OLEH KELOMPOK 3
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami naikan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul International Reporting Financial Standards.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Bisnis dan Akuntansi Internasional. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang akuntansi internasional bagi para
pembaca dan juga penulis.
Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan sangat
membantu demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 ..................................................................................................................Lat
ar Belakang .............................................................................................
1.2 ..................................................................................................................Ru
musan Masalah ........................................................................................
1.3 ..................................................................................................................Tuj
uan ...........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 ..................................................................................................................IFR
S (International Reporting Financial Standards) ...................................
2.2 ..................................................................................................................GA
AP (General Accepted Accounting Principle).........................................
2.3 ..................................................................................................................Per
bedaan IFRS dan GAAP .........................................................................
2.4 ..................................................................................................................Per
bedaan IFRS dan GAAP dalam Pengakuan dan Pengukuran Aset..........
3.1 ..................................................................................................................Kes
impulan ...................................................................................................
3.2 ..................................................................................................................Sar
an .............................................................................................................
a) Mengatur secara lebih detail dan biasanya hanya berlaku untuk suatu
industri tertentu.
b) Kelebihannya: lebih mudah diterapkan karena pengaturan lebih eksplisit.
c) Tidak banyak memerlukan professional judgement. Namun, membuka
peluang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan sempit.
d) Digunakan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB).
PEMBAHASAN
10 prinsip umum ini dapat membantu Anda mengingat misi utama dan arah sistem
GAAP.
1. Prinsip Keteraturan
2. Prinsip Konsistensi
3. Prinsip Ketulusan
Baik negatif dan positif harus sepenuhnya dilaporkan dengan transparansi dan
tanpa harapan kompensasi utang.
6. Prinsip Kehati-hatian
7. Prinsip Kesinambungan
8. Prinsip Periodisitas
Berasal dari frasa Latin “uberrimae fidei” yang digunakan dalam industri asuransi.
Ini mengandaikan bahwa pihak tetap jujur dalam transaksi.
2.4 Perbedaan IFRS dan GAAP dalam Pengakuan dan Pengukuran Aset
Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membuat aset tetap dalam kondisi
siap dioperasikan harus dicatat sebagai bagian dari kos aset. Elemen kos
mencakup (1) harga beli, termasuk biaya legal dan fee perantara, pajak impor,
pajak pertambahan nilai, dan pajak-pajak lain yang bersifat final, dikurangi
dengan diskon atau rabat dan (2) seluruh biaya langsung untuk membawa aset ke
lokasi hingga siap dioperasikan sesuai harapan manajemen, termasuk biaya
persiapan lokasi penempatan aset tetap, biaya pemasangan, dan biaya uji coba,
dan (3) taksiran biaya pembongkaran (dismantling costs), pemindahan barang,
dan penyiapan lokasi. Dari tiga macam elemen kos, letak perbedaan US GAAP
dan IFRS adalah pada perlakukan akuntansi atas dismantling costs, US GAAP
menggunakan prinsip kos historis, sehingga unsur biaya yang sifatnya masih
preditif, apalagi peristiwanya akan terjadi setelah aset tetap dihentikan
pemanfaatannya, tidak diperlakukan sebagai unsur kos aset tetap.
Dalam hal aset tetap diperoleh dengan cara kredit, bunga kredit tidak termasuk
sebagi kos aset tetap, dalam kasus ini kos aset tetap diakui sebesar nilai tunai dari
pembayaran periodik. Biaya inkremental lain, seperti biaya konsultasi dan biaya
komisi dalam rangka pembelian aset termasuk sebagai bagian dari kos aset tetap
berwujud. Dalam kasus ini, secara prinsip dan konsep tidak ada perbedaan antara
US GAAP dengan IFRS.
Biaya restorasi lokasi aset (decommissioning costs) yang diprediksi akan terjadi
pada akhir masa manfaat aset diperlakukan sebagai bagian dari kos aset tetap.
Dengan demikian kos aset tetap adalah mencakup kos perolehan aset tetap
ditambah dengan decommissioning costs dan dismantling costs. Rekening lawan
dari decommissioning costs adalah rekening utang bersyarat. IAS 37 menegaskan
bahwa provisions atau pencadangan utang atas decommissioning costs akan diakui
hanya pada saat dipenuhi kriteria sebagai berikut:
Konsep pengukuran kos atas aset tetap yang dibangun sendiri adalah sama dengan
aset tetap yang diperoleh dengan membeli dalam bentuk jadi, yaitu bahwa seluruh
kos yang diperlukan untuk menyelesaikan pembangunan aset diperlakukan
sebagai kos aset tetap, permasalahan hanya akan terjadi pada saat kos aset ternyata
melampaui recoverable amount, kelebihan kos harus diperlakukan sebagai biaya
pada periode terjadinya kos. Jumlah abnormal dari sisa bahan, tenaga, dan
sumberdaya yang lain tidak boleh diperlakukan sebagai kos aset tetap.
Aset tetap yang dibangun sendiri juga mencakup biaya pendanaan selama proses
pembangunan berlangsung. Ketentuan kapitalisasi biaya pendanaan diatur dalam
IAS 23. Kontroveri muncul untuk perlakuan akuntansi atas overhead kos tetap.
Terdapat dua alternatif perlakuan akuntansi atas overhead kos tetap:
Dibebankan ke kos aset tetap hanya sebesar kenaikan fixed overhead cost yang
dapat diidentifikasi.
Aset tetap kemungkinan diperoleh melalui pertukaran antar aset tetap. US GAAP
mengatur bahwa pertukaran harus dibedakan sebagai berikut:
Pertukaran tersebut antar aset sejenis atau tidak sejenis, kriteria sejenis atau tidak
sejenis adalah pada fungsi dari aset tetap, jika fungsinya sama maka akan
disimpulkan sebagai aset tetap sejenis.
Jika pertukaran dilakukan antara aset tetap sejenis, maka tidak boleh diakui
adanya laba pertukaran aset tetap, kecuali dalam pertukaran tersebut diterima
sejumlah kas, maka laba diakui proporsional dengan kas yang diterima.
IFRS menetapkan standar yang kurang lebih sejalan dengan yang diatur dalam US
GAAP, perbedaanya adalah pada ketentuan sejenis dan tidak sejenis. IFRS
menggunakan istilah substansi ekonomi, dalam arti bahwa pertukaran tersebut
mengandung substansi ekonomi atau tidak. Ukuran substansi ekonomi adalah
pada pengaruhnya terhadap arus kas di waktu yang akan datang, jika arus kas di
waktu yang akan datang diprediksi tidak terpengaruh oleh pertukaran, maka
pertukaran akan dianggap sebagai tidak memiliki substansi ekonomi, atau
dianggap sebagai pertukaran aset tetap sejenis, meskipun pada dasarnya aset tetap
tersebut memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda.
Kos yang terjadi setelah kepemilikan aset tetap, seperti perbaikan, pemeliharaan,
atau perbaikan(betterment). Perlakukan akuntansi atas kos setelah pemilikan
ditentukan oleh karakteristik dari kos tersebut. Kos setelah pemilikan dapat
dikapitalisasi sepanjang kos tersebut diprediksi akan memberikan manfaat
ekonomi di waktu yang akan datang melampau prediksi manfaat ekonomi semula,
misalnya umur ekonomisnya bertambah, kapasitas produksinya bertambah, atau
kualitas outputnya meningkat.
Sebagaimana halnya dalam kos aset yang dibuat sendiri, jika kos penggantian
melampaui batasan kos yang telah ditetapkan, maka kelebihan kos harus
dibebankan sebagai biaya pada periode yang berjalan, dan pada saat perbaikan
aset menyangkut penggantian sebagian dari aset, bagian aset yang diganti harus
diperlakukan sebagai penghentian aset.
Untuk komponen aset tetap yang harus diganti secara periodic, karena usia
ekonomisnya lebih cepat dibanding aset tetap utamannya, maka komponen
tersebut harus didepresiasi tersendiri sesuai dengan umur ekonomis bagian dari
aset tetap tersebut, sehingga ketika komponen tersebut diganti atau direnovasi
total, komponen tersebut diharapkan sudah habis didepresiasi secara penuh. Jika
ternyata masih tersisa kos komponen aset tetap yang belum didepresiasi penuh
dan komponen aset tetap yang baru telah dibukukan sebagai komponen aset tetap,
maka sisa kos aset tetap tersebut harus dihapus dari rekening komponen aset tetap.
Prinsip umum yang dapat digunakah adalah jika pengeluaran kos setelah
pemilikan hanya ditujukan untuk membuat aset tetap dapat berfungsi sesuai
dengan prediksi kapasitas produksi pada saat aset tetap diperoleh, atau untuk
mengembalikan kapasitas aset tetap ke kapasitas semula, pengeluaran kos setelah
pemilikan tersebut tidak boleh dikapitalisasi.
Pengecualian dapat diberikan pada saat aset tetap diperoleh dalam kondisi
memerlukan pengeluran tertentu untuk membuat aset tetap tersebut dalam kondisi
dapat dioperasikan sebagaimana yang diharapkan. Dalam kondisi semacam ini,
kos kos yang dalam kondisi normal masuk dalam kategori biaya pemeliharan dan
tidak dikapitalisasi, dapat diperlakukan sebagai kos yang dikapitalisasi. Setelah
restorasi aset tetap selesai, selanjutnya pengeluaran biaya pemeliharaan harus
diperlakukan sebagai biaya periode.
Depresiasi
Tidak ada perbedaan antara US GAAP dan IFRS tentang peran penting prinsip
penandingan (matching principle). Sesuai dengan konvensi dasar tentang prinsip
penandingan, kos aset tetap harus dialokasikan ke masing-masing periode yang
menikmati jasa aset tetap melalui depresiasi. Pemilihan metode depresiasi harus
disesuaikan dengan karakteristik aset tetap yang didepresiasi, dengan tujuan agar
menghasilkan alokasi kos aset tetap secara sistematis dan rasional selama umur
ekonomis aset tetap.
Nilai Residu
IAS 16 menyatakan bahwa nilai residu sering tidak material dan dalam praktik
sering diabaikan, namun demikian untuk aset tertentu sangat dimungkinkan
bahwa nilai residu cukup material, terutama pada saat perusahaan menghentikan
aset lebih awal dari umur ekonomisnya, misalnya nilai residu aset tetap untuk
bisnis perhotelan, yang karena tuntutan kualias pelayanan, aset tetap cenderung
dipelihara dengan standar tinggi, bahkan untuk aset tetap tertentu bisa jadi nilai
residunya lebih tinggi dari kos perolehannya.
Dalam perspektif kos historis, nilai residu didefinisikan sebagai nilai yang
diharapkan dari aset tetap pada akhir masa kegunaan aset tetap, berdasar nilai
mata uang sekarang. Namun demikian nilai residu harus diukur berdasarkan nilai
bersih di luar biaya penghentian aset tetap. Dalam kasus tertentu, dimungkinkan
aset tetap memiliki nilai residu negatif, sebagai contoh adalah nilai residu aset
tetap pada saat suatu entitas harus mengeluarkan biaya untuk penghentian aset
tetap dalam jumlah yang cukup besar, atau pada saat suatu perusahaan harus
mengembalikan property seperti keadaan sebelum suatu aset ditempatkan,
misalnya untuk kasus tanah pertambangan yang menjadi objek undang-undang
perlindungan lingkungan. Dalam kasus semacam ini total beban depresiasi
kemungkinan akan melampaui kos perolehan aset tetap, sehingga pada akhir umur
ekonomis aset tetap, taksiran utang atas penghentian aset akan sama dengan
jumlah nilai residu negatif. Sehubungan dengan potensi kasus semacam ini, nilai
residu akan menjadi objek pengkajian ulang paling tidak satu tahun sekali.
Jika pengukuran aset tetap menggunakan metode revaluasi, nilai residu harus
diukur ulang pada setiap tanggal revaluasi aset tetap. Pengukuran nilai residu
dilakukan dengan menggunakan data nilai realisasi aset sejenis, dan umur
ekonomis aset tetap pada saat dilakukan revaluasi. Namun demikian dalam
pengukuran nilai residu tidak perlu dilakukan pengukuran potensi inflasi serta
tidak perlu dilakukan pengukuran nilai sekarang untuk mengakui adanya
perubahan nilai waktu uang. Sesuai dengan prinsip kos historis dalam akuntansi
aset tetap, jika diprediksi terjadi nilai residu negatif, nilai residu negatif
dibebankan selama umur ekonomis aset tetap, dengan cara seperti ini pada akhir
umur ekonomis jumlah biaya penghentian aset tetap telah habis dibebankan dan
disebar ke seluruh periode akuntansi selama umur ekonomis aset tetap.
Umur ekonomis aset tetap dipengaruhi oleh berbagai hal seperti kebijakan
perbaikan dan pemeliharaan aset, perubahan teknologi, dan permintaan pasar atas
barang yang diproduksi dengan menggunakan aset tetap yang bersangkutan. Jika
ketika melakukan review metode depresiasi ternyata dapat diidentifikasi berbagai
hal yang mempengaruhi penggunaan aset tetap, sehingga taksiran umur ekonomis
menjadi di atas atau di bawah taksiran sebelumnya, maka perubahan taksiran
umur ekonomis diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi, bukan
sebagai koreksi atas kesalahan akuntansi. Dengan demikian, tidak perlu
dilakukan pelaporan ulang atas biaya depresiasi yang dibebankan pada periode
sebelumnya, perubahan diperhitungkan secara prospektif, yaitu direfleksikan pada
periode terjadinya perubahan dan periode-periode sesudahnya.
Nilai Wajar
Sebagai basis dari metode revaluasi, standar mendeskripsikan nilai wajar yang
digunakan dalam setiap kasus revaluasi, yaitu yang didefinisikan sebagai nilai aset
yang dapat digunakan sebagai basis nilai pertukaran antara dua fihak yang sama-
sama memahami aset dan berkenan untuk melakukan pertukaran.
Lebih jauh standar mensyaratkan bahwa sekali suatu entitas menggunakan model
revaluasi, mereka harus secara konsiten melakukannya di waktu yang akan
datang, atau memastikan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara nilai wajar
dengan nilai saji pada saat pelaporan laporan keuangn. Dengan kata lain, jika
suatu entitas telah menggunakan metode revaluasi, entitas tersebut tidak boleh
melaporkan nilai aset yang tidak relevan dengan nilai wajarnya. Jika metode
revaluasi tidak dijalankan secara konsisten, dampaknya akan sangat besar
terhadap interpretasi pengguna laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian dan dikaji ulang secara lebih
komprehensif dalam kaitannya dengan standard akuntansi untuk aset tetap
adalah sebagai berikut:
1) Masalah saat pengakuan aset tetap, tidak terdapat perbedaan antara US
GAAP dan IFRS.
2) Masalah pengukuran kos perolehan aset tetap, terdapat perbedaan antara
US GAAP dengan IFRS, terutama dengan perlunya dimasukkan
unsur dismantling costs dan decommissioning costs.
3) Masalah pengukuran kos depresiasi aset tetap, terdapat perbedaan antara
US GAAP dengan IFRS, yaitu dengan dimasukkannya dismantling costs,
decommissioning costs, pengukuran nilai residu, dan revaluasi aset tetap.
4) Masalah penyajian kos aset tetap di dalam laporan posisi keuangan,
terdapat perbedaan antara US GAAP dan IFRS, yaitu berdasarkan kos
historis untuk US GAAP dan berdasarkan fair value untuk IFRS.
3.2 Saran
Demikian materi dalam makalah ini yang dapat kami sampaikan, semoga apa
yang telah dipaparkan diatas dapat menambah ilmu dan wawasan dari para
pembaca sekalian. Kami juga menyadari makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
sangat membantu demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA