Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGARUH TINGKAT KONVERGENSI IFRS


TERHADAP KONSERVATISME AKUNTANSI

DISUSUN OLEH:
1. PUTRI SARTIKA (2010003510065)
2. WINDY SABBRINA (2010003510007)
3. NIKE NOFRINA DIAN SAFITRI (2010003510006)

FAKULTAS EKONOMI AKUNTANSI


UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terima kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan
memberikan sumbangan baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang, 26 Desember 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
1.…Pendahuluan.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................2
1.3 Tujuan..............................................................................................................3
BAB II...............................................................................................................................4
2.…Tinjauan Pustaka..................................................................................................4
1.
2.
2.1 Tingkat Konvergensi IFRS..............................................................................4
2.2 Konservatisme Akuntansi................................................................................6
2.3 Pengembangan Hipotesis.................................................................................7
BAB III..............................................................................................................................8
3.…Pembahasan..........................................................................................................8
1.
2.
3.
3.1 Analisi Data.....................................................................................................8
3.2 Statistik Deskriptif...........................................................................................8

BAB IV.............................................................................................................................14
4...Kesimpulan.............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA

iii
iv
BAB I

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setiap manajemen perusahaan memiliki tugas dan kewajiban yang harus
dilaksanakan dengan penuh kehati – hatian dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Salah satu bentuk dari pertanggungjawaban tersebut yaitu laporan keuangan,
dimana laporan keuangan memberikan informasi tentang hasil dari kegiatan
perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki dan memberikan
informasi penting yang dibutuhkan oleh berbagai pihak yang terkait antara
lain seperti investor, kreditor, pemilik, dan manajemen itu sendiri dalam
pengambilan keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan
haruslah sesuai dengan prinsip dan standar akuntansi keuangan (SAK) yang
berlaku. Dalam SAK, setiap perusahaan diberikan kebebasan untuk memilih
dan menggunakan metode yang sesuai dengan kondisi perusahaan dalam
pembuatan laporan keuangan, salah satunya yaitu dengan penerapan prinsip
konservatisme. Konservatisme sendiri dapat diinterpretasikan sebagai sikap
kehati – hatian dalam pembuatan laporan keuangan untuk mengantisipasi
ketidakpastian yang ada, dan risiko yang mungkin timbul diharapkan dapat
dipertimbangkan dengan memadai.
Terlebih lagi di era seperti sekarang ini, dimana terdapat perubahan
standar akuntansi keuangan (SAK) yang sebelumnya mengacu pada US
GAAP (United States Generally Accepted Accounting Principles) menjadi
IFRS (International Financial Reporting Standard) atau yang lebih dikenal
dengan istilah konvergensi IFRS. Setelah konvergensi IFRS, prinsip
konservatisme yang sebelumnya berlaku seolah – olah berkurang tingkat
penerapannya atau bahkan dihilangkan dan kemudian digantikan dengan
prinsip prudence, walaupun pada dasarnya dalam prinsip prudence masih
mengandung unsur konservatisme.
Berdasarkan hasil – hasil dari penelitian sebelumnya, uraian informasi,
data, serta fenomena diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian lebih dalam lagi mengenai konservatisme akuntansi agar lebih
mengetahui dan dapat menunjukkan bukti secara empiris atas faktor – faktor
yang mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah
konvergensi IFRS dalam sebuah skripsi yang berjudul “Analisis Perbedaan
Faktor – Faktor YangMempengaruhi Konservatisme Akuntansi Sebelum Dan
Sesudah Konvergensi IFRS (Studi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI
Periode 2008 – 2010 Dan 2013 – 2016)”.

1
1.2. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka
peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah set kesempatan investasi mempengaruhi konservatisme
akuntansi sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?
2. Apakah kepemilikan institusional mempengaruhi konservatisme
akuntansi sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?
3. Apakah kesulitan keuangan mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?
4. Apakah kontrak hutang mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?
5. Apakah kontrak kompensasi mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?
6. Apakah litigasi mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan
sesudah konvergensi IFRS?
7. Apakah pajak mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan
sesudah konvergensi IFRS?9
8. Apakah biaya politis mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum
dan sesudah konvergensi IFRS?
9. Apakah tata kelola perusahaan mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?
10. Apakah terdapat perbedaan faktor – faktor yang mempengaruhi
konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah konvergensi IFRS?

2
1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris atas:
1. Set kesempatan investasi mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.
2. Kepemilikan institusional mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.
3. Kesulitan keuangan mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum
dan sesudah konvergensi IFRS.
4. Kontrak hutang mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan
sesudah konvergensi IFRS.
5. Kontrak kompensasi mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum
dan sesudah konvergensi IFRS.
6. Litigasi mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah
konvergensi IFRS.
7. Pajak mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan sesudah
konvergensi IFRS.
8. Biaya politis mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum dan
sesudah konvergensi IFRS.
9. Tata kelola perusahaan mempengaruhi konservatisme akuntansi sebelum
dan sesudah konvergensi IFRS.
10. Perbedaan faktor – faktor yang mempengaruhi konservatisme akuntansi
sebelum dan sesudah konvergensi IFRS.

3
BAB II

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tingkat Konvergensi IFRS
International Accounting Standar Board (IASB) menerbitkan IFRS yang
merupakan standar pelaporan keuangan internasional. Standar tersebut
disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu International
Accounting Standar Board (IASB) , Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi
Internasional (IFAC).
Sebelum IFRS, standar internasional diatur International
Accounting Standar (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai
dengan 2001 oleh IASC. Pada bulan April 2001, IASB mengadopsi
seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan standar yang dilakukan.
International Financial Reporting Standars mencakup:
International Financial Reporting Standars standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001.
International Accounting Standars (IAS) standar yang diterbitkan sebelum
tahun 2001
Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting
Interpretations Committee (IFRIC) setelah tahun 2001
Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee
(SIC) sebelum tahun 2001

IFRS adalah standar tunggal pelaporan akuntansi yang


menekankan penilaian profesional dengan pengungkapan yang jelas
serta transparan tentang substansi ekonomis suatu transaksi, sehingga
penjelasan tersebut mencapai kesimpulan tertentu. Tuntutan globalisasi
yang semakin tinggi yang mengakibatkan para pebisnis harus ikut serta
dalam bisnis antar negara, sehingga dibutuhkan standar internasional
yang berlaku sama di semua negara untuk memudahkan proses
rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan
standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation
model, yaitu kemungkinan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar,
sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair” (IFRS
framework paragraph 46). Mengadopsi IFRS berarti
menggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat
perusahaan bisa dimengerti oleh pasar dunia (global market).

4
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat
pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi 5 tingkat:
1. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan
menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam bahasa yang negara
tersebut gunakan.
2. Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI
pada Desember 2008. Adopted maksudnya adalah mengadopsi IFRS
namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
3. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor
IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih paragraf tertentu saja.
4. Referenced (convergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan
hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan paragraf yang
disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
5. Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

Indonesia menganut bentuk referenced/convergence yakni IFRS sebagai


referensi dalam sistem akuntansinya. Program konvergensi IFRS ini
dilakukan melalui tiga tahapan yang ditetapkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK –IAI). Tahap tersebut terdiri dari: pertama,
tahap adopsi mulai tahun 2007 sampai 2010 yaitu adopsi seluruh IFRS ke
dalam SAK. Kedua, tahap persiapan penyelesaian akhir infrastruktur pada
tahun 2011. Ketiga tahap implementasi pada 2012.Per tanggal 20 Desember
2011 IAI telah menerbitkan posisi Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK), Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) dan Pencabutan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) yang mengacu kepada
IFRS yaitu sebagai berikut :
(1) 1 Januari 2008 berlaku 1 ISAK; (2) 1 Januari 2009 berlaku 1 PSAK;
(3)1 Januari 2010 berlaku 5 PPSAK; (4) 1 Januari 2011 berlaku 16 PSAK,
7 ISAK dan 2 PPSAK; (5) 1 Januari 2012 berlaku 22 PSAK, 11 ISAK dan
3 PPSAK; (6) 1 Januari 2013 berlaku 1 ISAK dan 1 PPSAK. Standar
Akuntansi Keuangan yang telah disahkan oleh DSAK IAI per 20
Desember 2011 tersebut diatas secara rinci dapat dilihat pada lampiran 1.

IFRS yang belum diadopsi adalah sebagai berikut:


1. IFRS 1 First-time adoption of International Reporting Standard,
belum diadopsi sampai Indonesia akan adopsi penuh IFRS.
2. IAS 41 Agriculture, belum diadopsi karena menunggu sampai
IASB melakukan revisi.

5
2.2. Konservatisme Akuntansi
Watts (1993) dalam Oktala (2009) mendefenisikan konservatisme sebagai
konsep pengakuan terhadap arus kas mendatang dan sebagai akuntansi
konservatif yang umumnya menyatakan bahwa akuntan harus melaporkan
informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan nilai untuk
aktiva pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai
kewajiban dan beban.
Peneliti lain, Basu (1997) mendefenisikan konservatisme sebagai:
“Praktik mengurangi laba (dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespon
berita buruk (bad news), tetapi tidak meningkatkan laba (meninggikan aktiva
bersih dalam merespon berita baik (good news).”

Widya (2004) telah meneliti penerapan konservatisme akuntansi di Indonesia.


Berdasarkan penelitian tersebut dilaporkan 76,9 % dari 75 perusahaan di BEJ
pada periode 1995-2002 menerapkan akuntansi konservatif. Faktor-faktor yang
mengungkapkan adanya praktik konservatisme akuntansi yaitu konsentrasi
kepemilikan di Indonesia, kontrak utang, kos politis dan pertumbuhan. Semua
faktor secara signifikan menjelaskan praktik akuntansi konservatif kecuali
kontrak utang. Namun demikian dengan adanya IFRS metode akuntansi
konservatif menjadi mengecil. Tetapi bukan berarti prinsip konservatisme
akuntansi tidak digunakan sama sekali yaitu bahwa dalam penerapan aturan
IFRS tertentu, prinsip akuntansi konservatisme masih dipertahankan pada
berbagai area meskipun dalam standar pelaporan keuangan internasional (IFRS)
menyiratkan bahwa prinsip konservatisme tidak lagi diterapkan. Ada beberapa
contoh area yang prinsip konservatisme akuntansi kemungkinan masih
dipertahankan, misalnya:
1.Kompensasi kerugian menyebabkan pengakuan piutang pajak tangguhan.
2.Kapitalisasi biaya pengembangan.

Dalam sebuah perusahaan memperbarui estimasi mengenai arus kas


masa depan dari biaya pengembangan yang dikapitalisasinya, mungkin ada
"efek sementara" konservatisme yang mengarah pada penciptaan cadangan
tersembunyi yang kemudian dapat di balik kembali. Intinya, Prinsip
"konservatisme" tetap ada dalam penerapan IFRS (Hellman, 2007).

2.3 Pengembangan Hipotesis


Pengaruh Tingkat Konvergensi IFRS terhadap Konservatisme Akuntansi Penelitian
sebelumnya, menemukan pada umumnya bahwa penggunaan standar akuntansi
internasional memiliki dampak positif pada pelaporan keuangan oleh meningkatkan
komparabilitas dan keandalan pelaporan keuangan. Penggunaan standar akuntansi
internasional memiliki dampak positif pada kualitas angka akuntansi (Ashbaugh
dan Pincus, 2001; Gassen dan Sellhorn, 2006; Barth et al, 2007;. Meulen,
Gaeremynck dan Willekens, 2007). Studi ini membandingkan penggunaan IFRS
dengan PSAK yang mengacu kepada GAAP.

6
IFRS adalah prinsip berbasis standar. Keuntungan dari prinsip berbasis standar
dibandingkan dengan aturan berbasis standar adalah bahwa perusahaan dapat
menerapkan standar akuntansi yang sesuai dengan karakteristik khusus mereka
sehingga pelaporan keuangan yang lebih baik akan mencerminkan nilai
ekonomi perusahaan. Ashbaugh dan Pincus (2001) dan Barth et al. (2007)
menunjukkan bahwa standar yang konvergen dengan standar akuntansi
internasional memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dari pengungkapan dan
pembatasan pada pilihan metode akuntansi. Demikian juga dengan Wardhani
(2010) menemukan bahwa konvergensi IFRS positif mempengaruhi
konservatisme perusahaan.
Andre dan Fillip (2012), menemukan bukti penurunan yang signifikan ketepatan
waktu pengakuan kerugian relatif untuk memperoleh pengakuan (kondisional
konservatisme) untuk periode pasca-IFRS. Hasil ini didorong oleh penurunan
konservatisme di Perancis, Jerman,Yunani, Belanda, Portugal, Spanyol, dan
Swiss. Andre dan Fillip (2012) meneliti faktor- faktor yang dapat menjelaskan
penurunan kondisional konservatisme dengan melihat insentif hukum dan
kelembagaan termasuk corporate governance dan penegakan dan melihat buku
sebelum pajak sesuai dan perbedaan akuntansi sebelumnya dengan IFRS. Priot
dan Dumntier (2010), menemukan bahwa Conditional Conservatisme (CC)
menurun berdasarkan IFRS seperti yang ditunjukan oleh ketepatan waktu
asimetris dari kabar baik dan buruk.
Hasil studi sebelumnya di atas menunjukkan bahwa tingkat konvergensi IFRS
mengarah ke kualitas laba yang lebih tinggi. Penelitian ini menggunakan
konservatisme akuntansi sebagai proksi dari kualitas laba. Oleh karena itu, kita
merumuskan hipotesis sebagai berikut.
H1: Tingkat konvergensi IFRS berpengaruh terhadap konservatisme
akuntansi

7
BAB III

3. PEMBAHASAN
3.1. Analisis Data
Secara umum proses pengambilan sampel yang dilakukan didalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 Proses Pemilihan Sampel
Ketera Jumlah
ngan
Perusahaan yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 394
Perusahaan non manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2010 (298)
Delisting tahun 2011 (16)
Delisting tahun 2015 (3)
Perusahaan yang tidak memenuhi kriteria (5)
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 72
Tahun Dasar: 2010

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa setelah dilakukan proses
seleksi pemilihan sampel berdasarkan kriteria dapat dijelaskan bahwa jumlah
perusahaan yang terdaftar Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 adalah 394
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
tidak tergolong kepada perusahaan manufaktur (sektor basic industry chemical,
consumer good industry dan miscellaneous industry) yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia adalah 298 perusahaan pada tahun 2010. Perusahaan yang
delisting pada tahun 2011 adalah 16 perusahaan serta pada tahun 2015 juga
terdapat 3 perusahaan delisting dan perusahaan yang tidak memenuhi kriteria
adalah 5 perusahaan, sehingga perusahaan yang menjadi sampel dalam
penelitian ini adalah 72 perusahaan.

3.2. tatistik Deskriptif


Setelah dilakukan pengumpulan data melalui sumber-sumber data yan dijelaskan
diatas, maka dapatlah hasil pengujian statistik seperti yang ditampilkan pada tabel
4.2 berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif


Variabel N Mean Std. Deviation
Conacc 432 3,2513 0,09353

Converge 432 1,0881 0,26658


Growth 432 -2,1332 1,19290

8
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari tabel 4.2 dapat dilihat jumlah sampel (N) yang masuk ke dalam pengujian
adalah sebanyak 432 sampel selama periode observasi dua tahun untuk semua
variabel yaitu Konservatisme Akuntansi (CONACC), Konvergensi IFRS
(Converge), Pertumbuhan Penjualan (Growth).
Reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan
untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren
dalam lingkungan bisnis dilakukan oleh suatu perusahan sebagai bentuk
konservatisme akuntansi. Selama periode observasi data terlihat perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian memiliki nilai rata-rata konservatisme
akuntansi sebesar 3,2513 serta nilai standar deviasi sebesar 0,09353. Dapat
diketahui bahwa nilai rata-rata konservatisme akuntansi perusahaan manufaktur
di Indonesia adalah 3,2513 dan angka ini bernilai positif. Hal tersebut
menandakan bahwa dari tahun 2010 sampai 2015 perusahaan manufaktur di
Indonesia tidak melakukan konservatisme akuntansiyang tinggi. Nilai standar
deviasi sebesar 0,09353 menunjukkan bahwa perusahaan sampel tidak memiliki
penyimpangan yang tinggi antar masing-masing sampel perusahaan.
Selama periode observasi dari tahun 2010-2015 terlihat bahwa tingkat
konvergensi IFRS mempunyai nilai rata-rata sebesar 1,0881 serta nilai standar
deviasi sebesar 0,26658. Kondisi tersebut menunjukkan tingkat konvergensi
IFRS yang diungkapkan oleh perusahaan sampel yang dalam hal ini adalah
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI memiliki tingkat konvergensi
terhadap IFRS yang cukup tinggi dan untuk nilai standar deviasi yang lebih
kecil dari nilai rata-rata menunjukkan bahwa tingkat konvergensi IFRS yang
diungkapkan masing- masing perusahaan sampel memiliki besaran yang hampir
sama antar masing-masing sampel perusahaan.
Salah satu keberhasilan suatu perusahaan dapat dilihat dari tingkat pertumbuhan
penjualannya yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari hasil
observasi yang dilakukan pertumbuhan penjualan memiliki nilai rata-rata
sebesar -2,1332 serta nilai standar deviasi sebesar 1,19290. Dapat diketahui
bahwa nilai rata-rata pertumbuhan penjualan -2,1332 dan angka ini bernilai
negatif artinya pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian
tidak mengalami peningkatan pertumbuhan penjualan. Untuk nilai standar
deviasi yang lebih rendah daripada nilai rata menunjukkan bahwa pertumbuhan
penjualan perusahaan sampel memiliki besaran yang hampir sama antar masing-
masing sampel perusahaan.
3.2.2 asil Uji Asumsi Klasik
Hasil Uji Normalitas
Berdasarkan hasil pengujian normalitas untuk masing-masing variabel, di dalam
penelitian ini diperoleh ringkasan hasil yang terlihat pada tabel 4.3 dan tabel 4.4
di bawah ini:
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Converge Growth Conacc
N 432 432 432

9
Normal Parameters a,b Mean 1,0881 -2,1332 3,2513
St. Dev. 0,26658 1,19290 0,9353
Most Extreme Absolute 0,165 0,081 0,053
Differences Positive 0,132 0,053 0,053
Negative -0,165 -0,081 -0,029
Kolmogorov-Smirnov 3,430 1,684 1,104
Z
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,000 0,007 0,174
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Pada tabel 4.3 terlihat bahwa ada data yang belum berdistribusi normal, karena
tidak memiliki nilai probability Asymp.Sig (2-tailed) diatas 0.05. Oleh karena
itu, dilakukan tranformasi dengan menggunakan logaritma natural (LN) serta
dilakukan dengan menggunakan unstandardized. Setelah proses tersebut
dilakukan maka pengujian normalitas diuji kembali, berdasarkan hasil
pengolahan data tersebut diperoleh ringkasan hasil seperti terlihat pada tabel 4.4
di bawah ini:

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 432
Normal Parameters Mean 0.0000000
a,b

St. Dev. 0,09210484


Most Extreme Absolute 0,060
Differences Positive 0,060
Negative -0,034
Kolmogorov- 1,248
Smirnov Z
Asymp. Sig. (2- 0,089
tailed)
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa data sampel yang dimiliki memiliki nilai
probability Asymp.Sig (2-tailed) 0,089 yang artinya berada di atas 0,05 sehingga
data berdistribusi normal.
3.2.3 Hasil Uji Multikolinearitas
Hasil pengujian multikolinearitas untuk variabel independen dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel 4.5 di bawah ini:

Tabel 4.5 Hasil Pengujian Multikolinearitas

10
Collinearity Statistics
Variabel
Tolerance VIF
Converge 0.988 1.012
Growth 0.988 1.012
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari tabel diatas terlihat bahwa nilai VIF berada di bawah 10 dan mempunyai
angka tolerance mendekati 1, maka dapat dikatakan tidak terjadi
multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
3.2.4 Hasil Uji Autokorelasi
Untuk melihat pengujian tersebut dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6 Hasil Pengujian Autokorelasi


Mod Durbin Watson
el
Converge, Growth 1,683
Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari hasil pengujian diatas diperoleh nilai DW sebesar 1,683, nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikansi 5%.

Tabel 4.7 Durbin watson Test


Bound
K=4
N Du
Dl
15 0,95 1,54
- - -
- - -
70 1,55 1,67
75 1,57 1,68

Oleh karena nilai DW 1,683 lebih besar dari batas atas (du) 1,68 dan kurang
dari 4 – 1,68, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau
negatif atau tidak terdapat autokorelasi dalam model regresi.

3.2.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas


Pengujian dilakukan dengan menggunakan Uji Glejser dengan model AbsUt = α
+ βXt + vt, apabila variabel independen signifikan secara statistik
mempengaruhi variabel independen, maka ada indikasi terjadi

11
heteroskedastisitas. Dalam hal ini variabel (AbsUt) sebagai variabel dependen
dan variabel Converge (tingkat konvergensi IFRS), Growth (pertumbuhan
penjualan), sehingga persamaan regresi menjadi:

AbsUt = ζ0 + ζ1CONVERGE+ ζ2GROWTH


Dari persamaan regresi di atas diperoleh hasil pengujian heteroskedastisitas
dengan menggunakan Uji Glejser seperti terlihat pada tabel 4.7 di bawah ini:

Tabel 4.7 Hasil Pengujian Heterokedastisitas

Model B Std.Error Beta t Sig.

Constanta 0,04 0,013 - 3,544 0.000


6

Converge 0,02 0,011 0,090 1,865 0.063


1

Growth 0,00 0,002 -0.013 -0,267 0,790


0

Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Dari tabel 4.7 diatas memperlihatkan bahwa tidak ada satupun variabel
independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen
nilai Absolut Ut ( AbsUt). Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansi di atas
0.05, jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heterokedastisitas.

3.2.6 Hasil Uji Hipotesis


Untuk menguji apakah variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen, dilakukan dengan menggunakan uji signifikan parameter individual
(uji statistik t), dengan

12
tingkat signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Hasil pengujian ini dilakukan
untuk menguji pengaruh tingkat konvergensi IFRS terhadap konservatisme
akuntansi. Untuk membuktikan berpengaruh atau tidaknya hipotesis tersebut,
maka dapat dilihat dari hasil pengujian berikut:

Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis


Model B Std.Error Beta t Sig. Kesimpul
an

Constant 3,312 0,020 - 1 0.0


a 6 00
8,
7
4
3

Converg -0,061 0,017 -0,175 - 0.0 H1


e 3, 00 Diterima
6
5
0

Growth 0,003 0,004 -0,034 - 0.4


0, 81
7
0
6

Sumber: Hasil Pengolahan Data dari SPSS

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disusun persamaan regresi sebagai


berikut:

Conacct = 3,312 - 0,061 Converge + 0,003 Growth


Dari tabel 4.8 diatas dapat diketahui bahwa Konvergensi IFRS mempunyai t
hitung sebesar -3,650 dengan probabilitas signifikansi adalah 0,000. Hal
tersebut menunjukkan bahwa probabilitas signifikansinya jauh di bawah 0,05.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tingkat konvergensi IFRS mempengaruhi
konservatisme akuntansi artinya hipotesis 1 diterima.
Penelitian ini mempunyai satu variabel kontrol yang berfungsi untuk
menghindarkan bias dalam hasil regresi yaitu dari pertumbuhan penjualan.
Pada hasil pengujian hipotesis di atas menunjukkan bahwa pertumbuhan

13
penjualan memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar 0,481 artinya
pertumbuhan penjualan tidak diterima dalam memperkuat pengaruh tingkat
konvergensi IFRS terhadap konservatisme akuntansi.
Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Wardhani (2010)
yang membuktikan bahwa konvergensi terhadap IFRS secara positif
mempengaruhi konservatisme perusahaan. Demikian juga dengan Andre dan
Fillip (2012), menemukan bukti adanya penurunan yang signifikan ketepatan
waktu pengakuan kerugian relatif untuk memperoleh pengakuan setelah adopsi
IFRS. Hasil tersebut ditunjukkan oleh adanya penurunan konservatisme di
beberapa negara yang ditelitinya yaitu Prancis, Jerman, Yunani, Belanda,
Portugal, Spanyol, dan Swiss.

BAB IV

KESIMPULAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh tingkat konvergensi IFRS
terhadap konservatisme akuntansi. Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil
pengujian hipotesis yang dilakukan dapat diajukan kesimpulan yang merupakan
ini pembahasan permasalahan yang diangkat yaitu hasil pengujian hipotesis,
ditemukan bahwa tingkat konvergensi IFRS berpengaruh signifikan terhadap
konservatisme akuntansi (Hipotesis 1 diterima). Hal ini membuktikan bahwa
konvergensi terhadap IFRS menurunkan konservatisme akuntansi perusahaan.
Basis prinsip serta berorientasi masa depan yang dianut oleh IFRS menjadikan
perusahaan lebih optimis dalam pelaporan keuangannya dibandingkan
sebelumnya yang memiliki basis peraturan dan orientasi masa lalu yang
menyebabkan perusahaan menjadi konservatis dalam melakukan pelaporan
keuangan.
Keterbatasan penelitian ini adalah hanya berfokus kepada satu variabel
independen yang mempengaruhi variabel dependen yaitu konvergensi IFRS dan
tidak memasukkan corporate governance sebagai variabel independen
sebagaimana pada penelitian sebelumnya.

14
15
DAFTAR PUSTAKA
[1] Warsidi. 2011. Mengapa harus mengadopsi IFRS.
www.warsidi.com, Fakultas Ekonomi Universitas Jenderal
Soedirman. Diakses tanggal 03 Mei 2012.
[2] Wardhani, Ratna. 2010. The Effect of Degree of Convergensi to
IFRS and Governance System to Accounting Conservatism:
Evidence From Asia. Simposium Nasional Akuntansi XIII.
Purwokerto.
[3] Mayangsari, Sekar. Dan Wilopo, 2002. Konservatisme Akuntansi,
Value Relevance dan Dicretionary Accruals: Implikasi Model
Feltham-Ohlson (1996). Jurnal Riset Akuntansi Indonesia,
September 2002.
[4] Hellman, Niclas. 2007, Accounting conservatism under IFRS,
Stockholm School of Economics. Journal of Accouting and
Economics.
[5] Oktala, Vilma. 2009. Mekanisme corporate governance dan
pengaruhnya terhadap konservatisme akuntansi. Skripsi
Universitas Bung Hatta.

Anda mungkin juga menyukai