkan para pengawas
banknya dengan pemahaman yang memadai mengenai penerapan PSAK 50
dan 55 ini? Tentunya sangat disayangkan apabila mayoritas bank di
Indonesia akan mendapatkan opini audit disclaimer untuk laporan akuntansi
2010 karena gagal memenuhi persyaratan PSAK 50 dan 55.

Salah satu alasan pihak-pihak yang meminta penangguhan karena IASB
(Dewan Standar Akuntansi International pembuat IFRS) baru saja
menerbitkan exposure draft baru untuk mengubah standar mengenai
instrumen keuangan ini. Usulan yang baru diduga akan menyederhanakan
standar sebelumnya yang sangat rumit.

Mengapa DSAK tidak menangguhkan dan menunggu saja sampai standar
akuntansi untuk instrumen keuangan ini stabil dan tidak berubah lagi.
Mungkin ini dapat menjadi alasan yang cukup argumentatif. Bukankah
konyol apabila perusahaan melakukan investasi IT besar-besaran demi
mengikuti standar akuntansi yang rumit untuk kemudian 2 atau 3 tahun
kemudian standar akuntansinya berubah menjadi lebih sederhana?

Tahun 2010 berpotensi terjadi gempa bumi akuntansi karena IAI tampaknya
tidak akan mempan dibujuk untuk menangguhkan kembali tanggal efektif
PSAK 50 dan 55 apa pun alasannya.

Penangguhan kembali PSAK 50 dan 55 juga berpotensi menimbulkan
preseden buruk bahwa suatu standar akuntansi dapat dengan mudah
ditangguhkan karena ketidaksiapan industri. Bila tidak dipaksa lalu bilamana
dan kapan perusahaan akan siap?

Bayangkan dampak PSAK 50 dan 55 saja sudah demikian memberatkan
para perusahaan, bagaimana dengan sekitar 20-an standar baru yang akan
dikeluarkan IAI sampai tahun 2011? Sampai tahun 2012 gempa bumi
akuntansi di Indonesia mungkin akan sering terjadi bersamaan dengan
kerapnya public hearing yang akan dilakukan IAI. Siapkah dunia bisnis
Indonesia?

Konvergensi PSAK - IFRS
Alasan Perlunya
Standar Akuntansi Internasional
Efisiensi Biaya bila perusahaan telah beroperasi melampaui batas negara atau dual
listing di negara yang berbeda, dengan diberlakukan standar akuntansi internasional
perusahaan tidak lagi perlu membuat laporan keuangan dalam berbagai versi
Kepentingan masyarakat semakin terlindungi dengan adanya standar akuntansi yang
sama, kemungkinan terjadi perbedaan standar akuntansi yang berdampak pada
perbedaan pelaporan keuangan dapat diminimalisasi.
Potensi ekspansi ekonomi yang lebih besar dengan standar akuntansi yang sama,
pelaporan akuntansi di semua negara akan sama. Dengan demikian, proses analisa
keuangan dapat dilakukan dengan lebih cepat sehingga ekspansi ekonomi dapat
berlangsung lebih cepat.
Persiapan Konvergensi
PSAK - IFRS
Pertengahan Agustus 2004, Dirjen Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai mengundang
DPN-IAI, kompartemen IAI, DSAK-IAI, DSPAP-IAI KAP, Bapepam, KSAPPD untuk
mendiskusikan kesiapan profesi akuntan melakukan konvergensi standar yang berlaku
internasional.
Sebagai full members the International Federation of Accountant (IFAC), IAI
berkewajiban memenuhi butir-butir statements of membership obligation (SMO)
diantaranya penerapan IFRS
Dari hasil diskusi dicapai kesepakatan bahwa penyusunan SAK tidak berubah.
Penyusunan SAK mengacu ke IAS yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Implementasi Dan Adopsi IFRS
Translasi Standar Internasional
Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional
Translasi Standar Internasional
Terdapat kesulitan dalam penerjemahan IFRS (bahasa Inggris) ke bahasa masing-
masing negara
Penggunaan kalimat bahasa Inggris yang panjang
Ketidakkonsistenan dalam penggunaan istilah
Penggunaan istilah yang sama untuk menerapkan konsep yang berbeda
Penggunaan istilah yang tidak terdapat padanan dalam terjemahannya
Keterbatasan pendanaan untuk penterjemahan

Ketidaksesuaian Standar Internasional dengan Hukum Nasional
Pada beberapa negara, standar akuntansi sebagai bagian dari hukum nasional dan
ditulis dalam bahasa hukum. Disisi lain, standar akuntansi internasional tidak ditulis
dengan bahasa hukum sehingga harus diubah oleh dewan standar masing-masing
negara
Terdapat transaksi-transaksi yang diatur hukum nasional berbeda dengan yang diatur
standar internasional. Misal: transaksi ekuitas untuk perusahaan di Indonesia berbeda
perlakuan untuk PT, Koperasi atau badan hukum lainnya.

Struktur dan Kompleksitas Standar Internasional
Adanya kekhawatiran bahwa standar internasional akan semakin kompleks dan rules-
based approach. Standar mengatur secara detil setiap transaksi sehingga penyusun LK
harus mengikuti setiap langkah pencatatan.
Penerapan standar sebaiknya menggunakan principles-based approach. Standar hanya
mengatur prinsip pengakuan, pengukuran, dan pencatatan suatu transaksi
Frekuensi Perubahan dan Kompleksitas Standar Internasional
Standar akuntansi internasional perlu dipahami secara jelas sebelum diterapkan.
Tentunya butuh cukup waktu bagi penyusun laporan keuangan, auditor, dan pengguna
laporan keuangan untuk memahami suatu standar akuntansi.
Bila standar akuntansi sering berubah-ubah maka akan sangat sulit dipahami apalagi
diterapkan.
Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia
Terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi di Indonesia
(Ahmadi Hadibroto)
Menjelang diaktifkan Pasar Modal pada tahun 1973, dibentuk cikal bakal badan
penyusun standar akuntansi yang menghasilkan Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)
Komite PAI yang dibentuk tahun 1974 melakukan revisi mendasar PAI 73 untuk
menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan dunia usaha. Hasil revisi ini dikodifikasi
dalam Prinsip Akuntansi Indonesia 1984
Pada tahun 1994, komite PAI melakukan revisi total terhadap PAI 1984. hasil revisi ini
dikodifikasi dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994
Standar Akuntansi Keuangan
di Indonesia
Selanjutnya periode 1994-1998, nama komite PAI diubah menjadi komite Standar
Akuntansi Indonesia (SAK). Mulai 1994, IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi
dengan standar akuntansi internasional dengan melakukan revisi dua kali SAK 1994,
yaitu pada 1 Oktober 1995 dan 1 Juni 1996
Pada periode 1998-2002, DSAK yang menggantikan komite SAK, melakukan dua kali
revisi PSAK, yaitu revisi per 1 Juni 1999 dan 1 April 2002
Pemutakhiran SAK
Menurut DSAK, pemutakhiran SAK didasarkan pada tiga hal:
Mendukung harmonisasi dan konvergensi PSAK dengan IFRS
Dalam perumusan SAK, selain menggunakan referensi IFRS, juga mempertimbangkan
berbagai faktor lingkungan usaha di Indonesia
Pengembangan SAK yang belum diatur dalam IFRS dilakukan berpedoman pada
KDPPLK
Pengembangan SAK
Periode April 2002 Oktober 2004
Menerbitkan KDPPLK Bank Syariah sebagai landasan konseptual pelaporan keuangan
bank syariah
Menerbitkan PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariah
Menerbitkan lima PSAK revisi:
PSAK 58 tentang operasi dalam penghentian; PSAK 8 tentang kontinjensi dan Peristiwa
Setelah Tanggal Neraca; PSAK 51 tentang Akuntansi Kuasi Reorganisasi; PSAK 24
tentang Imbalan Kerja; PSAK 38 tentang Akuntansi Restrukturisasi Entitas
Sepengendali
Menerbitkan tiga Interpretasi SAK:
ISAK 5 Interpretasi par 14 PSAK 50 tentang Pelaporan Perubahan Nilai Wajar Investasi
Evek dalam Kelompok Tersedia untuk dijual; ISAK 6 interpretasi par 12&16 PSAK 55
tentang Instrumen Derivatif melekat pada kontrak dalam mata uang asing; ISAK 7
interpretasi par 5&19 PSAK 4 tentang konsolidasi entitas bertujuan tertentu
Referensi Penyusunan PSAK
Konvergensi IFRS
Menurut DSAK, pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan:
Full Adoption, pada tingkat ini suatu negara mengadopsi seluruh IFRS dan
menterjemahkan word by word.
Adapted, mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi di suatu negara.
Piecemeal, suatu negara hanya mengadopsi sebagian nomor IFRS, yaitu nomor
standar atau paragraf tertentu
Referenced, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan
bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar
Not adoption at all, suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Keputusan adopsi IFRS oleh IAI akan ditentukan pada tahun 2008
Konvergensi IFRS
Keputusan DSAK saat ini adalah mendekatkan PSAK dengan IAS/IFRS dengan
membuat dua strategi:
Strategi selektif. Strategi ini dilakukan dengan tiga target yaitu; mengidentifikasi
standar-standar yang paling penting untuk diadopsi seluruhnya dan menentukan batas
waktu penerapan standar yang diadopsi, melakukan adopsi standar selebihnya yang
belum diadopsi sambil merevisi standar yang telah ada, dan target terakhir adalah
melakukan konvergensi proses penyusunan standar dengan IASB.
Strategi dual standard. Strategi ini dilakukan dengan menerjemahkan seluruh IFRS
sekaligus dan menetapkan waktu penerapannya bagi listed companies. Sedangkan
bagi non listed companies tetap menggunakan PSAK yang telah ada.
Konvergensi IFRS
Dalam penerapan kedua strategi tsb harus mempertimbangkan lima hal:
Konvergensi standar dan proses konvergensi itu sendiri
Ketersediaan dana untuk penerjemahan standar
Ketersediaan sumber daya manusia
Ketentuan perundang-undangan di Indonesia
Sosialisasi standar dan peluang moral hazards dalam penyusunan laporan keuangan.
Major topics of difference
Lack of convergence is particularly obvious for certain accounting and financial
reporting issues, such as:
the recognition and measurement of
financial assets and derivative financial instruments,
impairment losses,
provisions,
employee benefit liabilities,
income taxes;
accounting for business combinations; and
disclosure of
related party transactions,
segment information.

Perbedaan PSAK IFRS
(Survey GAAP 2001)
PSAK tidak mengatur secara khusus mengenai hal-hal berikut:
the derecognition of financial assets IAS 39.35
accounting for employee benefits other than pensions IAS 19.52
the splitting of an issuers compound financial instruments into debt and equity
components. IAS 32.23
Perbedaan PSAK IFRS
(Survey GAAP 2001)
Tidak ada aturan yang khus
Previous:
Next: REAS Y PERMETROS DE LOS CUERPOS ELEMENTALES

Anda mungkin juga menyukai