Kelas : EA-A
NIM : 142180213
CHAPTER 16
Banyak kontroversi terkait akuntansi sebagai instrumen keuangan seperti opsi saham,
obligasi konversi, dan saham preferen terkait apakah perusahaan harus melaporkan instrumen
ini sebagai liabilitas atau ekuitas. Misalnya, perusahaan harus mengklasifikasikan saham
biasa yang tidak dapat ditukarkan sebagai ekuitas karena penerbit tidak memiliki kewajiban
untuk membayar dividen atau membeli kembali saham. Pengumuman dividen merupakan
kebijaksanaan penerbit saham, seperti keputusan untuk membeli kembali saham. Demikian
pula, saham preferen yang tidak dapat ditukarkan tidak memerlukan penerbit untuk
membayar dividen atau membeli kembali saham.
UTANG KONVERSI
Obligasi koversi dapat diubah menjadi efek perusahaan lain selama beberapa periode
waktu yang ditentukan setelah penerbitan. Obligasi konversi menggabungkan imbalan dari
obligasi dengan hak istimewa untuk menukarkan saham pada opsi pemegang. Inveastor yang
membeli menginginkan jaminan pemilikan obligasi (jaminan bunga dan pokok) ditambah
opsi tambahan dari konversi jika nilai saham meningkat secara signifikan.
Perusahaan menerbitkan obligasi konversi karena dua alasan utama. Pertama untuk
meningkatkan modal ekuitas tanpa menyerahkan kendali kepemilikan lebih dari yang
diperlukan. Kedua untuk menerbitkan obligasi konversi adalah untuk mendapatkan
pembiayaan utang dengan harga terendah.
Utang konversi dicatat sebagai instrumen majemuk karena terdiri atas komponen
liabilitas dan ekuitas. Komponen ekuitas adalah jumlah residual setelah dikurangi komponen
liabilitas.
Untuk mengimplementasikan pendekatan with-and-without, perusahaan harus
melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Menentukan total nilai wajar dari utang konversi dengan komponen liabilitas dan
ekuitas.
2. Perusahan kemudian menentukan komponen liabilitas dangan menghitung nilai
sekarang neto dari semua arus kas masa depan kontraktual yang didiskontokan pada
suku bunga pasar. Suku bunga pasar ini adalah suku bunga dimana perusahaan akan
membayar untuk utang nonkonversi yang serupa.
3. Pada langkah terakhir, perusahaan mengurangi estimasi komponen liabilitas yang
dilakukan pada langkah kedua dari nilai wajar utang konversi (hasil penerbitan)
sampai pada komponen ekuitas. Artinya, komponen ekuitas adalah nilai wajar utang
konversi tanpa komponen liabilitas.
Induksi Konversi
Terkadang penerbit ingin mendorong agar utang konversi ke efek ekuitas bisa lebih
cepat dilakukan untuk mengurangi biaya bunga atau untuk meningkatkan rasio utang
terhadap ekuitas. Dengan demikian, penerbit dapat menawarkan beberapa bentuk penilian
tambahan (seperti kas atau saham biasa), yang disebut “pemanis”, untuk induksi konversi.
Perusahaan penerbit melaporkan pemanis sebagai beban periode berjalan. Jumlahnya adalah
nilai wajar dari efek tambahan atau penilaian lain yang diberikan.
Beberapa pihak berpendapat bahwa biaya induksi konversi adalah biaya untuk
mendapatkan modal ekuitas. Akibatnya, mereka berpendapat bahwa perusahaan harus
mengakui biaya konversi sebagai biaya (pengurang) dari modal ekuitas yang diperoleh dan
bukan sebagai beban. Namun, IASB menunjukkan bahwa ketika perusahaan penerbit
melakukan pembayaran tambahan untuk mendorong terjadinya konversi, pembayaran adalah
untuk jasa (pemegang obligasi konversi pada waktu tertentu) dan harus dilaporkan sebagai
beban.
Saham preferen konversi termasuk memiliki pilihan bagi para pemegang untuk
mengonversi saham preferekn menjadi jumlah yang tetap dari saham biasa. Perbedaan utama
dari akuntansi untuk obligasi konversi dan saham preferen konversi terletak pada
klasifikasinya. Obligasi konversi adalah instrumen majemuk karena memiliki komponen
liabilitas dan komponen ekuitas. Saham preferen konversi (kecuali terdapat penebusan wajib)
bukan termasuk ke dalam instrumen majemuk karena hanya memiliki komponen ekuitas.
Akibatnya, saham preferen konversi dilaporkan sebagai bagian dari ekuitas. Ketika saham
preferen dikonversi atau dibeli kembali, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui.
Alasannya adalah bahwa perusahaan tidak mengakui keuntungan atau kerugian yang
melibatkan transaksi dengan pemegang saham yang ada.
WARAN SAHAM
Waran adalah sertifikat yang memberikan hak pemegang saham untuk membeli
saham pada harga tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Waran, jika
dilaksanakan akan menjadi saham biasa dan biasanya memiliki efek dilutif (mengurangi laba
per saham) mirip dengan konversi pada obligasi konversi. Namun, perbedaan substansial
antara efek konversi dan waran saham adalah setelah pelaksanaan waran, pemegang harus
membayar sejumlah uang tertentu untuk mendapatkan saham.
Penerbitan waran atau opsi untuk membeli saham tambahan biasanya timbul dalam
tiga situasi berikut :
1. Ketika mengeluarkan berbagai jenis efek, seperti obligasi atau saham preferen,
perusahaan sering memasukaan waran untuk membuat efek lebih menarik dengan
memberikan “insentif dorongan ekuitas.”
2. Ketika penerbitan saham biasa tambahan, pemegang saham lama memiliki hak untuk
memesan efek terlebih dahulu untuk membeli saham biasa yang pertama. Perusahaan
dapat menerbitkan waran sebagai bukti atas hak itu.
3. Perusahaan memberikan waran, sering disebut dengan opsi saham, kepada eksekutif
dan karyawan sebagai bentuk kompensasi.
Waran yang diterbitkan dengan efek lainnya pada dasarnya opsi jangka panjang untuk
membeli saham biasa pada harga tetap. Secara umum, umur waran adalah lima tahun,
kadang- kadang 10 tahun, tetapi sangat jarang, perusahaan juga dapat menawarkan waran
perpetual.
Utang yang diterbitkan dengan waran saham adalah instrumen majemuk yang
memiliki komponen utang dan ekuitas. Akibatnya, perusahaan harus menggunakan metode
dengan dan tanpa untuk mengalokasikan dana hasil antara kedua komponen.
Hak untuk Berlangganan Saham Tambahan
Jika direksi perusahaan memutuskan untuk menerbitkan saham biasa baru, pemegang
saham lama umumnya memiliki hak (istimewa untuk memesan efek terlebih dahulu) untuk
membeli saham baru yang diterbitkan sesuai dengan jumlah kepemilikannya. Hak istimewa
ini disebut sebagai hak saham (share right), menyelamatkan pemegang saham lama untuk
memikul beban akibat dilutif atas hak suara tanpa persetujuan mereka. Selain itu, hak ini
memungkinkan mereka untuk membeli saham yang kemungkinan dibawah nilai pasarnya.
Bentuk ketiga waran muncul dalam program kompensasi saham untuk membayar dan
memotivasi karyawan. Waran merupakan opsi saham yang memberikan karyawan kunci atau
opsi untuk membeli saham biasa pada harga tertentu selama periode waktu yang lama.
Konsensus opini adalah bahwa program kompensasi yang efektif merupakan salah
satu yang memenuhi hal-hal berikut :
Saham Terbatas
IASB menunjukan bahwa tidak ada alasan untuk memperlakukan program saham
karyawn berbasis perluasan berbeda dengan program saham karyawan lainnya.
Pengungkapan Program Kompensasi
1. Sifat dan tingkat pengaturan pembayaran berbasis saham yang ada selama periode
tersebut.
2. Bagaimana nilai wajar barang dan jasa yang diterima, atau nilai wajar instrumen
ekuitas yang diberikan selama periode tersebut telah ditentukan.
3. Pengaruh transaksi pembayaran berbasis saham pada laba/rugi neto perusahaan
selama periode berjalan dan pada posisi keuangannya.
IASB menghadapi pertentangan yang cukup besar ketika mengusulkan metode nilai
wajar untuk akuntansi opsi saham. Hal ini tidak mengherankan, mengingat bahwa metode
nilai wajar menghasilkan biaya kompensasi yang relatif lebih besar dibiandingkan model
nilai intrinsik.
Media keuangan sering melaporkan data laba per saham. Laba per saham menunjukan
laba yang diperoleh setiap saham biasa. Dengan demikian, perusahaan melaporkan laba per
saham hanya untuk saham biasa.
Struktur modal perusahaan disebut sederhana (simple) jika hanya terdiri dari saham
biasa atau tidak mencakup saham biasa potensial dimana setelah konversi atau eksekusi yang
dapat mendilusi laba per saham biasa. Dalam hal ini, perusahaan melaporkan laba per saham
dasar (basic earning per share). Struktur modal disebut kompleks jika terdiri dari efek
(saham biasa potensial) yang dapat memiliki efek dilutif terhadap laba per saham biasa
diluted earning per share).
Perhitungan laba per saham dasar untuk struktur modal sederhana melibatkan dua item
: 1. Dividen saham preferen, 2. Jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar.
Dividen Saham Preferen
Laba per saham berhubungan dengan laba per saham biasa. Ketika perusahaan
memiliki saham biasa dan saham preferen yang beredar, maka akan mengurangi dividen
saham preferen pada tahun berjalan dari laba neto untuk mendapatkan laba yang tersedia bagi
pemegang saham biasa. Rumus untuk menghitung laba per saham :
Dalam melaporkan informasi laba per saham, perusahaan harus menghitung laba yang
tersedia bagi pemegang saham biasa. Untuk melakukannya, perusahaan mengurangi dividen
saham preferen dari laba operasi yang dilanjutkan dan laba neto. Jika perusahaan
mengumumkan dividen atas saham preferen dan terjaid rugi neto, perusahaan akan
menambahkan dividen saham preferen terhadap kerugian untuk tujuan menghitung rugi per
saham.
Jika saham preferen bersifat kumulatif dan perusahaan mengumumkan tidak ada
dividen pada tahun berjalan, maka perusahaan akan mengurangi atau menambahkan jumlah
yang sama dengan dividen yang seharusnya dinyatakan pada tahun berjalan hanya dari laba
neto atau kerugiannya. Perusahaan harus memasukkan dividen tunggakan untuk tahun-tahun
sebelumnya dalam perhitungan tahun-tahun sebelumnya.
Dalam semua perhitungan laba per saham, jumlah rata-rata tertimbang saham yang
beredar pada periode bersangkutan merupakan dasar untuk melaporkan jumlah per saham.
Saham yang diterbitkan atau dibeli selama periode bersangkutan memengaruhi jumlah yang
beredar. Perusahaan harus memberikan bobot saham berdasarkan fraksi periode yang beredar.
Dasar pemikiran untuk pendekatan ini adalah untuk menemukan jumlah yang setara dengan
seluruh saham yang beredar tahun tersebut.
Ketika dividen saham atau pemecahan saham terjadi, perusahaan perlu menyatakan
kembali saham yang beredar sebelum dividen saham atau pemecah saham, dengan tujuan
untuk menghitung jumlah rata-rata tertimbang saham.
Salah satu masalah yang muncul dari perhitungan EPS dasar adalah tidak ada
pengakuan dampak potensial dari efek dilutif dalam perusahaan. Efek dilutif adalah efek
yang dapat dikonversi ke saham biasa. Setelah dikonversi atau dieksekusi oleh pemegang
saham, efek dilutif akan mengurangi laba per saham. Pengaruh yang merugikan pada EPS
dapat signifikan dan lebih pentingnya, tidak dapat diperkirakan kecuali laporan keuangan
memberikan perhatian terhadap dampak yang berpotensi dilutif.
Struktur modal kompleks terjadi ketika perusahaan memiliki efek konversi, opsi,
waran, atau hak lain yang pada saat konversi atau eksekusi yang dapat mendilusi laba per
saham. Ketika perusahaan memiliki struktur modal kompleks, maka perusahaan melaporkan
laba per saham dasar dan laba per saham diluisan.
Menghitung EPS dilusian sama dengan menghitung EPS dasar. Perbedaannya adalah
EPS dilusian memasukkan dampak dari semua saham biasa yang berpotensi dilutif yang
beredar selama periode berjalan.
Pada saat konversi, perusahaan menukarkan efek konversi dengan saham biasa.
Perusahaan mengukur dampak dilutif dari konversi pada EPS potensial menggunakan metode
jika dikonversi. Metode ini untuk obligasi konversi dengan mengasumsikan :
Perusahaan memasukkan ke laba persaham dilusian untuk semua opsi saham dan
waran yang beredar (apakah dapat dieksekusi atau tidak), kecuali bersifat antidilutif.
Perusahaan menggunakan metode saham treasuri untuk memasukkan opsi, waran, dan
ekuivalennya ke dalam perhitungan EPS.
1. Jumlah yang digunakan sebagai pembilang dalam menghitung laba per saham dasar
dan dilusian, serta rekonsiliasi jumlah tersebut ke laba neto atau rugi neto.
Rekonsiliasi harus mencakup dampak individu dari setiap kelas instrumen yang
memengaruhi laba per saham.
2. Jumlah rata-rata tertimbang saham biasa yang digunakan sebagai penyebut untuk
menghitung laba per saham dasar dan dilusian, dan rekonsiliasi penyebut ini antara
satu sama lain. Rekonsiliasi harus mencakup dampak individu dari setiap kelas
instrumen yang memengaruhi laba per saham.
3. Instrumen (termasuk saham yang dapat diterbitkan secara kontinjen) yang berpotensi
mendilusi laba persaham dasar dimasa depan, tetapi tidak dimasukkan ke dalam
perhitungan laba per saham dilusian karena bersifat antidilutif selama periode sajian.
4. Penjelasan atas transaksi saham biasa atau transaksi saham biasa potensial yang
terjadi setelah periode pelaporan dan yang akan mengubah secara signifikan jumlah
saham biasa atau saham biasa potensial yang beredar pada akhir periode jika transaksi
tersebut telah terjadi sebelum akhir periode pelaporan.
Ringkasan Perhitungan EPS