Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH IFRS 1

FIRST TIME ADOPTION OF


INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARD

Oleh:
FARHAN BUDI KUSUMA
NIM 1911070224

INSTITUT KEUANGAN PERBANKAN DAN INFORMATIKA ASIA


(ASIAN BANKING FINANCE AND INFORMATICS INSTITUTE)
PERBANAS
BEKASI
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2021
IFRS 1
FIRST TIME ADOPTION OF IFRS

A. Pendahuluan
Di era globalisasi seperti saat ini semua sektor harus melakukan adaptasi atau
penyesuaian agar tidak tergerus oleh kencangnya perubahan zaman, tak terkecuali pada sektor
ekonomi. Dampak dari adanya globalisasi mengharuskan para pelaku usaha untuk
berpartisipasi pada bisnis lintas negara yang menuntut adanya sistem akuntansi dan pelaporan
keuangan yang seragam serta dapat diterima di banyak negara. Maka dari itu dibutuhkan suatu
standar internasional yang berlaku pada semua negara untuk mempermudah proses rekonsiliasi
usaha. Sistem akuntansi dan pelaporan keuangan ini bernama IFRS
Pada Awalnya, IFRS berguna sebagai upaya untuk menyelaraskan akuntansi di seluruh
Uni Eropa, tetapi nilai harmonisasi cepat membuat konsep menarik di seluruh dunia. IFRS
digunakan di banyak bagian dunia, termasuk Uni Eropa, India, Hong Kong, Australia, Malaysia,
Pakistan, negara-negara GCC, Rusia, Chili, Filipina, Afrika Selatan, Singapura dan Turki, tapi
tidak di Amerika Serikat. Saat ini, lebih dari 120 negara mengizinkan dan mengharuskan IFRS
untuk perusahaan publik, dengan lebih banyak negara diharapkan untuk transisi ke IFRS pada
tahun 2016.
Di Indonesia saat ini belum menggunakan secara penuh (full adoption) standar
akuntansi internasional atau International Financial Reporting Standard (IFRS). Standar
akuntansi di Indonesia yang berlaku saat ini mengacu pada US GAAP (United Stated Generally
Accepted Accounting Standard), namun pada beberapa pasal sudah mengadopsi IFRS yang
sifatnya harmonisasi. Adopsi yang dilakukan Indonesia saat ini sifatnya belum menyeluruh,
baru sebagian (harmonisasi). Indonesia merencanakan akan adopsi seutuhnya IFRS dan
pengadopsiannya wajib diterapkan terutama bagi perusahaan publik yang bersifat
multinasoinal, untuk perusahaan non publik yang bersifat lokal tidak wajib diterapkan.
Dengan digunakan standart akuntansi keuangan International dapat meningkatkan
keakuratan dalam penilaian performa perusahaan yang ditunjukkan dalam laporan keuangan.
Selain itu para pebisnis dapat dengan mudah membandingkan informasi informasi perusahaan
dengan perusahaan yang lain meskipun adanya perbedaan wilayah (negara).
Akan tetapi akan sulit bagi perusahaan yang semula menggunakan PSAK, dan
kemudian mengadopsi dan menerapkan IFRS. Hal tersebut juga akan membutuhkan proses
yang sangat panjang untuk penerapannya. Ada berbagai hal yang harus dilakukan perusahaan
apabila hendak menerapkan IFRS untuk pertama kali. Penerapan yang dilakukan akan
meningkatkan kredibilitas pasar modal Indonesia dimata investor global. Dengan adanya
teknologi informasi, maka efesiensi terhadap alokasi modal akan lebih mudah. Hal itu
ditunjukkan dari adanya antusiasme para investor yang bebas memilih pasar tanpa dihalangi
oleh batasan negara, maka investasi akan mudah dilakukan.
Oleh karena itu, perusahaan harus menerapkan IFRS pada penerapan setiap proses
keuangan yang terjadi di perusahaan, dan melakukan beberapa penyesuaian ketika dilakukan
penerapan IFRS untuk pertama kalinya. Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar
akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi,
termasuk merger dan akuisisi, lintas negara.

B. Ruang Lingkup
Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama kalinya
melalui suatu pernyataan eksplisit dan tanpa syarat tentang kesesuaian dengan
IFRS. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang pertama
kali berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu)
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan.
1. Suatu entitas harus menerapkan IFRS ini di:
a. Laporan Keuangan IFRS Pertama,
b. Setiap Laporan Keuangan Sementara (Interim Financial Report), jika ada, yang
menyajikan sesuai dengan IAS 34 Interim Financial Reporting untuk bagian yang
dicakup oleh Laporan Keuangan IFRS Pertama.
2. Laporan Keuangan IFRS pertama suatu entitas adalah Laporan Keuangan Tahunan pertama
dimana entitas tersebut mengadopsi IFRS, oleh pernyataan eksplisit dan tanpa syarat
(unreserved) di dalam laporan keuangan sesuai dengan IFRS. Laporan keuangan yang sesuai
IFRS adalah Laporan Keuangan Entitas yang pertama kali sesuai dengan IFRS, jika, misalnya
entitas:
a. menyajikan laporan keuangan yang sebelumnya yang paling terakhir:
b. menyiapkan laporan keuangan sesuai dengan SAK untuk penggunaan internal saja,
tanpa membuat hal tersebut tersedia untuk pemilik entitas atau pengguna eksternal
lainnya
c. menyiapkan paket pelaporan sesuai dengan SAK untuk tujuan konsolidasi tanpa
mempersiapkan satu set lengkap laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam IAS
1 Penyajian Laporan Keuangan (sebagai revisi tahun 2007); atau
d. tidak menyajikan laporan keuangan untuk periode sebelumnya.

Pernyataan ini berlaku ketika entitas pertama mengadopsi IFRS. Ini tidak berlaku ketika
entitas berhenti menyajikan laporan keuangan sesuai dengan persyaratan nasional, setelah
sebelumnya disajikan mereka serta satu set laporan keuangan yang berisi pernyataan eksplisit
atau tanpa pagu kepatuhan dengan IFRS. Serta, laporan keuangan yang disajikan pada tahun
sebelumnya sesuai dengan persyaratan nasional dan laporan keuangan yang tercantum
pernyataan eksplisit dan tanpa pagu (unreserved) dari kepatuhan dengan IFRS.

C. Pengecualian Terhadap Aturan Adopsi Pertama Kali


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif
IFRS adalah penggabungan usaha sebelum tanggal transisi, nilai wajar jumlah penilaian
kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih, employee benefits, perbedaan kumulatif
atas translasi (penjabaran) mata uang asing, muhibah (goodwill), dan penyesuain nilai wajar,
serta instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging).
1. Opening IFRS statement of financial position
Entitas mempersiapkan dan menyajikan laporan IFRS pembukaan posisi keuangan
pada tanggal transisi ke IFRS. Ini adalah titik awal untuk akuntansi sesuai dengan IFRS.
2. Accounting Policies
Entitas menggunakan kebijakan akuntansi yang sama dalam pernyataan pembukaan
laporan keuangan IFRS dan seluruh periode yang disajikan dalam laporan keuangan IFRS
pertama. Kebijakan akuntansi tersebut harus mematuhi setiap IFRS efektif pada akhir periode
IFRS pertama kali melaporkan, kecuali sebagaimana ditentukan dalam paragraf 13-19 dan
Lampiran B-E.
Entitas tidak seharusnya menerapkan versi yang berbeda dari IFRS yang efektif di
tanggal sebelumnya. Entitas dapat menerapkan IFRS baru yang belum wajib jika IFRS itu
mengizinkan permohonan awal (early application).
3. Pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS lainnya,
a. Penggabunagn usaha sebelum tanggal transisi
b. Nilai wajar jumlah penilaiankembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih
c. Employee benefits
d. Perbedaan kumulatif atas tranlasi (penjabaran) mata uang asing, muhibah (goodwill),
dan penyesuaian nilai wajar
e. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging).
4. Perkembangan Konvergensi PSAK ke IFRS. Sesuai dengan roadmap konvergensi PSAK ke
IFRS maka saat ini Indonesia telah memasuki tahap persiapan akhir (2011) setelah sebelumnya
melalui tahap adopsi (2008-2010). Hanya setahun saja IAI (Ikatan Akuntan Indonesia)
menargetkan tahap persiapan akhir ini, karena setelah itu resmi per 1 Januari 2012 Indonesia
menerapkan IFRS.
5. Keuntungan dan kelemahan mengkonvergensi IFRS
Dengan mengadopsi IFRS, suatu bisnis dapat menyajikan laporan keuangan dengan
dasar yang sama sebagai pesaing asing, membuat perbandingan lebih mudah. Selain itu,
perushaan dengan anak perusahaan di negara-negara yang memerlukan atau mengizinkan IFRS
mungkin dapat menggunakan salah satu bhasa akuntansi perusahaan. Perusahaan-perusahaan
juga mungkin perlu mengkonversi ke IFRS jika mereka adalah anak perusahaan dari sebuah
perusahaan asing yang harus menggunakan IFRS. Perusahaan juga dapat merasakan manfaat
dengan menggunakan IFRS jika mereka ingin meningkatkan modal di luar negeri.

D. Laporan Posisi Keuangan Awal Menurut IFRS


Dalam makalah kali ini saya akan memberikan contoh perusahaan internasional yang
menerapkan IFRS pada laporan keuangannya yaitu Unilever. Unilever mengadopsi
International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlaku sejak 1 Januari 2005. Ini
termasuk penerapan awal IAS 19 (revisi 2004) tentang imbalan kerja . Tanggal transisi
Unilever adalah 1 Januari 2004 karena tanggal itu adalah tanggal awal periode paling awal
yang akan menyajikan informasi komparatif penuh di bawah IFRS. Dalam Laporan Tahunan
tahun 2005 Laporan keuangan interim ini telah disusun sesuai dengan IAS 34 . Informasi
keuangan disusun berdasarkan harga perolehan kecuali yang terkait dengan penilaian kembali
aset biologis , aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai “tersedia untuk dijual” dan '”pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi” dan derivatif.
IFRS diterapkan sepenuhnya secara retrospektif, yang berarti bahwa neraca pembukaan
1 Januari 2004 disajikan kembali seolah-olah kebijakan akuntansi yang sudah berlaku. Ada
pengecualian terbatas tertentu untuk persyaratan ini yaitu: Rekonsiliasi dari GAAP ke IFRS
dari neraca per 26 Juni 2004 dan laporan laba rugi untuk kuartal dan periode enam bulan yang
berakhir pada tanggal tersebut. Dari 1 Januari 2005 Unilever menerapkan perubahan tambahan
berikut dalam kebijakan akuntansi. Perubahan ini diterapkan secara prospektif mulai 1 Januari
2005. Sejak 1 Januari 2005 Unilever telah menerapkan IAS 32 dan IAS 39. Berdasarkan IAS
32, Unilever harus menyajikan modal saham preferensi NV sebagai kewajiban dan bukan
sebagai bagian dari ekuitas. Semua dividen yang dibayarkan pada saham preferen ini diakui
dalam laporan laba rugi sebagai beban bunga. IAS 39 mensyaratkan aset keuangan non-
derivatif yang akan diadakan pada nilai wajar dengan gerakan-gerakan yang belum direalisasi
dalam nilai wajar diakui langsung dalam ekuitas. Kewajiban keuangan non derivatif terus
diukur pada biaya perolehan diamortisasi, kecuali merupakan bagian dari nilai lindung
hubungan akuntansi adil ketika mereka diukur pada biaya perolehan diamortisasi ditambah
nilai wajar dari risiko lindung nilai. Berikut terlampir adalah Laporan Keuangan Unilever
sebelum mengadopsi IFRS (Tahun 2004) dan setelah mengadopsi IFRS (Tahun 2005).
Laporan Sebelum IFRS
Laporan Setelah IFRS (First Adoption)

Anda mungkin juga menyukai