Anda di halaman 1dari 15

IFRS 01

FIRST TIME ADOPTION OF IFRS

A. PENDAHULUAN
Mengadopsi IFRS berarti mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang
akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti oleh pasar global. Suatu perusahaan,
tentunya, akan memiliki daya saing lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan
keuangannya. Oleh karena itu, banyak perusahaan yang telah mengadopsi IFRS
mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global.
Bagi perusahaan yang go international atau yang memiliki partner dari Uni
Eropa, Australia, Rusia dan beberapa negara di Timur Tengah memang tidaj ada pilihan
lain selain menerapkan IFRS. Proses yang panjang tersebut akhirnya menjadi apa yang
di sebut IFRS, yang, merupakan suatu tata cara bagaimana perusahaan Menyusun
laporan keuangannya berdasarkan standar yang bisa diterima secara global. Jika sebuah
negara beralih ke IFRS, artinya negara tersebut sedang mengadopsi bahasa pelaporan
keuangan global yang akan membuat perusahaan (bisnis) bisa dimengerti oleh pasar
dunis. Namun, beralihnya ke IFRS, bukanlah sekedar pekerjaan mengganti angka-
angka dilaporan keuangan, tetapi mungkin akan mengubah pola piker dan cara semua
elemen di dalam perusahaan.
International Financial Report Standard (IFRS) merupakan hasil harmonisasi
standar keuangan internasional yang menjadi jawaban atas persoalan kebutuhan standar
internasional. Konvergensi IFRS bukanlah persoalan yang mudah. Adanya berbagai
aspek perbedaan dari berbagai negara menjadikan tantangan tersendiri bagi setiap
negara untuk mengadopsinya. Namun demikian, IFRS sudah mulai diterapkan di
banyak negara di dunia. Seperti di Uni Eropa, dalam menyajikan laporan konsolidasian
sesuai IFRS sudah diharuskan bagi perusahaan yang terdaftar di bursa, sedangkan di
Inggris IFRS merupakan tantangan namun akhirnya mereka menyambut baik
harmonisasi standar tersebut. Di Singapura, IFRS sudah diadopsi secara penuh.
Indonesia telah melakukan adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Namun
penerapan IFRS telah dimulai secara bertahap dengan penerapan 19 PSAK dan 7 ISAK
baru yang telah mengadopsi IAS/IFRS mulai 1 Januari tahun 2010. Konvergensi IFRS
ini merupakan salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G-
20. Seperti di Negara-negara lain, masih menjadi perdebatan dan pertanyaan penelitian
penting apakah penerapan IFRS di Indonesia memiliki dampak positif terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
Perlunya pemahaman akan penerapan IFRS dan standar PSAK yang terbaru
hasil konvergensi IFRS, menjadi tantangan tersendiri bagi setiap orang yang bekerja
dalam bidang keuangan, terutama bidang akuntansi. Evaluasi dari sebuah perusahaan
yang telah menerapkan IFRS maupun menerapkan PSAK hasil konvergensi dengan
IFRS dapat digunakan sebagai media pembelajaran bagi perusahaan yang akan
menerapkannya. Laporan keuangan IFRS terdiri dari :
• Pernyataan Posisi Keuangan Pernyataan-pernyataan terpisah Pendapatan
Komprehensif yang terdiri dari Laporan Laba Rugi dan secara terpisah
Pernyataan Pendapatan Komprehensif, pernyataan yang membandingkan Laba
atau Rugi Penghasilan terhadap total pendapatan komprehensif
• Pernyataan Perubahan Ekuitas (SOCE)
• Pernyataan Arus Kas atau Laporan Arus Kas catatan, termasuk ringkasan
kebijakan akuntansi yang signifikan

IFRS 01 – First Time Adoption of International Financial Reporting Standards


menerapkan prosedur bahwa entitas harus mengikuti ketika mengadopsi IFRS untuk
pertama kalinya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan yang bertujuan umum.
IFRS memberikan pengecualian terbatas dari persyaratan umum untuk mematuhi setiap
aturan. IFRS efektif pada akhir periode IFRS pertama kali dilaporkan. Tujuan IFRS 01
ini adalah untuk memastikan bahwa Laporan IFRS pertama suatu entitas dan Laporan
Keuangan Sementara (Interim Financial Reports) untuk suatu bagian periode yang
dicakup laporan keuangan, berisi informasi berkualitas tinggi yang:
• transparan bagi pengguna dan sebanding atas seluruh periode yang disajikan
• menyediakan titik awal yang cocok untuk akuntansi yang sesuai dengan IFRS
• dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat bagi pengguna.
Berikut adalah struktur dari IFRS:

Sumber: bapaknaga.com

Menurut DSAK, pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan:


1) Full Adoption, pada tingkat ini suatu negara mengadopsi seluruh IFRS dan
menterjemahkan word by word.
2) Adapted, mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi di suatu
negara.
3) Piecemeal, suatu negara hanya mengadopsi sebagian nomor IFRS, yaitu nomor
standar atau paragraf tertentu
4) Referenced, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan
bahasa dan paragraf yang disusun sendiri oleh badan pembuat standar
5) Not adoption at all, suatu negara sama sekali tidak mengadopsi IFRS.

IFRS dianggap sebagai kumpulan standar “dasar prinsip” yang kemudian


menetapkan peraturan badan juga mendikte penerapan-penerapan tertentu. Standar
Laporan Keuangan Internasional mencakup:
• Peraturan-peraturan Standar Laporan Keuangan Internasional
• Peraturan-peraturan Standar Akuntansi Internasional
• Interpretasi yang berasal dari Komite Interpretasi Laporan Keuangan
Internasional
• Standing Interpretations Committee (SIC)
• Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Presentasi Laporan Keuangan

B. RUANG LINGKUP
Penyesuaian terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap keterbandingan
laporan keuangan dan peningkatan transparansi. Melalui penyesuain makan laporan
keuangan perusahaan Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja perusahaan mana yang
lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan. Selain itu,
program konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital)
dengan membuka peluang penggalangan dana melalui pasar modal secara global,
meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban penyusunan laporan keuangan,
meningkatkan kredibilitas dan kegunaan Laporan Keuangan, meningkatkan
komprabilitas pelaporam keuangan, dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan. Disisi lain tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan
berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan
berdasarkan IFRS dan kalau pun ada diupayakan hanya relatif sedikit sehingga pada
akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian dengan IFRS.
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk
pertamakalinya melalui suatu pernyataan eksplisit tanpa syarat tentang kesesuaian
dengan IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan
perusahaan yang pertamakalinya berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan
interim untuk periode pelaporan tertentu) menyediakan titik awal yang memadai dan
transparan kepada para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang seluruh periode
disajikan
1) Suatu entitas harus menerapkan IFRS ini di:
a. Laporan Keuangan IFRS Pertama
b. Setiap Laporan Keuangan Sementara (Interim Financial Report), jika
ada, yang menyajikan sesuai dengan IAS 34 Interim Financial
Reporting untuk bagian yang dicakup oleh Laporan Keuangan IFRS
Pertama.
2) Laporan Keuangan IFRS pertama suatu entitas adalah Laporan Keuangan
Tahunan pertama dimana entitas tersebut mengadopsi IFRS, oleh pernyataan
eksplisit dan tanpa syarat (unreserved) di dalam laporan keuangan sesuai
dengan IFRS. Laporan keuangan yang sesuai IFRS adalah Laporan Keuangan
Entitas yang pertama kali sesuai dengan IFRS, jika, misalnya entitas:
a. menyajikan laporan keuangan yang sebelumnya yang paling terakhir :
• sesuai dengan persyaratan nasional yang tidak konsisten dalam
SAK dalam segala hal.
• sesuai dalam SAK dalam segala hal, kecuali laporan keuangan
tidak mengandung pernyataan eksplisit dan tanpa syarat bahwa
mereka mematuhi SAK.
• sesuai dengan persyaratan nasional, dengan rekonsiliasi
beberapa jumlah untuk jumlah yang ditentukan oleh SAK.
b. menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan SAK untuk penggunaan
internal saja, tanpa membuat hal tersebut tersedia untuk pemilik entitas
atau pengguna eksternal lainnya
c. menyiapkan paket pelaporan sesuai dengan SAK untuk tujuan
konsolidasi tanpa mempersiapkan satu set lengkap laporan keuangan
sebagaimana dimaksud dalam IAS 1 Penyajian Laporan Keuangan
(sebagai revisi tahun 2007); atau
d. tidak menyajikan laporan keuangan untuk periode sebelumnya.
3) Pernyataan ini berlaku ketika entitas pertama mengadopsi IFRS. Ini tidak
berlaku ketika, misalnya, suatu entitas:
a. berhenti menyajikan laporan keuangan sesuai dengan persyaratan
nasional, setelah sebelumnya disajikan mereka serta satu set laporan
keuangan yang berisi pernyataan eksplisit dan tanpa pagu kepatuhan
dengan IFRS
b. laporan keuangan yang disajikan pada tahun sebelumnya sesuai dengan
persyaratan nasional dan laporan keuangan yang tercantum pernyataan
eksplisit dan tanpa pagu (unreserved) dari kepatuhan dengan IFRS; atau
c. laporan keuangan yang disajikan pada tahun sebelumnya yang berisi
pernyataan eksplisit dan tanpa pagu dari kepatuhan dengan IFRS,
bahkan jika auditor mengkualifikasikan laporan audit mereka atas
laporan keuangan.
4) Pernyataan ini tidak berlaku untuk perubahan kebijakan akuntansi yang dibuat
oleh entitas yang sudah memberlakukan IFRS. Perubahan tersebut merupakan
subjek:
a. persyaratan pada perubahan kebijakan akuntansi di IAS 8 Kebijakan
Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan; dan
b. persyaratan transisi spesifik dalam IFRS lain.

C. CARA MELAKUKAN ADOPSI IFRS UNTUK PERTAMA KALINYA BAGI


SUATU PERUSAHAAN
Isu pelaporan keuangan adalah isu sentral yang harus diperhatikan pada saat
melakukan implementasi IFRS. Pelaporan keuangan mencakup proses dan output
pelaporan keuangan itu sendiri. Sistem informasi akuntansi harus di sesuaikan dengan
IFRS, serta proses pengukuran dan penilaian aktiva dan kewajiban banyak mengalami
perubahan. Penerapan IFRS pada suatu perusahaan harus dilakukan berawal dari
laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi lokal, dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
1) Rekonsiliasi terhadap laporan keuangan yang disusun berdasarkan lokal GAAP
sehingga sesuai dengan IFRS.
2) Menyusun laporan keuangan secara terpisah dengan langsung menhacu kepada
IFRS.

Penerapan IFRS berddampak terhadap perusahaan dalam banyak hal. Aspek


pelaporan interim dan basis penilaian adalah hal yang paling banyak terkena dampak.
Penerapan IFRS dengan cara adopsi penuh, hal yang paling signifikan yang harus di
perhatikan adalah koreksi laba ditahan sebagai akibat penerapan pertama dari IFRS.
Efeknya bias mengurangi laba atau sebaliknya justru bias menambah laba. Sasaran
konvergensi IFRS tahun 2012 adalah merevisi PSAK aga secara material sesuai dengan
IFRS versi 1 Januari 2009, yang berlaku efektif tahun 2011-2012. Konvergensi IFRS
di Indonesia dilakukan secara bertahap. Sepanjang tahun 2009, DSAK-IAI telah
mengesahkan 10 PSAK baru, 5 ISAK, dan mencabut 9 PSAK berbasis industri dan
mencabut 1 ISAK. Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012. Dengan
mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS.
Namun, perubahan tersebut akan memberikan efek di berbagai bidang, terutama dari
segi pendidikan dan bisnis. Beberapa kendala dalam adopsi IFRS ke PSAK :

1) Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya


2) IFRS berganti terlalu cepat sehingga ketika proses adopsi suatu standar IFRS
masih dilakukan, pihak IASB sudah dalam proses mengganti IFRS tersebut
3) Infrastruktur profesi akuntan yang belum siap, untuk mengadopsi IFRS banyak
metode akuntansi yang baru yang harus dipelajari lagi oleh para akuntan.
Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS.

D. PENGECUALIAN TERHADAP ATURAN ADOPSI PERTAMA KALI


Opening IFRS statement of financial position
Entitas mempersiapkan dan menyajikan laporan IFRS pembukaan posisi keuangan
pada tanggal transisi ke IFRS. Ini adalah titik awal untuk akuntansi sesuai dengan IFRS.
Accounting Policies
Entitas menggunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam pernyataan pembukaan
laporan keuangan IFRS dan seluruh periode yang disajikan dalam laporan keuangan
IFRS pertama. Kebijakan akuntansi tersebut harus mematuhi setiap IFRS efektif pada
akhir periode IFRS pertama kali melaporkan, Kecuali seperti yang dijelaskan dalam
paragraf 13-19 dan Lampiran B-E, suatu entitas harus, dalam opening IFRS statement
of financial position:
• mengenali semua aset dan kewajiban yang pengakuan diperlukan oleh IFRS
• tidak mengenali item sebagai aset atau kewajiban jika IFRSs tidak mengizinkan
pengakuan tersebut;
• mereklasifikasi item yang diakui sesuai dengan GAAP sebelumnya sebagai
salah satu jenis aset, kewajiban atau komponen ekuitas, tetapi berbagai jenis
aset, kewajiban atau komponen ekuitas sesuai dengan IFRS; dan
• menerapkan IFRS dalam mengukur seluruh aset dan kewajiban yang diakui.

Entitas tidak seharusnya menerapkan versi yang berbeda dari IFRS yang efektif
di tanggal sebelumnya. Entitas dapat menerapkan IFRS baru yang belum wajib jika
IFRS itu mengizinkan permohonan awal (early application)
Contoh: Consistent application of latest version of IFRS
Latar Belakang:
Akhir entitas A periode pelaporan IFRS pertama adalah 31 Desember 2011. Entitas A
memutuskan untuk menyajikan informasi komparatif dalam laporan keuangan untuk
satu tahun saja. Oleh karena itu, tanggal yang transisi ke IFRS adalah awal dari bisnis
pada tanggal 1 Januari 2010 (atau, ekuivalen, penutupan bisnis pada tanggal 31
Desember 2009). Entitas A menyajikan laporan keuangan sesuai dengan GAAP
sebelumnya setiap tahun dengan 31 Desember setiap tahun sampai dengan, dan
termasuk, 31 Desember 2010.

Syarat Menerapkannya:

Entitas A diperlukan untuk menerapkan IFRS efektif untuk periode yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2011 :

• menyusun dan menyajikan pembukaan pernyataan IFRS posisi keuangan pada


tanggal 1 Januari 2010; dan
• menyusun dan menyajikan laporan posisi keuangan untuk 31 Desember 2011
(termasuk jumlah komparatif untuk 2010), laporan laba rugi komprehensif,
laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun berjalan ke 31
Desember 2011 (termasuk jumlah komparatif untuk 2010) dan pengungkapan
(termasuk informasi komparatif untuk 2010).
Jika IFRS baru belum wajib tetapi memungkinkan aplikasi awal, entitas A
diperbolehkan, tetapi tidak diharuskan untuk menerapkan IFRS itu dalam laporan
keuangan IFRS pertamanya. Ketentuan transisi di IFRS lain berlaku untuk perubahan
kebijakan akuntansi yang dibuat oleh entitas yang sudah menggunakan IFRS; mereka
tidak berlaku untuk transisi pertama kali adopter untuk IFRS.
Kebijakan akuntansi yang digunakan entitas dalam laporan IFRS pembukaan
posisi keuangan mungkin berbeda dari yang akan dipergunakan untuk tanggal yang
sama dengan menggunakan GAAP sebelumnya. penyesuaian yang dihasilkan timbul
dari peristiwa dan transaksi sebelum tanggal transisi ke IFRS. Oleh karena itu, suatu
entitas harus mengakui penyesuaian langsung laba ditahan (atau, jika sesuai, kategori
lain dari ekuitas) pada tanggal transisi ke IFRS.
Pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS lainnya
• Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi
• Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
• Employee benefits
• Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uang asing, muhibah
(goodwill), dan penyesuaian nilai wajar
• Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging)

E. CONTOH PERUSAHAAN
1. Penerapan IFRS pertama kalinya di tahun 2011 Pada PT. Telkom
Perubahan yang cukup besar terkait pelaporan keuangan tahun 2011
adalah berkaitan dengan penerapan standar pelaporan keuangan International
Financial Reporting Standard (IFRS). Mengingat pelaporan keuangan di
Telkom telah menerapakan pengendalian internal sebagaiamana ketentuan SOX
Section 404, maka rancangan dan penerapan pengendaliam internal atas
pelaporan keuangan perlu mengalami penyesuaian yang cukup besar agar sesuai
dengan ketentuan standar akuntansi yang berlaku. Hal tersebut meliputi
kebijakan akuntanis, organisasi dan aplikasi TI, termasuk perubahan rancangan
dan penerapan pengendalian intenal atas pelaporan keyuangan yang diikuti
dengan pengembangan kompetensi pengetahuan IFRS kepada karyawan yang
terlibat.
Komitmen untuk menerapkan IFRS merupakan keputusan manajemen,
bahwa Telkom akan melakukan adopsi lebh awal dari roadmap DSAK IAI atas
Standar Pelaporan Keuangan IFRS. Untuk itu sejak tahun 2010 dibentuk tim
khusus disebut dengan Gugus Tugas IFRS yang bertanggung jawab
mempersiapkan implementasi IFRS mulai dari fase penilaian, desain,
implementasi sampai tahap kestabilan yang direncanakan akan tercapai pada
tahun 2012.
Berikut tahapan perancangan dan penerapan IFRS :
Tahun 2010
Fase : Penilaian
Kegiatan :
• Penilaian proses bisnis dan TI di Telkom
• Penilaian accounting gap dan practical gap
• Menentukan dan memilih opsi IFRS 01 untuk penerapan pertama IFRS
• Penilaian TI dan proses bisnis yang terpengaruh implementasi IFRS
• Pembuatan mock-up laporan keuangan IFRS (31 Maret 2010)S
Tahun 2010 – 2011
Fase : Desain
Kegiatan :
• Pembuatan kerqangka dan detail Chart of Account (COA)
• Pembuatan BRDs untuk apliaksi TI yang terpengaruh
• Pembuatan mock-up laporan keuangan IFRS (30 Juni 2010)
• Pembuatan position paper IFRS untuk topik tpik akuntansi penting
• Pembuatan group reporting package IFRS
• Penyusunan proses pengakuan dan pengukuran untuk transaksi
transisional
Tahun 2011
Fase : Implementasi
Kegiatan :
• Akuntansi dan Pelaporan : pembuatan panduan group reporting
package, penyusunan laporan keuangan IFRS, kebijakan akuntansi
IFRS, dan blank template keuangan IFRS
• Data dan Teknologi : implementasi aplikasi TI baru (modifikasi)
• Proses dan Kontrol : mengupdate dan menyesuaikan proses bisnis SOA
dan SOP
• Manajemen Perubahan : melakukan sosialisasi dan pelatihan atas
akuntansi dan pelaporan, data dan teknologi, serta proses dan control
• Overall Project Monitoring : memonitor progress dari implementasi
IFRS dan mengindentifikasi serta memitigasi risiko.
Tahun 2012
Fase : Sustain
Kegiatan :
• Membuat dan mengoperasikan system pendukung implementasi IFRS
• Mengidentifikasi, memprioritasasi serta menyelesaikan masalah yang
muncul dalam proses bisnis, control, serta aplikasi TI
• Mengelola tes ulang dan aktivasi aplikasi TI dan perubahan proses bisnis
• Melakukan pengecekan proses dan kualitas data
• Membuat daftar aktivitas dan roadmap untuk melakukan perbaikan
• Menyusun proses transisi dari fase sustain ke fase bisnis sehari-hari

Bagi Telkom, implementasi IFRS memiliki tantangan tersendiri, selain harus


menyampaikan Laporan Keuangan dalam standar IFRS ke US SEC, Telkom pun harus
menyampaikan Laporan Keuangannya dengan SAK Indonesia ke Bapepam-LK dengan
tetap memperhatikan norma norma pengendalian internal. Terkait dengan penerapan
IFRS, Telkom juga berperan aktif mendukung implementasi IFRS di BUMN lainnya
dan terlibat sebagai narasumber, berikut beberapa kegiatan yang telah dilakukan :

1) Telkom terlibat aktif menjadi Tim Kerja Koordinasi BUMN untuk Antisipasi
Penerapan IFRS ke dalam SAK Indonesia, salah satu wujudnya adalah menjadi
narasumber dan pengajar untuk workshop penerapan SAK Indonesia Baru
(IFRS) untuk BUMN
2) Telkom memberikan jasa pendampingan konvergensi SAK Indonesia-IFRS
kepada salah satu BUMN di Indonesia dan ini merupakan langkah awal untuk
membantu proses konvergensi di BUMN lainnya
3) Telkom menjadi pembicara utama dalam seminar IFRS untuk Auditor dengan
tema “Internal Auditors Need to Know IFRS Conversion” pada tanggal 11-13
April 2011 di Bandung
4) Secara rutin melakukan sosialisasi dan workshop atas implementasi IFRS ke
Anak Perusahaan Telkom
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan)


31 DESEMBER 2011 DAN 2010 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA PSAK DAN IFRS

Tabel berikut menyajikan rekonsiliasi antara laporan posisi keuangan konsolidasian pada tanggal 31
Desember 2011, dan laporan laba rugi komprehensif konsolidasian untuk tahun yang berakhir pada
tanggal 31 Desember 2011 untuk masing-masing perbedaan antara laporan keuangan konsolidasian
berdasarkan PSAK dan IFRS.

PENJELASAN PSAK REKONSILIASI IFRS


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
PER 31 DESEMBER 2011

ASET
ASET LANCAR
Kas dan setara kas 9.634 - 9.634
Aset keuangan tersedia untuk dijual 361 - 361
Piutang usaha, bersih
Pihak berelasi 932 144 1.075
Pihak ketiga 3.983 - 3.983
Piutang lain-lain - bersih 335 - 335
Persediaan - bersih 758 - 758
Uang muka dan beban dibayar di muka 3.294 - 3.294
Tagihan restitusi pajak 371 - 371
Pajak dibayar di muka 787 - 787
Aset dimiliki untuk dijual 791 - 791
Aset lancar lainnya 12 - 12
Jumlah Aset Lancar 21.258 144 21.401
ASET TIDAK LANCAR
Penyertaan jangka panjang - bersih 235 - 235
Aset tetap - bersih 74.897 (259) 74.638
Pensiun dibayar di muka 991 (226) 765
Uang muka dan aset tidak lancar lainnya 3.817 - 3.817
Aset takberwujud - bersih 1.789 2 1.791
Aset pajak tangguhan - bersih 67 8 75
Jumlah Aset Tidak Lancar 81.796 (475) 81.321
JUMLAH ASET 103.054 (331) 102.722

LIABILITAS DAN EKUITAS


LIABILITAS JANGKA PENDEK
Utang usaha
Pihak berelasi 838 - 838
Pihak ketiga 7.479 - 7.479
Utang lain-lain 37 - 37
Utang pajak 1.039 - 1.039
Utang dividen 1 - 1
Beban yang masih harus dibayar 4.790 - 4.790
Pendapatan diterima di muka 2.821 - 2.821
Uang muka pelanggan dan pemasok 271 - 271
Utang bank jangka pendek 100 - 100
Utang jangka panjang yang jatuh tempo
dalam satu tahun 4.813 - 4.813
Jumlah Liabilitas Jangka Pendek 22.189 - 22.189

112
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan)


31 DESEMBER 2011 DAN 2010 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA PSAK DAN IFRS (lanjutan)

PENJELASAN PSAK REKONSILIASI IFRS


LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN
PER 31 DESEMBER 2011 (lanjutan)
LIABILITAS DAN EKUITAS (lanjutan)
LIABILITAS JANGKA PANJANG
Liabilitas pajak tangguhan - bersih 3.794 (346) 3.448
Pendapatan diterima di muka 242 - 242
Liabilitas diestimasi penghargaan masa kerja 287 - 287
Liabilitas diestimasi imbalan kesehatan pasca kerja 888 673 1.561
Liabilitas diestimasi pensiun dan
imbalan pasca kerja lainnya 1.715 1.296 3.011
Utang jangka panjang - setelah dikurangi bagian
yang jatuh tempo dalam satu tahun
Liabilitas sewa pembiayaan 314 - 314
Pinjaman penerusan - pihak berelasi 2.012 - 2.012
Obligasi dan wesel bayar 3.401 - 3.401
Utang bank 7.231 - 7.231
Jumlah Liabilitas Jangka Panjang 19.884 1.623 21.507
JUMLAH LIABILITAS 42.073 1.623 43.696
EKUITAS
EKUITAS YANG DAPAT DIATRIBUSIKAN KEPADA
PEMILIK ENTITAS INDUK
Modal saham 5.040 - 5.040
Tambahan modal disetor 1.073 - 1.073
Modal saham yang diperoleh kembali (6.323) - (6.323)
Selisih transaksi restrukturisasi dan
transaksi lainnya entitas sepengendali 478 (478) -
Selisih transaksi perubahan ekuitas
entitas asosiasi 386 (386) -
Laba belum direalisasi atas kepemilikan efek
yang tersedia untuk dijual 47 (47) -
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan 240 (240) -
Selisih transaksi akuisisi kepemilikan minoritas
pada entitas anak (485) 485 -
Cadangan lain 56 56
Saldo laba 47.054 (1.189) 45.865
Jumlah Ekuitas Yang Dapat Diatribusikan
Kepada Pemilik Entitas Induk 47.510 (1.799) 45.711
Kepentingan nonpengendali 13.471 (156) 13.315
JUMLAH EKUITAS 60.981 (1.955) 59.026
JUMLAH LIABILITAS DAN EKUITAS 103.054 (332) 102.722

113
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan)


31 DESEMBER 2011 DAN 2010 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA PSAK DAN IFRS (lanjutan)

PENJELASAN PSAK REKONSILIASI IFRS

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF


KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2011

PENDAPATAN 71.253 (15) 71.238

Penghasilan lain-lain 665 1 666

BEBAN
Operasi, pemeliharaan, dan jasa telekomunikasi (16.372) (81) (16.453)
Penyusutan dan amortisasi (14.863) 40 (14.823)
Karyawan (8.555) (116) (8.671)
Interkoneksi (3.555) - (3.555)
Pemasaran (3.278) - (3.278)
Umum dan administrasi (2.935) - (2.935)
Rugi selisih kurs - bersih (210) - (210)
Bagian (rugi) laba bersih entitas asosiasi (10) - (10)
Beban lain-lain (192) - (192)
Jumlah beban (49.970) (157) (50.127)
LABA SEBELUM (BIAYA)
PENGHASILAN PENDANAAN 21.948 (171) 21.777
(BEBAN) PENGHASILAN LAIN-LAIN
Penghasilan pendanaan 546 74 620
Biaya pendanaan (1.637) (25) (1.662)
Jumlah biaya pendanaan - bersih (1.091) 49 (1.042)
LABA SEBELUM PAJAK 20.857 (122) 20.735
BEBAN PAJAK (5.387) 2 (5.385)
LABA TAHUN BERJALAN 15.470 (120) 15.350
(BEBAN) PENDAPATAN KOMPREHENSIF LAIN
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan-
bersih setelah pajak 7 - 7
Perubahan bersih nilai wajar aset keuangan tersedia
untuk dijual - bersih setelah pajak 4 - 4
Rugi aktuaria program pensiun manfaat pasti - (1.958) (1.958)
Jumlah (beban) pendapatan komprehensif lain 11 (1.958) (1.947)
JUMLAH LABA KOMPREHENSIF
TAHUN BERJALAN 15.481 (2.078) 13.403

114
PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)
P.T. TELEKOMUNIKASI INDONESIA Tbk DAN ENTITAS ANAK

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASIAN (lanjutan)


31 DESEMBER 2011 DAN 2010 SERTA TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2011 DAN 2010
(Angka dalam tabel dinyatakan dalam miliaran Rupiah, kecuali dinyatakan lain)

48. RINGKASAN PERBEDAAN YANG SIGNIFIKAN ANTARA PSAK DAN IFRS (lanjutan)

PENJELASAN PSAK REKONSILIASI IFRS

LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF


KONSOLIDASIAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR
31 DESEMBER 2011 (lanjutan)
Laba tahun berjalan yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 10.965 (117) 10.848
Kepentingan nonpengendali 4.505 (71) 4.434
15.470 (188) 15.282
Laba komprehensif yang dapat
diatribusikan kepada:
Pemilik entitas induk 10.976 (2.007) 8.969
Kepentingan nonpengendali 4.505 (71) 4.434
15.481 (2.078) 13.403
LABA PER SAHAM DASAR
Laba bersih per saham 559,67 (5,97) 553,70
Laba bersih per ADS (40 saham Seri B per ADS) 22.386,80 (238,80) 22.148,00

Catatan atas Penyesuaian IFRS

a. Perjanjian Konsesi Jasa

Sebelum 1 Januari 2012, PSAK tidak mengatur secara khusus mengenai bagaimana pencatatan
transaksi perjanjian konsesi jasa. Pada periode tersebut, Perusahaan dan Telkomsel
memperlakukan perjanjian ini sebagai kontrak pelaksanaan pada laporan keuangan versi PSAK.
Selanjutnya, infrastruktur yang dibangun dibawah perjanjian ini diklasifikasikan ke dalam aset tetap
dan didepresiasikan sepanjang masa manfaat.

Berdasarkan IFRS, perjanjian tersebut diperlakukan sebagai perjanjian konsesi jasa dalam lingkup
IFRIC 12, Perjanjian Konsesi Jasa. Dalam interpretasi ini, Perusahaan dan Telkomsel mengakui
dan mengukur pendapatan dari jasa yang dilakukan dibawah perjanjian tersebut sesuai dengan IAS
11, Kontrak Konstruksi (untuk pendapatan dan biaya yang berkaitan dengan konstruksi dan jasa
upgrade) dan IAS 18, Pendapatan (untuk pendapatan dan biaya terkait jasa operasi).

Aset infrastruktur yang dibangun tidak diakui sebagai aset tetap operator karena perjanjian ini tidak
memberikan hak kepada operator untuk mengendalikan penggunaan aset infrastruktur layanan
publik.

115

Anda mungkin juga menyukai