Anda di halaman 1dari 3

1.

APBD adalah rencana keuangan tahunan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh Pemerintah Daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah
(Permendagri No.13 Tahun 2006).
2. APBD memuat penerimaan & pengeluaran selama 1 tahun yang ditetapkan dengan
Perda untuk 1tahun. APBD terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja,
dan pembiayaan. Pendapatan berasal pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan
pendapatan yang sah lainnya. Pendapatan daerah adl hak pemda yang diakui sbg
penambah kekayaan. Belanja daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, dan jenis
belanja. Belanja daerah diakui sbg pengurang kekayaan.
3. Rincian belanja daerah menurut organisasi disesuaikan dengan susunan perangkat
daerah teknis daerah. Rincian belanja daerah menurut fungsi terdiri dr pelayanan
umum, pertahanan, ketertiban dan keamanan, ekonomi, lingkungan hidup, perumahan
dan fasilitas umum, kesehatan, pariwisata, budaya, agama, pendidikan, dan
perlindungan sosial. Rincian belanja daerah menurut jenis belanja (sifat ekonomi)
antara lain terdiri dari belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi,
hibah, dan bantuan sosial.
4. APBD disusun sesuai kebutuhan dan kemampuan daerah. Agar tidak defisit.
5. Anggaran yg diperkirakan defisit, ditetapkan sumber pembiayaan penutup defisit
tersebut dalam perda tentang APBD dr anggaran yg diperkirakan surplus. Namun
perlu mempertimbangkan prinsip pertanggungjawaban, sehingga dpt mengurangi
utang dan peningkatan jaminan sosial.
SISTEMATIKA APBD
1. Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam
APBD. Struktur APBD terdiri dari :
a. Anggaran pendapatan :
 Pendapatan Asli Daerah (PAD), pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah.
 dana perimbangan, Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana
Alokasi Khusus
 Lain-lain = dana hibah & dana darurat.
b. Anggaran belanja, digunakan untuk keperluan penyelenggaraan pemda.
c. Pembiayaan, pos yg digunakan untuk memanfaatkan defisit & surplus.
2. APBD adl rencana pelaksanaan Pendapatan dan Belanja Daerah dalam rangka
pelaksanaan Desentralisasi tahun tertentu. Pemungutan penerimaan Daerah
bertujuan untuk memenuhi target dalam APBD.
3. Pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai
jumlah dan sasaran dalam APBD. Karena APBD adl dasar pengelolaan keuangan
daerah, maka APBD adl dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan
pengawasan keuangan daerah.
4. APBD disusun dg pendekatan kinerja, yaitu sistem anggaran yang mengutamakan
output dari input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam
APBD adl perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap
sumber pendapatan.
5. Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah yang telah ditetapkan. Belanja
yang dianggarkan adl batas tertinggi. Penganggaran pengeluaran harus didukung
dengan adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup.
Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat pengeluaran atas
beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia anggaran untuk
membiayai pengeluaran tersebut.

A. PROSES PENYUSUNAN APBD


1. Pemda menyampaikan kebijakan umum APBD tahun berikutnya sejalan dengan
Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan penyusunan RAPBD kepada
DPRD.
2. Berdasarkan kebijakan umum APBD yg disepakati dg DPRD, Pemda & DPRD
membahas prioritas dan plafom anggaran sementara untuk dijadikan acuan bagi
setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (pengguna anggaran) menyusun Rencana
Kerja dan Anggaran (RKA) tahun berikutnya.
4. RKA Satuan Kerja Perangkat Daerah disusun dg pendekatan berdasarkan prestasi
kerja yang akan dicapai dan prakiraan belanja.
5. RKA disampaikan pada DPRD untk dibahas dlm pembicaraan pendahuluan
RAPBD.
6. Hasil pembahasan RKA disampaikan pada pejabat pengelola keuangan daerah
sbg bahan penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD tahun
berikutnya.
7. Pemda mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, disertai
penjelasan dan dokumen pendukungnya pada DPRD.
8. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai dg UU
yg mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
9. DPRD dapat mengajukan usul untk mengubah jumlah penerimaan dan
pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD, sepanjang tidak
mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
10. APBD disetujui DPRD. (DPRD tidak menyetujui Rancangan Peraturan Daerah
tersebut, Pemda dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar
angka APBD tahun sebelumnya.

PELAKSANAAN APBD
1. Setelah APBD ditetapkan, pelaksanaannya dirinci lebih lanjut dlm Keputusan
Gubernur/Bupati/Walikota. Pemda menyusun Laporan Realisasi Semester
Pertama. APBD dan prognosis untuk 6 (enam) bulan berikutnya. Laporan tersebut
disampaikan kepada DPRD selambat-lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran
yang bersangkutan, untuk dibahas bersama antara DPRD dan Pemerintah Daerah.
2. Penyesuaian APBD dibahas oleh DPRD & Pemda untk menyusun prakiraan
Perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan. Penyesuaian APBD
(rebudgeting) dilakukan jika terjadi:
1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;
2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran antar
unit organisasi, antar kegiatan, dan antarjenis belanja.
3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.
Dalam keadaan darurat Pemda dpt melakukan pengeluaran yg blm tersedia
anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan
disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pemerintah Daerah mengajukan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran yang
bersangkutan berdasarkan perubahan untuk nmendapatkan persetujuan DPRD
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.

Anda mungkin juga menyukai