Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD adalah suatu
rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (UU No. 17 Tahun 2003 pasal 1 butir 8 tentang Keuangan Negara).
Semua Penerimaan Daerah dan Pengeluaran Daerah harus dicatat dan dikelola dalam
APBD. Penerimaan dan pengeluaran daerah tersebut adalah dalam rangka pelaksanaan tugas-
tugas desentralisasi. Sedangkan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
pelaksanaan Dekonsentrasi atau Tugas Pembantuan tidak dicatat dalam APBD.
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam satu tahun anggaran.
APBD merupakan rencana pelaksanaan semua Pendapatan Daerah dan semua Belanja Daerah
dalam rangka pelaksanaan Desentralisasi dalam tahun anggaran tertentu. Pemungutan semua
penerimaan Daerah bertujuan untuk memenuhi target yang ditetapkan dalam APBD.
Demikian pula semua pengeluaran daerah dan ikatan yang membebani daerah dalam rangka
pelaksanaan desentralisasi dilakukan sesuai jumlah dan sasaran yang ditetapkan dalam
APBD. Karena APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah, maka APBD menjadi
dasar pula bagi kegiatan pengendalian, pemeriksaan dan pengawasan keuangan daerah.
Tahun anggaran APBD sama dengan tahun anggaran APBN yaitu mulai 1 Januari dan
berakhir tanggal 31 Desember tahun yang bersangkutan. Sehingga pengelolaan,
pengendalian, dan pengawasan keuangan daerah dapat dilaksanakan berdasarkan kerangka
waktu tersebut. APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem anggaran yang
mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau
input yang ditetapkan. Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk setiap sumber pendapatan.
Pendapatan dapat direalisasikan melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi untuk setiap
jenis belanja. Jadi, realisasi belanja tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang
berakibat pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak cukup tersedia
anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
B. Dokumen – Dokumen yang Dibutuhkan dan Harus Diperhatikan dalam Penyusunan
APBD.
Dokumen yang dibutuhkan adalah :
1. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)
2. PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara)

Substansi PPAS mencerminkan prioritas pembangunan daerah yang dikaitkan


dengan sasaran yang ingin dicapai termasuk program prioritas dari SKPD terkait.

3. RAPBD (Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah)


4. Surat Edaran tentang Pedoman Penyusunan RKA-SKPD
5. RKA-SKPD

RKA-SKPD memuat rincian anggaran pendapatan, rincian anggaran belanja tidak


langsung SKPD (gaji pokok dan tunjangan pegawai, tambahan penghasilan,
khusus pada SKPD Sekretariat DPRD dianggarkan juga Belanja Penunjang
Operasional Pimpinan DPRD), rincian anggaran belanja langsung menurut
program dan kegiatan SKPD.

6. RKA-PPKD

RKA-PPKD memuat rincian pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah, belanja tidak langsung terdiri dari belanja bunga, belanja
subsidi, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga, rincian penerimaan pembiayaan dan
pengeluaran pembiayaan.

7. SilPa (Sisa Lebih Pembiayaan Tahun Berjalan)


8. DPASKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja)
9. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah)

C. Proses Penyusunan APBD


1. Pemerintah Daerah menyampaikan kebijakan umum APBD tahun anggaran
berikutnya sejalan dengan Rencana Kerja Pemerintah Daerah, sebagai landasan
penyusunan RAPBD kepada DPRD.
2. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,
Pemerintah Daerah bersama DPRD membahas prioritas dan plafom anggaran
sementara untuk dijadikan acuan bagi setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah.
3. Dalam rangka penyusunan RAPBD, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah
selaku pengguna anggaran menyusun Rencana Kerja dan Anggaran (RKA)
Satuan Kerja Perangkat Daerah tahun berikutnya.
4. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) satuan Kerja Perangkat Daerah disusun
dengan pendekatan berdasarkan prestasi kerja yang akan dicapai dan prakiraan
belanja.
5. Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.
6. Hasil pembahasan rencana kerja dan anggaran disampaikan kepada pejabat
pengelola keuangan daerah sebagai bahan penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD tahun berikutnya.
7. Pemerintah Daerah mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
disertai penjelasan dan dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD.
8. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dilakukan sesuai
dengan undang-undang yang mengatur susunan dan kedudukan DPRD.
9. DPRD dapat mengajukan usul yang mengakibatkan perubahan jumlah
penerimaan dan pengeluaran dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD,
sepanjang tidak mengakibatkan peningkatan defisit anggaran.
10. APBD yang disetujui oleh DPRD terinci sampai dengan unit organisasi, fungsi,
program, kegiatan, dan jenis belanja. Apabila DPRD tidak menyetujui Rancangan
Peraturan Daerah tersebut, untuk membiayai keperluan setiap bulan, Pemerintah
Daerah dapat melaksanakan pengeluaran setinggi-tingginya sebesar angka APBD
tahun anggaran sebelumnya.
D. Pelaksanaan APBD
Setelah APBD ditetapkan dengan peraturan daerah, pelaksanaannya
dituangkan lebih lanjut dengan Keputusan Gubernur/Bupati/Walikota. Pemerintah
Daerah menyusun Laporan Realisasi Semester Pertama.APBD dan prognosis untuk 6
(enam) bulan berikutnya. Laporan tersebut disampaikan kepada DPRD selambat-
lambatnya pada akhir Juli tahun anggaran yang bersangkutan, untuk dibahas bersama
antara DPRD dan Pemerintah Daerah.
Penyesuaian APBD dengan perkembangan dan/atau perubahan, keadaan
dibahas bersama DPRD dengan Pemerintah Daerah dalam rangka penyusunan
prakiraan Perubahan atas APBD tahun anggaran yang bersangkutan.Penyesuaian
APBD (rebudgeting) dilakukan jika terjadi:
1. Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD;
2. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran anggaran
antarunitorganisasi, antarkegiatan, dan antarjenis belanja.
3. Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus
digunakan untuk pembiayaan anggaran yang berjalan.
Dalam keadaan darurat Pemerintah Daerah dapat melakukan pengeluaran yang
belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan
APBD, dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran. Pemerintah Daerah
mengajukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan APBD tahun anggaran
yang bersangkutan berdasarkan perubahan untuk nmendapatkan persetujuan DPRD
sebelum tahun anggaran yang bersangkutan berakhir.
E. Komponen-komponen APBD
Struktur APBD terdiri dari :
1. Anggaran pendapatan, terdiri atas :
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi pajak daerah, retribusi daerah,
hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan penerimaan lain-lain
b. Bagian dana perimbangan, yang meliputi Dana Bagi Hasil, Dana Alokasi
Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
c. Lain-lain pendapatan yang sah seperti dana hibah atau dana darurat.
2. Anggaran belanja, yang digunakan untuk keperluan penyelenggaraan tugas
pemerintahan di daerah.
3. Pembiayaan, yaitu setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau
pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.

Dalam hal sumber penerimaan yang menjadi hak pemerintah daerah, Undang-Undang
No. 32 Tahun 2004 tenteng Pemerintah Daerah; dan Undang-Undang No.33 Tahun 2004
tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah telah menetapkan
sumber-sumber penerimaan daerah, sebagai berikut:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
- Pajak daerah
- Retribusi daerah
- Bagian laba pengelolaan aset daerah yang dipisahkan
- Lain-lain PAD yang sah
b. Transfer Pemerintah Pusat
- Bagi hasil pajak
- Bagi hasil sumber daya alam
- Dana alokasi umum
- Dana alokasi khusus
- Dana otonomi khusus
- Dana penyesuaian
c. Transfer Pemerintah Provinsi
- Bagi hasil pajak
- Bagi hasil sumber daya alam
- Bagi hasil lainnya
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah

Berdasarkan peraturan Permendagri No. 59 Tahun 2007 , klasifikasi belanja dalam


sistem anggaran dikelompokkan menjadi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
a. Belanja tidak langsung, yaitu belanja yang tidak terkait langsung dengan program dan
kegiatan, yang terdiri atas:
i. Belanja pegawai, dengan onjek belanja meliputi:
- Gaji dan tunjangan
- Tambahan penghasilan PNS
- Belanja penerimaan lainnya pimpinan dan anggota DPRD
- Biaya pemungutan pajak daerah
ii. Belanja bunga
iii. Belanja subsidi
iv. Belanja hibah
v. Belanja bantuan keuangan
vi. Belanja bantuan sosial
vii. Belanja tidak terduga
b. Belanja Langsung
i. Belanja pegawai, dengan objek belanja meliputi:
- Honorarium PNS
- Honorarium non-PNS
- Uang lembur
- Belanja beasiswa pendidikan PNS
- Belanja kursus, pelatihan, sosialisasi, dan bimbingan teknis PNS
ii. Belanja barang dan jasa
iii. Belanja modal.

F. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Berdasarkan PP 58/2005 tentang Keuangan Daerah, Laporan Pemerintah Daerah sekurang-
kurangnya terdiri dari:
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRAPBD)
2. Neraca
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

1) Laporan Realisasi Anggaran

Laporan realisasi anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan


pemakaian sumberdaya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah daerah yang
menggambarkan perbandingan antara anggaran dan realisasinya dalam 1 (satu)
periode pelaporan. Unsur yang tercakup dalam laporan realisasi anggaran terdiri dari
pendapatan, belanja, transfer dan pembiayaan. Terhadap unsur-unsur tersebut masing-
masing didefinisikan sebagai berikut:

a. Pendapatan (basis kas) adalah penerimaan oleh bendahara umum daerah yang
menambahkan ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan
yang menjadi hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.
b. Belanja (basis kas) adalah semua pengeluaran bendahara umum daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali. Belanja (basis akrual) adalah
kewajiban pemerintah pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.
c. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran uang dari suatu entitas pelaporan
dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagi
hasil.
d. Pembiayaan (financing) adalah setiap penerimaan yang harus dibayar kembali,
baik pada tahun anggaran bersangkutan, maupun tahun-tahun anggaran
berikutnya, yang dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan
untuk penutup deficit atau memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan
pembiayaan antara lain dapat berasal dari pinjaman dan hasil divestasi.
Pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pembayaran kembali pokok
pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain dan penyertaan modal
pemerintah daerah.

2) Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai


asset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Neraca sekurang-kurangnya
mencantumkan pos-pos berikut:

a. Kas dan setara kas;


b. Investasi jangka pendek;
c. Piutang pajak dan bukan pajak;
d. Persediaan;
e. Investasi jangka panjang;
f. Aset tetap;
g. Kewajiban jangka pendek;
h. Kewajiban jangka panjang;
i. Ekuitas dana

3) Laporan Arus/Aliran Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas


operasiona, investasi aset non keuangan, pembiayaan dan transaksi non anggaran
yang menggambarkan saldo awal, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas
pemerintah daerah selama periode tertentu. Unsur yang tercakup dalam laporan arus
kas terdiri dari penerimaan dan pengeluaran kas, yang masing-masing didefinisikan
sebagai berikut:

a. Penerimaan kas adalah semua aliran kas terdiri dari penerimaan yang masuk ke
bendahara umum daerah.
b. Pengeluaran kas adalah semua aliran kas yang keluar dari bendahara umum
daerah.

4) Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan atas laporan keuangan berisi penjelasan naratif atau rincian dari
angka-angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas.
Catatan atas laporan keuangan juga memuat informasi tentang kebijakan akuntansi
yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan
dianjurkan untuk diuangkapkan di dalam standar akuntansi pemerintahan serta
ungkapan-ungkapan yang diperlukan untuk menghasilkan penyajian laporan
keuangan secara wajar
Adapun hal-hal yang diungkapkan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut:

a. Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro,


pencapaian target APBD berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam
pencapaian target
b. Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama satu tahun pelaporan
c. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-
kejadian penting lainnya
d. Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan
(SAP) yang belum disajikan pada lembar muka laporan keuangan
e. Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul
sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan, belanja dan
rekonsiliasinya dengan basis kas
f. Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian secara wajar,
yang tidak disajikan pada lembar muka laporan keuangan.
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 02.B

Contoh Format Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi

PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
PENDAPATAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH
3 Pendapatan Pajak Daerah xxx xxx xx xxx
4 Pendapatan Retribusi Daerah xxx xxx xx xxx
5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
6 Lain-lain PAD yang sah xxx xxx xx xxx
7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah (3 s/d 6) xxxx xxxx xx xxxx
8
PENDAPATAN TRANSFER
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - DANA PERIMBANGAN
11 Dana Bagi Hasil Pajak xxx xxx xx xxx
12 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam xxx xxx xx xxx
13 Dana Alokasi Umum xxx xxx xx xxx
14 Dana Alokasi Khusus xxx xxx xx xxx
15 Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan (13 s/d 12) xxxx xxxx xx xxxx
16
TRANSFER PEMERINTAH PUSAT - LAINNYA
18 Dana Otonomi Khusus xxx xxx xx xxx
19 Dana Penyesuaian xxx xxx xx xxx
20 Jumlah Pendapatan Transfer Lainnya (18 s/d 19) xxxx xxxx xx xxxx
21 Total Pendapatan Transfer (15 + 20) xxxx xxxx xx xxxx
22
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
24 Pendapatan Hibah xxx xxx xx xxx
25 Pendapatan Dana Darurat xxx xxx xx xxx
26 Pendapatan Lainnya xxx xxx xx xxx
27 Jumlah Pendapatan Lain-lain yang Sah (24 s/d 26) xxx xxx xx xxx
28 JUMLAH PENDAPATAN (7 + 21 + 27) xxxx xxxx xx xxxx
29 BELANJA
30 BELANJA OPERASI
31 Belanja Pegawai xxx xxx xx xxx
32 Belanja Barang xxx xxx xx xxx
33 Bunga xxx xxx xx xxx
34 Subsidi xxx xxx xx xxx
35 Hibah xxx xxx xx xxx
36 Bantuan Sosial xxx xxx xx xxx
37 Jumlah Belanja Operasi (31 s/d 36) xxxx xxxx xx xxxx
38
BELANJA MODAL
40 Belanja Tanah xxx xxx xx xxx
41 Belanja Peralatan dan Mesin xxx xxx xx xxx
42 Belanja Gedung dan Bangunan xxx xxx xx xxx
43 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan xxx xxx xx xxx
44 Belanja Aset Tetap Lainnya xxx xxx xx xxx
45 Belanja Aset Lainnya xxx xxx xx xxx
46 Jumlah Belanja Modal (40 s/d 45) xxxx xxxx xx xxxx
47
BELANJA TAK TERDUGA
49 Belanja Tak Terduga xxx xxx xx xxx
50 Jumlah Belanja Tak Terduga (49 s/d 49) xxx xxxx xx xxxx
51 Jumlah Belanja (37 + 46 + 50) xxx xxxx xx xxxx
52
TRANSFER
TRANSFER/BAGI HASIL PENDAPATAN KE KABUPATEN/KOTA
55 Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
56 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
57 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota xxx xxx xx xxx
58 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab./Kota (55 s/d 57) xxx xxxx xx xxxx
59 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER (51 + 58) xxx xxxx xx xxxx
60
61 SURPLUS/DEFISIT (28 - 59) xxx xxx xxx xxx
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 20X1 dan 20X0

(Dalam Rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
NO. URAIAN (%)
20X1 20X1 20X0
62
PEMBIAYAAN

PENERIMAAN PEMBIAYAAN
66 Penggunaan SiLPA xxx xxx xx xxx
67 Pencairan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
68 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan xxx xxx xx xxx
69 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
70 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
71 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
72 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
73 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
74 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
75 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
76 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
77 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
78 Jumlah Penerimaan (66 s/d 77) xxxx xxxx xx xxxx
79
PENGELUARAN PEMBIAYAAN
81 Pembentukan Dana Cadangan xxx xxx xx xxx
88 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx xx xxx
82 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat xxx xxx xx xxx
83 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
84 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank xxx xxx xx xxx
85 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank xxx xxx xx xxx
86 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx xx xxx
87 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya xxx xxx xx xxx
89 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx xx xxx
90 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx xx xxx
91 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx xx xxx
92 Jumlah Pengeluaran (81 s/d 91) xxx xxx xx xxx
93 PEMBIAYAAN NETO (78 - 92) xxxx xxxx xx xxxx
94
95 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (61 + 93) xxxx xxxx xx xxxx

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 01.B
Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA


NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 ASET
2
3 ASET LANCAR
4 Kas di Kas Daerah xxx xxx
5 Kas di Bendahara Pengeluaran xxx xxx
6 Kas di Bendahara Penerimaan xxx xxx
7 Investasi Jangka Pendek xxx xxx
8 Piutang Pajak xxx xxx
9 Piutang Retribusi xxx xxx
10 Penyisihan Piutang (xxx) (xxx)
11 Belanja Dibayar Dimuka xxx xxx
12 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Negara xxx xxx
13 Bagian Lancar Pinjaman kepada Perusahaan Daerah xxx xxx
14 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Pusat xxx xxx
15 Bagian Lancar Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya xxx xxx
16 Bagian Lancar Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
17 Bagian lancar Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
18 Piutang Lainnya xxx xxx
19 Persediaan xxx xxx
20 Jumlah Aset Lancar (4 s/d 19) xxx xxx
21
INVESTASI JANGKA PANJANG
Investasi Nonpermanen
24 Pinjaman Jangka Panjang xxx xxx
25 Investasi dalam Surat Utang Negara xxx xxx
26 Investasi dalam Proyek Pembangunan xxx xxx
27 Investasi Nonpermanen Lainnya xxx xxx
28 Jumlah Investasi Nonpermanen (24 s/d 27) xxx xxx
29 Investasi Permanen
30 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah xxx xxx
31 Investasi Permanen Lainnya xxx xxx
32 Jumlah Investasi Permanen (30 s/d 31) xxx xxx
33 Jumlah Investasi Jangka Panjang (28 + 32) xxx xxx
34
35 ASET TETAP
36 Tanah xxx xxx
37 Peralatan dan Mesin xxx xxx
38 Gedung dan Bangunan xxx xxx
39 Jalan, Irigasi, dan Jaringan xxx xxx
40 Aset Tetap Lainnya xxx xxx
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

Contoh Format Neraca Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN /KOTA


NERACA
PER 31 DESEMBER 20X1 DAN 20X0
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
41 Konstruksi dalam Pengerjaan xxx xxx
42 Akumulasi Penyusutan (xxx) (xxx)
43 Jumlah Aset Tetap (36 s/d 42) xxx xxx
44
45 DANA CADANGAN
46 Dana Cadangan xxx xxx
47 Jumlah Dana Cadangan (46) xxx xxx
48
49 ASET LAINNYA
50 Tagihan Penjualan Angsuran xxx xxx
51 Tuntutan Ganti Rugi xxx xxx
52 Kemitraan dengan Pihak Ketiga xxx xxx
53 Aset Tak Berwujud xxx xxx
54 Aset Lain-Lain xxx xxx
55 Jumlah Aset Lainnya (50 s/d 54) xxx xxx
56
57 JUMLAH ASET (20+33+43+47+55) xxxx xxxx
58
59 KEWAJIBAN
60
61 KEWAJIBAN JANGKA PENDEK
62 Utang Perhitungan Pihak Ketiga (PFK) xxx xxx
63 Utang Bunga xxx xxx
64 Bagian Lancar Utang Jangka Panjang xxx xxx
65 Pendapatan Diterima Dimuka xxx xxx
66 Utang Belanja xxx xxx
67 Utang Jangka Pendek Lainnya xxx xxx
68 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek (62 s/d 67) xxx xxx
69
70 KEWAJIBAN JANGKA PANJANG
71 Utang Dalam Negeri - Sektor Perbankan xxx xxx
72 Utang Dalam Negeri - Obligasi xxx xxx
73 Premium (Diskonto) Obligasi xxx xxx
74 Utang Jangka Panjang Lainnya xxx xxx
75 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang (71 s/d 74) xxx xxx
76 JUMLAH KEWAJIBAN (68+75) xxx xxx
77
78 EKUITAS
79 EKUITAS xxx xxx
80 JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA (76+79) xxxx xxxx
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN I
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 71 TAHUN 2010
ILUSTRASI PSAP 03.B

CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
1 Arus Kas dari Aktivitas Operasi
2 Arus Masuk Kas
3 Penerimaan Pajak Daerah XXX XXX
4 Penerimaan Retribusi Daerah XXX XXX
5 Penerimaan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
6 Penerimaan Lain-lain PAD yang sah XXX XXX
7 Penerimaan Dana Bagi Hasil Pajak XXX XXX
8 Penerimaan Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam XXX XXX
9 Penerimaan Dana Alokasi Umum XXX XXX
10 Penerimaan Dana Alokasi Khusus XXX XXX
11 Penerimaan Dana Otonomi Khusus XXX XXX
12 Penerimaan Dana Penyesuaian XXX XXX
13 Penerimaan Hibah XXX XXX
14 Penerimaan Dana Darurat XXX XXX
15 Penerimaan Lainnya XXX XXX
16 Penerimaan dari Pendapatan Luar Biasa
17 Jumlah Arus Masuk Kas (3 s/d 16) XXX XXX
Arus Keluar Kas
19 Pembayaran Pegawai XXX XXX
20 Pembayaran Barang XXX XXX
21 Pembayaran Bunga XXX XXX
22 Pembayaran Subsidi XXX XXX
23 Pembayaran Beban Hibah XXX XXX
24 Pembayaran Beban Bantuan Sosial XXX XXX
25 Pembayaran Tak Terduga XXX XXX
26 Pembayaran Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota XXX XXX
27 Pembayaran Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota XXX XXX
28 Pembayaran Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota XXX XXX
29 Pembayaran Kejadian Luar Biasa XXX XXX
30 Jumlah Arus Keluar Kas (19 s/d 29) XXX XXX
31 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Operasi (17 - 30) XXX XXX
Arus Kas dari Aktivitas Investasi
Arus Masuk Kas
34 Pencairan Dana Cadangan XXX XXX
35 Penjualan atas Tanah XXX XXX
36 Penjualan atas Peralatan dan Mesin XXX XXX
37 Penjualan atas Gedung dan Bangunan XXX XXX
38 Penjualan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
39 Penjualan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
40 Penjualan Aset Lainnya XXX XXX
41 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan XXX XXX
42 Penerimaan Penjualan Investasi Non Permanen XXX XXX
43 Jumlah Arus Masuk Kas (34 s/d 42) XXX XXX
Arus Keluar Kas
45 Pembentukan Dana Cadangan XXX XXX
46 Perolehan Tanah XXX XXX
47 Perolehan Peralatan dan Mesin XXX XXX
48 Perolehan Gedung dan Bangunan XXX XXX
49 Perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan XXX XXX
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS PEMERINTAH PROVINSI

PEMERINTAH PROVINSI
LAPORAN ARUS KAS
Untuk Tahun Yang Berakhir Sampai Dengan 31 Desember 20X1 dan 20X0
Metode Langsung
(Dalam Rupiah)
No. Uraian 20X1 20X0
50 Perolehan Aset Tetap Lainnya XXX XXX
51 Perolehan Aset Lainnya XXX XXX
52 Penyertaan Modal Pemerintah Daerah XXX XXX
53 Pengeluaran Pembelian Investasi Non Permanen XXX XXX
54 Jumlah Arus Keluar Kas (45 s/d 53) XXX XXX
55 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Investasi (43 - 54) XXX XXX
56 Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan
57 Arus Masuk Kas
58 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX
59 Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
60 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX
61 Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
62 Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
63 Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
64 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
65 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
66 Penerimaan Kembali Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
67 Jumlah Arus Masuk Kas (58 s/d 66) XXX XXX
Arus Keluar Kas
69 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Pusat XXX XXX
70 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
71 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bank XXX XXX
72 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lembaga Keuangan Bukan Bank XXX XXX
73 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Obligasi XXX XXX
74 Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri - Lainnya XXX XXX
75 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Negara XXX XXX
76 Pemberian Pinjaman kepada Perusahaan Daerah XXX XXX
77 Pemberian Pinjaman kepada Pemerintah Daerah Lainnya XXX XXX
78 Jumlah Arus Keluar Kas (69 s/d 77) XXX XXX
79 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Pendanaan (67 - 78) XXX XXX
Arus Kas dari Aktivitas Transitoris
Arus Masuk Kas
82 Penerimaan Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
83 Jumlah Arus Masuk Kas (82) XXX XXX
84 Arus Keluar Kas
85 Pengeluaran Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) XXX XXX
86 Jumlah Arus Keluar Kas (85) XXX XXX
87 Arus Kas Bersih dari Aktivitas Transitoris (83 - 86) XXX XXX
88 Kenaikan/Penurunan Kas (31+55+79+87) XXX XXX
89 Saldo Awal Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran XXX XXX
90 Saldo Akhir Kas di BUD & Kas di Bendahara Pengeluaran (88+89) XXX XXX
91 Saldo Akhir Kas di Bendahara Penerimaan XXX XXX

Anda mungkin juga menyukai