Anda di halaman 1dari 6

Anggota Kelompok 1:

Ni Kadek Ayu Ariani (1707531004/05)


Ni Made Widyasari (1707531007/07)
Ni Nyoman Sri Wardani (1707531008/08)
I Dewa Ayu Rai Anggreni (1707531027/17)
Ni Made Ardi Naraswari (1707531062/25)
A. PSAK No. 1 Tentang Penyajian Laporan Keuangan
1. Tujuan PSAK No 1
Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan
bertujuan umum (general purpose financialstatements) yang selanjutnya disebut
“laporan keuangan” agar dapat dibandingkan baik dengan laporan keuangan
periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Pernyataan ini
mengatur persyaratan bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan
keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Laporan Keuangan
menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
a) Aset
b) Liabilitas
c) Ekuitas
d) Penghasilan dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian
e) kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik
f) arus kas
2. Karakteristik Umum Penyajian Laporan Keuangan
a) Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan, dan arus kas entitas. Penyajian yang wajar mensyaratkan
penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa lain dan kondisi
sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan
dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan. Entitas yang laporan keuangannya telah patuh
terhadap SAK membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali
tentang kepatuhan terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan.

b) Kelangsungan Usaha
Penyajian laporan keuangan harus disusun berdasar asumsi
kelangsungan usaha. Dalam mempertimbangkan apakah asumsi
kelangsungan usaha adalah tepat, manajemen memperhatikan informasi
masa depan paling sedikit namun tidak dibatasi untuk 12 bulan dari akhir
periode pelaporan. Jika terdapat ketidakpastian mengenai kelangsungan
usaha entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut, dasar
penyajian laporan keuangan, dan alasannya.

1
c) Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
laporan arus kas. Aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan diakui ketika
memenuhi definisi dan kriteria pengakuan di kerangka dasar (framework).
d) Materialitas dan Penggabungan
Pengelompokan secara terpisah berdasar sifat atau fungsi. Jika
nilainya tidak material, penyajian bisa digabung dengan pos lain yang
sejenis dalam laporan keuangan atau disajikan terpisah dalam catatan atas
laporan keuangan.
e) Saling Hapus
Entitas tidak boleh melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas
atau pendapatan dan beban kecuali disyaratkan atau diijinkan oleh PSAK.
Pengecualian: pengukuran aset secara neto setelah dikurangi penyisihan
penilaian misalnya keusangan atas persediaan dan penyisihan piutang tak
tertagih, bukan kategori saling hapus.
f) Frekuensi Pelaporan
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap setidaknya secara
tahunan. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan
keuangan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek
daripada 1 tahun
g) Informasi Komparatif
Informasi kuantitatif diungkapkan secara komparatif dengan
periode sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan
keuangan periode berjalan, kecuali dinyatakan lain oleh PSAK/ ISAK.
Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari laporan
keuangan periode sebelumnya diungkapkan kembali jika relevan untuk
pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
h) Konsistensi Penyajian
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam Laporan Keuangan antar
periode dilakukan secara konsisten, kecuali: Setelah terjadi perubahan
yang signifikan terhadap sifat operasi entitas atau kajian ulang atas laporan
keuangan, terlihat secara jelas bahwa penyajian atau pengklasifikasian
yang lain akan lebih tepat untuk digunakan dengan mempertimbangkan
kriteria untuk penentuan dan penerapaan kebijakan akuntansi dalam PSAK
25 : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan kesalahan.

2
Perbedaan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan PSAK No. 1 Tahun
2009 yaitu Terdapat perubahan antara PSAK No. 1 Tahun 2013 dengan
PSAK No. 1 Tahun 2009. Perubahan tersebut didasarkan atas:
(a) Perbaikan dengan penggunaan istilah yang lebih tepat
(b) Pengaruh perkembangan PSAK lain yang belum dikeluarkan
tahun 2009
(c) Mengikuti perubahan terakhir IAS 1 Tahun 2010 yaitu
pemisahaan penghasilan komprehensif lain dan penyajian
informasi komparatif
(d) Sikronisasi dengan IAS terkait format
(e) Pendekatan penyajian standar dengan revisi – tidak menyajikan
ulang semua standar
(f) Efektif berlaku 1 Januari 2015, tidak ada penerapan dini
(g) Terdapat perbedaan IAS 1 dengan PSAK 1.

B. IFRS 1: First-Time Adoption Of International Financial Reporting


Standards
1. Pengertian IFRS
IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang diterbitkan oleh
International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi
Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat
organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB),
Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal (IFAC). Badan Standar
Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk
menyusun standar akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan
dan mendorong penggunaan standar akuntansi global yang berkualitas tinggi,
dapat dipahami dan dapat diperbandingkan. Sebagian besar standar yang
menjadi bagian dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting
Standards (IAS). IAS diterbitkan antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh
International Accounting Standards Committee (IASC). Pada bulan April

3
2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan pengembangan
standar yang dilakukan.
2. Konvergensi IFRS
Pengertian konvergensi IFRS yang digunakan merupakan awal untuk
memahami apakah penyimpangan dari PSAK harus diatur dalam standar
akuntansi keuangan. Pendapat yang memahami konvergensi IFRS adalah full
adoption menyatakan Indonesia harus mengadopsi penuh seluruh ketentuan
dalam IFRS, termasuk penyimpangan dari IFRS sebagaimana yang diatur
dalam IAS 1 (2009): Presentation of Financial Statements paragraf 19-24.
IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Tujuan akhir dari konvergensi IFRS adalah PSAK sama dengan IFRS
tanpa adanya modifikasi sedikitpun. Di sisi lain, tanpa perlu mendefinisikan
konvergensi IFRS itu sendiri, berdasarkan pengalaman konvergensi beberapa
IFRS yang sudah dilakukan di Indonesia tidak dilakukan secara full adoption.
Sistem kepengurusan perusahaan di Indonesia yang memiliki dewan
direksi dan dewan komisaris (dual board system) berpengaruh terhadap
penentuan kapan peristiwa setelah tanggal neraca, sebagai contoh lain dari
perbedaan antara PSAK dengan IFRS. Indonesia melalui Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK) – Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sedang
melakukan proses konvergensi IFRS dengan target penyelesaian tahun 2012.
IFRS menekankan pada principle base dibandingkan rule base.
Indonesia mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012, Strategi adopsi
yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy
dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus,
tanpa melalui tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara –
negara maju. Sedangkan pada gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara
bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti
Indonesia.
Sasaran Konvergensi IFRS tahun 2012, yaitu merevisi PSAK agar
secara material sesuai dengan IFRS versi 1 Januari 2009 yang berlaku efektif
tahun 2011/2012, Konvergensi IFRS di Indonesia dilakukan secara bertahap.

4
Adapun manfaat yang diperoleh dari konvergensi IFRS adalah memudahkan
pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan SAK yang dikenal
secara internasional, meningkatkan arus investasi global melalui transparansi,
menurunkan biaya modal dengan membuka peluang fund raising melalui
pasar modal secara global, menciptakan efisiensi penyusunan laporan
keuangan. Alasan perlunya konvergensi ke IFRS adalah:
a) Mengurangi peran dari badan otoritas dan panduan terbatas pada
industri-industri spesifik.
b) Pendekatan terbesar pada subtansi atas transaksi dan evaluasi dimana
merefleksikan realitas ekonomi yang ada.
c) Peningkatan daya banding laporan keuangan dan memberikan informasi
yang berkualitas di pasar modal internasional.
d) Menghilangkan hambatan arus modal internasional dengan mengurangi
perbedaan dalam ketentuan pelaporan keuangan.
e) Mengurangi biaya pelaporan keuangan bagi perusahaan multinasional
dan biaya untuk analisis keuangan bagi para analis.
f) Meningkatkan kualitas pelaporan keuangan menuju “best practise”.
Sedangkan manfaat Konvergensi IFRS ialah:
a) Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan
Standar Akuntansi keuangan yang dikenal secara internasional
b) Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi
c) Menurunkan modal dengan membuka peluang fund raising melalui
pasar modal secara global.

5
DAFTAR PUSTAKA

Suwardjono. 2014. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan.


Yogyakarta: BPFE

http://hobiakuntansi.blogspot.co.id/2015/04/penyajian-laporan-keuangan-
menurut-psak.html (Online Diakses pada 18 Oktober 2019)

https://staff.blog.ui.ac.id/martani/files/2011/04/ED_PSAK_1_2013-2013-JULI-
23.pdf (Online Diakses pada 20 Oktober 2019)
http://accounting.binus.ac.id/2014/07/11/perbedaan-antara-psak-no-1-tahun-2013-
degnan-psak-no-1-tahun-2009/ (Online Diakses pada 20 Oktober 2019)
https://galuhwardhani.wordpress.com/2012/04/18/alasan-perlunya-konvergensi-
ke-ifrs/ (Online Diakses pada 20 Oktober 2019)

Anda mungkin juga menyukai