Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi

dalam pembuatan laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena

banyaknya pengguna laporan keuangan. Jika tidak terdapat standar, perusahaan

dapat saja menyajikan laporan keuangan yang mereka miliki sesuai dengan

kehendak mereka sendiri. Hal ini tentunya akan menjadi masalah bagi para

pengguna karena akan menyulitkan untuk memahami laporan keuangan yang ada.

Setiap negara tentunya mempunyai aturan akuntansi (standar) yang berbeda-beda.

Perbedaan itu mencakup perlakuan, metode, penyajian dan pelaporan. Perbedaan akuntansi

tiap Negara akan menyulitkan bagi para pengguna laporan keuangan terutama

bagi para analis, auditor, investor, dan kreditur yang lingkup kerjanya melewati

batas Negara.

Ketika dunia bisnis dapat dikatakan hampir tanpa batas Negara, sumber

daya produksi (misalnya uang) yang dimiliki oleh seorang investor di satu Negara tertentu

dapat dipindahkan dengan mudah dan cepat ke Negara lain misalnya melalui mekanisme

bursasaham. Tentu saja akan timbul suatu masalah ketika standar akuntansi yang

dipakai di Negara tersebut berbeda dengan standar akuntansi yang dipakai di

Negara lain. Agar pemahaman laporan keuangan menjadi lebih mudah, maka

perlu ditetapkannya suatu aturan atau standar yang seragam. Atas dasar hal

tersebut muncullah isu konvergensi. Dengan adanya konvergensi diharapkan dapat

menjembatani persepsi yang keliru dalam mengartikan laporan keuangan karena


semua Negara aturannya seragam dengan pemahaman yang sama. Jadi dengan

konvergensi, diharapkan tidak akan ada lagi persepsi yang salah dalam

menginterpretasikan laporan keuangan. Selain itu juga diharapkan dengan adanya

konvergensi IFRS ini dapat memberikan dampak yang positif terhadap kualitas

audit. Pada kesempatan kali ini kami kelompok 11A akan mengangkat 4 judul

artikel mengenai Internasional Financial Reporting Standar (IFRS) dampaknya

terhadap kualitas audit:

1. IFRS adoption and auditing : a review

2. Analisis terhadap hubungan antara konvergensi IFRS, manajemen laba

dan kualitas audit

3. Pengaruh konfergensi IFRS, prediksi kebangkrutan, komite audit,

komisaris independen dan kualitas audit terhadap timelines

4. Effect of audit quality and accounting and finance backgrounds of audit

committee members on firms’ compliance with IFRS for goodwill

impairment testing.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah

yang sedang dihadapi yaitu:

1. Bagaimana pengaruh efek adopsi IFRS pada biaya audit, pasar audit dan

pemeriksaan laporan lag dan pengaruh pilihan auditor pada IFRS

kepatuhan.

2. Bagaimana Analisis terhadap hubungan antara konvergensi IFRS,

manajemen laba dan kualitas audit


3. Bagaimana Pengaruh konfergensi IFRS, prediksi kebangkrutan, komite

audit, komisaris independen dan kualitas audit terhadap timelines

4. Bagaimana pengaruh kualitas audit pada kepatuhan perusahaan dengan

IFRS untuk pengujian dan pengungkapan penurunan goodwill.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh efek adopsi IFRS pada biaya audit, pasar

audit dan pemeriksaan laporan lag dan pengaruh pilihan auditor pada IFRS

kepatuhan.

2. Untuk mengetahui analisis terhadap hubungan antara konvergensi IFRS,

manajemen laba dan kualitas audit

3. Untuk mengetahui pengaruh konfergensi IFRS, prediksi kebangkrutan,

komite audit, komisaris independen dan kualitas audit terhadap timelines

4. Untuk mengetahui pengaruh kualitas audit pada kepatuhan perusahaan

dengan IFRS untuk pengujian dan pengungkapan penurunan goodwill.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk menyelidiki topik ini dimasa depan karena penulis memberikan

bimbingan khusus untuk jalan penelitian masa depan untuk ini helai ulasan

penelitian dan topik yang belum dijelajahi lain yang berkaitan dengan

audit dan IFRS.

2. Mengetahui Hubungan antara Konvergensi IFRS, Manajemen Laba dan

Kualitas Audit
3. Dapat mengetahui pengaruh konfergensi IFRS, prediksi kebangkrutan,

komite audit, komisaris independen dan kualitas audit terhadap timelines.

4. Untuk dapat mengetahui pengaruh kualitas audit dan akuntansi keuangan

latar belakang komite audit anggota pada kepatuhan perusahaan dengan

IFRS untuk niat baik pengujian kerusakan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kerangaka Teoritis

2.1.1 Internasional Financial Reporting Standar (IFRS)

IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh

International Accounting Standar Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional

disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi

Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional

Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).

International Accounting Standar Board (IASB) yang dahulu bernama

International Accounting Standar Committee (IASC), merupakan lembaga

independen untuk menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan

mengembangkan dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang

berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan.

Suatu perusahaan mulai terlibat dengan akuntansi internasional adalah

pada saat mendapatkan kesempatan melakukan transaksi ekspor atau impor. IFRS

adalah standar yang dapat digunakan perusahaan multinasional untuk

menjembatani  perbedaan-perbedaan antar negara, dalam perdagangan global.

International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal

pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation)

profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi

ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini

muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku  bisnis di


suatu negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu

standar internasional yang berlaku sama di semua negara untuk memudahkan

proses rekonsiliasi bisnis.

Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di

Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan

penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan

dengan basis, true and fair. Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa

pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh

pasar dunia (global market). Menurut Martani et al (2012) IFRS sebagai standar

internasional memiliki tiga ciri utama sebagai berikut :

1. Principle based

Standar yang menggunakan principle based hanya mengatur hal –hal yang

pokok sedangkan prosedur dan kebijakan detail diserahkan kepada

pemakai. Standar yang bersifat principle based mengharuskan pemakainya

untuk membuat penilaian (judgment) yang tepat atas suatu transaksi untuk

menentukan substansi ekonominya dan menentukan standar yang tepat

untuk transaksi tersebut.

2. Nilai wajar

Penggunaan nilai wajar untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi

untuk pengambilan keputusan. Informasi nilai wajar lebih relevan karena

menunjukkan nilai sekarang. Hal ini sangat bertolak belakang dengan

konsep harga perolehan dengan penilaian pada historical cost. IFRS

membuka peluang penggunaan nilai wajar yang lebih luas dan untuk
beberapa item, seperti aset tetap dan aset tak berwujud, dibuka opsi

penggunaan nilai wajar selain nilai perolehan. Nilai wajar lebih relevan

namun harga perolehan diyakini lebih

3. Reliable

Dalam IFRS lebih banyak melakukan pengungkapan (disclosure) dalam

laporan keuangan. Tujuannya adalah agar pengguna laporan keuangan

dapat mempertimbangkan informasi yang relevan terkait dengan apa yang

dicantumkan dalam laporan keuangan dan kejadian penting yang terkait

dengan item tersebut. Pengungkapan dapat berupa kebijakan akuntansi,

rincian detail, penjelasan penting dan komitmen.

2.1.2 Manfaat menggunakan IFRS

Manfaat menggunakan suatu standar yang berlaku secara internasional

(IFRS) yang bisa dirasakan oleh perusahaan adalah:

1. Penurunan dalam hal biaya

2. Penurunan / pengurangan resiko ketidakpastian dan mis understanding

3. Komunikasi yang lebih efektif dengan investor

4. Perbandingan dengan anak perusahaan dan induk persahaan di negara

yang  berbeda dapat dilakukan

5. Perbandingan mengenai contaractual terms seperti lending contracts dan

bonus atas kinerja manajemen.

Membahas tentang IFRS, saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam

usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain, tentunya IASC (International

Accounting Standar Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD


(Organization for Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak

yang diuntungkan dengan adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan

multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO

(International Organization of Securities Commissions). Harmonisasi telah

berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar  perusahaan secara

sukarela mengadopsi standar pelaporan keuangan Internasional (IFRS).

Banyak negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan

menggunakan IFRS sebagai dasar standar nasional. Hal ini dilakukan untuk

menjawab permintaan investor institusional dan pengguna laporan keuangan

lainnya. Dibalik kesuksesan IFRS, banyak pula pro dan kontra dalam penerapan

standar internasional, namun seiring waktu, standar internasional telah bergerak

maju, dan menekan negara-negara yang kontra. Contoh: komisi pasar modal

Amerika Serikat (AS) yang bernama SEC, tidak menerima IFRS sebagai dasar

pelaporan keuangan yang diserahkan perusahaan-perusahaan yang mencatatkan

saham pada bursa efek AS, namun SEC berada dalam tekanan yang makin

meningkat untuk membuat pasar modal AS lebih dapat diakses oleh para

pembuat laporan non- AS. SEC telah menyatakan dukungan atas tujuan IASB

untuk mengembangkan standar akuntansi yang digunakan dalam laporan

keuangan yang digunakan dalam penawaran lintas batas.

2.1.3 Konvergensi IFRS di Indonesia

Konvergensi IFRS mengandung pengertian bahwa standar Akuntansi yang

berlaku di Indonesia akan sesuai dengan Standar Akuntansi Internasional (IFRS).

Indonesia melakukan konvergensi IFRS, karena Indonesia sudah memiliki


kesepakatan dengan negara-negara G-20. Pengadopsian IFRS berdasarkan

pengalaman negara-negara sebelumnya, melalui 2 cara yaitu “big bang” dengan

langsung mengadopsi dan gradual secara bertahap dengan penyesuaian

karakteristik negara tersebut. Indonesia sendiri menggunakan cara gradual dengan

tidak mengadopsi langsung IFRS namun melakukan beberapa penyesuaian. Cara

demikian menurut Aria dalam  penelitiannya mengenai pengadopsian IFRS di

negara-negara berkembang lebih  baik, menimbang kondisi makro ekonomi dan

regulasi yang ada.

Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS

dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:

1. Full Adoption

Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS

sama persis ke dalam bahasa yang negara tersebut gunakan.

2. Adopted 

Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada

Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS namun

disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.

3. Piecemeal 

Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor

standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.


4. Referenced (konvergence)

Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS

tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan

pembuat standar.

5. Not adopted at all 

Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS

Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui tiga tahapan yakni tahap

adopsi mulai 2008 sampai 2011 dengan persiapan akhir penyelesaian infrastruktur

dan tahap implementasi pada 2012. Dewan Standar Akuntansi Keuangan

(DSAK –  IAI) telah menetapkan roadmap seperti tabel di bawah ini:

Tabel 1.1
Road Map Adopsi IFRS di Indonesia

No Tahap Keterangan Tahun


1 Tahap Adopsi Adopsi seluruh IFRS terakhir ke 2008  – 2010
dalam PSAK
2 Tahap persiapan Penyiapan seluruh insfrastruktur 2011
pendukung untuk implementasi
PSAK yang sudah mengadopsi
seluruhnya
3 Tahap implementasi Penerepan PSAK yang sudah 2012
mengadopsi seluruh IFRS bagi
perusahaan-perusahaan yang
memiliki akuntabilitas publik
Sumber : Proposal Konvergensi IFRS IAI, 2008 dalam Purba, 2010
Tujuan dari konvergensi IFRS adalah untuk meningkatkan transparansi

dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan. Secara umum, strategi adopsi yang

dapat digunakan dalam konvergensi ada 2 macam yaitu :

1. Big Bang strategy

adalah mengadopsi penuh IFRS tanpa melalui tahapan-tahapan tertentu

biasanya dilakukan oleh negara-negara maju

2. Gradual strategy

adalah mengadopsi IFRS secara bertahap yang biasa dilakukan oleh

negara-negara berkembang seperti Indonesia

Konvergensi PSAK ke IFRS memiliki manfaat sebagai berikut:

1. meningkatkan kualitas standar akuntansi keuangan (SAK).

2. mengurangi  biaya SAK.

3. meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.

4. meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.

5. meningkatkan transparansi keuangan.

6. menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan dana

melalui pasar modal.

7. meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Pada tahun 2012

seluruh PSAK yang berlaku di Indonesia telah konvergen dengan IFRS

2.1.4 Kualitas Audit

Apa pun tugas yang dilakukan oleh auditor, yang dibutuhkan adalah

sebuah hasil kerja yang berkualitas. Kualitas audit telah didefinisikan dengan

berbagai cara. Watkins et al. (2004) mengidentifikasi beberapa definisi kualitas


audit. Di dalam literatur praktis, kualitas audit adalah seberapa sesuai audit

dengan standar pengauditan. Di sisi lain, peneliti akuntansi mengidentifikasi

berbagai dimensi kualitas audit. Dimensi-dimensi yang berbeda-beda ini membuat

definisi kualitas audit juga berbeda-beda.

Ada empat kelompok definisi kualitas audit yang diidentifikasi oleh

Watkins et al. (2004). Pertama, adalah definisi yang diberikan oleh DeAngelo

(1981b). DeAngelo (1981b) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas

nilaian-pasar bahwa laporan keuangan mengandung kekeliruan material dan

auditor akan menemukan dan melaporkan kekeliruan material tersebut. Kedua,

adalah definisi yang disampaikan oleh Lee, Liu, dan Wang (1999). Kualitas audit

menurut mereka adalah probabilitas bahwa auditor tidak akan melaporkan laporan

audit dengan opini wajar tanpa pengecualian untuk laporan keuangan yang

mengandung kekeliruan material. Definisi ketiga adalah definisi yang diberikan

oleh Titman dan Trueman (1986), Beaty (1986), Krinsky danRotenberg (1989),

dan Davidson dan Neu (1993). Menurut mereka, kualitas audit diukur dari akurasi

informasi yang dilaporkan oleh auditor. Terakhir, kualitas audit ditentukan dari

kemampuan audit untuk mengurangi noise dan bias dan meningkatkan kemurnian

(fineness ) pada data akuntansi (Wallace,1980 di dalam Watkins et al., 2004).

Kualitas audit adalah pelaksanaan audit yang dilakukan sesuai standar

sehingga auditor mampu mengungkapkan dan melaporkan apabila terjadi

pelanggaran yang dilakukan klien Kualitas audit sering dikaitkan dengan kualitas

pelaporan keuangan. Bukti menunjukkan diferensial kualitas audit ada di sejumlah

dimensi seperti ukuran perusahaan, spesialisasi industri, karakteristik perusahaan,


dan perbedaan dalam sistem hukum lintas negara dan pengungkapan kewajiban

auditor .

Kualitas audit adalah karakteristik atau gambaran praktik dan hasil audit

berdasarkan standar auditing dan standar pengendalian mutu yang menjadi ukuran

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab profesi seorang auditor. Kualitas audit

berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselesaikan dibandingkan

dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kualitas audit merupakan segala kemungkinan (probability) dimana

auditor pada saat mengaudit laporan keuangan klien dapat menemukan

pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam

laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut auditor

berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan.

Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit adalah sebagai berikut:

a. Deteksi salah saji 

Dalam mendeteksi salah saji, auditor harus memiliki sikap skeptisme

profesional, yaitu sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan

melakukan evaluasi secara kritis bukti audit. Salah saji dapat terjadi akibat dari

kekeliruan atau kecurangan. Apabila laporan keuangan mengandung salah saji

yang dampaknya secara individual atau keseluruhan cukup signifikan sehingga

dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar dalam semua

hal yang sesuai standar akuntansi keuangan.


b. Kesesuaian dengan Standar Umum yang Berlaku 

Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) adalah acuan yang ditetapkan

menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh akuntan publik dalam pemberian

jasanya (UU No. 5 Tahun 2011). Auditor bertanggung jawab untuk mematuhi

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Aturan Etikan

Kompartemen Akuntan Publik mengharuskan anggota Ikatan Akuntan Indonesia

yang berpraktik sebagai auditor mematuhi standar auditing jika berkaitan dengan

audit atas laporan keuangan.

c. Kepatuhan terhadap SOP 

Standar operasional perusahaan adalah penetapan tertulis mengenai apa

yang harus dilakukan, kapan, dimana, oleh siapa, bagaimana cara melakukan, apa

saja yang diperlukan, dan lain-lain yang semuanya itu merupakan prosedur kerja

yang harus ditaati dan dilakukan. Dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan,

auditor harus memperoleh pengetahuan tentang bisnis yang cukup untuk

mengidentifikasi dan memahami peristiwa, transaksi, dan praktik yang menurut

pertimbangan auditor kemungkinan berdampak signifikan atas laporan keuangan

atau atas laporan pemeriksaan atau laporan audit.

Berdasarkan Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia

Nomor 01 Tahun 2007 mengenai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara

(SPKN), kualitas audit diukur berdasarkan hal-hal sebagai berikut:

1. Kualitas Proses (keakuratan temuan audit, sikap skeptisme). Besarnya

manfaat yang diperoleh dari pekerjaan pemeriksaan tidak terletakpada


temuan pemeriksaan yang dilaporkan atau rekomendasi yang dibuat, tetapi

terletak pada efektivitas penyelesaian yang ditempuh oleh entitas yang

diperiksa. Selain itu audit harus dilakukan dengan cermat, sesuai prosedur,

sambil terus mempertahankan sikap skeptisme. 

2. Kualitas hasil (nilai rekomendasi, kejelasan laporan, manfaat audit).

Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk

menindaklanjuti rekomendasi serta menciptakan dan memelihara suatu

proses dan sistem informasi untuk memantau status tindak lanjut atas

rekomendasi pemeriksa. 

3. Kualitas tindak lanjut hasil audit. pemeriksa wajib merekomendasikan

agar manajemen memantau status tindak lanjut atas rekomendasi

pemeriksa. Perhatian secara terusmenerus terhadap temuan pemeriksaan

yang material beserta rekomendasinya dapat membantu pemeriksa untuk

menjamin terwujudnya manfaat pemeriksaan yang dilakukan.

Standar auditing yang berlaku umum dapat dibagi ke dalam tiga kategori:

1. Standar Umum

· Audit harus dilakukan oleh orang yang sering mengikuti pelatihan dan

memiliki kecakapan teknis yang memadai

· Auditor harus dapat mempertahankan sikap mental yang independen

dengan hal-hal yang berhubungan dengan audit

· Auditor harus dapat mengaplikasika kemahiran profesional dalam

melaksanakan audit dan menyusun laporan


2. Standar Pekerjaan Lapangan

· Auditor harus merencanakan pekerjaan secara memadai dan mengawasi

semua asisten sebagaimana mestinya

· Auditor harus memiliki pemahaman yang cukup mengenai entitas serta

lingkunganya

· Auditor harus mendapatkan cukup bukti audit yang tepat

3. Standar Pelaporan

· Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor bahwa apakah laporan

keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum

· Auditor juga harus dapat mengidentifikasi laporan auditor mengenai

keadaan dimana prinsip-prinsip tidak secara konsisten diikuti selama

periode berjalan

· Jika auditor menetapkan bahwa pengungkapan yang informatif belum

memadai, auditor harus menyatakanya dalam laporan auditor

· Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan secara

keseluruhan atau menyatakan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan

2.2 Pengembangan Hipotesis

2.2.1 IFRS adoption and auditing : a review

H1: Adopsi IFRS terkait dengan pemeriksaan biaya IFRS.

H2: IFRS adopsi terkait dengan audit pasar.

H3: IFRS adopsi terkait dengan laporan audit lag.


2.2.2 Analisis terhadap hubungan antara konvergensi IFRS, manajemen

Laba dan kualitas audit

H1: Terdapat perbedaan tingkat manajemen laba sebelum dan sesudah

konvergensi IFRS

H2: Terdapat perbedaan tingkat manajemen laba antara perusahaan yang

diaudit oleh KAPbig 4 dan KAP non big 4

H3: Kualitas audit dapat mempengaruhi hubungan antara konvergensi

IFRS dan manajemen laba

2.2.3 Pengaruh konfergensi IFRS, prediksi kebangkrutan, komite audit,

komisaris independen dan kualitas audit terhadap timelines

H1: Konvergensi IFRS berpengaruh positif terhadap timelines.

H2: Prediksi kebangkrutan berpengaruh positif terhadap timelines.

H3: Komite audit berpengaruh terhadap timelines.

H4: Komisaris independen berpengaruh positif terhadap timelines.

H5: Kualitas audit berpengaruh positif terhadap timelines.

2.2.4 Effect of audit quality and accounting and finance backgrounds of audit

committee members on firms’ compliance with IFRS for goodwill impairment

testing.

H1: Ketaatan perusahaan dengan IFRS untuk pengujian penurunan

goodwill adalah positif terkait dengan diaudit oleh salah satu auditor Big-4

karena diaudit oleh auditor non-Big-4.

H2: Ketaatan perusahaan dengan IFRS untuk pengujian kerusakan

goodwill pada dasarnya adalah sama untuk klien semua auditor Big-4.
H3: Latar belakang akuntansi dan keuangan anggota komite audit

perusahaan berhubungan positif dengan kepatuhan perusahaan dengan

IFRS untuk niat baik pengujian kerusakan.


BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada standar pelaporan keuangan

internasional atau IFRS. Konvergensi akuntansi Indonesia (PSAK) ke IFRS

sangat perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal. Pengakuan

maksimal ini didapat dari komunitas internasional yang sudah lama menganut standar ini.

Karena dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari

meningkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global,

meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensialokasi

modal.

Teknologi informasi yang berkembang pesat juga telah mengubah

lingkungan pelaporan keuangan. Kemajuan ini membawa antusiasme jutaan investor (bahkan

milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia, misalnya investor

dari America bisa dengan mudah berinvestasi di Eropa/ di Singapore/ bahkan di

Indonesia.Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investor

dalamnegeri, karena dengan penerapan standar internasional akan meningkatkan

kepercayaaninternasional untuk investasi di indonesia

Adopsi IFRS secara keseluruhan sudah menjadi agenda seluruh negara di

dunia, termasuk Indonesia. Penerapan IFRS sangat berhubungan dengan

perkembangan iklim investasi di Indonesia. Jika negara Indonesia tidak

melakukan adopsi IFRS, maka negara Indonesia akan tersisih dari perkembangan

investasi internasional. Jadi adopsi IFRS secara keseluruhan di Indonesia adalah


sesuatu keharusan dan bukan pilihan. International Financial Reporting Standards

(IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan

penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas

dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga

mencapai kesimpulan tertentu. Perbedaan utama standar internasional ini dengan

standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model,

yaitu kemungkinkan  penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan

keuangan disajikan dengan basis true and fair.

Mengadopsi IFRS berarti menggunakan bahasa  pelaporan keuangan

global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh  pasar dunia (global

market ). Konvergensi yang telah berjalan sejak tahun 2009 hingga saat ini, harus

tetap didukung dengan kesiapan tenaga ahli akuntan yang memahami IFRS,

hukum yang mampu mengakomodirnya, dan kurikulum pendidikan akuntansi

yang juga sejalan dengan IFRS. Agar harmonisasi standar akuntansi dunia ini,

dapat diterima oleh khalayak umum.

3.2 Saran

Semoga makalah yang kami buat ini dapat memberikan penjelasan dan

dapat memberikan pemahaman mengenai IFRS dampaknya terhadap Kualitas

audit bagi mahasiswa dan mahasiswi. Untuk menlengkapi makalah ini kami

sangat mengharapkan kritik dan saran pembaca demi perbaikan dimasa yang akan

datang.

Anda mungkin juga menyukai