Anda di halaman 1dari 34

MAKALAH

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

PSAK 48: PENURUNAN NILAI ASET

(Studi Kasus Pada PT. Bentoel Internasional Investama Tbk)

Disusun Oleh:

Aulia Rahmadanita 1910531028


Yusuf Okky Bostani 1910532003
Dinda Sri Bulan 1910532005
Ade Fitra 1910532026

Dosen Pengampu :

Dr. Annisaa Rahman S.E, M.Si, Ak, CA

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS
2021/2022
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil alamiin, segala puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah untukmata
kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang berkaitan dengan PSAK 48: Penurunan nilai aset tepatpada
waktunya. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah SAW,
keluarganya, sahabatnya dan semua pengikutnya-pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulis mengucapkan terima kasih pihak-pihak yang terkait yang senantiasa membantu dalam
pengerjaan makalah ini, serta Ibu Dr. Annisa Rahman SE, M.Si, Ak, CA selaku dosen pengampu mata
kuliah Seminar Akuntansi Keuangan yang telah membimbing penulis. Harapan penulis adalah semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan pembacanya. Penulis juga menyadari masih
adanya kekurangan dan kesalahan, baik dari segi bahan penulisan maupun kemampuan ilmiah. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan makalah
ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................................ 2
1.3 Tujuan Pembahsan .............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 4


2.1 Pengertian............................................................................................................................................ 4
2.2 Tujuan .................................................................................................................................................. 4
2.3 Ruang Lingkup...................................................................................................................................... 5
2.4 Indentifikasi Asset Yang Mengalami Penurunan Nilai Asset................................................................ 7
2.5 Pengukuran Jumlah Terpulihkan ......................................................................................................... 9
2.6 Pengakuan Dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai ........................................................................... 12
2.7 Unit Penghasil Kas (UPK) Dan Goodwill ............................................................................................. 15
2.8 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai...................................................................................................... 19
2.9 Pengungkapan ................................................................................................................................... 23
2.10 Penggunaan Teknik Nilai Kini Untuk Mengukur Nilai Pakai ............................................................... 24

BAB III STUDI KASUS.................................................................................................................... 26


3.1 Studi Kasus Pada PT.Bentoel Internasional Investama Tbk ............................................................... 26
3.2 Penyajian dan Pengungkapan Rincian Nilai Aset Tetap ..................................................................... 27
3.3 Penyajian dan Pengungkapan Penurunan Nilai Aset Tetap Dalam Laporan Keuangan ..................... 28
3.4 Penerapan PSAK 48 Pada Laporan Keuangan PT Bentoel International Investama Tbk ................... 29

BAB IV PENUTUP............................................................................................................................ 33
4.1 KESIMPULAN ...................................................................................................................................... 33
4.2 SARAN ................................................................................................................................................ 34

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 35


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Penurunan nilai atau impairment merupakan istilah yang sudah sering terdengar dalam
bidang akuntansi, khususnya aset tetap. Penurunan nilai semakin populer ketika PSAK
mengadopsi IFRS. Penurunan nilai menjadi bentuk kerugian yang harus ditanggung oleh
perusahaan. Secara periodik, perusahaan harus mengidentifikasi indikasi ada atau tidaknya
penurunan nilai. Perusahaan harus membuat laporan yang berkaitan dengan penurunan nilai
setiap periode tahunnya. Jika terdapat indikasi, maka perusahaan harus menaksir recoverable
amount dari aset tersebut. Pengungkapan penurunan nilai adalah salah satu faktor sebagai
pengukur tingkat kepatuhan perusahaan pada standar akuntansi internasional (IFRS).

Aset tetap dinilai sebesar harga perolehan atau nilai revaluasi terakhir dikurangi dengan
akumulasi penyusutan dan penurunan nilai, hal tersebut dijelaskan dalam PSAK 16 tentang Aset
Tetap. PSAK 19 tentang Aset Tak Berwujud juga menyebutkan hal serupa. Bahkan, disebutkan
juga bahwa goodwill harus di impairment dan tidak boleh lagi di amortisasi. PSAK 71 tidak
menyebutkan penyisihan piutang untuk piutang yang tak tertagih, melainkan sebagai penurunan
aset keuangan.

Secara khusus, penurunan nilai aset atau impairment diatur dalam PSAK 48 Penurunan
Nilai Aset. Penurunan nilai dari aset merupakan suatu kondisi dimana nilai tercatat dari aset
(carrying amount) melebihi jumlah terpulihkan (recoverable amount). Penurunan nilai dapat
didefinisikan juga sebagai penurunan permanen nilai manfaat masa depan dari aset jangka
panjang. Penyebab terjadinya penurunan nilai bisa sangat beragam, yaitu dapat terjadi karena
perubahan nilai pasar aset, peraturan pemerintah, lingkungan bisnis, dan lain sebagainya. Selain
itu, istilah penurunan nilai yang digunakan oleh PSAK berbasis IFRS juga tidak difokuskan
hanya untuk aset tetap tetapi juga untuk goodwill, aset tak berwujud, serta aset keuangan dan
investasi.
Pada makalah ini, disajikan poin-poin utama dari PSAK 48. Selain itu, makalah ini juga
membahas implementasi PSAK 48 pada perusahaan PT. Bentoel Internasional Investama Tbk.
Perusahaan ini termasuk ke dalam Bentoel Group yang merupakan bagian dari British American
Tobacco (BAT) Group. BAT adalah sebuah perusahaan tembakau global dengan jaringan di lebih
dari 180 negara. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk menambahkanbrand global Dunhill
dan Lucky Strike ke
dalam portofolionya. Kegiatan usaha perusahaan ini meliputi riset dan pengembangan,
pemrosesan daun tembakau dan cengkih, manufaktur produk tembakau, termasuk pemasaran dan
distribusinya.
PT. Bentoel Internasional Investama Tbk bergerak pada sektor industri barang konsumsi
rokok. Perusahaan ini tentu memiliki mesin- mesin yang dibutuhkan untuk menunjang produksi
nya. Di samping itu mesin yang digunakan akan mengalami kondisi penurunan nilai, sehingga
kami tertarik untuk melihat apakah PT. Bentoel Internasional Investama Tbk sudah menerapkan
PSAK 48 mengenai penurunan nilai aset tetap didalam laporan keuangannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara mengidentifikasi aset yang mengalami penurunan nilai?
2. Bagaimanakah cara mengukur jumlah terpulihkan?
3. Bagaimanakah pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai?
4. Apakah yang dimaksud dengan Unit Penghasil Upah (UPK) dan goodwill pada
PSAK 48?
5. Bagaimanakah pembalikan rugi penurunan nilai pada PSAK 48?
6. Bagaimanakah pengungkapan penurunan nilai aset pada PSAK 48?
7. Bagaimanakah cara penggunaan teknik nilai kini untuk mengukur nilai pakai pada
PSAK 48?

8. Bagaimana penerapan PSAK 48 dalam laporan keuangan PT.Bentoel Internasional


Investama Tbk?
1.3 Tujuan Pembahsan
1. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi aset yang mengalami penurunan nilai
2. Untuk mengetahui cara mengukur jumlah terpulihkan
3. Untuk mengetahui cara pengakuan dan pengukuran rugi penurunan nilai
4. Untuk memahami maksud dengan Unit Penghasil Upah (UPK) dan goodwill pada
PSAK 48
5. Untuk mengetahui pembalikan rugi penurunan nilai pada PSAK 48
6. Untuk mengetahui pengungkapan penurunan nilai aset pada PSAK 48

7. Untuk mengetahui penggunaan teknik nilai kini untuk mengukur nilai pakai pada
PSAK 48
8. Untuk mengetahui penerapan PSAK 48 pada laporan keuangan PT.Bentoel
Internasional Investama Tbk.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Menurut PSAK 48, definisi aset korporat adalah suatu aset selain goodwill yang
berkontribusi terhadap arus kas masa depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah
maupun unit penghasil kas lain.

Pada setiap akhir periode pelaporan, PSAK 48 mengamanatkan kepada entitas untuk
menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut,
maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut. Hal ini harus dilakukan supaya suatu
entitas tidak mencatat suatu aset melebihi jumlah terpulihkan.

Jumlah terpulihkan (recoverable amount) adalah senilai jumlah mana yang lebih besar
antara nilai wajar (setelah dikurangi biaya untuk pelepasan aset)/fair value less cost to sell atau
nilai pakai/value in use (present value dari estimasi future cash flow aset). Suatu aset dikatakan
mengalami penurunan nilai (impaired) bila jumlah tercatat (nilai buku) aset melebihi jumlah
terpulihkan. Pada kasus demikian, suatu entitas mengakui rugi penurunan nilai dan harus
dinyatakan dalam laporan laba rugi.

Kemudian PSAK memberikan definisi lebih lanjut dari fair value less cost to sell yaitu
jumlah yang dapat dihasilkan dari penjualan suatu aset atau unit penghasil kas dalam transaksi
antara pihak-pihak yang mengerti dan berkehendak bebas tanpa tekanan, dikurangi biaya
pelepasan asset. Yang dimaksud dengan biaya pelepasan aset adalah pengurang dalam nilai wajar
antara lain biaya hukum, materai dan pajak transaksi sejenis, biaya pemindahan aset dan biaya
incremental langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap dijual. Tetapi imbalan akibat
pemutusan kontrak kerja dan biaya terkait dengan pengurangan atau reorganisasi bisnis setelah
pelepasan aset bukan merupakan biaya incremental langsung untuk pelepasan aset. Dan yang
dimaksud dengan nilai pakai (value in use) adalah adalah nilai sekarang dari taksiran arus kas
yang diharapkan akan diterima atau unit penghasil kas.
2.2 Tujuan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 48 bertujuan untuk menetapkan prosedur
yang dapat diterapkan entitas agar entitas tidak mencatat aset melebihi jumlah terpulihkannya.
Pada kasus demikian, aset mengalami penurunan nilai. Selain itu, PSAK 48 juga menentukan
kapan entitas membalik rugi penurunan nilai dan pengungkapan yang diperlukan.
2.3 Ruang Lingkup
PSAK 48 memuat standar mengenai penurunan nilai (impairmenf) yang dapat diterapkan
terhadap semua aset, kecuali:

1. Persediaan (PSAK 14: Persediaan);


2. Aset yang timbul dari kontrak konstruksi
3. Aset pajak tangguhan (PSAK 46: Akuntansi Pajak Penghasilan);
4. Aset yang timbul dari imbalan kerja (PSAK 24: Imbalan Kerja);
5. Aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 55: Instrumen Keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran;
6. Properti investasi yang diukur pada nilai wajar (PSAK 13: Properti Investasi);
7. Biaya akuisisi tangguhan, dan aset tidak berwujud, yang timbul dari hak kontraktual
penanggung berdasarkan kontrak asuransi yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 28:
Kontrak Asuransi; dan
8. Aset tidak lancar (atau kelompok lepasan) yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi
yang Dihentikan.

PSAK 48 ini berlaku untuk aset keuangan yang dikelompokkan sebagai investasi dalam:

1. Entitas anak (PSAK 4): Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan
Tersendiri
2. Ventura bersama (PSAK 12): Bagian Partisipasi Dalam Ventura Bersama
3. Entitas asosiasi (PSAK 15): Investasi pada Entitas Asosiasi

PSAK 48 ini tidak berlaku untuk aset keuangan yang termasuk dalam ruang lingkup PSAK 71
dan properti investasi yang diukur pada nilai wajar sesuai PSAK 13. Namun demikian, PSAK 48ini
berlaku untuk aset yang dicatat pada jumlah revaluasian (yaitu nilai wajar) sesuai dengan pernyataan
lain, seperti model revaluasi dalam PSAK 16: Aset Tetap.
Ikhtisar Perubahan PSAK 48 (Revisi 2014)

Perihal PSAK 48 PSAK 48 Lama


(Revisi 2014)
Pengaturan investasi dalam laporan Pengaturan investasi dalam laporan
keuangan tersendiri
keuangan tersendiri
Mengacu PSAK 4
Ruang Lingkup

Tidak ada definisi nilai wajar


dikurangi biaya untuk menjual
Definisi nilai wajar dikurangi biaya
Definisi nilai wajar Memberikan definisi nilai wajar
untuk menjual
sesuai dengan PSAK 68

Pengukuran nilai Pengukurang nilai wajar Memberikan pengaturan mengenai


wajar dikurangi
dikurangi biaya pelepasan nilai wajar dikurangi biaya untuk
biaya menjual
mengacu pada hirarki nilai wajar menjual
dalam PSAK 68

Komposisi estimasi Memberikan tambahan


arus kas masa penjelasan nilai wajar dan nilai Tidak diatur
depan pakai

Unit atau UPK yang memperoleh Unit atau UPK yang memperoleh
alokasi goodwill: alokasi goodwill menunjukkan tingkat
Alokasi goodwill • menunjukkan tingkat terendah dalam entitas yang
pada UPK terendah dalam entitas yang goodwillnya dipantau untuk tujuan
goodwill-nya dipantau untuk manajemen internal; dan
tujuan manajemen internal; • tidak lebih besar dari segmen
dan operasi yang ditentukan sesuai
• tidak lebih besar dari dengan PSAK 5: Segmen
segmen operasi yang Operasi
didefinisikan dalam PSAK
5: Segmen Operasi paragraf
08 sebelum penggabungan
Pengungkapan Memberikan tambahan persyaratan Memberikan persyaratan
pengungkapan untuk setiap aset pengungkapan untuk setiap rugi
individual atau unit penghasil kas penurunan nilai material yang
yang mana kerugian penurunan nilai diakui atau dibalik selama
telah diakui atau dibalik selama periode aset individual (termasuk
periode: goodwill dan unit penghasil
• jumlah terpulihkan aset kas)
(UPK) dan apakah jumlah
terpulihkan aset merupakan
nilai wajarnya dikurangi
biaya untuk menjual atau
nilai pakainya.; dan
• jika jumlah terpulihkan
merupakan nilai wajar
dikurangi biaya pelepasan,
entitas mengungkapkan:
(i) tingkat hirarki nilai wajar
(ii) teknik penilaian
(iii) setiap asumsi utama
Koreksi editorial Istilah “harapan”dan yang Ekspektasi dan ëkspektasian
diharapkan”

2.4 Indentifikasi Asset Yang Mengalami Penurunan Nilai Asset


Pada setiap akhir periode pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset
mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi jumlah
terpulihkan aset tersebut. Selain itu terlepas apakah terdapat indikasi penurunan nilai entitas juga:

1) Menguji penurunan nilai asset tak berwujud dengan masa manfaat tak terbatas;
2) Aset tak berwujud yang belum dapat digunakan, secara tahunan,
dengan membandingkan jumlah tercatatnya dengan jumlah terpulihkannya;
3) Menguji penurunan nilai goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis secara
tahunan.

Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai,
entitas minimal mempertimbangkan, hal-hal berikut ini (psak 48 paragraf 12):

1) Informasi dari sumber-sumber eksternal perusahaan:


a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah turun secara signifikan
selama periode tersebut lebih dari yang diperkirakan sebagai akibat dari berjalannya
waktu atau pemakaian normal.
b. Perubahan signifikan dalam hal teknologi, pasar, ekonomi atau lingkup tempat entitas
beroperasi atau di pasar tempat aset dikaryakan, yang berdampak merugikan terhadap
entitas, telah terjadi selama periode tersebut atau akan terjadi dalam waktu dekat.
c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain atas investasi telah meningkat selama
periode tersebut, dan kenaikan tersebut mungkin akan mempengaruhi tingkat diskonto yang
digunakan dalam menghitung nilai pakai aset dan menurunkan jumlahterpulihkan aset secara
material.
d. Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya
2) Informasi dari sumber-sumber internal perusahaan:
a. Terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset
b. Telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang
berdampak merugikan terhadap aset yang digunakan
c. Terdapat bukti dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik
aset lebih buruk atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan. Bukti dari pelaporan
internal yang mengindikasikan bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai
mencakup adanya (PSAK 48 paragraf 14):
- Arus kas untuk memperoleh aset atau kebutuhan kas selanjutnya untuk
pengoperasian atau pemeliharaan aset tersebut yang secara signifikan lebih
tinggi dari yang dianggarkan sebelumnya.
- Arus kas neto atau laba rugi operasi actual dari aset yang lebih buruk dari yang
dianggarkan
- Penurunan signifikan arus kas neto yang dianggarkan
- Rugi operasi ketika jumlah periode berjalan digabungkan dengan jumlahyang
dianggarkan untuk masa depan.

Jika suku bunga pasar atau tingkat imbalan investasi pasar telah meningkat selamaperiode
tertentu, maka entitas tidak disyaratkan untuk membuat estimasi formal jumlah terpulihkan aset
dalam kasus berikut:
a. Jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai aset tidak
mungkin akan terpengaruh oleh peningkatan tingkat imbalan pasar. Sebagai
contoh, peningkatan suku bunga jangka pendek mungkin tidak akan berpengaruh
material terhadap tingkat diskonto yang digunakan untuk aset yang memiliki sisa
umur manfaat yang panjang.
b. Jika tingkat diskonto yang digunakan dalam penghitungan nilai pakai aset
mungkin akan terpengaruh oleh kenaikan tingkat imbalan pasar ini tetapi analisis
sensitivitas sebelumnya atas jumlah terpulihkan menunjukkan bahwa:
- Tidak mungkin terjadi penurunan jumlah terpulihkan yang material karena
arus kas masa depan juga mungkin meningkat (contohnya pada beberapa kasus,
entitas mungkin mampu menunjukkan bahwa pendapatannya disesuaikan
sebagai kompensasi dari setiap kenaikan tingkat imbalan pasar); atau
- Penurunan dalam jumlah terpulihkan tidak mungkin menghasilkan rugi
penurunan nilai yang material.

Jika terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, maka mungkin
mengindikasikan bahwa sisa umur manfaat, metode penyusutan atau nilai residu perlu ditelaah
dan disesuaikan dengan pernyataan yang berlaku untuk aset tersebut, meskipun jika tidakterdapat
rugi penurunan nilai yang diakui untuk aset tersebut.

2.5 Pengukuran Jumlah Terpulihkan


Seperti disampaikan pada bagian pendahuluan, jumlah terpulihkan suatu aset atau unit
penghasil kas adalah suatu jumlah mana yang lebih besar antara nilai wajar (setelah dikurangi
biaya untuk menjual) dan nilai pakai. PSAK 48 mengatur hal-hal yang berkaitan dengan
pengukuran jumlah terpulihkan antara lain:
- Nilai wajar dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai dari aset tidak selalu perlu ditentukan
keduanya. Jika salah satu jumlahnya melebihi jumlah tercatat aset, maka aset tersebut tidak
mengalami penurunan nilai dan tidak perlu dilakukan estimasi jumlah lainnya.
- Entitas dapat menggunakan nilai pakai aset sebagai jumlah terpulihkan jika tidak ada dasar
harga pasar pada tanggal pengukuran.
- Nilai wajar aset dikurangi biaya pelepasan dapat digunakan sebagai jumlah terpulihkan jika
tidak ada alasan bahwa nilai pakai aset secara material melebihi nilai wajar dikurangi
pelepasan. Kasus ini akan sering terjadi dalam kasus yang dimiliki untuk dilepaskan.

Selain itu, PSAK 48 juga mengatur bagaimana entitas dapat mengukur nilai wajar aset
dikurangi biaya pelepasan dan nilai pakai aset, sebagaimana berikut ini:

a) Penentuan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual

Nilai paling reliable untuk menentukan nilai wajar suatu aset adalah harga aset
tersebut dalam suatu perjanjian penjualan mengikat. Harga tersebut haruslah berdasarkan
transaksi yang dilakukan secara wajar dan telah disesuaikan dengan biaya tambahan yang
dapat diatribusikan langsung.

Jika tidak terdapat suatu perjanjian penjualan tersebut, maka nilai yang dipakaiadalah
harga pasar bila aset diperdagangkan di pasar aktif. Harga pasar yang sesuai biasanyaadalah
harga penawaran terkini. Jika harga penawaran kini tidak tersedia, maka harga
transaksi terakhir dapat menjadi dasar penentuan nilai wajar.

Kemudian bila tidak terdapat perjanjian dan tidak tersedia pasar aktif untuk suatu aset,
maka nilai wajar didasarkan pada informasi terbaik yang dapat dihimpun oleh entitas pada
periode pelaporan. Dalam menentukan jumlah tersebut, entitas dapat mempertimbangkan
hasil dari transaksi terkini atas aset serupa dalam industri yang sama.

Bila nilai wajar telah ditentukan, maka atas nilai tersebut kemudian dikurangi oleh
biaya pelepasan. Contoh biaya pelepasan adalah biaya hukum, biaya materai, pajak, biaya
pemindahan aset dan biaya tambahan langsung untuk menjadikan aset dalam kondisi siap
dijual.
b) Penentuan nilai pakai

PSAK 48 menyatakan berbagai elemen yang perlu diperhitungkan dalam melakukan


estimasi nilai pakai aset. Elemen-elemen tersebut antara lain (psak 48 paragraf 30):

1. Estimasi arus kas masa depan yang diharapkan entitas akan diperoleh dari aset
2. Harapan adanya kemungkinan variasi jumlah atau waktu arus kas masa depan
3. Nilai waktu uang direpresentasikan oleh suku bunga pasar bebas risiko (risk free)
yang berlaku.
4. Harga ketidakpastian yang melekat pada aset
5. Dan faktor lain seperti ketidak likuiditasan sebagai bahan pertimbangan dalam
menilai arus kas masa depan.
Selanjutnya, PSAK 48 menyatakan bahwa terdapat dua langkah yang dilakukanentitas
untuk menentukan estimasi nilai pakai aset, yaitu:
1. Mengestimasi arus kas masuk dan keluar masa depan dari pemakaian aset dan dari pelepasan
akhir.
Untuk melakukan estimasi arus kas masuk dan keluar masa depan dari pemakaian
aset dan dari pelepasan akhirnya terdapat hambatan proyeksi arus kas antara lain:

- Didasarkan pada asumsi yang masuk akal dan didukung oleh fakta atau teori.

- Didasarkan pada anggaran keuangan yang terbaru dan telah disahkan oleh
manajemen.

- Tidak memasukkan komponen arus kas masa depan yang berasal dari
restrukturisasi.

- Pendasaran kepada anggaran hanya meliputi periode 5 tahun, kecuali jikaperiode


yang lebih lama dapat dijustifikasi.
- Periode setelah anggaran hanya dapat menggunakan tingkat yang tetap atau
menurun, kecuali jika tingkat yang naik dapat dijustifikasi.
- Tingkat pertumbuhan yang digunakan dalam proyeksi ekstrapolasi tidak dapat
melebihi rata-rata jangka panjang pertumbuhan untuk produk, industri, atau
negara tempat entitas beroperasi atau pasar
dimana aset tersebut digunakan, kecuali jika tingkat yang lebih tinggi dapat
dijustifikasi.
Kemudian, atas estimasi arus kas masa depan tersebut, harus memiliki komposisi yang
meliputi (psak 48 paragraf 39):
❖ Proyeksi arus kas masuk dari penggunaan aset

❖ Proyeksi arus kas keluar yang diperlukan untuk menghasilkan arus kas masuk
dari penggunaan aset (termasuk arus kas keluar untuk menyiapkan aset agar
dapat digunakan) dan dapat dikaitkan secara langsung, atau dialokasikan
dengan dasar yang layak dan konsisten, pada aset.
❖ Arus kas neto, jika ada, yang akan diterima (atau dibayarkan) untuk pelepasan
aset pada akhir masa manfaatnya.
Jika arus kas masa depan dalam bentuk valuta asing (PSAK 48 paragraf 54) maka:

>• Arus kas masa depan diestimasi dalam satuan mata uang ketika akan
dihasilkan dan kemudian didiskonto menggunakan suatu tingkat diskonto
yang tepat untuk satuan mata uang tersebut.
>• Tingkat pertukaran yang digunakan adalah kurs spot pada tanggal
penghitungan nilai pakai.

2. Menerapkan tingkat diskonto yang tepat atas arus kas masa depan tersebut.
Tingkat diskonto yang dimaksud di sini adalah tingkat pengembalian yang
disyaratkan investor jika seandainya mereka hendak memilih suatu investasi yang
menghasilkan arus kas dengan jumlah, waktu dan profil risiko yang setara dengan yang
entitas harapkan akan dihasilkan dari suatu aset. Dasar penetapan tingkat diskonto
adalah tingkat diskonto sebelum pajak yang menggambarkan penilaian pasar kini dari:

a. Nilai waktu uang; dan

b. Risiko spesifik atas aset dimana estimasi arus kas masa depan belum
disesuaikan.
Tingkat diskonto diestimasi dari salah satu:
- Tingkat diskonto implisit pada transaksi pasar kini terhadap aset sejenis atau

- Rata-rata tertimbang biaya modal entitas yang tercatat di bursa efek yang
memiliki aset sejenis
2.6 Pengakuan Dan Pengukuran Rugi Penurunan Nilai

Rugi penurunan nilai terjadi jika nilai terpulihkan aset lebih kecil dari nilai tercatatnya
sehingga jumlah tercatat aset diturunkan menjadi sebesar jumlah terpulihkan. Nilai tercatat aset
diturunkan menjadi sebesar nilai terpulihkan dan penurunan tersebut dikenal dengan rugi
penurunan nilai.

Rugi penurunan nilai segera diakui dalam laba rugi kecuali aset disajikan pada jumlah
revaluasian sesuai dengan pernyataan lain (contoh di PSAK 16:Aset Tetap) dan beban depresiasi
aktiva untuk periode yang akan datang harus disesuaikan agar mencerminkan alokasi nilai tercatat
yang direvisi setelah dikurangi nilai sisa.

Setiap rugi penurunan nilai aset revalusian diperlakukan sebagai penurunan revaluasi
yaitu

- Diakui dalam pendapatan komprehensif lain, sepanjang kerugian penurunan nilai tidak
melebihi jumlah surplus revaluasi untuk aset yang sama
- Rugi penurunan nilai atas aset revaluasian mengurangi surplus revaluasi untuk aset
tersebut

Ilustrasi Penurunan Nilai:

1. Misalkan PT Kelas Damai Sejahtera melakukan uji penurunan nilai terhadap peralatan
yang dimilikinya. Nilai tercatat dari peralatan sebesar Rp 300 juta, nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual Rp260 juta dan nilai pakainya Rp310 juta
Jawab: Maka tidak ada penurunan nilai (impairment asset)

Ftp 310 Juta

Canying --- Comparedto --


Amount Amount

Fair value less i iValue in use i


Costto selll i
j. ............................................ ;

Flp 260 Juta

2Contoh: Misalkan informasi PT Kelas Adem Ayem yang tersedia sama kecuali nilai pakai
dari peralatan sebesar Rp 250 juta.

Jawab: Terdapat penurunan nilai aset sebesar Rp 40 juta

Juta

I Canying : Recoverable

Fair value less 1 iValue in use i


postto sell 1

Untuk mencatat penurunan nilai aset maka diperlukan jurnal :


Dr. Kerugian Penurunan Nilai Rp 40 juta

Cr. Akumulasi Depresiasi Peralatan Rp 40 juta

3. Perusahaan Mawar melakukan reviu penurunan nilai dari beberapa aset yang dimilikinya pada
tahun 2016. Sebidang tanah yang bebas digunakan dicatat pada nilai wajar dengan surplus revaluasi
senilai Rp 50 juta, aset-aset lainnya dicatat pada nilai historis dikurangi akumulasi depresiasi atau
amortisasi. Hasil dari reviu sebagai berikut:

Fair value less costs to Carrying amount


Value in use
sell

Tanah (nilai wajar) Rp 312 juta Rp 320 juta Rp 380 juta

Bangunan, setelah
Rp 852 juta Rp 890 juta Rp 860 juta
didepresiasi

Mesin, setelah
Rp 21 juta Rp 18 juta Rp 15 juta
didepresiasikan

Tentukan berapa rugi penurunan nilai dan bagaimanakah jurnalnya?

Jawab:

Berdasarkan informasi yang tersedia, aset yang mengalami kerugian penurunan nilai adalah:

Recoverable amount Carrying amount Impairment loss

Tanah, pada nilai


Rp 320 juta Rp 380 juta Rp 60 juta
wajar

Bangunan, setelah
Rp 890 juta Rp 860 juta Rp 0
didepresiasi
Mesin, setelah
Rp 21 juta Rp 15 juta Rp 0
didepresiasikan

Jurnal :

D K
Surplus revaluasi Rp 50 juta
Rugi penurunan nilai (60 juta – 50 juta) Rp 10 juta
Tanah Rp 60 juta

2.7 Unit Penghasil Kas (UPK) Dan Goodwill


Unit Penghasil Kas (UPK) adalah kelompok aset terkecil yang mencakup aset tersebut dan
menghasilkan arus kas masuk yang sebagian besar independen dari arus kas masuk dari aset atau
kelompok aset lain.

Goodwill yang diperoleh dalam kombinasi bisnis sejak tanggal akuisisi dialokasikan pada setiap
unit penghasil kas pihak pengakuisisi, atau kelompok unit penghasil kas yang diperkirakan memberikan
manfaat dari sinergi kombinasi bisnis tersebut, terlepas apakah aset atau liabilitas lain daripihak yang
diakuisisi ditempatkan dalam unit atau kelompok unit
tersebut. Unit penghasil kas yang telah memperoleh alokasi goodwill diuji penurunan nilai secara
tahunan, dan kapanpun terdapat indikasi bahwa unit tersebut mengalami penurunan nilai, dengan
membandingkan jumlah tercatat unit tersebut (termasuk goodwill) dengan jumlah terpulihkannya.

Jika terdapat indikasi bahwa aset mungkin mengalami penurunan nilai, maka jumlah terpulihkan
diestimasi untuk aset individual tersebut. Jika tidak mungkin untuk mengestimasi jumlah terpulihkan
aset individual, maka entitas menentukan jumlah terpulihkan dari unit penghasil kas mana asettercakup.

Jumlah terpulihkan dari aset individual tidak dapat ditentukan jika:

a) Nilai pakai aset tidak dapat diestimasi mendekati nilai wajarnya dikurangi biaya
pelepasan; dan
b) Aset tidak menghasilkan arus kas masuk yang independen dari kelompok aset lain.

Dalam kasus ini, nilai pakai dan, jumlah terpulihkan, dapat ditentukan hanya untuk Unit Penghasil
Kas Aset. Tidak mungkin mengestimasi jumlah terpulihkan aset individual yaitu
menentukan nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang mana aset tercakup (aset dari unit
penghasil kas = UPK). (PSAK 48 Paragraf 67)

Contoh:

Mesin A merupakan bagian dari rangkaian produksi dari lini produksi pembuatan makanan
kaleng. Mesin A memiliki fungsi memproduksi kaleng kemasan yang secara khusus diproduksi untuk
keperluan produksi makanan kaleng tersebut.

Dapat dikatakan bahwa mesin tersebut tidak menghasilkan arus kas masuk secara independen,
karena arus kas masuk hanya terjadi jika makanan kaleng selesai diproduksi lalu dijual. Untuk
keperluan penilaian recoverable amount, maka penilaian mesin A menggunakan konsep Unit Penghasil
Kas. UPK dari mesin tersebut adalah lini produksi pembuatan makanan kaleng, karena dari keseluruhan
lini itulah yang memungkinkan adanya penjualan sehingga tercipta arus kas masuk yang independen.

Namun, apabila Mesin A tersebut selain men-supply kaleng kemasan di dalam lini produksi juga
menjualnya di pasar, maka dapat dikatakan bahwa Mesin A memiliki arus kas
masuk yang independen. Jika kasusnya seperti itu, maka penilaian recovery value atas Mesin A tidak
menggunakan UPK lini produksi melainkan langsung dinilai atas Mesin A itu sendiri.

Jumlah terpulihkan dari UPK adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar unit penghasil
kas dikurangi biaya pelepasan dengan nilai pakainya.

Jumlah tercatat dari UPK:

1. Mencakup hanya jumlah tercatat dari aset-aset yang dapat diatribusikan langsung, atau
dialokasikan dengan dasar yang layak dan konsisten, ke UPK dan akan menghasilkan arus kas
masuk yang digunakan dalam menentukan nilai pakai unit penghasil kas; dan
2Tidak mencakup jumlah tercatat dari setiap liabilitas yang diakui, kecuali jumlah terpulihkan dari
unit penghasil kas tidak dapat ditentukan tanpa mempertimbangkan liabilitas tersebut.

Rugi Penurunan Nilai (PSAK 48paragraf 98):

1. Diakui untuk UPK, jika, dan hanya jika, jumlah terpulihkan dari unit tersebut (kelompok dari
unit) < jumlah tercatatnya.
2. Dialokasikan untuk mengurangi jumlah tercatat aset dari unit tersebut (kelompok dari unit)
dengan urutan sbb:
- Pertama, untuk mengurangi jumlah tercatat atas setiap goodwill yang dialokasikan ke
unit penghasil kas tersebut (kelompok dari unit); dan
- Selanjutnya, ke aset lain dari unit tersebut (kelompok dari unit) dibagi pro rata atas
dasar jumlah tercatat setiap aset di dalam unit tersebut (kelompok dari unit).

Dalam mengalokasikan rugi penurunan nilai, entitas tidak harus mengurangi jumlah tercatat
aset dengan jumlah yang tertinggi dari: (PSAK 48paragraf 100)

1. Nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual (jika ditentukan);


2. Nilai pakainya (jika dapat ditentukan); dan
3. Nol.

Jumlah rugi penurunan nilai yang semestinya dialokasikan ke aset harus dialokasikan pro rata
ke aset lain dari unit (kelompok dari unit).

2.8 Pembalikan Rugi Penurunan Nilai


Setiap akhir periode, sebuah entitas akan menilai kembali apakah rugi penurunan nilai yang
telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill) mungkin telah menurun
atau bahkan tidak ada lagi. Adanya penurunan terhadap rugi penurunan nilai yang telah diakui ini
menyebabkan pembalikan rugi penurunan nilai. Dalam menilai apakah terdapat indikasi bahwa rugi
penurunan nilai yang telah diakui pada periode-periode sebelumnya untuk aset (selain goodwill)
mungkin tidak ada lagi atau mungkin telah menurun, entitas mempertimbangkan, minimal, indikasi
berikut ini: (PSAK 48 paragraf 106)

1. Informasi dari sumber eksternal

a. Terdapat indikasi yang dapat diobservasi bahwa nilai aset telah meningkat secara
signifikan selama periode

b. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi


selama periode atau dalam waktu dekat.

c. Suku bunga pasar atau tingkat imbal hasil pasar lain telah menurun selama periode
tersebut dan penurunan tersebut akan mempengaruhi tingkat diskonto yang digunakan
dalam menghitung nilai pakai aset.

2. Informasi dari sumber internal


a. Perubahan signifikan yang berdampak menguntungkan bagi entitas telah terjadi selama
periode atau diharapkan dapat terjadi dalam waktu dekat. Perubahan ini termasuk biaya
yang timbul selama periode untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja aset

b. Bukti tersedia dari pelaporan internal yang mengindikasikan bahwa kinerja ekonomik
aset lebih baik.
Dalam PSAK 48 paragraf 109, rugi penurunan nilai yang telah diakui dalam periode sebelumnya
untuk aset selain goodwill dibalik jika terdapat perubahan estimasi yang digunakan untuk menentukan
jumlah terpulihkan aset tersebut sejak rugi penurunan terakhir diakui. Jika kasusnya seperti ini, jumlah
tercatat aset, (ada pengecualian) dinaikkan ke jumlah terpulihkannya. Kenaikan ini merupakansuatu
pembalikan rugi penurunan nilai.

Ketentuan Pembalikan suatu Rugi Penurunan Nilai bagi aset Individu adalah sebagai berikut:
(PSAK 48 paragraf 112-114)

Jumlah tercatat aset yang meningkat (selain goodwill), yang disebabkan pembalikan rugi
penurunan nilai, tidak boleh melebihi jumlah tercatat (neto setelah amortisasi atau depresiasi)
seandainya aset tidak mengalami rugi penurunan nilai di tahun-tahun sebelumnya.

• Pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset (selain goodwill) diakui segera dalam laba rugi,
kecuali aset disajikan pada jumlah direvaluasi sesuai dengan Pernyataan lain (contohnya,
model revaluasi di PSAK 16). Untuk aset yang disajikan pada jumlah revalusian, setiap
pemulihan rugi penurunan nilai atas aset tersebut diperlakukan sebagai kenaikan revaluasi
dan dicatat di dalam penghasilan komprehensif lain.

• Setiap pemulihan rugi penurunan nilai aset revaluasian harus diperlakukan sebagai
kenaikan penilaian kembali sesuai dengan PSAK terkait. Setelah pembalikan rugi
penurunan nilai diakui, penyusutan (amortisasi) yang dibebankan atas aset tersebut
disesuaikan pada periode masa depan untuk mengalokasikan jumlah tercatat aset yang
direvisi, dikurangi nilai residunya (jika ada), dengan dasar sistematik selama sisa umur
manfaatnya.

Contoh :

Pada 1 Januari 2016 sebuah perusahaan mie instan membeli sebuah mesin seharga Rp
420 juta. Manajemen perusahaan memutuskan bahwa mesin ini memiliki umur manfaat 10 tahun
tanpa nilai sisa.

Pada akhir tahun 2016 terdapat indikasi penurunan nilai atas mesin tersebut. Manajemen
menentukan bahwa nilai wajar atas aset tersebut sebesar Rp 370 juta dengan biaya pelepasan Rp10
juta. Nilai pakai mesin tersebut diestimasikan sebesar Rp 350 juta.

Pada akhir tahun 2017, manajemen mengidentifikasi adanya indikasi pemulihan atas rugi
penurunan nilai yang terjadi di akhir tahun sebelumnya serta menentukan bahwa jumlah
terpulihkan atas mesin tersebut sebesar Rp 340 juta. Manajemenpun memutuskan untuk
melakukan pembalikan rugi atas penurunan nilai tahun sebelumnya.

Penjelasan:
Bandingkan antara nilai tercatat aset dengan recoverable amount

Nilai tercatat :420 juta – 42*juta = 378 juta

Nilai pakai : 350 juta = 350 juta


Nilai wajar : Rp 370 miliar - Rp 10 miliar = Rp 360juta

Recoverable amount mesin tersebut adalah sebesar nilai wajarnya Rp360juta (Nilai Wajar > Nilai
Pakai). Dan dari perbandingan antara nilai tercatat dengan recoverable amount didapatkan
penurunan nilai sebesar Rp 18 juta.

31 Desember 2014

Jurnal Penyusutan
Dr. Beban penyusutan 42 juta
Cr. Akumulasi penyusutan 42* juta

Jurnal penurunan nilai


18 juta
Dr. Rugi Penurunan Nilai
18 juta
Cr. Akumulasi RPN - Mesin

31 Desember 2015
Jurnal Penyusutan
40 juta
Dr. Beban penyusutan 40 juta
Cr. Akumulasi penyusutan (360juta / 9 tahun)

Nilai terpulihkan : Rp 340 juta = Rp 340 juta


Nilai tercatat : Rp 360juta - Rp 40 juta = Rp 320 juta
Nilai tercatat seharusnya* : Rp 336 juta = Rp 336 juta
* apabila tidak ada rugi penurunan nilai sebelumnya (8/10 x
420)
Jurnal Pemulihan RPN
Dr. Akumulasi RPN - Mesin 16 juta
Cr. Pemulihan RPN 16*juta
*(336 juta - 320 juta)

Jurnal Penyesuaian Penyusutan Setelah Pemulihan RPN

Dr. Beban penyusutan 2 juta

Cr. Akumulasi penyusutan 2* juta


*(42 juta - 40 juta)

Jumlah tercatat setelah pemulihan rugi penurunan nilai tidak boleh melebihi jumlah
tercatat neto seandainya tidak ada rugi penurunan nilai atas aset tersebut pada tahun-tahun
sebelumnya. Dan dengan adanya pemulihan RPN ini menyebabkan beban penyusutan yang telah
dibebankan sebelumnya perlu disesuaikan kembali agar nilai tercatat sesuai dengan nilai tercatat
yang seharusnya.

Pembalikan Rugi Penurunan Nilai untuk UPK (PSAK 48paragraf 117-118)


- Dialokasikan kepada aset-aset dari unit (kecuali untuk goodwill) pro rata dengan jumlah tercatat
dari asetnya.
- Diperlakukan sebagai pembalikan rugi penurunan nilai untuk aset individual dan diakui sesuai
dengan PSAK ini.
- Alokasi pembalikan rugi penurunan nilai a jumlah tercatat aset tidak boleh dinaikkan di atas
nilai yang terendah dari:
a) Jumlah terpulihkan (jika ditentukan); dan
b) Jumlah tercatat yang telah ditentukan (amortisasi atau depresiasi neto) seandainya tidak
ada rugi penurunan nilai yang telah diakui untuk aset tersebut dalam periode
sebelumnya.

Jumlah pemulihan rugi penurunan nilai yang sebaliknya telah dialokasikan untuk aset tersebut
harus dialokasikan pro rata ke aset lain dari unit itu, kecuali untuk goodwill

2.8 Pengungkapan
Untuk penurunan setiap kelas aset, entitas harus mengungkapkan hal-hal berikut:
a. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan pos laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi penurunan nilai.
b. Jumlah rugi pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi selama periode dan
pos laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain yang didalamnya tercakup rugi
penurunan nilai.
c. Jumlah rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam penghasilan
komprehensif lain selama periode
Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai atas aset revaluasian yang diakui dalam
penghasilan komperhensif lain selama periode

Entitas yang melaporkan informasi segmen sesuai dengan PSAK 5 (Segmen Operasi)mengungkapkan hal-
hal berikut ini untuk setiap segmen dilaporkan:
a. Jumlah rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
selama periode
b. Jumlah pembalikan rugi penurunan nilai yang diakui dalam laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain selama periode.
Terdapat pengungkapan tambahan utama yaitu:
a. Setiap UPK (atau kelompok UPK) yang memiliki nilai tercatat goodwill atau aset tidak
berwujud dengan masa manfaat tidak terbatas termasuk.
b. Asumsi utama dan pendekatan manajemen yang digunakan untuk mengukur nilai terpulihkan

c. Periode dimana manajemen telah memproyeksikan arus kas, tingkat pertumbuhan, tingkat
diskonto.

PSAK 48 juga memberikan tambahan persyaratan pengungkapan dibandingkan PSAK 48 revisi


2009. Untuk setiap aset individual atau unit penghasil kas yang mana kerugian penurunan nilai telah
diakui atau dibalik selama periode, harus diungkapkan:
a. jumlah terpulihkan aset (unit penghasil kas) dan apakah jumlah terpulihkan aset (unit
penghasil kas) merupakan nilai wajarnya dikurangi biaya untuk menjual atau nilai pakainya,
b. jika jumlah terpulihkan adalah nilai wajar dikurangi biaya pelepasan, maka entitas
mengungkapkan:
(i) tingkat hirarki nilai wajar sesuai PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar yang digunakan,

(ii) teknik penilaian (level 2 dan 3); dan

(iii) setiap asumsi utama yang mendasari manajemen untuk menentukan nilai wajar dikurangi
biaya pelepasan (level 2 dan 3).
Tambahan pengungkapan ini berkaitan dengan adopsi IFRS 13 Fair Value Measurement menjadi
PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar.
2.9 Penggunaan Teknik Nilai Kini Untuk Mengukur Nilai Pakai
Terdapat dua pendekatan yang berbeda untuk menghitung nilai kini. Kedua pendekatan tersebut
dapat digunakan untuk mengestimasi nilai pakai aset. Pendekatan apapun yang diadopsi entitas untuk
mencerminkan ekspektasi dalam kemungkinan variasi jumlah atau waktu dari arus kas masa depan, hasilnya
seharusnya mencerminkan ekspektasi nilai kini dari arus kas masa depan, yaitu
rata-rata tertimbang dari semua kemungkinan hasil. Pemilihan pendekatan yang digunakan tergantungpada
kondisi yang ada. Kedua pendekatan tersebut adalah:

1) Pendekatan tradisional (Pendekatan tingkat diskonto sesuaian)

Menggunakan tingkat diskonto (discount rate) yang disesuaikan untuk mencerminkan


tingkat risiko aliran kas. Pendekatan ini sangat berguna ketika aliran kas dapat ditentukan dan
disebutkan dalam suatu kontrak (misalnya obligasi - aliran kas masa depan jelas jumlahnya).
Tingkat diskonto dalam hal ini merupakan tingkat yang telah disesuaikan dengan risiko (risk
adjusted), baik dalam jumlah, sifat, dan waktunya.

Penerapan nilai kini dalam akuntansi secara tradisional menggunakan kas estimasian dan
“tingkat bunga sebanding dengan risiko”. Artinya, pendekatan tradisional mengasumsikan bahwa
penggunaan tingkat diskonto tunggal dapat menggabungkan semua ekspektasi tentang arus kas
masa depan dan premi risiko yang tepat. Dengan demikian, pendekatan tradisional memberikan
penekanan yang besar pada seleksi tingkat diskonto.

2) Pendekatan arus kas ekspektasian.

Menggunakan tingkat diskonto yang bebas risiko (risk free rate) tetapi mempertimbangkan
beberapa skenario aliran kas yang mencerminkan hasil (outcomes) yangberbeda-beda, termasuk
probabilitas keterjadiannya. Tingkat diskonto bebas risiko di sini mungkin hampir sama dengan
tingkat pengembalian obligasi pemerintah.

Pendekatan nilai kini ekspektasian ini menggunakan beberapa kemungkinan aliran kas yang
diharapkan (multiple cash flow) dari suatu kejadian. Misalnya, dalam pembayaran gaji pekerja
pembongkaran gedung di akhir masa manfaat gedung, kemungkinan pekerja dibayar Rp 20 adalah
35%, dibayar Rp50 adalah 40%, dan dibayar Rp100 adalah 65%. Jadi nilai aliran kas ekspektasian
adalah (Rp20*35%)+(Rp50*40%)+(Rp100*65%). Pendekatan kedua ini dapat digunakan untuk
menentukan present value dari provisi A
BAB III
STUDI KASUS

3.1 Studi Kasus Pada PT.Bentoel Internasional Investama Tbk


Laporan keuangan haruslah disajikan sesuai dengan PSAK, agar dapat menggambarkan kinerja
keuangan sebuah perusahaan secara menyeluruh, sehingga dapat bermanfaat bagi para pengguna. Salah
satu kegiatan yang cukup menunjang dan memiliki peran penting dalam laporan keuangan adalah aset
khususnya aset tetap. Berdasarkan kondisi sebuah asset maka akan dapat dinilai apakah sebuah asset
masih layak pakai atau tidak. Aset tetap yang sudah usang atau tidak layak pakai dan tidak tertata dengan
baik yang disimpan oleh perusahaan akan menimbulkan kerugian bagiperusahaan, sebab perusahaan
dianggap tidak mampu mengelola aset tetap dan proses pengukuran terhadap penurunan nilai aset tetap
tidak diperhitungkan dengan baik, seperti realisasi lebih kecil dari anggaran perusahaan, banyak
pencurian atau penyimpangan yang dilakukan oleh karyawan terhadap aset suatu perusahaan.

Dalam usahanya untuk mengelola asset tetap, maka perusahaan dituntut untuk memiliki sistem
informasi manajemen dan sistem pengendalian internal yang baik, sehingga informasi yang disajikan
dalam laporan posisi keuangan akan sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang
belaku. Berdasarkan PSAK 48 penurunan nilai aset, nilai aset yang dimiliki dan dilaporkan dalam
laporan keuangan diasumsikan tidak melebihi nilai aset yang dapat dipulihkan melalui pemanfaatan dan
penjualan aset tersebut. Nilai jual aset atau nilai pemanfaatan aset yang lebih rendah dari nilai tecatat
menunjukkan bahwa aset tersebut nilainya telah turun, atau dalam kata lain aset tersebut mengalami
penurunan daya untuk menghasilkan aliran masuk ekonomi dimasa depan.

Oleh karena itu, maka dalam pembahasan BAB III ini, kami tertarik untuk mengambil studi
kasus pada PT. Bentoel Internasional Investama Tbk, dikarenakan perusahaan ini merupakan industri
rokok terkemuka di Indonesia. Perusahaan ini menjadi produsen pertama di Indonesia untuk
menciptakan kretek filter dari mesin. Saat ini PT Bentoel International Investama Tbk menjadiprodusen
rokok keempat terbesar di Indonesia dengan pangsa pasar sebesar 7% (www.bentoelgroup.com).
Portofolio PT Bentoel International Investama Tbk mencakup brand lokal seperti Club Mild, Neo Mild,
Tali Jagat, Bintang Buana, Sejati, Star Mild dan Uno Mild serta brand global seperti Dunhill, Lucky
Strike, serta Pall Mall. Maka, sudah pasti mesin yang digunakan akan mengalami kondisi penurunan
nilai, sehingga kami tertarik untuk melihat apakah PT. Bentoel
Internasional Investama Tbk sudah menerapkan PSAK 48 mengenai penurunan nilai aset tetap
didalam laporan keuangannya.

3.2 Penyajian dan Pengungkapan Rincian Nilai Aset Tetap

Tabel 1. Rincian Aset Tetap Tahun 2014


2014 (Dalam Jutaan Rupiah)
Aset Tetap Saldo Awal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir
Hak atas tanah Rp 273,041 Rp 1,029 -Rp 2,512 - Rp 271,558
Bangunan dan sarana Rp 559,039 Rp 3,118 -Rp 12,329 Rp 46,078 Rp 595,906
Mesin Rp 2,222,640 Rp 3,391 -Rp 95,744 Rp 539,095 Rp 2,669,382
Kendaraan Rp 22,488 - -Rp 570 - Rp 21,918
Peralatan Rp 355,597 Rp 33,702 -Rp 14,853 Rp 3,551 Rp 377,997
Aset tetap dalam
Rp 238,951 Rp 1,352,904 - -Rp 588,724 Rp 1,003,131
pembangunan
Rp 3,671,756 Rp 1,394,144 -Rp 126,008 Rp - Rp 4,939,892

Dapat dilihat dari tabel 1 diatas, entitas mengungkapkan penambahan aset tetap pada perusahaan
sebesar Rp 1.394.144.000.000 dan pengurangan aset tetap pada perusahaan sebesar Rp
126.008.000.000. Untuk aset-aset tetap lainnya seperti kendaraan selama tahun 2014 tidak terjadi
penambahan oleh PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk. Kemudian aset tetap dalam pembangunan
tidak terjadi pengurangan oleh PT. Bentoel Internasional Investama, Tbk. Selanjutnya aset-aset yang
direklasifikasi oleh entitas ada bangunan dan sarana, mesin, peralatan dan aset tetap dalam
pembangunan. Aset dalam pembagunan ini merupakan aset yang masih dalam proses
pembangunan/penyelesaian sehingga reklasifikasinya terjadi penyusutan sebesar Rp 588.724.000.000.
Sedangkan aset tetap seperti hak atas tanah dan kendaraan tidak mengalami reklasifikasi.

Tabel 2. Rincian Aset Tetap Tahun 2015

2015 (Dalam Jutaan Rupiah)


Aset Tetap Saldo Awal Penambahan Pengurangan Reklasifikasi Saldo Akhir
Hak atas tanah Rp 271,558 - - - Rp 271,558
Bangunan dan sarana Rp 595,906 Rp 1,429 -Rp 275 Rp 2,189 Rp 599,249
Mesin Rp 2,669,382 Rp 21 -Rp 24,341 Rp 21,911 Rp 2,666,973
Kendaraan Rp 21,918 - -Rp 100 - Rp 21,818
Peralatan Rp 377,997 Rp 20,717 -Rp 51,134 - Rp 347,580
Aset tetap dalam
Rp 1,003,131 Rp 789,534 - -Rp 24,100 Rp 1,768,565
pembangunan
Rp 4,939,892 Rp 811,701 -Rp 75,850 Rp - Rp 5,675,743

Dari tabel 2 dapat dilihat, bahwa entitas mengungkapkan penambahan aset tetap pada
perusahaan sebesar Rp 811.701.000.000 dan pengurangan aset tetap pada perusahaan sebesar Rp
75.850.000.000. Untuk akun Tanah tidak terjadi penambahan , pengurangan dan reklasifikasi, sehingga
nilainya tetap yaitu Rp 271.558.000.000. Untuk aset-aset tetap lainnya seperti bangunan dan sarana
serta mesin, entitas mengungkapkan adanya penambahan,pengurangan dan reklasifikasinya. Untuk aset
kendaraan terjadi pengurangan Rp 100.000.000 sehingga saldo akhir kendaraan senilai Rp
21.818.000.000. Kemudian aset peralatan tidak terjadi reklasifikasi. Aset dalam penyelesaian
merupakan aset yang masih dalam proses pembangunan sehingga reklasifikasinya terjadi penyusutan
sebesar Rp. 24.100.000.000.

3.3 Penyajian dan Pengungkapan Penurunan Nilai Aset Tetap Dalam Laporan
Keuangan
Tabel 3. Nilai Buku Aset Tetap Tahun 2014 dan 2015 (disajikan dalam jutaan Rupiah)

Nilai Buku Aset Tetap Tahun 2014 dan 2015 (disajikan dalam jutaan Rupiah)
Biaya Perolehan (Saldo Akumulasi
Tahun Aset Tetap Nilai Buku
Akhir) Penyusutan
Tanah Rp 271,558 - Rp 271,558
Bangunan dan sarana Rp 595,906 -Rp 75,932Rp 519,974
□ni/i Mesin Rp 2,669,382 -Rp 771,684 Rp 1,897,698
2014
Kendaraan Rp 21,918-Rp 18,207Rp 3,711
Peralatan Rp 377,997 -Rp 218,244 Rp 159,753
Aset tetap dalam pembangunan Rp 1,003,131 - Rp 1,003,131
JumlahRp 4,939,892 -Rp 1,084,067 ' Rp 3,855,825
Tanah Rp 271,558 - Rp 271,558
Bangunan dan sarana Rp 599,249 -Rp 89,630Rp 509,619
□ni R Mesin Rp 2,666,973 -Rp 915,371 Rp 1,751,602
2015
Kendaraan Rp 21,818-Rp 19,164Rp 2,654
Peralatan Rp 347,580 -Rp 208,945 Rp 138,635
Aset tetap dalam pembangunan Rp 1,768,565 - Rp 1,768,565
JumlahRp 5,675,743 -Rp 1,233,110 Rp 4,442,633

Dari tabel 3 dapat dilihat untuk akun Tanah tidak dapat dihitung penyusutannya karena akun
tanah tidak dapat disusutkan dan untuk Aset Dalam Penyelesaian belum dapat dihitung penyusutannya
karena aset ini masih dalam proses pembangunan dan bukan aset yang dalam perenovasian. Jika aset
ini telah selesai dibangun pengerjaannya harus di reklasifikasikan ke akun bangunan dengan
memperhatikan semua biaya yang langsung berkaitan dengan pembangunan itu.

Tabel 4. Kenaikan dan Penurunan Nilai Aset Tetap Tahun 2015 dan 2014
(disajikan dalam jutaan Rupiah)

Kenaikan dan Penurunan Nilai Aset Tetap 2015 dan 2014 (disajikan dalam jutaan rupiah)
2015 (Nilai 2014 (Nilai Kenaikan /
Aset Tetap %
Buku) Buku) Penurunan
Bangunan dan sarana Rp 509,619 Rp 519,974-Rp 10,355 -2%
Mesin Rp 1,751,602 Rp 1,897,698 -Rp 146,096 -8%
Kendaraan Rp 2,654 Rp 3,711 -Rp 1,057 -28%
Peralatan Rp 138,635 Rp 159,753-Rp 21,118 -13%
Tabel 4 dapat dilihat bagaimana kenaikan dan penurunan yang terjadi di PT Bentoel
International Investama Tbk setelah aset tetapnya dikurangi akumulasi penyusutannya. Tahun 2014 dan
2015 aset tetap yang mengalami penurunan adalah bangunan dan sarana sebesar Rp 10.355.000.000
atau sekitar 2% dimana pada tahun 2014 berjumlah Rp 519.974.000.000 kemudian pada tahun 2015
turun menjadi Rp 509.619.000.000. Kemudian aset mesin juga mengalami penurunan sebesar
146.096.000.000 atau sekitar 8% dimana pada tahun 2014 berjumlah 1.897.698.000.000 kemudian pada
tahun 2015 turun menjadi Rp 1.751.602.000.000. Selanjutnya aset kendaraan juga mengalami
penurunan sebesar Rp 1.057.000.000 atau sekitar 28% dimana pada tahun 2014 berjumlah Rp
3.711.000.000 kemudian pada tahun 2015 turun menjadi Rp 2.654.000.000.Terakhir aset peralatan juga
mengalami penurunan sebesar Rp 21.118.000.000 atau sekitar 13%dimana pada tahun 2014 berjumlah
Rp 159.753.000.000 kemudian pada tahun 2015 turun menjadi Rp138.635.000.000

3.4 Penerapan PSAK 48 Pada Laporan Keuangan PT Bentoel International Investama


Tbk
Aset tetap

Secara periodik Grup menelaah estimasi masa manfaat aset tetap berdasarkan beberapa faktor, diantaranya spesifikasi teknis dan kebutuhan operasi
Grup. Selain itu. Grup juga menelaah estimasi nilai residu untuk kendaraan dan bangunan berdasarkan ■nformasi estimasi hargapasar yang relevan
terhadap aset tersebut. Laporan keuangan konsolklasian dapat terpengaruh secara material akibat perubahan dalam estimasi tersebut.

Asdat tetap ditekaala untuk penurunan nilai apabila terdapat kejadian atau perubahan keadaan yang mengindikasikan bahwa jumlah tercatat aset melebihi
nilai yang dapat diperoleh kembali. Nilai yang dapat diperoleh kembali suatu aset atau unit penghasil kas ditentukan berdasarkanyang lebih tinggi antara
nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakai, dihitung berdasarkan asumsi dan estimasi manajemen

Jika nilai yang dapat diperoleh kembali suatu aset atau unit peng hasil kas lebihi rendah dibandingkan dengan nilai buku aset tetap, Grup akan mengakui
penurunan nilai tambahan atas aset dan perlui untuk mengurangi nilai tercatat mesin.

Dalam PSAK No. 48 (2018) paragraf 09 menyatakan bahwa pada setiap akhir periode
pelaporan, entitas menilai apakah terdapat indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat
indikasi aset mengalami penurunan nilai, maka entitas mengestimasi jumlah terpulihkan aset tersebut.
Berdasarkan data dan informasi yang penulis temui dalam catatan atas laporan keuangan tahunan yang
dimiliki oleh PT Bentoel International Investama Tbk, tepatnya pada lampiran 5/21 menyatakan bahwa
disetiap akhir periode pelaporan akuntansi, perusahaan maupun entitas anak akan melakukan penilaian
jika terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai. PT. Bentoel Internasional
Investama, Tbk mengakui adanya indikasi penurunan nilai aset tetap sesuai dengan PSAK 48 yaitu
nilai tercatat melebihi nilai terpulihkan.
Mutasi provisi penurunan nilai aset tetap adalah The movement of the provision for impairment of
sebagai berikut: fixed assets is as follows:

2015

Saldo awal/ Penambahan/ Penghapusbukuan/ Pemulihan/


Beginning balance Addition Written-off Recoverv Saldo akhir/ Ending balance

Bangunan dan Building and


prasarana (3,351) (12,179) - (15,530) infrastructure
Mesin (65,608) (6,393) - (72.001) Machinery
Kendaraan (272) (67) 2 (337) Vehhdes
Peralatan (17,937) (4,622) 15 (22,544) Eguipmen!

(87.165) (23 261) 1Z . (110.4121

Berdasarkan hasil penilaian terhadap kondisi aset, manajemen berpendapat bahwa perusahaan
memerlukan adanya pencadangan penurunan nilai aset sebesar Rp 23.261.000.000 yang diakui dan
dilaporakan perusahaan dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain. Beban penurunan
nilai aset tetap ini dicatat dalam akun “Beban Pokok Penjualan” dan “Beban Umum dan Administrasi”.

ASET TETAP (lanjutan)


Pada tanggal 31 Desember 2015, 2014 dan 2013, provisi penurunan nilai aset tetap sebesar masing- masing Rp 110,4
miliar, Rp 87,2 miliar dan Rp 36,2 miliar termasuk aset-aset yang dihentikan dari penggunaan aktif dengan nilai buku
bersih masing- masing sebesar Rp 97,8 miliar, Rp 74,7 miliar dan 24,4 miliar. Manajemen berkeyakinan bahwa provisi
penurunan nilai aset tetap tersebut telah memadai untukmenutup kerugian. Beban penurunan nilai aset tetap ini dicatat
dalam akun “Beban Pokok Penjualan" dan “Beban Umum dan Administrasi”.

Sementara nilai sebesar Rp 110.400.000.000 (hasil dari akumulasi atas penurunan nilai pada
periode sebelumnya Rp 87.200.000.000 ditambah dengan cadangan penurunan nilai sebesar Rp
23.261.000 .000 dikurangi Rp 17.000.000) dan hanya diakui dalam catatan atas laporan keuangan dan
sebagai pengurang aset tetap dalam laporan posisi keuangan.
Penghasilan komprehensif lain O/her «wrtprehensiks i/rcome

irems frtat wlll not be


Pos yang tidak akan dlreklaslfikasl ka
raclassified to profit or toss.'
laba rugi;
Remeasuremeot of post
Pengukuran kembali imbalan pasca kerja
emptcyment benefit Related
Pajak penghasilan terkail
11.760 (17.115) 136,743 income !ax
(2,940! 4.270 _ (34,686)
Other comprenensive
La baf(njgl) komprehensif lain tahun income/(loss) for the year,

beijalan setelah pajak 8,620 (12.836) 104,057 netofta*

Total comprehensive loss for


Jumlah kerugian komprehensif lahun i 1.£29.7181 = (2.264.150} = 7610.6281
berjalan the year

Rugi yang distribusikan ka pemilik Loss attributable to ownars of


(1.638.538} _ (2.251.3231 _ (1.023.9651
the parent
entitas induk

Total comprehensive loss


Jumlah rugi komprehensif yang
dlatnbusikan ke pemilik entitas induk attrlbutable to owners of the

parent
i 1 .£29.718} _ l2.2fi4.l5Q} _ 7610-6281

Rugi bersih per saham- dasar dan Net loss per share- basic and
dlluslan (Rupiah penuh} (226.321 = 7310.961 _ 7141-43} diluted (ful! Rupiah)

Berdasarkan laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain perusahaan tidak
mengungkapkan kerugian penurunan nilai aset tetap yang sesuai dengan PSAK 48 paragraf 61 yang
menyatakan bahwa rugi penurunan nilai aset yang tidak direvaluasi diakui dalam laba rugi, namun
perusahaan mengungkapkan secara rinci dalam catatan atas laporan keuangan. Namun pada tahun 2015
penurunan nilai aset sebesar Rp. 23.261.000.000 di catat pada akun beban pokok penjualan dan
penghapusan penurunan nilai sebesar Rp 17.000.000 diungkapkan di laporan posisi keuangan dan
catatan atas laporan keuangan.
Catatan.1'
NotftS 2-0115 2014*) 2013°)

ASET LANCAR CURRENT ASSETS


KHS dan sritara kas 195,259 56.162 360.B15 Caaftand casti apmvatenis
Piutang usaha: 5 Trada jwttei'vaJUisi-
- Pihak berelasi 25,380 19,617 1.299 Related parhes -
- Hhakltetyg^ sdaWi Third partrss -
dikurangi provisi jwt of provisioa
penurunan nilai !of Hnpa/rmant
piutang usaha: o! trade
Rp 4.656 recervahtes: Rp 4.656
(2014; Rp 5.05.2, (2014. Rp 5,052.
2013: Rp 6.293) 509,367 712,176 271,884 2013: Rp 5.298)
Piutang lain-lain: Oifiar reca>v abSes:
- Pihak berelasi 5,945 2.0SS 4.191 Re.iatit.ti parbas -
- Pihak ketiga 123,166 67,892 14.304 TTurdpartses -
Ranadaan 6 5,S62,B96 5,096,435 5.038.069
Pajak dibayar dimuka: Prepa.'u1 fa**®:
- Pajak penghasilan
badan 13a 451,31B 316,319 262,405 CfirpCwala ir*MulW tax -
- Pajak lainnya 13a 281,169 223,046 160.511 Other tauts -
Aset yang dimiliki untuk dijual 7 10,861 Assats heid forsate
Beban dibayar dimuka 3&.10B 44,272 61.763 prepaymertls
Uang muka B.352 2.166 1.903 Ath/ancas
E. ,5 5-3.344
Jumlah aset lancar 7,594,019 _ _
6,177,244 Total curr&rtt assefs

ASET TIDAK LANCAR NON-CURRENT ASSETS


Uang muka pembelian 142,041 397.995 499.169 Advances tar fxeti assats
aset tetap
Beban dibayar dimuka 19,225 20.280 23.794 prtpaytnaplt
Aset pajak tangguhan 13d 545,037 53,386 554.208 Dafsmd tax assats
As«l tetap, satelah Fixedassa!s, naiof
dikurangi akumulasi accirmufateti tiepreoatian
penyusutan dan and prt>zrsro.n far
provisi p enurunan *nv»irrnsrtf
rtlad sabasar Rp 1.343.622 «MLNUt
(2014: Rp 1.171.235. {2014: 1,171.235.
2013. Rp 1.019.957) 7 4,332.221 3,768.657 2.651,799 2013. Rp 1.019.957)
GoodlUltt 19,871 19.871 19,871 Goodwrif
Aset IEU n4ain 14.B99 B.234 9.171 Otfier assats
Jumlah asal tidak lancar 5,073,295 _ 4,268,423 _ 3.75B.012 Tual non-cmvam assats

JUMLAH ASET 12.657.314 _ 10.821,467 _ 9,935.256 TOTAL ASSETS

Sedangkan laporan posisi keuangan perusahaan mengakui adanya penurunan nilai yang sudah
ditelaah manaj emen mempengaruhi turunnya nilai suatu aset tetap pada tahun 2015 dan 2014 aset tetap
menjadi sebesar Rp 4.332.221.000.000 dan Rp 3.768.657.000.000. Berdasarkan informasi bahwa
terjadinya penurunan nilai aset tetap sesuai dengan PSAK 48 memiliki pengaruh yang negatif karena
berdampak terhadap turunnya nilai aset perusahaan. Dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehenshif lain turunnya suatu aset akan berdampak negatif dikarenakan kerugian penurunan nilai
aset tetap dapat mengurangi laba perusahaan.

Terakhir untuk tahun 2015 dan 2014 entitas tidak mengungkapkan secara rinci jumlah aset- aset
tetap yang diestimasi untuk menghasilkan jumlah terpulihkan. PT.Bentoel dan anak perusahaan
mengevaluasi penurunan nilai aset non-keuangan apabila terdapat perubahan keadaan yang
mengindikasikan bahwa nilai tercatat aset mengalami penurunan nilai. Bila tidak memungkinkan untuk
mengestimasi jumlah terpulihkan atas suatu aset individual, Pt Bentoel mengestimasi jumlah
terpulihkan dari unit penghassil kas atau aset.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Aset korporat adalah suatu aset selain goodwill yang berkontribusi terhadap arus kas masa
depan baik dari unit penghasil kas yang sedang ditelaah maupun unit penghasil kasi lain. Pada setiap
akhir periode pelaporan, PSAK 48 mengamanatkan kepada entitas untuk menilai apakah terdapat
indikasi aset mengalami penurunan nilai. Jika terdapat indikasi tersebut, maka entitas mengestimasi
jumlah terpulihkan aset tersebut. Hal ini harus dilakukan supaya suatu entitas tidak mencatat suatu aset
melebihi jumlah terpulihkan.
Pertimbangan dalam menentukan penurunan nilai berasal dari:

1) Informasi dari luar perusahaan

> Perubahan signifikan nilai pasar


> Perubahan signifikan teknologi, pasar, ekonomi dan lingkup hukum
> Perubahan suku bunga
> Jumlah tercatat aset neto entitas melebihi kapitalisasi pasarnya
2) Informasi dari dalam perusahaan
> Bukti keusangan atau kerusakan fisik aset
> Perubahan signifikan atas penggunaan, penghentian dan masa manfaat aset
> Bukti internal mengindikasikan bahwa kinerja ekonomi aset lebih buruk dari yang
diharapkan
Jumlah terpulihkan (recoverable amount) adalah senilai jumlah mana yang lebih besar antara
nilai wajar (setelah dikurangi biaya untuk pelepasan aset) atau nilai pakai (present value dari estimasi
future cash flow aset). Suatu aset dikatakan mengalami penurunan nilai (impaired) bila jumlah tercatat
(nilai buku) aset melebihi jumlah terpulihkan. Pada kasus demikian, suatu entitas mengakui rugi
penurunan nilai dan harus dinyatakan dalam laporan laba rugi.
Berdasarkan hasil pembahasan PT Bentoel Tbk. Mengakui adanya indikasi penurunan nilai aset
tetap sesuai dengan PSAK 48 yaitu nilai tercatat melebihi nilai terpulihkan. Berdasarkan laporan laba
rugi dan penghasilan komprehensif lain perusahaan tidak mengungkapkan kerugian penurunan nilai
aset tetap yang sesuai dengan PSAK 48 paragraf 61 yang menyatakan bahwa rugi penurunan nilai aset
yang tidak direvaluasi diakui dalam laba rugi, namun perusahaan mengungkapkan secara rinci dalam
catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan informasi bahwa terjadinya penurunan nilai aset tetap
sesuai dengan PSAK 48 memiliki pengaruh yang negatif karena berdampak terhadapturunnya nilai aset
perusahaan. Dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehenshif lain turunnyasuatu aset akan
berdampak negatif dikarenakan kerugian penurunan nilai aset tetap dapat mengurangi laba perusahaan.
Untuk pengaruh penerapan penurunan nilai aset tetap sendiri akan berdampak negatif terhadap
laporan keuangan perusahaan yaitu dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain
turunanya suatu aset akan berdampak terhadap laba perusahaan karena adanya beban atau kerugian
penurunan nilai aset tetap dan dalam laporan posisi keuangan turunnya suatu aset akan berdampak
terhadap nilai aset tetap yang diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan dan akan disajikan
dalam laporan posisi keuangan sebagai aset tetap bersih.
4.2 SARAN
Sebaiknya pada laporan keuangan yang dibuat oleh PT. Bentoel Investama Tbk,
mengungkapkan secara rinci jumlah nilai terpulihkan dari masing-masing aset tetap didalam catatan
atas laporan keuangan, tidak hanya mencantumkan total penurunan nilai yang diestimasikan oleh
manajemen saja, sehingga para pengguna laporan keuangan dapat mengetahuinya secara rinci dan
menyeluruh.
DAFTAR PUSTAKA

Ikatan Akuntan Indonesia. (2014). Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia.https://www.bentoelgroup.com/ Di akses pada tanggal 9 November 2022 pada
pukul 10.00

Kieso, D., Weygandt, J., & Warfield, T. (2013). Intermediate Accounting Fifteenth
Edition. NewJersey: John Wiley & Sons, Inc.
Aryanto, Stefanus. 2021. PSAK 48 dan PSAK 58. Diakses melalui
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/643986/mod_resource/content/2/%5BSlide%5
D%20Minggu%208-PSAK%2048%20dan%20PSAK%2058.pdf pada 7 November 2022

Ikatan Akuntan Indonesia. 2014. Pernyataan Standar Akuntansi Indonesia (PSAK) No. 48:
Penurunan Nilai Aset. Jakarta: IAI

Anda mungkin juga menyukai