Anda di halaman 1dari 26

BAB VIII

IMBALAN KERJA

TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah membaca dan mengkaji topik ini, pembaca akan mampu:
1. Mengetahui dasar peraturan imbalan kerja;
2. menjelaskan pengertian imbalan kerja;
3. menjelaskan jenis-jenis imbalan kerja;
4. menjelaskan pengakuan dan pengukuran program iuran pasti;
5. menjelaskan pengakuan dan pengukuran program imbalan pasti;
6. menjelaskan penyajian dan pengungkapan imbalan kerja; dan
7. menganalisis penyajian dan pengungkapan imbalan kerja.

8.1 PENDAHULUAN
8.1.1 Dasar Regulasi Imbalan Kerja
Terdapat peraturan yang menjadi dasar penerapan imbalan kerja pada suatu
entitas. Peraturan tersebut adalah :
a. Undang-Undang

• Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan


• Undang-undang No. 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial
• Undang-Undang No. 11 tahun 1992 tentang Program Pensiun
b. Peraturan Pemerintah

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Program


Jaminan Pensiun.
 Pemberi kerja penyelenggara Negara
 Pemberi kerja bukan penyelenggara Negara

1
Dengan berlakunya UU no.13 tahun 2003, maka imbalan pasca kerja yang terdiri
dari pesangon, penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak menjadi bersifat
pasti atau defined benefit. Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam pasal 167. Imbalan
Kerja Menurut UU 13/2003, terdiri dari :
a. Imbalan Kerja Jangka Pendek (IKJP) terdiri dari:
 gaji
 Uang lembur,
 bonus,
 Cuti tahunan,
 THR dan tunjangan lainnya
b. Imbalan Pasca Kerja (IPK) terdiri dari:
 Uang Pesangon (UP),
 Uang Penghargaan Masa Kerja (PMK),
 Uang Penggantian Hak (UPH).

8.1.2 Ilustrasi Regulasi Ketenagakerjaan terkait Imbalan Kerja

2
8.1.3 Standar Akuntansi tentang Imbalan Kerja
Imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan perusahaan atas
jasa yang diberikan oleh pekerjanya. Perlakuan akuntansi atas imbalan kerja diatur
dalam PSAK 24 (Penyesuaian 2014): Imbalan Kerja. Imbalan kerja tersebut merupakan
konvergensi dari IAS 19: Employee Benefits. Dalam PSAK 24 (Penyesuaian 2014)
dinyatakan bahwa imbalan kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan entitas
dalam pertukaran atas jasa yang diberikan oleh pekerja atau untuk terminasi kontrak
kerja.
Pernyataan ini diterapkan untuk seluruh imbalan kerja, termasuk yang diberikan:
a. melalui program formal atau perjanjian formal lainnya antara perusahaan dan
pekerja, serikat kerja, atau perwakilan pekerja;
b. melalui peraturan perundang-undangan atau peraturan industri dimana perusahaan
diwajibkan untuk ikut serta pada program nasional, industri atau program multi
pemberi kerja lainnya;
c. oleh kebiasaan yang menimbulkan kewajiban konstruktif. Kebiasaan akan
menimbulkan kewajiban konstruktif jika perusahaan tidak memiliki alternatif
realistis selain membayar imbalan kerja.
Imbalan kerja meliputi imbalan yang diberikan kepada pekerja atau
tanggungannya atau penerima manfaat dan dapat diselesaikan dengan pembayaran (atau
dengan penyediaan barang atau jasa), baik secara langsung kepada pekerja, pasangan
hidup mereka, anak-anak atau tanggungan lain, atau kepada pihak lain seperti
perusahaan asuransi.
Berdasarkan PSAK tersebut, imbalan kerja dikelompokkan menjadi:
1. imbalan kerja jangka pendek;
2. imbalan pasca kerja;
3. imbalan kerja jangka panjang lain; dan
4. pesangon.
Selain PSAK 24, imbalan kerja juga diatur dalam SAK ETAP bab 23.
Berdasarkan SAK ETAP bab 23, imbalan kerja terdiri dari :
1. Imbalan kerja jangka pendek

3
2. Imbalan pasca kerja
3. Imbalan kerja jangka panjang lainnya, dan
4. Pesangon pemutusan kerja.

8.2 JENIS IMBALAN KERJA


Jenis imbalan kerja yang diatur dalam PSAK 24 (Penyesuaian 2014) yaitu
imbalan kerja jangka pendek, pesangon, imbalan pascakerja, dan imbalan kerja jangka
panjang.
8.2.1 Imbalan Kerja Jangka Pendek
Imbalan kerja jangka pendek adalah imbalan kerja (selain pesangon) yang jatuh
tempo dalam waktu 12 bulan setelah akhir periode pelaporan saat pekerja memberikan
jasa. Contoh imbalan kerja jangka pendek antara lain: gaji, upah, iuran jaminan sosial,
cuti berimbalan, pembagian laba dan bonus, atau imbalan lainnya seperti rumah dan
kendaraan dinas.
Pengakuan dan Pengukuran
Imbalan kerja jangka pendek diakui saat pekerja telah memberikan jasa.
Seluruh imbalan yang menjadi hak karyawan diakui sebagai beban, kecuali jika
imbalan tersebut termasuk dalam biaya produksi persediaan atau perolehan aset tetap
(PSAK 16), maka harus dikapitalisasi sesuai ketentuan pada PSAK 14 (Revisi 2008)
Persediaan dan PSAK 16 (Revisi 2011) Aset Tetap. Jika terdapat imbalan yang
terutang, maka akan diakui sebagai liabilitas. Aturan pengakuan dan pengukuran ini
sedikit berbeda untuk cuti berimbalan dan bagi laba dan bonus.
Cuti berimbalan adalah hak cuti yang memberikan kompensasi berupa imbalan.
Hak cuti ini ada yang dapat diakumulasi dan ada juga yang tidak, bergantung pada
kebijakan perusahaan. Untuk cuti imbalan yang dapat diakumulasi diakui pada saat
pekerja memberikan jasa, sedangkan untuk cuti yang tidak dapat diakumulasi diakui
saat cuti terjadi. Perusahaan harus mengakui beban sebesar prakiraan:
1. imbalan yang akan diterima pada saat pekerja memberikan jasa yang menambah
hak cuti berimbalan di masa depan, jika cuti boleh diakumulasi; dan
2. imbalan yang diterima pada saat cuti terjadi, jika cuti tidak boleh diakumulasi.

4
Berikut diberikan ilustrasi untuk pengakuan dan pengukuran cuti berimbalan.
PT MERDEKA memiliki 5 karyawan yang diberikan cuti berimbalan sebesar Rp
100.000 untuk 5 hari kerja. Selama tahun 2012, karyawan yang cuti 5 hari 1 orang
sedangkan sisanya cuti 3 hari kerja. Jurnal yang dibuat oleh PT Merdeka:
a. Jika cuti diakumulasi
Beban cuti berimbalan 1.700.000*
Kas 1.700.000
(untuk mencatat cuti yang sudah menjadi beban dan diambil oleh
karyawan)
*(1 orang x 5 hari x Rp100.000) + (4 orang x 3 hari x Rp 100.000)
Beban cuti berimbalan 800.000 **
Utang gaji 800.000
(untuk mencatat hak cuti yang belum diambil oleh karyawan)
**(4 orang x 2 hari ) x Rp100.000

b. Jika cuti tidak diakumulasi


Beban cuti berimbalan 1.700.000 *
Kas 1.700.000
*(1 orang x 5 hari x Rp100.000) + (4 orang x 3 hari x Rp 100.000)

Pengakuan imbalan dengan bentuk laba dan bonus diakui sebesar prakiraan
pembayaran, apabila:
1. Ada kewajiban hukum atau kewajiban konstruktif sebagai akibat dari peristiwa
masa lalu
2. Dapat diestimasi secara andal
Kewajiban konstruktif timbul jika, dan hanya jika, entitas tidak mempunyai
alternatif realistis lainnya kecuali melakukan pembayaran. Jurnal yang dicatat adalah
sebagai berikut:
Beban imbalan kerja-bonus xx
Biaya yang masih harus dibayar (liabilitas) xx

Contohnya, jika perusahaan mempunyai kewajiban membagi laba sebesar 5% kepada seluruh
karyawan yang sudah bekerja selama 1 tahun penuh. Apabila laba tahun berjalan Rp 100 milyar,
maka perusahaan harus mengakui utang dan beban sebesar Rp 5 milyar.

5
Beban imbalan kerja-bonus 5.000.000.000
Biaya yang masih harus dibayar (liabilitas) 5.000.000.000

8.2.2 Imbalan Pasca Kerja


Imbalan pasca kerja merupakan imbalan kerja yang diberikan perusahaan (selain
pesangon) dan akan diberikan kepada karyawan setelah menyelesaikan masa kerjanya.
Imbalan pasca kerja mencakup:
a. imbalan purna karya (contohnya pensiun dan pembayaran lumpsum pada saat
purnakarya); dan
b. imbalan pasca kerja lain, seperti asuransi jiwa pasca kerja dan fasilitas pelayanan
kesehatan pasca kerja.
Di Indonesia, pengelolaan imbalan pasca kerja dilakukan oleh entitas terpisah
dari perusahaan yaitu oleh Dana Pensiun (UU No. 11 Tahun 1992). Perusahaan hanya
menyediakan dana berupa iuran kepada Dana Pensiun, sedangkan imbalan kepada
karyawan yang telah pensiun akan dibayarkan oleh Dana Pensiun. Perusahaan tidak
diperkenankan membentuk cadangan dalam perusahaan untuk membiayai imbalan
pascakerja, melainkan harus melalui lembaga Dana Pensiun.Akuntansi untuk pensiun
dibedakan menjadi akuntansi untuk entitas pemberi kerja dan bagi entitas dana pensiun.
Gambar 1 berikut menunjukkan pihak yang terlibat dalam program pensiun (Kieso, et
al., 2011: 1068).
Kontribusi Manfaat (Pembayaran)
Entitas Dana Pekerja
Pensiun

Investasi
Gambar 8.1 Proses Progam Pensiun
Dana yang ada pada dana pensiun sebagai suatu program (plant asset), diperoleh
dari iuran yang disetor pemberi kerja maupun pekerja. Dana ini dihimpun dan
diinvestasikan berdasarkan kesepakatan antara karyawan dan manajemen perusahaan
yang tertuang dalam Perjanjian Kerjasama, peraturan dana pensiun dan arahan investasi.
Program imbalan pasca kerja terdiri dari 2 jenis yaitu:

6
1. Program Iuran Pasti
Dalam program ini pemberi kerja membayar iuran sebesar jumlah yang sudah
ditetapkan berdasarkan peraturan Dana pension, dan seluruh iuran serta hasil
pengembangannya dibukukan pada masing-masing rekening peserta sebagai
manfaat pensiun. Pemberi kerja tidak memiliki kewajiban konstruktif (kewajiban
hukum) untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana Pensiun tidak memiliki aset
yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja terkait dengan jasa yang
diberikan oleh pekerja pada periode berjalan dan sebelumnya. Risiko investasi Dana
pension sepenuhnya ditanggung oleh peserta dana pension, bukan lagi perusahaan.
Program pension iuran pasti terdiri dari beberapa jenis, yaitu (Purba, 2012):
a. Money purchase plan: pada jenis program pension ini, iuran ditetapkan sebesar
persentase tertentu dari jumlah gaji karyawan.
b. Profit sharing pension plan: besarnya iuran yang disetor kepada dana pension
adalah sebesar persentase tertentu dari laba yang diperoleh perusahaan sebelum
dipotong pajak.
c. Saving plan: jenis program iuran pasti ini pada prinsipnya sama dengan money
purchase plan, hanya saja jumlah besarnya iuran di tentukan oleh pekerja.
2. Program Imbalan Pasti
Dalam program ini pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan yang
disepakati akan diterima pekerja saat selesai masa kerja nanti. Pemberi kerja
memiliki kewajiban konstruktif untuk membayar iuran lebih lanjut jika Dana
Pensiun tidak memiliki aset yang cukup untuk membayar seluruh imbalan kerja
sebesar nilai yang telah disepakati.

A. Akuntansi Program Iuran Pasti


Program Iuran Pasti adalah suatu program imbalan pascakerja di mana pemberi
kerja membayar iuran sebesar jumlah yang sudah ditetapkan kepada Dana Pensiun,
namun jumlah imbalan yang akan dibayarkan tidak ditentukan karena tergantung dari
ketersediaan aset program.

7
Pengakuan dan Pengukuran
Pemberi kerja akan membayar iuran atas periode ketika pekerja telah
memberikan jasanya kepada perusahaan. Seluruh iuran yang telah jatuh tempo pada
bulan tersebut akan diakui sebagai beban. Namun jika perusahaan belum membayar
atau baru membayar sebagian iuran yang telah jatuh tempo maka atas jumlah yang
belum dibayar diakui sebagai liabilitas. Jika iuran tidak jatuh tempo seluruhnya dalam
jangka waktu 12 bulan setelah akhir periode saat pekerja memberikan jasanya, maka
nilainya didiskontokan.
Contoh kasus:
• Juni 2018, iuran pensiun yang harus dibayar oleh PT ASD untuk bulan tersebut
Rp 5.000.000. Jika iuran tersebut dibayar semua maka jurnal yang dibuat adalah:
Beban Rp 5.000.000
Kas Rp 5.000.000

• Jika baru Rp 3.000.000 dibayar, sisanya belum dibayar sampai akhir Juni 2018.
Maka jurnalnya adalah :
Beban Rp 5.000.000
Kas Rp 3.000.000
Liabilitas jk pendek Rp 2.000.000

B. Akuntasni Program Imbalan Pasti


a. Pengertian
PSAK 24 (Penyesuaian 2014) menyatakan bahwa program imbalan pasti adalah
program imbalan pascakerja yang bukan merupakan program iuran pasti (IAI, 2014:
24.2). Program imbalan pasti adalah suatu program imbalan pascakerja di mana
pemberi kerja wajib membayar sesuai dengan imbalan yang disepakati bagi pekerja saat
selesai masa kerja nanti. Entitas pemberi kerja memiliki kewajiban untuk membayar
iuran lebih lanjut jika Dana Pensiun tidak memiliki aset (dana) yang cukup untuk
membayar seluruh imbalan kerja sebesar nilai yang telah disepakati. Program imbalan
pasti menyediakan imbalan yang dijanjikan kepada karyawan di akhir masa kerja dan
entitas pemberi kerja harus memastikan telah membayar cukup iuran untuk memenuhi
beban imbalan yang ditentukan dalam program itu. Oleh karena itu, jumlah iuran yang

8
harus dibayar entitas pemberi kerja tiap periode tidak dapat ditentukan, tergantung dari
kondisi aset program.
Perlakuan akuntansi untuk program imbalan pasti lebih kompleks, karena
menuntut adanya asumsi aktuarial untuk mengukur kewajiban dan beban, serta terdapat
kemungkinan adanya keuntungan dan kerugian aktuarial. Imbalan ditentukan dengan
variabel-variabel yang belum pasti di masa depan, seperti mortalitas, absensi karyawan,
lamanya masa kerja, tingkat kompensasi, dan suku bunga (Juan dan Wahyuni, 2012:
463).
Pemahaman atas perlakuan akuntansi program imbalan pasti, harus dimulai
dengan memahami dua komponen utamanya, yaitu kewajiban imbalan pasti (defined
benefit obligation) dan aset program (plan asset). Berikut adalah penjelasan masing-
masing.
b. Kewajiban Imbalan Pasti
Pada program imbalan pasti, perusahaan memiliki kewajiban hukum dan
konstruktif untuk memenuhi pembayaran imbalan pada saat pekerja pensiun, yang
disebut Kewajiban Imbalan Pasti. Imbalan tersebut dapat dibayarkan sekaligus
(lumpsum) atau secara bertahap (bulanan).
Kewajiban imbalan pasti dihitung menggunakan asumsi aktuaria karena
banyaknya faktor internal dan eksternal perusahaan yang memengaruhi nilai kewajiban
imbalan pasti, sehingga memerlukan asumsi demografis dan asumsi keuangan. Asumsi
demografis di antaranya adalah tingkat mortalitas, tingkat perputaran pekerja, dan
tingkat pensiun dini. Sementara itu, asumsi keuangan meliputi di antaranya tingkat
diskonto, tingkat kenaikan gaji, biaya kesehatan, dan lain-lain. Oleh karena itu
perhitungan kewajiban imbalan pasti memerlukan penilaian aktuaria.
Kewajiban imbalan pasti merupakan imbalan yang akan dibayarkan di masa
depan atas jasa pekerja periode berjalan dan periode-periode lalu. Kewajiban masa
depan tersebut diukur pada tanggal pelaporan sebesar nilai kini (present value)
menggunakan tingkat diskonto, yang selanjutnya disebut dengan Nilai Kini Kewajiban
Imbalan Pasti (NKKIP). Nilai ini dihitung oleh aktuaris secara berkala dengan asumsi
kuangan dan demografi terkini.

9
Faktor-faktor yang memengaruhi NKKIP meliputi:
1. Biaya Jasa yang mencakup:
a. Biaya Jasa Kini,
yaitu kenaikan NKKIP atas jasa pekerja dalam periode berjalan. Dengan
bertambahnya masa kerja satu periode, maka menimbulkan biaya jasa kini pada
periode tersebut dan menyebabkan peningkatan NKKIP yang akan dibayarkan
nanti.
b. Biaya Jasa Lalu,
yaitu perubahan NKKIP akibat perusahaan melakukan amandemen program
imbalan pasti atau melakukan kurtailmen (penurunan signifikan dalam jumlah
pekerja yang ditanggung oleh program). Amandemen dapat meningkatkan atau
menurunkan nilai NKKIP, sedangkan kurtailmen menurunkan nilai NKKIP.
c. Keuntungan atau kerugian atas penyelesaian (settlement),
yaitu ketika perusahaan melakukan transaksi yang menghapuskan semua
kewajiban hukum atau konsrukrtif atas sebagian atau seluruh imbalan dalam
program imbalan pasti. Settlement menurunkan nilai NKKIP.
2. Biaya Bunga,
yaitu kenaikan NKKIP yang timbul selama suatu periode karena periode
semakindekat dengan penyelesaian (pembayaran imbalan). Sesuai dengan prinsip
nilai waktu atas uang (time value of money), nilai kini (present value) akan lebih
rendah dibandingkan nilai masa depan dan nilai kini tersebut akan meningkat
mendekati nilai masa depannya seiring berjalannya waktu akibat jarak periode yang
semakin dekat. Peningkatan NKKIP tersebut diakui tiap periode sebagai biaya
bunga. Biaya bunga ini nantinya akan disalinghapuskan dengan pendapatan bunga
atas aset program menjadi beban (pendapatan) bunga neto.
3. Pengukuran kembali (remeasurement),
mencakup keuntungan dan kerugian aktuarial, yaitu penyesuaian akibat perubahan
asumsi aktuaria atas NKKIP. Nilai NKKIP harus ditelaah ulang secara
periodik,sehingga asumsi yang digunakan dapat mengalami perubahan setiap
periode. NKKIP yang diakui adalah berdasarkan asumsi aktuaria terkini sehingga

10
apabila nilai tercatat NKKIP menurut perusahaan lebih rendah, maka nilai NKKIP
harus dinaikkanmenjadi nilai berdasarkan asumsi aktuaria terkini. Peningkatan
NKKIP tersebut menimbulkan kerugian aktuarial. Sebaliknya, jika nilai tercatat
NKKIP menurut perusahaan lebih tinggi daripada nilai berdasarkan asumsi aktuaria
terkini, maka terjadi penurunan NKKIP sehingga menimbulkan keuntungan
aktuarial. Keuntungan (kerugian) yang timbul dari pengukuran kembali atas NKKIP
diakui sebagai pengahasilan komprehensif lain.
Selain ketiga faktor tersebut, NKKIP juga dipengaruhi oleh imbalan yang
dibayar. Jika imbalan dibayar maka NKKIP akan berkurang dananya yang diambil dari
aset program, sehingga Nilai Wajar Aset Program (NWAP) juga ikut berkurang.

c. Aset Program
Untuk memenuhi kewajiban imbalan pasti tersebut, perusahaan menyisihkan
dana yang dibayarkan melalui iuran secara periodik kepada Dana Pensiun. Dana
tersebut diakumulasikan dan diinvestasikan sebagai aset program. Dalam pengelolaan
(investasi) atas aset program juga terdapat ketidakpastian terkait hasil investasi. Hasil
ini dapat menimbulkan perbedaan antara imbal hasil yang diharapkan dengan imbal
hasil aktual.
Aset program adalah dana yang disediakan untuk membayar kewajiban imbalan
pasti. Aset program tersebut dikelola secara terpisah di Dana Pensiun. Aset program
diukur pada tanggal pelaporan sebesar nilai wajar (fair value), disebut Nilai Wajar
Aset Program (NWAP). Faktor-faktor yang mempengaruhi NWAP adalah sebagai
berikut.
1. Pendapatan bunga,
yaitu kenaikan NWAP yang timbul selama suatu periode karena adanya imbal hasil
yang diharapkan. Nilai NWAP tersebut diharapkan akan meningkat seiring
berjalannya waktu. Peningkatan NWAP tersebut diakui tiap periode sebagai
pendapatan bunga. Pendapatan bunga ini nantinya akan disalinghapuskan dengan
beban bunga atas NKKIP menjadi pendapatan (beban) bunga neto. Pendapatan

11
bunga dihitung dari tingkat bunga dikalikan dengan nilai aset program awal periode.
Tingkat bunga yang digunakanuntuk pendapatan bunga sama dengan beban bunga.
2. Iuran atau penarikan.
Iuran yang dibayarkan perusahaan kepada Dana Pensiun akan menambah NWAP,
sedangkan penarikan (jika memenuhi syarat tertentu) akan mengurangi NWAP.
3. Pengukuran kembali (remeasurement),
mencakup keuntungan dan kerugian aktuarial, yaitu penyesuaian akibat
perbedaanantara ekspektasi dan nilai aktual atas aset program. Nilai yang akhirnya
diakui dalam aset program adalah nilai wajar akhir periode, sehingga apabila nilai
wajar akhir periode lebih rendah dibanding ekspektasinya, maka nilai aset program
harus diturunkan menjadi nilai aktualnya untuk menghasilkan NWAP. Penurunan
nilai aset program tersebut menimbulkan kerugian aktuarial. Sebaliknya, jika nilai
wajar akhir periode lebih tinggi daripada nilai ekspektasinya, maka terjadi
peningkatan nilai aset program dan menimbulkan keuntungan aktuarial.
Keuntungan (kerugian) yang timbul dari pengukuran kembali atas NWAP diakui
sebagai pengahasilan komprehensif lain.
Ketika terjadi keuntungan (kerugian) aktuarial, baik atas NKKIP atau NWAP,
maka keuntungan (kerugian) tersebut diakui langsung sebagai penghasilan
komprehensif lain (other comprehensive income).
Gambar 8.2 berikut merupakan ringkasan faktor-faktor yang mempengaruhi
NKKIP dan NWAP.

Biaya Jasa:
 Biaya jasa kini
 Biaya jasa lalu
 Keuntungan (kerugian) atas 12
penyelesaian
Biaya bunga
Remeasurement
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti
(NKKIP)

Nilai Wajar Aset Program


Pendapatan bunga (NWAP)
Iuran atau penarikan

Gambar 8.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi NKKIP dan NWAP


d. Nilai Liabilitas dan Beban yang Diakui
Tujuan akuntansi atas program imbalan pasti berawal pada bagaimana mengakui
dan mengukur nilai liabilitas di laporan posisi keuangan dan nilai beban di laporan laba
rugi. Berbeda dengan program iuran pasti nilai liabilitas yang diakui di laporan posisi
keuangan bukanlah sejumlah iuran yang terutang pada akhir periode pelaporan,
melainkan nilai defisit atau surplus atas aset terhadap nilai kewajiban pada program
imbalan pasti.
1. Nilai Liabilitas
Nilai yang diakui sebagai liabilitas di laporan posisi keuangan adalah sebesar jumlah
bersih dari:
 NKKIP pada akhir periode pelaporan,
 dikurangi: NWAP pada akhir periode pelaporan.
2. Nilai Beban
Nilai beban yang diakui pada laporan laba rugi pada program imbalan pasti
bukanlah sebesar iuran yang jatuh tempo seperti pada program iuran pasti. Beban
tersebut dihitung sebesar nilai bersih dari:
 biaya jasa,
 dikurangi (ditambah): pendapatan (beban) bunga bersih.
Prinsip dasar perhitungan tersebut adalah semua komponen yang memiliki
karakteristik beban akan menambah jumlah beban yang diakui di laporan laba rugi, dan
sebaliknya jika memiliki karakteristik pendapatan akan mengurani jumlah beban yang
diakui.

13
e. Kertas Kerja
Untuk menghitung beban dan liabilitas yang diakui perusahaan, sebaiknya
menggunakan kertas kerja agar lebih praktis dan mudah dipahami. Berikut adalah
format kertas kerja yang diadopsi dari Kieso, et al., (2011: 1075) yang disesuaikan
dengan PSAK 24 (Penyesuaian 2014).

Tabel 8.1 Format Kertas Kerja


JURNAL UMUM MEMO
TAHUN Penghasilan
Beban Kas Komprehensif Liabilitas NKKIP NWAP
Lain
Saldo awal
Biaya jasa kini
Biaya bunga
Pendapatan bunga
Iuran
Imbalan
Pengukuran kembali-NKKIP
Pengukuran kembali-NWAP
Jumlah tahun berjalan
Saldo akhir

Berdasarkan tabel 8.1 tersebut, kertas kerja terdiri dari dua bagian utama, yaitu jurnal
umum dan memo. Berikut penjelasan masing-masing dan beberapa ketentuan mengenai
penggunaan kertas kerja .
 Jurnal umum berfungsi sebagai pedoman penjurnalan oleh perusahaan.
 Memo merupakan posisi aset dan liablilitas terkait program yang ada di dana
pensiun. Perusahaan tidak mencatat aset dan liabilitas pada kolom memo, melainkan
hanya sebagai controlling account dan mengakui selisih bersihnya saja dalam
laporan posisi keuangan.

14
 Untuk keperluan identifikasi, nilai dalam kertas kerja positif berarti saldonya debit,
sedangkan saldo kredit ditulis negatif.
 Setiap baris harus seimbang antara debit dan kredit, kecuali saldo awal dan saldo
akhir.
 Posisi debit atau kredit pada kertas kerja bukanlah mewakili jurnal.
 Debit dan kredit yang harus seimbang merupakan penerapan prinsip sebab akibat.
Contoh, jika NKKIP berkurang (debit) akibat pembayaran imbalan, maka NWAP
juga akan berkurang (kredit) karena dana imbalan diambil dari NWAP.
f. Ringkasan tentang Program Imbalan Pasti
Secara ringkas, tentang program imbalan pasti adalah sebagai berikut :
1. Pada hakekatnya, perusahaan menanggung risiko aktuarial dan risiko investasi.
2. Biaya yang diakui tidak harus sebesar iuran untuk satu periode
3. Proses akuntansi meliputi tahap – tahap sebagai berikut:
 Menggunakan teknik aktuarial untuk membuat estimasi yang andal dari jumlah
imbalan yang menjadi hak pekerja. Perusahaan perlu menentukan variabel yang
mempengaruhi biaya imbalan seperti:
– Imbalan yang diberikan pada periode kini dan periode lalu.
– Estimasi (asumsi aktuarial) tentang variabel demografi seperti tingkat
perputaran pekerja, mortalitas, dsb.
– Variabel keuangan seperti: tingkat kenaikan gaji, biaya kesehatan.
 Mendiskontokan imbalan
 Menentukan nilai wajar aset program.
 Menentukan total keuntungan dan kerugian aktuarial.
 Menentukan besarnya biaya jasa lalu saat program diterapkan pertama kali.
 Menentukan keuntungan atau kerugian saat saat program diciutkan (kurtailment)
atau diselesaikan.

g. Ilustrasi Contoh
Berikut adalah contoh ilustrasi tentang imbalan manfaat pasti (Martani, et al.,
2015: 300-302).
PT. Haritua memiliki program imbalan pasti untuk karyawannya. Pada tahun 2015,
posisi saldo (dalam Rupiah, kecuali tingkat diskonto) terkait program tersebut adalah
sebagai berikut.

15
NKKIP-awal 2015 100.000.000
NWAP-awal 2015 100.000.000
Biaya jasa kini 15.000.000
Tingkat diskonto 10 %
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada dana pensiun 12.000.000
Imbalan pensiun yang dibayarkan oleh dana pensiun 8.000.000
NKKIP-akhir 2015 125.000.000
NWAP-akhir 2015 111.000.000

Langkah-langkah dalam kertas kerja pada tahun 2015 adalah sebagai berikut.
1. Memasukkan saldo awal NKKIP dan NWAP. Nilai NKKIP ditulis negatif karena
saldo normal kredit, sedangkan NWAP ditulis positif karena saldo normal debit.
2. Hitung posisi bersih kolom memo dengan membandingkan nilai saldo debit dengan
kredit. Dalam kasus ini nilainya sama (seimbang) yaitu sama-sama Rp
100.000.000, maka tidak ada aset atau liabilitas yang diakui perusahaan di laporan
posisi keuangan pada awal tahun.
Namun, jika saldo kredit pada kolom memo lebih besar dibandingkan debit
(defisit), maka kelebihan saldo defisit akan diakui sebagai liabilitas di laporan
posisi keuangan. Sebaliknya, jika saldo debit pada kolom memo lebih besar
dibandingkan kredit (surplus), maka kelebihan saldo surplus akan diakui sebagai
aset di laporan posisi keuangan (kolom liabilitas bersaldo debit/positif).
3. Masukkan biaya jasa kini pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP
(kredit) sebesar Rp 15.000.000. Biaya jasa kini merupakan komponen beban dan
karena imbalannya belum dibayarkan maka diakui sebagai NKKIP.
4. Masukkan biaya bunga pada kolom beban (debit) dan pada kolom NKKIP (kredit)
sebesar Rp 10.000.000. Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikalikan
dengan posisi NKKIP pada awal tahun (10 % x 100.000.000). Biaya bunga juga
merupakan komponen beban dan karena imbalannya belum dibayarkan, maka
diakui sebagai NKKIP.
5. Isilah pendapatan bunga pada kolom beban (kredit) dan pada kolom NWAP (debit)
sebesar Rp 10.000.000. Nilai tersebut dihitung dari tingkat diskonto dikalikan

16
dengan posisi NWAP pada awal tahun (10 % x 100.000.000). Pendapatan bunga
(kredit) mengurangi beban, sehingga bernilai negatif pada kolom beban.
Pendapatan bunga atas investasi aset program akan diakumulasikan pada aset
program sehingga NWAP bertambah (debit).
6. Iuran sebesar Rp 12.000.000 dibayar perusahaan sehingga terjadi kas keluar
(kredit). Iuran dibayarkan ke dana pensiun dan diakumulasikan sebagai aset
program sehingga NWAP meningkat (debit).
7. Imbalan yang dibayarkan oleh dana pensiun tahun ini sejumlah Rp 8.000.000.
Perlu diingat bahwa pembayaran dilakukan oleh dana pensiun sehingga tidak
mengurangi kas perusahaan melainkan diambil dari aset program (NWAP).
Pembayaran imbalan menyebabkan penurunan aset program (NWAP kredit) dan
kewajiban perusahaan ke pensiunan berkurang (NKKIP didebit).
8. Pada akhir periode, aktuaris akan menyampaikan posisi NKKIP akhir tahun dengan
asumsi aktuaria terkini. Sementara mutasi saldo NKKIP juga sudah dicatat
sepanjang tahun sehingga bias terjadi perbedaan antara saldo akhir NKKIP menurut
pencatatan dengan saldo NKKIP terkini yang dihitung aktuaris. Perbedaan inilah
yang menimbulkan keuntungan (kerugian) aktuarial dalam bentuk penurunan
(kenaikan) nilai NKKIP menuju nilai bersih perhitungan terkini dari aktuaris.
Berdasarkan pencataan yang ada saldo NKKIP akhir adalah Rp 117.000.000
(100.000.000 + 15.000.000 + 10.000.000 – 8.000.000).
Sedangkan saldo akhir menurut aktuaris adalah Rp 125.000.000. Perbedaan ini
menyebabkan peningkatan nilai NKKIP sebesar Rp 8.000.000 (kredit), dari Rp
117.000.000 menjadi Rp 125.000.000. Peningkatan NKKIP ini menimbulkan
kerugian aktuarial karena nilai kewajiban yang meningkat akibat proses
pengukuran kembali (remeasurement). Kerugian ini dicatat pada kolom
penghasilan komprehensif lain (debit).
9. Pada akhir periode, manajer investasi pada dana pensiun akan menyampaikan
posisi NWAP akhir tahun berdasarkan hasil aktual investasi dan nilai wajar terkini.
Sementara itu, mutasi saldo NWAP dan hasi ekspektasi juga sudah dicatat
sepanjang tahun sehingga bisa terjadi perbedaan antara saldo akhir NWAP menurut

17
pencatatan dengan saldo NWAP terkini. Perbedaan nilai ini juga menimbulkan
keuntungan (kerugian) aktuarial dalam bentuk kenaikan (penurunan)
NWAPmenuju nilai versi perhitungan terkini. Berdasarkan pencatatan yang ada,
saldo NWAPakhir adalah Rp 114.000.000 (100.000.000 + 10.000.000 + 12.000.000
– 8.000.000), sedangkan saldo akhir menurut manajer investasi adalah Rp
111.000.000. Perbedaan ini menyebabkan penuruan nilai NWAP sebesar Rp
3.000.000 (kredit) dari Rp 114.000.000 menjadi Rp 111.000.000. Penuruanan
NWAP ini menimbulkan kerugian aktuarial karena nilai aset yang menurun akibat
proses pengukuran kembali (remeasurement). Kerugian ini dicatat pada kolom
penghasilan komprehensif lain (debit).
10. Sama seperti saldo awal, pada saldo akhir kolom memo dihitung posisi bersih
dengan membandingkannilai saldo debit dengan kredit. Dalam kasus ini posisi
kredit bernilai Rp 125.000.000 dan posisi debit sebesar Rp 111.000.000, sehingga
saldo defisit sebesar Rp 14.000.000 akan masuk ke kolom liabilitas. Nilai inilah
yang diakui di laporan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode.
11. Menghitung saldo akhir pada kelompok jurnal umum yaitu dengan menjumlahkan
kolom beban senilai Rp 15.000.000 (debit), kolom kas senilai Rp 12.000.000
(kredit), dan kolom kolom penghasilan komprehensif lain senilai Rp 11.000.000
(debit). Saldo debit pada penghasilan komprehensif lain mencerminkan kerugian.
Agar jurnal seimbang maka sisanya Rp 14.000.000 adalah liabilitas (kredit).
Dengan demikian jurnal yang harus dicatat perusahaan periode ini terkait program
imbalan pasti sebagai berikut.
Beban 15.000.000
Penghasilan komprehensif lain 11.000.000
Kas 12.000.000
Liabilitas 14.000.000

Jadi, nilai beban yang diakui pada laporan laba rugi adalah Rp 15.000.000. Nilai
ini berbeda dengan program iuran pasti yang mengakui beban hanya sebesar iuran
yang jatuh tempo dan liabilitas yang diakui sebesar tunggakan iuran yang sudah
jatuh tempo.
12. Melakukan rekonsiliasi atas jumlah liabilitas akhir tahun.

18
Pada pembahasan langkah ke-10, telah dihasilkan bahwa nilai liabilitas akhir tahun
yang diakui perusahaan adalah Rp 14.00.000. Nilai ini sama dengan nilai liabilitas
dalam jurnal pada langkah ke-11. Jika nilai liabilitas yang dihasilkan dari defisit
pada langkah ke-10 sama dengan langkah ke-11, maka nilai beban dan liabilitas
yang diakui perusahaan sudah benar.
Hasil lengkap kertas kerja tahun 2015 adalah pada tabel 7.2 berikut.

Tabel 8.2 Kertas kerja tahun 2015


JURNAL UMUM MEMO
Penghasilan
TAHUN
Beban Kas Komprehensif Liabilitas NKKIP NWAP
Lain
Saldo awal (100.000.000) 100.000.000
Biaya jasa 15.000.000 (15.000.000)
kini
Biaya 10.000.000 (10.000.000)
bunga
Pendapatan (10.000.000) 10.000.000
bunga
Iuran (12.000.000 12.000.000
)
Imbalan 8.000.000 (8.000.000)
Pengukuran 8.000.000 (8.000.000)
kembali-
NKKIP
Pengukuran 3.000.000 (3.000.000)
kembali-
NWAP
Jumlah 15.000.000 (12.000.000 11.000.000 (14.000.000)
tahun )
berjalan
Saldo akhir 11.000.000 (14.000.000) (125.000.000) 111.000.000

8.3 Imbalan Kerja Jangka Panjang Lain


Imbalan kerja jangka panjang lainnya adalah imbalan kerja (selain imbalan
pascakerja dan pesangon) yang jatuh tempo lebih dari 12 bulan setelah akhir periode
pelaporan saat pekerja memberikan jasanya. Imbalan ini dapat meliputi cuti berimbalan

19
jangka panjang dan imbalan cacat permanen serta bonus dan kompensasi lainnya yang
dibayarkan lebih dari 12 bulan sejak akhir periode pelaporan. Imbalan kerja jangka
panjang lainnya dibayarkan kepada pekerja selagi masih bekerja.
Pengakuan dan Pengukuran
Imbalan kerja jangka panjang lainnya akan diakui sebagai liabilitas sebesar total
nilai neto dari jumlah:
• Nilai kini kewajiban imbalan pasti pada akhir periode pelaporan
• Dikurangi dengan nilai wajar dari aset program pada akhir periode pelaporan (jika
ada) selain kewajiban yang harus dilunasi secara langsung
Entitas harus mengakui total nilai neto dari jumlah berikut ini sebagai beban atau
pendapatan:
• biaya jasa kini
• Biaya bunga neto atas liabilitas (aset) imbalan pasti neto
• Pengukuran kembali liabilitas (aset) imbalan pasti neto

8.4 Pesangon
Saat terjadi pemutusan kontrak kerja, perusahaan wajib membayar uang
pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak bagi
karyawan. Pesangon adalah imbalan yang diberikan dalam pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja dengan pekerja sebagai akibat dari:
a. keputusan entitas untuk memberhentikan pekerja sebelum usia purnakarya
normal; atau
b. keputusan pekerja menerima tawaran imbalan sebagai pertukaran atas terminasi
perjanjian kerja.

Pengakuan dan pengukuran


Pesangon akan diakui sebagai liabilitas dan beban oleh perusahaan pada
tanggal yang lebih awal di antara:
1. ketika penawaran atas imbalan tersebut tidak dapat ditarik kembali; dan

20
2. ketika biaya-biaya terkait restrukturisasi telah diakui sesuai PSAK 57 (Revisi
2009) Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
Pesangon yang terutang sebagai akibat dari keputusan perusahaan, tidak dapat
lagi ditarik penawarannya jika perusahaan telah mengkomunikasikan kebijakan tersebut
kepada karyawan yang terkena dampak. Untuk kasus seperti ini, pengukuran nilai
pesangonnya sama dengan imbalan kerja jangka pendek (tak terdiskonto). Jika
pesangon jatuh tempo dalam waktu lebih dari 12 bulan setelah periode laporan, maka
diterapkan seperti imbalan kerja jangka panjang lainnya (terdiskonto).
Apabila perusahaan menawarkan karyawan untuk melakukan pengunduran diri
secara sukarela, maka pesangonnya akan diukur berdasarkan jumlah karyawan yang
diperkirakan akan menerima tawaran tersebut. Dalam kasus ini terdapat liabilitas
kontinjensi seperti yang diatur dalam PSAK 57 (Revisi 2009), yang estimasinya dapat
dilakukan berdasarkan penjajakan awal atas minat karyawan menerima tawaran
tersebut.
Contoh kasus:
PT Merdeka pada pertengahan tahun 2012 akan memutuskan kontrak kerja 3
karyawannya dengan jumlah pesangon keseluruhan Rp 150.000.000. Selain itu
perusahaan juga maeawarkan kepada 2 orang kartawannya untuk berhenti secara
sukarela dengan pesangon masinng-masing Rp 60.000.000. Pemutusan kontrak kerja
dilakukan efektif pada awal tahun 2013. Untuk pemutusan kontrak secara sukarela,
perusahaan mengestimasi ke-2 karyawannya akan menerima penawaran tersebut.
Jika seandainya PT merdeka tidak mungkin membatalkan penawaran pemutusan kerja
tersebut, maka pada akhir tahun 2012 perusahaan harus mengakui beban meskipun
pesangon belum direalisasi. Jumlah beban yang harus diakui tahun 2012 yaitu:
Pesangon 3 karyawan yang diberhentikan Rp 150.000.000
Pesangon 2 karyawan yang berhenti sukarela (2 x Rp 60.000.000) 120.000.000
Jumlah pesangon 270.000.000

Jurnal yang dibuat:


Beban imbalan kerja-pesangon 270.000.000
Provisi 270.000.000

21
Pada tahun 2013, ketika terjadi realisasi dengan jurnal:
Provisi 270.000.000
Kas 270.000.000

8.5 Penyajian Dan Pengungkapan


Penyajian dan pengungkapan untuk imbalan kerja jangka pendek, pesangon, dan
imbalan pascakerja iuran pasti, diatur secara umum pada PSAK 1 Penyajian Laporan
Keuangan. Terkait dengan karyawan kunci diatur pada PSAK 7 Pengungkapan Pihak-
pihak Berelasi. Perusahaan harus mengungkapkan informasi jumlah gaji yang diterima
oleh manajemen kunci (direksi dan komisaris).
Penyajian imbalan kerja terkait dengan hal-hal berikut:
1. Pada perusahaan tertentu memiliki lebih dari satu program imbalan pasti, maka aset
pada suatu program dapat disalinghapuskan dengan liabilitas pada program lain jika
perusahaan memiliki hak secara hukum untuk menggunakan surplus suatu program
untuk menutupi kewajiban pada program lain.
2. Aset atau liabilitas yang timbul pada program imbalan pasti tidak diatur
penyajiannya apakah masuk keaset lancar atau tidak lancar, liabilitas jangka pendek
atau jangka panjang. Namun, karena sifat program yang jangka panjang, sebagian
besar perusahaan mengklarifikasikan sebagai tidak lancar.
3. Beban pada program imbalan pasti terdiri atas berbagai komponen biaya seperti
biaya jasa kini, biaya bunga, dan bahkan pendapatan dari hasil investasi aset
program. PSAK 24 (revisi 2013) tidak mengatur apakah masing-masing komponen
tersebut – khususnya biaya keuangan- disajikan terpisah dengan kelompok lainnya
pada Laporan Laba Rugi Komprehensif. Praktik kebanyakan adalah menggabungkan
seluruh komponen biaya tersebut menjadi satu kelompok beban.
Perusahaan harus mengungkapkan informasi yang memungkinkan pengguna
laporan keuangan untuk mengevaluasi sifat program imbalan pasti dan dampak
keuangan atas perubahan program selama periode tersebut. Hal tersebut antara lain:
gambaran umum program, kebijakan kauntansi terkait pengakuan Keuntungan dan
Kerugian Aktuarial, rekonsiliasi nilai awal dan akhir atas saldo NKKIP dan NWAP,

22
informasi mengenai transaksi pihak-pihak berelasi dengan program imbalan pasca kerja
dan imbalan pasca kerja untuk personil manajemen kunci.
Berikut adalah contoh penyajian dan pengungkapan imbalan kerja millik PT.
HM.Sampoerna,Tbk.

Gambar 8.3 Penyajian Imbalan Kerja

Gambar 8.4 Pengungkapan Imbalan Kerja

8.6 Analisis Penyajian dan Pengungkapan Imbalan Kerja

23
Imbalan pasca kerja seringkali dianggap penting untuk menilai dan memahami
posisi keuangan, hasil operasi, dan arus kas perusahaan. Oleh karena itu pengungkapan
pada catatan atas laporan keuangan sangat diperlukan, berikut adalah beberapa
manfaat dari penyajian dan pengungkapan tersebut.
a. Informasi mengenai komponen pembentuk imbalan pasca kerja, berguna untuk
membantu pemakai laporan keuangan memahami dengan lebih baik bagaimana
beban imbalan pasca kerja ditentukan dan bermanfaat dalam meramalkan laba bersih
suatu entitas.
b. Informasi nilai wajar aset program dan nilai kini kewajiban imbalan pasti, beserta
perubahannya akan membantu pemakai memahami pertimbangan ekonomis yang
mendasarinya.
c. Informasi mengenai asumsi aktuaria yang digunakan akan membantu pemakai
laporan keuangan untuk menentukan kelayakan pemakaian asumsi tersebut.

SOAL LATIHAN

1. Apakah yang dimaksud dengan imbalan kerja ?


2. Sebutkan contoh imbalan kerja jangka pendek !
3. Sebutkan komponen untuk menghitung beban imbalan pasti !
4. Apakah yang dimaksud dengan aset program pada program imbalan pasti ?
5. PT SAUDARA memiliki kebiasaan untuk membagikan bonus pada karyawannya
setiap tahun, biasanya sebesar 2% dari laba bersih. Bonus atas setiap tahunnya
ditetapkan melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham), yang biasanya
dilakukan 5 bulan setelah tanggal pelaporan yaitu bulan mei tahun berikutnya.
Perkiraan laba bersih tahun 2015 adalah Rp 325.000.000. Hitunglah beban dan
liabilitas atas bonus yang diakui PT SAUDARA tahun 2015.
6. PT ANEKA pada tahun 2015 mulai memberikan program cuti berimbalan untuk
karyawannya. Perusahaan memiliki 60 karyawan, setiap karyawan berhak atas 5
hari cuti berimbalan dalam 1 tahun dan dapat diakumulasikan pada tahun-tahun

24
berikutnya. Setiap karyawan yang cuti akan mendapatkan imbalan sebesar Rp
550.000 per hari. Pada tahun 2015, sebanyak 40 karyawan sudah mengambil penuh
hak cuti berimbalan, sedangakan 20 karyawan sudah mengambil 3 hari. Hitunglah
beban dan liabilitas atas cuti berimbalan yang diakui PT ANEKA tahun 2015.
7. PT SURYA memiliki program iuran pasti dengan iuran jatuh tempo tiap akhir bulan
sebesar Rp 100.000.000. Iuran bulan November 2015 telah dibayar sejumlah Rp
75.000.000 pada pertengahan Desember 2015, sedangkan iuran bulan Desember
2015 telah dibayar seluruhnya pada awal Januari 2016. Hitung liabilitas yang diakui
PT SURYA pada 31 Desember 2015 terkait program iuran pasti.
8. Berikut adalah data-data terkait program imbalan pasti bagi karyawan PT
SWADAYA.
1 Januari 2019 31 Desember 2019
Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti Rp 150.000.000 Rp 167.000.000
Nilai Wajar Aset Program 112.000.000 150.000.000
Penghasilan KomprehensifLain (kredit) 89.000.000 98.000.000

Berdasarkan data di atas, berapakah nilai liabilitas yang timbul bagi PT


SWADAYA per 31 Desember 2019? Berapakah beban imbalan pasca kerja yang
harus diakui pada tahun 2019, jika iuran yang dibayarkan tahun 2015 sebesar Rp
50.000.000?
9. Berikut ini adalah data yang dipersiapkan oleh PT Adikarya pada tahun 2019.
Buatlah kertas kerja komprehensif dengan data yang telah tersedia. Semua data
dalam Milyar Rp.

Nilai Kini Kewajiban Imbalan Pasti awal tahun 2019 19


Nilai Wajar Aset Program awal tahun 2019 21
Penghasilan komprehensif lain (kredit) awal tahun 5
Biaya Jasa Lalu 5,25
Biaya Jasa kini 3,3
Tingkat diskonto 9%
Iuran yang dibayarkan perusahaan pada Dana Pensiun 7
Imbalan pensiun yang dibayarkan prsh pada Dana Pensiun 5
NKKIP akhir tahun 2019 22
NWAP akhir tahun 2019 20

25
SOAL KASUS

Pada tahun 2019 PT INDIKATOR melakukan pemutusan kontrak kerja (PKK) atas 30
karyawan dengan pesangon keseluruhan sebesar Rp 1.500.000.000. Selain itu
perusahaan juga menawarkan pada 20 karyawan lainnya untuk berhenti secara sukarela.
Setiap karyawan akan menerima pesangon masing-masing Rp 55.000.000 jika
menerima tawaran tersebut. PKK direncanakan efektif pada awal 2020. Dalam kasus ini
perusahaan sudah memiliki komitmen yang jelas untuk melakukan PKK dan biaya
terkait restrukturisasi telah diakui. Untuk PKK secara sukarela, perusahaan
mengestimasi 2/3 karyawan akan menerima tawaran PKK tersebut. Berapa beban
pesangon PKK yang harus diakui tahun 2020?

26

Anda mungkin juga menyukai