Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH TINGKAT

KONVERGENSI IFRS TERHADAP


KONSERVATISME AKUNTANSI
Kelompok 3 :
Nike Nofrina Dian Safitri (2010003510006)
Windy Sabbrina (2010003510007)
Putri Sartika (2010003510065)
Konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya
saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau
lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. Terutama tujuan Standar
akuntansi modern yang berorientasi ke masa depan berbeda dengan
standar akuntansi lama yang mengandalkan pada peristiwa masa
lalu. Sehingga prinsip konservatisme akuntansi sudah bukan lagi
merupakan karakteristik kualitatif dalam kerangka konseptual yang
baru tahun 2010 dan membuatnya menjadi mengecil. Meskipun
demikian, prinsip akuntansi konservatisme masih dipertahankan
pada berbagai area meskipun dalam standar pelaporan keuangan
internasional (IFRS).
Adopsi IFRS (International Financial Reporting Standars) bukanlah
pilihan bagi Indonesia, tapi keharusan, dengan harapan, investasi asing
akan tetap masuk atau bahkan meningkat dan kita tidak dikucilkan
dalam pergaulan internasional.
Keikutsertaan Indonesia menerapkan IFRS juga terkait kepentingan
global untuk meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan
perusahaan-perusahaan di Indonesia.
Disamping itu, konvergensi IFRS merupakan salah satu kesepakatan
pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G20. Hasil dari pertemuan
pemimpin negara forum G20 di Washington DC, pada tanggal 15
November 2008 adalah sebagai berikut:
1. Memperkuat tranparansi dan akuntabilitas.
2. Meningkatkan regulasi.
3. Promosi integritas dalam pasar keuangan.
4. Memperkuat kooperasi internasional.
5. Memperbaiki institusi keuangan internasional.
1. Tingkat Konvergensi IFRS
International Accounting Standar Board (IASB) menerbitkan IFRS yang merupakan standar pelaporan keuangan
internasional. Standar tersebut disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu International Accounting Standar
Board (IASB) , Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi
Akuntansi Internasional (IFAC).Sebelum IFRS, standar internasional diatur International Accounting Standar (IAS)

Menurut DSAK Konvergensi IFRS adalah tingkat pengadopsian standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS
tertentu dengan bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar. IFRS adalah standar tunggal
pelaporan akuntansi yang menekankan penilaian profesional dengan pengungkapan yang jelas serta transparan
tentang substansi ekonomis suatu transaksi, sehingga penjelasan tersebut mencapai kesimpulan tertentu.Mengadopsi
IFRS berartimenggunakan bahasa pelaporan keuangan global, yang akan membuat perusahaan bisa dimengerti oleh
pasar dunia (global market).
Menurut Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK), tingkat pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi
5 tingkat:
2. Full Adoption; Suatu negara mengadopsi seluruh standar IFRS dan menerjemahkan IFRS sama persis ke dalam
bahasa yang negara tersebut gunakan.
3. Adopted; Program konvergensi PSAK ke IFRS telah dicanangkan IAI pada Desember 2008. Adopted maksudnya
adalah mengadopsi IFRS namun disesuaikan dengan kondisi di negara tersebut.
4. Piecemeal; Suatu negara hanya mengadopsi sebagian besar nomor IFRS yaitu nomor standar tertentu dan memilih
paragraf tertentu saja.
5. Referenced (convergence); Sebagai referensi, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan
bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar.
6. Not adopted at all; Suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.
Indonesia menganut bentuk referenced/convergence yakni IFRS sebagai referensi dalam sistem
akuntansinya. Program konvergensi IFRS ini dilakukan melalui tiga tahapan yang ditetapkan oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK –IAI). Tahap tersebut terdiri dari: pertama, tahap
adopsi mulai tahun 2007 sampai 2010 yaitu adopsi seluruh IFRS ke dalam SAK. Kedua, tahap
persiapan penyelesaian akhir infrastruktur pada tahun 2011. Ketiga tahap implementasi pada
2012.

2. Konservatisme Akuntansi
Konservatisme akuntansi adalah reaksi yang hati-hati terhadap ketidakpastian yang melekat dalam
perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan resiko yang inheren dalam
lingkungan bisnis

Watts (1993) dalam Oktala (2009) mendefenisikan konservatisme sebagai konsep pengakuan
terhadap arus kas mendatang dan sebagai akuntansi konservatif yang umumnya menyatakan
bahwa akuntan harus melaporkan informasi akuntansi yang terendah dari beberapa kemungkinan
nilai utuk aktiva pendapatan, serta yang tertinggi dari beberapa kemungkinan nilai kewajiban dan
beban. Peneliti lain, Basu (1997) mendefenisikan konservatisme sebagai: “Praktik mengurangi laba
(dan mengecilkan aktiva bersih) dalam merespon berita buruk (bad news), tetapi tidak
meningkatkan laba (meninggikan aktiva bersih dalam merespon berita baik (good news).”
Pengaruh Tingkat Konvergensi IFRS terhadap Konservatisme Akuntansi
IFRS adalah prinsip berbasis standar. Keuntungan dari prinsip berbasis standar dibandingkan
dengan aturan berbasis standar adalah bahwa perusahaan dapat menerapkan standar
akuntansi yang sesuai dengan karakteristik khusus mereka sehingga pelaporan keuangan yang
lebih baik akan mencerminkan nilai ekonomi perusahaan.

Ashbaugh dan Pincus (2001) dan Barth et al. (2007) menunjukkan bahwa standar yang
konvergen dengan standar akuntansi internasional memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dari
pengungkapan dan pembatasan pada pilihan metode akuntansi.

Demikian juga dengan Wardhani (2010) menemukan bahwa konvergensi IFRS positif
mempengaruhi konservatisme perusahaan.
Thank You
for listening!

Anda mungkin juga menyukai