PENDAHULUAN
International Accounting Standard 1 (IAS 1) tentang Penyajian Laporan
Keuangan adalah standar pelaporan keuangan internasional yang diadopsi oleh
Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB). Yang menjabarkan pedoman
penyajian laporan keuangan dan menetapkan persyaratan minimum dalam
menyusun laporan keuangan. Yang berlaku untuk semua laporan keuangan secara
umum yang didasarkan pada Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS).
IAS 1 awalnya dikeluarkan oleh Komite Standar Akuntansi Internasional
pada tahun 1997, menggantikan tiga standar pengungkapan dan penyajian
persyaratan, dan merupakan standar akuntansi komprehensif pertama untuk
menangani penyajian standar keuangan.
Pada tahun 2001 hal ini diadopsi oleh IASB, dan pada tahun 2012 standar
terakhir diubah pada bulan Juni 2011, perubahan tersebut efektif mulai tanggal 1
Juli 2012.
Di dalam IAS 1 dinyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah sebagai
penyediaan informasi yang berguna tentang posisi keuangan, kinerja keuangan
dan arus kas dari suatu entitas, dan mengkategorikan informasi yang diberikan
menjadi aset, kewajiban, pendapatan dan pengeluaran, kontribusi oleh dan
distribusi kepada pemilik, dan arus kas.
Dalam IAS 1 menguraikan tentang penyajian laporan keuangan, yaitu :
1. Penyajian secara Wajar dan Kepatuhan terhadap SAK;
2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha;
3. Disusun dengan menggunakan dasar akrual;
4. Materialitas dan Penggabungan;
5. Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas
6. Disajikan minimal secara tahunan
7. Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya
8. Disajikan secara secara konsisten pada setiap periode
1
IAS 1 merincikan isi minimum yang harus disajikan dalam laporan
keuangan, seperti mengharuskan kewajiban lancar terdaftar secara terpisah dan
rincian tentang kapan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar atau tidak
lancar. Di dalam IAS 1 juga menetapkan persyaratan mengenai catatan atas
laporan keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi dan informasi
asumsi yang digunakan.
IAS 1 diubah pada tahun 2007 untuk menggambarkan perubahan dalam
istilah yang berdampak pada standar akuntansi lainnya. Perubahan tersebut
meliputi :
2
4. IAS 1 par. 10 yang menjadi PSAK 1 par. 10 dengan menghilangkan
kalimat yang memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk
komponen laporan keuangan, supaya menciptakan keseragaman untuk
judul komponen laporan keuangan.
5. Tambaha par. 14a tentang tanggung jawab atas laporan keuangan, karena
peraturan perundang-undangan tidak mengatur pihak yang bertanggung
jawab atas laporan keuangan untuk seluruh entitas, tetapi hanya untuk
sebagian entitas.
6. Catatan kaki pada IAS 1 par. 15 yang terkait tentang Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan tidak diadopsi karena belum direvisi.
7. IAS 1 par. 19-22 tentang penerapan penyimpangan dari suatu Standar
Akuntansi Keuangan tidak diadopsi, karena tidak sesuai dengan konteks
di Indonesia. Pengaturan IAS par. 23-24 diadopsi menjadi PSAK 1
paragraf 23-24 mengenai pegungkapannya, tetapi dengan menghilangkan
kalimat but the relevant regulatory framework prohibits departure from
the requirement dalam IAS 1 par. 23
8. Catatan kaki pada IAS 1 par. 07, 15, 28, dan 89 yang terkait dengan
Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan tidak diadopsi karena
belum di revisi.
9. IAS 1 par. 54 (f) tentang aset biolojik tidak diadopsi, karena IAS 41
Agriculture belum diadopsi
10. IAS 1 par. 139 yang menjadi PSAK 1 par. 139 tentang tanggal efektif
dengan meniadakan penerapan dini, karena penerapan dini tersebut hanya
akan dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS
diadopsi secara bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS menjadi SAK di
Indonesia dilakukan secara bertahap.
11. IAS 1 par. 139A 139L tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena
tidak relevan. Adopsi IAS 1 menjadi PSAK 1 telah menggunakan IAS 1
yang telah mengakomodir amandemen tersebut.
12. IAS 1 par. IG5A tidak diadopsi karena IFRS 9 belum diadopsi.
3
13. Pedoman Implementasi dari IAS 1 tentang ilustrasi penyajian laporan
posisi keuangan disesuaikan dengan penyajian laporan posisi keuangan
yang selama ini berlaku di Indonesia. Pedoman Implementasi tersebut
menyajikan laporan posisi keuangan sebagai berikut:
B. TUJUAN
4
keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil
pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang
dipercayakan kepada mereka. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, laporan
keuangan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi:
1. Aset
2. Liabilitas
3. Ekuitas
4. Pendapatan dan Beban termasuk keuntungan dan kerugian
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai
pemilik, dan
6. arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam
memprediksi arus kas masa depan dan, khususnya, dalam hal waktu dan
kepastian diperolehnya kas dan setara kas.
a. aset tetap
b. properti investasi
c. aset takberwujud
d. aset keuangan
e. investasi dengan menggunakan metode ekuitas
f. persediaan
g. piutang dagang dan piutang lain
h. kas dan setara kas
i. total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk
dijual dan aset yang
j. termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai
dimiliki untuk dijual
k. utang dagang dan utang lain
l. provisi
5
m. liabilitas keuangan
n. liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46: Pajak
o. Penghasilan
p. liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46
q. liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai
r. dimiliki untuk dijual
s. kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas
t. modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk
6
Entitas menyajikan pos-pos berikut, sebagai tambahan atas bagian
laba rugi dan penghasilan komprehensiflain, sebagai alokasi dari laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk periode berjalan:
a. laba rugi untuk periode yang dapat diatribusikan kepada
1) kepentingan non-pengendali
2) pemilik entitas induk
b. penghasilan komprehensif untuk periode yang dapat diatribusikan
kepada
1) kepentingan non pengendali
2) pemilik entitas induk
Jika entitas menyajikan laba rugi dalam suatu laporan terpisah,
maka entitas menyajikan (a) dalam laporan tersebut.
7
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau
catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai
distribusi kepada pemilik selama periode, dan jumlah dividen per saham
terkait.
8
bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut
relevan untuk memahami laporan keuangan.
Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan
keuangan secara sistematis. Entitas membuat referensi silang atas setiap
pos dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk
informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.
Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuangan
dengan urutan sebagai berikut, untuk membantu pengguna memahami
dan membandingkan dengan laporan keuangan entitas lain:
a. pernyataan kepatuhan terhadap SAK
b. ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
c. informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan dan laporan !aha rugi dan penghasilan komprehensif
lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan
urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos; dan
d. pengungkapan lain
D. KETENTUAN UMUM
1. Penyajian Secara Wajar
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar
mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan
kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas,
pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian Laporan Keuangan. Penerapan SAK, dengan
pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
9
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK
membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan
terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat
menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali
laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap seluruh persyaratan
dalam SAK.
Dalam hampir seluruh keadaan, entitas mencapai penyajian laporan
keuangan secara wajar dengan memenuhi SAK terkait. Penyajian secara
wajar juga mensyaratkan entitas untuk:
a. memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan IAS 8:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan. IAS 8 mengatur hirarki panduan otoritatif yang
dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak terdapat
pernyataan yang secara spesifik mengatur suatu pos tertentu.
b. menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal,
dapat dibandingkan, dan mudah dipahami.
c. memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan
persyaratan spesifik dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan
keuangan untuk memahami dampak dari transaksi, peristiwa lain dan
kondisi tertentu terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan
entitas.
2. Disusun atas dasar kelangsungan usaha
Dalam menyusun laporan keuangan, manajemen membuat
penilaian tentang kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usaha. Entitas menyusun laporan keuangan berdasarkan
asumsi kelangsungan usaha, kecuali manajemen memiliki intensi untuk
melikuidasi entitas atau menghentikan perdagangan, atau tidak memiliki
alternatif lain yang realistis selain melakukannya. ]ika manajemen
menyadari (dalam membuat penilaiannya) mengenai adanya
ketidakpastian yang material sehubungan dengan peristiwa atau kondisi
yang dapat menimbulkan keraguan yang signifikan tentang kemampuan
10
entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan ketidakpastian tersebut. ]ika entitas menyusun laporan
keuangan tidak berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas
mengungkapkan fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan
dalam penyusunan laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak
dipertimbangkan sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi
kelangsungan usaha.
Dalam menilai apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah
tepat, manajemen memperhitungkan seluruh informasi yang tersedia
mengenai masa depan, paling sedikit (namun tidak terbatas pada) dua
belas bulan dari akhir periode pelaporan. Tingkat pertimbangan
bergantung pada fakta dari setiap kasus. Ketika selama ini entitas
menghasilkan laba dan memiliki akses ke sumber pembiayaan, maka
dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa
melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen mungkin perlu untuk
mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas
masa kini maupun yang diharapkan di masa depan, jadwal pembayaran
utang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat
menyimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai.
11
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah
transaksi atau peristiwa lain yang digabungkan ke dalam kelas-kelas
sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses pengabungan dan
pengklasifikasian adalah penyajian data yang telah diringkas dan
diklasifikasikan yang membentuk pos-pos dalam laporan keuangan. Jika
suatu pos secara individual tidak material, maka dapat digabungkan
dengan pos lain di dalam laporan keuangan atau di dalam catatan atas
laporan keuangan. Pos yang tidak cukup material untuk disajikan terpisah
dalam laporan keuangan mungkin cukup material untuk disajikan
terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak perlu
menyediakan pengungkapan yang spesifik yang disyaratkan oleh suatu
standar jika informasi tersebut tidak material.
12
yang lebih panjang atau lebih pendek daripada periode satu tahun, maka
sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, entitas
mengungkapkan:
a. alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih
pendek; dan
b. fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak
dapat dibandingkan secara keseluruhan.
13
Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam
laporan keuangan untuk periode sebelumnya masih tetap relevan pada
periode berjalan. Sebagai contoh, entitas mengungkapkan dalam periode
berjalan rincian tentang sengketa hukum, yang hasil akhirnya belum
diketahui secara pasti pada akhir periode sebelumnya dan masih dalam
proses penyelesaian. Pengguna laporan keuangan dapat memperoleh
manfaat atas pengungkapan informasi adanya ketidakpastian pada akhir
periode pelaporan sebelumnya dan dari pengungkapan informasi tentang
langkah-langkah yang telah dilakukan selama periode untuk mengatasi
ketidakpastian tersebut.
14
E. LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
Laporan laba rugi komprehensif mencakup pendapatan komprehensif lain
yang berisipos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laporan laba
rugi yaitu:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi
2. Keuntungan/kerugian aktuarial dalam manfaat pasti
3. Keuntungan dan Kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan
dari entitas asing
4. Keuntungan dan Kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan
tersedia untuk dijual
5. Bagian Efektif dari keuntungan dan Kerugian Instrumen Lindung nilai
dalam rangka lindung nilai arus kas
15
2. Laba rugi komprehensif dari kepentingan non-pengendali dan pemilik
entitas induk.
Kepentingan non pengendali (hak minoritas) disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
Pajak penghasilan terkait dengan masing-masing komponen pendapatan
komprehensif lain harus diungkapkan dalam laporan pendapatan komprehensif
atau catatan atas laporan keuangan.
16
disusutkan dan penyusutan Tanaman belum menghasilkan Tanah yang
dimiliki untuk pembangunan dan biaya pembangunan Investasi pada
anak perusahaan, investasi dalam perusahaan asosiasi dan investasi lain
Penelitian dan pengembangan Paten dan merek dagang Goodwill
Kewajiban dan Penyisihan Jaminan Komitmen dan kontinjensi Biaya
pensiun dan tunjangan hari tua Pesangon dan uang penggantian
Keuntungan dan kerugian Metode pengakuan pendapatan Pemeliharaan,
reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan penambahan
(improvement) Untung-rugi penjualan aktiva Akuntansi Dana, wajib atau
tak wajib, termasuk pembebanan dan pengkreditan langsung ke perkiraan
surplus.
Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh
diungkapkan dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi
dalam bentuk, kejelasan dan kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu
negara maupun antar negara atas kebijakan akuntansi harus diungkapkan. Dalam
sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi yang penting telah
diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak diungkapkan.
Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan
akuntansi penting, tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman
metode pengungkapan.
Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi
keuangan internasional telah memperbesar kebutuhan keseragaman laporan
keuangan melewati batas negara. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan
hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan
akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan perlu diungkapkan, dampak
perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan. Perubahan kebijakan akuntansi
yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus
diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan
datang. Pengungkapan kebijakan akuntansi penting terpilih digunakan harus
merupakan bagian integral laporan keuangan. Kumpulan kebijakan-kebijakan
tersebut lazimnya diungkapkan pada suatu tempat tertentu dalam Laporan
Keuangan. Perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material periode sekarang
17
atau dapat berpengaruh material periode yang akan datang harus diungkapkan
bersama alasannya. Pengaruh perubahan, jika material, harus diungkapkan secara
kuantitatif.
18
19