Anda di halaman 1dari 3

Menuju Penerapan IFRS 2011

October 12, 2010 by akuntansibisnis 4 Comments Oleh: Harry Andrian Simbolon., SE., M.Ak., QIA dan Ludovikus Nadeak., SE,. S.Si Masih teringat oleh kita kasus Enron yang menghebohkan jagad bisnis dunia sewindu yang lalu, perusahaan energi raksasa milik Amerika itu membuat tercengang para pelaku bisnis di seluruh penjuru dunia karena kiprahnya menciptakan pertumbuhan yang sangat fenomenal hanya dalam waktu singkat, namun akhirnya bankrut dalam waktu singkat pula. Arthur Andersen yang bertindak sebagai auditor eksternal Enron saat itu harus merelakan kantornya di seluruh dunia membubarkan diri sebagai bentuk pertanggungjawaban atas ulahnya menukangi praktik akuntansi dengan cara yang tidak lazim. Demikian juga kasus-kasus lainnya seperti Xerox, World dot Com, Bank Global, Great River, Bank Summa, dll yang memiliki karakteristik serupa. Hanya satu kata yang bisa menjelaskan mengapa kasus-kasus itu bisa terjadi, yaitu akuntansi. Akuntansi pada dasarnya seperti pedang bermata dua, di satu sisi bisa menjadi bahasa yang menyampaikan informasi keuangan yang bermanfaat bagi para stakeholder, namun di sisi lain bisa menjadi racun ketika informasi yang disajikannya ternyata tidak benar. Akuntansi disebut sebagai bahasa bisnis karena merupakan suatu alat untuk menyampaikan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang memerlukannya. Semakin baik kita mengerti bahasa tersebut, maka semakin baik pula keputusan kita, dan semakin baik kita dalam mengelola keuangan. Untuk menyampaikan informasi-informasi tersebut, maka digunakanlah laporan akuntansi atau yang dikenal sebagai laporan keuangan. Dalam pasar modal, laporan keuangan merupakan komoditas utama. Disinilah perlunya suatu standar yang mengatur pelaporan informasi akuntansi tersebut. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik. Efektivitas dan ketepatan waktu dari informasi keuangan yang transparan yang dapat dibandingkan dan relevan dibutuhkan oleh semua stakeholder (pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia kredit, bahkan pemerintah). International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis true and fair (IFRS framework paragraph 46). Manfaat Penerapan IFRS

Indonesia yang tadinya berkiblat pada standar akuntansi keluaran FASB (Amerika), mau tidak mau harus beralih dan ikut serta menerapkan IFRS karena tuntutan bisnis global. Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market). Firma akuntansi big four mengatakan bahwa banyak klien mereka yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi lintasnegara. Sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman, The World is Flat, aktivitas merger dan akuisisi lintasnegara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Menurut Ketua Tim Implementasi IFRS-Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Dudi M Kurniawan yang dimuat harian Kompas tanggal 6 Mei 2010 mengatakan bahwa dengan mengadopsi IFRS Indonesia akan mendapatkan tujuh manfaat sekaligus. Pertama, meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK). Kedua, mengurangi biaya SAK. Ketiga, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan. Keempat, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan. Kelima, meningkatkan transparansi keuangan. Keenam, menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana melalui pasar modal. Ketujuh, meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. IAI memberikan target tahun 2012 konvergensi IFRS tercapai dan diterapkan di Indonesia. Bagi pelaku bisnis pada umumnya, pertanyaan dan tantangan tradisionalnya adalah apakah implementasi IFRS membutuhkan biaya yang besar? Belum apa-apa, beberapa pihak sudah mengeluhkan besarnya investasi di bidang sistem informasi dan teknologi informasi yang harus dipikul perusahaan untuk mengikuti persyaratan yang diharuskan. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah jelas, adopsi IFRS membutuhkan biaya, energi dan waktu yang tidak ringan, tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih signifikan. Komitmen manajemen perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di masa depan. Penerapan IFRS di Telkom Group Telkom yang sahamnya tercatat dalam bursa internasional (New York Stock Exchange dan London Stock Exchange) menargetkan waktu lebih cepat setahun dari target yang ditentukan IAI, yaitu tahun 2011. Hal tersebut dilakukan karena TELKOM adalah salah satu role model implementasi IFRS khususnya di lingkungan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). TELKOM telah membentuk tim khusus yang diberi nama Gugus Tugas IFRS yang bertugas mempersiapkan adopsi IFRS dan konversi laporan keuangan TELKOM. Telkomsel yang merupakan anak perusahaan Telkom mau tidak mau harus ikut serta menerapkan standar ini karena laporan keuangan Telkomsel terkonsolidasi dengan laporan keuangan Telkom. Sama seperti ketika Telkomsel mengadopsi penuh aturan SOA (Sarbanes Oxley Act) karena aturan SEC (Bapepamnya Amerika) mengharuskan semua emiten NYSE

menerapkannya. Telkomsel telah melakukan serangkaian persiapan untuk mengadopsi penuh standar ini. Beberapa karyawan kunci telah mengikuti serangkaian training dan workshop sebagai langkah awal adopsi standar tersebut. Telkomsel telah membentuk tim ad hoc yang bertugas mengawal adopsi standar tersebut di perusahaan ini. Telkomsel juga sudah menunjuk konsultan yang akan membantu tim adhoc dalam mengimplementasikan standar tersebut. Menurut pandangan penulis kemungkinan ada tiga alternatif pilihan yang akan dipertimbangkan Management Telkomsel pada penerapan awal standar ini sembari menunggu Full adoption standard oleh IAI pada 2012, yaitu: 1. Langsung menerapkannya pada transaction level, yaitu IFRS menjadi leading ledger, 2. Melakukan Group Adjustment di pelaporan keuangan, dan 3. Melakukan rekonsiliasi IFRS dengan standar Indonesia di laporan keuangan. Apapun alternatif yang akan dipilih nanti, pada akhirnya pasti akan mengarah pada transaction level adoption, yang artinya IFRS diterapkan pada setiap transaksi yang terjadi. Transformasi penerapan standar ini memerlukan effort yang tidak sedikit, pola pikir seluruh pelaku akuntansi di perusahaan ini sangat diperlukan mengikuti framework standar internasional ini, termasuk dukungan sistem dan teknologi informasi. Tahun 2011 tinggal hitungan bulan saja, saya yakin dengan semangat dan etos kerja yang tinggi kita bisa mencapai target ini. Oleh: Harry Andrian Simbolon & Ludovikus nadeak

Anda mungkin juga menyukai