Oleh:
FARHAN BUDI KUSUMA
NIM 1911070224
A. Pendahuluan
Di era globalisasi seperti saat ini semua sektor harus melakukan adaptasi atau
penyesuaian agar tidak tergerus oleh kencangnya perubahan zaman, tak terkecuali pada sektor
ekonomi. Dampak dari adanya globalisasi mengharuskan para pelaku usaha untuk
berpartisipasi pada bisnis lintas negara yang menuntut adanya sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan yang seragam serta dapat diterima di banyak negara. Maka dari itu dibutuhkan suatu
standar internasional yang berlaku pada semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi
usaha. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan ini bernama IFRS
Pada Awalnya, IFRS berguna sebagai upaya untuk menyelaraskan akuntansi di seluruh
Uni Eropa, tetapi nilai harmonisasi cepat membuat konsep menarik di seluruh dunia. IFRS
digunakan di banyak bagian dunia, termasuk Uni Eropa, India, Hong Kong, Australia, Malaysia,
Pakistan, negara-negara GCC, Rusia, Chili, Filipina, Afrika Selatan, Singapura dan Turki, tapi
tidak di Amerika Serikat. Saat ini, lebih dari 120 negara mengizinkan dan mengharuskan IFRS
untuk perusahaan publik, dengan lebih banyak negara diharapkan untuk transisi ke IFRS pada
tahun 2016.
Di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar
akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally
Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang
sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh,
baru sebagian (harmonisasi). Indonesia merencanakan akan adopsi seutuhnya IFRS dan
pengadopsiannya wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik yang bersifat
multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan.
Dengan digunakan standart akuntansi keuangan International dapat meningkatkan
keakuratan dalam penilaian performa perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan.
Selain itu para pebisnis dapat dengan mudah membandingkan informasi informasi perusahaan
dengan perusahaan yang lain meskipun adanya perbedaan wilayah (negara).
Akan tetapi akan sulit bagi perusahaan yang semula menggunakan PSAK, dan
kemudian mengadopsi dan menerapkan IFRS. Hal tersebut juga akan membutuhkan proses
yang sangat panjang untuk penerapannya. Ada berbagai hal yang harus dilakukan perusahaan
apabila hendak menerapkan IFRS untuk pertama kali. Penerapan yang dilakukan akan
meningkatkan kredibilitas pasar modal Indonesia dimata investor global. Dengan adanya
teknologi informasi, maka efesiensi terhadap alokasi modal akan lebih mudah. Hal itu
ditunjukkan dari adanya antusiasme para investor yang bebas memilih pasar tanpa dihalangi
oleh batasan negara, maka investasi akan mudah dilakukan.
Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan IFRS pada penerapan setiap proses
keuangan yang terjadi di perusahaan, dan melakukan beberapa penyesuaian ketika dilakukan
penerapan IFRS untuk pertama kalinya. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar
akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi,
termasuk merger dan akuisisi, lintas negara.
B. Ruang Lingkup
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama kalinya
melalui suatu pernyataan eksplisit dan tanpa syarat tentang kesesuaian dengan
IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang pertama
kali berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu)
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan.
1. Suatu entitas harus menerapkan IFRS ini di:
a. Laporan Keuangan IFRS Pertama,
b. Setiap Laporan Keuangan Sementara (Interim Financial Report), jika ada, yang
menyajikan sesuai dengan IAS 34 Interim Financial Reporting untuk bagian yang
dicakup oleh Laporan Keuangan IFRS Pertama.
2. Laporan Keuangan IFRS pertama suatu entitas adalah Laporan Keuangan Tahunan pertama
dimana entitas tersebut mengadopsi IFRS, oleh pernyataan eksplisit dan tanpa syarat
(unreserved) di dalam laporan keuangan sesuai dengan IFRS. Laporan keuangan yang sesuai
IFRS adalah Laporan Keuangan Entitas yang pertama kali sesuai dengan IFRS, jika, misalnya
entitas:
a. menyajikan laporan keuangan yang sebelumnya yang paling terakhir:
b. menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan SAK untuk penggunaan internal saja,
tanpa membuat hal tersebut tersedia untuk pemilik entitas atau pengguna eksternal
lainnya
c. menyiapkan paket pelaporan sesuai dengan SAK untuk tujuan konsolidasi tanpa
mempersiapkan satu set lengkap laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam IAS
1 Penyajian Laporan Keuangan (sebagai revisi tahun 2007); atau
d. tidak menyajikan laporan keuangan untuk periode sebelumnya.
Pernyataan ini berlaku ketika entitas pertama mengadopsi IFRS. Ini tidak berlaku ketika
entitas berhenti menyajikan laporan keuangan sesuai dengan persyaratan nasional, setelah
sebelumnya disajikan mereka serta satu set laporan keuangan yang berisi pernyataan eksplisit
atau tanpa pagu kepatuhan dengan IFRS. Serta, laporan keuangan yang disajikan pada tahun
sebelumnya sesuai dengan persyaratan nasional dan laporan keuangan yang tercantum
pernyataan eksplisit dan tanpa pagu (unreserved) dari kepatuhan dengan IFRS.