Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH IAS NO 1

PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENT

Dikerjakan Oleh:

Dina Rahmatina (1711070273)

Seminar Akuntansi Keuangan

S1 AKUNTANSI KARYAWAN

EKONOMI DAN BISNIS

PERBANAS INSTITUTE

BEKASI
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa atas
petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah
berjudul IAS NO 1 “PRESENTATION OF FINANCIAL STATEMENT”.
Makalah ini dibuat berdasarkan pengetahuan ilmu yang didapat dari Ibu
Reschiwati selaku dosen mata kuliah Seminar Akuntansi Keuangan serta
informasi dan referensi bacaan lainnya yang mendukung. Adapun makalah ini
disusun sebagai syarat untuk menambah nilai pada mata kuliah Seminar
Akuntansi Keuangan.
Pada makalah ini yang penulis bahas diantaranya; tujuan IAS NO 1,
perangkat laporan keuangan yang lengkap, ketentuan umum, laporan laba rugi
komprehensif, dan pengungkapan kebijakan akuntansi. Pada struktur pembahasan
tulisan ini berkemungkinan jauh dari sasaran dan kesempurnaan yang diharapkan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini.

Agustus 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I ......................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
BAB II ....................................................................................................................4
PEMBAHASAN ....................................................................................................4
2.1 Tujuan ...................................................................................................................... 4
2.2 Perangkat Laporan Keuangan Yang Lengkap .................................................... 5
2.3 Ketentuan Umum .................................................................................................. 11
2.4 Laporan Laba Rugi Komprehensif ..................................................................... 16
2.5 Pengungkapan Kebijakan Akuntansi ................................................................. 17
2.6 Laporan Keuangan ............................................................................................... 19
BAB III .................................................................................................................20
PENUTUP .............................................................................................................20
3.1 Kesimpulan...................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

IAS 1Penyajian Laporan Keuangan menetapkan persyaratan keseluruhan


untuk laporan keuangan, termasuk bagaimana punyusunan, persyaratan minimum
dan konsep utama seperti going concern, dasar akrual akuntansi dan perbedaan
saat ini atau tidak saat ini. Standar ini mensyaratkansecara lengkap laporan
keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus
kas.IAS 1 diterbitkan kembali pada bulan September 2007 dan berlaku untuk
periodetahunan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2009.
International Accounting Standard 1 (IAS 1) tentang Penyajian Laporan
Keuangan adalah standar pelaporan keuangan internasional yang diadopsi oleh
Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB). IAS 1 mensyaratkan identifikasi
atas laporan keuangan dan membedakan laporan keuangan dari informasi lainnya.
Setiap elemen dari laporan keuangan harus memuat nama entitas pelaporan,
apakah laporan keuangan dari individu atau kelompok, tanggal entitas pelaporan
dan periode yang dicakup, mata uang presentasi dan tingkat pembulatan (ribu,
jutaan, ........).
IAS 1 merincikan isi minimum yang harus disajikan dalam laporan
keuangan, seperti mengharuskan kewajiban lancar terdaftar secara terpisah dan
rincian tentang kapan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban lancar atau tidak
lancar. Di dalam IAS 1 juga menetapkan persyaratan mengenai catatan atas
laporan keuangan, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi dan informasi
asumsi yang digunakan.
Di Indonesia sendiri, IAS 1 dikonvergensi kedalam PSAK 1. Namun di
dalam konfergensi itu sendiri, tidak semua hal di dalam IAS di masukkan kedalam
PSAK. Berikut adalah yang menjadi pembeda antara IAS 1 dan PSAK 1:

1
1. IAS 1 paragraf 1 yang menjadi PSAK 1 par. 01 tentang tujuan dengan
menambahkan kalimat... yang selanjutnya disebut “Laporan Keuangan”.
2. IAS 1 par. 02 yang menjadi PSAK 1 par. 02 tentang ruang lingkup
dengan penambahan kalimat yang menyatakan bahwa PSAK 1 tidak
berlaku untuk entitas syariah, karena penyajian laporan keuangan syariah
diatur dalam PSAK 101: Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
3. IAS 1 par. 07 yang menjadi PSAK 1 par. 07 tentang definisi Standar
Akuntansi Keuangan dengan menambahkan peraturan regulator pasar
modal untuk entitas yang berada di bawah pengawasannya, karena untuk
sinkronisasi dengan peraturan perundang-undangan di pasar modal.
4. IAS 1 par. 10 yang menjadi PSAK 1 par. 10 dengan menghilangkan
kalimat yang memperkenankan entitas menggunakan judul lain untuk
komponen laporan keuangan, supaya menciptakan keseragaman untuk
judul komponen laporan keuangan.
5. Tambahan par. 14a tentang tanggung jawab atas laporan keuangan,
karena peraturan perundang-undangan tidak mengatur pihak yang
bertanggung jawab atas laporan keuangan untuk seluruh entitas, tetapi
hanya untuk sebagian entitas.
6. Catatan kaki pada IAS 1 par. 15 yang terkait tentang Kerangka Dasar
Penyusunan Laporan Keuangan tidak diadopsi karena belum direvisi.
7. IAS 1 par. 19-22 tentang penerapan penyimpangan dari suatu Standar
Akuntansi Keuangan tidak diadopsi, karena tidak sesuai dengan konteks
di Indonesia. Pengaturan IAS par. 23-24 diadopsi menjadi PSAK 1
paragraf 23-24 mengenai pegungkapannya, tetapi dengan menghilangkan
kalimat “but the relevant regulatory framework prohibits departure from
the requirement” dalam IAS 1 par. 23.
8. Catatan kaki pada IAS 1 par. 07, 15, 28, dan 89 yang terkait dengan
Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan tidak diadopsi karena
belum di revisi.
9. IAS 1 par. 54 (f) tentang aset biolojik tidak diadopsi, karena IAS 41
Agriculture belum diadopsi.

2
10. IAS 1 par. 139 yang menjadi PSAK 1 par. 139 tentang tanggal efektif
dengan meniadakan penerapan dini, karena penerapan dini tersebut hanya
akan dapat dilakukan dengan tepat jika seluruh pengaturan dalam IFRS
diadopsi secara bersamaan menjadi SAK. Adopsi IFRS menjadi SAK di
Indonesia dilakukan secara bertahap.
11. IAS 1 par. 139A – 139L tentang ketentuan transisi tidak diadopsi karena
tidak relevan. Adopsi IAS 1 menjadi PSAK 1 telah menggunakan IAS 1
yang telah mengakomodir amandemen tersebut.
12. IAS 1 par. IG5A tidak diadopsi karena IFRS 9 belum diadopsi.
13. Pedoman Implementasi dari IAS 1 tentang ilustrasi penyajian laporan
posisi keuangan disesuaikan dengan penyajian laporan posisi keuangan
yang selama ini berlaku di Indonesia. Pedoman Implementasi tersebut
menyajikan laporan posisi keuangan sebagai berikut:

Sementara Pedoman Implementasi dari PSAK 1 menyajikan laporan


posisi keuangan sebagai berikut:

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan
Dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general
purpose financial statements) agar dapat dibandingkan baik dengan laporan
keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain.
IAS 1 menetapkan persyaratan keseluruhan untuk penyajian laporan
keuangan, pedoman untuk struktur dan persyaratan terkait penyajian laporan
keuangan. Pernyataan ini mengatur:
 Persyaratan bagi penyajian laporan keuangan
 Struktur laporan keuangan
 Persyaratan minimum isi laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstrukturdari posisi keuangan
dan kinerja keuangan suatu entitas.Tujuan laporan keuangan memberikan
informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas
yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam pembuatan
keputusan ekonomi.Laporan keuangan menunjukkan hasil pertanggung
jawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada
mereka. Laporan keuangan menyajikan informasi :
1. Aset;
2. Liabilitas;
3. Ekuitas;
4. Pendapatan dan beban termasuk keuntungan dan kerugian;
5. Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya
sebagai pemilik;dan
6. Arus kas. Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat
dalam catatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan
dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya dalam hal
waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas.

4
2.2 Perangkat Laporan Keuangan Yang Lengkap
1. laporan posisi keuangan pada akhir periode
Laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-
pos berikut:
a. aset tetap;
b. properti investasi;
c. aset tak berwujud;
d. aset keuangan;
e. investasi dengan menggunakan metode ekuitas;
f. persediaan;
g. piutang dagang dan piutang lain;
h. kas dan setara kas;
i. total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk
dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK
58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan;
j. utang dagang dan utang lain;
k. provisi;
l. liabilitas keuangan;
m. liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46: Pajak Penghasilan;
n. liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefinisikan dalam
PSAK 46;
o. liabilitas yang termasuk dalam kelompok lepasan yang
diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual;
p. kepentingan nonpengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas;
dan
q. modal saham dan cadangan yang dapat diatribusikan kepada pemilik
entitas induk.

5
Entitas menyajikan pos-pos tambahan, judul, dan subtotal dalam
laporan posisi keuangan jika penyajian tersebut relevan untuk
pemahaman posisi keuangan entitas.
Ketika entitas menyajikan aset lancar dan tidak lancar, dan
liabilitas jangka pendek dan jangka panjang, sebagai klasiftkasi yang
terpisah dalam laporan posisi keuangan, maka aset (liabilitas) pajak
tangguhan tidak diklasifikasikan sebagai aset lancar (liabilitas jangka
pendek).
Entitas mempertimbangkan apakah pos-pos tambahan disajikan
secara tersendiri didasarkan pada penilaian dari;
(a) sifat dan likuiditas aset;
(b) fungsi aset tersebut dalam entitas; dan
(c) jumlah, sifat dan jangka waktu liabilitas
Pembedaan Aset Lancar dan Tidak Lancar serta Liabilitas Jangka
Pendek dan Jangka Panjang
Entitas mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar, jika:
(a) mengharapkan akan merealisasikan aset, atau bermaksud bermaksud
untuk menjual atau menggunakannya, dalam siklus operasi normal;
(b) memiliki aset untuk tujuan diperdagangkan;
(c) mengharapkan akan merealisasi aset dalam jangka waktu 12 bulan
setelah pelaporan; atau
(d) kas atau setara kas (PSAK 2: Laporan Arus Kas) kecuali aset tersebut
dibatasi pertukarannya atau penggunaannya untuk menyelesaikan
liabilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.
Entitas mengklasifikasikan aset yang tidak termasuk kategori tersebut
sebagai aset tidak lancar.
Entitas mengklasifikasikan liabilitas jangka pendek, jika:
(a) mengharapkan akan menyelesaikan liabilitas tersebut dalam siklus
operasi normalnya;
(b) memiliki liabilitas tersebut untuk tujuan diperdagangkan; ƒ

6
(c) liabilitas tersebut jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka
waktu 12 bulan setelah periode pelaporan; atau
(d) tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian
liabilitas selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan.
Entitas mengklasifikasi laibilitas yang tidak termasuk kategori
tersebut sebagai liabilitas jangka panjang. Liabilitas keuangan yang
dibiayai kembali yang akan jatuh tempo dalam 12 bulan setelah periode
pelaporan diklasifikasikan sebagai liabilitas jangka pendek, jika entitas
tidak memiliki hak tanpa syarat untuk membiayai kembali. Pelanggaran
perjanjian utang yang mengakibatkan kreditur meminta percepatan
pembayaran, maka liabilitas tersebut disajikan sebagai liabilitas jangka
pendek, meskipun kreditur mengijinkan penundaan pembayaran selama
12 bulan setelah tanggal pelaporan tetapi persetujuan tersebut diperoleh
setelah tanggal pelaporan.
2. laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode
Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain (laporan
penghasilan komprehensif) menyajikan, sebagai tambahan atas bagian
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain:
a. laba rugi;
b. total penghasilan komprehensif lain;
c. penghasilan komprehensif untuk periode berjalan, yaitu total laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain.
Jika entitas menyajikan laporan laba rugi terpisah, maka entitas
tidak menyajikan bagian laba rugi dalam laporan yang menyajikan
penghasilan komprehensif.
Entitas menyajikan pos-pos berikut, sebagai tambahan atas bagian
laba rugi dan penghasilan komprehensif lain, sebagai alokasi dari laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain untuk periode berjalan:
a. laba rugi untuk periode yang dapat diatribusikan kepada:
1) kepentingan non-pengendali

7
2) pemilik entitas induk
b. penghasilan komprehensif untuk periode yang dapat diatribusikan
kepada:
1) kepentingan non pengendali
2) pemilik entitas induk
Jika entitas menyajikan laba rugi dalam suatu laporan terpisah,
maka entitas menyajikan (a) dalam laporan tersebut.
Entitas mengungkapkan jumlah pajak penghasilan terkait dengan
setiap komponen dari penghasilan komprehensif lain, termasuk
penyesuaian reklasifikasi, baik dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain atau dalam catatan atas laporan keuangan.
3. laporan perubahan ekuitas selama periode
Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas sebagaimana
disyaratkan IFRS. Laporan perubahan ekuitas memuat informasi sebagai
berikut:
a. total penghasilan komprehensif selama periode berjalan, yang
menunjukkan secara terpisah jumlah total yang dapat diatribusikan
kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan
nonpengendali;
b. untuk setiap komponen ekuitas, dampak penerapan retrospektif atau
penyajian kembali secara retrospektif sesuai dengan PSAK 25:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan;
c. untuk setiap komponen ekuitas, rekonsiliasi antara jumlah tercatat
pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan
masing-masing perubahan yang timbul dari:
1) laba rugi
2) penghasilan komprehensif lain
3) transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik,
yang menunjukkan secara terpisah kontribusi dari dan distribusi

8
kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas
anak yang tidak menyebabkan hilangnya pengendalian.
Untuk setiap komponen ekuitas, entitas menyajikan, baik dalam
laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan,
analisis penghasilan komprehensif lain berdasarkan pos.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau
catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai
distribusi kepada pemilik selama periode, dan jumlah dividen per saham
terkait.
4. laporan arus kas selama periode
Informasi arus kas menyediakan dasar bagi pengguna laporan
keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan
setara kas serta menilai kebutuhan kas entitas untuk menggunakan arus
kas tersebut. Laporan arus kas menggambarkan perubahan historis dalam
kas dan setara kas yang diklasifikasikan atas aktivitas operasi, investasi
dan pendanaan selama satu periode.
Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan
diklasifikasikan menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.
Penyajian ketiga aktivitas tersebut dengan cara yang paling sesuai dengan
bisnisnya. Suatu transaksi tunggal dapat diidentifikasikan ke dalam lebih
dari satu aktivitas misal pelunasan pinjaman dan bunganya sebagai
pendanaan dan operasi.
Metode yang dapat digunakan dalam menyusun laporan arus kas
adalah:
a. Metode langsung, kelompok utama dari penerimaan dan pengeluaran
kas bruto diungkapkan;
b. Metode tidak langsung, laba disesuaikan dengan mengoreksi
transaksi non kas, penangguhan atau akrual dan unsur penghasilan
atau beban yang terkait aktivitas investasi dan pendanaan.
Dianjurkan melaporkan dengan metode langsung.

9
5. catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan
akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya
Catatan atas laporan keuangan menyajikan informasi tentang dasar
penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi spesifik yang
digunakan sesuai dengan IAS 1. Mengungkapkan informasi yang
disyaratkan oleh SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam
laporan keuangan. Dan memberikan informasi yang tidak disajikan di
bagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut
relevan untuk memahami laporan keuangan.
Entitas, sepanjang praktis, menyajikan catatan atas laporan
keuangan secara sistematis. Entitas membuat referensi silang atas setiap
pos dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk
informasi yang berhubungan dalam catatan atas laporan keuangan.
Entitas umumnya menyajikan catatan atas laporan keuangan
dengan urutan sebagai berikut, untuk membantu pengguna memahami
dan membandingkan dengan laporan keuangan entitas lain:
a. pernyataan kepatuhan terhadap SAK;
b. ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan
c. informasi tambahan untuk pos-pos yang disajikan dalam laporan
posisi keuangan dan laporan !aha rugi dan penghasilan komprehensif
lain, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas, sesuai dengan
urutan penyajian laporan dan penyajian masing-masing pos; dan
d. pengungkapan lain, termasuk:
 liabilitas kontinjensi (PSAK 57: Provisi, Liabilitas
Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi) dan komitmen kontraktual
yang belum diakui; dan
 Pengungkapan informasi non keuangan, contohnya tujuan
dan kebijakan manajemen risiko keuangan (PSAK 60:
Instrumen Keuangan; Pengungkapan).

10
6. laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang
disajikan ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi
secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
2.3 Ketentuan Umum
1. Penyajian Secara Wajar dan Kepatuhan Terhadap SAK
Laporan keuangan menyajikan secara wajar posisi keuangan,
kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas. Penyajian yang wajar
mensyaratkan penyajian secara jujur dampak dari transaksi, peristiwa dan
kondisi lain sesuai dengan definisi dan kriteria pengakuan aset, laibilitas,
pendapatan dan beban yang diatur dalam Kerangka Dasar Penyusunan
dan Penyajian LaporanKeuangan. Penerapan SAK, dengan
pengungkapan tambahan jika diperlukan, dianggap menghasilkan
penyajian laporan keuangan secara wajar.
Entitas yang laporan keuangannya telah patuh terhadap SAK
membuat pernyataan secara eksplisit dan tanpa kecuali tentang kepatuhan
terhadap SAK dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak dapat
menyebutkan bahwa laporan keuangan telah patuh terhadap SAK kecuali
laporan keuangan tersebut telah patuh terhadap seluruh persyaratan
dalam SAK.
Dalam hampir seluruh keadaan, entitas mencapai penyajian laporan
keuangan secara wajar dengan memenuhi SAK terkait. Penyajian secara
wajar juga mensyaratkan entitas untuk:
a. memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi sesuai dengan IAS 8:
Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan
Kesalahan. IAS 8 mengatur hirarkipanduan otoritatif yang
dipertimbangkan oleh manajemen dalam hal tidak
terdapatpernyataan yang secara spesifik mengatur suatu pos tertentu.

11
b. menyajikan informasi, termasuk kebijakan akuntansi, sedemikian
rupa sehingga dapat memberikan informasi yang relevan, andal,
dapat dibandingkan, dan mudah dipahami.
c. memberikan pengungkapan tambahan jika kesesuaian dengan
persyaratan spesifik dalam SAK tidak cukup bagi pengguna laporan
keuangan untuk memahami dampak dari transaksi, peristiwa lain dan
kondisi tertentu terhadap posisi keuangan dan kinerja keuangan
entitas.
2. Kelangsungan Usaha
Kerangka Kerja Konseptual mencatat bahwa laporan keuangan
biasanya disiapkan dengan asumsi entitas tersebut merupakan entitas
yang berkelanjutan dan akan terus beroperasi untuk masa mendatang.
IAS 1 mensyaratkan manajemen untuk membuat penilaian atas
kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usaha. Entitas
menyusun laporan keuangan berdasarkan asumsi kelangsungan usaha,
kecuali manajemen memiliki intensi untuk melikuidasi entitas atau
menghentikan perdagangan, atau tidak memiliki alternatif lain yang
realistis selain melakukannya. ]ika manajemen menyadari (dalam
membuat penilaiannya) mengenai adanya ketidakpastian yang material
sehubungan dengan peristiwa atau kondisi yang dapat menimbulkan
keraguan yang signifikan tentang kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan
ketidakpastian tersebut. ]ika entitas menyusun laporan keuangan tidak
berdasarkan asumsi kelangsungan usaha, maka entitas mengungkapkan
fakta tersebut, bersama dengan dasar yang digunakan dalam penyusunan
laporan keuangan dan alasan mengapa entitas tidak dipertimbangkan
sebagai entitas yang dapat menggunakan asumsi kelangsungan usaha.
Dalam menilai apakah dasar asumsi kelangsungan usaha adalah
tepat, manajemen memperhitungkan seluruh informasi yang tersedia
mengenai masa depan, paling sedikit (namun tidak terbatas pada) dua
belas bulan dari akhir periode pelaporan. Tingkat pertimbangan

12
bergantung pada fakta dari setiap kasus. Ketika selama ini entitas
menghasilkan laba dan memiliki akses ke sumber pembiayaan, maka
dapat disimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai tanpa
melalui analisis rinci. Dalam kasus lain, manajemen mungkin perlu untuk
mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas
masa kini maupun yang diharapkan di masa depan, jadwal pembayaran
utang dan sumber potensial pembiayaan pengganti sebelum dapat
menyimpulkan bahwa asumsi kelangsungan usaha telah sesuai.
3. Dasar Akrual
Entitas menyusun laporan keuangan atas dasar akrual, kecuali
laporan arus kas. Ketika akuntansi berdasarkan akrual digunakan, entitas
mengakui pos-pos sebagai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban
(unsur-unsur laporan keuangan) ketika pos-pos tersebut memenuhi
definisi dan kriteria pengakuan untuk unsur-unsur tersebut dalam
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan.
4. Materialitas dan Penggabungan (Agregasi)
Entitas menyajikan secara terpisah setiap kelompok pos serupa
yang material. Entitas menyajikan secara terpisah pos yang memiliki sifat
atau fungsi yang tidak serupa kecuali pos tersebut tidak material.
Laporan keuangan merupakan hasil dari pemrosesan sejumlah
transaksi atau peristiwa lain yang digabungkan ke dalam kelas-kelas
sesuai sifat atau fungsinya. Tahap akhir dari proses pengabungan dan
pengklasifikasian adalah penyajian data yang telah diringkas dan
diklasifikasikan yang membentuk pos-pos dalam laporan keuangan. Jika
suatu pos secara individual tidak material, maka dapat digabungkan
dengan pos lain di dalam laporan keuangan atau di dalam catatan atas
laporan keuangan. Pos yang tidak cukup material untuk disajikan terpisah
dalam laporan keuangan mungkin cukup material untuk disajikan
terpisah dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas tidak perlu
menyediakan pengungkapan yang spesifik yang disyaratkan oleh suatu
standar jika informasi tersebut tidak material.

13
5. Tidak memperkenankan Saling Hapus antara Aset dan Liabilitas
Entitas tidak melakukan saling hapus atas aset dan liabilitas atau
pendapatan dan beban, kecuali disyaratkan atau diizinkan oleh suatu
standar. Entitas melaporkan secara terpisah aset dan liabilitas serta
pendapatan dan beban. Saling hapus dalam laporan laba rugi dan
penghasilan komprehensif lain atau laporan posisi keuangan mengurangi
kemampuan pengguna laporan keuangan baik untuk memahami
transaksi, peristiwa, atau kejadian lain yang telah terjadi maupun untuk
menilai arus kas entitas di masa depan, kecuali jika saling hapus
mencerminkan substansi transaksi atau peristiwa. Pengukuran aset secara
neto setelah dikurangi penyisihan penilaian (sebagai contoh, penyisihan
keusangan atas persediaaan dan penyisihan piutang tak tertagih) bukan
termasuk kategori saling hapus.
6. Frekuensi Pelaporan (disajikan minimal secara tahunan)
Entitas menyajikan laporan keuangan lengkap (termasuk informasi
komparatif) setidaknya secara tahunan. Ketika akhir periode pelaporan
entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode
yang lebih panjang atau lebih pendek daripada periode satu tahun, maka
sebagai tambahan terhadap periode cakupan laporan keuangan, entitas
mengungkapkan:
a. alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih
pendek; dan
b. fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak
dapat dibandingkan secara keseluruhan.
Umumnya, entitas secara konsisten menyiapkan laporan keuangan
untuk periode satu tahun. Akan tetapi, untuk alasan praktis, beberapa
entitas lebih memilih untuk melaporkan, sebagai contoh, untuk periode
52 minggu. Pernyataan ini tidak menghalangi praktik tersebut.
7. Infomasi komparatif dengan periode laporan keuangan sebelumnya
Entitas menyajikan informasi komparatif terkait dengan periode
sebelumnya untuk seluruh jumlah yang dilaporkan dalam laporan

14
keuangan periode berjalan, kecuali diizinkan atau disyaratkan lain oleh
SAK. Informasi komparatif yang bersifat naratif dan deskriptif dari
laporan keuangan periode sebelumnya diungkapkan jika relevan untuk
pemahaman laporan keuangan periode berjalan.
Entitasmengungkapkan informasikomparatif tentang laporan
keuangan, minimal, dua laporan posisi keuangan, dua dari setiap laporan
keuangan lainnya, dan catatan terkait. Ketikaentitas
menerapkansuatukebijakan akuntansisecara retrospektifdalamlaporan
keuanganatauketikamereklasifikasiitem dalamlaporan keuangan, dua dari
setiaplaporanlainnya, dan catatan terkait. Entitas menyajikan laporan
posisi keuangan pada:
a. akhirperiode berjalan,
b. akhirperiode sebelumnya(yang sama sepertiawalperiode berjalan),
dan
c. awal periode komparatif paling awal.
Dalam beberapa kasus, informasi naratif yang disajikan dalam
laporan keuangan untuk periode sebelumnya masih tetap relevan pada
periode berjalan. Sebagai contoh, entitas mengungkapkan dalam periode
berjalan rincian tentang sengketa hukum, yang hasil akhirnya belum
diketahui secara pasti pada akhir periode sebelumnya dan masih dalam
proses penyelesaian. Pengguna laporan keuangan dapat memperoleh
manfaat atas pengungkapan informasi adanya ketidakpastian pada akhir
periode pelaporan sebelumnya dan dari pengungkapan informasi tentang
langkah-langkah yang telah dilakukan selama periode untuk mengatasi
ketidakpastian tersebut.
8. Disajikan secara konsisten pada setiap periode
Penyajian dan klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar
periode dilakukan secara konsisten kecuali:
a. setelah terjadi perubahan yang signifikan terhadap sifat operasi
entitas atau kajian ulang atas laporan keuangan, terlihat secara jelas
bahwa penyajian atau pengklasifikasian yang lain akan lebih tepat

15
untuk digunakan dengan mempertimbangkan kriteria untuk
penentuan dan penerapan kebijakan akuntansi dalam IAS 8;
b. perubahan tersebut disyaratkan oleh suatu standar akuntansi
keuangan.
Sebagai contoh, akuisisi atau pelepasan yang signifikan, atau kajian
ulang ataspenyajian laporan keuangan, mungkin akan menghasilkan
kesimpulan bahwa laporan keuangan perlu disajikan secara berbeda.
Namun demikian, perubahan penyajian dapat dilakukan jika perubahan
tersebut memberikan informasi yang andal dan lebih relevan bagi
pengguna dan struktur yang baru memiliki kecenderungan akan
digunakan seterusnya, sehingga keterbandingan tidak terganggu.
2.4 Laporan Laba Rugi Komprehensif
Laporan laba rugi komprehensif mencakup pendapatan komprehensif lain
yang berisipos-pos pendapatan dan beban yang tidak diakui dalam laporan
laba rugi yaitu:
1. Perubahan dalam surplus revaluasi;
2. Keuntungan atau kerugian aktuarial dalam manfaat pasti;
3. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari penjabaran laporan keuangan
dari entitas asing;
4. Keuntungan dan kerugian dari pengukuran kembali aset keuangan
tersedia untuk dijual;
5. Bagian efektif dari keuntungan dan kerugian instrumen lindung nilai
dalam rangka lindung nilai arus kas.
Perusahaan mempunyai pilihan untuk menyajikan pos pendapatan dan
beban dalambentuk:
1. Dua laporan yang terpisah antara:
a. Laporan laba rugi yang menunjukkan komponen laba rugi terpisah
dan;
b. Laporan pendapatan komprehensif yang dimulai dengan laba rugi
dan pendapatan komprehensif lain.

16
2. Satu laporan laba rugi komprehensif (gabungan dua laporan terpisah di
atas)
Laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif harus disajikan
ketika entitas menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau
membuat penyajian kembali pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas
mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Dalam laporan laba rugi komprehensif, perusahaan mengungkapkan pos-
pos berikut sebagai alokasi laba rugi dalam periode:
1. Laba rugi periode berjalan dari kepentingan non-pengendali dan pemilik
entitas induk.
2. Laba rugi komprehensif dari kepentingan non-pengendali dan pemilik
entitas induk.
Kepentingan non pengendali (hak minoritas) disajikan sebagai bagian
dari ekuitas. Pajak penghasilan terkait dengan masing-masing komponen
pendapatan komprehensif lain harus diungkapkan dalam laporan pendapatan
komprehensif atau catatan atas laporan keuangan.
2.5 Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
Para pemakai laporan keuangan membutuhkan keterangan kebijakan
akuntansiterpilihsebagai bagian dari informasi yang dibutuhkan, untuk
membuat penilaian,dan keputusan keuangan dan keperluan lain. Mereka tidak
dapat membuat penilaianhandal jika laporan keuangan tidak mengungkapkan
dengan jelas kebijakanakuntansi terpilih yang penting dalam penyusunan
laporan keuangan.Keanekaragaman kebijakan akuntansi dan
pengungkapantugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika
menggunakanberbagai kebijakanbeberapa bidang (akuntansi keuangan,
akuntansi manajemen,dan lain-lain) atau wilayah akuntansi yang berbeda
(wilayah akuntansi per negara,kumpulan negara dan lain-lain)Di dunia belum
ada sebuah daftar tunggal kebijakan akuntansi yang dapat digunakanbersama-
sama, sehingga para pemakai dapat memilih dari daftar tunggal itu,sehingga
perbedaan pilihankebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat
dankondisi yang serupa.Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan

17
perbedaan kebijakan akuntansi dankarena itu diperlukanpengungkapan atas
perlakuan akuntansinya sebagai berikut :
1. Kebijakan konsolidasi
2. Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan
keuntungandan kerugian pertukaran
3. Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli
umum,nilai penggantianperistiwa setelah tanggal neracasewa guna usaha,
sewa beli atau transaksi cicilan dan bunga pajak kontrak jangka panjang,
franchise atau waralabaaktivapiutangpersediaan (persediaan dan barang
dalam proses) dan beban pokokpenjualannya aktivadapat disusutkan dan
penyusutantanaman belum menghasilkantanah yang dimilikiuntuk
pembangunan dan biaya pembangunaninvestasi pada anak perusahaan,
investasi dalam perusahaan asosiasi daninvestasi lain. Penelitian dan
pengembanganpaten danmerek dagang goodwillkewajiban dan
penyisihanjaminan komitmen dan kontinjensibiaya pensiun dan
tunjangan hari tua pesangon dan uang penggantian keuntungan dan
kerugian metode pengakuan pendapatanpemeliharaan, reparasi-perbaikan
(repairs), dan penyempurnaan penambahan (improvement). Untung-rugi
penjualan aktiva akuntansi dana, wajib atau tak wajib, termasuk
pembebanan dan pengkreditan langsung ke perkiraan surplus.
Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara
penuh diungkapkan dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih
terjadi dalam bentuk, kejelasan dan kelengkapan pengungkapan yang ada
dalam suatu negara maupun antar negara atas kebijakan akuntansi harus
diungkapkan. Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi
yang penting telah diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting
lain tidak diungkapkan. Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan
pengungkapan atas kebijakan akuntansi penting, tak selalu tersedia pedoman
yang menjamin keseragaman metode pengungkapan.
Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi
keuangan internasional telah memperbesar kebutuhan keseragaman laporan

18
keuangan melewati batas negara. Laporan keuangan seharusnya menunjukkan
hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan
kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan perlu
diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan.
Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material
dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara
material terhadap tahun-tahun yang akan datang.Pengungkapan kebijakan
akuntansi penting terpilih digunakan harus merupakan bagian integral laporan
keuangan. Kumpulan kebijakan-kebijakan tersebut lazimnya diungkapkan
pada suatu tempat tertentu dalam Laporan Keuangan.Perubahan kebijakan
akuntansi berpengaruh material periode sekarang atau dapat berpengaruh
material periode yang akan datang harus diungkapkan bersama alasannya.
Pengaruh perubahan, jika material, harus diungkapkan secara kuantitatif.
2.6 Laporan Keuangan
Berikut terlampir contoh laporan keuangan PT MNC Investama Tbk
yang menggunkaan IAS NO 1 Presentation of Financial Statement.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

20
DAFTAR PUSTAKA

21

Anda mungkin juga menyukai