Defenisi
Imbalan kerja yang akan diterima karyawan pada umunya
bersifat jangka pendek. Imbalan kerja jangka pendek adalah
imbalan kerja yang diharapkan akan diselesaikan seluruhnya
sebelum 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja
memberikan jasa. Imbalan jangka pendek pada umumnya
mencakup : gaji, upah ,iuran jaminan sosial, cuti berimbalan,
bagi laba dan bonus atau imbalan lainnya seperti rumah dan
kendaraan dinas.
• Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi atas ibalan kerja jangka pendek sangat sederhana seperti yang
sudah dibahas pada bab 11 tentang liabilitaas jangka pendek, provisi, dan kontinjensi.
Hal ini disebabkan karena selain tidak memerlukan perhitungan aktuaria, imbalan
kerja jenis ini bersifat jangka pendek sehingga tidak didiskontokan. Seluruh nilai
imbalan yang menjadi hak milik karyawan diakui sebagai beban, kecuali jika imbalan
tersebut termasuk dalam biaya produksi persediaan atau perolehan asset tetap, maka
harus dikapitalisasi sesuai ketentuan pada PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap. Jika
terdapat imbalan yng terutang maka akan diakui sebagai liabilitas.
perlakuan akuntansi khusus diterapkan pada cuti berimbalan dan bagi laba dan
bonus. Cuti berimbalan adalah hak cuti yang memberikan kompensasi berupa
imbalan. Cuti berimbalan ada yang dapatdiakumulasikan, yaitu dapat digunakan di
masa depan jika cuti tahun ini tidak diambil seluruhnya. Banyak praktik yang terjadi
terkait cuti berimbalan di berbagai perusahaan.pada sebagian program, imbalan
diberikan jika cuti tersebut diambil, sehingga karyawan yang mengambil cuti juga akan
mendapatkan kompensasi. Sementara pada program lain, imbalan akan diterima jika
karyawan tidak mengambil cuti. Prinsipnya adalah perusahaan harus mengakui beban
sebesar prakiraan :
1. Imbalan yang akan diterima pada saat pekerja memberikan jasa yang menambah
hak cuti berimbalan di masa depan, jika cuti boleh diakumulasikan; dan
2. Imbalan yang diterima pada saat cuti terjadi, jika cuti tidak boleh diakumulasikan.
Contoh :
PT Haritua memiliki 20 orang karyawan yang masing-masing berhak atas
enam hari cuti berimbalan dalam satu tahun dengan
imbalan Rp 500.000 per orang per hari. 15 Karyawan pada tahun 2015
mengambil cuti penuh sedangkan lima karyawan baru mengambil cuti 4 hari
Jika cuti tersebut tidak dapat diakumulasikan :
15 Karyawan x 6 = 90 hari
hari
5 Karyawan x 4 hari = 20 hari
Jumlah hari = 110 hari x Rp 500.000 = Rp
55.000.000
Jika bisa diakumulasikan maka Beban th 2015 = 20 x 6 x Rp 500.000 = Rp
60.000.000
Sementara pada bagi laba dan bonus, perusahaan harus mengakui beban sebesar
prakiraan pembayaran bagi laba dan bonus, apabila:
1. terdapat kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif atas pembayaran beban
tersebut sebagai akibat dari peristiwa masa lalu; dan
2. Kewajiban tersebut dapat diestimasi secara andal.
kewajiban kontruktif dapat timbul berdasarkan kebiasaan yang dilakukan
perusahaan di masa lalu. Jika perusahaan tidak mempunyai alternative realistis lainnya
kecuali melakukan pembayaran, maka bagi laba dan bonus diakui sebagai liabilitas
sebesar jumlah yang belum dibayar.
Defenisi
sesuai dengan undang-undang No.13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, pada saat pemutusan Kontrak Kerja (PKK),
perusahaan diwajibkan membayar utang pesangon dan atau uang
penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak bagi karyawan
Perlakuan Akuntansi
Perusahaan mengakui pesangon sebagai liabilitas dan beban pada
tanggal yang lebih awal di antara :
1. ketika penawaran atas imbalan tersebut tidak dapat ditarik
kembali dan
2. ketika biaya-biaya terkait restrukturisasi telah diakui sesuai PSAK
57 (Revisi 2009) Provisi, liabilitas Kontijensi dan Aset Kontinjensi.
Pada pertengahan tahun 2015 PT Haritua merencanakan untuk melakukan
PKK atas 10 orang karyawannya dengan pesangon seluruhnya Rp
500.000.000. Selain itu juga menawarkan kepada lima orang lainnya untuk
berhenti secara sukarela, masing-masing akan mendapat pesangon Rp
60.000.000. PKK direncanakan efektif per awal tahun 2016. Jika PT Haritua
tidak mungkin lagi membatalkan penawaran PKK tersebut, maka pada akhir
tahun 2015 harus mengakui beban walaupunpemayaran pesangon belum
direalisasi. Untuk PKK secara sukarela, PT Haritua mengestimasi dua dari lima
karyawan akan menerimanya. Jumlah yang harus diakui sebagai beban 2015
adalah :
Pesangon 10 karyawan yang diberhentikan Rp 500.000.000
Pesangon dua karyawan yang berhent sukarela (@ Rp 60.000.000) Rp 120.000.000 Jumlah
Pesangon Rp 620.000.000
Jika sudah ada sebagian pesangon yang terealisasi di tahun 2015, maka liabilitas yang diakui
setelah dikurangi jumlah yang telah dibyar. Pada tahun 2016, ketika terjadi realisasi, maka PT
Haritua akan membuat jurnal
Imbalan Pascakerja
Defenisi
Istilah imbalan pascakerja dikenal sehari hari dengan nama pensiun. imbalan pascakerja
tidak hanya mencakup pensiuan tapi semua imbalan yang akan diterima karyawan
setelah masa kerja selesai seperti asuransi dan tunjangan kesehatan pascakerja, jadi
imbalan pascakerja adalah imbalan kerja yang disediakan perusahaan (selain pesangon)
ddan akan diberikan kepada pekrja setelah menyelesaikan masa kerjanya
karakteristik
berdasarkan Undang-undang No 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun , program
imbalan pascakerja harus dikelola oleh entitas terpisah yang disebut Dana Pensiun.
Perusahaan hanya menyediakan dana berupa iuran kepada dan pensiun sedangkan
imbalan kepada karyawan yang telah pensiun akan dibayarkan oleh Dana Pensiun.
Selain asas memisahkan kekayaan perusahaan dan dan pensiun, Undang-Undang No 11
Tahun 1992 juga berlandaskan pada asas pendanaan. Istilah ini dikenal sebagai program
yang “didanai” atau funded. Perusahaan tidak diperkenankan membentuk cadangan
dalam lembaga Dana Pensiun. Program pascakerja terdiri atas 2 (dua) jenis bergantung
pada karakteristiknya yaitu sebagai berikut :
1. Program Iuran Pasti yaitu pemberi kerja membayar iuran sebesar jumlah yang sudah
ditetapkan kepada Dana Pensiun.
2. Program Imbalan Pasti yaitu pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan
yang disepakati akan diterima pekerja saat selesai masa kerja nanti.
Pemberi kerja iuran Dana Pensiun iuran Pekerja
Defenisi
Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja ( selain imbalan
pascakerja dan pesangon ) yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah akhir
periode pelaporan saat pekerja memberikan jasanya. Imbalan dapat meliputi
cuti-berimbalan jangka panjang dan imbalan cacat permanenn seerta bonus dan
kompensasi lainnya yang dibayarkan lebih dari 12 bulan sejak akhir periode
pelaporan.
Perlakuan Akuntansi
Untuk imbalan kerja jangka panjang lainnya, perusahaan menghitung total nilai
neto dari jumlah berikut:
1. Biaya jasa
2. Biaya bunga neto atas liabilitas imbalan pasti neto; dan
3. Pengukuran kembalu dari liabilitas imbalan pasti neto
Imbalan Pascakerja
PT Haritua baru membayar Rp.10.000.000 atas iuran tersebut hingga akhir bulan
Juni 2015. Maka jurnal yang dicatat oleh PT Haritua untuk bulan Juni adalah sebagai
berikut.
Dalam contoh di atas, iuran seluruhnya jatuh tempo dalam waktu 1 bulan
(kurang dari 12 bulan) sehingga nilainya tidak didiskontokan. Jika iuran
tidak jatuh tempo seluruhnya dalam jangka waktu 12 bulan setelah akhir
periode saat pekerja memberikan jasanya, maka nilainya didiskontokan.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat dilihat bahwa perlakuan akuntansi
atas program iuran pasti relatif sederhana seperti halnya imbalan kerja
jangka pendek yaitu seluruh pembayaran iuran diakui sebagai beban,
sedangkan liabilitas hanya diakui atas iuran yang belum dibayar. Hal ini
disebabkan karena sifatnya yang jangka pendek sehingga tidak
didiskontokan dan tidak memerlukan asumsi aktuaria.
Program Imbalan Pasti
Definisi
PSAK 24 (Revisi 2010) menyatakan bahwa program iuran pasti adalah suatu program
imbalan pascakerja di mana pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan
yang disepakati bagi pekerja saat selesai masa kerja nanti. Pemberi kerja memiliki
kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika
Dana Pensiun tidak memiliki aset (dana) yang cukup untuk membayar seluruh imbalan
kerja sebesar nilai yang telah disepekati. Oleh karena itu, jumlah iuran yang harus
dibayar perusahaan tiap periode tidak dapat ditentukan, tergantung dari kondisi aset
program.
Karakteristik
Pada program imbalan pasti, perusahaan memiliki kewajiban hukum dan konstruksi
untuk memenuhi pembayaran imbalan pada saat pekerja pension, yang disebut
Kewajiban Imbalan Pasti. Imbalan tersebut dapat dibayarkan sekaligus (lump sum)
atau secara bertahap (bulanan).
Kewajiban Imbalan Pasti dihitung menggunakan asumsi aktuaria karena banyaknya
faktor internal dan eksternal perusahaan yang memengaruhi nilai Kewajiban Imbalan
Pasti sehingga memerlukan asumsi demografis dan asumsi keuangan. Asumsi
demografis di antaranya tingkat mortalitas, tingkat perputaran pekerja, dan tingkat
pensiun dini. Sementara itu, asumsi keuangan meliputi di antaranya tingkat diskonto,
tingkat kenaikan gaji, biaya kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu perhitungan
Kewajiban Imbalan Pasti memerlukan penilaian aktuaria.
Untuk memenuhi kewajibsn tersebut, perusahaan menyisihkan dana yang dibayarkan
melalui iuran secara periodic kepada Dana pensiun. Dana tersebut diakumulasikan dan
diinvestasikan sebagai Aset Program. Program imbalan pasti menyisihkan dana untuk
pembayaran imbalan disebut funded, jika sebaliknya disebut unfunded. Dalam
pengelolaan (investasi) atas Aset Program juga terdapat ketidakpastian terkait hasil
investasi. Hasil ini dapat menimbulkan perbedaan antara imbal hasil yang diharapkan
dengan imbal hasil aktual.
Kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif perusahaan untuk meyediakan dana
(Aset Program) untuk memenuhi imbalan yang disepakati menyebabkan perusahaan
harus menanggung risiko atas perubahan nilai Kewajiban Imbalan Pasti dan Aset
Program. Risiki tersebut meliputi :
• Risiko actuarial, yaitu jumlah Kewajiban Imbalan Pasti (imbalan yang akan
dibayarkan) berbeda dari yang diaharpkan akibat perubahan perhitungan (asumsi)
aktuaria; dan
• Risiko investasi, yaitu hasil investasi Aset Program berbeda dari yang diharapkan.
Kedua risiko tersebut dapat menimbulkan keuntungan (kerugian) actuarial.
Keuntungan actuarial terjadi ketika Kewajiban Imbalan Pasti menjadi lebih rendah dari
perhitungan aktuaria terkini atau ketika hasil investasi Aset Program lebih tinggi dari
yang diharapkan. Sebaliknya, kerugian actuarial diakui ketika Kewajiban Imbalan Pasti
menjadi lebih tinggi dari perhitungan actuarial terkini atau ketika hasil investasi Aset
Program lebih rendah dari yang diharapkan. Proses yang membandingkan antara hasil
actual dan yang diharapkan atas nilai Kewajiban Imbalan Pasti dan hasil dari Aset
Program disebut Pengukuran Kembali (Remeasurement).
• Perlakuan Akuntansi
Perlakuan akuntansi atas program imbalan pasti telah
mengalami revisi sesuai ketentuan pada PSAK 24 (Revisi 2013)
yang menggantikan PSAK 24 (Revisi 2010). Akuntansi untuk
program imbalan pasti lebih kompleks karena membutuhkan
adanya asumsi aktuaria untuk mengukur liabilitas dan bebas
yang harus diakui, serta kemungkinan menimbulkan keuntungan
dan kerugian aktaurial. Untuk memahami perlakuan
akuntansinya, perlu dipahami lebih dulu dua komponen utama
dari program imbalan pasti, yaitu, Kewajiban Imbalan Pasti
(Defined Benefit Obligation) dan Aset Program (Plan Asset).
• Kewajiban Imbalan Pasti
Kewajiban Imbalan Pasti merupakan imbalan yang akan dibayarkan di masa depan atas jasa
pekerja periode berjalan dan periode-periode lalu. Kewajiban masa depan tersebut diukur
pada tanggal pelaporan sebesar nilai kini (present value) menggunakan tingkat diskonto,
yang selanjutnya disebut dengan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP). Nilai ini
dihitung oleh aktuaris secara berkala dengan asumsi keuangan dan demografi terkini.
Faktor-faktor yang memengaruhi Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti yang meliputi berikut
ini.
1. Biaya Jasa, mencakup sebagai berikut.
a. Biaya Jasa Kini, yaitu kenaikan Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP) atas jasa pekerja
dalam periode berjalan. Dengan bertambahnya masa kerja satu periode, maka
menimbulkan biaya jasa kini pada periode tersebut dan menyebabkan peningkatan NKKIP
yang akan dibayarkan nanti.
b. Biaya Jasa Lalu, yaitu perubahan NKKIP akibat perusahaan melakukan amandemen
program imbalan pasti atau melakukan Kurtailmen (penurunan signifikan dalam jumlah
pekerja yang ditanggung oleh program). Amandemen dapat meningkatkan atau
menurunkan nilai NKKIP, sedangkan kurtailmen menurunkan nilai NKKIP.
c. Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian (settlement), yaitu ketika perusahaan
melakukan transaksi yang menghapuskan semua kwajiban hukum atau konstruktif atas
sebagian atau seluruh imbalan dalam program imbalan pasti. Settlement menurunkan nilai
NKKIP.
• Biaya Bunga, yaitu kenaikan NKKIP yang timbul selama suatu periode karena
periode tersebut semakin dekat dengan penyelesaian (pembayaran imbalan). Sesuai
dengan prinsip nilai waktu atas uang (time value of money), nilai kini (present value)
akan lebih rendah dibandingkan nilai masa depan dan nilai kini tersebut akan
meningkat mendekati nilai masa depannya seiring berjalannya waktu akibat jarak
periode yang semakin dekat. Peningkatkan NKKIP tersebut diakui tiap periode
sebagai Biaya Bunga. Biaya bunga ini nantinya akan disalinghapuskan dengan
Pendapatan Bunga atas aset program menjadi Beban (Pendapatan) Bunga Neto.
Biaya Jasa :
Biaya Jasa Kini
Biaya Jasa Lalu Nilai Kini kewajiban Imbalan Pasti
(NKKIP)
Keuntungan (Kerugian)
atas Penyelesaian
Biaya Bunga
Remeasurement
(Keuntungan dan
Kerugian Aktuarial)
Pendapatan Bunga Nilai Wajar Aset Program
Iuran atau Penarikan
(NWAP)
Remeasurement
(Keuntungan dan
Kerugian Aktuarial)
Tujuan dari akuntansi atas program imbalan pasti bermuara pada bagaimana
mengakui dan mengukur nilai liabilitas di Laporan Posisi Keungan (Neraca)
dan nilai beban di Laporan Laba Rugi. Berbeda dengan program iuran pasti,
nilai liabilitas yang diakui di Laporan Posisi Keungan (Neraca) bukanlah
sejumlah iuran yang terutang pada akhir periode pelaporan, melainkan nilai
defisit atau surplus atas aset terhadap nilai kewajiban pada program imbalan
pasti. Dengan kata lain, nilai yang diakui sebagai liabilitas di Laporan Posisi
Keungan (Neraca) adalah sebesar jumlah bersih dari :
Nilai kini kewajiban imbalan pasti (NKKIP) pada akhir periode pelaporan
Dikurangi nilai wajar aset program (NWAP) pada akhir periode pelaporan
Jika NKKIP lebih tinggi dari NWAP maka akan menghasilkan defisit (liabilitas), sedangkan jika sebaliknya
akan menghasilkan surplus (aset) di Laporan Posisi Keuangan (Neraca). Nilai surplus tersebut
disesuaikan dengan dampak batas atas aset (jika ada). Jika mengalami surplus, maka nilai aset yang
diakui di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) adalah terendah antara:
Nilai surplus; atau
Batas atas aset
Sementara nilai beban yang diakui pada Laporan Laba Rugi pada program imbalan pasti bukanlah
sebesar iuran yang jatuh tempo seperti pada program iuran pasti. Beban tersebut dihitung sebesar
nilai bersih dari:
Biaya jasa, yang mencakup biaya jasa kini, biaya jasa lalu, dan keuntungan atau kerguian atas
penyelesaian (settlement);
Ditambah (dikurangi), beban (pendapatan) bunga bersih.
Prinsip dasar perhitungan di atas adalah semua momponen yang memiliki karakteristik beban akan
menambah jumlah beban yang diakui di Laporan Laba Rugi, dan sebaliknya jika memiliki karakteristik
pendapatan akan mengurangi jumlah beban yang diakui. Berikut ilustrasi perhitungan liabilitas dan
beban yang diakui perusahaan dalam program imbalan pasti.
Untuk menghitung beban dan liabilitas yang diakui perusahaan, sebaiknya menggunakan kertas kerja
agar lebih praktis dan mudah dipahami. Berikut adalah format kertas kerjanya.
Format Kertas Kerja
Berdasarkan Tabel 19.2, kertas kerja terdiri atas dua bagian utama, yaitu jurnal umum dan memo.
Jurnal umu berfungsi sebagai pedoman penjurnalan oleh perusahaan, sedangkan memo merupakan
posisi aset dan liabilitas terkait program yang ada di Dana Pensiun. Perusahaan tidak mencatat aset
dan liabilitas pada kolom memo, melainkan hanya sebagai controlling account dan mengakui selisih
bersihnya saja dalam laporan posisi keuangan. Untuk keperluan identifikasi, nilai dalam kertas kerja
positif berarti saldonya debit, sedangkan saldo kredit ditulis negatif. Setiap baris harus seimbang
antara debit dan kredit, kecuali saldo awal dan saldo akhir. Perlu diingat bahwa debit atau kredit pada
kertas kerja ini bukanlah jurnal. Debit dan kredit yang harus seimbang merupakan penerapan prinsip
sebab-akibat. Contoh: jika NKKIP berkurang (debit) akibat pembayaran imbalan, maka NWAP juga akan
berkurang (kredit) karena dana imbalan diambil dari NWAP.
Contoh 19.4 Kertas Kerja Tahun 2015
PT Haritua memiliki program pascakerja imbalan pasti untuk karyawannya. Pada tahun 2015, posisi
saldo terkait program tersebut adalah sebagai berikut.
Nilai Kini Kewajiban Pasti---Awal 2015 Rp.100.000.000
Nilai Wajar Aset Program—Awal 2015 1 00.000.000
Kini 15.000.000
Tingkat Diskonto 10%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 12.000.000
Imbalan pensiun yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 8.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti---Akhir 2015 25.000.000
Nilai Wajar Aset Program---Akhir 2015 111.000.000
Langkah-langkah dalam kertas kerja pada tahun 2015
(Tabel 19.3) adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan saldo awal Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP) dan
Nilai Wajar Aset Program (NWAP). Nilai NKKIP ditulis negatif karena saldo
normal kredit, sedangkan NWAP ditulis positif karena saldo normal debit.
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo
debit dengan kredit. Dalam kasus ini nilainya sama (seimbang), yairu sama-
sama Rp.100.000.000, maka tidak ada aset atau liabilitas yang diakui perusahaan
di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) pada awal tahun. Namun, jika slado kredit
pada kolom memo lebih besar dibandingkan debit (defisit), maka kelebihan
saldo defisit akan diakui sebagai liabilitas di Laporan Posisi Keuangan (Neraca).
Sebaliknya, jika saldo debit pada kolom memo leboh besar dibandingkan kredit
(surplus), maka kelebihan saldo surplus akan diakui sebagai aset di Laporan
Posisi Keuangan (Neraca) (kolom liabilitas bersaldo debit/posisit).
3. Masukkan Biaya Jasa Kini pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP
(kredit) sebesar Rp.15.000.000.
4. Masukkan Biaya Bunga pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP
(kredit) sebesar Rp.10.000.000. Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto
dikali posisi NKKIP awal tahum (10% x Rp.100.000.000).
Lanjutan...
5. Isilah pendapatan bunga pada kolom beban (kredit) dan pada kolom NWAP (debit) sebesar
Rp10.000.000. nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikali posisi NWAP awal tahun
(10% x Rp100.000.000).
6. Iuran sebesarRp12.000.000 dibayar perusahaan, sehingga terjadi kas keluar (kredit).
7. Imbalan yang dibayarkan oleh Dana Pensiun tahun ini sejumlah Rp8.000.000.
8. Pada akhir periode, aktuaris akan menyampaikan posisi NKKIP akhir tahun dengan asumsi
aktuaria terkini. Sementara mutasi saldo NKKIP juga sudah dicatat sepanjang tahun
sehingga bisa terjadi perbedaan antara saldo akhir NKKIP menurut pencatatan dengan
saldo NKKIP terkini yang dihitung aktuaris. Perbedaan nilai inilah yang menimbulkan
keuntungan (kerugian) actuarial dalam bentuk penurunan (kenaikan) nilai NKKIP menuju
nilai versi perhitungan terkini dari aktuaris. Berdasarkan pencatatan yang ada, saldo akhir
menurut aktuaria adalah Rp117.000.000 (100.000.000 + 15.000.000 +10.000.000 –
8.000.000), sedangkan saldo akhir menurut aktuaria adalah Rp125.000.000. Perbedaan ini
menyebabkan peningkatan nilai NKKIP sebesar Rp8.000.000 (kredit) dari Rp117.000.000
menjadi Rp125.000.000.
9. Pada akhir periode, manajer investasi pada Dana Pensiun akan menyampaikan posisi NWAP
akhir tahun berdasarkan hasil aktual investasi dan nilai wajar terkini. Sementara itu,
mutasi saldo NWAP dan hasil ekspektasi juga sudah dicatat sepanjang tahun sehingga bisa
terjadi perbedaan antara saldo akhir NWAP menurut pencatatan dengan saldo NWAP
terkini. Perbedaan nilai ini juga menimbulkan keuntungan (kerugian) aktuarial dalam
bentuk kenaikan (penurunan) nilai NWAP menuju nilai versi perhitungan terkini.
Berdasarkan pencatatan yang ada, saldo NWAP akhir adalah Rp114.000.000 (100.000.000
+ 10.000.000 + 12.000.000-8.000.000), sedangkan saldo akhir menurut manajer
investasi adalah Rp111.000.000. perbedaan ini menyebabkan penurunan nilai NWAP
sebesar Rp3.000.000 (kredit) dari Rp114.000.000 menjadi Rp111.000.000.
Lanjutan...
10. Sama seperti saldo awal, pada saldo akhir kolom memo dihitung posisis bersih dengan
membandingkan nilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus ini posisi kredit bernilai
Rp111.000.000, sehingga saldo defisit sebesar Rp14.000.000 akan masuk ke kolom l
iabilitas. Nilai inilah yang diakui di Laporan Posisi Keuangan (Neraca) perusahaan
pada akhir periode.
11. Menghitung saldo akhir pada kelompok Jurnal Umum yaitu dengan menjumlahkan
kolom beban senilai Rp15.000.000 (debit), kolom kas senilai Rp12.000.000 (kredit),
dan kolom penghasilan komprehensif lain tahun berjalan senilai Rp11.000.000 (debit).
Saldo debit pada penghasilan komprehensif lain mencerminkan kerugian. Agar jurnal
seimbang, maka sisanya Rp14.000.000 adalah nilai liabilitas (kredit). Dengan demikian
kita sudah dapatkan jurnal yang harus dicatat perusahaan periode ini terkait program
imbalan pasti yaitu sebagai berikut.
Dengan demikian nilai beban yang diakui pada Laporan Laba Rugi PT Haritua tahun
2015 sebesar Rp15.000.000. Nilai ini berbeda dengan program iuran pasti yang
iuran yang sudah jatuh tempo.
12. Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun.
Nilai saldo akhir pada kolom memo dan jurnal umum akan menjadi saldo awal pada kertas
kerja tahun 2016.
Contoh 19.5 Kertas Kerja Tahun 2016
Pada tahun 2016, PT Harlina memiliki posisi saldo terkait program tersebut adalah
sebagai berikut.
Nilai Kini Keawjiban Imbalan Pasti—Awal tahun 2016 125.000.000
Nilai Wajar Aset Program—Awal tahun 2016 111.000.000
Penghasilan Komprehensif Lain (debit)—Awal tahun 2016 11.000.000
Biaya Jasa Kini 17.000.000
Tingkat Diskonto 11%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 13.000.000
Imbalan pension yang dibayarkan oleh Dana Pensiun 10.000.000
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti—Akhir 2016 139.750.000
Nilai Wajar Aset Program—Akhir 2016 138.300.000
Langkah-langkah dalam kertas kerja pada
tahun2016 (Tabel 19.4) adalah sebagai
berikut.
1. Memasukkan saldo awal Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti (NKKIP), Nilai Wajar Aset
Program (NWAP), DAN Penghasilan Komprehensif Lain. Nilai tersebut diambil dari saldo
akhir pada kertas kerja tahun sebelumnya.
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo debit dengan
kredit. Dalam kasus ini posisi kredit bernilai Rp125.000.000 dan posisi debit sebesar
Rp111.000.000, sehingga kelebihan saldo kredit sebesar Rp14.000.000 (defisit) akan
masuk kolom liabilitas. Nilai inilah yang diakui Laporan Posisi Keuangan (Neraca) perusahaan
pada awal periode.
3. Langkah selanjutnya sama dengan langkah 3-9 pada contoh tahun 2015 berdasarkan
data-data tahun 2016.
4. Sama seperti saldo awal, pada saldo akhir kolom memo dihitung posisi bersih dengan
mebandingkan nilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus ini posisi kredit bernilai
Rp139.750.000 dan posisi debit sebesar Rp.138.300.000, sehigga saldo defisit sebesar
Rp1.450.000 akan masuk ke kolom liabilitas, dan nilainya akan diakui di Laporan Posisi
Keuangan (Neraca) perusahaan pada akhir tahun 2016.
Lanjutan…
5. Menghitung saldo akhir pada kelompok Jurnal Umum yaitu dengan
menunjukkan kolom beban senilai Rp18.540.000 (debit), kolom kas senilai
Rp13.000.000 (kredit), dan kolom Penghasilan Komprehensif Lain tahun
berjalan senilaI Rp18.090.000 (kredit). Agar jurnal menjadi seimbang, maka
sisanya Rp12.550.000 adalah liabilitas (debit). Dengan demikian kita sudah
dapatkan jurnal yang harus dicatat perusahaan tahun 2016 terkait program
imbalan pasti yaitu:
8. Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun. Pada langkah 6 telah dihasilkan
bahwa nilai liabilitas akhir tahun yang diakui perusahaan adalah Rp50.000.000. Nilai ini
harus sama dengan nilai dalam penjurnalan pada langkah 7 diatas dilakukan. Saldo
liabilitas awal tahun Rp1.450.000 ditambah jurnal tahun berjalan Rp48.550.000 sehingga
jumlahnya sama dengan yang dihasilkan pada langkah 6 di atas. Hasil lengkap kertas
kerja tahun 2017 adalah sebagai berikut.
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pada imbalan kerja jangka pendek, pesangon, dan imbalan pascakerja iuran pasti yang
lebih sederhana, masalah penyajian dan pengungkapan tidak diatur spesifik karena
ssudah diatur secara umum pada PSAK 1 (Revisi 2013) Penyajian Laporan Keuangan.
Sementara itu, terkait karyawan kunci diatur pada PSAK 7 (Revisi 2010)
Pengungkapan Pihak-Pihak Berelasi. Untuk masalah ketidakpastian pada Pesangon
diatur pada PSAK 57 (Revisi 2009).
PENYAJIAN
Saling Hapus
Pada perusahaan tertentu memiliki lebih dari satu program imbalan pasti, maka aset
pada suatu program dapat disalinghapuskan dengan liabilitas pada program lain jika
perusahaan memiliki hak secara hukum untuk menggunakan surplus suatu program
untuk menutupi kewajiban pada program lain. Selain itu, perusahaan juga bermaksud
menyelesaikan kewajiban tersebut dengan dasar bersih atau merealisasikan surplus
suatu program dan menyelesaikan kewajiban program lain secara bersamaan.
Klasifikasi Aset dan Liabilitas
Aset atau liabilitas yang timbul pada program imbalan pasti tidak diatur penyajiannya
apakah masuk ke aset lancar atau tidak lancar, liabilitas jangka pendek atau jangka
panjang. Namun, karena sifat program jangka panjang, sebagian besar perusahaan
mengklasifikasikan sebagai tidak lancar atau jangka pendek.
Komponen Keuangan dari Beban Imbalan Pasti
Beban pada prigram imbalan pasti terdiri atas berbagai komponen biaya seperti biaya
jasa kini, biaya bunga, dan bahkan pendapatan dari hasil investasi aset program. PSAK
24 (Revisi 2013) tidak mengatur apakah masing-masing komponen tersebut, khususnya
biaya keuangan, disajikan terpisah dengan komponen lainnya pada Laporan Laba Rugi
Komprehensif. Praktik kebanyakan adalah menggabungkan seluruh komponen biaya
tersebut menjadi satu kelompok beban.
Ilustrasi 19.1 Penyajian Liabilitas Imbalan Pasti
PENGUNGKAPAN
Perusahaan harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat program imbalan pasti dan
dampak keuangan atas perubahan program selama periode tersebut. Hal
tersebut di antaranya mencakup: gambaran umum program, kebijakan
akuntansi terkait pengakuan Keuntungan dan Kerugian Aktuarial, rekonsiliasi
nilai awal dan akhir atas saldo NKKIP dan NWAP, dan lain-lain. Selain
pengungkapan yang disyaratkan PSAK 24 (Revisi 2013), juga disyaratkan
pengungkapan berdasarkan PSAK 7 (Revisi 2009), yaitu mengungkapkan
informasi mengenai transaksi pihak-pihak berelasi dengan program imbalan
pascakerja dan imbalan pascakerja untuk personil manajemen kunci. Berikut
adalah contoh pengungkapan pada program imbalan pasti pada bagian
kebijakan akuntansi.
Grub memiliki program pensiUn imbalan pasti da iuran pasti
Program pensiun imbalan pasti adalah program pensiun yang menetapkan jumlah
imbalan pensiun yang akan diterima oleh karyawan pada saat pension, yang biasanya
tergantung pada beberapa faKtor, seperti umur, masa kerja dan jumlah kompensasi
(Dana Pensiun Astra 1- DPA1).
Program pension iuran pasti adalah program pensiun dimana Grup akan membayar
iuran tetap kepada sebuah entitas terpisah (Dana Pensiun Astra 2 – DPA 2).
Grup Diharuskan menyediakan imbalan pensiun minimum yang diatur dalam UU
No.13/2003, yang merupakan liabilitas imbalan pasti. Jika imbalan pensiun sesuai
dengan UU No.13/2003 lebih besar dari program pensiun yang ada, selisih tersebut
diakui sebagai bagian dari liabilitas imbalan pensiun.
Nilai liabilitas imbalan ditentukan dengan mendiskontokan estimasi arus kas di masa
depa dengan menggunakan tingkat bunga obligasi pemerintah jangka panjang pada
akhir periode pelaporan dalam mata uang Rupiah sesuai dengan mata uang di mana
imbalan tersebut akan dibayarkan dan memiliki jangka waktu yang sesuai dengan
liabilitas imbalan pensiun yang bersangkutan.
Keuntungan dan kerugian aktuarial yang timbul dari penyesuaian dan perubahan dalam
asumsi-asumsi actuarial langsung diakui seluruhnya melalaui pendapatan komprehensif
lainnya. Akuntansi keuntungan dan kerugian actuarial dilaporkan di saldo laba.
THANKS!