Anda di halaman 1dari 20

MAKALA

INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

Disusun Oleh :

Aldi Rahmana Putra

M. Syahri Yusuf

Robby

Mata Kuliah

Akuntansi Internasional

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


INSTITUT BISNIS MUHAMMADIYAH BEKASI
2022
BAB I
PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan perusahaan multinasional kebutuhan akan standar


akuntansi yang berbasis international mutlak diperlukan. Pelaporan keuangan
transnasional mensyaratkan perusahaan harus memahami praktik akuntansi ditempat
perusahaan tersebut berkedudukan. Pada saat dunia usaha hampir tanpa batas negara,
sumberdaya produksi (alat tukar yang paling likuid) yang dimiliki oleh seorang investor
disuatu negara tertentu dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke negara lain,
misalnya melalui mekanisme perdagangan di lantai bursa. 

Dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi informasi pasar modal, jutaan atau
bahkan miliaran investasi dapat dengan mudah masuk ke lantai pasar modal di seluruh
penjuru dunia. Pergerakan mereka tak bisa dihalangi teritori negara. Perkembangan
yang mengglobal seperti ini dengan sendirinya menuntut adanya satu standar akuntansi
yang dibutuhkan baik oleh pasar modal atau lembaga yang memiliki masalah internal.
Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang dipakai di negara
tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di negara lain.
Keanekaragaman standar yang dipakai menjadi kendala investor dan kreditor serta
calon investor dan calon kreditor dalam memahami laporan keuangan yang disajikan.
Hal tersebut diatas yang mendorong timbulnya standar akuntansi internasional (IFRS)
yang dirumuskan oleh IASB (International Accounting Standard Board).
Dalam beberapa tahun terakhir, popularitas Standar Pelaporan Keuangan Internasional /
International Financial Reporting Standards (IFRS) berkembang pesat. Proses penentu
standar akuntansi internasional mampu mengklaim sejumlah keberhasilan yang dicapai
dengan makin banyaknya pengakuan dan penggunaan IFRS.

Sebuah terobosan bersar terjadi di tahun 2002 ketika Masyarakat Ekonomi Eropa
mengadopsi peraturan yang dipersyaratkan bagi perusahaan yang terdaftar di bursa
saham Eropa untuk menerapkan IFRS pada laporan keuangan konsolidasinya. Peraturan
tersebut berdampak di tahun 2005 dan diterapkan ke lebih dari 8.000 perusahaan di 30
negara, termasuk negara-negara seperti Perancis, Jerman, Italia, Spanyol dan Kerajaan
Inggris. Adopsi IFRS mengganti standar akuntansi nasional dan ketentuannya sebagai
dasar untuk penyusunan dan penyajian laoiran keuangan kelompok perusahaan yang
terdaftar di Eropa, yang dianggap oleh banyak orang sebagaimana sebuah pencapaian
yang besar di dalam sejarah akuntansi internasional. 

Di luar Eropa, banyak negara lainnya juga telah berpindah ke IFRS. Hingga tahun 2005,
IFRS telah menjadi keharusan di banyak negara di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
Lagipula, negara-negara seperti Australia, Hong Kong, Selandia Baru, Philipina dan
Singapura telah mengadopsi standar akuntansi nasional yang mengacu kepada IFRS.
tandar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) kini diadopsi lebih dari 100 negara.
Keputusan terakhir dari Securitites and Exchange Commission Amerika Serikat (SEC)
memperbolehkan penerbit swasta asing untuk mendaftarkan surat berharganya pada
bursa saham Amerika Serikat dengan menggunakan Standar Pelaporan Keuangan
Internasional (IFRS) (tanpa rekonsiliasi kepada Prinsip Akuntansi yang Diterima Umum
Amerika Serikat (US GAAP)) dan harapan bahwa lebih banyak negara akan mengadopsi
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), dengan mewajibkannya kepada para
profesional akuntansi dan keuangan, bankir, regulator, pendidik, dan pelatih untuk
memahami dan menerapkan IFRS.

Tetapi beralih ke IFRS bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-angka di


laporankeuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola pikir dan cara semua elemen di
dalamperusahaan. International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai
InternationalFinancial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal
pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang
meliputi penilaian profesional yang kuat dengan pengungkapan yang jelas dan
transparan mengenai substansi transaksi ekonomi, penjelasan hingga mencapai
kesimpulan tertentu dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian
pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan
entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.
BAB II
KAJIAN TEORITIS

Pengertian IFRS
International Financial Reporting Standard (IFRS) atau yang dalam bahasa Indonesia
disebut dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional /
International Accounting Standard Board (IASB). IASB yang dahulu bernama Accounting
International Standard Committee (AISC), merupakan lembaga independen untuk
menyusun standar akuntansi di London. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan
dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat
dipahami dan dapat diperbandingkan.
ebagian besar standar yang menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan
International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai
dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee (IASC). Banyak
standar membentuk bagian dari IFRS dikenal dengan nama lama dari Standar Akuntansi
Internasional (IAS). Pada tanggal 1 April 2001, IASB baru mengambil alih dari IASC
tanggung jawab untuk menetapkan Standar Akuntansi Internasional. IASB mengadopsi
seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.

IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan tekanan pada
penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan
mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan
tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku
bisnis di suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu
standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk mempermudah proses
rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang
berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinan
penilaian aktiva menggunakan nilai wajar.
IFRS merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka
akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan
disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi,
penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi
tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah
membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.
Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS
dalam laporan keuangannya. Penerapan standar akuntansi yang sama di seluruh dunia
juga akan mengurangi masalah-masalah terkait daya banding (comparability) dalam
pelaporan keuangan. Adanya kebijakan ini pihak yang paling diuntungkan sudah jelas
yaitu investor dan kreditor trans-nasional serta badan-badan internasional. Tidak
mengherankan, banyak perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan
yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Manfaat dari adanya suatu standar
global:
1. Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan yang berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi
yang digunakan secara konsisten diseluruh dunia akan memperbaiki efisiensi
alokasi local.
2. Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.
3. Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan
mengenai merger dan akuisisi.
4. Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan
dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang
pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang
berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah
transaksi tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal,
pendapatan dan biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini
digunakan untuk menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat
terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada
tanggal neraca). Hal ketiga yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria
yang digunakan untuk mengakui elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut
dapat disajikan dalam laporan keuangan. Yang terakhir adalah penyajian dan
pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini digunakan untuk
menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan
laporan (Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai
laporan keuangan.
Perbedaan IFRS dan GAAP
Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) menekankan pada pengembangan
standar yang didasarkan pada prinsip-prinsip yang baik, jelas dinyatakan, dari mana
interpretasi diperlukan (kadang-kadang merujuk pada prinsip berbasis standar). Hal ini
kontras dengan seperangkat standar prinsip akuntansi yang diterima umum / Generally
Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika Serikat, standar akuntansi nasional
Amerika Serikat, berisikan pedoman yang lebih menekankan pada penerapan. Standar
tersebut kadang-kadang merujuk pada aturan berbasis standar, tetapi benar-benar
sebagai standar Amerika Serikat yang juga didasarkan pada prinsip yang hanya berisi
pedoman (standar) yang lebih menekankan penerapan. IFRS biasanya tidak memberikan
lini yang jelas, bilamana membedakan di antara kondisi di mana ketentuan akuntansi
yang berbeda ditetapkan. Hal ini mengurangi kesempatan untuk menstrukturkan
transaksi, guna mencapai dampak akuntansi tertentu.

Perbedaan yang signifikan di dalam pendekatan pada penetapan standar antara IFRS
dengan GAAP merupakan alasan utama bahwa panjangnya teks dari IFRS kurang dari
GAAP di Amerika Serikat. GAAP panjangnya lebih dari 20.000 halaman dari literatur
akuntansi; ini berbeda dengan IFRS yang diperkirakan hanya 2.000 hingga 3.000
halaman panjangnya. 

Perbedaan IFRS dan PSAK


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan standar akuntansi yang
berlaku di Indonesia. Tidak semua standar IFRS dicontek habis dan dirubah menjadi
PSAK, itulah mengapa IAI memilih konvergensi dari para adaption dan adoption. Sedikit
gambaran saja untuk membedakan ketiga istilah tersebut  dijelaskan dalam tabel
berikut:

Tentu di tiap negara sistem


perpajakannya pun berbeda-
beda dimana peraturan
perpajakan secara
langsung melibatkan
pembentukan standar
akuntansi.
4.Profesi Akuntan
Profesi akuntan biasanya
didasari dengan kompetensi
dan kebutuhan perusahaan.
Beberapa negara tidak
memiliki standar kurikulum
yang baik mengenai akuntansi
yang berakibat
perbedaan kompetensi antar
profesi akuntansi.
5. Inflasi
Inflasi menyebabkan anomali
terhadap akuntansi biaya
historis yang berujung pada
perubahan
terhadap akun-akun
perusahaan.
Misalnya di negara-negara
yang memiliki persentase
inflasi hingga ratusan persen
tiap tahunnya
cenderung menggunakan
metode general price level
adjustment.
6. Teori Akuntansi
Teori akuntansi di tiap negara
cenderung berbeda dan
biasanya didasari oleh ikatan
politik dan
ekonomi.
Misalnya pencatatan double
entry yang dicetus di Italia
yang kemudian berkembang
digunakan
oleh negara-negara Eropa
lainnya.
7. Kejadian Masa Lalu
Pembentukan standar dan
praktik akuntansi tidak terlepas
dari kejadian di masa lalu
seperti
politik dan budaya.
Misalnya saja pasca krisis nilai
tukar di Indonesia pada tahun
1997 yang menciptakan
interpretasi yang berkaitan
dengan mata uang asing
seperti selisih kurs dalam
laporan keuangan.

IFRS Convergence telah membawa dunia accounting ke level baru, tiga perbedaan
mendasar, yaitu:
 PSAK yang semula berdasarkan Historical Cost mengubah paradigmanya menjadi
Fair Value based. Terdapat kewajiban dalam pencatatan pembukuan mengenai
penilaian kembali keakuratan berdasarkan nilai kini atas suatu aset, liabilitas dan
ekuitas. Fair Value based mendominasi perubahan-perubahan di PSAK untuk
konvergensi ke IFRS selain hal-hal lainnya. Sebagai contoh perlunya di lakukan
penilaian kembali suatu aset, apakah terdapat penurunan nilai atas suatu aset pada
suatu tanggal pelaporan. Hal ini untuk memberikan keakuratan atas suatuatas
suatu laporan keuangan.
 PSAK yang semula lebih berdasarkan Rule Based (sebagaimana USGAAP) berubah
menjadi Prinsiple Based. Rule based adalah manakala segala sesuatu menjadi jelas
diatur batasan batasannya. Sebagai contoh adalah manakala sesuatu materiality
ditentukan misalkan diatas 75% dianggap material dan ketentuan-ketentuan jelas
lainnya. Sedangkan IFRS menganut prinsip prinsiple based dimana yang diatur
dalam PSAK update untuk mengadopsi IFRS adalah prinsip-prinsip yang dapat
dijadikan bahan pertimbagan Akuntan / Management perusahaan sebagai dasar
acuan untuk kebijakan akuntansi perusahaan. 
 Pemutakhiran (Update) PSAK untuk memunculkan transparansi dimana laporan
yang dikeluarkan untuk eksternal harus cukup memiliki kedekatan fakta dengan
laporan internal. Pihak perusahaan harus mengeluarkan pengungkapan
pengungkapan (disclosures) penting dan signifikan sehingga para pihak pembaca
laporan yang dikeluarkan ke eksternal benar-benar dapat menganalisa perusahaan
dengan fakta yang lebih baik. 
Penyesuaian terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan laporan
keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui penyesuaian maka laporan keuangan
perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang
lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu
program konvergensi IFRS juga mengurangi biaya modal (cost of capital) dengan
membuka peluang penggalangan dana melalui pasar modal secara global,
meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penyusunan laporan keuangan,
meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan, meningkatkan
komparabilitas laporan keuangan dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan. 

Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan PSAK
tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS
dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada akhirnya laporan
auditor menyebut adanya kesesuaian dengan IFRS. Secara rinci manfaat adopsi IFRS
adalah sebagai berikut:
 Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan Standar
Akuntansi
 Keuangan yang dikenal secara internasional (enhance comparability).
 Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi.
 Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar
modal secara global.
 Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan.
 Meningkatkan kualitas laporan keuangan, dengan antara lain, mengurangi
kesempatan untuk melakukan earning management
Harmonisasi IFRS
Saat ini harmonisasi standar akuntansi internasional menjadi isu hangat karena
berhubungan erat dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini.
Globalisasi bisnis tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang
mengakibatkan munculnya perusahaan multinasional. Hal ini mengakibatkan
timbulnya kebutuhan akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di
seluruh dunia. Akuntansi sebagai penyedia informasi bagi pengambilan
keputusan yang bersifat ekonomi juga dipengaruhi oleh lingkungan bisnis yang
terus menerus berubah karena adanya globalisasi. Adanya transaksi antar negara
dan prinsip-prinsip akuntansi yang berbeda antar negara mengakibatkan
munculnya kebutuhan akan harmonisasi standar akuntansi di seluruh dunia.

Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS


dapat dibedakan menjadi 5 tingkat: 
1.Full Adoption
Suatu negara mengadopsi seluruh produk IFRS dan menerjemahkan IFRS word
by word ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.
2.Adopted
Mengadopsi seluruh IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3.Piecemeal
Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor
standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4.Referenced
Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu
dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5.Not adopted at all
Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

Usaha-usaha untuk menjadikan International Financial Reporting Standards (IFRS)


menjadi global accounting standards menghadapi berbagai kendala. Salah satu
kendalanya adalah adanya fakta bahwa belum semua negara menerima konsep ‘standar
akuntansi dan pelaporan keuangan tunggal’. Di samping itu, perbedaan bahasa adalah
alasan yang paling lazim ditemukan.

Untuk mewujudkan cita-citanya, IASB telah merangkul berbagai organisasi dunia seperti
Persatuan Bangsa-Bangsa, Bank Dunia, Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD), World Trade Organization (WTO), Uni Eropa, International
Organization of Securities Commission (IOSCO) dan lain-lain telah mendukung
harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan. Sehingga, adopsi dan
konvergensi IFRS adalah suatu fenomena yang sedang dan akan menggejala di seluruh
dunia.

Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah dianggap sebagai suatu
hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara termasuk Indonesia
sebagai negara berkembang. Manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar
akuntansi dan pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman yang lebih baik atas
laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara.
Hal imi tentunya memudahkan suatu perusahaan menjual sahamnya secara lintas
negara atau lintas pasar modal. 
Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan juga diyakini banyak pihak
memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan yang menghabiskan sangat
banyak dana dan sumber daya setiap tahunnya sebagaimana dialami oleh perusahaan-
perusahaan multinasional yang sahamnya diperdagangkan di lintas pasar modal.
Penggunaan standar akuntansi dan pelaporan keuangan juga dapat menambah
kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan-perusahaan
nasional.

Namun ada beberapa kendala yang menjadi penghambat penerapan IFRS sebagai
standar akuntansi dan pelaporan keuangan di dunia hingga saat ini. Kendala-kendala
tersebut berkaitan dengan faktor-faktor yaitu:
1. Sistem hukum dan politik
2. Sistem perpajakan dan fiskal
3. Nilai-nilai budaya korporasi
4. Sistem pasar modal dan peraturan terkait dengan kepemilikan korporasi
5. Kondisi ekonomi dan aktivitas bisnis
6. Teknologi

Dari keenam faktor di atas, faktor penghambat yang paling sering ditemukan adalah
sistem perpajakan dan hukum yang belum tentu sinkron antara suatu negara dengan
negara-negara pengadopsi IFRS lainnya. Sebagai contoh, adopsi IFRS sangat sulit
dilakukan bagi negara-negara yang menerapkan sistem ekonomi syariah dan ekonomi
komunis. Indonesia sebagai negara yang menerapkan sistem perbankan ganda, yaitu
sistem ekonomi syariah dan sistem ekonomi kapitalis juga dapat dipastikan akan
mengalami kesulitan dalam mengadopsi secara penuh IFRS pada masa yang akan
datang.
Dampak Konvergensi IFRS terhadap Bisnis
IFRS menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap dunia bisnis. Berikut ini adalah
berbagai dampak yang ditimbulkan dari program konvergensi IFRS yang disampaikan
dalam seminar setengah hari IAI dengan topik “Dampak konvergensi IFRSterhadap
Bisnis” yang diselenggarakan pada tanggal 28 Mei 2009 kemarin :
 Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan keuangan
akan lebih  mudah dikomunikasikan ke investor global.
 Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak menggunakan
nilai wajar.
 Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-
harga fluktuatif.
 Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance sheet
approach dan fair value.
 principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan laporan
keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional judgment
ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning management).
 Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.
Dampak Konvergensi IFRS terhadap penyajian Laporan Keuangan
Konvergensi IFRS di indonesia akan berdampak terhadap berbagai hal salah satunya
adalah berdampak pada sistem akuntansi dan pelaporan.

1.Pengukuran.
Dampak IFRS terhadap sistem akuntansi dan pelaporan adalah: 
•Peningkatan penggunaan nilai wajar (fair falue)
Standar IFRS banyak menggunakan nilai wajar, terutama untuk property
investasi,beberapa aset tak berwujud, aset keuangan dan aset biologis. Diperlukan
sumber daya yang kompeten untuk menentukan nilai wajar atau bahkan perlu menyewa
jasa konsultan penilai terutama untuk aset-aset yang tidak memiliki nilai pasar aktif.

•Penggunaan estimasi dan “judgement”


Akibat karakteristik IFRS yang lebih berbasis prinsip akan banyak dibutuhkan
“judgement” untuk menentukan bagaimana suatu transaksi keuangan dicatat
2.Pengungkapan
Persyaratan pengungkapan lebih banyak dan lebih rinci. IFRS mensyaratkan
pengungkapan berbagai informasi tentang resiko baik kualitatif maupun kuantitatif.
Pengungkapan dalam laporan keuangan harus sejalan dengan data/ informasi yang
dipakai untuk pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen.

Laporan keuangan menurut IFRS terdiri dari (IAS1.8)


 Pernyataan Posisi Keuangan
 Pernyataan Pendapatan Komprehensif atau dua laporan terpisah yang terdiri dari
suatu Laporan Laba Rugi dan terpisah Pernyataan Pendapatan Komprehensif, yang
menyatukan Laba atau Rugi pada laporan laba rugi terhadap total pendapatan
komprehensif 
 Pernyataan Perubahan Ekuitas (SOCE)
 Pernyataan atau Arus Kas Laporan Arus Kas
 catatan, termasuk ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan
Informasi komparatif diperlukan untuk periode pelaporan sebelumnya (IAS 1,36).Sebuah
entitas mempersiapkan rekening IFRS untuk pertama kalinya harus menerapkan IFRS
secara penuh untuk periode berjalan dan komparatif (IFRS1.7).

Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi


keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi, sedangkan
tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum adalah menyediakan informasi keuangan
tentang entitas pelaporan yang bermanfaat bagi yang telah menjadi maupun yang
potensial investor, pemberi pinjaman,dan kreditor lainnya dalam pembuatan keputusan
tentang penyediaan sumber daya entitas. 
Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pengguna. Suatu laporan keuangan bermanfaat
bagi sejumlah besar pengguna apabila informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Namun
demikian, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi
yang mungkin dibutuhkan pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Dalam
rangka penyajian laporan keuangan Perusahaan, salah satu pihak pengguna laporan
yang harus dipertimbangkan adalah investor. Laporan Keuangan merupakan bagian dari
proses pelaporan keuangan. 

Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 ( Revisi 2009 ) , Laporan Keuangan Dasar
(basic financial statement ) terdiri dari: 1. Laporan Posisi Keuangan; 2. Laporan Laba-
Rugi Komprehensif; 3. Laporan Arus Kas; 4. Laporan Perubahan Ekuitas ; 5. Catatan atas
Laporan Keuangan.
Pelaporan Keuangan ( financial reporting) merupakan “  financial statement plus”,
Karena terdiri dari: 
1. Laporan Keuangan Dasar (basic financial statement )
2. Informasi Pelengkap, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis
serta pengungkapan pengaruh perubahan harga (SAK 2009)
3. Sarana pelaporan keuangan lainnya, contohnya: analisis dan diskusi manajemen,
surat kepada pemegang saham.
Pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan Perusahaan dimaksudkan
untuk memberikan suatu panduan penyajian dan pengungkapan yang terstandarisasi
dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip pengungkapan penuh (full disclosure),
sehingga dapat memberikan kualitas penyajian dan pengungkapan yang memadai bagi
pengguna informasi yang disajikan dalam pelaporan keuangan Emiten atau Perusahaan
Publik. Laporan keuangan harus cukup informatif untuk mempengaruhi pertimbangan
dan keputusan seorang pemakai yang berpengetahuan.
Dampak Konvergensi IFRS Terhadap Kualitas Pelaporan Keuangan
Konvergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari pelaporan keuangan
perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia. Adopsi standar internasional juga
sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian. Banyaknya standar yang harus
dilaksanakan dalam program konvergensi ini menjadi tantangan yang cukup berat bagi
publik untuk sedari dini mengantisipasi implementasi program konvergensi IFRS.
Beberapa dampak yang terjadi atas konvergensi IFRS terhadap kualitas penyajian
Pelaporan Keuangan, akan dijelaskan lebih rinci dari dalam perspektif kualitatif:

1.Perubahan konsep dari rule based ke principle based 


Principle based mengandung makna bahwa standart akuntansi tidak bersifat ketat atau
rigid, melainkan hanya memberikan prinsip-prinsip umum standar akuntansi yang harus
di ikuti untuk memastikan pencapaian kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat
diperbandingkan dan objektif, sedangkan rule based mengandung makna bahwa untuk
mencapai kualitas informasi tertentu yang relevan, dapat diperbandingkan, dan objektif,
standar akuntansi harus bersifat ketat dan rigid.

2.Peran Profesional Judgement lebih dibutuhkan


Peralihan menuju principle based standar mempunyai arti standar akuntansi yang akan
kita gunakan menjadi lebih bersifat fleksibel karena aturan-aturan yang detail sudah
disederhanakan kedalam beberapa prinsip-prinsip dasar saja. Fleksibilitas dari IFRS
inilah yang menjadikan peran professional judgement  lebih dibutuhkan baik dalam hal
mempersiapkan laporan keuangan maupun dalam hal pengauditan. Dan hal terpenting
yang harus kita lakukan adalah bahwa semua dokumen serta proses Profesional
Judgement itu harus didokumentasikan.

3.Penggunaan Fair Value Accounting 


Fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu
transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat kesulitan
keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu instrumen.
Sehingga dengan adanya fair value accounting maka penyajian atas pelaporan
keuangan untuk nilai aset dan instrumen keuangan tercatat pada nilai sebenarnya atau
wajar sesuai dengan kondisi pasar. Sehingga kualitas yang dihasilkan atas laporan
keuangan menjadi dapat diandalkan.

4.Keterlibatan pihak ketiga dalam penyusunan laporan keuangan


Dengan adanya konvergensi IFRS, menyebabkan segala sesuatu yang berkaitan dengan
penilaian dan pengukuran menjadi penting, sehingga kebutuhan atas adanya pihak
ketiga didalam penyusunan laporan keuangan sangat besar. Karena laporan keuangan
mewajibkan untuk diungkapkan secara menyeluruh agar transparansi menjadi suatu hal
penting bagi pengguna laporan keuangan.

BAB III
ISU TERKINI

Era globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi internasional yang
dapat diberlakukan secara internasional di setiap negara, atau diperlukan adanya
harmonisasi terhadap standar akuntansi internasional, dengan tujuan agar dapat
menghasilkan informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, mempermudah dalam
melakukan analisis kompetitif dan hubungan baik dengan pelanggan, supplier, investor,
dan kreditor. Namun proses harmonisasi ini memiliki hambatan antaralain nasionalisme
dan budaya tiap-tiap negara, perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap negara,
perbedaan kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional
yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, serta tingginya biaya
untuk merubah prinsip akuntansi.

Standar akuntansi di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full
adoption) standar akuntansi internasional atau International Financial Reporting
Standard (IFRS). Standar akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US
GAAP (United Stated Generally Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa
pasal sudah mengadopsi IFRS yang sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan
Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh, baru sebagian (harmonisasi).

Berdasarkan proposal konvergensi yang telah dikeluarkan oleh IAI, proses adopsi dibagi
dalam 3 tahap yaitu tahap adopsi, tahap persiapan, dan tahap implementasi. Masing-
masing tahap dilakukan dengan jadwal sebagai berikut:
Pada tahun 2009, Indonesia belum mewajibkan perusahaan-perusahaan listed di BEI
menggunakan IFRS, melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan
nasional atau PSAK. Namun pada tahun 2010 bagi perusahaan yang memenuhi syarat,
adopsi IFRS sangat dianjurkan. Sedangkan pada tahun 2012, Dewan Pengurus Nasional
IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan DSAK menerapkan standar
akuntansi yang mendekati konvergensi penuh kepada IFRS. 

Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta melakukan program
konvergensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin tertinggal.
Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh DSAK
tidak dapat terlepas dari perkembangan penyusunan standar akuntansi internasional
yang dilakukan oleh IASB. Standar akuntansi keuangan nasional saat ini sedang dalam
proses secara bertahap menuju konvergensi secara penuh dengan IFRS yang
dikeluarkan oleh IASB. 

Hal-hal yang tidak diatur standar akuntansi internasional, DSAK akan terus
mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi kebutuhan nyata di
Indonesia, terutama standar akuntansi keuangan untuk transaksi syariah, dengan
semakin berkembangnya usaha berbasis syariah di tanah air. Landasan konseptual
untuk akuntansi transaksi syariah telah disusun oleh DSAK dalam bentuk Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Hal ini diperlukan karena
transaksi syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dengan transaksi usaha
umumnya sehingga ada beberapa prinsip akuntansi umum yang tidak dapat diterapkan
dan diperlukan suatu penambahan prinsip akuntansi yang dapat dijadikan landasan
konseptual. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan untuk transaksi syariah akan
dimulai dari nomor 101 sampai dengan 200. Indonesia harus mengadopsi IFRS untuk
memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau sebaliknya.
Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu bukan perkara mudah
karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi yang mahal.
Ada tiga permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia dalam melakukan adopsi
penuh IFRS. Permasalahan pertama adalah kurang siapnya infratruktur seperti DSAK
sebagai financial accounting standard setter di Indonesia. Permasalahan yang kedua
adalah kondisi peraturan perundang-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS.
Permasalahan yang ketiga adalah kurang siapnya sumber daya manusia dan dunia
pendidikan di Indonesia.
Di samping kendala-kendala yang disinggung di atas, sumber daya manusia dan dunia
pendidikan di Indonesia masih belum menunjukkan kesiapan menghadapi adopsi penuh
IFRS. Hal ini dapat dilihat dari minimnya pengajaran dan pembahasan topik-topik
akuntansi keuangan terkait IFRS, karena IFRS belum dijadikan mata kuliah pokok
program pendidikan akuntansi di Indonesia. Kondisi ini diperparah lagi dengan
minimnya staf-staf pengajar yang memiliki kompetensi dan keahlian IFRS di universitas-
universitas baik swasta maupun negeri di Indonesia.

Proses penerjemahan IFRS menjadi PSAK adalah masalah tersendiri yang menghambat
adopsi IFRS di Indonesia. Sebagaimana diketahui, setiap peraturan termasuk PSAK
harus ditulis dalam bahasa Indonesia. Keharusan ini mengakibatkan lamanya proses
ratifikasi suatu IFRS menjadi PSAK. Proses penerjemahan IFRS ke dalam bahasa
Indonesia terkadang membutuhkan waktu yang relatif lama, sehingga IFRS yang selesai
diterjemahkan terkadang sudah tidak lagi berlaku. Kondisi ini berbeda dengan negara-
negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang langsung mengadopsi teks asli
IFRS, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama untuk meratifikasinya. IFRS yang
telah diterjemahkan menjadi PSAK terkadang juga memberikan makna yang berbeda
dengan sumber aslinya.
Indonesia sebenarnya juga masih memiliki banyak regulasi yang tidak mendukung
sehingga adopsi penuh IFRS akan sulit dilakukan. Di samping itu, perhatian dan
komitmen yang kuat dari pelaku bisnis, pemerintah Indonesia dan otoritas pasar modal
masih sangat minim.

KESIMPULAN
1. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang dikembangkan oleh I
nternational Accounting Standard Board (IASB) yang menjadi standar global untuk
penyusunan laporan keuangan.
2. Di Indonesia PSAK dikonvergensi secara penuh ke dalam IFRS pada tahun 2012
melalui tiga tahapan yaitu : Tahap Adopsi (2008-2010), Tahap Persiapan (2011) dan
Tahap Implementasi (2012).
3. Kendala yang dihadapi Indonesia dalam mengadopsi IFRS secara penuh diantaranya :
kurang siapnya infrastuktur seperti DSAK sebagai Financial Accounting Standart
Setter, kondisi perundangan-undangan yang belum tentu sinkron dengan IFRS, serta
kurang siapnya SDM dan dunia pendidikan di Indonesia.
4. Dampak yang ditimbulkan akibat dari penerapan IFRS di Indonesia berpengaruh pada
beberapa hal diantaranya pada : dunia bisnis, perbankan, profesi akuntansi serta
pendidikan.
5. Di Indonesia, penerapan International Financial Report Standard (IFRS) salah
satunya terdapat pada PT. Telekomunikasi Indonesia (TELKOM). Komitmen untuk
menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen

Kesimpulan
Akuntansi internasional
didasari oleh perbedaan
standar akuntansi di tiap
negara. Dimana
perusahaan atau pihak dari
negara berbeda melakukan
transaksi.
Akuntansi internasional
sejatinya berfungsi sebagai
dasar atau pedoman apabila
terjadi transaksi
antar negara. Baik sebagai
fungsi komparasi, konsolidasi
antar anak-induk perusahaan,
atau
fungsi penyelarasan

Anda mungkin juga menyukai