Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

“IMBALAN KERJA, SESUAI PSAK 24 DAN


CONTOH-CONTOH PENERAPAN,
PERHITUNGAN DAN PELAPORANNYA”

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 4

Remon Sulfitra (1910531016)


Melsi Oktaviana (1910531020)
Rafikha Erita Humairah (1910531045)
Aldi Dwi Saputra (1910531046))

Dosen Pengampu : Dr. Annisa Rahman, S.E., M.Si., Ak., CA

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
DAN BISNIS
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
DAFTAR ISI
Daftar Isi............................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan Pembahasan................................................................................... 2
BAB II Pembahasan....................................................................................................... 4
2.1 PSAK 24 : Akuntansi Imbalan Kerja.......................................................4
2.1.1 Tujuan............................................................................................. 4
2.1.2 Ruang Lingkup............................................................................... 4
2.1.3 Definisi.............................................................................................4
2.2 Jenis Imbalan Kerja................................................................................... 8
2.3.1 Imbalan Kerja Jangka Pendek......................................................8
2.3.2 Imbalan Pasca Kerja......................................................................10
2.3.3 Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain........................................... 22
2.3.4 Pesangon..........................................................................................23
2.3 Perkembangan PSAK 24........................................................................... 25
2.3.1 Revisi 2015 – Iuran Pekerja.......................................................... 25
2.3.2 Penyesuaian 2016............................................................................26
2.3.3 Penyesuaian 2018............................................................................26
2.3.4 Dampak Covid-19...........................................................................27
2.4 Penghentian Pekerja.................................................................................. 28
2.5 Contoh Perhitungan Imbalan manfaat pasti........................................... 28
BAB III Penutup............................................................................................................... 30
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 30
Daftar Pustaka..................................................................................................................... 31

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Imbalan kerja adalah imbalan atas jasa yang diberikan oleh pekerja kepada entitas.
Imbalan kerja diakui secara akrual yaitu pada saat pekerja memberikan jasanya pada entitas,
bukan pada saat dibayarkan (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24, 2018).
Penerapan PSAK 24 dilatar belakangi oleh UU No 13 Tahun 2003 (UU Ketenagakerjaan)
tentang imbalan kerja yang secara umum yang mengatur mengenai tata cara pemberian
imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Imbauan-imbauan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan
tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusahaan (PP) atau di Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja dan tentu saja pada ketentuan di
dalam UU Ketenagakerjaan.
Dengan berlakunya UUK ini mengakibatkan perusahaan akan dibebani dengan jumlah
pembayaran pesangon yang tinggi terutama untuk perusahaan yang memiliki karyawan
ribuan orang. Oleh karena itu, untuk mencegah terjadinya kemungkinan terganggunya arus
kas perusahaan akibat dari ketentuan dalam UU No 13 tahun 2003, maka dari itu PSAK 24
mengharuskan perusahaan untuk membukukan pencadangan atas kewajiban pembayaran
pesangon/imbalan kerja dalam laporan keuangannya. Pernyataan ini mengharuskan pemberi
kerja (entitas) untuk mengakui: Liabilitas, jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak
memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan dan Beban, jika entitas
menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang
berhak memperoleh imbalan kerja.
Imbalan kerja dibagi menjadi Imbalan Kerja Jangka Pendek: yaitu imbalan kerja yang
jatuh temponya kurang dari 12 bulan. Imbalan Pasca Kerja: yaitu imbalan kerja yang
diterima pekerja setelah pekerja sudah tidak aktif lagi bekerja. Imbalan Kerja Jangka
Panjang: Yaitu imbalan kerja yang jatuh temponya lebih dari 12 bulan. Imbalan Pemutusan
Kontrak Kerja (PKK): Yaitu imbalan kerja yang diberikan karena perusahaan berkomitmen
untuk: (1) Memberhentikan seorang atau lebih pekerja sebelum mencapai usia pensiun
normal, atau (2) Menawarkan pesangon PHK untuk pekerja yang menerima penawaran
pengunduran diri secara sukarela (golden shake hand). Imbalan ini dimasukan ke dalam
pernyataan PSAK-24, jika dan hanya jika perusahaan sudah memiliki rencana secara jelas
dan detail untuk melakukan PKK dan kecil kemungkinan untuk membatalkannya.

1
Prinsip akuntansi accrual basis membuat perusahaan harus menerapkan PSAK-24.
Prinsip akuntansi accrual basis, yaitu perusahaan harus mempersiapkan
(mencadangkan/mengakui) utang (liability), untuk imbalan yang akan jatuh tempo nanti.
Selanjutnya, tidak ada kewajiban yang tersembunyi. Maka dari itu berarti jika di dalam
laporan keuangan tidak ada akun untuk imbalan pasca kerja (melalui PSAK 24), maka
secara tidak langsung perusahaan sebenarnya “menyembunyikan” kewajiban untuk imbalan
pasca kerja. Berkaitan dengan arus kas, jika ada karyawan yang keluar karena pensiun dan
perusahaan memberikan manfaat pesangon pensiun kepada karyawan tersebut, maka pada
periode berjalan perusahaan harus mengeluarkan sejumlah uang yang mengurangi laba
perusahaan. Jika dari awal perusahaan sudah mencadangkan imbalan pensiun ini (imbalan
pasca kerja), maka imbalan pensiun yang dibayarkan tersebut tidak akan secara langsung
mengurangi laba, akan tetapi akan mengurangi pencadangan/accrual/kewajiban atas imbalan
pasca kerja yang telah di catatkan perusahaan di laporan keuangan. Oleh karena itu penting
sekali agar PSP menjadikan PSAK 24 ini sebagai materi dalam perundingan PKB di masing-
masing perusahaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan, ruang lingkup, pengertian, jenis dan contoh akuntansi imbalan kerja
sesuai dalam PSAK 24 ?
2. Bagaimana pengakuan dari imbalan kerja sesuai dengan PSAK 24 ?
3. Bagaimana pengungkapan imbalan kerja sesuai dengan PSAK 24 ?
4. Bagaimana contoh kasus dan perhitungan dari masing-masing jenis imbalan kerja yang
sesuai di PSAK 24 ?
5. Bagaimana perkembangan PSAK 24 dan dampak pandemi Covid-19 ?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui tujuan, ruang, lingkup, pengertian, jenis dan contoh akuntansi imbalan
kerja dalam PSAK 24
2. Untuk mengetahui pengakuan dari imbalan kerja sesuai dengan PSAK 24
3. Untuk mengetahui pengungkapan imbalan kerja sesuai dengan PSAK 24
4. Untuk mengetahui contoh kasus dan perhitungan dari masing-masing jenis imbalan kerja
yang sesuai di PSAK 24
5. Untuk mengetahui perkembangan PSAK 24 di masa pandemi Covid-19

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PSAK 24 : Akuntansi Imbalan Kerja


2.1.1 Tujuan
Pernyataan ini bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan imbalan kerja.
Pernyataan ini mengharuskan entitas mengakui :
(a) Liabilitas jika pekerja telah memberikan jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja
yang akan dibayarkan di masa depan; dan
(b) Beban jika entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang
diberikan oleh pekerja yang berhak memperoleh imbalan kerja.
2.1.2 Ruang Lingkup
1. Pernyataan ini diterapkan oleh pemberi kerja dalam pencatatan seluruh imbalan kerja,
kecuali hal-hal yang telah diatur dalam PSAK 53: Akuntansi Kompensasi Berbasis
Saham.
2. Pernyataan ini tidak mengatur pelaporan oleh program imbalan kerja (lihat PSAK No.
18 (revisi 2010): Akuntansi dan Pelaporan Program Kesejahteraan Purnakarya).
Imbalan kerja diberikan melalui:
 Program formal;
 Peraturan perundang-undangan atau peraturan industri; atau
 Kebiasaan yang menimbulkan kewajiban konstruktif.
2.1.3 Definisi
Imbalan kerja adalah imbalan atas jasa yang diberikan oleh pekerja kepada entitas.
Imbalan kerja diakui secara akrual yaitu pada saat pekerja memberikan jasanya pada
entitas, bukan saat dibayarkan.
Berikut ini adalah beberapa istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:
1. Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas dalam
pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi kontrak kerja.
2. Imbalan kerja jangka panjang adalah seluruh imbalan kerja selain imbalan kerja
jangka pendek, imbalan pascakerja, dan pesangon.
3. Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain dari pesangon) yang
diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir
periode pelaporan tahunan dimana pekerja memberikan jasa terkait.
4. Imbalan pasca kerja adalah imblan kerja (selain pesangon dan imbalan kerja jangka
3
pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan kontrak kerja.
5. Pesangon adalah imblan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi perjanjian
kerja dengan pekerja sebagai akibat dari :
a) Keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia purnakarya
normal atau
b) Keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran ats terminasi
perjanjian kerja.
6. Program imbalan pascakerja adalah pengaturan formal atau infomal dimana entitas
memberikan imbalan pascakerja bagi satu atau lebih pekerja.
7. Program imbalan pasti adalah program imbalan pasca kerja yang bukan merupakan
program iuran pasti.
8. Program iuran pasti adalah program imbalan pascakerja dimana entitas membayar
iuran tetap kepada entitas terpisah (dana) dan tidak memiliki kewajiban hukum atau
kewajiban konstruktif untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait dengan jasa
yang diberikan oleh pekerja pada periode berjalan adan periode sebelumnya.
9. Program multipemberi kerja adalah program iuran pasti atau program imbalan pasti
(selain program jaminan sosial) yang:
a) Menyatukan aset yang dikontribusikan oleh beberapa entitas yang tidak
sepengendali dan
b) Menggunakan aset tersebut untuk memberikan imbalan kepada para pekerja yang
berasal lebih dari satu entitas, dengan dasar bahwa tingkat iuran dan imbalan
ditentukan tanpa memperhatikan identitas entitas yang memperkerjakan pekerja
tersebut.
10. Aset program terdiri atas:
a) Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang dan
b) Polis asuransi yang memenuhi syarat.
11. Aset yang dimiliki oleh dana imbalan kerja jangka panjang adalah aset (selain
instrumen keuangan yang diterbitkan entitas pelapor yang tidak dapat dialihkan)
yang:
a) Dimiliki oleh entitas (dana) yang terpisah secara hukum dari entitas pelapor dan
didirikan semata-mata untuk membayar atau mendanai imbalan kerja dan
b) Tersedia digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan kerja, tidak
dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor (walaupun dalam
keadaan bangkrut), dan tidak dapat dikembalikan kepada entitas pelapor, kecuali

4
dalam keadaan:
i. Aset dana telah mencukupi untuk memenuhi seluruh kewajiban imbalan
kerja terkait program atau entitas pelapor atau,
ii. Aset dikembalikan kepada entitas pelapor untuk pengganti imbalan kerja
yang telah dibayarkan oleh entitas.
12. Batas atas aset adalah nilai kini dari manfaat ekonomik yang tersedia dalam bentuk
pengembalian dana dari program atau pengurangan iuran masa depan untuk program
tersebut.
13. Defisit atau surplus adalah:
a) Nilai kini dari kewajiban imbalan pasti dikurangi
b) Nilai wajar dari aset program (jika ada)
14. Liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah defisit atau surplus, yang disesuaikan
unruk setiap dampak terhadap pembatasan aset imbalan pasti neto ke batas atas aset.
15. Nilai kini kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari pembayaran masa depan
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban atas jasa pekerja periode berjalan
dan periode-periode sebelumnya. Nilai kini dalam perhitumgam tersebut tidak
dikurangi dengan aset program.
16. Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga
yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran.
17. Polis asuransi yang memenuhi syarat adalah polis asuransi yang diterbitkan oleh
asuradur yang bukan merupakan pihak berelasi (sebagaimana didefisinikan dalam
PSAK 7, pengungkapan pihak-pihak berelasi) dengan entitas pelapor, jika hasil polis
tersebut:
a) Digunakan hanya untuk membayar atau mendanai imbalan kerja dalam program
imbalan pasti, dan
b) Tidak dapat digunakan untuk membayar utang entitas pelapor (walaupun dalam
keadaan bangkrut) dan tidak dapat dikembalikan kepada entitas plapor, kecuali
dalam keadaan:
i. Hasil polis mencerminkan surplus aset yang tidak dibutuhkan polis untuk
memenuhi seluruh kewajiban imbalan kerja, atau
ii. Hasil polis dikembalikan ke entitas pelapor untuk mengganti imbalan kerja
yang tidak dibayarkan oleh entitas.
18. Biaya jasa terdiri atas:

5
a) Biaya jasa kini, yaitu kenaikan nilai kini kewajiban imblan pasti yang berasal
dari jasa pekerja dalam periode berjalan.
b) Biaya jasa lalu yaitu perubahan nilai kini kewajiban imbalan pasti atas jasa
pekerja pada periode sebelumnya, sebagai akibat dari amandemen program
(pemberlakuan awal atau pembatalan atau perubahan program imbalan pasti)
atau kuartailmen (penurunan signifikan yang dilakukan oleh entitas dalam hal
jumlah pekerja yang ditanggung oleh program) dan
c) Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian.
19. Bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto adalah perubahan selama periode
atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang timbul dari berlalunya waktu
20. Imbalan hasil aset program adalah bunga, dividen, dan penghasilan lain yang berasal
dari aset program, termasuk keuntungan atau kerugian aset program yang telah atau
belum direalisasi, dikurangi:
a) Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi aktuarial awal
dengan apa yang secara aktual terjadi) dan
b) Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.
21. Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto terdiri atas :
a) Keuntungan dan kerugian aktuarial
b) Imbal hasil atas aset program, tidak termasuk jumlah yang dimasukkan dalam
bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto, dan
c) Setiap perubahan atas dampak batas atas aset, tidak termasuk jumlah yang
dimasukkan dalam bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto.
22. Keuntungan dan kerugian aktuarial adalah perubahan atas nilai kini dari kewajiban
imbalan pasti sebagai akibat dari:
a) Penyesuaian pengalaman (dampak dari perbedaan antara asumsi aktuarial awal
dengan apa yang secara aktual terjadi) dan
b) Pengaruh perubahan asumsi aktuarial.
23. Penyelesaian adalah transaksi yang menghilangkan seluruh kewajiban hukum atau
kewajiban konstruktif lebih lanjut untuk bagian atau seluruh imbalan yang diberikan
berdasarkan program imbalan pasti, selain pembayaran imbalan kepada, atau atas
nama, pekerja yang diatur dalam ketentuan program dan termasuk dalam asumsi
aktuarial.
2.2 Jenis Imbalan Kerja
2.2.1 Imbalan Kerja Jangka Pendek

6
1. Definisi
Jatuh tempo ≤ 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan jasa.
Imbalan kerja jangka pendek mencakup hal-hal seperti:
(a) upah, gaji, dan iuran jaminan sosial;
(b) cuti-berimbalan jangka pendek (seperti cuti tahunan dan cuti sakit) di mana
ketidakhadiran diperkirakan terjadi dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan saat pekerja memberikan jasanya;
(c) utang bagi laba dan utang bonus dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode saat
pekerja memberikan jasanya; dan
(d) imbalan non-moneter (seperti imbalan kesehatan, rumah, mobil dan barang atau jasa
yang diberikan secara cumacuma atau melalui subsidi) untuk pekerja.
2. Pengakuan dan Pengukuran Imbalan Kerja Jangka Pendek
Ketika pekerja telah memberikan jasanya kepada entitas dalam suatu periode
akuntansi, entitas harus mengakui jumlah tak-terdiskonto (undiscounted amount) atas
imbalan kerja jangka pendek yang diperkirakan untuk dibayar sebagai imbalan atas jasa
tersebut:
(a) sebagai liabilitas (biaya akrual), setelah dikurangi jumlah yang telah dibayar. Apabila
jumlah yang telah dibayar melebihi jumlah tak-terdiskonto dari imbalan tersebut,
entitas harus mengakui kelebihan tersebut sebagai aset (beban dibayar di muka) sejauh
pembayaran tersebut akan menimbulkan, misalnya, pengurangan pembayaran di masa
depan atau pengembalian kas; dan
(b) sebagai beban, kecuali Pernyataan lain mewajibkan atau membolehkan imbalan
tersebut termasuk dalam biaya perolehan aset (lihat, misalnya, PSAK 14 (revisi 2007):
Persediaan, dan PSAK 16 (revisi 2007): Aset Tetap).
Contoh Imbalan Kerja Jangka Pendek
1. Imbalan – Cuti
Entitas mengakui biaya ekspektasian imbalan kerja jangka pendek dalam bentuk cuti
berbayar :
a. dalam hal cuti berbayar dapat diakumulasi  pada saat pekerja memberikan jasa.
b. dalam hal cuti berbayar tidak dapat diakumulasi  pada saat cuti terjadi.
Entitas mengukur biaya ekspektasian dari cuti berbayar yang dapat diakumulasi
sebagai jumlah tambahan yang diharapkan akan dibayar oleh entitas akibat hak yang
belum digunakan dan telah terakumulasi pada akhir periode pelaporan.
Ilustrasi perhitungan :

7
• PT. Chandra Tbk memiliki 100 karyawan yang diberikan cuti berimbalan sebesar Rp
1.000.000 untuk 10 hari kerja. Selama tahun 2015, karyawan yang cuti 6 hari 80 orang
sedangkan sisanya cuti 10 hari kerja.
• Jika Tidak Diakumulasi
Beban cuti berimbalan 680.000.000 ((20x10)+(80x6))x1.000.000)
Kas 680.000.000
• Jika Diakumulasi
Beban cuti berimbalan 680.000.000 ((20x10)+(80x6))x1.000.000)
Kas 680.000.000
Beban cuti berimbalan 320.000.000 (80x4)x1.000.000)
Utang gaji 320.000.000
2. Program Bagi Laba dan Bonus
Entitas mengakui prakiran biaya atas pembayaran bagi laba dan bonus yang diatur dalam
paragraf 10 jika, dan hanya jika:
(a) entitas mempunyai kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atas pembayaran beban
tersebut sebagai akibat dari peristiwa masa lalu; dan
(b) kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal. Kewajiban kini timbul jika, dan hanya
jika, entitas tidak mempunyai alternatif realistis lainnya kecuali melakukan pembayaran.
Ilustrasi Perhitungan :
PT. Chandra pada 15 Februari 2016 menyelesaikan laporan keuangan tahun 2015.
Berdasarkan laba tahun 2015, ditetapkan bonus untuk karyawan sebesar Rp 200milyar dan
tantiem untuk direksi dan komisaris sebesar Ro 40milyar.
Dibuat jurnal penyesuaian
Beban bonus 240 milyar
Utang bonus 240 milyar
Pengungkapan :
Imbalan kerja jangka pendek untuk manajemen kunci sesuai dengan PSAK 7
Pengungkapan dalam laporan keuangan jumlah gaji yang diterima oleh manajemen kunci
 direksi dan komisaris

8
2.2.2 Imbalan Pasca Kerja
1. Definisi
Menurut PSAK 24, imbalan pasca kerja adalah imbalan kerja (selain pesangon dan
imbalan kerja jangka pendek) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya.
Contoh imbalan pascakerja adalah tunjangan purnakarya seperti pensiun dan imbalan
pasca kerja lain, seperti asuransi jiwa dan tunjangan kesehatan pasca kerja.
 Imbalan yang diberikan kepada pekerja setelah pekerja tersebut tidak lagi bekerja.
 Konsep akrual mengharuskan beban tersebut dibebankan saat pekerja memberikan
jasanya kepada entitas.
 Bentuk imbalan pasca kerja
Imbalan purna karya seperti pensiun atau pembayaran lumpsum pada saat purnakarya.
Imblan pasca kerja lain seperti asuransi jiwa atau fasilitas Kesehatan
 Imbalan pasca kerja ditentukan berdasarkan perjanjian kerja, kewajiban hukum atau
konstruktif.
 UU 13 Ketenagakerjaan mewajibkan perusahaan membayar kepada pekerja saat terjadi
pemutusan hubungan kerja (PHK) karena berapa sebab: pensiun, kesalahan berat,
pelanggaran, mengundurkan diri, restrukturisasi usaha, perusahaan rugi, efisiensi,
pailit, pekerja meninggal dunia, usia pensiun, mangkir, sakit berkepanjangan.
 UU menentukan jumlah minimal yang harus dibayarkan – manfaat pasti
Contoh Imbalan Pascakerja
Dana Pensiun
Undang-undang No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun  Program pascakerja
dilakukan dengan pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri,
tidak diperkenankan membentuk cadangan dalam perusahaan untuk pembayaran imbalan
kerja.
Program yang “didanai” atau funded  perusahaan menyediakan dana untuk
pembayaran pensiun.
Dana pensiun :
a. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) khusus untuk perusahaan pendiri atau mitra
pendiri.
b. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)  dibentuk oleh bank atau perusahaan
asuransi jiwa  program pensiun iuran. Peserta karyawan dari berbagai perusahaan
(multi pemberi kerja) ataupun perorangan.
Jenis Program :

9
1. Program Iuran Pasti
 Risiko aktuaria ditanggung peserta
 Kewajiban hukum terbatas pada jumlah yang disepakati sebagai iuran yang
terpisah.
2. Program Manfaat Pasti
(a) kewajiban entitas adalah menyediakan imbalan yang dijanjikan kepada pekerja
maupun mantan pekerja; dan
(b) risiko aktuarial (imbalan akan menyebabkan biaya yang lebih besar dari yang
diperkirakan) dan risiko investasi menjadi tanggungan entitas. Jika berdasarkan
pengalaman, risiko aktuarial atau investasi lebih buruk daripada yang diperkirakan,
maka kewajiban entitas akan meningkat.
2. Penjelasan Program
1. Program multipemberi kerja
Entitas mengklasifikasikan program multipemberi kerja sebagai program iuran pasti
atau program imbalan pasti sesuai dengan persyartan program tersebut (termasuk
kewajiaban kontuktif apapun diluar ketentuan formal).
Jika entitas berpartisipasi dalam program imbalan pasti multipemberi kerja, kecuali
paragraf 34 diterapkan, maka entitas:
a) Melaporkan bagian proposionalnya atas kewajiban imbalan pasti, aset program, dan
biaya terkait dengan program tersebut dengan cara yang sama dengan program
imbalan pasti lain dan,
b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragraf 135-148 (kecuali paragraf
148 d )
Ketika informasi memadai tidak tersedia dalam menerapkan akuntasi imbalan pasti
untuk program imbalan pasti multipemberi kerja, maka entitas:
a) Mencatat program sesuai dengan pengaturan di paragraf 51 dan 52 seolah- olah
sebagai program iuran pasti dan
b) Mengungkapkan informasi yang disyaratkan oleh paragraf 148
Mungkin terdapat perjanjian kontraktual antara program multipemberi kerja dan
pesertanya yang menentukan bagaimana surplus program akan didistribusikan kepada
peserta (atau bagaimana defisit didanai). Peserta dalam program multipemberi kerja
dengan perjanjian yang demikian yang melaporkan program sebagai program iuran pasti
sesuai dengan paragraf 34 mengakui aset atau liabilitas yang timbul dari perjanjian
kontraktual dan hasil penghasilan atau beban dalam beban laba rugi.

10
Contoh Ilustrasi
Entitas berpartisipasi dalam program imblan pasti multipemberi kerja yang tidak
menyiapkan penilaian program berdasarkan PSAK 24: imbalan kerja. Oleh karena itu
multipemberi kerja melaporkan program tersebut seolah-olah program tersebut
merupakan program iuran pasti. Penilaian pendanaan yang tidak termasuk dalam PSAK
24 menunjukkan defisit dalam program sebesar Rp100 juta. Program telah menyetujui
berdasarkan kontrak jadwal kontribusi dengan pemberi kerja yang berpartisipasi dalam
program akan menghilangkan defisit selama lima tahun kedepan. Total iuran entitas
berdasarkan kontrak sebesar Rp8 juta.
Entitas mengakui liabilitas untuk iuran disesuaikan dengan nilai waktu mata uang
dan beban yang sama dalam laba rugi.
Dalam menentukan kapan mengakui, dan bagaimana mengukur, liabilitas terkait dengan
penyelesaian program imbalan pasti multipemberi kerja, atau keluarnya entitas dari
program imbalan pasti multipemberi kerja, entitas menerapkan PSAK 57: provisi,
liabilitas kontinjensi, dan aset kontinjensi.
2. Program jaminan sosial
Entitas mencatat program jaminan sosial dengan cara yang sama seperti program
multipemberi kerja
3. Program Imbalan Pasti yang Membagi Risiko antar
Berbagai Entitas Sepengendali Program imbalan pasti yang membagi risiko antar
berbagai entitas sepengendali, misalnya, entitas induk dan entitas anak, bukan
merupakan program multipemberi kerja.
Entitas yang berpartisipasi dalam program tersebut memperoleh informasi tentang
program secara keseluruhan diukur sesuai dengan PSAK 24 berdasarkan asumsi yang
memberlakukan program secara keseluruhan. Jika ada perjanjian kontraktual atau
kebijakan tertulis untuk membebankan biaya imbalan pasti neto atas program secara
keseluruhan yang diukur sesuai dengan PSAK 24 terhadap entitas kelompok individual,
maka entitas mengakui biaya imbalan pasti neto yang dibebankan di dalam laporan
keuangannya baik terpisah atau individual. Jika tidak ada kesepakatan atau kebijakan
seperti itu, maka biaya imbalan pasti neto diakui dalam laporan keuangan tersendiri
atau individu dari kelompok entitas yang secara hukum mendukung program tersebut.
Kelompok entitas lain, dalam laporan keuangan tersendiri atau individu, mengakui
biaya sama dengan iuran yang terutang untuk periode tersebut.
Partisipasi dalam program tersebut merupakan transaksi pihak-pihak yang

11
mempunyai hubungan istimewa untuk setiap kelompok entitas. Suatu entitas harus,
dalam laporan keuangan tersendiri atau individual, membuat pengungkapan berikut:
a) perjanjian kontraktual atau kebijakan tertulis untuk pembebanan biaya imbalan
pasti neto atau bukti bahwa tidak ada kebijakan seperti itu.
b) kebijakan untuk menentukan iuran yang harus dibayar oleh entitas.
c) jika entitas mencatat alokasi biaya imbalan pasti neto sesuai dengan paragraf 37,
seluruh informasi mengenai program secara keseluruhan sesuai dengan paragraf
134 - 136.
d) jika entitas mencatat iuran yang terutang untuk periode sesuai dengan paragraph 37,
informasi tentang program secara keseluruhan disyaratkan sesuai dengan paragraph
135 (b) - (e), (j), (n), (o), (q) dan 136. Pengungkapan lain yang disyaratkan oleh
paragraf 135 tidak berlaku.
4. Imbalan yang dijamin
Entitas dapat membayar premi asuransi untuk mendanai program imbalan
pascakerja. Entitas memperlakukan program tersebut sebagai program iuran pasti,
kecuali jika entitas akan memiliki kewajiban hukum atau kewajiban kontruktif (baik
secara langsung maupun tidak langsung melalui program):
a) Untuk membayar imbalan kerja secara langsung pada saat jatuh tempo atau
b) Untuk membayar tambahan imbalan jika asuradur tidak membayar seluruh
imbalan kerja masa depan yang timbul dari jasa pekerja periode berjalan dan
periode sebelumnya.
Jika entitas masih memiliki kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif, maka
entitas memperlakukan program tersebut sebagai program imbalan pasti.
5. Program iuran pasti
Pengakuan dan pengukuran
Ketika pekerja telah memberikan jasa kepada entitas selam suatu periode, entitas
mengakui iuran terutang kepada program iuran pasti atas jasa pekerja:
a) Sebagai liabilitas (beban akrual), setelah dikurangi dengan iuran yang telah
dibayar, jika iuran yang telah dibayar tersebut melebihi iuran terutang untuk jasa
sebelum akhir periode pelaporan, maka entitas mengakui kelebihan tersebut
sebagai aset (beban dibayar dimuka) sepanjang kelebihan tersebut akan
mengurangi pembayaran iuran masa depan atau pembayaran kembali dalam
bentuk kas.
b) Sebagai beban, kecuali PSAK lain mensyaratkan atau mengizinkan iuran

12
tersebut untuk dimasukan dalam biaya perolehan aset.
Ketika iuran pada program iuran pasti yang tidak diharapkan akan diselesaikan
seluruhnya sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan saat
pekerja memberikan jasanya, maka iuran tersebut didiskonto dengan menggunakan
tingkat diskonto yang diatur di paragraf 83. Entitas mengungkapkan jumlah yang
diakui sebagai beban untuk program iuran pasti.
Seperti yang disyaratkan oleh PSAK 7 (revisi 2010): Pengungkapan Pihak-pihak yang
Mempunyai Hubungan Istimewa suatu entitas mengungkapkan informasi tentang iuran
untuk program iuran pasti atas anggota manajemen kunci.
6. Program imbalan pasti
Pengakuan dan pengukuran
Entitas menentukan jumlah liabilitas (aset) imbalan pasti neto dengan
keteraturan yang memadai bahwa jumlah yang diakui dalam laporan keuangan tidak
berbeda secara material dengan jumlah yang akan ditentukan pada akhir periode
pelaporan.
Akuntansi untuk kewajiban kontruktif
Entitas mencatat tidak hanya kewajiban hukum berdasarkan persyaratan format
program imbalan pasti, tetapi juga kewajiban konstruktif yang timbul dari praktik
informasi entitas. Praktik informal akan menimbulkan kewajiban konstruktif jika
entitas tidak memiliki pilihan realistis lain kecuali membayar imbalan kerja. Contoh
kewajiban konstruktif adalah ketika perubahan dalam praktik informasi entitas
menyebabkan memburuknya hubungan kerja antara entitas dan para pekerjanya.
Laporan posisi keuangan
Entitas mengakui liabilitas (aset) imbalan pasti neto dalam laporan posisi keuangan.
Ketika entitas memiliki surplus dalam program imbalan pasti, maka entitas
mengukur aset imbalan pasti neto pada jumlah yang lebih rendah antara:
a) Surplus program imbalan pasti dan,
b) Batas atas aset, yang ditentukan dengan mennggunakan tingkat diskonto yang
dijelaskan dalam paragraf 83.
Metode penilaian akuarial
Entitas menggunakan metode projected unit credit untuk menentukan nilai kini
kewajiban imbalan pasti, biaya jasa kini terkait, dan biaya jasa lalu (jika dapat
diterapkan).
Metode projected unit credit (sering kali disebut sebagai metode imbalan yang

13
diakru secara prorata sesuai jasa atau sebagai metode imbalan atau tahun jasa)
menganggap setiap periode jasa akan menghasilkan satu unit tambahan hak atas
imbalan (lihat paragraf 70-74) dan mengukur setiap unit secara terpisah untuk
membentuk kewajiban akhir.
Contoh ilustrasi
Imbalan lump sum terutang saat pekerja berhenti bekerja yaitu sebesar 1% dari gaji terakhir
untuk setiap tahun jasa. Gaji pada tahun pertama adalah Rp 10.000 dan di asumsikan
meningkat sebesar 7% (majemuk) setiap tahun. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 10%
pertahun. Tabel berikut ini menunjukan bagaimana kewajiban timbul dari pekerja yang akan
pensiun pada akhir tahun ke-5, dengan asumsi tidak ada perubahan dalam asumsi aktuarial.
Untuk alasan kemudahan, contoh ini mengabaikan penyesuaian tambahan yang dibutuhkan
untuk mencerminkan kemungkinan bahwa pekerja akan berhenti bekerja sebelum atau
sesudah tanggal yang diasumsikan (akhir tahun ke-5).

Tahun 1 2 3 4 5
Imbalan diatribusikan pada:
- Tahun-tahun sebelumnya 0 131 262 393 524
- Tahun berjalan (1% dari gaji terakhir) 131 131 131 131 131
- Tahun berjalan dan tahun-tahun
131 262 393 524 655
sebelumnya
Kewajiban awal - 89 196 324 476
Bunga pada 10% - 9 20 33 48
Biaya jasa kini 89 98 108 119 131
Kewajiban akhir 89 196 324 476 655
Catatan:
1. Kewajiban awal adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun
sebelumnya.
2. Biaya jasa kini adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun berjalan.
3. Kewajiban akhir adalah nilai kini imbalan yang diatribusikan pada tahun berjalan
dan tahun-tahun sebelumnya
Pengatribusian imbalan pada periode jasa
Dalam menentukan nilai kini kewajiban imblan pasti dan biaya jasa kini terkait dan
biaya jasa lalu (jika dapat diterapkan ), entitas mengatribusikan imbalan pada periode
jasa berdasarkan formula imbalan yang dimiliki program. Akan tetapi, jika jasa pekerja

14
di tahun-tahun akhir meningkat secara material dibandingkan dengan tahun-tahun awal,
maka entitas mengatribusikan imbalan tersebut dengan dasar garis lurus, sejak:
a) Saat jasa pekerja pertama kali menghasilkan imbalan dalam program (apakah
imbalan tersebut bergantung pada jasa selanjutnya atau tidak) sampai dengan
b) Saat jasa pekerja selanjutnya tidak menghasilkan imbalan yang material dalam
program, selain dari kenaikan gaji berikutnya.
Metode projected unit credit mensyaratkan entitas untuk mengatribusikan imbalan
pada periode berjalan (untuk menentukan biaya jasa kini) dan periode berjalan dan
periode sebelumnya (untuk menentukan nilai kini kewajiban imbalan pasti). Entitas
mengatribusikan imbalan pada periode dimana kewajiban untuk memberikan imbalan
pascakerja timbul. Kewajiban tersebut timbul ketika pekerja memberikan jasa yang akan
dibalas dengan imbalan pascakerja yang akan dibayar oleh entitas pada periode
pelaporan masa depan. Teknik aktuarial memungkinkan entitas untuk mengukur
kewajiban tersebut dengan tingkat keandalan yang memadai sehingga liabilitas dapat
diakui.
Contoh ilustrasi
1. Berdasarkan program imbalan pasti, pekerja akan mendapatkan imbalan hamp sum
sebesar Rp100 untuk setiap tahun bekerja dan akan dibayarkan saat pekerja tersebut
pensiun.
Imbalan sebesar Rp100 diatribusikan ke setiap tahun. Biaya jasa kini adalah nilai
kini dari Rp100. Nilai kini dari kewajiban imbalan pasti adalah nilai kini dari Rp100
dikalikan dengan jumlah tahun jasa sampai dengan akhir periode pelaporan.
Jika imbalan harus segera dibayar saat pekerja berhenti bekerja, maka biaya jasa kini
dan nilai kini dari kewajiban imblan pasti dihitung sampai dengan tanggal saat
pekerja diperkirakan akan berhenti bekerja. Dengan demikian, karena dampak dari
pendiskontoan, jumlah biaya dan kewajiban tersebut lebih kecil dari jumlah yang
akan diterima seandainya pekerja pada akhir periode pelaporan.
2. Berdasarkan program imbalan pasti, untuk setiap jasa, pekerja akan menerima
pensiun bulanan sebesar 2,5% dari gaji terakhir sebelum pensiun. Imbalan pensiun
mulai dibayar sejak pekerja berusia 55 tahun. Cara menghitung biaya jasa kini
adalah:
a) Untuk setiap tahun bekerja pekerja akan menerima pensiun bulanan sebesar 2,5%
dari estimasi gaji terakhir sebelum pensiun (imbalan pensiun tersebut akan
diterima pekerja sejak tanggal berhenti bekerja sampai dengan berakhirnya hak
15
pensiun pekerja, misalnya karena meninggal);
b) Selanjutnya jumlah huruf (a) di atas dihitung nilai kininya pada saat tanggal
pekerja diperkirakan berhenti bekerja. Jumlah nilai kini tersebut merupakan biaya
jasa kini.
Nilai kini kewajiban imbalan pensiun pasti adalah nilai kini semua pembayaran
bulanan yang besarnya 2,5% dikalikan dengan jumlah masa kerja pekerja sampai
dengan tanggal periode pelaporan.
Biaya jasa kini dan nilai kini dari kewajiban imblan pasti harus didiskontokan
karena pembayaran pensiun dimulai di masa depan yang cukup jauh, yaitu sejak
pekerja berusia 55 tahun.
Dalam program imbalan pasti jasa pekerja akan menimbulkan kewajiban, bahkan
jika imbalan tersebut tergantung pada status bekerjanya di masa depan (dengan kata lain
belum vested). Jasa pekerja sebelum tanggal vesting menimbulkan kewajiban
konstruktif karena, pada setiap akhir periode pelaporan yang berurutan, jumlah jasa
masa depan yang harus diberikan pekerja sebelum pekerja berhak atas imbalan tersebut
menjadi berkurang.
Dalam mengakui kewajiban imbalan pasti, entitas memperhitungkan kemungkinan
bahwa beberapa pekerja tidak akan memenuhi persyaratan vesting. Serupa dengan hal
tersebut, walaupun beberapa imbalan imbalan pascakerja sebagai contoh jaminan
kesehatan pascakerja, terutang hanya jika peristiwa tertentu terjadi pada saat pekerja
tidak lagi bekerja, namun kewajiban muncul pada saat pekerja memberikan jasa yang
menimbulkan hak atas imbalan jika peristiwa tertentu tersebut terjadi. Kemungkinan
bahwa peristiwa tertentu tersebut akan terjadi mempengaruhi pengukuran kewajiban,
namun tidak menentukan apakah kewajiban tersebut ada.
Contoh ilustrasi
1. Program membayar imbalan sebesar Rp100 untuk jasa pekerja per tahun. Imbalan
tersebut vesting setelah jasa pekerja diberikan selama sepuluh tahun.
Imbalan sebesar Rp100 diatribusikan pada setiap tahun. Dalam setiap tahun
dari sepuluh tahun pertama, biaya jasa kini dan nilai kini kewajiban mencerminkan
probabilitas pekerja berhenti bekerja sebelum sepuluh tahun bekerja.
2. Program membayar imbalan sebesar Rp100 untuk jasa pekerja pertahun, diluar jasa
yang diberikan pekerja sebelum pekerja berusia 25 tahun. Imbalan tersebut langsung
menjadi vesting untuk jasa pekerja yang diberikan oleh pekerja yang telah berusia
25 tahun.
16
Tidak ada imbalan yang diatribusikan pada jasa sebelum pekerja berusia 25
tahun karena jasa sebelum usia tersebut tidak menimbulkan imbalan. Setelah
pekerja mencapai usia 25 tahun, imbalan sebesar Rp100 dialokasikan pada setiap
tahun bekerja.
Asumsi aktuarial
Asumsi aktuarial tidak boleh bias dan harus selaras satu dengan yang lain. Asumsi
keuangan didasarkan pada tingkat harapan pasar, pada akhir periode pelaporan selama
periode dimana kewajiban akan diselesaikan.
Asumsi aktuarial: mortabilitas
Entitas menentukan asumsi mortabilitas dengan mengacu pada estimasi terbaik dari
mortabilitas peserta program baik selama dan setelah kontrak kerja.
Asumsi aktuarial: tingkat diskonto
Tingkat yang digunakan untuk mendiskonto kewajiban imbalan pascakerja (baik yang
didanai maupun tidak) ditentukan dengan mangacu pada imbal hasil pasar atau bunga
obligasi korporasi berkualitas tinggi pada akhir periode pelaporan. Di negara dimana tidak
terdapat pasar yang aktif dan stabil bagi obligasi tersebut, maka digunakan imbal hasil pasar
(pada akhir periode pelaporan) atas bunga obligasi pemerintah. Mata uang dan jangka
waktu dari obligasi korporasi maupun obligasi pemerintah konsisten dengan mata uang dan
estimasi jangka waktu kewajiban imbalan pascakerja.
Asumsi aktuarial: gaji, imbalan, dan biaya kesehatan
Estimasi mengukur kewajiban imbalan pasti menggunakan dasar yang mencerminkan:
a) Imbalan yang ditentukan dalam persyaratan program (atau yang timbul dari kewajiban
konstruktif yang jumlahnya melebihi ketentuan dalam program tersebut) pada akhir
periode pelaporan.
b) Estimasi kenaikan gaji masa depan yang diestimasi yang mempengaruhi imbalan
terutang
c) Dampak setiap pembatasan dari bagian pemberi kerja atas biaya imbalan masa depan
d) Iuran dari pekerja atau pihak ketiga yang mengurangi biaya akhir entitas untuk
imbalan tersebut dan
e) Estimasi perubahan tingkat imbalan di masa depan yang di estimasi yang
mempengaruhi imbalan yang akan dibayarkan dari program imbalan pasti, jika dan
hanya jika:
i. Perubahan itu diperlukan sebelum akhir periode pelaporan; atau
ii. Data historis atau bukti lain yang andal, mengindikasikan bahwa tingkat
17
imbalan yang ditentukan akan berubah dan dapat diprediksi, sebagai contoh
sejalan dengan perubahan level harga umum atau gaji secara umum.
Asumsi mengenai biaya kesehatan memperhitungkan estimasi perubahan biaya jasa
kesehatan masa depan, baik yang diakibatkan oleh inflasi maupun karena adanya
perubahan tertentu dalam biaya kesehatan.
Biaya jasa lalu serta keuntungan dan kerugian atas penyelesaian
Entitas mengakui biaya jasa lalu sebagai beban pada tanggal yang lebih awal antara:
a) Ketika amandemen atau kurtailmen program terjadi; dan
b) Ketika entitas mengakui biaya restrukturisasi terkait PSAK 57 atau pesangon.
Entitas mengakui keuntungan atau kerugian atas penyelesaian program imbalan pasti
pada saat penyelesaian terjadi.
Pengakuan dan pengukuran : aset program
Penggantian Jika dan hanya jika terdapat kepastian bahwa pihak lain akan mengganti
sebagian atau seluruh pengeluaran yang disyaratkan untuk menyelesaikan kewajiban
imbalan pasti maka entitas:
a) Mengakui haknya atas penggantian tersebut sebagai aset yang terpisah. Entitas
mengukur aset tersebut pada nilai wajar.
b) Memisahkan dan mengakui perubahan nilai wajar atas haknya untuk penggantian
dengan cara yang sama seperti untuk perubahan nilai wajar aset program. Komponen
biaya imbalan pasti diakui sesuai dengan paragraf 120 dapat diakui secara neto
dengan jumlah yang berkaitan dengan perubahan dalam nilai tercatat atas hak
penggantian.
Komponen biaya imbalan pasti
Entitas mengakui komponen biaya imbalan pasti, kecuali SAK mensyaratkan atau
mengizinkan komponen tersebut sebagai biaya perolehan aset, sebagai berikut:
a) Biaya jasa (lihat paragraf 66-112) dalam laba rugi
b) Bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto (lihat paragraf 123-
126) dalam laba rugi dan
c) Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto (lihat paragraf 127-130)
dalam penghasilan komperhensif lain.
Pengukuran kembali atas liabilitas (aset) imblan pasti neto yang diakui dalam
penghasilan komperhensif lain tidak direklasifikasi ke laba rugi pada periode berikutnya.
Akan tetapi, entitas dapat menghasilkan jumlah yang diakui sebagai penghasilan
komperhensif lain tersebut pada pos lain dalam ekuitas.
18
Penyajian
Saling hapus
Entitas melakukan saling hapus antara aset terkait dengan satu program dengan liabilitas
terkait dengan program lain jika, dan hanya jika entitas:
a) Memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk menggunakan surplus
pada satu program untuk menyelesaikan kewajiban program lain,
b) Memiliki intensi untuk menyelesaikan kewajiban dengan dasar neto, atau
merealisasi surplus dalam satu program dan menyelesaikan kewajiban program
lain secara simultan.
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan informasi yang:
a) Menjelaskan karakteristik program imbalan pasti dan risiko yang terkait
b) Mengidentifikasi dan menjelaskan jumlah yang timbul dari program imbalan
pasti dalam laporan keuangan Menjelaskan bagaimana program imbalan pasti
berdampak terhadap jumlah, waktu, dan ketidak pastian arus kas entitas di masa
depan.
Karakteristik program imbalan pasti dan risiko yang terkait dengan program tersebut
a) Informasi mengenai karakteristik program imbalan pasti, termasuk:
i. Sifat dari imbalan yang diberikan oleh program (contohnya program
imbalan pasti dengan gaji terakhir atau program berbasis iuran dengan
jaminan).
ii. Deskripsi kerangka peraturan dimana program beroperasi, sebagai
contoh level persyaratan pendanaan minimum, dan setiap dampak dari
kerangka peraturan terhadap program, seperti batas atas aset
iii. Deskripsi tanggung jawab lain dari entitas atas tata kelola program,
sebagai contoh tanggung jawab wali amanat atau anggota dewan
program.
b) Deskripsi risiko dimana program memberikan eksposur terhadap entitas,
terfokus pada setiap risiko yang tidak biasa, risiko spesifik entitas, atau risiko
spesifik program, dan setiap konsentrasi risiko yang signifikan. Sebagai contoh
jika aset program diinvestasikan terutama dalam satu kelas investasi, sebagai
contoh seperti properti maka program tersebut dapat memberikan eksposur
kepada entitas terhadap konsentrasi risiko pasar properti.
c) Deskripsi dari setiap amandemen, kuartailen, atau penyelesaian program.
19
2.2.3 Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain
Pengakuan dan pengukuran
Dalam pengakuan dan pengukuran surplus atau defisit dalam program imbalan kerja
jangka panjang lain, entitas menerapkan paragraf 56-98 dan 113-115. Entitas menerapkan
paragraf 116-119 dalam mengakui dan mengukur hak penggantian.
• Untuk imbalan kerja jangka panjang lain, entitas mengakui total nilai neto dari jumlah
berikut Nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir periode pelaporan
• Dikurangi dengan nilai wajar dari aset program pada akhir periode pelaporan (jika ada)
selain kewajiban yang harus dilunasi secara langsungdalam laba rugi kecuali jika SAK
mensyaratkan atau mengizinkan jumlah tersebut untuk termasuk dalam biaya perolehan
aset:
a) Biaya jasa kini
b) Biaya bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto
c) Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto
Contoh Imbalan Jangka Panjang lain :
 Cuti berimbalan jangka panjang
 Penghargaan masa kerja atau imbalan jasa jangka panjang lain
 Imbalan cacat permanen
 Utang bagi laba dan bonus yang dibayar ≥12 bulan setelah akhir periode pelaporan
saat pekerja memberikan jasanya
 Kompensasi ditangguhkan yang dibayar ≥12 bulan sesudah akhir dari periode
pelaporan saat jasa diberikan.
2.2.4 Pesangon
Pengakuan
Entitas mengakui liabilitas dan beban pesangon pada tanggal yang lebih awal diantara:
a) Ketika entitas tidak dapat lagi menarik tawaran atas imbalan tersebut dan
b) Ketika entitas mengakui biaya untuk restrukturisasi yang berada dalam ruang lingkup
PSAK 57
Pengukuran
Entitas mengukur pesangon pada saat pengakuan awal, dan mengukur dan mengakui
perubahan selanjutnya, sesuai dengan sifat imbalan kerja, dengan ketentuan bahwa jika
pesangon merupakan sebuah peningkatan pada imbalan pascakerja, maka entitas menerapkan
persyaratan imbalan pascakerja, sebaliknya:

20
a) Jika pesangon diharapkan akan diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas bulan
setelah akhir periode pelaporan tahunan di mana pesangon diakui, maka entitas
menerapkan persyaratan untuk imbalan kerja jangka pendek.
b) Jika pesangon tidak diharapkan untuk diselesaikan seluruhnya sebelum dua belas
bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan, maka entitas menerapkan persyaratan
untuk imbalan kerja jangka panjang lain.
Contoh ilustrasi paragraf 159-170
Latar belakang
Sebagai hasil dari akuisisi baru-baru ini, suatu entitas berencana untuk menutup pabrik
dalam waktu sepuluh bulan dan, pada waktu itu, melakukan terminasi kontrak kerja dengan
seluruh pekerja yang tersisa di pabrik. Karena entitas menbutuhkan keahlian pekerja di pabrik
untuk menyelesaikan beberapa kontrak, diumumkan rencana terminasi sebagai berikut.
Setiap pekerja yang tinggal dan meberikan jasa sampai penutupan pabrik akan
menerima pembayaran kas sebesar Rp 30.000 pada tanggal terminasi. Pekerja yang
meninggalkan pabrik sebelum penutupan akan menerima Rp 10.000
Ada 120 pekerja di pabrik. Pada saat pengumuman entitas mengharapkan 20 dari
mereka untuk pergi sebelum penutupan. Oleh karena itu, total arus kas keluar yang diharapkan
berdasarkan rencana adalah Rp3.200.000 (yaitu 20 x Rp 10.000 + (100 x Rp30.000)).
Sebagaimana dipersyaratkan oleh pargraf 160, entitas memperhitungkan imbalan yang
diberikan dalam pertukaran atas terminasi kontrak kerja sebagai pesangon dan
memperhitungkan imbalan atas jasa yang diberikan sebagai imbalan kerja jangka pendek.
Pesangon
Tunjangan yang diberikan atas terminasi kontrak kerja adalah Rp10.000. Yang ini
adalah jumlah yang harus dibayarkan oleh entitas untuk mengakhiri kontrak kerja terlepas
dari apakah pekerja tetap tinggal dan memberikan jasa sampai penutupan pabrik atau
mereka pergi sebelum penutupan. Meskipun pekerja dapat meninggalkan pabrik sebelum
penutupan,terminasi kontrak kerja seluruh pekerja adalah hasil dari keputusan entitas untuk
menutup pabrik dan menghentikan pekerja mereka (yaitu seluruh pekerja akan meninggalkan
pekerjaanketika pabrik tutup).
Oleh karena itu, entitas mengakui kewajiban Rp 1.200.000 (yaitu 120 x Rp10.000)
untuk pesangon yang diberikan sesuai dengan program imbalan kerja pada saat yang lebih
awal antara ketika rencana terminasi diumumkan dan ketika entitas mengakui restrukturisasi
biaya terkait dengan penutupan pabrik.
Imbalan yang diberikan sebagai penggantian atas jasa
21
Imbalan tambahan yang akan diterima pekerja jika mereka memberikan jasa untuk
periode sepuluh bulan adalah sebagai imbal atas jasa yang diberikan selama periode tersebut.
Entitas mencatat sebagai imbalan kerja jangka pendek karena entitas mengharapkan
penyelesaian sebelum dua belas bulan setelah akhir periode pelaporan tahunan. Dalam contoh
ini diskonto tidak disyaratkan, sehingga beban sebesar Rp200.000 (yaitu Rp2.000.000 : 10)
diakui setiap bulan selama periode pemberian jasa sepuluh bulan, dengan peningkatan yang
sebanding dalam jumlah liabilitas yang tercatat.
Pesangon
Bentuk imbalan kerja tidak menentukan apakah imbalan kerja disediakan dalam
pertukaran atas jasa atau dalam pertukaran atas terminasi kontrak kerja. Pesangon biasanya
merupakan pembayaran lump sum. Tapi kadang-kadang juga meliputi:
a. Peningkatan imbalan pascakerja, baik secara tidak langsung melalui program imabalan
kerja atau secara langsung.
b. Gaji sampai akhir periode yang ditentukan jika pekerja tidak memberikan jasa lebih
lanjut yang memberikan manfaat ekonomik bagi entitas.
2.3 Perkembangan PSAK 24
2.3.1 Revisi 2015 – Iuran Pekerja
Iuran pekerja atau pihak ketiga ditetapan dalam persyaratan formal:
a) mengurangi biaya jasa (jika iuran tersebut terkait dengan jasa) atau
b) mempengaruhi pengukuran liabilitas (aset) imbbalan pasti neto (jika iuran tidak
terkait dengan jasa)
c) Jika iuran terkait dengan jasa maka iuran tersebut mengurangi biaya jasa sebagai
berikut
Jumlah iuran tergantung pada jumlah tahun jasa maka entitas mengatribusikan ikuran pada
periode jasa yang menggunakan metode atribusi yang sama yang disyaratkan ole par 70 untuk
imbalan bruto (menggunakan rumus iuran program atau berdasarkan garis lurus;
Jika jumlah iuran tidak bergantung jumlah tahun jasa, maka entitas diperkenankan mengakui
iuran tersebut sebagai pengurang biaya jasa dalam periode ketika jasa terkait diberikan. Contoh
iuran yang tidak bergantung pada jumlah tahun jasa termasuk iuran yang merupakan persentase
tetap dari gaji pekerja, jumlah tetap selama periode jasa atau bergantung pada umur pekerja.
d) Untuk iuran dari pekerja atau pihak ketiga yang diatribusikan pada periode jasa sesuai
dengan paragraf 93(a), Perubahan iuran mengakibatkan:
biaya jasa kini dan biaya jasa lalu (jika perubahan tersebut tidak diatur dalam persyaratan
formal program dan tidak timbul dari kewajiban konstruktif); atau
22
keuntungan dan kerugian aktuarial (jika perubahan tersebut diatur dalam persyaratan formal
program atau timbul dari kewajiban konstruktif).
e) Amandemen PSAK 24: Imbalan Kerja tentang Program Imbalan Pasti: Iuran Pekerja
mengamandemen paragraf 93–94, efektif untuk periode tahun buku yang dimulai pada
atau setelah 1 Januari 2016.
2.3.2. Penyesuaian 2016
Tingkat diskonto
Menglarifikasi bahwa pasar obligasi korporasi berkualitas tinggi dinilai berdasarkan
denominasi mata uang obligasi tersebut dan bukan berdasarkan negara dimana obligasi tersebut
berada.
Tingkat yang digunakan untuk mendiskontokan kewajiban imbalan pasca kerja (baik
yang didanai maupun tidak) ditentukan dengan mengacu pada imbal hasil pasar atas obligasi
korporasi berkualitas tinggi pada akhir periode pelaporan. Untuk mata uang yang tidak
memiliki pasar yang aktif dan stabil bagi obligasi korporasi berkualitas tinggi tersebut, maka
digunakan imbal hasil pasar (pada akhir periode pelaporan) atas obligasi pemerintah yang
didenominasi dalam mata uang tersebut. Mata uang dan jangka waktu dari obligasi korporasi
maupun obligasi pemerintah konsisten dengan mata uang dan estimasi jangka waktu
kewajiban imbalan pasca kerja.
2.3.3. Penyesuaian 2018
• Penentuan biaya masa lalu dan keuntungan dan kerugian atas penyelesaian:
Ketika menentukan biaya jasa lalu, atau keuntungan dan kerugian atas penyelesaian, entitas
mengukur kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto menggunakan nilai wajar kini dari aset
program dan asumsi aktuarial kini (termasuk suku bunga pasar dan harga pasar kini lainnya),
yang mencerminkan: (Paragraf 99)
 imbalan yang ditawarkan dalam program dan aset program sebelum amendemen,
kurtailmen atau penyelesaian program; dan
 imbalan yang ditawarkan dalam program dan aset program setelah amendemen,
 kurtailmen atau penyelesaian program.
• Biaya jasa kini
Entitas menentukan biaya jasa kini menggunakan asumsi aktuarial yang ditentukan pada awal
periode pelaporan tahunan. Namun, jika entitas mengukur kembali liabilitas (aset) imbalan
pasti neto sesuai dengan paragraf 99, maka entitas menentukan biaya jasa kini untuk sisa
periode pelaporan tahunan setelah amendemen, kurtailmen atau penyelesaian program

23
menggunakan asumsi aktuarial yang digunakan untuk mengukur kembali liabilitas (aset)
imbalan pasti neto sesuai dengan paragraf 99(b). (Paragraf 123)
• Bunga Neto atas Liabilitas (Aset) Imbalan Pasti Neto
Entitas menentukan Bbunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto ditentukan dengan
mengalikan liabilitas (aset) imbalan pasti neto dengan tingkat diskonto yang ditentukan dalam
paragraf 83.
Untuk menentukan bunga neto sesuai dengan paragraf 123, entitas menggunakan
liabilitas (aset) imbalan pasti neto dan tingkat diskonto yang ditentukan pada awal periode
pelaporan tahunan. Namun, jika entitas mengukur kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto
sesuai dengan paragraf 99, entitas menentukan bunga neto untuk sisa periode pelaporan
tahunan setelah amendemen, kurtailmen atau penyelesaian program menggunakan:
a) Liabilitas (aset) imbalan pasti neto yang ditentukan sesuai dengan paragraf 99(b); dan
b) Tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur kembali liabilitas (aset) imbalan
pasti neto sesuai dengan paragraf 99(b).
Dalam menerapkan paragraf 123A, entitas memperhitungkan setiap perubahan dalam liabilitas
(aset) imbalan pasti neto selama periode sebagai akibat dari iuran atau pembayaran imbalan.
2.3.4 Dampak Covid-19
• Covid 19 berpengaruh terhadap bisnis, sebagian besar berdampak pada penurunan
penjualan sampai pada kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usahanya di masa
depan.
• Langkah yang dilakukan perusahaan dalam rangka menghadapi perubahan bisnis:
Efisiensi di semua lini usaha  pengurangan tenaga kerja yang bukan merupakan tenaga kerja
utama.
Perusahaan melakukan downsizing dan restrukturisasi dalam rangka efisiensi  pengurangan
SDM
Perusahaan pailit  tidak dapat melanjutkan usahanya  menghentikan pekerja
• Perusahaan akan melakukan pengurangan SDM:
a) Melakukan pemutusan hubungan kerja
b) Menghentikan kontrak kerja
c) Tidak memperpanjang kontrak kerja yang telah berakhir
2.4 Penghentian Pekerja
• Penghentian pekerja harus dilakukan mengikuti ketentuan dalam perjanjian kerja dan
ketentuan perundang-undangan.

24
• Ketentuan regulasi adalah hak minimal yang seharusnya diterima oleh pekerja, namun
kontrak kerja dapat menentukan jumlah imbalan yang lebih tinggi.
• Pekerja yang diberhentikan harus diberikan imbalan sesuai dengan ketentuan kontrak
kerja atau peraturan perundang-undangan.
• Jika hak pekerja tidak diberikan berpotensi perusahaan mendapatkan gugatan hukum.
• Perusahaan mengakui kewajiban pesangon jika telah ada rencana formal perusahaan
untuk menghentikan pekerja.
• Imbalan yang diberikan oleh pihak ketiga diperhitungkan dalam menentukan imbalan
yang diberikan kepada pekerja.
2.5 Contoh Perhitungan Imbalan manfaat pasti
• Perusahaan menjanjikan pembayaran pesangon kepada karyawannya pada saat berhenti
bekerja di usia pensiun normal sebesar 200.000.000.
• Karyawan memiliki masa kerja sampai pensiun selama 20 tahun.
• Berdasarkan metode Projected Unit Credit (asumsi diabaikan), unit menurut periode
jasa = 200.000.000/20 = 10.000.000.
• Sehingga pengakuan di laba rugi dan neraca sebagai berikut:

Laporan keuangan dalam juta

25
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Imbalan kerja adalah imbalan atas jasa yang diberikan oleh pekerja kepada entitas. Imbalan
kerja diakui secara akrual yaitu pada saat pekerja memberikan jasanya pada entitas, bukan pada saat
dibayarkan (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24, 2018).Penerapan PSAK 24 dilatar
belakangi oleh UU No 13 Tahun 2003 (UU Ketenagakerjaan) tentang imbalan kerja yang secara umum
yang mengatur mengenai tata cara pemberian imbalan-imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan
istirahat panjang sampai dengan imbalanPemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Imbalan kerja diakui secara akrual yaitu pada saat pekerja memberikan jasanya pada entitas,
bukan saat dibayarkan. Imbalan kerja diberikan melalui: Program formal; Peraturan perundang-
undangan atau peraturan industri; atau Kebiasaan yang menimbulkan kewajiban konstruktif.
Pernyataan Standar Akuntansi 24 ini bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan
imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan entitas mengakui:liabilitas jika pekerja telah memberikan
jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan beban jika
entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak
memperoleh imbalan kerja.
Pernyataan Standar Akuntansi 24 ini bertujuan untuk mengatur akuntansi dan pengungkapan
imbalan kerja. Pernyataan ini mengharuskan entitas mengakui:liabilitas jika pekerja telah memberikan
jasanya dan berhak memperoleh imbalan kerja yang akan dibayarkan di masa depan; dan beban jika
entitas menikmati manfaat ekonomis yang dihasilkan dari jasa yang diberikan oleh pekerja yang berhak
memperoleh imbalan kerja. Imbalan kerja adalah imbalan atas jasa yang diberikan oleh pekerja kepada
entitas. Imbalan kerja diakui secara akrual yaitu pada saat pekerja memberikan jasanya pada entitas,
bukan pada saat dibayarkan.

26
Daftar Pustaka

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2013. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 24 : Imbalan


Kerja. Jakarta : Dewan Standar Akuntansi Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 24 : Imbalan
Kerja. Jakarta : Dewan Standar Akuntansi Akuntansi Keuangan

27

Anda mungkin juga menyukai