Anda di halaman 1dari 4

A.

PSAK 24
Standar Akuntansi Keuangan merupakan suatu kerangka dalam prosedur pembuatan
laporan keuangan agar terjadi keseragaman penyajian laporan keuangan dan
digunakan dalam suatu badan yang memiliki akuntabilitas publik, yaitu badan yang
terdaftar atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal atau badan fidusia
(badan usaha yang menggunakan dana masyarakat, seperti asuransi, perbankan, dan
dana pensiun) (Watung, et al, 2016). Menurut PSAK 24, 2018 imbalan kerja adalah
seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas dalam peristiwa atau jasa yang
diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi kontrak kerja. Undang-Undang No.13
Tahun 2003 dalam pasal 88 menyebutkan bahwa setiap pekerja/ buruh berhak
memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

B. JENIS - JENIS IMBALAN KERJA


Imbalan Kerja
Imbalan Kerja (Employee Benefits) adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan oleh
Perusahaan atas jasa yang diberikan oleh Pekerja/Pegawai nya.
1. Imbalan Kerja Jangka Pendek.
Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain dari pesangon) yang diharapkan
akan diselesaikan seluruhnya sebelum 12 (dua belas) bulan setelah akhir periode pelaporan
tahunan saat pekerja/karyawan memberikan jasa yang terkait. Imbalan kerja jangka pendek
mencakup :
a) Upah, gaji, dan iuran jaminan sosial.
b) Cuti berimbalan jangka pendek, seperti cuti tahunan dan cuti sakit.
c) Utang bagi laba dan utang bonus dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah akhir
periode pelaporan saat karyawan memberikan jasanya.
d) Imbalan non moneter PSAK 24 mensyaratkan bahwa seluruh imbalan kerja jangka
pendek harus diakui sebagai beban dalam 1 (satu) periode akuntansi.
2. Pesangon.
Pesangon Pemutusan Kontrak Kerja (PKK) adalah imbalan kerja terutang sebagai akibat dari
keputusan perusahaan untuk memberhentikan karyawan sebelum usia pensiun normal atau
keputusan karyawan untuk menerima tawaran perusahaan untuk mengundurkan diri secara
sukarela dengan imbalan tertentu.
PSAK 24 menyatakan bahwa suatu perusahaan harus mengakui pesangon PKK sebagai beban
dan liabilitas hanya jika perusahaan berkomitmen, yaitu apabila perusahaan memiliki
rencana formal terperinci untuk melakukan PKK dan secara realistis kecil kemungkinan
untuk dibatalkan (untuk memberhentikan seseorang atau sekelompok karyawan atau
menyediakan pesangon bagi karyawan yang menerima penawaran mengundurkan diri
secara sukarela).
PSAK 24 lebih lanjut menyatakan bahwa jika pesangon PKK jatuh tempo lebih dari 12 (dua
belas) bulan setelah tanggal pelaporan, maka besarnya pesangon PKK tersebut harus
diukur berdasarkan nilai kininya.
3. Imbalan Pasca Kerja

Imbalan Pasca Kerja adalah imbalan yang harus diberikan perusahaan kepada karyawan ketika
karyawan sudah berhenti bekerja. Contoh: Tunjangan Pensiun, Tunjangan Kesehatan
Pensiunan, Asuransi Jiwa Pasca Kerja.
Terdapat dua jenis imbalan pasca kerja sebagai berikut:
1. Iuran Pasti, - Manfaat tergantung dari akumulasi iuran ditambah hasil
pengembangannya - Perusahaan tidak memiliki kewajiban lagi di luar akumulasi iuran
dan pengembangannya - Misalnya JHT atau tabungan hari tua
2. Manfaat Pasti, - Manfaat diterima pada saat pensiun dan nilainya sudah ditetapkan
terlebih dahulu - Banyak variabel penentu: gaji dasar Imbalan, asumsi gaji dan
melibatkan perhitungan yang kompleks - Misalnya UUK-13/2003
Imbalan-imbalan Pasca Kerja tersebut secara perhitungan akuntansi harus dicadangkan dari
saat ini, karena imbalan-imbalan pasca kerja tersebut termasuk ke dalam salah satu konsep
akuntansi yaitu accrual basis.
Imbalan pasca kerja yang dihitung untuk dicadangkan dalam PSAK 24 yaitu :
 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun

 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan / Cacat

 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia

 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Mengundurkan diri (secara baik-baik)

UU KETENAGAKERJAAN NO. 13/2003


Perusahaan di Indonesia wajib mematuhi Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13
Tahun2003 (UUK). UUK mengatur secara umum mengenai tata cara pemberian imbalan-
imbalan di perusahaan, mulai dari imbalan istirahat panjang sampai dengan imbalan
pemutusan hubungan kerja (PHK).
Imbalan pasca kerja berdasarkan UUK yang dihitung untuk dicadangkan dalam PSAK 24
yaitu :
 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Pensiun

 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Sakit Berkepanjangan / Cacat

 Imbalan Pasca Kerja Karena Karyawan Meninggal Dunia


Imbalan-imbalan di UUK tersebut dapat diatur lebih lanjut di Peraturan Perusahaan (PP)
atau di Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Perusahaan dan Serikat Pekerja.
4. Imbalan Kerja Jangka Panjang
Dalam PSAK 24 sebagai Imbalan kerja (selain imbalan pascakerja, pesangon PKK, dan
imbalan berbasis ekuitas) yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah akhir periode pelaporan
saat karyawan memberikan jasanya. Imbalan jangka panjang lainnya mencakup antara lain :
a. Cuti berimbalan jangka panjang seperti cuti Panjang
b. Imbalan jasa jangka panjang lainnya
c. Utang bagi laba dan bonus yang dibayar 12 bulan atau lebih setelah akhir periode
pelaporan saat karyawan memberikan jasanya.

Untuk Imbalan kerja jangka panjang lainnya, PSAK 24 mensyaratkan: Dalam pelaporan laba
rugi komprehenshif, jumlah yang diakui sebagai beban atau pendapatan merupakan jumlah
netto dari :
a. Biaya jasa kini
b. Biaya bunga
c. Hasil yang diharapkan dari aset program
d. Keuntungan dan kerugian aktuarial
e. Biaya jasa yang seluruhnya harus langsung diakui
f. Dampak dari kurtailmen atau penyelesaian.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.psak24.com/post/imbalan-kerja-dan-psak-24
https://www.google.com/url?q=http://repository.stei.ac.id/9423/3/BAB
%25202.pdf&usg=AOvVaw17bYa1YajkjhPICUOzg3Aa&cs=1&hl=id-ID

Anda mungkin juga menyukai